Anda di halaman 1dari 24

BAB I

DEFINISI PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

1.1.Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan
sekitarnya.Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan linen di rumah sakit
sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari linen
kotor yang ada rumah sakit.
Keberhasilan Pemerintah dibidang kesehatan membuat mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit meningkat, sehingga perlu perhatian khusus
dalam menangani linen di rumah sakit. Hal ini sangat penting jika dilihat dari sudut
hygiene dan pertimbangan resiko terhadap penularan penyakit. Semua linen yang
digunakan dalam proses pelayanan terhadap pasien, baik di ruang operasi, ruang
persalinan, dan ruang rawat inap atau rawat jalan harus dijaga dalam kondisi yang baik
dan bersih
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit adalah
adanya penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen dirumah sakit. Setiap
ruangan dirumah sakit membutuhkan linen, kebutuhan akan linen disetiap ruangan sangat
bervariasi, baik jenis, jumlah, dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang,
membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan.Untuk
mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman, dan siap pakai, diperlukan perhatian
khusus seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunan bahan-
bahan kimia.
Linen kotor merupakan sumber kontaminasi udara penting di rumah
sakit.Penanganan linen dilakukan secara rutin, seperti waktu membersihkan tempat tidur,
pengangkutan linen sepanjang koridor dan ruang-ruang di rumah sakit yang terdapat linen
kotor dapat menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah sakit. Di tempat pencucian,
penumpukkan linen kotor, sekali lagi akan menimbulkan gangguan kesehatan kepada para
pekerja laudri dan dapat mengotori linen bersih.
Sehingga agar mutu pelayanan linen tetap terjaga dengan baik dan tidak
merupakan sumber infeksi atau perantara infeksi, maka diperlukan suatu manajemen linen
yang baik dirumah sakitmulai dari perencanaan, pencucian linen kotor menjadi linen
bersih yang dapat membuat pasien nyaman dan mencegah penyebaran infeksi, agar dapat
menghasilkan mutu cucian yang memenuhi syarat hygiene serta dengan biaya yang dapat
ditekan serendah mungkin.

1.2.Pengertian
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun. Laundry adalah tempat
pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin strika (menurut
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan.
Linen kotor adalah semua linen yang sudah dipakai pasien atau yang telah
digunakan dalam dalam asuhan keperawatan.Linen infeksius adalah semua jenis linen
yang terkena cairan tubuh pasien, seperti darah, nanah, air seni, feses, dll.Linen non
infeksius adalah semua linen kotor yang tidak terkena cairan tubuh pasien/kotoran pasien.

1.3.Tujuan
Tujuan Pengelolaan Linen dan Laundry adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen dirumah sakit.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Sebagai panduan dalam memberikan pelayanan linen dirumah sakit.
b. Sebagai panduan kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi,
utuh, dan siap dipakai.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, kontraktor, dan lingkungan
dari terpapar dari bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit dirumah sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

2.1.Peraturan – Peraturan terkait dengan Pengelolaan Linen dan Laundry bagi Rumah Sakit:
a. Permenkes 1204/Menkes/SK/XI/2004 Mengatur tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah sakit.
b. Depkes RI th 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit.
c. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia th 1990.

2.2.Peran dan Fungsi


Peran pengelolaan manajemen linen dirumah sakit cukup penting. Diawali dari
perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur
aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan,
proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak,
pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke
unit-unit yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka diperlukan alur
yang terencana dengan baik.Peran sentral lainnya adalah perencanaan, pengandaan,
pengelolaan, pemusnahan, kontrol, dan pemeliharana fasilitas, sehingga linen dapat
tersedia di unit-unit yang membutuhkan.

2.3.Aspek Penting Dalam Mengelola Linen adalah :


d. Kebersihan
e. Keindahan
f. Kerapian
g. Sterilisasi
h. Kelancaran dalam pengambilan linen kotor dan pendistribusian linen bersih.
i. Kecukupan persedian linen bersih yang dibutuhkan.
j. K3
k. Pemeliharaan Sarana
l. Perbaikan.

2.4.Pengelompokan Linen
Linen adalah bahan yang terbuat dari kain/tenun yang digunakan di rumah sakit
untuk kebutuhan pembungkus kasur,bantal, guling, dan alat instrument steril lainnya.
Linen dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Linen Infeksius
Linen infeksius adalah linen kotor bekas pasien yang berpenyakit menular (hepatitis,
AIDS, TBC, dll) terkena cairan tubuh pasien seperti darah, nanah, air seni,
feses.Linen infeksius dimasukkan ke dalam kantong dengan dengan segel yang dapat
terlarut di air dan kembali ditutup dengan plastik berwarna kuning dan diberi lebel
infeksius.
b. Linen Non Infeksius
Linen non infeksius adalah semua linen kotor yang telah dipakai pasien dengan
penyakit tidak menular atau yang tidak terkena cairan tubuh pasien atau kotoran
pasien.Linen non infeksius dimasukkan ke dalam plastik hitam.

2.5.Cara Bersihkan Noda Darah


Ada beberapa cara untuk membersihkan noda darah, antara lain :
a. Sabun mandi batangan manfaat sabun mandi yang murah ini memiliki Ph yang
terkandung tidak cocok untuk kulit halus. Tapi ada manfaat lain yang bisa
didapatkan dari sabun mandi batangan ini. Oleskan sabun mandi pada daerah yang
terkena noda darah. Diamkan sesaat, kemudian kucek hingga noda darah terlihat
samar. Bilas dengan air. Bila noda darah masih terlihat, ulangi langkah tersebut.
b. CukaTuangkan cuka secukupnya pada daerah yang terkena noda darah. Diamkan
kurang lebih 15 (lima belas) menit. Kemudian bilas.
c. GaramLarutkan garam secukupnya. Kemudian gunakan untuk mencuci daerah
yang terkena noda darah tersebut. Setelah bersih, bilaslah dengan air hangat dan cuci
seperti biasa.
d. Sagu Apabila yang ternoda adalah baju kesayangan yang harus di-dry clean,
larutkan sedikit sagu. Kemudian sikatkan pada bagian yang terkena noda. Setelah
noda terlihat samar, barulah bisa membawanya ke laundry langganan.
2.6.Cara Mencuci, Menjemur, Menyetrika, Menyimpan Pakaian/Baju Agar Awet Tahan
Lama, Rapi & Bagus.

Membeli pakaian adalah ritual rutin yang harus dilakukan oleh seseorang. Orang
akan terpaksa membeli baju, celana, pakaian dalam, kaus kaki, jaket, dsb jika yang lama
sudah tidak layak dipakai lagi alias rusak. Jika baju-baju yang lama dapat bertahan lebih
lama maka kita pun bisa menghemat pengeluaran sandang kita.
2.6.1 Cara Mencuci Pakaian / Baju
1. Untuk pakaian yang baru sebaiknya dalam mencuci harus di cuci sendiri tidak
digabung dengan pakaian yang lain dan tidak di mesin cuci agar aman dari
kasus kelunturan. Jika pencucian pertama dan kedua tidak ada masalah maka
selanjutnya bisa menggabungkan dengan pakaian lain untuk pencucian
selanjutnya.
2. Pilah-pilah pakaian sebelum mencuci berdasarkan tingkat kekotorannya dan
tingkat terkontaminasinya terhadap kuman infeksius. Jangan menggabung
pakaian infeksius dan non infeksius karena baju dapat terkontaminasi .
3. Jangan rendam kaos, celana, baju, dan lain-lain yang disablon terlalu lama lebih
dari satu jam di dalam larutan deterjen agar tidak rusak.
4. Apabila membeli atau mendapat baju bekas / second yang pernah dipakai orang
lain maka cuci pakaian tersebut dengan deterjen yang dapat
membunuh/disinfektan agar penyakit-penyakit yang menempel di baju-baju
tersebut dapat hilang.
5. Pada saat mencuci gunakan perasaan dan jangan emosi. Hati-hati pada saat
menyikat pakaian, memeras pakaian, mengucek pakaian, membanting pakaian,
dll jangan terlalu keras agar baju tidak cepat rusak dan melar.
6. Bila menginginkan hasil yang lebih baik dan lebih bersih serta lebih yakin maka
sebaiknya cuci pakaian tersebut secara manual dengan tangan anda sendiri.
Mesin cuci yang pada saat mencuci diset tidak sesuai dengan bahan pakaian
atau sablon bisa membuat pakaian rusak.
7. Biasanya pada label pakaian yang terdapat di leher atau bagian pinggang
terdapat pesan-pesan dari pabrik mengenai perlakuan yang seharusnya
dilakukan pada saat mencuci pakaian tersebut. Ada aturan tentang suhu air, zat
kimia untuk mencuci, cara menyetrika, dsb. Pelajari bahan-bahan pakaian dan
cara pencuciannya agar tidak salah metode / teknik mencuci.
8. Zat pemutih pakaian yang terlalu kuat dapat menyebabkan sablon mengelupas
dan rusak serta membuat bahan pakaiannya menjadi lebih tipis dan kasar.
9. Pakaian jenis tertentu dengan bahan khusus atau mudah rusak sebaiknya cucilah
di tempat cuci laundry profesional agar pakaian kita bisa awet selalu.
10. Pada bilasan terakhir bisa menggunakan cairan pelembut dan pewangi pakaian
untuk hasil pencucian yang terbaik.
11. Jika ada baju yang terkena noda makanan atau noda kimia lainnya sebaiknya
lekas dibersihkan agar lebih mudah dihilangkan nodanya daripada menunggu
yang akhirnya malah sulit dibersihkan.
12. Hati-hati dengan pembersih noda / bleaching karena bisa mengubah warna
pakaian jadi belang. Tes dulu pada bagian bahan yang tersembunyi sebelum
mencoba membersihkannya.
2.6.2 Cara Menjemur Pakaian / Baju
1. Untuk bahan seperti kaos yang bisa melar sebaiknya pada saat dijemur jangan
digantung dengan hanger agar kerah atau bagian leher tidak melar.
2. Pakaian yang ada sablon / sablonan seperti kaos / t-shirt sebaiknya dijemur
setelah baju dibalik. Jadi yang terkena matahari secara langsung adalah baju
bagian dalam agar warna baju tidak cepat pudar, kusam dan mbladus.
3. Selain dengan cara menjemur pakaian pada sisi sebaliknya, bisa juga
menjemur pakaian dengan posisi miring terhadap cahaya matahari agar tidak
terlalu panas.
4. Dalam menjemur pakaian sebaiknya gunakan penjepit baju agar baju tidak
beterbangan tertiup angin kencang yang dapat membuat baju kembali kotor
jika jatuh ke tanah atau lantai yang kotor.
2.6.3 Cara Menyetrika Pakaian / Baju
1. Gunakan cairan pelicin pakaian agar hasil setrikaan lebih bagus, tidak kusut
dan harum baunya.
2. Untuk kaos dan pakaian lain yang ada sablonan sebaiknya disetrika setelah
dibalik di mana yang tersetrika adalah bagian sisi yang lainnya agar sablonan
awet tidak mengelupas, rusak atau luntur terkena suhu panas.
3. Setrikalah baju sesuai aturan yang tertera pada label pesan perlakuan pakaian
yang biasanya ada di bagian leher atau pinggang. Pelajari suhu-suhu yang
perlu diset untuk setiap jenis bahan agar tidak salah setrika.
4. Menyetrika pakaian sebaiknya dilakukan ketika pakaian benar-benar kering
habis dijemur di terik matahari cukup agar pakaian lebih awet tidak rapuh.
2.6.4 Cara Menyimpan Pakaian
1. Simpanlah pakaian di tempat yang bersih, kering, tidak berdebu dan tertutup
rapat. Bersihkan dulu dengan lap kering atau lap basah jika kotor sekali.
2. Sebelum menyimpan pakaian pada lemari pakaian sebainya pastikan terlebih
dahulu tingkat kekeringan pakaian tersebut. Pastikan telah kering benar agar
tidak menimbulkan bau tidak sedap.
3. Jangan menyimpan pakaian di tempat yang penuh sesak agar mudah diambil
jika diperlukan dan tidak membuat pakaian menjadi kusut tidak rapi.
4. Cuci dengan bersih pakaian sebelum disimpan dan keluarkan benda-benda
yang ada di dalam saku. Pakaian yang kotor atau mengandung makanan bisa
mengundang serangga yang akhirnya merusak pakaian.
5. Baju bisa digantung di hanger agar baju rapi tanpa bekas lipatan. Untuk celana
bisa digantung dan bisa juga dilipat untuk menghemat ruangan penyimpanan
pakaian.
6. Gunakan kamper dan alat penghilang kelembabab air untuk menjaga pakaian
tetap terjaga dalam kondisi yang prima dan baik serta menghadang serangga
perusak pakaian.

BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

3.1.Jenis Linen
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit, jenis linen yang
dimaksud adalah :
1. Sprei putih
2. Sprei corak
3. Sarung bantal putih
4. Sarung bantal corak
5. Sarung guling putih
6. Sarung guling corak
7. Selimut garis biru
8. Selimut garis lorek
9. Steek laken
10. Perlak rawat inap
11. Perlak OK
12. Taplak meja
13. Bed cover
14. Mukena
15. Sajadah
16. Jas lab
17. Tirai/gorden
18. Kelambu
19. Baju operasi
20. Baju pasien
21. Baju bayi, kain bedong, gurita, laken.
22. Handuk
23. Wash lap

3.2.Tata laksana pengelolaan linen


Tata laksana pengelolaan pencucian linen secara umum terdiri dari perencanaan,
penerimaan linen kotor, penimbangan, pensortiran/pemilahan, proses pencucian,
pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan,
merapikan, pengepakan/pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, perawatan kualitas
linen, dan pencatatan serta pelaporan.

3.2.1 Alur Proses Pengelolaan Linen


ALUR PROSES LINEN

Pengumpulan Transportasi Penyotiran Pencucian

Pengeringan

Pelipatan Pemerasan

Pengepresan
(Setrika)

Penyimpanan Transportasi Penggunaan

a. Pengumpulan
Pada umumnya linen – linen yang bekas dipakai oleh pasien yang mudah
menularkan penyakit harus dikumpulkan secara terpisah dari keseluruhan
linen. Ini penting agar bakteri - bakteri atau kuman – kuman yang
menempel pada linen – linen dari rumah sakit tidak menular pada linen – linen
lain.
b. Transportasi
Pada saat pengangkutan cucian kotor, cucian diterima di bagian penyortiran
dengan berbagai cara dapat diangkut dengan menggunakan trolley / kereta
dorong, keranjang, tas atau yang lainnya. Ingat harus hati – hati untuk
mencegah terjadinya pengotoran lebih berat atau kerusakan pada bahan.
Misalnya jangan diseret / ditarik dengan troly, untuk menjaga kesehatan jangan
memakai troly yang sama untuk membawa bahan yang bersih / kotor.
1. Membawa dengan tanganHindari membawa pakaian yang terlalu
berlebihan, tercecer.
2. Membawa trolyJangan melebihi muatan, jangan menggunakan kantong
yang rusak.
c. Penyotiran
Penyotiran bahan kotor perlu dilakukan untuk menjamin efisiensi waktu di
cuci / laundri dan memberikan keuntungan misalnya: hemat waktu, hemat
deterjen.Bahan dari polyester / cotton hendaknya dipisahkan ke dalam tinggkat
pengotorannya berat atau sedang untuk diproses. Tanpa penyotiran bahan
yang tingkat pengotorannya berat sering masih kurang bersih sedang yang
tingkat pengotorannya biasa akan kelebihan proses. Bahan yang bewarna harus
di pisahkan dari bahan yang putih untuk mencegah kelunturan bagi bahan yang
putih.
d. Pencucian
Sebelum di cuci sebaiknya cucian direndam dalam air dingin dan / dalam
produk enzim yang dapat melepaskan darah dan zat – zat protein lainnya atau
dapat juga dimulai dengan membilas dengan air kran yang mengalir deras
untuk melepaskan partikel – partikel kotoran. Pencucian harus dilakukan
didalam air untuk mencegah penguapan.Sebaiknya menggunakan detergen
yang dapat menghilangkan kotoran organik dan inorganik, sedikit busa,
mudah dibilas, dan dapat mencegah pengendapan deposit air.
e. Pemerasan
Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di cucian
supaya cucian cepat kering.
f. Pengeringan, pengepresan, setrika
Pengeringan adalah bagian penting dalam proses pencucian. Pengeringan bisa
juga dilakukan dengan pemanas steam atau listrik. Pengeringan menggunakan
sinar matahari sebaiknya tidak dilakukan dibawah sinar matahari langsung
untuk mencegah warna pudar.
g. Pelipatan
Pelipatan dapat dilakukan dengan tangan / mesin otomatis. Jika bahan masih
kotor pelipatan jangan diteruskan, simpanlah disamping untuk dicuci kembali.
Hal ini untuk menghindari komplain.
h. Penyimpanan
Setelah bahan dilipat biasanya disimpan digudang tersendiri untuk dipakai hari
berikutnya. Bahan yang dipres permanen sebaiknya disimpan dalam keadaan
terlipat paling sedikit satu malam sehingga tidak akan kusut bila digunakan.
Disini adalah tempat yang paling bagus untuk mengetahui standart
pekerjaan secara umum. Sebagai contoh tumpukan linen akan terlihat
bervariasi tergantung dari lamanya dan dari apa bahan di buat.
i. Transportasi
Pendistribusian linen yang sudah bersih dari linen ke ruangan – ruangan.
Hindari membawa pakaian yang terlalu berlebihan atau tercecer agar pakaian
tidak jatuh dan terkena kotoran.
j. Penggunaan
Linen siap untuk digunakan.
1. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Linen
a) Sarana Pengelolaan Linen
Sarana untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan untuk
memudahkan koordinasi selama pengoperasian.Tata letak dan hubungan
antar ruangan memerlukan perencanaa teknik untuk memudahkan
penginstalan listrik, uap, air panas, dan penunjang lainnya. Sarana fisik
instalasi pencucian terdiri dari :
1) Ruang penerimaan linen terdiri dari :
a. Meja penerima untuk linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
Linen yang diterima harus sudah terpisah antara kantung kuning
untuk terinfeksi dan kantung hitam untuk sampah tidak
terinfeksi.
b. Timbangan
c. Tempat yang cukup untuk linen kotor agar dilakukan desinfeksi
sesuai standart.
2) Ruang pemisahan linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang
tidak terinfeksi dan lantai yang digunakan dalam ruangan tidak
boleh dari bahan yang licin.
3) Tempat pencucian dan pengeringan linen.
Tempat ini terdiri dari mesin cuci dan tempat pengering linen.
Bagi rumah sakit yang belum memiliki mesin cuci harus disiapkan
bak pencuci yang terbagi tiga yaitu perendaman non infeksius, bak
infeksius dengan tambahan desinfektan, dan bak untuk pembilasan
serta harus disediakan isntalasi air bersih dengan drainasenya.
Lantai tempat ini tidak boleh dibuat dari bahan yang licin dan perlu
diperhatikan kemiringannya.
Mesin cuci yang digunakan untuk pencucian linen infeksius
dan non infeksius harus dibedakan karena apabila tercampur dapat
mengkontaminasi linen non infeksius dan akan menyebarkan bibit
penyakit. Persyaratan mesin cuci yang digunakan khusus linen dan
laundry adalah :
a. Mesin cuci dengan kapasitas besar (diatas 100 kg) disarankan
memiliki 2 (dua) kompartemen (pintu) yang membedakan
antara memasukkan linen infeksius dan non infeksius dengan
hasil pencucian linen bersih. Antara 2 kompartemen dibatasi
dengan partisi yang kedap air, karena fungsi pemisahan tersebut
adalah menghindari kontaminasi dari linen kotor dengan linen
bersih.
b. Mesin cuci dengan kapasitas sedang dan kecil (25-100 kg)
tanpa penyekat.
c. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian langsung
dialirkan menuju IPAL.
d. Peralatan pendukung yang digunakan untuk membantu proses
pemanasan (Desinfeksi) :
1. Pencatat suhu (tremometer) pada mesin cuci.
2. Termostaat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin
cuci.
3. Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk
mengukur jumlah air yang dibutuhkan pada saat pengenceran
bahan kimia pada saat desinfektan.
4) Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini terdiri dari alat penyetrikaan linen yang dilengkapi
dengan pemasangan fan dan exhaust fan.
5) Ruang penyimpanan linen.
Ruang penyimpanan linen terdiri dari lemari dan rak untuk
menyimpan linen serta meja administrasi. Ruangan ini harus bebas
dari debu dan pintu masuk dan pintu lemari harus selalu tertutup
b) Prasarana Pengelolaan Linen
Prasarana untuk instalasi pengelolaan linen mempunyai peran yang
penting untuk pelaksanaan pengelolaan linen. Prasarana yang digunakan
utnuk pengelolaan linen adalah :

1. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik,
adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi Pencucian terbagi
dua bagian antara instalasi penerangan dan instalasi tenaga.Daya di
instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin
pemeras, mesin pengering, dan alat setrika.Untuk instalasi kotak
kontak disarankan untuk memperhatikan penempatan, yaitu harus
menjauhi daerah yang lembab dan basah.Jenis kontak hendaknya
yang tertutup agar terhindar dari udara lembab, sentuhan langsung,
dan parallel yang melebihi kapasitas penggunaan.
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40%
dari kebutuhan air dirumah sakit atau diperkirakan 200 liter per
tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan
kualitas air bersih sesuai standart air bersih berdasarkan Permenkes
No.416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan
penekanan tidak adanya garam dan besi.

2. Penanganan dan Pengangkutan Linen


Mengurangi terjadinya kontaminasi udara akibat linen kotor selama
penanganan dan pengangkutan dapat dilakukan melalui berbagai cara. Pada
prakteknya sedikit sulit untuk menurunkan kontaminasi, tetapi dengan
penyediaan kantong plastik untuk mengumpulkan linen kotor akan sangat
membantu dalam mengurangi penyebaran kuman.
Alat pengangkut utama linen di rumah sakit adalah kereta dorong,
kereta dorong idealnya untuk linen kotor dan linen bersih terpisah.Untuk
membedakan biasanya kereta didesain berbeda baik bentuk dan warnanya
sehingga tidak terjadi kekeliruan penggunaan. Bila harus menggunakan
kereta yang sama, maka perlu disediakan pelapis plastic yang kuat untuk
menghindari kontaminasi dan kereta harus dicuci secara berkala. disarankan
kereta tersebut terbuat dari kerangka stainless steel yang dapat dan mudah
dicuci setelah digunakan untuk linen kotor.

3. Pencucian Linen Kotor


Umumnya linen kotor disortir dulu sebelum dicuci. Keuntungan
penyortiran antara lain linen sejenis dapat dicuci bersama, jadi akan
menghemat siklus pemakaian untuk tiap jenis dan proses penanganan linen
bersih dapat hemat sehingga mengurangi kontaminasi. Tiap laundry
mempraktekkan siklus pencucian masing-masing namun langkah –langkah
pencucian akan meliputi pembilasan pertama, tahap penyabunan, dan tahap
pembilas akhir.
Dari proses pencucian tersebut bahwa selama siklus pencucian linen
akan kontak dengan bahan kimia untuk membunuh mikroba yang terdapat
pada linen. Meskipun proses pencucian linen mampu memberikan
perlindungan terhadap linen, tetapi proses tersebut bukan sterilisasi.

4. Penanganan Linen Bersih


Setelah linen dicuci kemudian dipindahkan ke mesin pemeras,
pengering, penyetrika atau proses lainnya, sehingga mungkin
terkontaminasi ulang. Tenaga bagian pencucian perlu menyadari hal
tersebut dan sejauh mungkin diupayakan mengurangi kontaminasi ulang
.Berbagai penataan di ruang pencuciandidesain bertujuan untuk tidak
terjadinya kontaminasi ulang.
Terlepas dari desain yang ada, desain dasar ruang pencucian yang
harus diperhatikan adalah harus ada pemisahan antara penyortiran linen
kotor dan linen bersih, mengurangi jarak transportasi antara satu proses dan
proses berikutnya, para pekerja yang menangani linen bersih hendaknya
mengenakan seragam yang bersih dan terlatih dalam teknik kebersihan,
mengenakan penutup kepala serta selalu mempraktekkan perilaku mencuci
yang benar dan pembungkus linen bersih lebih baik menggunakan kantong
plastic.

5. Peralatan dan Bahan Pencuci


Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci
kimiawi dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan
linen yang akan dicuci serta tidak merusak mesin cuci, kulit petugas yang
melaksanakan dan hasil limbah buangannya tidak merusak lingkungan,
maka bahan kimia yang digunakan untuk proses pencucian harus
diperhatikan. Peralatan yang digunakan pada instalasi pencucian antara lain
adalah :
a. Mesin cuci/ Washing Machine
b. Setrika/ Ironer
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila digunakan
sesuai dengan prosedur. Jika menggunakan bahan kimia secara
berlebihan tidak akan membuat hasil menjadi baik, begitu juga apabila
kekurangan. Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari :
1. Detergen/ sabun pencuci mempunyai peran untuk menghilangkan
kotoran secara global.
2. Bleach/ pemutih digunakan untuk mengangkat kotoran/noda,
memutihkan linen, dan bertindak sebagai desinfektan.
3. Softener digunakan untuk melembutkan linen, digunakan pada proses
akhir pencucian.
4. Bahan desinfektan (Chlorine) digunakan untuk
menghilangkan/membunuh kuman yang terdapat pada linen yang
terinfeksi.

6. Kalibrasi Linen
1. Linen tidak boleh sobek.
2. Linen tidak kusut.
3. Linen tidak boleh berbau amis, keadaan linen harus tetap segar dari
segi warna dan bau.
4. Tidak boleh terdapat bercak-bercak noda.
5. Warnanya tetap cerah dan tidak belang.
6. Linen tidak terbuat dari bahan yang tipis yang dapat mengakibatkan
linen menerawang.

7. Penyebab Linen Cepat Rusak


1. Bahan linen yang dibeli kualitasnya kurang bagus.
2. Noda yang timbul pada linen susah dibersihkan/dihilangkan.
3. Bahan pencucian linen yang digunakan kurang baik.
4. Stock linen yang kurang memadai sehingga digunakan terus menerus.
5. Pada saat proses penjemuran linen terkena panas matahari langsung.

8. APD yang digunakan untuk pekerja adalah :


1. Masker
2. Penutup kepala
3. Sarung tangan karet
4. Baju kerja
5. Sepatu Boot
6. Apron

9. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang
berada dirumah sakit yang meliputi linen diruang perawatan maupun baju
beda diruang operasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter maupun
baju kerja biasanya tidak dikelompokkan pada kategori linen, tetapi
dikategorikan sebagai seragam (uniform).
Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap,
dan sebagainya sehingga dalam perkembangan manajemennya menjadi
tidak sederhana lagi, berhubung tiap bagian di rumah sakit mempunyai
spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang
tinggi, dan keterbatasan persediaan. Untuk itu diperlukan standart linen,
antara lan :
a. Standart produk
Sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya rumah sakit
mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi massal dan
mencapai skala ekonomi. Produk dengan kualitas tinggi akan
memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan mempunyai
waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi lebih
optimum dibandingkan produk yang lebih murah.
b. Standart desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya dari pada
estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis, dan unisex
merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju bedah dan baju
pasien.Sizing system dengan membedakan warna, diaplikasikan pada
baju tertentu untuk mengakomodasikan individu pemakai. Untuk
kepentingan praktis beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken
yang fitted selain yang flat. Tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan
pada waktu pemeliharaan, penggunaan kancing dan sambungan baju
lebih baik dihindari.
c. Standart material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan, dan
penampilan yang diharapkan. Beberapa standart kain yang digunakan
dirumah sakit adalah cotton 100%, poly-cotton 65%-35%, dan polyester
100%.
d. Standart ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi
penggunaan, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional
yang timbul.Makin luas dan berat maka makin mahal biaya pengadaan
dan pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran tempat tidur yang
standart, misalnya 90x200 cm, maka ukuran linen bisa distandartkan
menjadi :
 Sprei/laken : 160x275 cm
 Sarung bantal : 50x70 cm
 Steek laken : 75x160 cm
 Selimut lurik : 120x200 cm
 Zeil/perlak : 65x110 cm
e. Standart jumlah
Idealnya jumlah stok linen adalah 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par
berputar di ruangan. Stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci, stok 1 par
cadangan dan 2 par disimpan di gudang : 1 par sudah terjahit dan I par
berupa lembaran kain.
f. Standart penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal.Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standart kelaikan
sebuah linen, dengan umur linen, kondisi fisik atau dengan frekuensi
cuci.
g. Standart penggantian linen
1. Setiap pengambilan linen kotor , linen langsung diganti dengan yang
bersih.
2. Linen bersih yang diterima adalah linen yang tidak bernoda dan tidak
sobek/cacat.
3. Linen di lipat dengan rapi/tidak ada kusut pada kain linen agar
terkesan bersih dan baik.
4. Apabila terdapat pasien, linen harus diganti setiap harianya agar
kebersihan dan kesehatan pasien tetap terjaga dengan kebersihan
linen. Apabila pasien menolak untuk diganti linennya maka harus
memberikan tanda tangan tentang penolakan penggantian linen.
5. Linen yang terkena cairan tubuh pasien atau kotoran pasien wajib
dibersihkan dengan disinfektan agar dapat memutus mata rantai
penyebaran penyakit infeksius.

10. Prosedur Untuk Linen Kotor Infeksius dan Non Infeksius.


Penanganan linen dimulai dari proses verbeden (penggantian linen).
Pelaksanaan verbeden dilakukan oleh perawat yang bertugas, dimana
sebelum dilakukan penggantian linen bersih harus melepaskan linen
kotor. Dengan demikian perawat tersebut akan kontak dengan linen
kotor infeksius maupun non infeksius.
a. Prosedur untuk linen kotor infeksius adalah :
1. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir paling
tidak 10-15 detik sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD dengan lengkap (baju kerja sarung tangan,
apron, masker, dan penutup kepala)
3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pencucian.
4. Lipat bagian yang terinfeksi dibagian dalam lalu masukkan
linen kotor infeksius ke dalam ember tertutup dan dibawa
ketempat pencucian.
5. Noda darah dan feses terlebih dahulu harus dibersihkan dan di
basahkan dengan air lalu masukkan ke dalam kantung
transparan untuk memisahkan antara linen warna dan linen
putih (kantung khusus linen kotor infeksius).
6. Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah
tertutup/tersegel dimasukkan kembali ke dalam kantung luar
berwarna (sesuai dengan standart).
7. Kumpulkan ke troli linen kotor dan siap dibawa ke laundry
dalam keadaan tertutup.
b. Prosedur Untuk Linen Kotor Tidak Infeksius :
1. Biasakan mencuci tangan hygienie dengan sabun paling tidak
10-15 detik sebelum dan sesudah pekerjaan.
2. Gunakan APD : Sarung tangan, masker, dan apron.
3. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
4. Lipat bagian yang terkena noda di bagian dalam lalu masukkan
linen kotor ke dalam ember tertutup.
5. Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap
dimasukkan dan dikumpulkan ke troli linen kotor untuk di bawa
ke laundry.

3.3.Tata laksana pengelolaan laundry.


Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi organisme
adalah :
1. Diruangan – ruangan.
2. Perjalanan transportasi linen kotor.
3. Pencucian di laundry.
4. Penyimpanan linen bersih.
5. Distribusi linen bersih.
Dalam pelaksanaan pengelolaan linen dan laundry ada beberapa hal yang perlu
diperhatian, antara lain :
1. Tenaga Laundry
Tenaga yang diperlukan untuk mengelola linen adalah :
a. Linen kotor masing-masing ruangan dikumpulkan oleh perawat atau tenaga
yang bertugas, dimasukkan ke dalam kantong yang sudah dipersyaratkan.
b. Proses pengumpulan, pengangkutan, pencucian, penyimpanan, dan
pendistribusian dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP dan
pelatihan khusus.
c. Proses pengelolaan linen diawasi oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D-I dan
pelatihan khusus.
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap tenaga
pencuci maka perlu pencegahan dengan :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG, dan hepatitis.
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit tidak diperbolehkan
melakukan pencucian.
2. Tahapan Kerja di Laundry
Setiap linen kotor harus diambil untuk dilakukan pencucian setiap hari secara
rutin, dan kebutuhan linen bersih tercukupi.Sebelum linen kotor infeksius maupun
non infeksius di tangani oleh laundry ada beberapa tahapan yang dilakukan di bagian
laundry antara lain :
a. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan, sedangkan
jumlah satuan berasal dari informasi ruangan dengan formulir yang sudah
distandarkan.Tidak dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran
organisme.
b. Pemilihan dan penimbangan linen kotor.
Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria antara linen kotor infeksius dan
non infeksius, upayakan tidak melakukan pensortiran karena pensortiran untuk
linen infeksius sangat tidak dianjurkan, penggunaan kantung sejak dari ruangan
adalah salah satu upaya menghindari sortir. Penimbangan sesuai dengan kapasitas
yang dihasilkan dan kriteria untuk menghitung kebutuhan bahan kimia dalam
tahapan proses pencucian.
c. Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkannoda(bersih), awet (tidak cepat
rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari mikroorganisme pathogen).
Sebelum melakukan pencucian setiap harinya terlebih dahulu dilakukan
pemanasan/desinfektan untuk membunuh seluruh mikroorganisme.Untuk dapat
mencapai tujuan pencucian, harus mengikuti persyaratan teknis pencucian antara
lain waktu, suhu, bahan kimia, dan mesin.
d. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian
slesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang memiliki fungsi
pemerasan/extractor, namun jika mesin cuci extractor terpisah, maka diperlukan
troli untuk memindahkan hasil cucian dari mesin cuci menuju extractor.Troli
diupayakan dipelihara kebersihannya dan pencucian dengan desinfektan sebelum
melakukan pekerjaan. Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada putaran
tinggi.
e. Pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/drying yang mempunyai suhu
tinggi. Pada proses ini jika mikroorganisme ada yang belum mati atau terjadi
kontaminasi ulang diharapkan mikroorganisme tersebut dapat mati.
f. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika, tetapi harus diperhatikan
suhunya karena linen mempunyai keterbatasan terhadap suhu.
g. Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan pada saat
penggantian linen, dimana tempat tidur kosong atau saat pasien di atas tempat
tidur.Linen yang perlu diperhatikan khusus pada pelipatannya adalah sprei, steek
laken, zeil, sarung bantal/sarung guling, dan selimut.
h. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan untuk melindungi linen dari kontaminasi ulang,
baik dari bahaya mikroorganisme ataupun vektor.Ada baiknya lemari
penyimpanandipisahkan menurut masing-masing ruangan dan diberi obat anti
ngengat yaitu kapur barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan
plastik transparan sebelum didistribusikan.
i. Pendistribusian.
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting untuk pencatatan linen
yang keluar.Linen tersimpan sebelumnya yang mengendap di penyimpanan harus
dikeluarkan, sedangkan yang selesai dicuci disiapkan untuk yang berikutnya.Ada
baiknya bagian inventaris ruangan mengambil pada saat yang bersamaan linen
yang akan dicuci ditukar dengan linen bersih yang siap didistribusikan, sedangkan
linen sisa yang berada diruangan harus disiapkan untuk digunakan kembali. Setiap
linen yang dikeluarkan dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap linen, nomor
berapa yang keluar dan nomor berapa yang disimpan, dengan pencatatan tersebut
dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang tidak digunakan.
j. Penggantian linen rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan karena umur linen yang terlalu lama dan
kesalahan pencucian. Dua kategori tersebut dapat diketahui dari sistem pencatatan
yang mengenai perputaran linen yang tercatat setiap harinya, bahkan dapat
diketahui ruangan yang menghilangkan atau merusak namun dapat juga kerusakan
terjadi pada saat proses pencucian akibat petugas yang menangani laundry.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki (diserahkan kepenjahit) dan ada
yang memang harus mendapatkan penggantian.Jenis kerusakan yang harus
mendapatkan penggantian adalah linen terkena noda yang sudah tidak dapat
dihilangkan, kerapuhan beberapa bagian akibat bahan kimia korosif, dan robek
karena tersangkut.Penggantian segera dilakukan oleh pihak laundry dengan
mengirimkan formulir permintaan kerusakan kepada pihak logistic.
3. Harus Tersedia di Laundry
1. Ada ruangan khusus untuk penimbangan linen kotor.
2. Ada timbangan untuk menimbang linen kotor.
3. Bak perendaman khusus untuk noda yang sulit dihilangkan.
4. Sarana cuci tangan dan alat perlindungan untuk pekerja.
4. Pengaturan ruang laundry
1. Ruang laundry diatur sedemikian rupa untuk membedakan cucian linen kotor
dengan linen bersih, agar tidak terjadi kontaminasi.
2. Area laundry diberikan ventilasi yang cukup.
3. Tersedianya sarana cuci tangan dan alat pelindung diri bagi personal laundry.
4. Ruang administrasi, dan ruang istirahat terpisah dari ruang produksi.
BAB IV
DOKUMENTASI PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

Dokumen yang dibutuhkan untuk penatalaksanaan linen mulai dari ruangan hingga
didistribusikan terdiri dari :

1. Dokumen pengambilan linen kotor dari ruangan dan penerimaan linen bersih.
2. Dokumen pengiriman linen infeksius.
3. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dari ruang OK.
4. Dokumen pendistribusian linen bersih dari laundry.
5. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci.
6. Dokumen outsourching (jika akan dikirim keluar).
7. Dokumen penghapusan linen rusak.
8. Dokumen permintaan linen baru.

Anda mungkin juga menyukai