Disusun Oleh :
Drg. Nova
Widasari
196080063
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
medik, pengembangan manajemen rumah sakit, dan pengembangan
sumber daya manusia rumah sakit yang mengikuti dinamika
pengelolaan rumah sakit sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat.
Salah satu peralatan kesehatan non medik yang sangat vital
dibutuhkan oleh rumah sakit dalam menunjang terlaksananya kegiatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu ketersedian linen. Linen
merupakan bahan kain yang digunakan oleh rumah sakit untuk
kebutuhan seprai kasur, bantal, guling, selimut, dan baju bedah yang
digunakan diruang operasi oleh rumah sakit untuk menunjang proses
kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Linen sebagai
peralatan non medik yang secara langsung tidak digunakan dalam
proses pengobatan kepada pasien akan tetapi mempunyai pengaruh
yang cukup besar dalam berkontribusi memberikan penularan
penyakit kepada pasien apabila ketersediaan linen tidak dikelola
secara baik.
Berangkat dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, linen merupakan indikator dari jenis pelayanan
laundry rumah sakit. Standar pelayanan minimal dari pelayanan
laundry rumah sakit disebutkan linen sebagai indikator bahwa : 1)
Tidak adanya kejadian linen yang hilang, dan 2) Ketepatan waktu
penyediaan linen untuk ruang rawat inap. Pedoman Manajemen Linen
Rumah Sakit Departemen Kesehatan tahun 2004 menyebutkan
terdapat dua jenis linen yaitu sebagai berikut :
1. Linen kotor terinfeksi merupakan linen yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari
TB paru, infeksi salmonelz, dan shigel. Sekresi dan eksresi, HBV,
dan HIV dan infkeksi lainnya yang spesifik dimasukan kedalam
kantung dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali
ditutup dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan
terinfkesi.
3
2. Linen kotor tidak terinfeksi merupakan linen yang tidak
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang berasal
dari pasien lain secara rutin, linen diklasifikasikan dari seluruh
pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
Berdasarkan hal tersebut diatas menginsyaratkan bahwa
ketersediaan linen menjadi bagian yang cukup vital dalam mendukung
proses kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit oleh karena itu
ketersediaan linen harus bisa dikelola baik dan hati-hati untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit kepada pasien. Didalam
Manajemen Linen Rumah Sakit (Depkes, 2004), pengelolaan linen
diawali dari proses perencanaan, pengadaan, pengelolaan,
pemusnahan, kontrol, dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, sehingga
linen dapat tersedia di unit-unit yang dibutuhkan untuk menunjang
proses kegiatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang sebagai rumah
sakit tipe B yang memberikan fasilitas pelayanan kesehatan kepada
masyarakat terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatannya, salah satunya yaitu dengan memberikan keamanan
dan kenyamanan bagi pasien, petugas medis, dan lingkungan sekitar
rumah sakit agar terbangunnya citra positif sebagai rumah sakit yang
berkualitas prima dengan sentuhan nurani sesuai dengan visi Rumah
Sakit Umum X Kabupaten Tangerang.
Dengan demikian Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya, yaitu dengan
menyediakan ketersediaan alat penunjang proses pelayanan
kesehatan non medik salah satunya adalah ketersediaan linen yang
steril yang dikelola secara baik dan hati-hati sesuai dengan
manajemen linen rumah sakit dimulai dari penerimaan linen kotor,
penimbangan, pemilihan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan,
sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan,
4
mengepak, menyimpan dan mendistribusikan ke unit-unit pelayanan
lainnya yang membutuhkan secara tepat waktu.
Pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang di kelola oleh bagian pengolahan laundry, akan tetapi
berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa
pengelolaan linen yang dilakukan oleh pengolahan laundry masih
belum dilaksanakan secara optimal dikarenakan adanya keterbatasan
sumber daya dalam melakukan pengelolaan linen seperti keterbatasan
sumber daya manusia, sarana prasarana dan standar operasional
prosedur dalam proses pengelolaan linen yang sesuai dengan standar
pedoman manajemen linen Departemen Kesehatan tahun 2004.
Permasalahan tersebut dapat di deskripsikan seperti berikut ini :
1. Manajemen linen belum terencana secara baik, hal tersebut terlihat
dari jumlah par stoke linen yang berada diruangan perawatan
umum belum memenuhi standar yang telah ditetapkan tiga kali
jumlah tempat tidur yang tersedia.
2. Dalam tatalaksana pelaksanaan linen belum dilaksanakan secara
optimal, hal tersebut terlihat dari distribusi linen yang tidak
terdistribusi secara tepat sehingga masih adanya unit yang
mengeluh terhadap keterlambatan linen yang dibutuhkan.
3. Pengendalian linen belum terlaksana secara optimal, hal tersebut
terlihat dari mudah hilangnya linen diruangan rawat inap.
4. Masih terbatasnya peralatan untuk perlidungan diri bagi petugas
laundry seperti sarung tangan, sepatu tertutup, apron plastic dan
apron karet. Alat Pelindung Diri (APD) ini merupakan perlengkapan
yang cukup penting untuk melindungi pertugas dari resiko
penularan dan terkena infeksi.
5. Terbatasnya sumberdaya manusia khususnya petugas yang
berada di bagian laundry karena tidak sesuai dengan kualifikasi
yang dibutuhkan. Pada saat ini petugas di bagian laundry berlatar
pendidikan perawat, dan sekolah menangah atas.
5
Berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini, sudah
pernah dilakukan penelitian sebelumnya yang permasalahannya sama
dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Amalia dkk
(2019) menyebutkan linen yang berada diruangan khususnya ruangan
rawat inap pasien hal tersebut terlihat dari jumlah ketersediaan linen
diruangan tidak mencukupi untuk jumlah tempat tidur yang disebabkan
karena hilangnya linen maupun rusaknya linen, dan sering terjadinya
keterlambatan pengantara stock linen bersih keruangan, serta kondisi
linen yang sudah tipis dan robek.
Berdasarkan uraian latar belakang pada penelitian ini, menarik
peneliti untuk melakukan suatu analisis yang lebih mendalam
mengenai proses pengelolaan linen sebagai penunjang proses
pelayanan kesehatan non medik di Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang dengan judul penelitian “Analisis Manajemen Linen di
Pengolahan Luandry Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang”.
6
3. Apa saja yang menjadi faktor penghambat manajemen linen bagian
laundry dalam memenuhi Standar Pelayanan Minimal Linen di Rumah
Sakit Umum X Kabupaten Tangerang ?
4. Apa saja yang menjadi faktor pendorong manajemen linen bagian
laundry dalam memenuhi Standar Pelayanan Minimal Linen di Rumah
sakit Umum X Kabupaten Tangerang ?.
7
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan nilai manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat bagi Rumah Sakit Umum X Kabupaten Tangerang,
diperoleh suatu rekomendasi dalam melakukan manajemen linen
pada bagian pengolahan laundry yang sesuai dengan standar
pelayanan minimal linena untuk memberikan keamanan dan
kenyamanan pasien dan petugas medis sehingga dapat
menunjang proses kegiatan pelayanan kesehatan yang bermutu.
2. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini mempunyai nilai manfaat
sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh pada kegiatan
pendidikan yang telah ditempuh.
3. Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat
untuk menambah khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan
program manajemen administrasi rumah sakit secara umum dan
manajemen linen rumah sakit secara khusus.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
dengan kemampuan dari penyelenggaranya. Rumah sakit umum
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik.
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non
medis.
c. Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan.
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
2. Rumah sakit terspesialisasi, yaitu rumah sakit yang
menyelenggarakan trauma center, rumah sakit ibu dan anak, rumah
sakit manula atau rumah sakit yang melayani kepentingan secara
khusus seperti psychiatric, penyakit pernapasan dan lain
sebagainya. Rumah sakit ini bisa berdiri atas gabungan ataupun
hanya satu bangunan. Mayoritas rumah sakit ini mempunyai afiliasi
dengan universitas atau pusat riset tertentu.
3. Rumah pendidikan dan penelitian, yaitu rumah sakit umum yang
terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas
kedokteran pada suatu universitas atau lembaga pendidikan tinggi.
Rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji
coba berbagai macam obat baru maupun teknik pengobatan baru
oleh pihak universitas atau pendidikan tinggi sebagai salah satu
bentuk pengabdian masyarakat atau implementasi tridharma
perguruan tinggi.
4. Rumah sakit lembaga atau perusahaan, yaitu rumah sakit yang
didirikan oleh suatu lembaga atau perusahaan untuk melayani
pasien-pasien yang merupakan anggota atau lembaga maupun
karyawan perusahaan. Pelayanan yang diselenggarakan oleh
rumah sakit ini biasanya yang berkaitan dengan kegiatan lembaga
tersebut seperti rumah sakit militer, bentuk jaminan sosial berupa
pengobatan gratis untuk karyawan perusahaan atau karena lokasi
10
perusahaan terpencil yang jauh dari rumah sakit umum, akan tetapi
biasanya rumah sakit tersebut menerima pasien umum dan
menydiakan unit gawat darurat untuk masyarakat umum.
11
kesehatan secara khusus yaitu memberikan pelayanan kesehatan
kedokteran saja, seperti rumah sakit kusta, paru-paru, jantung,
kanker dan rumah sakit ibu dan anak.
2.2 Linen
12
unit khusus seperti ICU dan unit lain yang melakukan prosedur medic
invasive seperti anestesiologi, radiologi, atau kardiologi.
Berangkat dari pengertian linen diatas, maka penulis
mengemukakan jenis-jenis linen berdasarkan Pedoman Manajemen
Linen Rumah Sakit Departemen Kesehatan tahun 2004 yang
menyebutkan jenis-jenis linen sebagai berikut :
13
27. Gurita.
28. Topi kain.
29. Wash lap.
30. Handuk.
31. Linen operasi meliputi baju, celana, jas, macam-macam laken,
topi, masker, doek, sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja
instrumen, mitela, barak schort.
14
dari rumah sakit, pemikiran tersebut berangkat dari pemikiran
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) yang
mengatakan bahwa kewenangan pengaturan dan struktur
pengelolaan linen diserahkan sepenuhnya kepada direktur rumah
sakit sesuai dengan kondisi rumah sakit. Pemikiran tersebut
berangkat dari persoalan sebagai berikut :
1. Beban kerja di setiap rumah sakit berbeda-beda.
2. Adanya keterbatasan lahan dirumah sakit dalam melakukan
pengelolaan linen.
3. Adanya keterbatasan tenaga kerja di rumah sakit.
4. Manajemen rumah sakit perlu berkonsentrasi terhadap core
bisnisnya yaitu melaksanakan jasa pelayanan kesehatan
berupa perawatan dan pengobatan.
15
15. Perawatan kualitas linen.
16. Pencatatan dan pelaporan.
Agar lebih mudah dipahami mengenai tatalaksana
pengelolaan manajemen linen rumah sakit diatas, maka secara
visual penulis tampilkan gambar skema manajemen linen rumah
sakit berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2004) yang terlihat pada visualisasi berikut ini.
Perencanaan
Pengadaan
Penerimaan
Pemberian Indentitas
Hilang Rusak
Perbaikan Pemusnahan
Pencatatan/Pelaporan
Gambar 2.1
Skema Manajemen Linen Rumah Sakit
16
2.4 Prosedur Pelayanan Linen
2.4.1 Sentralisasi Linen
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa pentingnya
manajemen linen dalam penyelenggaraan pelayanan jasa
kesehatan rumah sakit yang menyebabkan pengelolaan
manajemen linen menjadi tidak sederhana lagi dan membutuhkan
pengelolaan yang baik untuk menghasilkan linen sesuai dengan
standar. Standar linan yang dibutuhkan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Standar produk, yaitu berkaitan dengan sarana kesehatan yang
bersifat secara universal, dengan demikian setiap rumah sakit
hendaknya mempunyai standar sarana atau produk yang sama
dengan rumah sakit lainnya sehingga bisa diproduksi secara
masih agar berdampak pada perekonomian secara umum.
2. Standar desain, yaitu berkaitan dengan sarana rumah sakit
seperti Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh tenaga
yang berada dirumah sakit maupun linen yang dipergunakan
oleh rumah sakit lebih mengedepankan fungsinya dibandingkan
dengan estetika. Dengan demikian desain yang tidak rumit atau
sederhana dan nyaman merupakan desain yang cukup ideal
yang bisa digunakan oleh rumah sakit.
3. Standar material, yaitu berkaitan dengan maintenance atau
perawatan disesuaikan dengan fungsi seperti cara perawatan
yang bisa dijalankan secara mudah dan efisien.
4. Standar ukuran, yaitu berkaitan dengan ukuran linen yang
digunakan bukan hanya mengedepankan ukuran
penggunaannya akan tetapi juga harus memperhatikan
kemudahan proses pengadaan dan terjangkauannya
operasional untuk mendapatkannya.
5. Standar jumlah, yaitu berkaitan dengan idealnya stok linen lima
par (kapasitas) dengan posisi tiga par berputar diruangan
dengan perincian stok satu par dicuci, stok satu par cadangan,
17
dan dua par mengendap di logistik, satu par sudah dijahit, satu
par masih berupa kain.
6. Standar penggunaan linen, yaitu berkaitan dengan linen yang
baik memeunhi standar tahan dicucui sebanyak tiga ratus lima
puluh kali dengan prosedur normal.
18
Tietje (2004) merekomendasikan perlengkapan untuk
perlindungan diri yang dianjurkan bagi petugas laundry dalam
memperoses linen sebagai berikut :
1. Sarung tangan dan sepatu tertutup yang melidungi kaki yang
kejatuhan benda tajam dan darah yang terciprat ke tubuh,
dipakai ketika :
a. Menangani larutan disinfektan.
b. Mengumpulkan dan menangani linen kotor.
c. Membawa linen kotor.
d. Mencuci linen kotor dengan tangan.
e. Memasukan kedalam mesin cuci.
2. Apron plastic atau apron karet dengan kacamata pelindung,
dipakai ketika :
a. Memilih kain kotor.
b. Mencuci linen kotor dengan tangan.
c. Memasukan linen kedalam mesin cuci.
19
Input
Proses
Pengelolaan Linen
1. Pengumpulan
2. Penerimaan
1. Sarana Fisik
3. Pencucian
2. Peralatan
3. Sentralisasi 4. Pengeringan
pelayanan 5. Penyetrikaan
4. Tenaga Laundry 6. Penyimpanan
7. Distribusi
8. Pengangkutan
Memenuhi Syarat Pedoman
Manajemen Linen Rumah Sakit
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2004 Output
Tidak Memenuhi Syarat
Pedoman Manajemen Linen
Rumah Sakit Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2004
Gambar 2.2
Kerangka
Pemikiran
20
BAB III
KABUPATEN TANGERANG
21
pada tahun tersebut berhasil mengembangkan pelayanan baru berupa
layanan Hemodialisa sebanyak 4 buah, pelayanan High Care Unit
(HCU) sebanyak 3 tempat tidur dan pelayanan perinatology sebanyak
4 tempat tidur.
Pada awal tahun 2015 sesuai dengan master plan rumah sakit
pembangunan gedung rawat inap Rumah Sakit Umum X Kabupaten
Tangerang berhasil mengembangkan unit layanan Hermodialisa dari 4
buah mesin menjadi sepuluh mesin hemodialisa, menambah jumlah
kelas satu rawat inap menjadi 6 tempat tidur dan menambah ruang
kelas I menjadi sepuluh tempat tidur dan meningkatkan layanan HCu
menjadi ICU.
22
berjumlah 430 orang dan jumlah tempat tidur sebanyak 165 rawat inap
dan 56 rawat jalan.
23
2) Meningkatnya pelayanan Instalasi Gawat Darurat.
3) Meningkatnya pelayanan medik di Instalasi Rawat Jalan.
4) Meningkatnya pelayanan medik di Instalasi Rawat Inap.
5) Meningkatnya pelayanan medik di Unit Kebidanan dan
Kandungan serta Perinatologi.
6) Meningkatnya pelayanan medik di Instalasi Kamar Bedah
Sentral.
7) Meningkatnya pelayanan medik di Instalasi Rawat Intensif Care.
8) Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi
Radiologi.
9) Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi
Labotorium.
10)Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi
Rehabilitasi Medik.
11)Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi Farmasi.
12)Meningkatnya pelayanan penunjang medik di Instalasi Gizi.
13)Meningkatnya pelayanan penunjang medik di BDRS.
14)Meningkatnya pelayanan penunjang non medis di Instalasi
Rekam Medik.
15)Meningkatnya pelayanan penunjang non medis di Unit
Pengolahan Limbah.
16)Meningkatnya pelayanan penunjang non medik di Instalasi
Laundry.
17)Meningkatnya pelayanan Ambulance dan Mobil Jenasah.
18)Meningkatnya pelayanan di Instalasi Pemulasaran Jenasah.
19)Meningkatnya pelayanan penunjang non medik di Instalasi
Pemeliharaan sarana/prasarana.
20)Meningkatnya pelayanan keamanan, kebersihan dan ketertiban.
3. Tujuan dan Sasaran Misi 3
Mendukung rencana pembangunan daerah dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Tangerang, meliputi :
24
1) Tersedianya bangunan yang enak dilihat, bersih, menarik,
nyaman, serta tersedianya peralatan yang lengkap dan
mengikuti perkembangan teknologi dengan sasaran
meningkatnya standar pemenuhan sarana prasarana rumah
sakit tipe B.
2) Terlaksananya tata kelola rumah sakit dan manajemen
professional dengan sasaran terselenggaranya penyiapan
sistem perencanaan, keuangan, inventory, kepegawaian,
pelayanan mutu dan informasi teknologi.
3) Meningkatnya kemampuan rumah sakit, dalam membiayai biaya
operasional rumah sakit.
25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
26
4.2 Definisi Operasional
Tabel 4.1
Operasionalisasi Variabel
27
Laundry jawab untuk dokumen dan guide mengenai
menghasilkan dan interview pengetahuan
linen yang wawancara tenaga
sesuai dengan mendalam laundry,
standar, sterilisasi,
mempunyai kesehatan
resiko yang tenaga
cukup besar laundry, dan
untuk terkena standarisasi
infeksi atau perlengkapan
menularkan APD tenaga
infkesi dalam laundry serta
melaksanakan laporan
tugasnya proses
manajemen
linen.
28
Infroman penelitian sebagai sumber informasi sewaktu-waktu
bisa berubah sesuai dengan keperluan ketika penelitian berlangsung
untuk memperdalam informasi apabila menemukan permasalahan
baru yang berkaitan dengan manajemen linen. Penambahan informan
tersebut dikarenakan dalam penentuan informan penelitian mengacu
pada prinsip bola salju atau snowballing interview. Sedangkan untuk
data sekunder diambil berdasarkan data laporan pengelolaan
manajemen linen yang sudah dilaporkan oleh pengolahan laundry per
periode. Data sekunder tersebut kemudian dikelompokan sesuai
dengan kebutuhan informasi proses pengolahan laundry mengenai
pengumpulan, penerimaan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan,
penyimpanan, distribusi, dan pengangkutan.
29
pengolahan laundry petugas pengolahan laundry, dokter, perawat,
bidan, kepala ruangan rawat inap dan rawat jalan. Wawancara
dilakukan tatap muka secara langsung dengan menggunakan guide
interview.
2. Teknik pengumpulan data sekunder
30
4.7 Analisis Data
31
DAFTAR PUSTAKA
Sakit.
32