Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rumah Sakit selain menjadi tempat pelayanan medik, juga potensial mengandung
ancaman penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan. Untuk meminimalkan
terjadinya penularan penyakit dibutuhkan suatu sistem manajemen sterilisasi yang
berfungsi menjadi bagian integral unit-unit kerja lain di Rumah Sakit Muhammadiyah
Jombang yang membutuhkan barang steril, membantu menurunkan angka kejadian infeksi
di RS serta menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi yang dihasilkan.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di Rumah Sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka
perlu dilakukan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang dengan
cara melakukan sterilisasi pada alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika.
Sistem manajemen sterilisasi mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam
upaya pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya infeksi nosokomial di
Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi,
manajemen sterilisasi ini sangat bergantung pada unit kerja lain; seperti bidang pelayanan
medik, bidang penunjang medik maupun bidang lain : bagian rumah tangga, pemeliharaan
sarana Rumah Sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu bidang
/ bagian diatas maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan diperlukan pengetahuan dan
keterampilan yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga mendapatkan hasil yang baik
yaitu kondisi alat atau bahan yang steril secara cepat dan tepat sehingga resiko terjadinya
infeksi nosokomial terhadap pasien dan karyawan Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang
dapat di cegah sedini mungkin

2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Menjadi pedoman bagi pihak manajemen dalam meningkatkan pelayanan sterilisasi
yang bermutu dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Jombang

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 1


2) Tujuan Khusus
1. Dapat menjadi panduan dalam memberikan manajemen sterilisasi di Rumah
Sakit Muhammadiyah Jombang Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau
infeksi nosokomial di Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang
2. Dapat meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Jombang
3. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada petugas atau karyawan
RS Muhammadiyah Jombang tentang prosedur pelaksanaan sterilisasi.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit
Muhammadiyah Jombang dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang
prosedur sterilisasi

3. Manfaat
Menjadi sebagai pedoman penatalaksanaan manajemen sterilisasi dalam
meningkatkan mutu pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di
Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang

4. Pengertian
1) Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen oksida
pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2) AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of Medical
Instrumentation
3) Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
4) Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan
5) Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat
membentuk spora serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas
sterilisasi
6) Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
7) Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan
lebih lanjut
8) Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas) atau kimia
9) Goggle adalah alat proteksi mata

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 2


10) Indikator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu
tertentu secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
11) Indikator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap
suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi
telah tercapai.
12) Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya
perubahan warna
13) Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal
14) Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana
pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
15) Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik
maupun pembuluh darah
16) Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
17) Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
18) Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia
19) Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
20) Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur
perbedaan suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 3


BAB 2
SARANA FISIK DAN PERALATAN STERILISASI

1. Sarana Fisik
Tempat yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan sterilisasi utama di Rumah Sakit
Muhammadiyah Jombang berada di dalam kompleks kamar operasi yang terletak di bagian
belakang yang terdiri dari :
1) Ruang penerimaan, pengemasan alat dan prosesing linen
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan : penerimaan alat / linen, pengisian buku
ekspedisi peralatan yang akan disterilkan, pengemasan alat / linen untuk persiapan
sterilisasi.
2) Ruang Sterilisasi
Pada tahap ini dilakukan proses sterilisasi alat / bahan dengan menggunakan peralatan
sterilisasi secara otomatis
3) Ruang Penyimpanan Barang Steril
Setelah proses sterilisasi selesai, alat/bahan yang sudah steril kembali ke ruangan
masing-masing

2. Pengoperasian alat sterilisasi


Proses penyeterilan alat / bahan di Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang
menggunakan metode sterilisasi panas-kering.
1) Sterilisasi Uap (Autoclave)
Cara Kerja :
1. Lakukan pengisian autoclave dengan air mineral 1 liter
2. Tekan tombol power
3. Masukkan alat yang perlu disterilkan, tutup penutup autoclave sampai muncul
indicator terkunci
4. Pastikan autoclave dalam posisi “ steril ”
5. Tekan tombol start (indicator di LCD akan menjadi “heating”)
6. Setelah suhu mencapai 135o Celcius (kondisi steril), maka suhu akan berangsur
turun sampai sekitar 97o Celcius (indikator akan menjadi posisi “ warm”) 
terdengar alarm untuk perintah membuka tutup autoclave
7. Buka tutup autoclave untuk mengeluarkan uap yang terjebak

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 4


8. Posisi warm terjadi selama 20 menit kemudian suhu akan naik lagi dan mode
akan berubah menjadi “drying” (sekitar 30 menit)
9. Pastikan mode dalam posisi “complete”
10. Proses sterilisasi selesai
11. Tekan tombol stop

2) Sterilisasi Panas-Kering (Memmert)


Cara kerja :
1. Masukkan ke dalam box memmert alat-alat/barang yang akan di sterilkan
2. Tutup pintu oven / memmert
3. Putar tombol suhu sampai angka 160º c
4. Putar power ke mode aktif
5. Lampu hijau, merah dan kuning akan menyala
6. Bila sudah mencapai waktu 1 jam
7. Matikan tombol power
8. Pintu memmert di buka
9. Bila yang disterilkan tromol, lubang-lubang tromol di tutup dahulu,
baru di keluarkan

3. Pengujian Alat Sterilisasi


Sebelum mesin sterilisasi dapat digunakan secara rutin maka harus dilakukan
pengujian terlebih dahulu sesuai dengan prosedur pada masing-masing autoclave atau
sesuai dengan mesin sterilisasi yang digunakan.
Kerja mesin sterilisasi tidak hanya tergantung pada desain mesinnya saja tetapi juga
tergantung pada elemen pendukung lainnya seperti generator uap dan distribusi uap, sistem
kelistrikan dan sistem mekanik lainnya.

4. Kalibrasi alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari
produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah : pengukur suhu dan
tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila
komponen-komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang
terlatih khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi terhadap
mesin sterilisasi sangat penting untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan
baik dan efektif serta dapat diandalkan.

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 5


BAB 3
PENGELOLAAN STERILISASI

1. Pengertian
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi/infeksi
nosokomial. Fungsi sterilisasi adalah : menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit
untuk kepentingan perawatan pasien.
2. Prinsip Dasar Operasional
1) Memberikan pelayanan sterilisasi dengan sebaik-baiknya dengan bekerjasama
dengan unit lainnya yang ada di Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang
membutuhan alat/bahan yang steril.
2) Memberikan pelayanan bahan / alat medik steril untuk kebutuhan unit-unit di
Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang selama 24 jam.

3. Tujuan Pusat Sterilisasi


1) Membantu unit lain di Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang yang
membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi
2) Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
3) Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan

4. Tugas Pusat Sterilisasi


1) Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien
2) Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
3) Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan bermutu
4) Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk perawatan pasien
5) Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
6) Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
7) Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 6


8) Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah
sterilisasi
9) Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf unit kerja terkait
10) Mengevaluasi hasil sterilisasi

5. Penatalaksanaan Pelayanan Penyediaan Barang Steril:


1) Penerimaan Alat/Bahan
Menerima alat / bahan yang akan disterilkan dari unit-unit lain yang ada di
Rumah Sakit Muhammadiyah Jombang yang telah di cuci dengan desinfectan
dan dikemas serta diberi label/tanda dari ruangan masing-masing, kemudian
dicatat di buku ekspedisi sterilisasi alat untuk disterilisasikan
2) Pencucian
Alat-alat / instrument bekas pakai operasi direndam dengan larutan desinfektan
(clorin) dalam waktu sekitar 20 menit, kemudian dicuci bersih dengan air
mengalir, kemudian dikeringkan baru proses sterilisasi. Proses ini dilakukan
untuk terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan men-deaktivasi sel-sel
patogen. Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel
yang kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak kelihatan, dan
menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses desinfeksi
dan sterilisasi.
3) Pengemasan dan Pemberian Label/Tanda
Pengemasan yang dimaksud di sini termasuk material yang tersedia untuk
fasilitas kesehatan yang didisain untuk membungkus, mengemas dan
menampung alat-alat yang pakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan
efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama sterilasasi.
Setelah alat/instrument dikemas diberi label / tanda (nama ruangan, tanggal
steril, alat yang disterilkan).
4) Prinsip-prinsip Pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan:
1. Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan
dan isinya
2. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
3. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi
5) Persyaratan Bahan Pengemas:
1. Sesuai dengan Metode Sterilisasi yang dipakai

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 7


Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan
proses sterilisasi yang dipilih
a. Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban,
tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
b. Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar
c. Sterilan pada proses uap atau panas-kering harus dapat menyerap
dengan baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan
kemasan.
d. Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi
Sterilisasi Uap.
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan
penyerapan uap yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa sterilisasi
uap, terjadi juga proses penghisapan. Karenanya, bahan kemasan harus
memudahkan pelepasan udara secara total tanpa mengganggu bentuk kemasan
dan segelnya, Bahan kemasan juga harus mudah kering dan memudahkan
pengeringan isinya.
Sterilisasi Panas-Kering.
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu yang
diperlukan untuk siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar, atau rusak.
2. Dapat Menahan Mikroorganisma dan Bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas
dan melindungi isinya yang sudah steril, dari sumber-sumber kontaminasi
mikroba mulai dari saat kemasan dikeluarkan dari mesin sterilisasi,
sampai kemasan dibuka untuk dipakai. Bahan yang dipakai sebaiknya
tidak berbulu, juga dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap
(air atau cairan lainnya).
4). Kuat dan Tahan Lama
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama proses
sterilisasi dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak boleh
terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama penyimpanan
sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh berkerut, berlubang
jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama lain jika ditumpuk, dan segel tidak
tidak boleh terlepas.
5). Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, sesuai dengan ukuran dan
bentuk alat yang akan dikemas dan harus membungkus alat rapat-rapat.
6). Tidak mengandung Racun.

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 8


Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna yang bisa
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja. Sebaiknya, bahan-
bahan pakai ulang yang sudah dilaundry harus bebas dari detergen bahan
pemutih atau bahan kimia lainnya yang dapat bereaksi dengan uap sehingga
menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau menimbulkan perubahan
kimia pada alat di dalam kemasan.
7). Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga sterilitas.
Pembungkus datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat dengan tali
kain. Kantong terbuat dari plastik, kombinasi plastik dan kertas, atau kertas saja
harus disegel dengan segel panas atau tape. Kantong bersegel harus disegel
sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi biasanya disegel dengan
pengunci tahan hancur. Saat membuka kemasan, semua metode segel harus
rusak dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari kesalahan.
8). Membuka dengan Mudah dan Aman
Bahan kemasan harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi yang minimum,
misalnya karena alat terjatuh, dan memungkin perpindahan alat secara aseptik
ke area yang steril. Kadang kala pembungkus datar dipakai sebagai duk. Jika
demikian, bahan yang dipakai harus mempunyai ukuran yang cukup besar
untuk menutupi area operasi (drape), harus fleksibel dan menggantung dengan
baik dan tidak boleh menggulung sehingga menyebabkan kontaminasi pada
isinya.
9). Masa Kadaluarsa
Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa
kadaluarsanya. Karena pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak bergantung pada
waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
Karena keterbatasan sarana – prasarana yang menjamin sterilitas
peralatan, maka saat ini kami sepakati masa kadaluarsanya peralatan adalah
satu minggu. Sebagai langkah konkret, penentuan masa kadaluarsa dengan cara
uji mikrobiologis / kimiawi yang dilakukan setiap hari untuk menentukan masa
kadaluarsa ”definitif” peralatan pasca sterilisasi di Rumah Sakit
Muhamamdiyah Jombang
10). Tipe-tipe Bahan Kemasan Kertas
Bahan ini hanya untuk sekali pakai. Kebutuhan akan pemakaian kertas
disebabkan karena duk kain dan handuk tidak tentu kapan kembalinya dari
laundry kemungkinan terjadinya berbulu pada kain. Juga ada keraguan pada

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 9


kemampuan kain menahan bakteri, sehingga dicari alternatif bahan
pembungkus lainnya.
Kriteria kertas yang dapat dipakai:
 Harus tidak tembus air
 Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi (sangat sukar dirobek)
 Harus merupakan penahan bakteri yang baik
 Harus bebas dari bahan beracun
Kertas dapat dipakai sebagai bahan kemasan untuk proses sterilisasi uap dan
EO. Tipe kertas yang boleh dipakai untuk kemasan sterilisasi:
 Kertas kraft yang medical grade
 Kertas berlaminasi: terdiri dari tiga lapisan, lapisan kedua mencegah
penyerapan uap terapi berpori untuk udara, sehingga harus dilipat
sedemikian rupa agar proses sterilisasi berlangsung dengan baik.
 Kertas mentega yang non-glaze (7,2 kg/rim) bisa dipakai untuk sterilisasi
uap tetapi mudah robek.
 Kertas krep : menggantung dengan baik dan tidak mudah robek. Bisa
dipakai untuk membungkus sekaligus sebagai area steril (duk).
Tape indikator kimia harus dilekatkan pada setiap kemasan. Tape ini berubah
warna untuk identifikasi kemasan yang sudah melalui proses sterilisasi.
11). Film Plastik
Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap, karenanya
film plastik tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi uap. Kantong
biasanya didisain dengan kertas di salah satu sisinya untuk penetrasi uap.
Polyethylene (PE) dapat menyerap EO dan dapat dipakai sebagai tas plastik
dengan disain khusus, tetapi biasanya kantong plastik untuk EO juga
dikombinasikan dengan kertas. Polyvinyl Chloride (PVC) tidak boleh dipakai
karena tidak dapat menyerap EO dengan baik dan menyimpan gas untuk waktu
yang cukup lama. Nylon atau polyamide juga tidak direkomendasikan untuk uap
dan EO. Ketebalan film plastik biasanya 1-3 milimikron untuk porositas
terhadap EO. Film plastik sering dipakai setelah proses sterilisasi untuk
menjaga kelembaban dan pelindung terhadap debu.
12). Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-nampan operasi.
Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung yang cukup
yang baik, mudah digunakan, dan sangat baik untuk duk. Kelemahannya:
 Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 10


 Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai kain yang
baru di laundry
 Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan lainnya
 Pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan
spesifikasi 140 thread count, dan harus dipakai 2 lembar.
 Muslin yang tidak di bleach lebih baik karena 10 % lebih kuat dari muslin
yang di bleach.
 Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit menyerap
uap.
 Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap dan EO
13). Prosedur dan Langkah-langkah pengemasan
Prosedur pengemasan harus mencakup:
 Nama alat-alat yang akan dikemas
 Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat,
sesuai instruksi produsen dan spesifikasinya.
 Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai
 Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas
 Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
 Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia external dan internal,
sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi
 Metoda atau teknik mengemas.
 Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
 Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan
 Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot,
tanggal, dan identifikasi pekerja yang menyiapkan
 Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
 Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan, dan
penanganan setelah proses sterilisasi.
 Informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi,
misalnya prosedur yang tepat untuk penyimpanan dan penanganan
kemasan steril; inspeksi segel, dan metode yang tepat untuk membuka
alat-alat steril.
14). Proses Sterilisasi
Setelah alat dicuci dan dikemas kemudian dimasukkan kedalam mesin
sterilisasi yaitu mesin autoclave dengan menggunakan suhu 132º C sampai
mesin sterilisasi autoclave delta berbunyi menandakan proses sterilisasi telah
selesai, kira-kira memakan waktu selama satu setengah jam.

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 11


15). Penyimpanan dan Distribusi
Alat / bahan yang sudah disterilkan oleh petugas kemudian disimpan di lemari
penyimpanan alat steril dan di distribusikan ke unit-unit yang membutuhkan
alat / bahan dalam kondisi yang steril.
16). Pencatatan dan Pelaporan
Alat / bahan yang disterilkan di catat jumlah set nya, berat alat, tanggal dan
petugas / perawat yang mensterilkan di dalam buku pencatatan dan pelaporan
sterilisasi.
17). Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL Rumah Sakit
Muhammadiyah Jombang

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 12


BAB 4
KETENAGAAN

1. Status Kesehatan
Kepada tenaga / pegawai yang bekerja di sterilisasi Rumah Sakit dianjurkan sebelum
dan pada saat melakukan tugas sehari-hari untuk :
1) Mempunyai data kesehatan.
2) Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di pusat sterilisasi
seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, tertusuk jarum
maupun infeksi pada mata.
2. Uraian Tugas dan Kualifikasi tenaga
Kualifikasi tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi dibedakan sesuai dengan kapasitas
tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga manajer dan teknis pelayanan
sterilisasi.
3. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi  penanggung jawab kamar operasi
1) Uraian Tugas :
1. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis
steril begi perawatan pasien di Rumah Sakit
2. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan
diri / personel lainnya
3. Menentukan metoda yang efektif bagi penyiapan dan penanganan alat / bahan
steril.
4. Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur dan penggunaan mesin
sterilisasi secara benar
5. Memastikan bahwa teknik aseptik diterapkan pada saat penyiapan dan
penanganan alat steril baik yang sekali pakai atau pemakaian ulang
6. Kerjasama dengan unit lain di Rumah Sakit dan melakukan koordinasi yang
bersifat intern / ekstern
7. Melakukan seleksi untuk calon tenaga di pusat sterilisasi, menyiapkan konsep
dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pada waktu yang telah ditentukan
8. Membuat perencanaan program kerja dan membuat laporan kinerja sterilisasi
2) Kualifikasi Tenaga :
1. Pendidikan terakhir minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa
kerja 3 tahun di kamar operasi

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 13


2. Telah mendapat kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pelayanan sterilisasi
3. Berpengalaman kerja di bagian kamar operasi/sterilisasi
4. Staf di Pusat Sterilisasi
1) Uraian Tugas :
1. Bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi
2. Tidak alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di pusat sterilisasi
3. Dapat mengerti perintah dan menerapkannya menjadi aktivitas
4. Dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan Mengikuti prosedur kerja/ SPO
yang telah dibuat
5. Dapat menjalankan pekerjaan baik dengan perintah langsung maupun tidak
langsung/telephone
6. Dapat mengerjakan pekerjaan rutin/berulang-ulang yang relative “
membosankan”
7. Dapat menerima tekanan kerja dan kadang-kadang lembur
8. Memakai pelindung seperti apron, masker, penutup kepala, sandal
khusus dan sarung tangan
9. Memelihara peralatan sterlisasi dan bahan steril
2) Kualifikasi Tenaga :
1. Diupayakan pernah mengikuti pelatihan CSSD
2. Dapat belajar dengan cepat
3. Mempunyai ketrampilan yang baik
4. “ Personal Hygiene” baik
5. Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian
3) Kompetensi Tenaga
Tenaga yang bertugas di bagian sterilisasi Rumah Sakit harus mampu untuk
memberikan pelatihan teknis tentang pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 14


BAB 4
MONITORING DAN EVALUASI

1. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan proses
sterilisasi dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk dapat
menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.
2. Tujuan monitoring adalah:
1) Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem
pelayanan sterilisasi (bila perlu).
2) Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang
dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
3) Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Sumberrejo.
Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan segera
untuk perbaikan program.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :
1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.
Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa
nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan
keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi. Pengidentifikasian ini akan memudahkan
pada saat diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah
terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi.
Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus
didokumentasikan :
1) Nomor lot
2) Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan instrument)
3) Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
4) Nama operator
5) Data hasil pengujian biologis
6) Data respons terhadap indikator kimia
7) Data hasil dari uji Bowie-Dick
Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan memastikan bahwa
parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai sehingga akuntabilitas proses

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 15


terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka apabila ada barang yang harus ditarik
ulang akan menjadi lebih mudah.
3. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengindikasikan
waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok, walaupun kadaluarsa tidak
tergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
4 Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit Royal Progress Internasional
5 Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
1) Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi Rumah Sakit Royal Progress
Internasional
2) Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang
yang disterilkan di jamin kesterilannya.
3) Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin
sterilisasi
4) Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber
daya manusia.

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 16


BAB 6
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

1. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas


Tanggung jawab pelaksanaan semua kegiatan secara aman di lingkungan sterilisasi
menjadi tanggung jawab petugas. Setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas tentang
bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat
dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi. Dengan memperhatikan
secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya
kecelakaan kerja dapat turun secara signifikan.
2. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi
Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia di
lingkungan sterilisasi dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim
menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat di lakukan secara efektif dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun
anti cairan, masker maupun goggle mata. Penyedian alat pelindung diri menjadi tanggung
jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah tanggung jawab petugas sterilisasi untuk
melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar.
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum
dll dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat
memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit
3. Saran tindakan aman
1) Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang
terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi
2) Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat,
lalu pindahkan alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing
dari instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat
transportasi.
3) Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang tahan
tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
4) Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrument
lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan
terjadinya luka pada petugas lain dengan penanganan normal

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 17


5) Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman,
dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap
kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia
6) Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-
rambu peringatan
7) Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu
menggosok dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang
dapat terhirup
4. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang
sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin
sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi lebih
terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat
terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang
panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada mata
akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.
Saran tindakan aman
1) Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin
sterilisasi atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
2) Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain
untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
3) Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas
“ dan pemotong kantung sterilisasi (pouches)
4) Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
5. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien
Petugas sterlisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-
alat/instrument yang di gunakan. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi, pengemasan,
sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptic dan benar sesuai dengan SPO yang
ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah terjadinya
kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang belum di uji kelayakan fungsi
dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Alat-alat

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 18


terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument bedah) apabila di gunakan pada pasien
dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Saran tindakan aman
1) Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum didistribusikan
2) Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari pengotor,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang /alat
3) Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi
4) Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisai
mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik
5) Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap, dan
berfungsi secara normal
6) Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara
dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)
6. Penanganan zat-zat kimia di tempat sterilisasi
Penanganan zat-zat kimia sangat perlu di perhatikan mengingat banyak zat kimia
yang digunakan bersifat toksik. Apabila penanganannya tidak dilakukan dengan baik maka
dapat membahayakan baik petugas itu sendiri maupun pasien
1) Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan
virusidal
a) Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
b) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
c) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 19


3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan

2) Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya digunakan
sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol
dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %)
a) Bahaya terhadap kesehatan
1) Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5 g/kg BB
2) Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat,10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas pada hidung dan
tenggorokan, 50-100 ppm iritasi akut saluran pernafasan
3) Lambat : Sensitisasi dermatitis
4) Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada
wanita, percikan larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat s/d menetap,
kornea buram dan buta
5) Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai
mual, muntah, perdarahan
6) Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme
7) Kontak kulit : Iritasi pada kulit
8) Kontak mata : Iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan
kornea buram dan buta
b) Tindakan pertolongan
1) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
c) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4) Jangan biarkan korban menggosok mata
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
d) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1) Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 20


3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
4) Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5) Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
6) Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
a) Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut:
1) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-anak
maksimal 100 ml.
2) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi
3) Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi
kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam pembuatan
etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil
a) Bahaya utama terhadap kesehatan
1) Inhalasi Pemaparan jangka pendek : iritasi, daya cium menurun, dispnea, nyeri
kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan tubuh
2) Kontak kulit Pemaparan jangka pendek : reaksi alergi, kulit terasa panas,
melepuh, frostbite.
3) Kontak mata Pemaparan jangka pendek : terasa panas, frostbite, mata berair,
pemaparan jangka panjang : dapat menimbulkan kontak
4) Tertelan Pemaparan jangka pendek : terasa panas terbakar, sakit tenggorokan,
mual, muntah,, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri dada, nyeri kepala, sianosis.
5) Pemaparan jangka panjang : Kerusakan hati, potensial karsinogen
b) Tindakan pertolongan
1) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
c) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 21


3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4) Jangan biarkan korban menggosok mata
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata

d) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1) Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
4) Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5) Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
6) Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
e) Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1) Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)
2) Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan
3) Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-anak
15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr karbon
aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr tiap 20
menit
4) Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan
sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk
menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptic
dengan konsentrasi antara 1-2 %. LDL oral pada manusia adalah 140 mg/kg.
a) Bahaya utama pada kesehatan
1) Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada
keadaan berulang atau berat : kemerahan, gatal dan luka bakar
2) Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat
mengalami dermatitis kontak
3) Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna
putih, edema palpebra dan iritis, nyeri abdomen, muntah dan rash. Jika konsentrasi
fenol > 5 % dapat menyebabkan luka bakar pada pada mulut dan esophagus
4) Efek pada sistem kardiovaskuler : Hipotensi dan syok

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 22


5) Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena
hemoglobinuri
6) Efek pada pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas

b) Tindakan pertolongan
1) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
c) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4) Jangan biarkan korban menggosok mata
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
d) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1) Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
4) Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5) Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
6) Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
e) Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1) Segera beri pasien atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-anak
maksimal 100 ml.
2) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat di pe timbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi
4) Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium hipoklorit (Na OCL) 5-10 %. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 23


sebagai disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan
berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor
bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru
a) Bahaya utama terhadap kesehatan
1) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
b) Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yan terkena
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan
sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4) Jangan biarkan korban menggosok mata
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
c) Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1) Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal 10
menit
4) Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah /plastik tertutup
5) Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
6) Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
d) Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml
2) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
4) Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid
e) Alat pelindung diri
Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron
lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan kimia
heavy-duty, penutup kepala, masker “high-filtration”, dan “tight fitting”gogle, khususnya
dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan terjadinya cipratan atau

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 24


kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas
kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang
diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker, dan gogle harus dilepaskan saat
meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung, dan gogle harus dicuci
setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus dilaundry setelah setiap pemakaian.

RS. Muhammadiyah Jombang | Pedoman Sterilisasi 25

Anda mungkin juga menyukai