Anda di halaman 1dari 13

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HAND

HYGIENE PERAWAT DI BANGSAL AR ROYAN RS PKU


MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN

Naskah Publikasi

Untuk memenuhi syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Dewiayu Septiani

20110320064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
PENDAHULUAN terjadi di seluruh dunia dengan kejadian

terbanyak di negara miskin dan negara


Konsumen rumah sakit merupakan
berkembang. Suatu penelitian yang
unit pelayanan medis yang sangat
dilakukan oleh (WHO, 2009), menunjukkan
kompleks.Kompleksitasnya sebuah rumah
bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari
sakit tidak hanya dari jenis dan macam
14 negara yang berasal dari Eropa, Timur
penyakit yang harus memperoleh perhatian
Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap
dari para dokter ataupun tenaga medis
menunjukkan adanya HAIs dengan Asia
lainnya untuk mengetahui diagnostik dan
Tenggara sebanyak 10,0%.
menentukan jenis terapinya (Darmadi,

2008).Mengingat pelayanan kesehatan Beberapa studi menunjukkan bahwa

sangat penting bagi setiap penduduk, oleh jenis dan ruang perawatan mempunyai risiko

karena itu rumah sakit mempunyai peranan HAIs tertinggi. Jenis HAIs tertinggi adalah

yang sangat penting dalam menjawab infeksi pada luka operasi (ILO), saluran

kebutuhan masyarakat akan pelayanan kemih (ISK), dan saluran nafas bawah

kesehatan (Tomey, 2006). (WHO,2009). Di Indonesiaterdapat data

HAIs dari 10 Rumah Sakit Umum (RSU)


HAIs (Health-care Associated
yang didapatkan angka kejadian HAIs yang
Infection) adalah infeksi yang terjadi akibat
cukup tinggi yaitu berkisar antara 6-16 %
pelayanan kesehatan. Kriteria HAIs adalah
dengan rata-rata 9,8 %. Infeksi yang paling
infeksi yang terjadi atau yang didapat di
umum terjadi adalah infeksi luka operasi
rumah sakit atau fasilitas pelayanan
(ILO).Hasil penelitian lain menunjukkan
kesehatan setelah 48 jam atau lebih, dan
bahwa angka kejadian ILO pada RS di
bukan merupakan dampak dari tanda dan
Indonesia bervariasi antara 2-18% dari
gejala infeksi sebelumnya.HAIs banyak
keseluruhan prosedur pembedahan (Depkes layanan kesehatan harus berlatih dan

RI, 2008). Menurut hasil studi deskriptif membiasakan dengan kebersihan tangan

(Suwarni, 2006) di semua rumah sakit di pada titik-titik kunci sebelum kontak dengan

Yogyakarta tahun 2009 menunjukkan bahwa pasien, setelah kontak dengan cairan tubuh

proporsi kejadian HAIs berkisar antara 0,0% atau darah atau permukaan yang

hingga 12,06% dengan rata-rata keseluruhan terkontaminasi, sebelum prosedur invasif,

4,26%. Selama 10-20 tahun belakangan dan setelah melepas handscoens(CDC,

telah banyak perkembangan yang telah 2012).Faktor-faktor yang dianggap

dibuat untuk mencari masalah utama berkontribusi dalam kebersihan tangan

terhadap meningkatnya angka kejadian (hand hygiene) perawat adalah karakteristik

HAIs di banyak negara. perawat itu sendiri.Karakteristik perawat

merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki


Teknik dasar yang paling penting
seseorang yang memiliki pekerjaan merawat
dalam pencegahan dan pengontrolan
klien sehat maupun sakit (Adiwimarta, et al,
penularan infeksi adalah dengan cara cuci
2009).
tangan. Mencuci tangan secara tepat

merupakan salah satu cara yang dapat Berdasarkan hasil studi pendahuluan

dilakukan untuk menurunkan insidensi yang dilakukan pada tanggal 7 November

HAIs.Hand hygiene adalah istilah yang 2014, pada pukul 08.00 sampai 10.30 di

digunakan untuk mencuci tangan bangsal Ar Royan RS PKU Muhammadiyah

menggunakan antiseptik pencuci Gamping Sleman, dari 30 kali cuci tangan

tangan.Kebersihan tangan merupakan salah yang dilakukan oleh perawat, hanya ada 5

satu cara yang paling penting untuk cuci tangan yang dilakukan dengan tepat

mencegah penyebaran infeksi. Penyedia


berdasarkan 5 moment cuci tangan dan 6 bangsal Ar Royan RS PKU

langkah cuci tangan. Muhammadiyah Gamping Sleman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk Instrument yang digunakan dalam

mengetahui gambaran faktor usia, jenis penelitian ini adalah lembar kuesioner

kelamin, tingkat pendidikan, masa yang berupa karakteristik responden dan

kerja, pengetahuan, ketersediaan pertanyaan tentang pengetahuan,

fasilitas untuk mencuci tangan dan fasilitas, dan kebijakan rumah sakit.

kebijakan rumah sakit pada hand


Analisa data yang digunakan dalam
hygiene perawat di bangsal Ar Royan
penelitian ini adalah univariat dalam
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
bentuk distribusi frekuensi dan
Gamping Sleman.
persentase.Peneliti memperhatikan

METODE PENELITIAN prinsip-prinsip etik dalam

penelitian.Prinsip tersebut adalah


Jenis penelitian ini adalah penelitian
responden memiliki hak untuk
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
memutuskan bersedia menjadi subyek
Teknik pengambilan sampel yang
atau tidak, tidak menyebar luaskan hasil
digunakan adalah total sampling. Jumlah
penelitian dan menjaga kerahasiaan
responden terdiri dari 20 orang perawat
identitas responden.
di bangsal Ar Royan.Variabel dalam

penelitian ini adalah variabel tunggal, HASIL DAN PEMBAHASAN

yaitu faktor yang mempengaruhi


A. HASIL PENELITIAN
pelaksanaan hand hygiene perawat di
1. Tabel 1Distribusi Karakteristik
Responden di Bangsal Ar-Royan
RSPKU Muhammadiyah
Gamping Sleman bulan April- dalam Melakukan HH di Bangsal
Mei 2016 (n=20) Ar Royan RS PKU
Karakteristik F% Muhammadiyah Gamping
Sleman bulan April-Mei 2016
Usia: (n=20)
Karakteristik Pengetahuan
17-25 tahun 13 65%
Responden Tinggi Rendah
26-35 tahun 7 35% F % F %
Usia:
Jenis kelamin: 17-25 tahun 6 30 7 35
Laki-laki 5 25% 26-35 tahun 4 20 3 15
Jenis Kelamin:
Perempuan 15 75% Laki-laki 3 15 2 10
Perempuan 7 35 8 40
Pendidikan: Pendidikan:
D3 9 45 6 30
D3 15 75% S1 1 5 4 20
S1 5 25% Masa Kerja:
1 tahun 2 10 6 30
Masa kerja: > 1 tahun 8 40 4 20
Total 20 20
1 tahun 11 55%
>1 tahun 9 45%

4. Tabel 4 Tabulasi Silang


2. Tabel 2 Frekuensi Faktor-faktor Karkateristik Responden dengan
yang mempengaruhi pelaksanaan Fasilitas Rumah Sakit di RS
HH perawat bulan April-Mei PKU Muhammadiyah Gamping
2016 (n=20). Sleman bulan April-Mei 2016
Faktor yang F % (n=20)
mempengaruhi Karakteristik Fasilitas RS
HH
Responden Kurang Memadai
Pengetahuan: Memadai
Rendah 10 50%
F % F %
Tinggi 10 50%
Fasilitas RS: Usia:
17-25 tahun 1050 3 15
Kurang Memadai 15 75%
26-35 tahun 525 2 10
Memadai 5 25%
Jenis Kelamin:
Kebijakan RS:
Laki-laki 3 15 2 10
Kurang Mendukung 3 15%
Perempuan 12 60 3 15
Mendukung 17 85%
Pendidikan:
D3 10 505 25
3. Tabel 3 Tabulasi Silang S1 525 0 0
Karakteristik Responden dengan Masa Kerja:
Tingkat pengetahuan Perawat 1 tahun 7 351 5
> 1 tahun 8 40 4 20 kurang atau sama dengan satu
Total 20 20
tahun.

5. Tabel 5 Tabulasi Silang Tabel 2 diatas diketahui


Karakteristik Responden dengan
Kebijakan Rumah Sakit di RS bahwa hasil dari 20 (100%)
PKU Muhammadiyah Gamping
Sleman bulan April-Mei 2016 faktor-faktor yang
(n=20)
Karakteristik Kebijakan RS mempengaruhi HH, 10 (50%)
RespondenKurangMendukung
responden yang berpengetahuan
Mendukung
F % F %
rendah dan tinggi, 15 (75%),
Usia:
17-25 tahun 210 11 55 selanjutnya fasilitas rumah sakit
26-35 tahun 1 5 6 30
Jenis Kelamin: 15 (75%) kurang memadai dan 5
Laki-laki 0 0 5 25
Perempuan 3 15 12 60 (25%) memadai, 3 (15%) kurang
Pendidikan:
D3 2 1013 65 mendukung untuk kebijakan
S1 1 5 4 20
Masa Kerja: rumah sakit, dan mendukung 17
1 tahun 1 5 7 35
> 1 tahun 2 10 10 50 (85%) untuk kebijakan rumah
Total 20 20
sakit.
Berdasarkan tabel 1 dapat
Tabel 3 diatas menunjukkan
diketahui bahwa sebagian besar
hasil dari usia 17-25 tahun
responden usia 17-25 tahun,
berpengetahuan tinggi 6 (30%)
sebagian besar berjenis kelamin
dan 7 (35%) berpengetahuan
perempuan, rata-rata
rendah. Perawat dengan usia 26-
berpendidikan D3, selanjutnya
35 tahun berpengetahuan tinggi 4
untuk masa kerja mayoritas
(20%) dan 3 (15%)
responden dengan masa kerja
berpengetahuan rendah. Jenis
kelamin laki-laki dengan Tabel 4 diketahui bahwa

pengetahuan tinggi 3 (35%) dan perawat usia 17-25 tahun yang

2 (10%) berpengetahuan rendah. mengatakan fasilitas kurang

Perawat perempuan dengan memadai 10 (50%) dan memadai

pengetahuan tinggi 7 (35%) dan 3 (15%). Usia 26-35 tahun

8 (40%) berpengetahuan mengatakan 5 (25%) kurang

rendah.Perawat yang memadai dan 2 (10%) memadai.

berpendidikan D3 sebanyak 9 Perawat laki-laki mengatakan 3

(45%) dan 6 (30%) (15%) fasilitas kurang memadai

berpengetahuan rendah.Perawat dan 2 (10%) memadai.Perawat

yang berpendidikan S1 yang perempuan mengatakan 12

berpengetahuan tinggi 1 (5%) (60%) kurang memadai dan 3

dan 4 (20%) dengan pengetahuan (15%) memadai.Perawat D3

rendah. Perawat dengan masa mengatakan 10 (50%) fasilitas

kerja kurang atau sama dengan rumah sakit kurang memadai dan

satu tahun yang berpengetahuan 5 (25%) memadai.Perawat S1

tinggi 2 (10%) dan 6 (30%) mengatakan 5 (25%) fasilitas

berpengetahuan rendah. 8 (40%) yang ada di rumah sakit kurang

untuk perawat dengan masa kerja memadai. Masa kerja kurang

lebih dari satu tahun yang atau sama dengan satu tahun 7

berpengetahuan tinggi dan 4 (35%) mengatakan fasilitas

(20%) berpengetahuan rendah. rumah sakit kurang memadai dan

1 (5%) mengatakan memadai. 8


(40%) fasilitas rumah sakit mendukung. S1 mengatakan

kurang memadai dan 4 (20%) kurang mendukung 1 (5%) dan 4

memadai. (20%) mendukung. Masa kerja

kurang atau sama dengan satu


Tabel 5 diatas bahwa perawat
tahun mengatakan 1 orang (5%)
dengan usia 17 – 25 tahun
kurang mendukung untuk
mengatakan bahwa kebijakan
kebijakan rumah sakit dan
rumah sakit kurang mendukung 2
mendukung 10 (50%).
(10%) dan 11 (55%) mendukung.

Usia 26 – 35 tahun 1 (5%) yang PEMBAHASAN

mengatakan bahwa kebijakan


Semakin meningkat usia
rumah sakit kurang mendukung
seseorang, diharapkan juga
dan 6 (30%) memadai. Perawat
psikologis serta kedewasaannya
laki – laki 5 (25%) mengatakan
ikut meningkat. Seseorang
kebijakan rumah sakit
tersebut juga diharapkan mampu
mendukung, dan perawat
menunjukkan kematangan jiwa,
perempuan yang mengatakan
pengambilan keputusan yang
kebijakan rumah sakit yang
semakin bijaksana, pengendalian
kurang mendukung 3 (15%) dan
emosi yang semakin baik, serta
12 (60%) mendukung.Perawat
semakin toleran terhadap
yang berpendidikan D3 ada 2
pandangan orang lain sehingga
(10%) yang mengatakan kurang
diharapkan kinerja meningkat
mendukung untuk kebijakan
(Widyaningrum, 2005). Usia
rumah sakit dan 13 (65%)
berpengaruh terhadap pola pikir
seseorang dan pola fikir pengetahuan cuci tangan jika

berpengaruh terhadap perilaku dibandingkan dengan yang

seseorang. Semakin cukup berpendidikan S1. Semakin

usiaseseorang akan semakin tinggi pendidikan seseorang

matang dalam berpikir dan maka pengetahuan yang dimiliki

bertindak (Saragih dan Rumapea, juga akan semakin banyak sebab

2011). pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan
Dari 20 orang perawat yang
seseorang terhadap nilai-nilai
ada di bangsal Ar Royan 15
yang baru dikenalnya (Nursalam,
(75%) berjenis kelamin
2008).
perempuan.Jenis kelamin dapat

mempengaruhi tahapan cuci Lama bekerja dapat

tangan seseorang, sebagian besar mempengaruhi terhadap perilaku,

perempuan memiliki kebiasaan perawat yang sudah bekerja lebih

dalam pola hidup dari satu tahun lebih banyak

bersih.Perempuan memiliki sifat memiliki perilaku baik

seperti perhatian yang lebih, dibandingkan dengan perawat

penyabar, dan ulet dalam yang lama bekerjanya masih

melakukan pekerjaan (Cahyani, kurang dari satu tahun

2010). (Damanik,2012), semakin lama

seseorang bekerja pada suatu


Penelitian diatas mengatakan
pekerjaan yang ditekuni maka
pendidikan D3 yang mempunyai
akan semakin berpengalaman
kategori tinggi tentang
orang tersebut sehingga pelatihan dan sosialisasi dapat

kecakapan kerjanya semakin memberikan dampak positif

baik. terhadap sikap perawat dalam

melakukan HH. Program seperti


Ketersediaan fasilitas hand
pelatihan patient safety dengan
hygiene masih kurang memadai
cara memberikan pendidikan
dikarenakan faktor yang
tentang pengetahuan 5 moment
mempengaruhi rendahnya
hand hygiene dapat
pemenuhan HH yaitu
meningkatkan pengetahuan dan
meningkatnya beban kerja, jarak
kepatuhan HH oleh perawat.
yang jauh menuju wastafle,
Oleh sebab itu dibutuhkan
kurangnya pengetahuan perawat
dukungan dari berbagai pihak
atau tidak setujunya perawat
untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap prosedur pelaksanaan
perawat melakukan hand
HH, terbatasnya waktu dan
hygiene.
keyakinan bahwa penggunaan

sarung tangan tidak memerlukan KESIMPULAN

HH (Karabay et al, 2005).


Dilihat dari karakteristik

Salah satu langkah kebijakan responden diketahui: sebagian

pihak RS untuk meningkatkan besar responden mempunyai

pengetahuan perawat adalah umur antara 17 – 25 tahun

dengan mengadakan pelatihan (65%), berjenis kelamin

atau sosialisasi secara berkala perempuan sebanyak 15 orang

terhadap pelaksanaan HH, karena (75%), tingkat pendidikan D3


(75%), dan lama bekerja 1 tahun Bagi instansi Rumah Sakit

(55%).Pengetahuan perawat di penelitian ini dapat menjadi

bangsal Ar Royan hanya 10 masukan untuk pihak RS dan

orang yang berpengetahuan TIM PPI, agar dapat melakukan

tinggi dan 10 orang juga evaluasi mengenai pelaksanaan

berpengetahuan rendah, hal ini program dan kebijakan

menunjukkan bahwa sebagian pencegahan HAIs khususnya

perawat belum mengetahui prosedur HH yang telah

secara benar pelaksanaan hand ditetapkan secara berkala. Juga

hygiene yang sesuai standar. agar dapat melakukan supervise

Fasilitas ketersediaan untuk dan penilaian HH perawat yang

mencuci tangan di bangsal Ar bekerja di RS, serta memberikan

Royan kurang memadai yaitu reward kepada perawat yang

sebesar 75%.Kebijakan yang ada memiliki professional dalam

di rumah sakit PKU bekerja dan memberikan

Muhammadiyah Gamping punishment untuk perawat yang

Sleman sudah sangat mendukung kurang profesional dalam

(85%) dengan diadakannya bekerja.

pelatihan patient safety bagi


DAFTAR PUSTAKA
perawat – perawat di bangsal Ar
1. Adiwimarta, S et al. (2009).
Royan.
Kamus Besar Bahasa

SARAN Indonesia Edisi Ketiga. Balai


Pustaka: Jakarta.
2. Center for Disease Control urnal/article/download/683/7
and Prevention (CDC). 29
(2012). Outbreak of 5. Darmadi, (2008). Infeksi
mesotheraphyassociated skin Nosokomial Problematika
reaction – District of dan Pengendaliaanny,
Columbia area, January- Jakarta: Salemba Medika.
February 2005. MMWR 6. Departemen Kesehatan
Morb Mortal Wkly Rep Republik Indonesia. (2008).
Pedoman Manajerial
54(44): 1127-30.
Pencegahan dan
3. Cahyani, C. (2010). Pengendalian Infeksi di
Hubungan Jenis Kelamin Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan Lainnya. Jakarta:
dengan Tahap Cuci Tangan
Departemen Kesehatan RI.
Mahasiswa saat Praktikum di 7. Jamaludidin, J., Sugeng, S.,
Laboratorium Mikrobiologi dan Sondang M., (2012).
Kepatuhan Cuci Tangan 5
Fakultas Kedokteran Sebelas
Momen di Unit Perawatan
Maret Surakarta. Surakarta: Intensif. Majalah Kedokteran
skripsi Universitas Sebelas Terapi Intensif Edisi 2: hlm.
Maret. Diakses pada 10 125-129.
8. Karabay, O, Sencan, I,
Agustus 2016 dalam Alpteker, H, Ozcan, A,
http://core.ac.uk/download/pd Oksuz, S. (2005).
f/16508177.pdf Compliance and Effi cacy of
Hand Rubbing during In-
4. Damanik, S, M.,
Hospital Practice. Medical
Susilaningsih, S, F., Principles and Practice.
danAmrullah Amir, A. Diakses 15 Agustus 2016
dalam
(2012). Kepatuhan Hand
http://www.karger.com/Articl
Hygiene di Rumah Sakit e/pdf/86928.
Immanuel Bandung. Student 9. Lankford B, Li R, Lyn D,
e-Jurnals. Diakses 10 Lapu-Bula R, Oduwole A,
Agustus 2016, dalam Igho-Pemu P, et al. (2005).
http://journal.unpad.ac.id/ejo Relation of endhothelial
nitric oxide synthase gene to
plasma nitric ixide level,
endhothelial function, and
blood pressure in Africa
American.Am J Hypertens,
Edisi 17: hlm. 500-67.
10. Nursalam, (2008). Komsep
dan Penerapan metodologi
Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
11. Tomey, A. M.,(2006).
Nursing Theorist and Their
Work (6th edition), USA:
Mosby Elsevier.
12. World Health Organization
(WHO). (2009). Guide to
Implementation- A Guide to
the Implementation of the
WHO Multimodal Hand
Hygiene Improvement
Strategy. Diakses 20 Mei
2015 dari
http://whqlibdo.who.int
13. Widyaningrum, A. (2005).

Kualitas Pelayanan KB dan

Prespektif Klien. UGM

press:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai