Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS MANAJEMEN LINEN DI

PENGOLAHAN LAUNDRY RUMAH SAKIT


X KABUPATEN TANGERANG
Dosen : Dr. Cicilia Windiyaningsih, SMIP, SKM, M.Kes

Disusun Oleh :
Drg. Nova
Widasari
196080063

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berangkat dari Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau, oleh karena itu pemerintah mempunyai tanggung jawab
yang cukup besar dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
yang layak bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Salah satu fasilitas penyedia pelayanan kesehatan yaitu
rumah sakit. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat.
Perubahan sosial masyarakat yang semakin cepat pada abad ini
memberikan dampak pada perubahan cara berpikir dan perilaku
masyarakat di segala bidang, termasuk bidang kesehatan yang
berimplikasi pada tuntutan yang semakin besar dari masyarakat
terhadap mutu penyediaan pelayanan kesehatan secara umum,
khususnya mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
rumah sakit.
Rumah sakit sebagai instansi penyelenggara pelayanan
kesehatan harus selalu berupaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatannya, baik mutu pelayanan secara medik maupun non medik
agar masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan dapat
terpuaskan atas pelayanan yang diberikan.
Upaya yang dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan
mutu pelayanannya yaitu dengan melakukan pengembangan terhadap
sarana dan prasarana rumah sakit, pengembangan pengelolaan
peralatan operasional rumah sakit baik sarana medik maupun non

2
medik, pengembangan manajemen rumah sakit, dan pengembangan
sumber daya manusia rumah sakit yang mengikuti dinamika
pengelolaan rumah sakit sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat.
Salah satu peralatan kesehatan non medik yang sangat vital
dibutuhkan oleh rumah sakit dalam menunjang terlaksananya kegiatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu ketersedian linen. Linen
merupakan bahan kain yang digunakan oleh rumah sakit untuk
kebutuhan seprai kasur, bantal, guling, selimut, dan baju bedah yang
digunakan diruang operasi oleh rumah sakit untuk menunjang proses
kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Linen sebagai
peralatan non medik yang secara langsung tidak digunakan dalam
proses pengobatan kepada pasien akan tetapi mempunyai pengaruh
yang cukup besar dalam berkontribusi memberikan penularan
penyakit kepada pasien apabila ketersediaan linen tidak dikelola
secara baik.
Berangkat dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, linen merupakan indikator dari jenis pelayanan
laundry rumah sakit. Standar pelayanan minimal dari pelayanan
laundry rumah sakit disebutkan linen sebagai indikator bahwa : 1)
Tidak adanya kejadian linen yang hilang, dan 2) Ketepatan waktu
penyediaan linen untuk ruang rawat inap. Pedoman Manajemen Linen
Rumah Sakit Departemen Kesehatan tahun 2004 menyebutkan
terdapat dua jenis linen yaitu sebagai berikut :
1. Linen kotor terinfeksi merupakan linen yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari
TB paru, infeksi salmonelz, dan shigel. Sekresi dan eksresi, HBV,
dan HIV dan infkeksi lainnya yang spesifik dimasukan kedalam
kantung dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali
ditutup dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan
terinfkesi.

3
2. Linen kotor tidak terinfeksi merupakan linen yang tidak
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang berasal
dari pasien lain secara rutin, linen diklasifikasikan dari seluruh
pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
Berdasarkan hal tersebut diatas menginsyaratkan bahwa
ketersediaan linen menjadi bagian yang cukup vital dalam mendukung
proses kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit oleh karena itu
ketersediaan linen harus bisa dikelola baik dan hati-hati untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit kepada pasien. Didalam
Manajemen Linen Rumah Sakit (Depkes, 2004), pengelolaan linen
diawali dari proses perencanaan, pengadaan, pengelolaan,
pemusnahan, kontrol, dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, sehingga
linen dapat tersedia di unit-unit yang dibutuhkan untuk menunjang
proses kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang sebagai rumah
sakit tipe B yang memberikan fasilitas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatannya, salah satunya yaitu dengan memberikan keamanan
dan kenyamanan bagi pasien, petugas medis, dan lingkungan sekitar
rumah sakit agar terbangunnya citra positif sebagai rumah sakit yang
berkualitas prima dengan sentuhan nurani sesuai dengan visi Rumah
Sakit Umum X Kabupaten Tangerang.
Dengan demikian Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya, yaitu dengan
menyediakan ketersediaan alat penunjang proses pelayanan
kesehatan non medik salah satunya adalah ketersediaan linen yang
steril yang dikelola secara baik dan hati-hati sesuai dengan
manajemen linen rumah sakit dimulai dari penerimaan linen kotor,
penimbangan, pemilihan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan,
sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan,

4
mengepak, menyimpan dan mendistribusikan ke unit-unit pelayanan
lainnya yang membutuhkan secara tepat waktu.
Pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang di kelola oleh bagian pengolahan laundry, akan tetapi
berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa
pengelolaan linen yang dilakukan oleh pengolahan laundry masih
belum dilaksanakan secara optimal dikarenakan adanya keterbatasan
sumber daya dalam melakukan pengelolaan linen seperti keterbatasan
sumber daya manusia, sarana prasarana dan standar operasional
prosedur dalam proses pengelolaan linen yang sesuai dengan standar
pedoman manajemen linen Departemen Kesehatan tahun 2004.
Permasalahan tersebut dapat di deskripsikan seperti berikut ini :
1. Manajemen linen belum terencana secara baik, hal tersebut terlihat
dari jumlah par stoke linen yang berada diruangan perawatan
umum belum memenuhi standar yang telah ditetapkan tiga kali
jumlah tempat tidur yang tersedia.
2. Dalam tatalaksana pelaksanaan linen belum dilaksanakan secara
optimal, hal tersebut terlihat dari distribusi linen yang tidak
terdistribusi secara tepat sehingga masih adanya unit yang
mengeluh terhadap keterlambatan linen yang dibutuhkan.
3. Pengendalian linen belum terlaksana secara optimal, hal tersebut
terlihat dari mudah hilangnya linen diruangan rawat inap.
4. Masih terbatasnya peralatan untuk perlidungan diri bagi petugas
laundry seperti sarung tangan, sepatu tertutup, apron plastic dan
apron karet. Alat Pelindung Diri (APD) ini merupakan perlengkapan
yang cukup penting untuk melindungi pertugas dari resiko
penularan dan terkena infeksi.
5. Terbatasnya sumberdaya manusia khususnya petugas yang
berada di bagian laundry karena tidak sesuai dengan kualifikasi
yang dibutuhkan. Pada saat ini petugas di bagian laundry berlatar
pendidikan perawat, dan sekolah menangah atas.

5
Berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini, sudah
pernah dilakukan penelitian sebelumnya yang permasalahannya sama
dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Amalia dkk
(2019) menyebutkan linen yang berada diruangan khususnya ruangan
rawat inap pasien hal tersebut terlihat dari jumlah ketersediaan linen
diruangan tidak mencukupi untuk jumlah tempat tidur yang disebabkan
karena hilangnya linen maupun rusaknya linen, dan sering terjadinya
keterlambatan pengantara stock linen bersih keruangan, serta kondisi
linen yang sudah tipis dan robek.
Berdasarkan uraian latar belakang pada penelitian ini, menarik
peneliti untuk melakukan suatu analisis yang lebih mendalam
mengenai proses pengelolaan linen sebagai penunjang proses
pelayanan kesehatan non medik di Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang dengan judul penelitian “Analisis Manajemen Linen di
Pengolahan Luandry Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang”.

1.2 Rumusan Masalah


Melihat permasalahan yang melatar belakangi judul penelitian,
maka masalah yang ada dapat dirumuskan permasalahannya yaitu
bagaimana pelaksanaan manajemen linen di bagian laundry Rumah
Sakit Umum X di Kabupaten Tangerang.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dibuatkan
pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada proses penelitian, yaitu
sebagai berikut :
1. Bagaimana manajemen linen di Bagian Laundry Rumah Sakit Umum X
Kabupaten Tangerang ?.
2. Bagaimana upaya manajemen linen bagian laundry dalam memenuhi
Standar Pelayanan Minimal Linen di Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang ?.

6
3. Apa saja yang menjadi faktor penghambat manajemen linen bagian
laundry dalam memenuhi Standar Pelayanan Minimal Linen di Rumah
Sakit Umum X Kabupaten Tangerang ?
4. Apa saja yang menjadi faktor pendorong manajemen linen bagian
laundry dalam memenuhi Standar Pelayanan Minimal Linen di Rumah
sakit Umum X Kabupaten Tangerang ?.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melakukan
analisis mengenai manajemen linen yang dilakukan oleh bagian
Pengolahan Laundry dalam rangka memenuhi Standar Pelayanan
Minimal linen dan sebagai salah satu upaya penunjang kegiatan
pelayanan kesehatan yang bermutu di Rumah Sakit Umum X
Kabupaten Tangerang.

1.4.2 Tujuan Khusus


Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mendapatkan informasi mengenai manajemen linen di Bagian
Laundry Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang.
2. Mendapatkan informasi mengenai upaya manajemen linen
bagian laundry dalam memenuhi Standar Pelayanan Minimal
Linen di Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang.
3. Mendapatkan informasi mengenai faktor penghambat
manajemen linen bagian laundry dalam memenuhi Standar
Pelayanan Minimal Linen di Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang.
4. Mendapatkan informasi mengenai faktor pendorong
manajemen linen bagian laundry dalam memenuhi Standar
Pelayanan Minimal Linen di Rumah sakit Umum X Kabupaten
Tangerang.

7
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan nilai manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat bagi Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang,
diperoleh suatu rekomendasi dalam melakukan manajemen linen
pada bagian pengolahan laundry yang sesuai dengan standar
pelayanan minimal linena untuk memberikan keamanan dan
kenyamanan pasien dan petugas medis sehingga dapat
menunjang proses kegiatan pelayanan kesehatan yang bermutu.
2. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini mempunyai nilai manfaat
sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh pada kegiatan
pendidikan yang telah ditempuh.
3. Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat
untuk menambah khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan
program manajemen administrasi rumah sakit secara umum dan
manajemen linen rumah sakit secara khusus.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Objek penelitian ini yaitu linen sebagai peralatan non medis yang
dapat menunjang pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di bagian pengolahan laundry Rumah Sakit Umum X
Kabupaten Tangerang. Penelitian ini membahas mengenai
manajemen linen melalui input, proses dan output manajemen linen.
Adapun lokasi penelitian ini di Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menydiakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat. Sementara itu menurut Adisasmito (2007)
menyebutkan rumah sakit adalah tempat dimana orang mencari dan
menerima pelayanan kedokteran serta tempat praktek pendidikan
klinik mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi
kesehatan lainnya diselenggarakan.

Berdasarkan pengertian tentang rumah sakit diatas maka dapat


diambil benang merah apabila berbicara mengenai tujuan dari rumah
sakit, bahwa rumah sakit mempunyai tujuan untuk melakukan
perbaikan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan dan berperan sebagai lembaga pendidikan dibidang
dan penelitian.

Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, rumah sakit


memiliki 4 jenis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Amalia (2011)
yang memberikan suatu penjelasan mengenai 4 jenis rumah sakit
sebagai berikut :

1. Rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan


hampir seluruh penyakit umum yang biasanya memiliki institusi
perawatan darurat siaga selama dua puluh empat jam sebagai
upaya untuk mengatasi suatu bahaya dalam waktu secepatnya
untuk memberikan pertolongan pertama. Kelengkapan fasilitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit umum bervariasi sesuai

9
dengan kemampuan dari penyelenggaranya. Rumah sakit umum
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik.
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non
medis.
c. Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan.
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
2. Rumah sakit terspesialisasi, yaitu rumah sakit yang
menyelenggarakan trauma center, rumah sakit ibu dan anak, rumah
sakit manula atau rumah sakit yang melayani kepentingan secara
khusus seperti psychiatric, penyakit pernapasan dan lain
sebagainya. Rumah sakit ini bisa berdiri atas gabungan ataupun
hanya satu bangunan. Mayoritas rumah sakit ini mempunyai afiliasi
dengan universitas atau pusat riset tertentu.
3. Rumah pendidikan dan penelitian, yaitu rumah sakit umum yang
terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas
kedokteran pada suatu universitas atau lembaga pendidikan tinggi.
Rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji
coba berbagai macam obat baru maupun teknik pengobatan baru
oleh pihak universitas atau pendidikan tinggi sebagai salah satu
bentuk pengabdian masyarakat atau implementasi tridharma
perguruan tinggi.
4. Rumah sakit lembaga atau perusahaan, yaitu rumah sakit yang
didirikan oleh suatu lembaga atau perusahaan untuk melayani
pasien-pasien yang merupakan anggota atau lembaga maupun
karyawan perusahaan. Pelayanan yang diselenggarakan oleh
rumah sakit ini biasanya yang berkaitan dengan kegiatan lembaga
tersebut seperti rumah sakit militer, bentuk jaminan sosial berupa
pengobatan gratis untuk karyawan perusahaan atau karena lokasi

10
perusahaan terpencil yang jauh dari rumah sakit umum, akan tetapi
biasanya rumah sakit tersebut menerima pasien umum dan
menydiakan unit gawat darurat untuk masyarakat umum.

Berdasarkan jenis rumah sakit yang disebutkan diatas,


digilongkan tipe rumah sakit yang didasarkan pada kemampuan
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Berdasarkan golongan tipe rumah sakit tersebut terdapat lima tipe
rumah sakit yang berlaku di Indonesia yaitu sebagai berikut :

1. Rumah sakit tipe A, yaitu rumah sakit yang mempunyai


kemampuan menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
fasilitas dokter spesialis dan sub spesialis luas yang ditetapkan
oleh pemerintah sebagai rujukan tertinggi atau sering disebut
sebagai rumah sakit pusat.
2. Rumah sakit tipe B, yaitu rumah sakit yang mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis secara terbatas dalam
memberikan pelayanan kesehatannya. Rumah sakit ini didirikan
disetiap wilayah yang mampu menerima pelayanan rujukan di
rumah sakit tingkat kabupaten/kota.
3. Rumah sakit tipe C, yaitu rumah sakit yang mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan di wilayah
tingkat kabupaten/kota yang mampu menampung pelayanan
rujukan dari setiap Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
4. Rumah sakit tipe D, yaitu rumah sakit yang dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatannya bersifat transisi
dengan kemampuan hayany memberikan pelayanan kedokteram
umum dan kedokteran gigi, akan tetapi rumah sakit ini mempunyai
kemamuan untuk menerima pelayanan rujukan dari pihak Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
5. Rumuh sakit tipe E, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatannya hanya mampu memberikan pelayanan

11
kesehatan secara khusus yaitu memberikan pelayanan kesehatan
kedokteran saja, seperti rumah sakit kusta, paru-paru, jantung,
kanker dan rumah sakit ibu dan anak.

2.2 Linen

Pengertian linen menurut Djojodibroto (1997) menyebutkan linen


merupakan bahan atau alat yang terbuat dari kain tenun, sedangkan
dalam bidang laundry disebutkan ada linen kotor (solied linen) dan
linen terinfeksi (fouled and infected linen). Berangkat dari pengertian
tersebut, Peninsula Community Health (2012) menyebutkan yang
dimaksud dengan linen bersih yaitu linen yang tidak dipergunakan
sejak terakhir di laundry. Sedangkan linen kotor yaitu linen yang sudah
digunakan yang telah terkena darah atau cairan dan semua linen yang
telah dipergunakan oleh pasien yang terinfeksi.

Sedangkan menurut Laundry Management Policy (2013)


menyebutkan linen kotor yaitu linen yang sudah digunakan walaupun
dalam kondisi kering. Laundry Management Politcy (2013) juga
menyebutkan linen yang terinfeksi yaitu linen yang sudah
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh yang masih basah
atau linen yang sudah dipergunakan oleh pasien yang berasal dari
tempat isolasi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004)
menyebutkan linen kotor yang terinfeksi yaitu linen yang sudah
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses terutama yang
berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella, HBV dan
HIV, dan infeksi lainnya yang spesifik.

Kemudian menurut Tietjen dkk (2004) menyebutkan linen


merupakan bahan dari kain yang diperuntukan sebagai fasilitas
perawatan kesehatan yang dipergunakan oleh petugas di rumah sakit,
staf pembersih (kain pembersih, gaun dan kap), personel bedah (kap,
masker, baju cuci, gaun bedah, drapes dan pembungkus), serta staf di

12
unit khusus seperti ICU dan unit lain yang melakukan prosedur medic
invasive seperti anestesiologi, radiologi, atau kardiologi.
Berangkat dari pengertian linen diatas, maka penulis
mengemukakan jenis-jenis linen berdasarkan Pedoman Manajemen
Linen Rumah Sakit Departemen Kesehatan tahun 2004 yang
menyebutkan jenis-jenis linen sebagai berikut :

1. Sprei atau laken.


2. Steek laken.
3. Perlak atau zeil.
4. Sarung bantal.
5. Sarung guling.
6. Selimut.
7. Boven laken.
8. Alas kasur.
9. Bed cover.
10. Titai atau gorden.
11. Vitage.
12. Kain penyekat atau scherm.
13. Kelambu.
14. Taplak.
15. Barak schort untuk tenaga kesehatan dan pengunjung.
16. Celemek, topi dan lap.
17. Baju pasien.
18. Baju operasi.
19. Kain penutup untuk tabung gas, troli dan alat kesehatan lainnya.
20. Macam-mcam dock.
21. Popok bayi, baju bayi, kain bedong dan gurita.
22. Steel laken bayi.
23. Kelambu bayi.
24. Laken bayi.
25. Selimut bayi.
26. Masker.

13
27. Gurita.
28. Topi kain.
29. Wash lap.
30. Handuk.
31. Linen operasi meliputi baju, celana, jas, macam-macam laken,
topi, masker, doek, sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja
instrumen, mitela, barak schort.

2.3 Manajemen Linen

Manajemen linen dalam suatu rumah sakit dalam


menyelenggarakan pelayanan kesehatan mempunyai posisi yang
cukup startegis dari proses perencanaan sampai pada proses
pencucian linen. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2004) proses manajemen linen diawalai aktivitas linen kotor,
penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan,
pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan,
merapikan, mengemas, menyimpan dan mendistribusikan ke unit-unit
yang membutuhkan, sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar
jahit.

Proses pengelolaam linen tersebut agar terlaksanan secara baik


diperlukan alur proses linen yang terencana dengan baik pula. Alur
aktivitas linen diawali dari proses perencanaan, pengadaan,
pemusnahan, control dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan lain-
lain, sehingga linen dapat terdistribusikan pada unit-unit yang
membutuhkan.

2.3.1 Pengelolaan Linen


Penunjang medik yang berada di rumah sakit mempunyai
tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan linen, agar
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat sesuai dengan standar kesehatan. Pengelolaan linen di
rumah sakit dilakukan secara beragam, sesuai dengan kemampuan

14
dari rumah sakit, pemikiran tersebut berangkat dari pemikiran
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) yang
mengatakan bahwa kewenangan pengaturan dan struktur
pengelolaan linen diserahkan sepenuhnya kepada direktur rumah
sakit sesuai dengan kondisi rumah sakit. Pemikiran tersebut
berangkat dari persoalan sebagai berikut :
1. Beban kerja di setiap rumah sakit berbeda-beda.
2. Adanya keterbatasan lahan dirumah sakit dalam melakukan
pengelolaan linen.
3. Adanya keterbatasan tenaga kerja di rumah sakit.
4. Manajemen rumah sakit perlu berkonsentrasi terhadap core
bisnisnya yaitu melaksanakan jasa pelayanan kesehatan
berupa perawatan dan pengobatan.

2.3.2 Tatalaksana Pengelolaan Linen


Menurut Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2004) menyebutkan bahwa
tatalaksana pengelolaan linen sebagai berikut :
1. Perencanaan.
2. Penerimaan linen kotor.
3. Penimbangan.
4. Pensortiran atau pemilihan.
5. Proses pencucian.
6. Pemerasan.
7. Pengeringan.
8. Sortir noda.
9. Penyetrikaan.
10. Sortir linen rusak.
11. Pelipatan.
12. Merapikan, pengepakan dan pengemasan.
13. Penyimpnanan.
14. Distribusi.

15
15. Perawatan kualitas linen.
16. Pencatatan dan pelaporan.
Agar lebih mudah dipahami mengenai tatalaksana
pengelolaan manajemen linen rumah sakit diatas, maka secara
visual penulis tampilkan gambar skema manajemen linen rumah
sakit berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2004) yang terlihat pada visualisasi berikut ini.
Perencanaan

Pengadaan

Penerimaan

Pemberian Indentitas

Distribui ke Unit Terkait yang


Membutuhkan

Pemanfaatan linen oleh unit terkait

Hilang Rusak

Perbaikan Pemusnahan

Pencatatan/Pelaporan

Gambar 2.1
Skema Manajemen Linen Rumah Sakit

16
2.4 Prosedur Pelayanan Linen
2.4.1 Sentralisasi Linen
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa pentingnya
manajemen linen dalam penyelenggaraan pelayanan jasa
kesehatan rumah sakit yang menyebabkan pengelolaan
manajemen linen menjadi tidak sederhana lagi dan membutuhkan
pengelolaan yang baik untuk menghasilkan linen sesuai dengan
standar. Standar linan yang dibutuhkan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Standar produk, yaitu berkaitan dengan sarana kesehatan yang
bersifat secara universal, dengan demikian setiap rumah sakit
hendaknya mempunyai standar sarana atau produk yang sama
dengan rumah sakit lainnya sehingga bisa diproduksi secara
masih agar berdampak pada perekonomian secara umum.
2. Standar desain, yaitu berkaitan dengan sarana rumah sakit
seperti Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh tenaga
yang berada dirumah sakit maupun linen yang dipergunakan
oleh rumah sakit lebih mengedepankan fungsinya dibandingkan
dengan estetika. Dengan demikian desain yang tidak rumit atau
sederhana dan nyaman merupakan desain yang cukup ideal
yang bisa digunakan oleh rumah sakit.
3. Standar material, yaitu berkaitan dengan maintenance atau
perawatan disesuaikan dengan fungsi seperti cara perawatan
yang bisa dijalankan secara mudah dan efisien.
4. Standar ukuran, yaitu berkaitan dengan ukuran linen yang
digunakan bukan hanya mengedepankan ukuran
penggunaannya akan tetapi juga harus memperhatikan
kemudahan proses pengadaan dan terjangkauannya
operasional untuk mendapatkannya.
5. Standar jumlah, yaitu berkaitan dengan idealnya stok linen lima
par (kapasitas) dengan posisi tiga par berputar diruangan
dengan perincian stok satu par dicuci, stok satu par cadangan,

17
dan dua par mengendap di logistik, satu par sudah dijahit, satu
par masih berupa kain.
6. Standar penggunaan linen, yaitu berkaitan dengan linen yang
baik memeunhi standar tahan dicucui sebanyak tiga ratus lima
puluh kali dengan prosedur normal.

2.4.2 Tenaga Laundry


Petugas laundry rumah sakit sebagai penanggung jawab
untuk menghasilkan linen yang sesuai dengan standar, mempunyai
resiko yang cukup besar untuk terkena infeksi atau menularkan
infkesi dalam melaksanakan tugasnya, oleh karena itu petugas
laundry harus mempunyai pengetahuan sesuai dengan spesifikasi
yang dibutuhkan dan steril dari infeksi, oleh karena itu diperlukan
pencegahan dengan melakukan hal berikut ini :
1. Petugas laundry perlu di periksa kesehatannya sebelum
melaksanakan pekerjaannya secara berkala.
2. Petugas laundry diberi imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG,
dan hepatitis.
3. Petugas laundry yang memiliki permasalahan kulit atau luka-
luka pada bagian kulit tidak boleh melakukan pencucian linen.

2.4.3 Perlengkapan Alat Pelindungan Diri (APD) dalam Proses Linen


Petugas laundry sama halnya dengan petugas medis lainnya
dirumah sakit yang memiliki resiko yang cukup tinggi tertular
maupun terinfeksi penyakit dalam melaksanakan pekerjaannya.
Oleh karena itu mereka memerlukan kenyamanan dan keamanan
yang ekstra dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Tietje dkk
(2004) menyebutkan resiko pekerjaan yang umum dihadapi oleh
petugas pelayanan kesehatan yaitu kontak dengan darah dan
tubuh sewaktu perawatan rutin kepada pasien. Pemaparan
terhadap pathogen ini meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi
yang serius dan kemungkinan kematian.

18
Tietje (2004) merekomendasikan perlengkapan untuk
perlindungan diri yang dianjurkan bagi petugas laundry dalam
memperoses linen sebagai berikut :
1. Sarung tangan dan sepatu tertutup yang melidungi kaki yang
kejatuhan benda tajam dan darah yang terciprat ke tubuh,
dipakai ketika :
a. Menangani larutan disinfektan.
b. Mengumpulkan dan menangani linen kotor.
c. Membawa linen kotor.
d. Mencuci linen kotor dengan tangan.
e. Memasukan kedalam mesin cuci.
2. Apron plastic atau apron karet dengan kacamata pelindung,
dipakai ketika :
a. Memilih kain kotor.
b. Mencuci linen kotor dengan tangan.
c. Memasukan linen kedalam mesin cuci.

2.5 Kerangka Pemikiran

Berangkat dari tinjauan mengenai manajemen linen diatas, maka


sebagai kerangka pemikiran mengenai analisis Manajemen Linen di
pengolahan laundry Rumah Sakit Umum Daerah X Kabupaten
Tangerang. akan dibuatkan secara visual pada gambar kerangka
pemikiran berikut ini.

19
Input
Proses

Pengelolaan Linen
1. Pengumpulan
2. Penerimaan
1. Sarana Fisik
3. Pencucian
2. Peralatan
3. Sentralisasi 4. Pengeringan
pelayanan 5. Penyetrikaan
4. Tenaga Laundry 6. Penyimpanan
7. Distribusi
8. Pengangkutan
Memenuhi Syarat Pedoman
Manajemen Linen Rumah Sakit
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2004 Output
Tidak Memenuhi Syarat
Pedoman Manajemen Linen
Rumah Sakit Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2004

Gambar 2.2
Kerangka
Pemikiran

20
BAB III

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM X

KABUPATEN TANGERANG

3.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang

Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang beralamat di Jalan


Rumah Sakit Kelurahan Tobat Kecamatan Balaraja Tangerang Banten
merupakan rumah sakit dengan kelas C yang beroperasi pada tahun
2011 berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang Nomor 35 tahun
2011. Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang diawal
pembukaannya membuka layanan rawat inap sebanyak 40 tempat
tidur. Kemudian pada tahun 2012 terus berupaya meningkatkan
pelayanan kesehatannya dengan menambah pelayanan tempat tidur
rawat inap sebanyak 70 tempat tidur, kamar operasi 4 buah,
menambah tenaga dokter, perawat, bidan dan sumber daya manusia
kesehatan lainnya.

Berjalannya waktu dan meningkatnya kebutuhan masyarakat


Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang meningkatkan variasi
jenis pelayanannya dan mengubah pola pengelolaan pelayanannya
dan pola administrasi keuangannya yang didasari oleh Keputusan
Bupati Tangerang Nomor 07/Kep/268 HUK/2013 tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang agar menjadi lebih
fleksibel dalam memenuhi sejumlah kebutuhan tenaga kesehatan,
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. dari hasil perubahan
pola tersebut sarana dan prasarana pelayanan berhasil dikembangkan
dengan penambahan tempat tidur menjadi 121 tempat tidur serta 2
ruang rawat inap kelas I.

Pemerintah Kabupaten Tangerang memberikan dukungan


secara penuh terhadap Rumah Sakit Umum X sehingga pada tahun
2014 dimulai pembangunan gedung rawat jalan yang baru, sehingga

21
pada tahun tersebut berhasil mengembangkan pelayanan baru berupa
layanan Hemodialisa sebanyak 4 buah, pelayanan High Care Unit
(HCU) sebanyak 3 tempat tidur dan pelayanan perinatology sebanyak
4 tempat tidur.

Pada awal tahun 2015 sesuai dengan master plan rumah sakit
pembangunan gedung rawat inap Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang berhasil mengembangkan unit layanan Hermodialisa dari 4
buah mesin menjadi sepuluh mesin hemodialisa, menambah jumlah
kelas satu rawat inap menjadi 6 tempat tidur dan menambah ruang
kelas I menjadi sepuluh tempat tidur dan meningkatkan layanan HCu
menjadi ICU.

Pada awal 2016 Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang


berhasil lulus dalam survey akreditas rumah sakit versi 2012 yang
dilakukan oleh komisi rumah sakit dengan gelar lulus perdana pada
tahun 2016 untuk memenuhi sumber daya manusia rumah sakit kelas
B dengan melakukan perekrutan berbagai jenis tenaga kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang berhasil dikembangkan pada tahun 2016
salah satunya yaitu layanan IGD Maternal sebagai daya dukung
program Si Jari Emas Kabupaten Tangerang Layanan Sistem
Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Layanan Informasi
Teknologi Terpadu (SIM RST) dengan peresmian layanan NICU,
Layanan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) dan Layanan Sentral
Supply and Steril Departemen (CSSD).

Pada tahun 2017 berdasarkan Keputusan Kepala Dinas


Pelayanan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Banten
Nomor : 03/36/IO.RS/Kes/DPMPTSP/V/2017 tanggal 11 Mei 2017
Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang telah ditetapkan menjadi
rumah sakit dengan tipe B. untuk menambah daya dukung Sumber
Daya Manusia rumah sakit tipe B, Rumah Sakit X Kabupaten
Tangerang melakukan perekrutan berbagai jenis tenaga kesehatan

22
berjumlah 430 orang dan jumlah tempat tidur sebanyak 165 rawat inap
dan 56 rawat jalan.

3.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Visi dari Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang yaitu


Berkualitas Prima dengan Sentuhan Nurani. Sedangkan misi untuk
mencapai visi tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di segala lini


pelayanan, baik pelayanan medis, maupun manajemen didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai, serta manajemen
yang efektif dan efisien.
2. Memberikan pelayanan kesehatan individu yang berkualitas,
menyenangkan dan santun.
3. Mendukung rencana pembangunan daerah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang.

Tujuan dan sasaran yang tercantum didalam misi Rumah Sakit


Umum X Kabupaten Tangerang, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tujuan dan Sasaran dari Misi 1


Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di segala lini
pelayanan, didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai
serta sistem manajemen yang efektif dan efisien. Terpenuhinya
sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan,
pengetahuan dan sikap yang didasarkan pada norma-norma yang
ada dilingkungan masyarakat dengan capaian sasaran terwujudnya
kompetensi sumber daya manusia dalam bidang manajemen,
teknis, medis, keperawatan dan costumer care.
2. Tujuan dan Sasaran dari Misi 2
Memberikan pelayanan kesehatan individu yang berkualitas,
menyebangkan dan santun, terwujudnya standar pelayanan di
rumah sakit dengan sasaran sebagai berikut :
1) Meningkatnya pelayanan kesehatan di rumah sakit.

23
2) Meningkatnya pelayanan Instalasi Gawat Darurat.
3) Meningkatnya pelayanan medik di Instalasi Rawat Jalan.
4) Meningkatnya pelayanan medik di Instalasi Rawat Inap.
5) Meningkatnya pelayanan medik di Unit Kebidanan dan
Kandungan serta Perinatologi.
6) Meningkatnya pelayanan medik di Instalasi Kamar Bedah
Sentral.
7) Meningkatnya pelayanan medik di Instalasi Rawat Intensif Care.
8) Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi
Radiologi.
9) Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi
Labotorium.
10)Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi
Rehabilitasi Medik.
11)Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi Farmasi.
12)Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi Gizi.
13)Meningkatnya pelayanan penunjang medik di BDRS.
14)Meningkatnya pelayanan penunjang non medis di Instalasi
Rekam Medik.
15)Meningkatnya pelayanan penunjang non medis di Unit
Pengolahan Limbah.
16)Meningkatnya pelayanan penunjang non medik di Instalasi
Laundry.
17)Meningkatnya pelayanan Ambulance dan Mobil Jenasah.
18)Meningkatnya pelayanan di Instalasi Pemulasaran Jenasah.
19)Meningkatnya pelayanan penunjang non medik di Instalasi
Pemeliharaan sarana/prasarana.
20)Meningkatnya pelayanan keamanan, kebersihan dan ketertiban.
3. Tujuan dan Sasaran Misi 3
Mendukung rencana pembangunan daerah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang, meliputi :

24
1) Tersedianya bangunan yang enak dilihat, bersih, menarik,
nyaman, serta tersedianya peralatan yang lengkap dan
mengikuti perkembangan teknologi dengan sasaran
meningkatnya standar pemenuhan sarana prasarana rumah
sakit tipe B.
2) Terlaksananya tata kelola rumah sakit dan manajemen
professional dengan sasaran terselenggaranya penyiapan
sistem perencanaan, keuangan, inventory, kepegawaian,
pelayanan mutu dan informasi teknologi.
3) Meningkatnya kemampuan rumah sakit, dalam membiayai biaya
operasional rumah sakit.

3.3 Jenis Pelayanan Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang

Jenis pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum X Kabupaten


Tangerang yaitu sebagai berikut :

1. Pelayanan gawat darurat.


2. Pelayanan rawat jalan.
3. Pelayanan rawat inap.
4. Pelayanan kebidanan dan kandungan.
5. Pelayanan tindakan medis spesialistik.
6. Pelayanan rawat intensif.
7. Pelayanan haemodalisa.
8. Pelayanan radiologi.
9. Pelayanan pemeriksaan laboratorium patologi klinik.
10. Pelayanan rehabilitasi medik.
11. Pelayanan farmasi rumah sakit.
12. Pelayanan gizi rumah sakit.
13. Pelayanan general check up.
14. Pelayanan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit.
15. Pengolahan laundry.
16. Pelayanan administrasi manajemen rumah sakit.

25
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara deskriptif


berkaitan dengan manajemen linen di pengolahan laundry Rumah
Sakit Umum X Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang
digunakan akan menggunakan analisis secara kualitatif pada
manajemen linen di pengolahan laundry. Data utama (Primer)
diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam dan dokumentasi
dari hasil observasi yang dilakukan di bagian pengolahan laundry
Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang dan bain lainnya yang
terkait dengan pengolahan laundry. Sedangkan data sekunder
diperoleh berdasarkan data-data yang telah dipublikasikan oleh pihak
Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang khususnya yang telah
dipublikasikan oleh bagian pengolahan laundry.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan data primer dan


data sekunder yang diperoleh dari bagian pengolahan laundry
berkaitan dengan manajemen linen berdasarkan variabel sarana,
prasarana, tenaga dan peralatan yang dioperasionalkan untuk melihat
pengelolaan linen yang meliputi pengumpulan, penerimaan,
pencucian, pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan, distribusi dan
pengangkutan.

Data Primer diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam


kepada informan penelitian yang bisa memberikan informasi secara
valid mengenai pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang, yaitu informan yang berasal dari petugas laundry, dokter
dan tenaga kesehatan yang berkaitan dengan penggunaan dan
pengelolaan linen.

26
4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan untuk mengukur konsep


variabel secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1
Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Definisi Istilah Cara Ukur Alat Hasil Ukur


Ukur
1. Sarana fisik Ruangan yang Telaah Dokumen Data
dipergunakan dokumen pengolahan
untuk linen,
penerimaan, identifikasi
pencucian, mutu
pengeringan, pelayanan
penyetrikaan, linen dan
penyimpanan data laporan
dan distribusi pengolahan
linen. laundry.
2. Pelaratan Alat yang Telaah Dokumen Data
digunakan dokumen peralatan
untuk pengolahan
pengolahan laundry,
linen dan alat identifikasi
penunjang standar
pelayanan peralatan
linen pengokahan
laundry, dan
laporan
kondisi
peralatan
laundry per
periode.
3. Sentraliasi Keharusan Telaah Dokumen Data kondisi
pelayanan yang dimulai dokumen dan guide linen, standar
dari dan interview linen yang
perencanaan, wawancara meliputi
pemantauan mendalam standar
dan evaluasi produk,
desain,
material,
ukuran,
jumlah, dan
penggunaan
linen.
4. Tenaga penanggung Telaah Dokumen Data

27
Laundry jawab untuk dokumen dan guide mengenai
menghasilkan dan interview pengetahuan
linen yang wawancara tenaga
sesuai dengan mendalam laundry,
standar, sterilisasi,
mempunyai kesehatan
resiko yang tenaga
cukup besar laundry, dan
untuk terkena standarisasi
infeksi atau perlengkapan
menularkan APD tenaga
infkesi dalam laundry serta
melaksanakan laporan
tugasnya proses
manajemen
linen.

4.3 Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh berasal dari informan penelitian.


Informan penelitian ditentukan pada prinsip kesesuaian, kecukupan
dan pengetahuan terhadap masalah yang dianalisis dengan
menggunakan metode key informan (informan kunci) yang bisa
memberikan informasi secara valid untuk mendeskripsikan
manajemen linen di pengolahan laundry Rumah Sakit Umum X di
Kabupaten Tangerang. adapun yang dijadikan sebagai sumber
informasi yaitu sebagai berikut :

1. Informan yang berasal dari manajemen Rumah Sakit Umum X


Kabupaten Tangerang yang mempunyai kewenangan dalam
membuat kebijakan :
1) Wakil direktur administrasi umum dan keuangan.
2) Ketua komite medik
2. Informan yang berasal dari pengolahan laundry Rumah Sakit
Umum X Kabupaten Tangerang :
1) Kepala instalasi pengolahan laundry.
2) Petugas pengolahan laundry.
3. Informan dari dokter, perawat, bidan, kepala ruangan rawat inap
dan rawat jalan.

28
Infroman penelitian sebagai sumber informasi sewaktu-waktu
bisa berubah sesuai dengan keperluan ketika penelitian berlangsung
untuk memperdalam informasi apabila menemukan permasalahan
baru yang berkaitan dengan manajemen linen. Penambahan informan
tersebut dikarenakan dalam penentuan informan penelitian mengacu
pada prinsip bola salju atau snowballing interview. Sedangkan untuk
data sekunder diambil berdasarkan data laporan pengelolaan
manajemen linen yang sudah dilaporkan oleh pengolahan laundry per
periode. Data sekunder tersebut kemudian dikelompokan sesuai
dengan kebutuhan informasi proses pengolahan laundry mengenai
pengumpulan, penerimaan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan,
penyimpanan, distribusi, dan pengangkutan.

4.4 Instrumen Penelitian

Didalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian


yaitu kemampuan peneliti dalam menggali dan mengoperasionalkan
data primer dan data sekunder sehingga menjadi sebuah informasi
yang valid yang diperlukan didalam penelitian, dalam hal ini
kemampuan peneliti untuk menggali informasi mengenai manajemen
linen yang dilakukan oleh bagian instalasi pengohan laundry Rumah
Sakit Umum X Kabupaten Tangerang.

4.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang diperlukan didalam penelitian ini yaitu data


primer data data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh data yaitu sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer


Pengumpulan data primer dengan cara melakukan proses
wawancara secara langsung kepada informan penelitian yang
dijadikan sebagai sumber informasi yaitu Wakil direktur administrasi
umum dan keuangan dan Ketua komite medik, Kepala instalasi

29
pengolahan laundry petugas pengolahan laundry, dokter, perawat,
bidan, kepala ruangan rawat inap dan rawat jalan. Wawancara
dilakukan tatap muka secara langsung dengan menggunakan guide
interview.
2. Teknik pengumpulan data sekunder

Data sekunder dikumpulkan dengan teknik telaah terhadap


dokumen-dokumen yang telah dipublikasikan oleh pihak Rumah
Sakit Umum X Kabupaten Tangerang melalui bagian instalasi
pengolahan laundry yaitu Buku laporan harian dan bulanan bagian
instalasi pengolahan laundry.

4.6 Validasi Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian di validiasi


terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis yaitu dengan
menggunakan metode triangulasi sebagai berikut :

1. Triangulasi sumber, meliputi :


1) Cross chek data dengan fakta melalui sumber dengan informan
yang berbeda, sampai menghasilkan data yang memperkuat,
atau tidak ada kontradiksi antara data yang satu dengan data
yang lainnya.
2) Membandingkan dan melakukan kontras data pada kategori
informan berbeda dengan telaah teori yang berkaitan.
2. Triangulasi metode, meliputi :
1) Menggunakan metode yang berbeda dalam mengummpulkan
data yaitu metode wawancara dan telaah dokumen.
2) Melakukan analisa serta meminta pendapat ahli agar
interprestasi yang akan dilakukan pada saat analisis data
hasilnya optimal dan menghidari subjektivitas peneliti.
3) Meminta umpan balik dari informan agar wawancara yang
dilakukan atau informasi yang diperoleh berasal dari interaktif
discussion antara peneliti dan informan penelitian.

30
4.7 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan terhadap data primer penelitian


yang diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam kepada
informan penelitian dilakukan sebagai berikut :

1. Hasil wawancara informan penelitian dijadikan transkip lengkap


setiap informan penelitian.
2. Transkip setiap informan penelitian disusun berdasarkan variabel
yang dianalisis.
3. Data yang diperoleh dari hasil wawancara di display berdasarkan
informasi yang berkaitan dengan manajemen linen dan pengelolaan
laundry kedalam bentuk matriks.
4. Data yang diperoleh dari hasil wawancara ditulis kedalam bentuk
transkip yang kemudian data tersebut dibuatkan resumenya dalam
bentuk matriks yang akan dianalisa dengan membandingkan
kenyataan riil dilapangan dengan teori.
5. Data hasil wawancara dan telaah terhadap dokumen disajikan
dengan cara disusun dan disajikan menjadi sebuah informasi dalam
bentuk narasi agar mudah dipahami dan dimengerti serta
mendeskripsikan kegiatan, dalam konteks penelitian ini data
disajikan dalam bentuk narasi untuk mendeskripsikan manajemen
linen yang dilakukan oleh instalasi pengolahan laundry Rumah
Sakit Umum X Kabupaten Tangerang.

31
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2007. Sistem Kesehatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Amalia A, Septo P.A, Wulan K. 2019. Analisis Manajemen Pengelolaan


Linen dalam Memenuhi Standar Pelayanan Minimal di RSUD
Tugurejo Provinsi Jawa Tengah. e-Jurnal Kesehatan Masyarakat
JKM-Undip. Vol. 7. No. 4. ISSN : 2356-3346.
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm.

Djodjodibroto. R.D. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit. Hipokrates.


Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Manajemen


Linen. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peninsula Community Health. 2012. The Safe Management of Laundry


and Linen. PL25 5AS. St Austell.

Tjien, Linda. Dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas


Pelayanan dengan Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.

32

Anda mungkin juga menyukai