Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No.

1, Maret 2017

“EFEKTIFITAS PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP


PENGETAHUAN PERAWATAN PASIEN TUBERKULOSIS
(TB)”
“(Effectiveness Of Extension Of Health Care Patient Knowledge Of
Tuberculosis (TB))”

Ermalynda Sukmawati
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Jl. Raya Kalisari Selatan no 1 Surabaya; Telp (031) 99005299
Email : ermalinda6464h@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan : Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi menular


disebabkan Mycobacterium Tuberkulosis yang umumnya menyerang paru-paru.
Pengobatan yang lama menyebabkan beberapa pasien menghentikan pengobatan
karena kurangnya pemahaman tentang pengetahuan perawatan pasien TB. Media
yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan dapat berupa media booklet. Desain
yang menarik di dalam booklet tersebut akan mempengaruhi motivasi pasien
untuk membaca, sehingga akan meningkatkan pengetahuan pasien Tuberkulosis
(TB). Dengan meningkatnya pengetahuan pasien diharapkan dapat terjadi
perubahan sikap dalam memelihara kesehatan, sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidupnya. Apakah penyuluhan kesehatan media booklet merupakan
salah satu bentuk informasi yang efektif untuk pengetahuan perawata pasien
Tuberkulosis (TB).Tujuan penelitian untuk menganalisa efektifitas penyuluhan
kesehatan media booklet terhadap pengetahuan perawatan pasien TB. Metode :
penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan pre dan post test, pemilihan
sampel secara random sampling sebanyak 80 responden (40 responden kelompok
intervensi dan 40 responden kelompok kontrol) di Rumah Sakit Paru Surabaya
selama Mei– Juli 2016. Hasil penelitian mayoritas responden laki – laki 51,3%;
usia dewasa 21 – 39 tahun 52,5%; pendidikan dasar 55%, pengetahuan sebelum
intervensi sedang 48,8%, pengetahuan setelah intervensi baik 51,3%. Hasil : Uji
Wilcoxon didapatkan perbedaan pengetahuan pre dan post test pada kelompok
intervensi (p-value:0,006 < 0,05), tidak ada perbedaan pengetahuan pre dan post
test pada kelompok kontrol (p-value:0,98 >0,05). Hasil regresi logistik ordinal
menunjukkan hanya intervensi penyuluhan kesehatan yang berpengaruh terhadap
pengetahuan perawatan TB dengan p:0.002, sedangkan variabel umur, jenis
kelamin, pendidikan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan (p>0.05).
Kesimpulan : diambil kesimpulan dalam penelitian ini bahwa karakteristik
responden yang menderita tuberculosis (TB) terbanyak pada usia 20 -39 tahun
sebanyak 42 orang, dengan jenis kelamin laki – laki, pendidikan dasar sebanyak
44 orang. Usia produktif dan laki – laki memiliki lebih banyak aktifitas yang
mengharuskan bertemu dengan banyak orang, sehingga kemungkinan tertular dari
penderita lain juga lebih besar. Disarankan Rumah Sakit Paru memberikan
penyuluhan kesehatan media booklet sebagai sarana informasi untuk
meningkatkan pengetahuan tentang TB pada pasien maupun keluarga.
Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan perilaku
penderita TB paru untuk taat dalam melaksanakan perawatannya.

9
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

Kata Kunci :Pengetahuan, Penyuluhan kesehatan dengan Media Booklet,


Tuberkulosis (TB).

ABSTRACT
Instroduction :Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by
Mycobacterium tuberculosis that usually attacks the lungs. Long treatment led to
some patients discontinued treatment due to a lack of understanding of TB patient
care knowledge. Media used in health education can be a booklet media.
Interesting design in the booklet will affect the patient's motivation to read, thus
increasing the knowledge of Tuberculosis (TB) patients. With the increased
knowledge of patients is expected to change attitudes in maintaining health, so as
to improve the quality of life. Is media health booklet counseling is one form of
effective information for the patient's knowledge of Tuberculosis (TB).The
research objective to analyze the effectiveness of health education booklets media
against TB patient care knowledge. Methods of using quasi-experimental study
with pre and post test, the sample selection by random sampling of 80 respondents
(40 respondents 40 respondents intervention group and the control group) in
Lung Hospital Surabaya during Mei- July 2016. The results of the study the
majority of male respondents - 51 men, 3%; adults aged 21-39 years to 52.5%;
55% of primary education, knowledge before intervention was 48.8%, good
knowledge after intervention 51.3%. Results Wilcoxon test results obtained
difference pre and post test knowledge in the intervention group (p-value: 0.006
<0.05), no difference in pre and post test knowledge in the control group (p-
value: 0.98> 0.05). Results ordinal logistic regression showed that only health
education interventions that affect the knowledge of TB treatment with p: 0.002,
while the variables of age, sex, education has no effect on knowledge (p> 0.05).
Conclusion: concluded in this study that the characteristics of respondents who
suffered tuberculosis (TB) most at the age of 20 -39 years as many as 42 people,
with male gender, basic education as many as 44 people. Age productive and men
have more activities that require meeting with many people, so the possibility of
contracting from other sufferers is also greater. Suggested Lung Hospital
provides health education booklets media as a means of information to improve
knowledge about TB in patients and families. Increased knowledge can lead to
changes in the perception and behavior of pulmonary tuberculosis patients to be
obedient in carrying out the treatment.
Keywords: Knowledge, Health education with Media Booklet, Tuberculosis
(TB).

10
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

PENDAHULUAN dengan estimasi semua kasus


Tuberkulosis (TB) membutuhkan Tuberkulosis (TB) adalah 690.000
pengobatan yang lama, dengan angka kejadian kasus baru
menyebabkan beberapa pasien 450.000 pertahun dan 64.000
menghentikan pengobatan karena kematian pertahun (WHO,2012). Di
kurangnya pemahaman tentang tingkat Nasional, Propinsi Jawa
pengetahuan perawatan pasien Timur merupakan jumlah pasien
Tuberkulosis (TB). Media yang Tuberkulosis (TB) terbanyak kedua
digunakan dalam penyuluhan setelah Jawa Barat. Pada tahun 2012,
kesehatan dapat berupa media di Jawa Timur angka CDR (Case
booklet. Desain yang menarik di Detection Rate) sebesar 63,03%
dalam booklet tersebut akan dengan jumlah kasus baru (positif
mempengaruhi motivasi pasien untuk dan negatif) sebanyak 41.472 pasien
membaca, sehingga akan dan Basil Tahan Asam (BTA) positif
meningkatkan pengetahuan pasien baru sebanyak 25.618 kasus. Kasus
Tuberkulosis (TB). Penyuluhan Tuberkulosis (TB) terbanyak di
kesehatan tidak terlepas dari media Propinsi Jawa Timur yaitu di
karena dengan melalui media, pesan Surabaya sebanyak 3990 kasus,
yang disampaikan dapat lebih diikuti kabupaten Jember dengan
menarik dan dipahami, sehingga 3334 kasus. Pada tahun 2012
sasaran dapat mempelajari pesan kematian Tuberkulosis (TB) di
tersebut, sehingga dapat memutuskan Surabaya diperkirakan mencapai
untuk mengambil kesimpulan dan 10.108 pasien BTA positif. Rumah
keputusan ke dalam perilaku yang Sakit Paru Karang Tembok Surabaya
positif (Notoatmodjo, 2011). merupakan rumah sakit yang khusus
Tuberkulosis (TB) sebagai menangani pasien dengan kasus paru
penyebab kematian kedua dari dan menjadi pusat pengobatan
penyakit menular diseluruh dunia. pasien Tuberkulosis (TB) di
Pada tahun 2012 diperkirakan 8,7 Surabaya. Berdasarkan data awal
juta kasus Tuberkulosis (TB) secara angka kejadian Tuberkulosis (TB) di
global . Dari 1,4 juta kematian, Rumah Sakit Paru Karang Tembok
990.000 Tuberkulosis (TB) dengan Surabaya mulai Bulan Januari
HIV negatif dan 430.000 sampai Desember tahun 2013
Tuberkulosis (TB) dengan HIV sebanyak 377 pasien dan mengalami
positif (WHO,2012). Sebagian besar peningkatan di tahun 2014 (Januari
perkiraan jumlah kasus pada tahun sampai Desember) menjadi 389
2012 terjadi di Asia 356.700 kasus pasien. Angka kejadian di Bulan
dan Afrika sebanyak 500.000 kasus. Januari hingga Bulan September
Indonesia merupakan negara tahun 2015 mengalami penurunan
urutan ke 4 terbesar dalam jumlah menjadi 192 kasus karena pasien
kasus Tuberkulosis (TB) didunia, Tuberkulosis (TB) yang DO (Drop
setelah Afrika, India dan Cina Out) sebanyak 26 kasus, pasien yang

11
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

mempunyai tempat tinggal dekat terjadi perubahan sikap dalam


dengan Puskesmas, disarankan oleh memelihara kesehatan, sehingga
petugas Rumah Sakit untuk datang dapat meningkatkan kualitas
mengambil obat dekat rumah untuk hidupnya.
meningkatkan ketaatan pengobatan Berdasarkan angka kejadian
yang telah dijadwalkan (Rekam Tuberkulosis (TB) yang semakin
Medis RS Paru Surabaya, 2013- meningkat, rentan terhadap
2015). penularan, menutup mulut pada saat
Pasien Tuberkulosis (TB) batuk, meludah sembarangan, kontak
mengalami beberapa masalah dengan penderita tuberculosis (TB)
psikologis, fisiologis, keuangan, dalam waktu yang lama, pasien yang
faktor sosial. Faktor sosial yang memerlukan pengobatan dalam
membuat pasien merasa terisolasi waktu yang lama dan teratur serta
dari teman – teman dan keluarga, tidak boleh putus, resiko terhadap
standar pengobatan yang kondisi pasien apabila dalam
memerlukan waktu yang lama, faktor pengobatan tersebut pasien tidak
psikologi yang dialami oleh pasien mentaati waktu pengobatan yang
dapat menyebabkan cemas dan telah ditetapkan sehingga dapat
depresi karena kurangnya mengakibatkan resiko resisten
pengetahuan mengenai proses terhadap penyakit Tuberkulosis
penyakit dan pengobatan. Masalah – (TB), maka dapat mengakibatkan
masalah tersebut mempunyai penurunan kesehatan yang
dampak yang besar pada mempengaruhi kualitas hidup pasien
kesejahteraan pasien Tuberkulosis Tuberkulosis (TB).
(TB), sehingga dapat menurunkan Dari uraian latar belakang diatas,
kualitas hidup pasien yang menderita maka salah satu intervensi yang
Tuberkulosis. dirasakan mendesak adalah perlunya
Media yang digunakan dalam pasien diberikan bahan ajar dalam
penyuluhan kesehatan dapat berupa bentuk booklet yang menarik dan
media booklet. Menurut Lewis mudah dimengerti, sehingga dapat
Celine (2012) informasi yang ditulis dirumuskan masalah. Apakah
bentuk buku atau booklet merupakan penyuluhan kesehatan media booklet
informasi tertulis yang penting merupakan salah satu bentuk
untuk mendukung komunikasi secara informasi yang efektif untuk
lisan terhadap masyarakat. Desain pengetahuan perawatan pasien
yang menarik di dalam booklet Tuberkulosis (TB)?
tersebut akan mempengaruhi Menganalisa efektifitas
motivasi pasien untuk membaca, penyuluhan kesehatan media booklet
sehingga akan meningkatkan terhadap pengetahuan perawatan
pengetahuan pasien Tuberkulosis pasien Tuberkulosis (TB) di Rumah
(TB). Dengan meningkatnya Sakit Paru Surabaya.
pengetahuan pasien diharapkan dapat

12
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

METODE hasil pemeriksaan laboratorium dan


Penelitian ini menggunakan sputum positif menderita
desain kuasi eksperimental dengan tuberculosis (TB) dan radiologis.
pre dan postt test pada satu Setelah teridentifikasi sebagai pasien
kelompok intervensi dan satu Tuberkulosis (TB), maka peneliti
kelompok kontrol. Kelompok mencocokkan sesuai dengan kriteria
intervensi pada penelitian ini adalah inklusi yang telah ditetapkan dalam
responden yang diberikan penelitian.Penentuan kelompok
penyuluhan kesehatan media booklet intervensi dan kelompok kontrol
dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan menggunakan
diberikan penyuluhan kesehatan nomer urut ganjil dan genap. Untuk
media booklet. nomer ganjil diberikan pada
Populasi dan sampel dalam responden dalam kelompok
penelitian ini adalah keseluruhan intervensi, sedangkan nomer genap
pasien semua pasien Tuberkulosis diberikan pada responden dalam
(TB) yang datang berobat ke Rumah kelompok kontrol.
Sakit Paru Karang Tembok Surabaya Setelah kelompok ditetapkan,
yang rawat jalan, periode bulan mei peneliti memberikan penjelasan
– bulan Juli 2016 sejumlah 80 tentang tujuan, manfaat dan prosedur
pasien. Responden melalui tehnik penelitian. Peneliti memberikan
purposive sampling. kesempatan kepada responden untuk
Penelitian dilakukan di Ruang mengajukan pertanyaan, setelah
Rawat Jalan Rumah Sakit Paru responden memahami dan tidak
Surabaya pada periode Mei 2016 - keberatan, maka responden diminta
Juli 2016. Prosedur pengumpulan untuk menandatangani lembar
data dilakukan dengan langkah- informed consent (tanda tangan surat
langkah sebagai berikut : persetujuan). Sebelum pasien
Peneliti mengajukan perijinan diberikan penyuluhan kesehatan
kepada institusi tempat penelitian. media booklet, pertama pasien
Peneliti melakukan sosialisasi diberikan kuesioner tentang
kepada asisten peneliti dan kepala pengetahuan perawatan tuberculosis
ruangan, dokter dan perawat di ruang (TB), kuesioner dukungan keluarga,
rawat jalan tentang tujuan dan kemudian pada kelompok intervensi
prosedur pelaksanaan penelitian. diberikan media booklet dan
Peneliti dalam melakukan diberikan penjelasan tentang
pengambilan sampel dibantu oleh pengertian, penyebab, gejala,
asisten peneliti. Peneliti memberikan penularan, kepatuhan pengobatan,
sosialisasi tentang prosedur, kriteria komplikasi penyakit tuberculosis
responden penelitian yang menderita (TB). Sedangkan kelompok kontrol
Tuberkulosis (TB), diketemukan tidak diberikan booklet. Selanjutnya,
dengan cara melihat dokumentasi pada minggu ke-2 sampai minggu
status pasien pada lembar diagnose, ke-3 kelompok intervensi dilakukan

13
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

komunikasi melalui telpon dan pengaruh secara signifikan atau


peneliti dengan assisten menanyakan tidak. Jika p value < 0,05 maka
pada responden kelompok intervensi dikatakan ada hubungan yang
mengenai pengertian penjelasan dari bermakna. Uji Mann Whitney test
booklet. Selanjutnya pada minggu ke dilakukan untuk menganalisa
4 kelompok intervensi dan kelompok pengetahuan perawatan pasien
kontrol dikumpulkan kembali pada Tuberkulosis (TB) sebelum dan
saat responden datang ke Rumah sesudah dilakukan intervensi pada
Sakit Paru Karang Tembok Surabaya kelompok intervensi dan kelompok
untuk di evaluasi. Hasil evaluasi kontrol.
kedua kelompok dicatat pada lembar Analisis multivariat
observasi. digunakan untuk menilai hubungan 2
Pengumpulan data menggunakan variabel atau lebih sambil
lembar observasi. Pengisian lembar mengontrol variabel lainnya.
observasi dilakukan oleh peneliti dan Analisis multivariate dalam
asisten peneliti. Sebelumnya asisten penelitian ini adalah uji regresi
peneliti diberi penjelasan tentang : Ordinal. Analisis regresi ordinal
tujuan penelitian, kriteria sampel dalam penelitian ini bertujuan untuk
yang dilakukan penelitian, prosedur melihat besarnya pengaruh dari
penelitian yang meliputi pengisian setiap variabel indenpenden terhadap
lembar observasi oleh peneliti. variabel dependen, sehingga dapat
Pengambilan data dilakukan saat dilihat variabel mana yang
responden datang pertama kali ke mempunyai pengaruh paling besar
ruang rawat jalan dan setelah minggu terhadap pengetahuan perawatan
ke 5 responden datang kembali ke penderita Tuberkulosis (TB).
ruang rawat jalan.
Analisis univariat yang HASIL
digunakan untuk menyajikan analisis Hasil analisa menunjukkan
data statistik secara deskriptif untuk bahwa mayoritas responden yang
setiap variabel independen yang berpartisipasi dalam penelitian ini
meliputi : usia, jenis kelamin, tingkat adalah laki – laki sebanyak 42 orang
pendidikan pada kelompok yang (52,5 %) dan sebagian besar berada
diberikan sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol yaitu
intervensi. sebanyak 38 orang (47,5%).
Analisis uji beda Secara teori mengatakan
berpasangan non parametric yang terdapat perbedaan terhadap kejadian
dilakukan adalah dengan uji tuberculosis pada responden laki –
Wilcoxon sign rank test, dilakukan laki dan perempuan, karena jenis
untuk mengetahui pengetahuan kelamin laki – laki mempunyai
perawatan pasien Tuberkulosis (TB) kapasitas paru dimana secara
sebelum dan sesudah intervensi pada fisiologis volume dan kapasitas paru
kelompok intervensi. Apakah ada berbeda pada laki – laki dan

14
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

perempuan, perempuan memiliki Usia dapat meningkatkan atau


kapasitas lebih kecil 20 – 25% menurunkan kerentanan terhadap
dibanding laki – laki, dan lebih besar penyakit tertentu
lagi pada seorang olahragawan dan (Notoatmodjo,2012). Usia produktif
seorang yang bertubuh besar. merupakan kelompok usia yang
Banyaknya jumlah kejadian mempunyai mobilitas yang sangat
Tuberkulosis (TB) paru yang terjadi tinggi sehingga kemungkinan
pada laki – laki disebabkan karena terpapar dengan kuman
laki – laki memiliki mobilitas yang mycobacterium tuberculosis paru
tinggi daripada perempuan, sehingga lebih besar karena memiliki aktifitas
kemungkinan untuk terpapar lebih yang mengharuskan bertemu dengan
besar, selain itu kebiasaan merokok banyak orang, sehingga
dan mengkonsumsi alkohol dapat kemungkinan tertular dari penderita
memudahkan laki – laki terinfeksi lain juga lebih besar. Lingkungan
Tuberkulosis (TB) paru. kerja yang padat serta berhubungan
Hasil Penelitian ini ditunjang dengan banyak orang juga dapat
oleh penelitian Qi Zhao (2013) yang meningkatkan resiko terjadinya TB
mendapatkan hasil responden laki – paru.
laki sebanyak 210 orang (70%) dan Hasil penelitian ini juga
perempuan sebanyak 74 orang (30%) ditunjang oleh penelitian yang
yang mengalami penyakit dilakukan oleh Claire C Bristow
tuberculosis (TB). Begitu juga (2013) mengatakan bahwa usia
penelitian Hannock Tweya (2012) antara 26 – 38 tahun sebanyak 450
mendapatkan hasil bahwa responden orang (80%) dan antara 39 – 64
laki – laki sebanyak 1530 orang tahun sebanyak 110 orang (20%)
(62%) dan perempuan sebanyak 948 yang menderita tuberkulosis (TB).
orang (38%) yang menderita Berdasarkan tabel 5.3 diatas
tuberculosis. Dapat dilihat jumlah mayoritas responden penelitian ini
responden laki – laki lebih banyak mempunyai pendidikan SD yaitu 44
terkena penyakit tuberculosis responden (55%) dan sebagian besar
Menurut Alwi (2007) jenis kelamin di kelompok intervensi yaitu
laki – laki termasuk resiko menderita sebanyak 23 orang (57,5%).
tuberculosis (TB). Secara teori Notoatmojo
Berdasarkan tabel 5.2 diatas (2012) mengatakan bahwa
mayoritas responden penelitian ini pendidikan berkaitan langsung
berusia 20 – 39 tahun yaitu 42 dengan pengetahuan seseorang,
responden (52,5%) berada di sehingga diasumsikan semakin tinggi
kelompok intervensi yaitu sebanyak tingkat pendidikan maka diharapkan
21 orang (52,5%) dan di kelompok pengetahuan seseorang semakin
kontrol yaitu sebanyak 21 orang meningkat.
(52,5%). Hal ini sesuai asumsi peneliti,
bahwa semakin tinggi tingkat

15
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

pendidikan maka pengetahuan juga tuberkulosis mengenai program


diharapkan meningkat. Pendidikan pengobatan. Meningkatnya
merupakan proses pengubahan sikap pengetahuan dapat menimbulkan
dan tata laku seseorang atau perubahan persepsi dan kebiasaan
kelompok orang dalam seseorang karena dari pengalaman
mendewasakan manusia melalui dan penelitian ternyata prilaku yang
upaya pengajaran dan pelatihan. didasari oleh pengetahuan akan lebih
Semakin tinggi pendidikan maka bertahan lama daripada yang tidak
kebutuhan dan tuntutan terhhadap didasari oleh pengetahuan
pelayanan kesehatan semakin (Notoatmodjo, 2013).
meningkat pula, semakin rendah Hasil penelitian juga
tingkat pendidikan ini akan ditunjang oleh penelitian yang
mengakibatkan mereka sulit untuk dilakukan oleh Daniel Tolossa
menerima penyuluhan yang (2014) mengatakan bahwa rendahnya
diberikan oleh tenaga penyuluh. tingkat pengetahuan tentang TB
Hasil penelitian juga dapat mempengaruhi perilaku
ditunjang oleh penelitian yang mencari kesehatan pasien dan
dilakukan oleh Daniel Tolossa mempertahankan penularan penyakit
(2014) mengatakan bahwa rendahnya dalam masyarakat sebanyak 410
tingkat pengetahuan tentang TB orang yang menderita penyakit
dapat mempengaruhi perilaku tuberculosis didapatkan bahwa yang
mencari kesehatan pasien dan memiliki pendidikan kelas 8 hingga
mempertahankan penularan penyakit kelas 12 sebanyak 316 orang (79%)
dalam masyarakat sebanyak 410 menyatakan bahwa mereka
orang yang menderita penyakit mengetahui bahwa tb memerlukan
tuberculosis didapatkan bahwa yang pengobatan yang teratur, mencegah
memiliki pendidikan kelas 8 hingga penularan, sedangkan yang tidak
kelas 12 sebanyak 316 orang (79%) memiliki pendidikan (buta huruf)
menyatakan bahwa mereka sebanyak 94 orang menyatakan tidak
mengetahui bahwa tb memerlukan mengetahui tentang tuberculosis itu.
pengobatan yang teratur, mencegah Dalam hal ini tugas perawat
penularan, sedangkan yang tidak adalah memberikan informasi kepada
memiliki pendidikan (buta huruf) penderita dan keluarga tentang
sebanyak 94 orang menyatakan tidak tuberculosis (TB) yang meliputi
mengetahui tentang tuberculosis itu. gejala, penyebab, pengobatan,
Berdasarkan hasil tabel 5.4 mayoritas pencegahan, penularan dan
pengetahuan kelompok intervensi perawatan penderita tuberculosis.
mengalami peningkatan setelah Dengan memberikan informasi yang
diberikan intervensi sebanyak tepat akan meningkatkan
40orang (100%).Pengetahuan pengetahuan penderita dan keluarga
penderita tuberkulosis adalah semua dalam melakukan perawatannya.
informasi yang diperoleh penderita

16
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

Independen Pengetahuan Pvalue 1.Dasar 2 57,5 57,5


2.Menenga 3 2 0,17
h 1 37,5 3 37,5 6
Kelompok -2.738b
3.Tinggi 5 5 5
Intervensi 0,006 1
(pre-post) 2 5
Kelompok -.25b
kontrol 0,980 2
(pre-post)

Dalam penjelasan hasil Hasil regresi logistik ordinal


analisis tabel tersebut maka akan secara simultan hanya intervensi
mempunyai pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan secara statistic
media booklet terhadap pengetahuan berpengaruh terhadap pengetahuan
perawatan pada penderita perawatan TB dengan p:0.002,
tuberculosis (TB) sehingga dapat sedangkan variabel umur, jenis
dilakukan untuk mengatasi upaya – kelamin, pendidikan tidak
upaya pencegahan dan penularan di berpengaruh terhadap pengetahuan
dalam keluarga dan masyarakat. p>0.05.
Variabel Intervensi P
Independe Pre valu KESIMPULAN DAN SARAN
n Post e
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
% n %
N diambil kesimpulansebagai berikut :
Pengetahu Karakteristik responden yang
an
Baik 3 40 4 51,2 0,00
menderita tuberculosis (TB)
(15 – 20) 2 48,7 1 5 2 terbanyak usia 20 – 39 tahun
Sedang (7 5 43,7 sebanyak 42 orang, jenis kelamin
– 14) 3 11,2 3 5
Kurang (1 9 5 5 5 laki – laki 42 orang, pendidikan
– 6) dasar 44 orang karena usia produktif
9 4 dan laki – laki memiliki lebih banyak
Usia aktifitas yang mengharuskan bertemu
1 : 21 – 39 dengan banyak orang, sehingga
tahun 2 52,5 2 52,5
1 : 40 – 60 1 1 0,49
kemungkinan tertular dari penderita
tahun 1 37,5 37,5 9 lain juga lebih besar. Pada usia
2 : 61 – 74 5 10 1 10 produktif tersebut, biasanya juga
than 5
4 banyak yang memiliki kebiasaan
4 merokok yang merupakan salah satu
faktor resiko kejadian penyakit
Jenis
kelamin tuberculosis (TB). Hasil Uji
1.Laki – 1 47,5 1 47,5 0,41 Wilcoxon didapatkan perbedaan
laki 9 9 7
2.Perempu 2 52,5 52,5
pengetahuan pre dan post test pada
an 1 2 kelompok intervensi (p-value:0,006
1 < 0,05), tidak ada perbedaan
Pendidikan pengetahuan pre dan post test pada

17
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

kelompok kontrol (p-value:0,98 Tuberculosis Specific


>0,05). Terdapat perbedaan antara Multidimensional Health Related
kelompok intervensi yang diberi Quality of Life Measure for Patients
booklet dan kelompok kontrol (p < with pulmonary Tuberculosis. Value
0,002) yang tidak diberi booklet in Health Regional Issues , 53 - 59.
terhadap pengetahuan pasien Afdhal. (2013). Biaya Pelayanan
tuberculosis pada usia 20 – 39 tahun Kesehatan, Kualitas, dan Hasil
di Rumah Sakit Paru Surabaya. Akhir. jakarta: ISPOR Indonesia
Saran Chapter.
Berdasarkan kesimpulan,
disarankan sebagai berikut :Bagi Alligood, M. R. (2014). Nursing
Pelayanan Kesehatan selama ini Theorists and Their Work. St. Louis:
belum pernah dilakukan penilaian Elsevier.
terhadap pengetahuan sebelum dan
sesudah penyuluhan, sehingga tenaga Al-Qahtani, F. M. (2014). Health
kesehatan tidak mengetahui Related Quality of Life of
kebutuhan informasi pada penderita Tubeculosis patients in the Eastern
tuberculosis (TB). Untuk itu Province. Journal of Taibah
disarankan bagi perawat khususnya University Medical , 311 -317.
di poliklinik rawat jalan sebaiknya
melakukan evaluasi sebelum dan Alwi. (2014). Ilmu Penyakit Dalam.
sesudah diberikan penyuluhan Jakarta.
tentang penyakit tuberculosis (TB).
Untuk penelitian selanjutnya Alwi. (2007). Kamus Besar Bahasa
sebaiknya membuat perbandingan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol hanya saja Beck, P. &. (2012). Nursing
protokol pengumpulan data tanpa Research :: Generating and Assesing
intervensi dilakukan terlebih dahulu Evi..idence for Nursing Practice.
di hari yang berbeda dengan hari lippincott Williams: ninth edition.
pengukuran data intervensi.
Perkembangan Ilmu Keperawatan : Benatar, J. R. (2012). A Booklet on
Memasukkan pemberian media Participants’ Rights to Improve
booklet sebagai kajian pendidikan Consent for (Zhao, Wang, Tao, &
keperawatan. Hasil dari penelitian ini Xu, 2013)Clinical Research: A
dapat dijadikan sebagai referensi Randomized Trial. Plos One , 1-7.
ilmiah tentang penatalaksanaan
penyakit tuberculosis (TB). Black, J. M. (2014). Keperawatan
Medikal Bedah. Manajemen Klinis
DAFTAR PUSTAKA Untuk Hasil Yang Diharapkan. Edisi
Abdulelah. (2015). Development and Bahasa Indonesia. (8 ed., Vol. 3).
Psychometric Properties of a Singapore: Elsevier.

18
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

Blane D, H. Z. (2009). Functional International Journal For Equity in


limitation in long standing illness Health. 1-8
and quality of llife. evidence from a
national survey: 331 : 1382 - 3. L, F. (2009). What is quality of life ?
Crofton, S. J., Horne, N., & Miller, www.whatisseries.co.uk.: Diakses 31
F. (2002). Tuberkulosis Klinis. Januari 2010 .
Jakarta: Widia Medika.
Lewis. (2011). Medical surgical
Daniel Tolossa. (2014). Community nursing. St Louis: Elsevier mosby.
knowledge, attitude, and practices Mamani. (2015). Assessment of
towards tuberculosis in Shinile town, Health-related Quality of Life among
Somali regional state, eastern Patients with Tuberculosis in
Ethiopia: a cross-sectional Hamadan. Oman Medical Journal ,
study.BMC Public Health. 1-14 vol 29, no 2 : 102 - 105.

Gopu. (2012). Impact of Health Notoatmodjo. (2014). Ilmu Perilaku


Education on the knowledge of Kesehatan. Jakarta: RINEKA
Tuberculosis among Sputum Positive CIPTA.
Pulmonary TB Patients and Their
Care givens . Notoatmodjo. (2011). Kesehatan
Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta:
Gulanick. (2014). Nursing Care Rineka Cipta.
Plans. Philadephia: Elsevier,mosby.
Hsieh, F., Bloch, D. A., & Larsen, Notoatmodjo. (2012). Promosi
M. D. (1998). A Simple Method Of Kesehatan di sekolah. Jakarta:
Sample Size Calculation For Linear Rineka Cipta.
And Logistic Regression. Statistics In
Medicine , 1623-1634. Parker, M. E., & Smith, M. C.
(2010). Nursing Theories and
Hannock Tweya. (2012). Nursing Practice (3 ed).
Comparison of Treatment Outcomes Philadelphia: F.A. Davis Company.
of New Smear- Positive Pulmonary
Tuberculosis Patients by HIV and Perry, P. &. (2009). Buku Ajar
Antiretroviral Status in a TB/HIV Fundamental Keperawatan. Jakarta:
Clinic, Malawi. Plos One. 1-7 EGC.
Peterson, S. J., & Bredow, T. S.
Jane M Cramm. (2011). The (2004). Middle Range Theories.
relationship between (stigmatizing) Philadelphia: Lippincott Williams &
views and lay public preferences Wilkins.
regarding tuberculosis treatment in
the Eastern Cape, South Africa. PPTI. (2012). Jurnal Tuberkulosis
Indonesia. Jakarta: PPTI.

19
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

Qi Zhao, Lixia Wang, Tao Tao, Biao Suiraoka, I. P. (2012). Media


Xu. (2013). Impacts of the Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta:
“transport subsidy initiative on poor Graha Ilmu.
TB patients” in Rural China: A
Patient-Cohort Based Longitudinal Sunyoto, D. (2013). Statistik
Study in Rural China. PlosOne.1-9. Kesehatan : parametrik, Non
Parametrik, Validitas dan
Sarwono, J. (2013). Strategi Reliabilitas. Yogyakarta: Nuha
Melakukan Riset Kuantitatif, Medika.
Kualitatif, Gabungan. Yogjakarta:
C.V ANDI OFFSET. Supardi, S. (2013). Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta: TIM.
Sedyaningsih, R. E. (2010 - 2014). Tabane, L. (2004). Sample Size
STRATEGI NASIONAL Determination in clinical Trials
PENGENDALIAN TB DI HRM-733 Class Notes. Hamilton.
INDONESIA 2010 - 2014. Jakarta: Hamilton : Mc Master Universty.
STOP TB.
WHO. (2012). GLOBAL
Sherwood, L. (2015). Fisiologi TUBERCULOSIS REPORT.
Manusia: Dari Sel ke Sistem. edisi 8. Switzerland: WHO.
Jakarta: EGC.
Sugiono. (2012). Statistik Non Williams, G. (2008). Tb Guidelines,
Parametris Untuk Penelitian. For Nursing in the care and control
Bandung: CV Alfabeta. of Tuberculosis and Multi-Drug
Resistant Tuberculosis, Ed 2. Geneva
: ICN .

20

Anda mungkin juga menyukai