Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN

PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

RUMAH SAKIT UMUM SIS ALDJUFRIE


Jl. SIS Aljufri No. 72 Palu
Telp. (0451) 456925 - 426575 Fax. (0451) 451363
Email : rsu.sis.aljufri@gmail.com

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif
terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya
pengelolaan linen di rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari linen kotor yang ada di
rumah sakit.
Keberhasilan Pemerintah dibidang kesehatan membuat mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit meningkat, sehingga
perlu perhatian khusus dalam menangani linen di rumah sakit. Hal ini sangat
penting jika dilihat dari sudut hygiene dan pertimbangan resiko terhadap
penularan penyakit. Semua linen yang digunakan dalam proses pelayanan
terhadap pasien, baik di ruang operasi, ruang persalinan, dan ruang rawat inap
atau rawat jalan harus dijaga dalam kondisi yang baik dan bersih
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
adalah adanya penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen dirumah
sakit. Setiap ruangan dirumah sakit membutuhkan linen, kebutuhan akan linen
disetiap ruangan sangat bervariasi, baik jenis, jumlah, dan kondisinya. Alur
pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan
banyak melibatkan tenaga kesehatan.Untuk mendapatkan kualitas linen yang
baik, nyaman, dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus seperti
kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunan bahan-bahan
kimia.
Linen kotor merupakan sumber kontaminasi udara penting di rumah
sakit.Penanganan linen dilakukan secara rutin, seperti waktu membersihkan
tempat tidur, pengangkutan linen sepanjang koridor dan ruang-ruang di rumah
sakit yang terdapat linen kotor dapat menebarkan mikroba ke seluruh bagian

2
rumah sakit. Di tempat pencucian, penumpukkan linen kotor, sekali lagi akan
menimbulkan gangguan kesehatan kepada para pekerja laudri dan dapat
mengotori linen bersih.
Sehingga agar mutu pelayanan linen tetap terjaga dengan baik dan
tidak merupakan sumber infeksi atau perantara infeksi, maka diperlukan suatu
manajemen linen yang baik dirumah sakitmulai dari perencanaan, pencucian
linen kotor menjadi linen bersih yang dapat membuat pasien nyaman dan
mencegah penyebaran infeksi, agar dapat menghasilkan mutu cucian yang
memenuhi syarat hygiene serta dengan biaya yang dapat ditekan serendah
mungkin.

B. Pengertian
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun. Laundry adalah
tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa
mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan
mesin strika (menurut Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan.
Linen kotor adalah semua linen yang sudah dipakai pasien atau yang
telah digunakan dalam dalam asuhan keperawatan.Linen infeksius adalah
semua jenis linen yang terkena cairan tubuh pasien, seperti darah, nanah, air
seni, feses, dll.Linen non infeksius adalah semua linen kotor yang tidak terkena
cairan tubuh pasien/kotoran pasien.

C. Tujuan
Tujuan Pengelolaan Linen dan Laundry adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen dirumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai panduan dalam memberikan pelayanan linen dirumah sakit.
b. Sebagai panduan kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering,
rapi, utuh, dan siap dipakai.

3
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk
terjadinya infeksi silang.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, kontraktor, dan
lingkungan dari terpapar dari bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit dirumah sakit.

4
BAB II
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY
A. Peraturan – Peraturan terkait dengan Pengelolaan Linen dan Laundry bagi
Rumah Sakit:
a. Permenkes 1204/Menkes/SK/XI/2004 Mengatur tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah sakit.
b. Depkes RI tahun 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah
Sakit.
c. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tahuh 1990.

B. Peran dan Fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting.
Diawali dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah
proses pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen
kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan,
sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak
atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unit yang
membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka
diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah
perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, kontrol, dan
pemeliharaan fasilitas, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang
membutuhkan.
a. Aspek Penting Dalam Mengelola Linen adalah :
1. Kebersihan
2. Keindahan
3. Kerapian
4. Sterilisasi
5. Kelancaran dalam pengambilan linen kotor dan pendistribusian linen
bersih.
6. Kecukupan persedian linen bersih yang dibutuhkan.
7. Pemeliharaan Sarana

5
8. Perbaikan.
b. Pengelompokan Linen
Linen adalah bahan yang terbuat dari kain/tenun yang digunakan di
rumah sakit untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantal, guling, dan alat
instrument steril lainnya. Linen dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Linen Infeksius
Linen infeksius adalah linen kotor bekas pasien yang berpenyakit menular
(hepatitis, AIDS, TBC, dll) terkena cairan tubuh pasien seperti darah,
nanah, air seni, feses.Linen infeksius dimasukkan ke dalam kantong
dengan dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup dengan
plastik berwarna kuning dan diberi lebel infeksius.
2. Linen Non Infeksius
Linen non infeksius adalah semua linen kotor yang telah dipakai pasien
dengan penyakit tidak menular atau yang tidak terkena cairan tubuh pasien
atau kotoran pasien. Linen non infeksius dimasukkan ke dalam plastik
hitam.

C. Cara Bersihkan Noda Darah


Ada beberapa cara untuk membersihkan noda darah, antara lain :
1. Sabun mandi batangan manfaat sabun mandi yang murah ini
memiliki Ph yang terkandung tidak cocok untuk kulit halus. Tapi ada
manfaat lain yang bisa didapatkan dari sabun mandi batangan ini.
Oleskan sabun mandi pada daerah yang terkena noda darah. Diamkan
sesaat, kemudian kucek hingga noda darah terlihat samar. Bilas
dengan air. Bila noda darah masih terlihat, ulangi langkah tersebut.
2. CukaTuangkan cuka secukupnya pada daerah yang terkena noda
darah. Diamkan kurang lebih 15 (lima belas) menit. Kemudian bilas.
3. GaramLarutkan garam secukupnya. Kemudian gunakan untuk
mencuci daerah yang terkena noda darah tersebut. Setelah bersih,
bilaslah dengan air hangat dan cuci seperti biasa.
4. Sagu Apabila yang ternoda adalah baju kesayangan yang harus di-
dry clean, larutkan sedikit sagu. Kemudian sikatkan pada bagian yang

6
terkena noda. Setelah noda terlihat samar, barulah bisa membawanya
ke laundry langganan.
D. Cara Mencuci, Menjemur, Menyetrika, Menyimpan Pakaian/Baju Agar
Awet Tahan Lama, Rapi & Bagus.
Membeli pakaian adalah ritual rutin yang harus dilakukan oleh
seseorang. Orang akan terpaksa membeli baju, celana, pakaian dalam, kaus
kaki, jaket, dsb jika yang lama sudah tidak layak dipakai lagi alias rusak.
Jika baju-baju yang lama dapat bertahan lebih lama maka kita pun bisa
menghemat pengeluaran sandang kita.

a. Cara Mencuci Pakaian / Baju


1. Untuk pakaian yang baru sebaiknya dalam mencuci harus di cuci sendiri
tidak digabung dengan pakaian yang lain dan tidak di mesin cuci agar
aman dari kasus kelunturan. Jika pencucian pertama dan kedua tidak ada
masalah maka selanjutnya bisa menggabungkan dengan pakaian lain
untuk pencucian selanjutnya.
2. Pilah-pilah pakaian sebelum mencuci berdasarkan tingkat kekotorannya
dan tingkat terkontaminasinya terhadap kuman infeksius. Jangan
menggabung pakaian infeksius dan non infeksius karena baju dapat
terkontaminasi .
3. Jangan rendam kaos, celana, baju, dan lain-lain yang disablon terlalu
lama lebih dari satu jam di dalam larutan deterjen agar tidak rusak.
4. Apabila membeli atau mendapat baju bekas / second yang pernah dipakai
orang lain maka cuci pakaian tersebut dengan deterjen yang dapat
membunuh/disinfektan agar penyakit-penyakit yang menempel di baju-
baju tersebut dapat hilang.
5. Pada saat mencuci gunakan perasaan dan jangan emosi. Hati-hati pada
saat menyikat pakaian, memeras pakaian, mengucek pakaian,
membanting pakaian, dll jangan terlalu keras agar baju tidak cepat rusak
dan melar.
6. Bila menginginkan hasil yang lebih baik dan lebih bersih serta lebih
yakin maka sebaiknya cuci pakaian tersebut secara manual dengan

7
tangan anda sendiri. Mesin cuci yang pada saat mencuci diset tidak
sesuai dengan bahan pakaian atau sablon bisa membuat pakaian rusak.
7. Biasanya pada label pakaian yang terdapat di leher atau bagian pinggang
terdapat pesan-pesan dari pabrik mengenai perlakuan yang seharusnya
dilakukan pada saat mencuci pakaian tersebut. Ada aturan tentang suhu
air, zat kimia untuk mencuci, cara menyetrika, dsb. Pelajari bahan-bahan
pakaian dan cara pencuciannya agar tidak salah metode / teknik mencuci.
8. Zat pemutih pakaian yang terlalu kuat dapat menyebabkan sablon
mengelupas dan rusak serta membuat bahan pakaiannya menjadi lebih
tipis dan kasar.
9. Pakaian jenis tertentu dengan bahan khusus atau mudah rusak sebaiknya
cucilah di tempat cuci laundry profesional agar pakaian kita bisa awet
selalu.
10. Pada bilasan terakhir bisa menggunakan cairan pelembut dan pewangi
pakaian untuk hasil pencucian yang terbaik.
11. Jika ada baju yang terkena noda makanan atau noda kimia lainnya
sebaiknya lekas dibersihkan agar lebih mudah dihilangkan nodanya
daripada menunggu yang akhirnya malah sulit dibersihkan.
12. Hati-hati dengan pembersih noda / bleaching karena bisa mengubah
warna pakaian jadi belang. Tes dulu pada bagian bahan yang
tersembunyi sebelum mencoba membersihkannya.

b. Cara Menjemur Pakaian / Baju


1. Untuk bahan seperti kaos yang bisa melar sebaiknya pada saat
dijemur jangan digantung dengan hanger agar kerah atau bagian
leher tidak melar.
2. Pakaian yang ada sablon / sablonan seperti kaos / t-shirt sebaiknya
dijemur setelah baju dibalik. Jadi yang terkena matahari secara
langsung adalah baju bagian dalam agar warna baju tidak cepat
pudar dan kusam.
3. Selain dengan cara menjemur pakaian pada sisi sebaliknya, bisa
juga menjemur pakaian dengan posisi miring terhadap cahaya

8
matahari agar tidak terlalu panas.
4. Dalam menjemur pakaian sebaiknya gunakan penjepit baju agar
baju tidak beterbangan tertiup angin kencang yang dapat membuat
baju kembali kotor jika jatuh ke tanah atau lantai yang kotor.
c. Cara Menyetrika Pakaian / Baju
1. Gunakan cairan pelicin pakaian agar hasil setrikaan lebih bagus,
tidak kusut dan harum baunya.
2. Untuk kaos dan pakaian lain yang ada sablonan sebaiknya disetrika
setelah dibalik di mana yang tersetrika adalah bagian sisi yang
lainnya agar sablonan awet tidak mengelupas, rusak atau luntur
terkena suhu panas.
3. Setrikalah baju sesuai aturan yang tertera pada label pesan
perlakuan pakaian yang biasanya ada di bagian leher atau
pinggang. Pelajari suhu-suhu yang perlu diset untuk setiap jenis
bahan agar tidak salah setrika.
4. Menyetrika pakaian sebaiknya dilakukan ketika pakaian benar-
benar kering habis dijemur di terik matahari cukup agar pakaian
lebih awet tidak rapuh.
d. Cara Menyimpan Pakaian
1. Simpanlah pakaian di tempat yang bersih, kering, tidak berdebu
dan tertutup rapat. Bersihkan dulu dengan lap kering atau lap basah
jika kotor sekali.
2. Sebelum menyimpan pakaian pada lemari pakaian sebainya
pastikan terlebih dahulu tingkat kekeringan pakaian tersebut.
Pastikan telah kering benar agar tidak menimbulkan bau tidak
sedap.
3. Jangan menyimpan pakaian di tempat yang penuh sesak agar
mudah diambil jika diperlukan dan tidak membuat pakaian menjadi
kusut tidak rapi.
4. Cuci dengan bersih pakaian sebelum disimpan dan keluarkan
benda-benda yang ada di dalam saku. Pakaian yang kotor atau
mengandung makanan bisa mengundang serangga yang akhirnya

9
merusak pakaian.
5. Baju bisa digantung di hanger agar baju rapi tanpa bekas lipatan.
Untuk celana bisa digantung dan bisa juga dilipat untuk
menghemat ruangan penyimpanan pakaian.
6. Gunakan kamper dan alat penghilang kelembabab air untuk
menjaga pakaian tetap terjaga dalam kondisi yang prima dan baik
serta menghadang serangga perusak pakaian.

10
BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

A. Jenis Linen
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit, jenis
linen yang dimaksud adalah :
1. Sprei putih
2. Sarung bantal putih
3. Sarung guling putih
4. Selimut biru
5. Selimut Coklat
6. Selimut Pink
7. Perlak rawat inap
8. Perlak OK
9. Tirai/gorden
10. Kelambu
11. Baju operasi
12. Baju pasien
13. Baju bayi, kain bedong, gurita, laken.
14. Handuk
15. Wash lap

B. Tata laksana pengelolaan linen


Tata laksana pengelolaan pencucian linen secara umum terdiri dari
perencanaan, penerimaan linen kotor, Penimbangan, pensortiran/pemilahan,
proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir
linen rusak, pelipatan, merapikan, pengepakan/pengemasan, penyimpanan,
pendistribusian, perawatan kualitas linen, dan pencatatan serta pelaporan.

11
C. Alur Proses Pengelolaan Linen

ALUR PROSES LINEN

Pengumpulan Penyortiran Transportasi


Pencucian

Pelipatan Penyetrikaan Pengeringan


Pemerasan

Penyimpanan Penghitungan Transportasi Penggunaan

a. Pengumpulan
Pada umumnya linen-linen yang bekas dipakai oleh pasien yang
mudah menularkan penyakit harus dikumpulkan secara terpisah dari
keseluruhan linen. Ini penting agar bakteri-bakteri atau kuman-kuman
yang menempel pada linen-linen dari rumah sakit tidak menular pada
linen-linen lain. Pengumpulan linen dengan menggunakan kantong
plastik yang berbeda. Untuk linen infeksius dimasukkan dalam kantong
plastik berwarna kuning, dan non infeksius dalam kantong plastik warna
hitam.
b. Penyotiran
Penyortiran linen kotor dilakukan pada saat pengumpulan linen,
sebelum dibawa ke area pencucian linen. Penyotiran linen kotor perlu
dilakukan untuk menjamin efisiensi waktu dicuci/laundri dan
memberikan keuntungan misalnya: hemat waktu, hemat deterjen. Bahan
dari polyester/cotton hendaknya dipisahkan ke dalam tinggkat
pengotorannya berat atau sedang untuk diproses. Tanpa penyotiran bahan

12
yang tingkat pengotorannya berat sering masih kurang bersih sedang
yang tingkat pengotorannya biasa akan kelebihan proses. Bahan yang
bewarna harus di pisahkan dari bahan yang putih untuk mencegah
kelunturan bagi bahan yang putih. Begitupun dengan bahan yang
infeksius harus terpisah dengan yang non infeksius.
c. Transportasi
Pada saat pengangkutan cucian kotor, cucian diterima di bagian
penyortiran dengan berbagai cara dapat diangkut dengan menggunakan
trolley. jangan diseret / ditarik dengan troly, untuk menjaga kesehatan
jangan memakai troly yang sama untuk membawa bahan yang bersih /
kotor.
1. Jika linen terkena cairan tubuh  masukan ke troli menggunakan
plastik kuning
2. Membawa troly  Jangan melebihi muatan, jangan menggunakan
kantong yang rusak.
d. Pencucian
Untuk linen infeksius atau terkontaminasi, sebelum dimasukkan
kedalam mesin cuci, linen di sikat dan dicuci dengan air mengalir sampai
linen bersih dari gumpalan/cairan darah atau cairan tubuh lainnya.
Kemudian linen direndam dengan menggunakan cairan desinfektan
selama 15 menit. Setelah itu linen dibilas dan dimasukkan ke dalam
mesin cuci. Lakukan proses pencucian. Untuk linen non infeksius, tidak
perlu dilakukan proses perendaman, cukup langsung dimasukkan
kedalam mesin cuci. Sebaiknya menggunakan detergen yang dapat
menghilangkan kotoran organik dan inorganik, mudah dibilas, dan dapat
mencegah pengendapan deposit air.
e. Pemerasan
Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di
cucian supaya cucian cepat kering.
f. Pengeringan, penyetrikaan
Pengeringan adalah bagian penting dalam proses pencucian.
Pengeringan menggunakan sinar matahari, tetapi tidak dilakukan

13
dibawah sinar matahari langsung untuk mencegah warna pudar. Setelah
kering, linen di setrika secara manual.
g. Pelipatan
Pelipatan dilakukan dengan tangan. Jika bahan masih kotor
pelipatan tidak diteruskan, simpan disamping untuk dicuci kembali. Hal
ini untuk menghindari komplain.
h. Penyimpanan
Setelah bahan dilipat disimpan digudang tersendiri untuk dipakai
hari berikutnya. Bahan yang dipres permanen sebaiknya disimpan dalam
keadaan terlipat paling sedikit satu malam sehingga tidak akan kusut bila
digunakan.
i. Penghitungan
Penghitungan linen dilakukan sebelum linen dibawa ke ruangan-
ruangan. Agar dapat terorganisir berapa jumlah linen yang terpakai dan
dipakai di ruangan-ruangan.
j. Transportasi
Pendistribusian linen yang sudah bersih dari linen ke ruangan-
ruangan. Hindari membawa pakaian yang terlalu berlebihan atau tercecer
agar pakaian tidak jatuh dan terkena kotoran.
k. Penggunaan
Linen siap untuk digunakan.

1. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Linen


a) Sarana Pengelolaan Linen
Sarana untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan untuk
memudahkan koordinasi selama pengoperasian. Tata letak dan hubungan
antar ruangan memerlukan perencanaa teknik untuk memudahkan
penginstalan listrik, uap, air panas, dan penunjang lainnya. Sarana fisik
instalasi pencucian terdiri dari :
1) Ruang penerimaan linen terdiri dari :

14
a. Meja penerima untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
Linen yang diterima harus sudah terpisah antara kantung kuning
untuk terinfeksi dan kantung hitam untuk sampah tidak terinfeksi.
b. Timbangan
c. Tempat yang cukup untuk linen kotor agar dilakukan desinfeksi
sesuai standart.
2) Ruang pemisahan linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang
tidak terinfeksi dan lantai yang digunakan dalam ruangan tidak boleh
dari bahan yang licin.
3) Tempat pencucian dan pengeringan linen.
Tempat ini terdiri dari mesin cuci dan tempat pengering linen. Lantai
tempat ini tidak boleh dibuat dari bahan yang licin dan perlu
diperhatikan kemiringannya. Mesin cuci yang digunakan untuk
pencucian linen infeksius dan non infeksius harus dibedakan karena
apabila tercampur dapat mengkontaminasi linen non infeksius dan
akan menyebarkan bibit penyakit. Persyaratan mesin cuci yang
digunakan khusus linen dan laundry adalah :
a. Mesin cuci dengan kapasitas besar (diatas 100 kg) disarankan
memiliki 2 (dua) kompartemen (pintu) yang membedakan antara
memasukkan linen infeksius dan non infeksius dengan hasil
pencucian linen bersih. Antara 2 kompartemen dibatasi dengan
partisi yang kedap air, karena fungsi pemisahan tersebut adalah
menghindari kontaminasi dari linen kotor dengan linen bersih.
b. Mesin cuci dengan kapasitas sedang dan kecil (25-100 kg) tanpa
penyekat.
c. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian langsung dialirkan
menuju IPAL.
d. Peralatan pendukung yang digunakan untuk membantu proses
pemanasan (Desinfeksi) :
1. Pencatat suhu (tremometer) pada mesin cuci.

15
2. Termostaat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin
cuci.
3. Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur
jumlah air yang dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia
pada saat desinfektan.
4) Ruang penyetrikaan linen
Ruang ini terdiri dari alat daan meja penyetrikaan linen..
5) Ruang penyimpanan linen
Ruang penyimpanan linen terdiri dari lemari dan rak untuk
menyimpan linen serta meja administrasi. Ruangan ini harus bebas
dari debu dan pintu masuk dan pintu lemari harus selalu tertutup.

b) Prasarana Pengelolaan Linen


Prasarana untuk instalasi pengelolaan linen mempunyai peran yang
penting untuk pelaksanaan pengelolaan linen. Prasarana yang digunakan
utnuk pengelolaan linen adalah :
1. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik, adapun
tenaga listrik yang digunakan di Instalasi Pencucian terbagi dua bagian
antara instalasi penerangan dan instalasi tenaga. Daya di instalasi
pencucian cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras,
mesin pengering, dan alat setrika. Untuk instalasi kotak kontak
disarankan untuk memperhatikan penempatan, yaitu harus menjauhi
daerah yang lembab dan basah. Jenis kontak hendaknya yang tertutup
agar terhindar dari udara lembab, sentuhan langsung, dan parallel yang
melebihi kapasitas penggunaan.
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40%
dari kebutuhan air dirumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat
tidur per hari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air
bersih sesuai standart air bersih berdasarkan Permenkes No.416 tahun

16
1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya
garam dan besi.

3. Penanganan dan Pengangkutan Linen


Mengurangi terjadinya kontaminasi udara akibat linen kotor selama
penanganan dan pengangkutan dapat dilakukan melalui berbagai cara.
Pada prakteknya sedikit sulit untuk menurunkan kontaminasi, tetapi
dengan penyediaan kantong plastik untuk mengumpulkan linen kotor
akan sangat membantu dalam mengurangi penyebaran kuman.
Alat pengangkut utama linen di rumah sakit adalah kereta dorong,
kereta dorong idealnya untuk linen kotor dan linen bersih terpisah.
Untuk membedakan biasanya kereta didesain berbeda baik bentuk dan
warnanya sehingga tidak terjadi kekeliruan penggunaan. Bila harus
menggunakan kereta yang sama, maka perlu disediakan pelapis plastic
yang kuat untuk menghindari kontaminasi dan kereta harus dicuci
secara berkala, disarankan kereta tersebut terbuat dari kerangka
stainless steel yang dapat dan mudah dicuci setelah digunakan untuk
linen kotor.
4. Pencucian Linen Kotor
Umumnya linen kotor disortir dulu sebelum dicuci. Keuntungan
penyortiran antara lain linen sejenis dapat dicuci bersama, jadi akan
menghemat siklus pemakaian untuk tiap jenis dan proses penanganan
linen bersih dapat hemat sehingga mengurangi kontaminasi. Tiap
laundry mempraktekkan siklus pencucian masing-masing namun
langkah-langkah pencucian akan meliputi pembilasan pertama, tahap
penyabunan, dan tahap pembilas akhir.
Dari proses pencucian tersebut bahwa selama siklus pencucian
linen akan kontak dengan bahan kimia untuk membunuh mikroba yang
terdapat pada linen. Meskipun proses pencucian linen mampu
memberikan perlindungan terhadap linen, tetapi proses tersebut bukan
sterilisasi.
5. Penanganan Linen Bersih

17
Setelah linen dicuci kemudian dipindahkan ke mesin pemeras,
pengering, penyetrika atau proses lainnya, sehingga mungkin
terkontaminasi ulang. Tenaga bagian pencucian perlu menyadari hal
tersebut dan sejauh mungkin diupayakan mengurangi kontaminasi
ulang .Berbagai penataan di ruang pencucian didesain bertujuan untuk
tidak terjadinya kontaminasi ulang.
Terlepas dari desain yang ada, desain dasar ruang pencucian yang
harus diperhatikan adalah harus ada pemisahan antara penyortiran linen
kotor dan linen bersih, mengurangi jarak transportasi antara satu proses
dan proses berikutnya, para pekerja yang menangani linen bersih
hendaknya mengenakan seragam yang bersih dan terlatih dalam teknik
kebersihan, mengenakan penutup kepala serta selalu mempraktekkan
perilaku mencuci yang benar dan pembungkus linen bersih lebih baik
menggunakan kantong plastic.
6. Peralatan dan Bahan Pencuci
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci
kimiawi dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak
bahan linen yang akan dicuci serta tidak merusak mesin cuci, kulit
petugas yang melaksanakan dan hasil limbah buangannya tidak
merusak lingkungan, maka bahan kimia yang digunakan untuk proses
pencucian harus diperhatikan. Peralatan yang digunakan pada instalasi
pencucian antara lain adalah :
a. Mesin cuci/ Washing Machine
b. Setrika/ Ironer
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila digunakan
sesuai dengan prosedur. Jika menggunakan bahan kimia secara
berlebihan tidak akan membuat hasil menjadi baik, begitu juga apabila
kekurangan. Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari :
1. Detergen/sabun pencuci mempunyai peran untuk menghilangkan
kotoran secara global.
2. Bleach/pemutih digunakan untuk mengangkat kotoran/noda,
memutihkan linen, dan bertindak sebagai desinfektan.

18
3. Softener digunakan untuk melembutkan linen, digunakan pada
proses akhir pencucian.
4. Bahan desinfektan (Chlorine) digunakan untuk
menghilangkan/membunuh kuman yang terdapat pada linen yang
terinfeksi.

2. Kalibrasi Linen
a) Linen tidak boleh sobek.
b) Linen tidak kusut.
c) Linen tidak boleh berbau amis, keadaan linen harus tetap segar dari segi
warna dan bau.
d) Tidak boleh terdapat bercak-bercak noda.
e) Warnanya tetap cerah dan tidak belang.
f) Linen tidak terbuat dari bahan yang tipis yang dapat mengakibatkan linen
menerawang.
3. Penyebab Linen Cepat Rusak
a) Bahan linen yang dibeli kualitasnya kurang bagus.
b) Noda yang timbul pada linen susah dibersihkan/dihilangkan.
c) Bahan pencucian linen yang digunakan kurang baik.
d) Stock linen yang kurang memadai sehingga digunakan terus menerus.
e) Pada saat proses penjemuran linen terkena panas matahari langsung.
4. APD yang digunakan untuk pekerja adalah :
a) Masker
b) Penutup kepala
c) Sarung tangan karet
d) Baju kerja
e) Sepatu Boot
f) Apron
5. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang
berada dirumah sakit yang meliputi linen diruang perawatan maupun baju
beda diruang operasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju

19
kerja biasanya tidak dikelompokkan pada kategori linen, tetapi dikategorikan
sebagai seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap, dan
sebagainya sehingga dalam perkembangan manajemennya menjadi tidak
sederhana lagi, berhubung tiap bagian di rumah sakit mempunyai spesifikasi
pekerjaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, dan
keterbatasan persediaan. Untuk itu diperlukan standart linen, antara lain :
a. Standart produk
Sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya rumah sakit
mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi massal dan
mencapai skala ekonomi. Produk dengan kualitas tinggi akan memberikan
kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan mempunyai waktu
penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi lebih optimum
dibandingkan produk yang lebih murah.
b. Standart desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya
dari pada estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis, dan unisex
merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju bedah dan baju pasien.
Sizing system dengan membedakan warna, diaplikasikan pada baju
tertentu untuk mengakomodasikan individu pemakai. Untuk kepentingan
praktis beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang fitted selain
yang flat. Tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan pada waktu
pemeliharaan, penggunaan kancing dan sambungan baju lebih baik
dihindari.
c. Standart material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara
perawatan, dan penampilan yang diharapkan. Beberapa standart kain yang
digunakan dirumah sakit adalah cotton 100%, poly-cotton 65%-35%, dan
polyester 100%.
d. Standart ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi
penggunaan, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang

20
timbul. Makin luas dan berat maka makin mahal biaya pengadaan dan
pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran tempat tidur yang standart,
misalnya 90x200 cm, maka ukuran linen bisa distandartkan menjadi :
 Sprei/laken : 160x275 cm
 Sarung bantal : 50x70 cm
 Steek laken : 75x160 cm
 Selimut lurik : 120x200 cm
 Zeil/perlak : 65x110 cm
e. Standart jumlah
Idealnya jumlah stok linen adalah 5 par (kapasitas) dengan posisi 3
par berputar di ruangan. Stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci, stok 1 par
cadangan dan 2 par disimpan di gudang : 1 par sudah terjahit dan I par
berupa lembaran kain.
f. Standart penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan
prosedur normal. Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standart
kelaikan sebuah linen, dengan umur linen, kondisi fisik atau dengan
frekuensi cuci.
g. Standart penggantian linen
1) Setiap pengambilan linen kotor, linen langsung diganti dengan yang
bersih.
2) Linen bersih yang diterima adalah linen yang tidak bernoda dan tidak
sobek/cacat.
3) Linen di lipat dengan rapi/tidak ada kusut pada kain linen agar terkesan
bersih dan baik.
4) Apabila terdapat pasien, linen harus diganti setiap harianya agar
kebersihan dan kesehatan pasien tetap terjaga dengan kebersihan linen.
Apabila pasien menolak untuk diganti linennya maka harus
memberikan tanda tangan tentang penolakan penggantian linen.
5) Linen yang terkena cairan tubuh pasien atau kotoran pasien wajib
dibersihkan dengan disinfektan agar dapat memutus mata rantai
penyebaran penyakit infeksius.

21
6. Prosedur Untuk Linen Kotor Infeksius dan Non Infeksius.
Penanganan linen dimulai dari proses verbeden (penggantian linen).
Pelaksanaan verbeden dilakukan oleh perawat yang bertugas, dimana
sebelum dilakukan penggantian linen bersih harus melepaskan linen kotor.
Dengan demikian perawat tersebut akan kontak dengan linen kotor infeksius
maupun non infeksius.
a. Prosedur untuk linen kotor infeksius adalah :
1. Biasakan mencuci tangan menggunakan hand rub sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD dengan lengkap (baju kerja, sarung tangan, apron,
masker, dan penutup kepala)
3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pencucian.
4. Lipat bagian yang terinfeksi dibagian dalam lalu masukkan linen kotor
infeksius ke dalam ember tertutup dan dibawa ketempat pencucian.
5. Noda darah dan feses terlebih dahulu harus dibersihkan dan di basahkan
dengan air lalu masukkan ke dalam kantung transparan untuk
memisahkan antara linen warna dan linen putih (kantung khusus linen
kotor infeksius).
6. Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah tertutup/tersegel
dimasukkan kembali ke dalam kantung luar berwarna (sesuai dengan
standart).
7. Kumpulkan ke troli linen kotor dan siap dibawa ke laundry dalam
keadaan tertutup.
b. Prosedur Untuk Linen Kotor Tidak Infeksius :
1. Biasakan mencuci tangan menggunakan hand rub sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD : Sarung tangan, masker, dan apron.
3. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
4. Lipat bagian yang terkena noda di bagian dalam lalu masukkan linen
kotor ke dalam ember tertutup.

22
5. Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukkan dan
dikumpulkan ke troli linen kotor untuk di bawa ke laundry.
2. Tata laksana pengelolaan laundry
Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi
organisme adalah :
1. Diruangan- ruangan.
2. Perjalanan transportasi linen kotor.
3. Pencucian di laundry.
4. Penyimpanan linen bersih.
5. Distribusi linen bersih.
Dalam pelaksanaan pengelolaan linen dan laundry ada beberapa hal yang
perlu diperhatian, antara lain :
1. Tenaga Laundry
Tenaga yang diperlukan untuk mengelola linen adalah :
a. Linen kotor masing-masing ruangan dikumpulkan oleh perawat atau
tenaga yang bertugas, dimasukkan ke dalam kantong yang sudah
dipersyaratkan.
b. Proses pengumpulan, pengangkutan, pencucian, penyimpanan, dan
pendistribusian dilakukan oleh tenaga dengan kualifikasi SMP dan
pelatihan khusus.
c. Proses pengelolaan linen diawasi oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi D-I dan pelatihan khusus.

Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja


terhadap tenaga pencuci maka perlu pencegahan dengan :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG, dan hepatitis.
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit tidak
diperbolehkan melakukan pencucian.
2. Tahapan Kerja di Laundry
Setiap linen kotor harus diambil untuk dilakukan pencucian setiap hari
secara rutin, dan kebutuhan linen bersih tercukupi.Sebelum linen kotor

23
infeksius maupun non infeksius di tangani oleh laundry ada beberapa
tahapan yang dilakukan di bagian laundry antara lain :
a. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat
timbangan, sedangkan jumlah satuan berasal dari informasi ruangan
dengan formulir yang sudah distandarkan. Tidak dilakukan
pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran organisme.
b. Pemilihan dan penimbangan linen kotor.
Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria antara linen
kotor infeksius dan non infeksius, upayakan tidak melakukan
pensortiran karena pensortiran untuk linen infeksius sangat tidak
dianjurkan, penggunaan kantung sejak dari ruangan adalah salah satu
upaya menghindari sortir. Penimbangan sesuai dengan kapasitas yang
dihasilkan dan kriteria untuk menghitung kebutuhan bahan kimia dalam
tahapan proses pencucian.
c. Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih),
awet (tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas
dari mikroorganisme pathogen). Untuk dapat mencapai tujuan
pencucian, harus mengikuti persyaratan teknis pencucian antara lain
waktu, suhu, bahan kimia, dan mesin.
d. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian slesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang
memiliki fungsi pemerasan/extractor, namun jika mesin cuci extractor
terpisah, maka diperlukan troli untuk memindahkan hasil cucian dari
mesin cuci menuju extractor. Troli diupayakan dipelihara
kebersihannya dan pencucian dengan desinfektan sebelum melakukan
pekerjaan. Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada putaran
tinggi.
e. Pengeringan.

24
Setelah proses pemerasan, pengeringan linen dilakukan secara
manual dengan cara menjemur ditempat yang tidak terkena langsung
cahaya matahari.
f. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika, tetapi harus
diperhatikan suhunya karena linen mempunyai keterbatasan terhadap
suhu.
g. Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah
digunakan pada saat penggantian linen, dimana tempat tidur kosong
atau saat pasien di atas tempat tidur. Linen yang perlu diperhatikan
khusus pada pelipatannya adalah sprei, steek laken, zeil, sarung
bantal/sarung guling, dan selimut.
h. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan untuk melindungi linen dari
kontaminasi ulang, baik dari bahaya mikroorganisme ataupun vektor.
Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan menurut masing-masing
ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus. Sebelum
disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastik transparan sebelum
didistribusikan.
i. Pendistribusian.
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting untuk
pencatatan linen yang keluar. Linen tersimpan sebelumnya yang
mengendap di penyimpanan harus dikeluarkan, sedangkan yang selesai
dicuci disiapkan untuk yang berikutnya.
j. Penggantian linen rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan karena umur linen yang terlalu
lama dan kesalahan pencucian. Dua kategori tersebut dapat diketahui
dari sistem pencatatan yang mengenai perputaran linen yang tercatat
setiap harinya, bahkan dapat diketahui ruangan yang menghilangkan
atau merusak namun dapat juga kerusakan terjadi pada saat proses
pencucian akibat petugas yang menangani laundry.

25
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki (diserahkan kepenjahit)
dan ada yang memang harus mendapatkan penggantian. Jenis kerusakan
yang harus mendapatkan penggantian adalah linen terkena noda yang
sudah tidak dapat dihilangkan, kerapuhan beberapa bagian akibat bahan
kimia korosif, dan robek karena tersangkut.

3. Pengaturan ruang laundry


a. Ruang laundry diatur sedemikian rupa untuk membedakan cucian
linen kotor dengan linen bersih, agar tidak terjadi kontaminasi.
b. Area laundry diberikan ventilasi yang cukup.
c. Tersedianya sarana cuci tangan dan alat pelindung diri bagi
personal laundry.
d. Ruang administrasi, dan ruang istirahat terpisah dari ruang
produksi.

26
27

Anda mungkin juga menyukai