Ditujukan untuk melengkapi salah satu tugas praktik pada mata ajar
Management in Nursing
Oleh :
TANGERANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaan-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok yang berjudul “HASIL PENGKAJIAN
RUANGAN DAN INOVASI : PENGGUNAAN STIKER BERWARNA UNTUK LINEN
INFEKSIUS”. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna
menyelesaikan praktek profesi ners dalam stase Manajemen Keperawatan.
Kelompok menyadari bahwa tanpa kerjasama kelompok, kritik, saran dan bimbingan
dari dosen serta preseptor kami tidak dapat menyelesaikan tugas kelompok ini. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses pengerjaan tugas ini, terkhusus kepada Head Nurse lantai 6 Rumah Sakit Umum
Siloam, Ibu Deni yang sudah membimbing dan memfasilitasi kami selama stase manajemen.
Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa kesalahan dan kekurangan dalam
tugas ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan masukan dari pembaca guna
pengembangan penulisan ini kedepannya. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kotor sesuai tempat pembuangan serta tidak memberikan keterangan pada plastik
kuning tentang berapa banyak linen yang infeksius dalam satu kantong plastik kuning
tersebut. Sedangkan ada 28% perawat yang mengklasifikasikan linen infeksi dan linen
kotor sesuai tempat pembuangan serta memberikan keterangan pada plastik kuning
tentang berapa banyak linen yang infeksius dalam satu kantong plastik kuning
tersebut
Hal ini didasari atas beberapa alasan yang kami dapatkan dari setiap jawaban
perawat yaitu bahwasannya perawat mengetahui bahwa linen infeksius yang sudah
terkontaminasi dengan darah, muntah, BAK dan BAB harus dimasukan ke plastik
kuning, kemudian diberikan keterangan (cth, 1 linen, 1 selimut dan 1 sarung bantal).
Namun karena kesibukan dengan banyaknya tugas perawat lainnya sehingga perawat
hanya memasukan linen ke plastik kuning setelah itu tidak diberikan keterangan pada
plastik kuning tersebut. Menurut observasi bahwa perawat mengatakan terkadang
lupa, malas dan akan menyita waktu untuk menuliskan kembali berapa banyak linen
yang ada diplastik kuning tersebut.
Dari fenomena yang terjadi dan studi data awal yang mendukung maka
kelompok melakukan sebuah inovasi baru yaitu tentang “ Stiker Berwarna Untuk
Jenis Linen Infeksius”. Inovasi ini bertujuan agar mempermudah perawat dalam
mengelolah linen infeksius dan linen kotor agar dapat sesuai dengan prosedur rumah
sakit.
2
1.3 Manfaat penulisan
a) Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan mengenai pencegahan infeksi dari linen
infeksius dan pengelolaan yang benar di ruang perawatan
b) Bagi rumah sakit
Untuk memberikan inovasi kepada rumah sakit mengenai penggunaan stiker
berwarna untuk linen infeksius yang dapat mempermudah penghitungan linen
dan inventaris ruangan
c) Bagi pasien
Untuk melindungi pasien dari penyebaran infeksi dari linen infeksius
3
BAB II
4
Hal ini bisa menjadi sumber infeksi, baik kepada pasien maupun kepada
petugas kesehatan. Linen yang tidak infeksius akan di hitung oleh petugas
laundry dan di hitung secara manual. Jika linen infeksius digabung bersama
linen non infeksius, maka petugas laundry akan terpapar cairan tubuh pasien
yang terdapat di linen infeksius.
b) Selama melakukan pengkajian dan analisa ruangan selama 2 minggu,
kelompok juga sering melihat linen sudah dimasukkan ke dalam plastik
kuning namun tidak tercatat jumlahnya. Hal ini bisa merugikan inventaris
ruangan terkait kurangnya linen. Petugas laundry tidak akan membuka
kembali plastik kuning untuk menghitung jumlahnya sehingga jika tidak
tercatat, maka linen dalam plastik tersebut bisa saja tidak di hitung, atau hanya
sekadar diperkirakan jumlahnya.
5
1.4 Threats (Ancaman atau tantangan)
Threats atau ancaman/tantangan yang disingkat dengan “T”, yaitu ancaman
yang akan dihadapi oleh organisasi ataupun proyek yang dapat menghambat
perkembangan organisasi itu sendiri. Berdasarkan analisa kelompok di ruang rawat
lantai 6B, threats atau ancaman yang dimiliki ruangan antara lain :
a) Kesadaran perawat lantai 6B dalam tanggung jawab pemilahan linen infeksius
dan noninfeksius
b) Banyaknya tindakan keperawatan yang dilakukan perawat, membuat perawat
terkadang lupa melakukan pencatatan jumlah linen infeksius yang sudah
dimasukkan ke dalam plastik kuning.
6
BAB III
TINJAUAN TEORI
3.1 Manajemen linen
Dalam dunia kesehatan dan klinis, pengelolaan linen memiliki dua tujuan, yaitu
menjaga kebersihan dan kerapihan pasien guna meningkatkan kenyamana pasien
selama masa perawatan, serta menjaga linen itu sendiri kotor sehingga dapat
mencemari pasien dan lingkungan pasien. Hal ini menyebabkan diperlukan
manajemen pemisahan linen yang bersih dan kotor, atau dikenal dengan istilah
infeksius dan non infeksius. Menurut Mehtar (2010), ada berbagai jenis linen kotor,
antara lain :
Used linen (linen yang sudah digunakan)
Merupakan linen yang sudah digunakan oleh pasien namun tidak tampak
kotor. Meskipun tidak terlihat kotor, namun linen sudah digunakan oleh
pasien.
Infectious linen (linen infeksius)
Linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, serta sekresi atau
ekskresi dari pasien. Selain itu linen infeksius juga memiliki kontaminasi yang
mungkin tidak terlihat, misalnya oleh penggunaan linen dari pasien dengan
penyakit menular.
Manajemen linen kotor diruangan juga harus selalu diperhatikan. Linen kotor
dalam kapam pasien tidak boleh diguncang atau diacak untuk sebisa mungkin tidak
menyebarkan partikel patogen. Saat mengeluarkan linen dari tempat tidur, lipat linen
masuk ke arah tengah tempat tidur, dan pastikan ada keranjang atau tempat linen
kotor yang dibawa untuk memastikan penanganan minimum.
7
3.2 Limbah/sampah infeksius
Menurut US Enviromental Protection Agency (2011), limbah medis merupakan
semua buangan bahan yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
rumah sakit, klinik, bank darah, praktek dokter gigi, dan rumah sakit hewan/klinik,
serta fasilitas penelitian medis dan laboratorium.
Menurut Cheng et al (2009), limbah infeksius yaitu limbah yang diduga
mengandung mikroorganisme patogen dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup
untuk menyebabkan penyakit pada orang yang rentan. Limbah infeksius meliputi :
Kultur dan stok agen infeksius dari berbagai aktifitas laboratorium
Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit menular
Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari unit isolasi
Alat atau materi lain yang kontak langsung dengan orang sakit
Berdasarkan peraturan menteri ini juga, limbah infeksius yang merupakan limbah
yang terkontaminasi darah cairan tubuh dimasukkan ke dalam plastik kuning, agar
tidak mengkontaminasi yang tidak infeksius.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
9
linen dari tempat tidur, lipat linen masuk ke arah tengah tempat tidur, dan pastikan
ada keranjang atau tempat linen kotor yang dibawa untuk memastikan penanganan
minimum. Selain itu petugas kesehatan harus memastikan bahwa linen infeksius tidak
mengenai pakaian mereka. Linen yang kotor maupun basah, linen yang infeksius dan
terinfeksi harus dimasukkan kedalam plastik yang sekiranya tidak bocor dan harus
segera ditutup. Tidak boleh ada linen infeksius yang tertinggal diarea bangsal dalam
keadaan terbuka.
Hal ini sejalan dengan prosedur di rumah sakit dimana linen kotor infeksius
harus dimasukan pada plastik kuning dan segera diikat atau ditutup sehingga tidak
tercampur dengan linen lainnya. Namun fenomena yang terjadi dilapangan khususnya
di lantai 6B bahwa terdapat 72% perawat yang tidak mengklasifikasikan linen infeksi
dan linen kotor sesuai tempat pembuangan serta tidak memberikan keterangan pada
plastik kuning tentang berapa banyak linen yang infeksius dalam satu kantong plastik
kuning tersebut. Sedangkan ada 28% perawat yang mengklasifikasikan linen infeksi
dan linen kotor sesuai tempat pembuangan serta memberikan keterangan pada plastik
kuning tentang berapa banyak linen yang infeksius dalam satu kantong plastik kuning
tersebut.
Selain itu, akibat dari tidak diberikan keterangan pada setiap plastik kuning
HCA atau PCA tidak mengetahui secara detail berapa jumlah linen pada plastik
tersebut. Sehingga ketika linen kotor diantarkan ke loundry, petugas loundry yang
harus membuka kembali plastik kuning tersebut dan menghitung berapa jumlah linen
pada setiap plastik kuning tersebut. Dari fenomena ini maka hal ini menjadi suatu
kesenjangan dimana petugas loundry secara tidak langsung sudah terkontaminasi
dengan linen infeksius itu sendiri. Hal inilah yang tidak sesuai dengan teori dari jurnal
yang didapatkan tentang “Quantitative approach to defining High Touch Surface in
Hospitals” dari Huslade (2010).
10
4.2 Plan of action
Plan of action meliputi fungsi planning, organizing, staffing, actuating dan
controlling. Fungsi planning yaitu kelompok merencanakan suatu inovasi yang dapat
membantu memperbaiki kineja ruangana. Fungsi organizing yaitu kelompok
menjelaskan kepada perawat dan HCA tentang bagaimana cara penggunaan stiker
untuk linen infeksius dan apa kegunaannya. Selanjutnya fungsi staffing yaitu
kelompok memberdayakan seluruh perawat dan HCA/PCA untuk melakukan inovasi
ini.
Fungsi actuating yang dilakukan kelompok ialah memberi pengarahan dan
motivasi kepada perawat/HCA bahwa penggunaan stiker ini dapat membantu
mencegah penyebaran infeksi terutama dalam bidang linen. Selanjutnya fungsi
controlling yaitu kelompok melakukan kontrol dalam penggunaan stiker berwarna ini.
Penjelasan penggunaan dari stiker berwarna antara lain :
Tersedia stiker sebagai berikut :
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi awal yang kelompok observasi sesuai dengan
fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Umum Siloam Karawaci khususnya lantai 6B
didapatkan bahwa sebanyak 72% perawat yang tidak mengklasifikasikan linen infeksi
dan linen kotor sesuai tempat pembuangan serta tidak memberikan keterangan pada
plastik kuning tentang berapa banyak linen yang infeksius dalam satu kantong plastik
kuning tersebut. Sedangkan ada sebanyak 28% perawat yang mengklasifikasikan
linen infeksi dan linen kotor sesuai tempat pembuangan serta memberikan keterangan
pada plastik kuning tentang berapa banyak linen yang infeksius dalam satu kantong
plastik kuning tersebut.
Berdasarkan jurnal yang kami dapatkan bahwa inovasi “Pemberian Striker
Berwarna untuk jenis Linen Infeksi” dapat mepasien, perawat, HCA/PCA dan juga
petugas loundry. Hal ini juga dapat mempermudah pekerjaan perawat dalam hal
memberikan keterangan setiap plastik kuning yang berisi linen infeksius serta
pengelolaan limbah linen secara benar.
5.2 Saran
a) Bagi peneliti selanjutnya
Melalui penulisan ini diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk
menganalisa keefektifan penggunaan stiker berwarna untuk plastik linen
infeksius di rumah sakit lain.
b) Bagi rumah sakit
Melalui penulisan ini diharapkan rumah sakit dapat mencegah penyebaran
infeksi dari linen infeksius dengan menerapkan inovasi penggunaan stiker
warna untuk linen infeksius.
12
Referensi
Cheng, Y.W., et al. (2009). Medical Waste Production at Hospitals and Associated Factors.
Retrivied from http://ntur .lib.ntu.edu.tw/bitstream/246246/96748/1/16.pdf
Huslage K,. Rutala W. A., Sickbert-Bennett E., Weber D.J. (2010). A quantitative approach
to defining “high-touch” surfaces in hospitals. Infect Control Hosp Epidemiol.
Kotler, Philip., Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta:Indeks
Mehtar S. 2010. Understanding infection prevention and control. 1st edn. Cape Town: Juta &
Company Ltd, 2010, pp.294-8; 306-312.
Rangkuti, Freddy. (2013). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
US Department of Health and Human Service. (2011). Medical Waste. Retrivied from
http://www.epa.gov/wastes/nonhaz/industrial/medical/
Wulandari, Puri. (2012). Upaya Minimisasi Pengelolaan Limbah Medis di Rumah Sakit Haji
Jakarta Tahun 2011. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
13