Anda di halaman 1dari 22

BAB IX

PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

I. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. oleh karena itu rumah sakit dituntut
untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan
pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya infeksi atau infeksi
rumah sakit yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit, baik karena perawatan atau
datang berkunjung ke rumah sakit. Oleh karena itu untuk meminimalkan resiko
terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu
diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen di rumah
sakit, linen dirumah sakit dibutuhkan disetiap ruangan. Kebutuhan linen dirumah sakit
sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Untuk mendapatkan kualitas
linen yang baik, nyaman dan siap pakai diperlukan perhatian khusus, seperti
kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaaan bahan – bahan
kimia.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Laundry Rumah Sakit
adalah dihasilkannya pengelolaan linen secara tepat dan benar sehingga dapat tercipta
kondisi dan keinginan sesuai dengan target yang diharapkan.
Pengelolaan Laundry dengan standar yang sudah ditetapkan dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dalam kegiatannya, seperti tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1204/MENKES/SK/X/2004 Bab.V Tentang
Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry) / Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, juga tertuang di dalam Buku Manajemen Linen Dirjen Pelayanan Medik
Spesialistik Depkes Pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan
khusus dan melibatkan banyak tenaga kesehatan, baik seorang manajer, teknisi,
perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli kesehatan dan
keselamatan kerja.
Dalam pengelolaan linen di rumah sakit, sering dijumpai bermacam-macam kendala
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil. Hasil yang kurang maksimal dapat
membahayakan keselamatan pasien karena terdapat kemungkinan resiko yang
meningkat, serta akan menimbulkan ketidakpuasan pelanggan Laundry.

154
Mengingat pentingnya pengelolaan linen yang baik dan benar, maka dibuat lah
pedoman linen dan laundry Rumah Sakit Harapan Sehat Jatibarang ini sehingga
diharapkan pengelolaan Laundry/linen dapat sesuai dengan Standar yang ditetapkan
dalam Peraturan dan Prosedur yang berlaku, dan dapat menghasilkan produk yang
dapat memberi kepuasan bagi pelanggan Rumah Sakit Harapan Sehat Jatibarang.

II. Tujuan Dan Sasaran


2.1. Tujuan Umum
Terciptanya kondisi rumah sakit yang memenuhi standar pedoman linen yang
telah ditentukan, sehingga rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan
linen.
2.2. Tujuan khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit
b. Mencegah terjadinya infeksi rumah sakit melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI).
c. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen bersih, kering rapih, utuh
dan siap pakai.
d. Untuk menjamin ketersediaan linen disetiap unit kerja dirumah sakit
2.3. Sasaran
Pedoman pengelolaan linen ini dimaksudkan sebagai acuan bagi semua unit kerja
yang menggunakan linen khususnya unit kerja yang berhubungan dengan
penggunaan linen untuk pasien seperti instalasi ruang perawatan (rawat inap),
instalasi kamar operasi , ICU, Luka bakar, IGD, VK, Poliklinik, Ruang perawatan,
radiologi, dan lain – lain.

155
III. PENGORGANISASIAN DAN TATALAKSANA PENGELOLAAN LINEN
RUMAH SAKIT HARAPAN SEHAT JATIBARANG
3.1 STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN LINEN

DIREKTUR

WADIR SDM DAN UMUM

KEPALA LAYANAN UMUM

PJ LINEN &
LAUNDRY

 PJ LINEN INST PU I, PU II,


PA.
 PJ LINEN INST RAWAT
JALAN
 PJ LINEN KAMAR OPERASI
 PJ LINEN INST GAWAT
DARURAT

Gambar 9.1 Struktur Organisasi Linen dan Laundry

3.2 URAIAN TUGAS

Untuk pengelolaan linen di RSHSJ linen dikelola oleh seorang penanggung


jawab linen dan laundry

3.2.1 PENANGGUNG JAWAB LINEN DAN LAUNDRY

NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Linen Dan Laundry

Rumah Sakit Harapan Sehat Jatibarang

NAMA UNIT KERJA : Layanan Umum PERSYARATAN

JABATAN

 PENDIDIKAN : Minimal D3
 KETERAMPILAN : Mengetahui dan mengerti cara pengelolaan
linen di rumah sakit

156
 SIKAP : Tanggap dan kreatif
Dedikasi dan loyalitas tinggi

Tegas dan bijaksana

Hubungan antar manusia baik

Disiplin, jujur dan tanggung jawab

TUGAS UMUM

 Bertanggung jawab dan menjalankan fungsi rumah sakit dalam


pengelolaan linen seperti :
 Perencanaan kebutuhan linen disetiap unit kerja berdasarkan laporan
dari unit terkait
 Membuat catatan kebutuhan unit kerja terkait kemudian membuat
permintaan ke URT
 Bertanggung jawab terhadap penerimaan dan penyimpanan linen
disetiap unit kerja
 Mengawasi pendistribusian linen disetiap unit kerja

URAIAN TUGAS

 Mengawasi penerimaan linen kotor


 Mengawasi sortir linen bersih
 Mengawasi proses pencucian
 Koordinasi dengan PJ linen di unit terkait dalam penyimpanan linen
 Melaksanakan evaluasi

3.2.2 PENANGGUNG JAWAB LINEN RUANGAN


NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Linen Ruangan

NAMA UNIT KERJA: Keperawatan

PERSYARATAN JABATAN

 PENDIDIKAN : Minimal SMA atau sederajat


 KETERAMPILAN : Mengetahui dan mengerti cara
pengelolaan Linen di unit kerja masing –
masing
 SIKAP : Tanggap dan kreatif

157
Dedikasi dan loyalitas tinggi
Tegas dan bijaksana
Hubungan antar manusia baik
Disiplin, jujur dan tanggung jawab

LINGKUP TUGAS : Di setiap unit kerja masing – masing

WAKTU TUGAS : - Jam kerja

- Apabila dibutuhkan

URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

- Bertanggung jawab dan mengetahui jumlah linen yang ada di unit


kerjanya
- Bertanggung jawab terhadap penerimaan dan penyimpanan linen diunit
kerjanya
- Bertanggung jawab untuk mensortir linen yang tidak layak pakai
kemudian diretur ke URT
- Mengajukan form permintaan apabila ada permintaan linen baru
- Mencatat dan melaporkan apabila ada linen tidak layak pakai
- Mencatat dan mengawasi pendistribusian linen
- Memeriksa / mengontrol linen yang kotor

BATAS WEWENANG

- Mempunyai wewenang untuk memutuskan apakah linen layak pakai


atau tidak.
- Mengajukan form permintaan untuk pengadaan linen baru

3.3 PERAN DAN FUNGSI PENGELOLAAN LINEN


Pengelolaan linen diRumah Sakit Sentra Medika merupakan tanggung jawab dari
penanggung jawab linen Rs Medika. Peran pengelolaan linen di rumah sakit
cukup penting. Mulai dari perencanaan kebutuhan linen serta standar linen yang
di tentukan dirumah sakit. Alur aktifitas fungsional dimulai dari pengambilan
linen kotor, penghitungan linen kotor, proses pencucian, pemerasan, pengeringan,
sortir noda, penyetrikaan, sortir linen tidak layak pakai, pelipatan, pendistibusian,
dan penyimpanan linen bersih.

Untuk melaksanakan aktifitas tersebut dengan lancar dan baik, maka diperlukn
alur yang terencana dengan baik. Sedangkan peran lain yang cukup penting
adalah perencanaan kebutuhan linen, pengadaan pengelolaan, pemusnahan,
control, dan pemusnahan, dan pemeliharaan fasilitas kesehatan.
158
3.4 TATA LAKSANA PENGELOLAAN LINEN
Tata laksana pengelolaan linen di Rumah Sakit Harapan Sehat Jatibarang terdiri dari :

1. Perencanaan kebutuhan linen dirumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan


unit kerja lain, perencanaan kebutuhan linen dapat terpenuhi dari standar
jumlah linen yang sudah ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit Harapan Sehat
Jatibarang

2. Pengambilan linen kotor dilakukan dua kali sehari oleh petugas laundry dari
sermua unit kerja lain.

3. Penghitungan Linen dilakukan pada saat petugas laundry mengambil linen


kotor dan mendistribusikan linen bersih

4. Pensortiran dilakukan pada saat petugas laundry akan melakukan proses


pencucian dan pada sat akan melipat atau menyetrika linen bersih

5. Proses pencucian dilakukan dengan menambahkan bahan kimia / detergen


untuk mencuci linen

6. Pemerasan dilakukan pada saat proses pencucian selesai hingga kandungan


yang terdapat pada linen berkurang sehingga mempercepat prose pengeringan

7. Pengeringan linen di Rumah Sakit Harapan Sehat Jatibarang dilakukan dengan


satu langkah yaitu dengan menggunakan mesin pengering

8. Sortir linen rusak atau tidak layak pakai dilakukan pada saat proses pelipatan
atau menyetrika linen

9. Pelipatan, pengepakan dilakukan setelah linen kering dan pada saat linen
bersih akan didistribusikan

10. Distribusi linen bersih keunit kerja yang membutuhkan dengan menggunakan
trolley linen

11. Penyimpanan linen bersih disimpan daalm lemari linen di ruangan linen

12. Pencatatan dan pelaporan, linen yang ada setiap unit kerja dicatat jumlahnya
dan apabila ada linen yang rusak atau kurang dari unit kerja tersebut segera
mengembalikan dan melaporkannya sehingga ada tindak lanjutnya.

IV. SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN


4.1 SARANA FISIK
Untuk ruang pencucian atau ruang laundry di rumah sakit belum memenuhi
standar yang sudah ditentukan karena ruang pencucian berada dilantai satu.
159
Ruang linen di rumah sakit terletak diareal laundry berdekatan dengan ruang
pencucian sehingga mempermudah pendistribusian, dan pengawasan pada saat
proses pencucian.
4.2 PERALATAN
Alat – alat yang berhubungan dengan pengelolaan linen di Rumah Sakit Harapan Sehat
Jatibarang, antara lain :

4.2.1 Ruang pencucian atau ruang laundry


1. 5 unit mesin cuci dengan kapasitas : 60 kg ( 2 unit mesin cuci) dan
sisanya berkapasitas 50 kg
2. 2 unit mesin pengering dengan kapasitas 50 kg
3. 1 unit mesin cuci infeksius dengan kapasitas 30 kg
4. 1 unit trolly untuk pendistribusian :
Mesin Cuci :
Persyaratan mesin cuci :
1. Mesin cuci dengan kapasitas besar diatas 100 kg disarankan memiliki
dua kompartemen pintu yang membedakan antara memasukan linen
kotor infeksius dan linen kotor kotor non infeksius dengan hasil
pencucian linen bersih.
2. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil tanpa penyekat dapat digunakan
dengan memperhatikan batas ruang kotor dan bersih dengan jelas.
3. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian langsung dialirkan
kedalam system pembuangan yang terpendam dalam tanah menuju
IPAL.
Peralatan untuk pelindung diri (APD), terdiri dari
1. Celemek
2. Sepatu bot
3. Masker
4. Sarung tangan
4.2.2 Ruang penyetrikaan
Ruang penyetrikaan di Rumah Sakit Sentra Medika, peralatan terdiri dari
meja dan setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar 220 Volt.
4.2.3. Ruang linen
Peralatan terdiri dari lemari dan rak penyimpanan linen , ruang linen harus
selalu tertutup sehingga tidak terkontaminasi oleh debu, dan kelembaban
ruangan harus selalu terjaga.
4.3 PRASARANA
4.3.1 Prasarana listrik

160
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik, daya di
instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin pemeras,
mesin pengering dan mesin setrika, untuk itu perlu diperhatikan
penempatan kontak – kontak listrik, yaitu harus menjauhi daerah yang
lembab dan basah, jenis kontak listrik seharusnya tertutup agar terhindar
dari udara lembab, sentuhan langsung dan paralel yang melebihi kapasitas
penggunaan sebaiknya dihindarkan untuk menjaga keselamatan petugas
laundry.
4.3.2 Prasarana air
Prasarana air untuk proses pencucian memerlukan sedikitnya 40 % dari
kebutuhan air dirumah sakit. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan
kualitas air bersih harus sesuai dengan standar air bersih yang telah
ditentukan.
Standar air bersih, konsentrasi kandungan garam dalam air tidak boleh
tinggi, sehingga bisa mengakibatkan proses penccucian terhambat, dan
kandungan garam dalam air akan mengakibatkan warna linen putih
menjadi abu – abu.
Standar air bersih, juga tidak boleh mengandung Zat besi atau Fe yang
menyebabkan warna linen putih menjadi kekuning – kuningan, linen warna
akan cepat pudar, dan mesin cuci akan berkarat
4.3.3 Bahan kimia pencuci linen
 Detergen / sabun pencuci, berfungsi untuk menghilangakan kotoran
 Pemutih / bleach, berfungsi untuk memutihkan atau mengangkat
kotoran / noda, dan juga dapat berfungsi sebagai desinfektan.
 Softener / pelembut, berfungsi untuk melembutkan linen digunakan
pada tahap akhir proses pencucian
4.4 PEMELIHARAAN
Pemeliharaan peralatan laundry dilakukan oleh petugas laundry, seperti
pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan setiap hari
dengan menggunakan lap basah dicampur dengan sabun, dan dikeringkan dengan
menggunakan lap kering.

Pemeliharaan kualitas linen dilakukan dengan cara memperhatikan proses


pencucian dan chemical yang digunakan untuk mencuci serta pada saat
penyetrikaan dan pengemasan linen bersih.

161
5. PROSEDUR PELAYANAN LINEN
5.1. SENTRALISASI LINEN
Merupakan suatu keharusan yang dimulai dari proses perencanaan , pemantauan dan
evaluasi. Sifat linen adalah barang habis pakai, sehingga diperlukan sistem pengadaan
yang sudah terprogram dengan baik, dan menentukan standar linen dirumah sakit
tersebut, dan harus dilaksanakan dengan prosedur tetap (SPO) disertai dengan evaluasi.
5.2. STANDARISASI LINEN
Linen merupakan barang tenun dari hasil tekstil yang berada dirumah sakit , standar
linen meliputi :
1. Standar produk
Untuk produk yang berkualitas tinggi akan memberikan kenyamanan pada saat
dipakai dan waktu penggunaan yang lebih lama, sehinnga secara ekonomis
lebih hemat dibandingkan dengan linen dengan kualitas yang lebih murah.
2. Standar Desain
Untuk desain sebaiknya linen untuk rumah sakit harus menggunakan desain
yang sederhana, karena bisa memudahkan dan melancarkan aktifitas dirumah
sakit, disamping itu juga pertimbangan harga yang lebih ekonomis jika
dibandingkan dengan desain yang estetika.
3. Standar material / bahan
Pemilihan bahan/material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan dan
penampilan, untuk material biasanya rumah sakit menggunakan bahan seperti
Cotton, CVC, TC, dan polyester. Pemilihan warna juga sangat penting karena
mempunyai pengaruh terhadap lingkungan rumah sakit, sehingga mempunyai
nuansa yang lebih santai dan modern.
4. Standar ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi penggunaan,
tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional. Makin luas dan berat
linen makin mahal biaya pengadaan dan operasionalnya
Dengan adanya ukuran tempat tidur yang standar, maka ukuran linen bias
distandarkan menjadi:
- Laken 160 x 275 cm
- Steek laken 75 x 160 cm
- Zeil 70 x 110 cm
- Sarung bantal 50 x 70 cm
5. Standar jumlah
Untuk idealnya standar jumlah linen di rumah sakit adalah 5 par kapasitas
tempat tidur, 3 par berputar diruangan dan 2 par disimpan diruang
penyimpanan linen sentral.

162
6. Standar penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal. Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standar kelayakan linen,
seperti kondisi fisik linen dan umur linen.

5.3. PENATALAKSANAAN LINEN


5.4.1 Pengambilan linen kotor
Pengambilan linen kotor dari ruangan dengan menggunakan trolly, linen
kotor sudah dipisahkan antara linen kotor infeksius di masukan kedalam
kantung kuning dan linen kotor non infeksius kedalam kantung hitam.
5.4.2 Sortir linen kotor
Sortir / pemilahan berdasarkan:
- Linen infeksius berwarna
- Linen infeksius putih
- Linen tidak terinfeksi berwarna
- Linen tidak terinfeksi
- Jenis linen
5.4.3 Pencucian
Pencucian bertujuan untuk membersihkan linen dari noda, awet dan
memenuhi persyaratan sehat. Untuk mencapai pencucian linen bersih serta
sehat perlu diperhatikan temperatur dan bahan kimia yang diguankan untuk
mencuci linen.
5.4.4 Pemerasan
Merupakan proses pegurangan kadar air setelah tahap pencucian selesai.
Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang memiliki fungsi pemerasan.
5.4.5 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering yang memiliki suhu
sekitar 100 oC selama 10 menit.
5.4.6 Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dan mesin setrika
kecil dan disetel pada suhu antara 70 – 80 OC.
5.4.7 Pelipatan
Melipat linen bertujuan untuk kerapihan dan juga memudah untuk
distribusi dan penggantian linen saat tempat tidur kosong atau saat ada
pasien diatas tempat tidur, proses pelipatan juga sekaligus memantau
antara linen yang masih bagus atau linen yang sudah rusak agar tidak
dipakai lagi.
5.4.8 Pendistribusian

163
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu untuk
menyalurkan linen yang sudah siap pakai ke unit kerja lainnya.
5.4.9 Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi
debu juga untuk mengontrol posisi linen tetap stabil. Lemari penyimpanan
linen diberi obat anti ngengat, dan linen disusun berdasarkan jenis linen
tersebut.

6. PENYEHATAN LAUNDRY/ TEMPAT PENCUCIAN LINEN


Tujuan kegiatan penyehatan laundry dan tempat pencucian linen yaitu:
 Mencegah penularan infeksi melalui linen di tempat pencucian.
 Memberikan perlindungan kepada petugas terutama laundry dari penyakit akibat
kerja sehingga menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
 Menghasilkan linen yang bersih dan memenuhi persyaratan untuk digunakan
kembali.
 Membantu petugas untuk memahami masalah-masalah kesehatan kerja dan dapat
melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkannya
sehingga tercapai budaya sehat dalam bekerja.
6.1. Penyehatan lingkungan kerja
Lingkungan kerja dan penyakit kerja yang ditimbulkannya. Penyakit akibat kerja
dan atau berhubungan dengan pekejaan dapat disebabkan oleh pemajanan di
lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah
tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk
mencegahnya. Misalnya antara penyakit yang sudah jelas penularannya dapat
melalui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang, atau
perlindungan yang belum baik pada pekerja Rumah Sakit dengan kemungkinan
terpajan melalui kontak langsung. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka
langkah awal yang penting adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang bisa
timbul dan dievaluasi, kemudian dilakukan Pencegahan dan Pengendalian
Potensial Hazard Pada tempat laundry
6.1.1 Hazard Mikrobiologi
Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh microorganisme hidup seperti bakteri, virus richetsia,
parasit dan jamur. Petugas laundry yang menangani linen kotor senantiasa
kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen.
Penelitian bakteriologis pada instalasi laundry menunjukkan bahwa
jumlah total bakteri meningkat 50 x selama periode waktu sebelum
cucian mulai diproses. Mikroorganisme yang sering timbul adalah :
164
a) Mikrobakterium Tuberkulosis
 Penyakit yang ditimbulkannya adalah Tuberkulosis dan terbanyak
adalah tbc paru ( lebih kurang 90 % ).
 Penularannya melalui droplet atau dahak penderita.
 Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit
 Pecegahan terhadap penyakit TBC dan penularannya.:
o Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan
o Menggunakan Alat Pelindung Diri yang benar dalam
ruangan Instalasi Laundry [APD sesuai SPO].
o Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan
sterilisasi
o Secara tehnis setiap petugas harusterhadap bahan dan alat
yang digunakan melaksanakan tugas pekerjaan sesuai SPO
b) Virus Hepatitis B ( HBV )
 Penyakit yang ditimbulkannya adalah Hepatitis B.
Selain manifestasi sebagai hepatiris B akut dengan segala
komplikasinya, lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi
dalam bentuk sebagai pengidap [ carrier ] kronik HbSAg yang dapat
merupakan sumber penularan bagi lingkungan.
 Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya
 Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit
 Pencegahan :
a. Memberikan vaksinasi pada terhadap penyakit Hepatitis B dan
penularannya.
b. Melakukan tindakan dekontaminasi
c. Menggunakan APD sesuai SOP
d. Petugas desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan peralatan
yang dipergunakan.
e. Secara tehnis setiap harusterutama bila terkena bahan infeksi
melaksanakan tugas pekerja sesuai SOP.
c) Virus HIV ( Human Immunodefisiensi Virus )
Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS (Acquired Immuno
Defisiensi Syndrome).
Virus HIV menyerang target sel dalam jangka lama, jarak waktu
masuknya virus ketubuh sampai terjadi AIDS sangat lambat, masa
inkubasi lebih besar atau sama dengan 5 tahun.
Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh yang
mengandung virus dan kontak langsung dengan kulit yang terluka.
165
 Pencegahan :
- Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) sesuai SOP
- Linen yag terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastik
6.1.2 Hazard Fisika
a. Panas
Di tempat pengeringan linen harus diperhatikan hal-hal yang dapat
menimbulkan bahaya fisika misalnya suhu yang panas, kekeringan, dan
lain-lain. Petugas laundry harus menggunakan APD yang sesuai dan
memperhatikan intake cairan agar tidak terjadi dehidrasi.
b. Debu
Pada instalasi pengelolaan linen debu dapat berasal dari bahan linen itu
sendiri
Pengukuran : Dengan memakai alat Vertical Elutriol Cotton Dust
Sampler (Yaitu alat untuk mengukur banyaknya debu dalam ruangan)
dan Personal Dust Sampler Debu linen ( cotton dust ) yang sesuai
NBA adalah 0,2 milligram per m3.
Efek kesehatan Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat
terjadi dengan menarik nafas sehingga udara yang mengandung debu
masuk kedalam paru-paru. Partikel debu yang dapat masuk kedalam
pernafasan mempunyai ukuran 0,1-10 micron Pada pemajanan yang
lama dapat terjadi Pneumoconiosis, dimana partikel debu dijumpai di
paru-paru dengan gejala sukar bernafas. Pneumoconiosis yang
disebabkan oleh serat linen/kapas disebut Bissinosis. Gejala Bissinosis
hampir sama dengan asthma yang disebut Monday Chest Tighness atau
Monday Fever ( gejala terjadi pada hari pertama kerja setelah libur
yaitu senin, sering gejala hilang pada hari kedua dan bila pemaparan
berlanjut maka gejala makin berat ).
Pencegahan :
 Mengisolasi sumber debu.
 Memakai alat perlindungan diri [APD] sesuai SOP
 Ventilasi yang baik
 Dengan alat Local Exhauster. Mesin pengering dan mesin
penyeterika dipasang dengan alat exhauster yang dilengkapi
dengan ducting yang ujungnya dialirkan ke air sebagai filter debu .
6.1.3 Hazard Kimia
Sebagian besar dari bahaya di instalasi laundry diakibatkan oleh zat kimia
seperti detergen, desinfektan, zat pemutih, dll. Tingkat resiko yang
diakibatkan tergantung dari besar, luas dan lama pemajanan. Walaupun zat
166
kimia yang sangat toxis sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya,
pemajanan terhadap zat kimia yang membahayakan tidak dapat dielakkan.
Oleh karena itu sikap hati-hati terhadap semua jenis zat kimia yang dipakai
manusia dan potensial masuk kedalam tubuh. Sebagian dari informasi zat-
zat kimia tersebut didapat dari label kemasan bahan-bahan tsb, dari
produsennya yang lazim disebut Material Safety Data Sheet ( MSDS )
Penanganan zat zat kimia di instalasi laundry.
Alkali
 Merk dagang : Euroline
 Guna : Bubuk penambah sifat alkali
 Ciri-ciri khusus : Bubuk kekuningan, Ph 12,0-13,0
 Sifat : Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang
mungkin beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
 Bahaya kesehatan :
- iritasi mata, iritasi kulit,

- Bila terhirup menyebabkan oedema paru

- Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lendir.

 Pertolongan pertama :
- Mata : cuci secepatnya dengan air banyak-banyak

- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang


terkontaminasi

- Terhirup : pindahkan dari sumber

- Tertelan : cuci mulut, minum 1 atau 2 gelas air ( atau susu )


 Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa
ditunda.
 Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis
- Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkatan : simpan ditempat aslinya, wadah
tertutup dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari
asam dan hindarkan dari suhu ekstrim
Detergen
 Guna : detergen laundry bubuk.
 Ciri-ciri khusus : serbuk putih berwarna biru, Ph 11,0-12,0

167
 Sifat : Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin
beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
 Bahaya kesehatan :
- Iritasi mata, iritasi kulit.

- Bila terhirup : menyebabkan oedem paru

- Bila tertelan : menyebabkan kerusakan selaput lendir.

 Pertolongan pertama :
- Mata : cuci secepatnya dengan banyak air

- Kulit : cuci secepatnya dengan banyak air, ganti pakaian yang terkena.

- Terhirup : PPIdahkan dari sumber.

- Tertelan : bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air (atau
susu).

 Pertolongan selanjutnya: dengan mencari pertolongan medis tanpa


ditunda.
 Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis
- Peralatan pernafasan sendiri mungkin diperlukan jika bekerja
untuk waktu yang lama.
- Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat aslinya, wadah
tertutup dibawah kondisi kering ,ventilasi yang baik, jauhkan dari
asam dan hindarkan dari suhu ekstrim
Emulsifier
 Guna : Cairan pengemulsi lemak/ minyak dan prespotter
 Ciri-ciri umum : larutan bening, tidak berwarna, kental, Ph 10,0-11,0
 Sifat : Rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar.
 Bahaya kesehatan :
- iritasi mata, iritasi kulit,

- Bila terhirup menyebabkan iritasi

- Bila tertelan menyebabkan iritasi

 Pertolongan pertama :
- Mata : aliri dengan air selama 15 menit.

- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air


168
- Terhirup : Pindahkan dari sumber

- Tertelan : cuci mulut, minum 1 atau 2 gelas air , jangan berusaha


untuk muntah.

 Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa


ditunda.
 Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis , gunakan ventilasi exshaust
- Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan sinar matahari langsung, hindari sumber panas.
Oksigen Bleach
 Guna : Bubuk pemutih beroksigen
 Ciri-ciri : Bubuk putih, Ph 10,0-11,0
 Sifat : Bereaksi dengan bahan-bahan pereduksi, tidak mudah terbakar,
beracun untuk ikan ( dilarutkan dulu sebelum dibuang keselokan atau
sumber air ).
 Bahaya kesehatan : - Iritasi berat pada mata, rasa terbakar pada kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi, oedem paru
- Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
 Pertolongan pertama : - Mata : cuci secepatnya dengan air
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
- Terhirup : pindahkan dari sumber
- Tertelan : cuci mulut, minum 1 atau 2 gelas air ( atau susu)
 Pertolongan selanjutnya : dgn mencari pertolongan medis tanpa
ditunda.
 Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis , gunakan ventilasi setempat
- Memakai APD
- Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan
kering, jauhkan dari asam hindari sumber panas.
Chlorin Bleach
 Guna : bubuk pemutih berchlorin
 Ciri-ciri khusus : Bubuk putih, Ph 8,0-9,0
 Sifat : Bereaksi dengan asam akan mengeluarkan keluarnya gas
klorin dengan cepat, tidak mudah terbakar.

169
 Bahaya kesehatan : - Iritasi berat pada mata, rasa terbakar pada
kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran nafas, asma, oedem
- paru dan kanker paru
- Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
 Pertolongan pertama :
- Mata : cuci secepatnya dengan air
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
- Terhirup : pindahkan dari sumber
- Tertelan : cuci mulut, minum 1 atau 2 gelas air ( atau susu)
 Pertolongan selanjutnya : dgn mencari pertolongan medis tanpa
ditunda.
 Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis
- Peralatan pernafasan sendiri mungkin diperlukan untuk
penggunaan yang lama.
- Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan
kering, jauhkan dari asam, hindari sumber panas.

Sour/penetral
 Guna : bubuk pengasam/penetralisir laundry.
 Ciri-ciri khusus : Bubuk berwarna biru, Ph 4,0-5,0
 Sifat : Bereaksi dengan asam akan mengeluarkan sulfur dioksida
keluar, tidak mudah terbakar.
 Bahaya kesehatan : - Iritasi berat pada mata, iritasi pada kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi
- Bila tertelan menyebabkan iritasi.
 Pertolongan pertama :
- Mata : cuci secepatnya dengan air
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
- Terhirup : pindahkan dari sumber
- Tertelan : cuci mulut, minum 1 atau 2 gelas air ( atau susu)
 Pertolongan selanjutnya : dgn mencari pertolongan medis tanpa
ditunda
 Tindakan pencegahan :
170
- Kontrol teknis , gunakan ventilasi setempat
- Peralatan pernafasan sendiri mungkin diperlukan untuk
penggunaan yang lama.
- Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam, hindari sumber panas.
Softener
 Guna : cairan pelunak dan pelembut kain.
 Ciri-ciri khusus : Cairan PPIk, opak dan mudah mengalir, Ph 4,0-5,0
Sifat Stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah
terbakar..
 Bahaya kesehatan : - Iritasi berat pada mata, iritasi pada kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi
- Bila tertelan menyebabkan iritasi.
 Pertolongan pertama :
- Mata : cuci secepatnya dengan air
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
- Terhirup : Pindahkan dari sumber
- Tertelan : cuci mulut, minum 1 atau 2 gelas air ( atau susu)
 Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa
ditunda
 Tindakan pencegahan :
- Kontrol teknis , gunakan ventilasi setempat
- Peralatan pernafasan sendiri mungkin diperlukan untuk
penggunaan
- yang lama.
- Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan kering,
hindari suhu yang ekstrim.
Strach/kanji
 Guna : bahan pengkanji.
 Ciri-ciri khusus : Bubuk puth mudah tercurah. Sifat :Stabil, tidak
mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar.
 Bahaya kesehatan :
- Iritasi pada mata, kemungkina iritasi pada kulit.
- Bila terhirup menyebabkan iritasi
- Bila tertelan kemungkinan menyebabkan iritasi.
171
 Pertolongan pertama : -
- Mata : cuci secepatnya dengan air
- Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
- Terhirup : Pindahkan dari sumber
- Tertelan : cuci mulut, minum 1 atau 2 gelas air ( atau susu)
 Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa
ditunda
 Tindakan pencegahan
- Kontrol teknis , gunakan ventilasi setempat
- Peralatan pernafasan sendiri mungkin diperlukan untuk
penggunaan yang lama.
- Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan : simpan ditempat sejuk dan
kering, hindari suhu yang ekstrim.

Antiseptik
Pemajanan dengan antiseptik dalam waktu lama dapat menyebabkan
dermatitis, eksim, allergi .
Formaldehide
Merupakan komponen dari banyak antiseptik dan desinfektan , zat ini
dapat menyebabkan dermatitis kontak, gangguan saluran pernafasan
dan bersifat carcinogenik.
Perlindungan :
 Dengan memakai alat pelindung diri ( APD ) sesuai SOP
 Segera mencuci tangan sesudah bekerja
 Meningkatkan higienes perorangan
 Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik.
6.2 Penyehatan petugas Laundry
Peran petugas adalah sebagai pelaksana langsung dalam upaya pencegahan infeksi.
Dengan berpedoman pada perlunya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit
dan sarana kesehatan lainnya, maka perlu dilakukan pelatihan yang menyeluruh
untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam pencegahan infeksi di Rumah
Sakit. Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam Pencegahan dan
Pengendalian infeksi adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam
metode Universal Precautions atau dalam bahasa Indonesia Kewaspadan Universal
(KU) yaitu suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan

172
cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi. Kewaspadaan
Universal ini juga harus dilaksanakan di bagian laundry/ linen.

Kapasitas kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ke 3 komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja, gizi kerja serta kemampuan
fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang
untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang
untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dll
Beban Kerja
Beban kerja meliputi beban fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat kimia dan lain-lain) dapat
merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit
akibat kerja.
Lingkungan kerja
Lingkungan kerja seperti yang telah dijelaskan diatas sangat berpengaruh terhadap
kesehatan dan kualitas kerja petugas laundry. Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan biologis, fisika, dan kimia, dan telah dijelaskan di atas.

Untuk mencegah terjadinya infeksi yang terjadi dalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu adanya pencegahan dengan :

- Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala


- Pemberiam imunisasi / Vaksin poliomyelitis, tetanus, BCG, dan Hepatitis

7. MONITORING DAN EVALUASI


7.1 MONITORING
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan program pelayanan dan cakupan program pelayanan seawal mungkin,
unutk dapat menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam
melaksanakan program.
Tujuan monitoring adalah :
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi ataui desain dari sistem
pelayanan.
173
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan
dilapangan, sesuai dengan temuan – temuan dilapangan.
3. Hasil analisa dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam memberikan
pelayanan di rumah sakit.
Untuk pelayanan linen dirumah sakit monitoring hendaknya dilakukan secara
teratur dan kontinu.
Aspek – aspek yang dimonitor mencakup :
1. Sarana, prasarana dan peralatan
2. Standar / pedoman pelayanan linen, SOP, kebijakan – kebijakan direktur rumah
sakit, visi,misi dan motto rumah sakit, dan lain – lain.
3. Pengamatan dengan penglihatan pada linen yaitu warna yang kusam, pudar,
tidak cerah / putih atau keabu – abuan yang menggambarkan usia pakai.
Terdapat bayangan dari barang yang dibungkusnya, menunjukan linen sudah
menipis.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan / lapuk

7.2 EVALUASI
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
proses pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan
da lam rangka kinerja dari pengelolaan linen di rumah sakit.

Tujuan dari evaluasi, antara lain:

1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen di rumah sakit


2. Sebagai acuan / masuakn dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia
pembersihan sarana dan prasarana kamar cuci
3. Sebagai acuan dalam perencanaan sistem pemeliharaan mesin – mesin
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dna keterampilan sumber
daya manusia.
Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakn evaluasi adalah dengan menyebarkan
questioner ke unit kerja pemakai linen secara berkala setiap 6 bulan sekali atau
maksimal satu tahun sekali.
Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan yaitu, antara lain :
1. Kuantitas dan kualitas linen
A. Kuantitas linen
Kuantitas atau jumlah linen yang beredar diruangan sangat menentukan
kualitas pelayanan, demikian linen yang berputar diruangan yang diam akan
mengakibatkan linen yang satu cepat rusak dan linen yang lainnay terlihat
belum digunakan. Untuk itu perlu adanya monitoring keruang – ruangan
dengan frekuensi minimal 3 bulan sekali.
174
B. Kualitas linen

Kualitas yang diutamakan dari linen adalah bersih fisik , awet (tidak rapuh)
dan sehat (bebas dari mikroorganisme pathogen).

 Untuk monitoring bersih dapat dilakuakn dengan memanfaatkan panca


indera secara fisikmulai dari abu (harum dan bebas dari bau yang tidak
sedap), rasa (lembut dikulit) dan skala noda. Dilakukan pada tahap sortir
didalamn perputaran pencucian.
 Awet (tidak rapuh) dapat dilakuakn dengan mengendaliakn penggunaan
formulasi bahan kimia yang serendah mungkin tanpa mengabaikan hasil.
 Sehat (bebas mikroorganisme pathogen) dilakukan dengan pemeriksaan
linen bersih melalui pemeriksaan angka kuman dilaboratorium untuk
mengetahui adanya mikroorganisme pathogen atau non pathogen dalam
jumlah yang banyak.
2. Bahan Kimia
A. Fisik dan karakteristik bahan kimia
Fisik dan karakterristik bahan kimia dapat berupa butiran, warna serta bau
yang khas dari bahan kimia. Untuk menjaga kualitas linen perlu dilakukan
monitoring setiap bahan kimia akan digunakan.
B. PH (Power Hidrogen) dan persentase bahan aktif
Bahan kimia yang digunakan memiliki pH dan bahan aktif seperti yang
dipersyaratkan dalam LDP (Lembar Data Pengaman).
3. Bahan baku mutu air bersih
Berdasarkan persyaratan permenkes, persyratan dasar air yang digunakan adalah
standar air bersih Depkes yaitu dilakuakn monitoring sedikitnya 6 bulan sekali.
Untuk kandungan besi dan garam perlu dilakukan pemeriksaan awal, jika melebihi
dari standar yang telah ditentukan maka perlu adanya usah untuk menurunkan
kandungan zat tersebut.
4. Baku Mutu limbah cair
Berdasarkan PP No.85 tahun 1999 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun, dengan demikian limbah laundry harus dikelola sesuai dengan standar
baku mutu limbah cair. Frekuensi pemeriksaan dilakuakn setiap 3 bulan sekali.
Hasil evaluasi diberikan kepada penanggung jawab dan pengelola pelayanan linen
dirumah sakit dan dapat dijadikan sebagai bahan laporan dan pertimbangan dalam
pembuatan perencanaan sesuai tujuan evaluasi.

175

Anda mungkin juga menyukai