Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan bagian umum, khususnya dalam pengelolaan linen di rumah
sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan akan linen di
setiap ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur
pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak
melibatkan tenaga kesehatan dengan berbagai klasifikasi. Klasifikasi tersebut
terdiri dari ahli manajemen, tehnisi, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika,
ahli sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja.
Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai,
diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi
dan efek penggunaan bahan bahan kimia, maka bagian laundry sebagai salah
satu pelayanan wajib mengantisipasi dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia maupun peralatan non
medis sesuai perkembangan bidang teknologi di bidang laundry.
Pelayanan laundry harus dikelola dengan system yang baik dan benar melalui
penerapan managemen yang baik dan benar serta koordinasi antar bagian dan
upaya untuk terus memberikan pelayanan yang berkaitan dengan pelanggan, maka
perlu disusun Buku Pedoman Pelayanan Laundry. Adapun buku Pedoman
Pelayanan Laundry Rumah Sakit Kartika Husada Setu ini akan menjadi acuan
kerja seluruh petugas yang bekerja di bagian Laundry, serta sebagai landasan
pelayanan laundry Rumah Sakit Kartika Husada Setu

B. Tujuan Pedoman
Adapun tujuan dari Pedoman Pelayanan Laundry di Rumah Sakit Kartika
Husada Setu adalah:

1
Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Laundry yang berkualitas dan berperan aktif
dalam pengendalian infeksi nosokomial di RS Kartika Husada Setu
Tujuan Khusus
a) Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.
b) Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering,
rapi, utuh dan siap pakai.
c) Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk
terjadinya infeksi nosokomial.
d) Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, kontraktor.
Mewujudkan pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit
melalui kegiatan Laundry.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan Laundry meliputi :
1. Pengambilan linen
2. Pemilahan linen
3. Penimbangan linen
4. Pencucian linen
5. Penyetrikaan linen
6. Pelipatan linen
7. Pendistribusian linen
8. Perbaikan linen
9. Pencatatan dan pelaporan

D. Batasan Operasional
1. Pengambilan Linen
Pengambilan linen kotor dilakukan oleh petugas laundry ke ruangan
dengan menggunakan APD dan menggunakan troli tertutup. Linen yang

2
infeksius ditempatkan dalam tempat/ ember yang dilapisi plastic warna
kuning, sedangkan linen non infeksius ditempatkan dalam wadah/ember
tersendiri yang tertutup.

2. Pemilahan Linen
Linen dipilah dan dihitung di laundry sesuai tingkat kekotoran, warna dan
infeksius, kemudian linen dimasukkan ke dalam troli untuk non infeksius
dan ember tertutup untuk linen infeksius.
3. Penimbangan Linen
Linen ditimbang kemudian linen dimasukkan ke dalam troli untuk non
infeksius dan ember tertutup untuk linen infeksius.
4. Pencucian linen
Pencucian linen dilakukan dengan memasukkan linen infeksius ke mesin
cuci dengan memprogram berat , untuk linen non infeksius di mesin cuci
non infeksius dengan program sedang untuk tingkat kotoran sedang dan
linen jenis tebal atau ringan untuk tingkat kekotoran ringan dan linen
jenis tipis dan ukuran kecil.
5. Penyeterikaan dan pelipatan
Linen yang telah dikeringkan di bawa ke ruang pelipatan kemudian dilipat
dan di setrika kemudian di sendirikan di rak penyimpanan linen bersih
berdasar ruang masing masing
6. Distribusi
Petugas laundr mengantar linen bersih ke ruang/bangsal dengan membawa
buku pengambilan linen. Linen dihitung dan di cocokkan dengan jumlah
linen pagi oleh petugas laundry dan ruangan kemudian linen dimasukkan
dalam troli linen bersih dan di bawa ke ruangan
7. Perbaikan Linen
Ruangan mengirim linen yang rusak ke laundry dan petugas laundry
bertugas memperbaiki linen yang rusak, jika linen tidak bisa diperbaiki,
laundry memberitahu ke ruangan, linen di masukkan inventaris rusak.

3
8. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan yang dilakukan di laundry antara lain: pencatatan linen yang di
setorkan ke laundry, pencatatan linen yang di distribusikan, dan linen rusak,
pelaporan chemical, plastik

Skema Manajemen Linen di RS

Perencanaan

Proses pengadaan

Pengadaan

Penerimaan

Pemberian Identitas

Distribusi ke unit-unit terkait yang


membutuhkan

Pemanfaatan linen oleh Unit-


unit terkait

Hilang Rusak

Musnahkan

Pencatatan/pelaporan
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 23 tentang Penelolaan lingkungn Hidup
Tahun 1997
3. Undang-Undang Nomor 1 tentang Keselamatan Kerja tahun 1970
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
5. Permenkes Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
7. Permenkes no 1204 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit Tahun 2004
8. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia tentang Pengelolaan
Linen Tahun 2002
9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang Baku Mutu Air
Limbah Tahun 2004
10. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008
11. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan tahun 2010
12. Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit,DepKes Thn 2004

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam upaya mempersiapkan tenaga Laundry yang handal, perlu kiranya
melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia
yang tepat bagi organisasi. Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui
strategi pengembangan kontribusi. Adapun kualifikasi sumber daya manusia
di Laundry RS Kartika Husada Setu adalah sebagai berikut :

Tabel Kualifikasi SDM Laundry RS Kartika Husada Setu

NAMA JABATAN KUALIFIKASI TENAGA


YANG
FORMAL
DIBUTUHKAN

Kepala loundry D3 1

Pelaksana SMA 1

Pelaksana Minimal SMA 1

Pelaksana Minimal SMA 1

Jumlah 4

B. Distribusi Ketenagaan
RS Kartika Husada Setu di bagian Laundry terdiri atas 4 tenaga Laundry,
yang terdiri atas :
1. Kepala Bagian 1 orang

6
2. Petugas 3 orang yang di bagi dalam 1 shift, yaitu shif pagi
Pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung jawab dari laundry
rumah sakit.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Laundry.

7
B. Standar Fasilitas
Daftar Inventaris Peralatan di Laundry

No Nama Alat Merk Jumlah Keterangan


1 Mesin cuci kapasitas 4 kg Aqua 2buah Baik
2 Mesin cuci kapasitas 9 kg LG 1buah
3 Mesin cuci kapasitas 13 kg Samsung 1buah
3 Setrika manual Philips 1 buah Baik
4 Trolley linen kotor 1 buah Baik
5 Trolley linen bersih 1 buah Baik
6 Meja untuk menyetrika 1 buah Kurang baik
7

Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan tersendiri,


terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru. Sebelum
pemasangan, data lengkap SPA (sarana, prasarana, alat) diperlukan untuk
memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak dan
hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang, untuk
memudahkan penginstalasian termasuk instalasi listrik, air panas dan penunjang
lainnya, misalnya mendekatkan power house dengan steam, dan penunjang
lainnya. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri beberapa ruang antara lain:
1. Ruang penerimaan linen
Ruangan ini memuat:
a. Tempat untuk memisahkan linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
b. Timbangan duduk
c. Ruang yang cukup untuk pembawa linen kotor untuk di lakukan
disinfeksi.
2. Ruang Pemisahan Linen
Ruang ini berfungsi untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi.
Sirkulasi udara harus diperhatikan dan lantai dalam ruangan ini tidak boleh
dari bahan yang licin.
8
3. Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruang ini memuat:
a. Mesin cuci
b. Bak perendaman yang terbagi 2 yaitu untuk perendaman non infeksius
dan perendaman infeksius.
c. Disiapkan instalasi air bersih dengan drainasenya.
Lantai dalam ruangan ini tidak boleh licin dan diperhatikan kemiringannya.
Petunjuk penggunaan mesin cuci harus selalu berada dekat mesin cuci
tersebut agar petugas operator selalu bekerja sesuai prosedur dan sirkulasi
udara harus di perhatikan
4. Ruang Penyetrikaan Linen
Ruang ini memuat alat setrika manual yang menggunakan listrik sekitar 200
va peralat. Sirkulasi udara dan penerangan harus sesuai prosedur.
5. Ruang Penyimpanan Linen
Ruang ini memuat:
a. Lemari untuk menyimpan linen.
b. Meja administrasi.
Ruangan ini harus dalam keadaan bersih bebas dari debu dan lemari harus dalam
keadaan tertutup.Sirkulasi udara dipertahankan tetap baik,suhu udara antara 22-27
derajat C dan kelembaban 45-75%RH.
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik. Adapun tenaga
listrik yang digunakan di instalasi pencucian terbagi dua bagian:
a. Instalasi penerangan
b. Instalasi tenaga
Untuk instalasi kotak kontak biasa di sarankan untuk memperhatikan penempatan
yang menjauhi daerah yang lembab dan basah.Jenis kotak kontak hendfaknya
yang tertutup agar terhindar dari udara lembab,sentuhan langsung dan paralel
yang melebihi kapasitas penggunaan.
Prasara air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan
air rumah sakit .Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih
sesuai standar air.Standar air bersih yang digunakan dalam pencucian berdasarkan
PerMenKes RI No.416 Tahun 1992.Standar khusus bahan kimia dalam air
dengan penekanan tidak adanya:
9
a. Hardness -Garam . Standard baku mutunya 0-90 ppm.
Tingginya kandungaa garam dalan air menghambat kerja bahan kimia
pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana
seharusnya.
Efek pada linen dan mesin.
Iron-FE(besi). Standard baku mutunya:0-0,1 ppm.
Kandungan zat besi pada air mempangaruhi kontrasasi bahan kimia dan
proses pencucian.
Efek pada linen dan mesin.

Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan


komposisi dan kadar tertentu,agar tidak merusak bahan yang
dicuci/linen,mesincuci,kulit petugas yang melaksanakan dan limbah buangannya
tidak merusak lingkungan
Peralatan pada instalasi pencucian antara lain:
a. Mesin cuci
b. Mesin peras
c. Mesin penyetrika
Penggunaan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat hasil menjadi lebih
baik,begitu juga apabila kekurangan harus sesai dengan takarannya.

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
10
A. Pelayanan laundry di RS Kartika Husada Setu
Bagian Laundry RS Kartika Husada Setu mulai penanganan linen kotor sampai
dengan bersih ke bagian ruangan. Bagian Laundry RS Kartika Husada Setu
menyelenggarakan pelayanan laundry pada pukul 07.00 14 .00 WIB (Shif Pagi).
Bagian Laundry melakukan kegiatan secara koordinatif dengan semua bagian
pengguna linen. Dalam upaya menjaga kualitas dan profesionalisme, laundry
memberikan pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pengguna dan didukung
sarana dan prasarana yang ada.Bagian Laundry melaksanakan evaluasi dan
meningkatkan fungsi dan kualitas sesuai tuntutan customer.

B. Administrasi dan pengelolaan laundry RS


Pelayanan Laundry di RS Kartika Husada Setu hanya melakukan proses
penanganan linen kotor sampai dengan siap pakai.Pelayanan Laundry menyimpan
linen bersih sebelum di distribusikan ke masing-masing bagian. Petugas yang
bekerja di pelayanan Laundry bertugas sesuai jadwal dan SPO yang ditetapkan.
Ketentuan tentang pelabelan linen untuk membedakan ruangan terlampir

C. Staf dan pimpinan.


Pelayanan Laundry dilengkapi dengan pimpinan dan Staf yang ditetapkan
sesuai dengan struktur Organisasi RS Kartika Husada Setu dan dipimpin oleh
seorang Kepala Bagian. Sesuai dengan Struktur Organisasi RS Kartika Husada
Setu, Unit Laundry berada dibawah Manager Umum Accounting dan Keuangan,
dibantu Kepala Bagian Laundry dalam pengelolaan pelayanan laundry.
Kepala Bagian Laundry membawahi Petugas Mesin Cuci, Petugas Setrika dan
Petugas Pencatatan dan Penyortiran yang masing-masing dilengkapi dengan uraian
tugas, kewenangan dan tanggung jawab. Pertemuan rutin diadakan sedikitnya
sebulan sekali untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul dan evaluasi
peningkatan mutu pelayanan Laundry. Pertemuan lintas jalur dilaksanakan secara
koordinatif dengan bidang lain sesuai ketentuan dan kebutuhan.

11
D. Fasilitas dan peralatan
Pemisahan linen infeksius dan non infeksius dilakukan di ruangan dengan
pembedaan tempat. Linen dihitung dan dimasukkan ke dalam ember tertutup
untuk yang infeksius dan ke troli untuk linen non infeksius. Linen inkfeksius yang
sudah ditimbang sebanyak 10 kg langsung dimasukkan ke dalam mesin cuci.
Ruang penanganan linen kotor harus terpisah dengan linen bersih. Untuk
menghindari kontaminasi, dalam melaksanakan tugas petugas menggunakan Alat
Pelindung Diri. Kegiatan perencanaan kebutuhan, penyediaan, permintaan dan
penyimpan linen dilakukan oleh bagian pengguna sesuai ketentuan. Tersedia
tempat cuci tangan dan antiseptic bagi petugas. Semua kegiatan dilakukan sesuai
prosedur. Penanggung jawab kelancaran peralatan diatur sebagai berikut:
1. Kepala Bagian Pengadaan bertanggung jawab atas pengadaan peralatan dan
bahan pembersih.
2. Kepala Bagian bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan
peralatan, gedung dan sarana yang lain.
3. Kepala Bagian Laundry bertanggung jawab atas pengelolaan fasilitas.
Sistem komunikasi diatur melalui telphon intern-ekstern. Pengaturan tentang
pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan dilaksanakan secara berkala
dan dilengkapi dengan jadwal pemeliharaan, kalibrasi serta adanya prosedur
perbaikan dan penggantian peralatan yang rusak. Pengelolaan pengadaan dan
penyediaan bahan pembersih sesuai prosedur yang berlaku di RS Kartika Husada
Setu dilengkapi dengan Surat Permintaan Barang ke Pengadaan dan Bukti
Penerimaan Barang apabila barang telah diterima.
Chemical yang dipergunakan di bagian Laundry RS Kartika Husada Setu:
Detergen
Desinfektan
Pewangi dan Softerner

BAB IV

12
TATA PELAKSANAAN PELAYANAN

1. Perencanaan, Permintaan

Perencanaan kebutuhan linen dibuat oleh masing-masing unit pelayanan


berdasarkan ratio kebutuhan unit dibandingkan dengan persediaan linen
yang masih layak pakai yang ada di unitnya masing-masing. Perencanaan
ini diajukan oleh kepala ruang dalam Rencana Anggaran Tahunan, atau
dapat diajukan sewaktu-waktu dalam keadaan mendesak, sesuai prosedur
yang telah ditetapkan. Setiap unit pelayanan wajib menyerahkan laporan
inventaris linen dan melampirkannya dalam perencanaan kebutuhan linen
yang diajukan untuk tahun berikutnya.

2. Pengadaan linen baru / pengganti :

Pengadaan linen dilakukan berdasarkan pengajuan perencanaan dari tiap-


tiap unit yang telah mendapat persetujuan.

3. Pengelolaan Linen Kotor

1. Pengelolaan linen kotor di rumah sakit dimulai dari unit


perawatan, yaitu sejak proses pengumpulan linen kotor,
pemisahan linen kotor berdasarkan infeksius tidaknya, proses
dekontaminasi / spooling, dilanjutkan proses pencucian di
bagian pencucian, sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

2. Petugas yang bertanggungjawab dalam proses ini adalah petugas


laundry.

3. Penggunaan APD yang sesuai harus dipenuhi dalam hal


mengelola linen kotor. Wadah untuk membawa linen kotor non
infeksius, linen kotor infeksius, maupun linen bersih harus
terpisah dan merupakan wadah yang tertutup.

13
4. Distribusi Dan Penyimpanan Linen Bersih

Distribusi linen kotor / linen bersih dari ruang perawatan ke


pencucian atau sebaliknya dilakukan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan, dengan menggunakan buku register / ekspedisi.

5. Penyediaan Linen Siap Pakai

1. Linen siap pakai disimpan di tiap unit pelayanan, dengan


tetap memperhatikan standar penyimpanan, yaitu :
Lemari penyimpan selalu bersih, kering, tidak lembab,
dan tertutup rapat
Lemari penyimpanan jauh dari pelayanan pasien /
terhindar dri kontaminasi
Inventarisasi linen menjadi tanggung jawab unit
pelayanan yang menyimpan, dan harus selalu dilakukan
cross check antara jumlah linen yang terpakai dengan
linen kotor dan stok linen bersih.
6. Penggunaan Linen Bersih
1. Linen bersih digunakan dengan prinsip FIFO (First In First
Out), yaitu linen yang lebih dahulu disimpan, dipakai terlebih
dahulu.
2. Sebelum memegang linen bersih, petugas harus mencuci
tangan terlebih dahulu.

14
BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan segala sesuatu baik sarana, prasarana dan semua barang yang
diperlukan untuk Laundry dalam rangka pelaksanaan pelayanan di rumah sakit.
Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang (stock)
ke logistik yaitu :
1. Petugas Administrasi /koordinator menulis bon permintaan barang (stock)
secara tertulis di form permintaan barang.
2. Bon permintaan dicek dan ditanda tangani oleh Kabag Laundry
3. Petugas Administrasi /koordinator menyerahkan bon permintaan kepada
Petugas Pengadaan.
4. Petugas Pengadaan menerima bon permintaan barang.

15
5. Pada hari berikutnya Petugas Administrasi /koordinator mengambil barang
yang telah diminta ke Pengadaan.
6. Petugas Administrasi /koordinator melakukan pengecekan antara Bon
permintaan dengan barang yang diserahkan
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, Administrasi
/coordinator menandatangani penerimaan pada Bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima dicatat oleh Petugas Administrasi /koordinator
ke dalam kartu inventaris barang pengadaan.
9. Petugas Administrasi /koordinator menempatkan Barang ke dalam lemari
stok barang.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di


Rumah Sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.

Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) :


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).

16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1 Keselamatan dan Kecelakaan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara
melakukan pekerjaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga oleh karena di
belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Beberapa bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di
Instalasi Pencucian.
1) Kebakaran
Kebakaran teriadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama. Unsur-unsur tersebut
adalah zat azam, bahan yang mudah terbakar dan pabas. Bahan-bahan yang
mudah terbakar misalnya bahan yang ada pada mesin cuci
17
Penanggulangan :
Legislatif
Mengacu pada UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar
Pengawasan : pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
dilakukan secara terus menerus
Jalan untuk menyelamatkan diri
Secara ideal semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya 2 jalan
penyelamat diri pada 2 arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran
yang terjadi, sehingga tak seorang pun terpaksa bergerak ke arah api untuk
menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamat demikian harus dipelihara
bersih, tidak terhalang oleh barang-barang, cukup lebar, mudah terlihat
diberi tanda-tanda arah yang jelas
Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran
Alat-alat pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi 2 jenis :
1. Terpasang tetap di tempat
2. Dapat bergerak atau dibawa
Alat-alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat-
tempat yang rawan terjadi kebakaran, mudah terlihat dan mudah
diambil
2) Terpajan Cairan Tubuh ( Kulit, Mata, Hidung dan Mulut )
1. Cuci dengan air mengalir selama 10 15 menit.
2. Untuk mata cuci dengan air mengalir dari pangkal ujung mata
dekat hidung dengan memiringkan kepala.
3. Untuk kulit cuci dengan air mengalir dan air sabun / desinfektan
(Jika perlu, bilas menggunakan alkohol 70 %) dan keringkan
dengan handuk bersih.
4. Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur.
3) Terpeleset /terjatuh
a) Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan
kerja yang dapat terjadi pada instalasi pencucian. Walaupun jarang

18
terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan cedera yang berat
seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar otak
b) Penanggulangan :
- Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau
memakai tali sepatu yang longgar
- Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan
yang tidak licin
c) Pemeliharaan lantai :
- Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir,
debu, minyak yang memudahkan terpeleset.
- Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya
miring harus segera diperbaiki.
Selain itu petugas laundry harus selalu menggunakan alat pelindung diri
sesuai dengan prosedur.

7.2 Alat Pelindung Diri


1. SARUNG TANGAN melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularkan penyakit dan melindungi pasieen dari mikroorganisme yang
berada di tangan petugas kesehatan. Sebelum memakai sarung tangan dan
setelah melepas sarung tangan lakukan kebersihan tangan menggunakan
antiseptik cair atau handrub berbahan dasar alkohol.
2. MASKER harus cukup besar untuk melindungi hidung, mulut, bagian
bawah dagu, dan rambut pada wajah(jenggot). Masker dipakai untuk
menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas melakukan proses
pencucian penyikatan kotoran seperti darah dan feses.
3. ALAT PELINDUNG MATA melindungi petugas dari percikan darah
atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata. Pelindung mata
mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan harus menggunakan masker
dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang
memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah.

19
Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat
menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.
4. TOPI digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak tercampur ke linen.Topi harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada petugas, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik dari
linen kotor infeksius.
5. APRON yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan
air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron ketika melakukan penghitungan dan
pemilahan linen kotori. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien yang
ada di linen mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.

6. PELINDUNG KAKI digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat


benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke
atas kaki. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus
tersedia di Laundry.

Cara Mengenakan APD di Ruang Pemilahan :


1. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
2. Kenakan pelindung kaki.
3. Kenakan sepasang sarung tangan.
4. Kenakan celemek plastik.
5. Kenakan masker.
6. Kenakan penutup kepala
7. Kenakan pelindung mata.
Cara Melepas APD :
1. Disinfeksi sepasang sarung tangan.
2. Lepaskan celemek.
20
3. Lepaskan pelindung mata.
4. Lepaskan penutup kepala.
5. Lepaskan masker.
6. Lepaskan pelindung kaki.
7. Lepas sarung tangan
8. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek


yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu1 pelayanan Rumah Sakit yaitu :

Defenisi Indikator adalah : adalah ukuran atau cara mengukur sehingga


menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan
untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga
spesifik.

Standar :

Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang


yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat performance atau
kondisi tersebut.
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.

21
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau
mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:

1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan

Keprofesian
Efisiensi
Keamanan petugas
Kepuasan pasien
2. Indikator yang dipilih

a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output dari pada input.


b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah
Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih
untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan

Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik
dan mutu tidak baik.

4. Standar yang digunakan

Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :

a. Acuan dari berbagai sumber


b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

22
BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman pelayanana linen di Unit Laundry RS Kartika Husada Setu


yang kami susun. Dengan telah disusunnya Pedoman Pelayanan linen, maka
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam mencapai sasaran mutu di unit
Laundry sehingga dapat terwujud linen yang bersih dan aman dipergunakan untuk
pelanggan Rumah Sakit yang menjalani Rawat Inap di RS Kartika Husada Setu.

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 04 September 2017
Direktur

dr.Titi Anggraeni Nasution, MARS


NiK:

23
24

Anda mungkin juga menyukai