Anda di halaman 1dari 24

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH SAPTOSARI
NOMOR ………../………../2022
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
UNIT LAUNDRY

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI LAUNDRY


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAPTOSARI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi Laundry adalah suatu unit fungsional untuk
melaksanakan kegiatan teknis kebersihan linen, agar fasilitas yang
menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu kebersihan linen
selalu berada dalam keadaan layak pakai guna menunjang pelayanan
kesehatan yang paripurna dan prima kepada pelanggan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Pedoman ini sebagai acuan bagi staf Laundry dalam
melakukan pengelolaan laundry rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan laundry di
rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan sarana dan
prasarana yang siap pakai.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk
terjadinya kontaminasi.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung, dan lingkungan
dari paparan bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan layanan di rumah sakit.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan Laundry Rumah Sakit meliputi :

1
1. Perencanaan Laundry di Rumah Sakit
2. Pemeliharaan Laundry di Rumah Sakit
3. Perbaikan Laundry rumah sakit
4. Dokumentasi dan Pelaporan

D. Pengertian
1. Perencanaan menyusun rencana kerja dan kegiatan Laundry,
menyusun petunjuk teknis dan petunjuk operasional dari
pemakaian sarana dan peralatan, menyusun peraturan kelayakan
operasional sarana & prasarana serta peralatan yang menunjang
pelayanan laundry rumah sakit.
2. Pemeliharaan Sarana & prasarana laundry adalah kegiatan untuk
menjaga kehandalan sarana & prasarana agar selalu dalam keadaan layak
fungsi.

E. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 2306/Menkes/Per/XI/2011
2. Pedoman Teknis Sarana dan Prasana Rumah Sakit Kelas C
3. UU No. 36 thn 2009 Tentang Kesehatan
4. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
5. Kepmenkes No. 394 Tahun 2001 tentang Institusi Penguji
6. Permenkes No. 363 Tahun 1998 Tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat kesehatan
7. Undang – Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2006 Tentang
Kesehatan
8. Undang – Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 363/Menkes/Per/IV/1998
Tentang Kalibrasi Alat Kesehatan
10. SK MENKES RI No.129 /MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar
Minimal Pelayanan Rumah Sakit

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Berdasarkan analisa beban kerja, maka standar kebutuhan tenaga
di Unit Laundry Rumah Sakit Umum Daerah Saptosari adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Pola Ketenagaan Personil Unit Laundry
Kualifikasi Tenaga
Nama Jumlah
yang Keterangan
Jabatan Formal Nor Formal Kebutuhan
Ada
Kepala Unit D3 - Cukup
1 1
Laundry Kesehatan
Administras SMA/SMK Pelatihan Kurang
i Ruangan Manajemen
1 -
Pengelolaan
Linen RS
Pelaksana SMA Pelatihan Kurang
Laundry Manajemen
5 3
Pengelolaan
Linen RS
Kurang 3
TOTAL 7 4
Orang

1. Kepala Unit Laundry


RSUD Saptosari mempunyai 1 (satu) orang Koordinator Unit
Pelayanan Laundry yaitu Kepala Unit Laundry yang bertugas
sebagai pelaksana yang mengkoordinasikan :
a. Perencanaan dan Evaluasi Pelayanan Laundry
b. Pemantauan Proses Pelayanan Laundry
Pendidikan Kepala Unit Laundry RSUD Saptosari yaitu D3
Kesehatan. Masa Kerja di RSUD Saptosari selama 2 Tahun.
Pengalaman Kerja di RSUD Saptosari selama 2 Tahun.
2. Administrasi Unit Laundry
RSUD Saptosari tidak mempunyai 1 (satu) orang administrasi
Unit Laundry yang bertugas melakukan kegiatan administrasi di
unit laundry.
3
3. Pelaksana Laundry
RSUD Saptosari mempunyai 3 (tiga) orang pelaksana
pelayanan Unit Laundry yang bertugas melakukan kegiatan
pelayanan di unit laundry. Pendidikan Pelaksana Unit Laundry
RSUD Saptosari yaitu 3 Orang SMA dengan pengalaman kerja 2
tahun di Unit Laundry.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Kuantitas SDM Unit Laundry
Kepala Unit Laundry membawahi administrasi dan pelaksana
unit laundry. Unit Laundry terdiri dari 7 (tujuh) orang sesuai
dengan struktur organisasi. Dalam hal ini kebutuhan tenaga
masih kurang 3 (tiga) orang untuk pelaksana unit laundry.
2. Pengaturan Jaga
Unit Laundry RSUD Saptosari memberikan pelayanan jam
07.30 – 19.30 dalam 7 hari.
Pengaturan tenaga kerja di Unit Laundry RSUD Saptosari ini
berdasarkan shift pagi dan shift sore. Tenaga Kerja di Unit
Laundry terdiri dari kepala unit laundry, dan tenaga pelaksana
unit laundry yang berjumlah 3 orang.

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
Sarana fisik dan peralatan di unit laundry sangat mempengaruhi
efisiensi kerja dan pelayanan di unit laundry rumah sakit. Agar
kegiatan penyelenggaraan linen di RSUD Saptosari dapat berjalan
optimal, maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan
perlengkapan yang memadai baik untuk Ruang kantor Unit Laundry,
Perlengkapan peralatan Unit Laundry, dan hal-hal yang berhubungan
dengan pengelolaan linen rumah sakit.
1. Fasilitas di Ruang Kantor Unit Laundry
Sarana prasarana yang ada di unit laundry Rumah Sakit
terdiri dari :
a. Meja Kerja : 1 Unit
b. Meja Komputer : 1 Unit
c. Filling Kabinet : 1 Unit
d. Kursi kerja : 6 Unit
e. Dispenser : 1 Unit
2. Fasilitas Pengelolaan Linen RS
Sarana Prasarana untuk pengelolaan Linen RS antara lain :
a. Lemari Linen Besi dan Kaca : 2 Unit
b. Trolli Linen : 10 Unit
3. Bahan Kimia
Bahan kimia yang ada di unit Laundry antara lain :
a. Bahan Pembersih Ruangan
b. Desinfektan untuk dekontaminasi trolly linen kotor
c. Cairan Aseptic untuk dekontaminasi tangan

5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Perencanaan Manajemen Linen di Rumah Sakit


1.Jenis Linen
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah
sakit. Jenis linen dimaksud antara lain :
a. Sprei/Laken
b. Steak laken
c. Perlak/Zeil
d. Sarung bantal
e. Sarung guling
f. Selimut
g. Boven laken
h. Alas kasur
i. Bad cover
j. Tirai/gorden
k. Virage
l. Kain penyekat/scherm
m. Kelambu
n. Taplak
o. Barak schort (tenaga kesehatan dan pengunjung)
p. Celemek, topi, lap
q. Baju pasien
r. Baju operasi
s. Kain penutup (tabung gas, troli, dan alat kesehatan lainnya)
t. Macam-macam doek
u. masker
v. Topi kain
w. Waslap
x. Handuk
y. Handuk untuk petugas
z. Handuk pasien untuk mandi
aa. Handuk pasien untuk lap tangan
bb. Handuk pasien untuk muka
cc. Linen operasi
2.Bahan Linen
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari :

6
a. Katun 100%
b. Wool
c. Kombinasi seperti 65% aconilic dan 35% wool
d. Silk
e. Blacu
f. Flanel
g. Terra
h. CVC 50% - 50%
i. Polyester 100%
j. Twill/drill
Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi
dan cara perawatan serta penampilan yang diharapkan.
3.Peran dan Fungsi
Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup
penting. Diawali dari perencanaan, salah satu sub-sistem
pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur aktivitas
fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan,
pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir
noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan,
mengepak dan mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke
unit-unit yang membutuhkan, sedangkan linen yang rusak
dikirim ke kamar jahit.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan
baik, maka diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran
sentral lainnya adalah perencanaan, pengadaan, pengelolaan,
pemusnahan, kontrol, dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan
lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang
membutuhkan.

7
4. Skema Manajemen Linen RS

Perencanaan

Proses Pengadaan

Pengadaan

Penerimaan

Pemberian Identitas

Distribusi ke unit yg
membutuhkan

Pemanfaatan Linen
oleh Unit Terkait

Hilang Rusak

Perbaikan Musnahkan

Pencatatan/Pelaporan

B. Pemilahan Linen Kotor pada Unit Pengguna Linen di Rumah Sakit


1. Pengertian
a. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun
b. Linen Kotor Infeksius adalah linen yang terkontaminasi
darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari
infeksi salmonella dan shigella (sekresi dan ekskresi), HBV,

8
dan HIV (Jika terdapat noda darah, cairan tubuh, dan feses)
dan linen yang berasal dari pasien airborne diseases baik
terkontaminasi darah, cairan tubuh, dan feses maupun tidak
terkotaminasi.
c. Linen Kotor Non Infeksius adalah linen yang tidak
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang
berasal dari pasien meskipun mungkin linen yang berasal
dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
a. Jenis-Jenis Linen yang digunakan di RSUD Saptosari antara
lain sprei/laken, steek laken, perlak/zeil, sarung bantal,
sarung guling, selimut, boven laken, alas kasur, bed cover,
tirai/gorden, vitrage, kain penyekat/scherm, kelambu, taplak,
barak schort, celemek, topi, lap, baju pasien, baju operasi,
kain penutup (tabung gas, troli dan alat kesehatan lainnya),
doek ukuran 60x60, doek ukuran 60x90, doek ukuran
125x250, masker, topi kain, wash lap, handuk untuk
petugas, handuk pasien untuk mandi, handuk pasien untuk
lap tangan, handuk pasien untuk muka, linen operasi (baju,
celana, jas, laken, masker, doek, sarung kaki, sarung meja,
alas meja instrument).
2. Prosedur
Linen Infeksius
a. Siapkan Alat dan Bahan
1) APD (Sarung tangan, masker, apron, penutup kepala)
2) Plastik Kuning
3) Label Linen
4) Alat Tulis (Bolpoint)
b. Gunakan APD (Sarung Tangan, masker, apron, penutup
kepala).
c. Bawa Peralatan yang tertera pada point 1 ke ruangan yang
akan dilakukan penggantian linen (bed making).
d. Lepas linen dari bed nya dan langsung masukkan ke dalam
plastic warna kuning.
e. Tutup plastik kuning dengan rapat.
f. Tulis pada label linen jenis dan jumlah linen yang
dimasukkan ke dalam plastik kuning.
g. Masukkan plastik kuning ke dalam ember merah yang berada
di ruang kotor.

9
Linen Non Infeksius :
a. Siapkan Alat dan Bahan
1) APD (Sarung tangan, masker, apron, penutup kepala)
2) Plastik Hitam
3) Label Linen
4) Alat Tulis (Bolpoint)
b. Gunakan APD (Sarung Tangan, masker, apron, penutup
kepala)
c. Bawa Peralatan yang tertera pada point 1 ke ruangan yang
akan dilakukan penggantian linen (bed making)
d. Lepas linen dari bed nya dan langsung masukkan ke dalam
plastik warna hitam
e. Tutup plastik hitam dengan rapat
f. Tulis pada label linen jenis dan jumlah linen yang
dimasukkan ke dalam plastik hitam.
g. Masukkan plastik hitam ke dalam ember biru yang berada di
ruang kotor.
Masukkan linen baik infeksius maupun non infeksius dengan
memperhatikan jenis –jenis lembaran kain yang termasuk ke dalam
jenis linen rumah sakit. Apabila ada lembaran kain yang bukan
termasuk ke dalam linen rumah sakit jangan dimasukkan ke dalam
plastik.

C. Pengangkutan Linen Kotor Dari Unit Pengguna Linen Ke Unit


Laundry Rumah Sakit
1. Pengertian
a. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun
b. Jenis-Jenis Linen yang digunakan di RSUD Saptosari antara
lain sprei/laken, steek laken, perlak/zeil, sarung bantal,
sarung guling, selimut, boven laken, alas kasur, bed cover,
barak schort, celemek, topi, lap, baju pasien, baju operasi,
kain penutup (tabung gas, troli dan alat kesehatan lainnya),
doek ukuran 60x60, doek ukuran 60x90, doek ukuran
125x250, masker, topi kain, wash lap, handuk untuk
petugas, handuk pasien untuk mandi, handuk pasien untuk
lap tangan, handuk pasien untuk muka, linen operasi (baju,
celana, jas, laken, masker, doek, sarung kaki, sarung meja,
alas meja instrument).

10
c. Unit pengguna linen adalah unit yang ada di rumah sakit
yang menggunakan linen untuk kepentingan pelayanan di
rumah sakit (baik itu linen yang dipakai pasien, karyawan,
maupun pengunjung).
d. Jalur linen kotor adalah jalan yang digunakan untuk
mengangkut linen kotor dari unit pengguna linen ke unit
laundry rumah sakit dan dari unit laundry ke kendaraan
pengangkut linen kotor milik pihak ketiga pengelola linen
Rumah Sakit.
e. Ruang linen kotor adalah tempat yang digunakan untuk
menyimpan linen kotor yang berasal dari unit pengguna linen
sebelum diambil oleh pihak ketiga pengelola linen Rumah
Sakit.
2. Prosedur
a. Persiapkan alat dan bahan :
1) APD (Sepatu Boot, Sarung tangan, masker, penutup
kepala, apron)
2) Buku serah terima linen kotor
3) Alat tulis (Bolpoint)
4) Trolli Linen kotor
b. Gunakan APD (Sepatu boot, sarung tangan, masker, penutup
kepala, apron).
c. Ambil troli linen kotor dari tempat penyimpanan trolli linen
kotor dan bawa menuju unit pengguna linen melalui jalur
linen kotor.
d. Ambil linen kotor infeksius yang sudah dimasukkan ke
plastik kuning yang ada di ember warna merah.
e. Lihat label linen yang tertempel pada plastik kuning yang
menunjukkan jenis dan jumlah linen yang ada dalam plastik
kuning dan catat pada buku serah terima linen kotor.
f. Masukkan plastik kuning ke dalam trolli linen kotor.
g. Ambil linen kotor non infeksius yang sudah dimasukkan ke
dalam plastik hitam yang ada dalam ember warna hijau.
h. Lihat label linen yang tertempel pada plastik hitam yang
menunjukkan jenis dan jumlah linen. Catat pada buku serah
terima linen kotor.
i. Masukkan plastik hitam ke dalam trolli linen kotor.

11
j. Minta tanda tangan buku serah terima linen kotor kepada
petugas unit pengguna linen.
k. Bubuhkan tanda tangan pada buku serah terima linen kotor
pada kolom petugas laundry pengambil linen kotor.
l. Bawa trolli yang berisi linen kotor ke unit laundry melalui
jalur linen kotor.

D. Penimbangan Linen Kotor


1. Pengertian
a. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun
b. Linen Kotor Infeksius adalah linen yang terkontaminasi
darah, cairan tubuh dan feses terutama yang berasal dari
infeksi salmonella dan shigella (sekresi dan ekskresi), HBV,
dan HIV (Jika terdapat noda darah, cairan tubuh, dan feses)
dan linen yang berasal dari pasien airborne diseases baik
terkontaminasi darah, cairan tubuh, dan feses maupun tidak
terkotaminasi.
c. Linen Kotor Non Infeksius adalah linen yang tidak
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang
berasal dari pasien meskipun mungkin linen yang berasal
dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
d. Penimbangan linen kotor adalah melakukan perhitungan
berat linen baik infeksius maupun non infeksius yang berasal
dari setiap unit pengguna linen sehingga didapat data
produksi linen harian Rumah Sakit.
2. Prosedur
a. Lakukan penimbangan linen segera setelah linen diangkut
dari unit pengguna linen dengan menggunakan alat
timbangan duduk.
b. Lakukan penimbangan satu persatu linen dari setiap unit
pengguna linen.
c. Bedakan data untuk linen infeksius dan non infeksius.

E. Pengangkutan Linen Kotor dari Unit Laundry Rumah Sakit ke


Pihak Ketiga Pengelola Linen Rumah Sakit
1.Pengertian
a. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun

12
b. Jenis-Jenis Linen yang digunakan di RSUD Saptosari antara
lain sprei/laken, steek laken, perlak/zeil, sarung bantal,
sarung guling, selimut, boven laken, alas kasur, bed cover,
barak schort, celemek, topi, lap, baju pasien, baju operasi,
kain penutup (tabung gas, troli dan alat kesehatan lainnya),
doek ukuran 60x60, doek ukuran 60x90, doek ukuran
125x250, masker, topi kain, wash lap, handuk untuk
petugas, handuk pasien untuk mandi, handuk pasien untuk
lap tangan, handuk pasien untuk muka, linen operasi (baju,
celana, jas, laken, masker, doek, sarung kaki, sarung meja,
alas meja instrument).
c. Unit pengguna linen adalah unit yang ada di rumah sakit
yang menggunakan linen untuk kepentingan pelayanan di
rumah sakit (baik itu linen yang dipakai pasien, karyawan,
maupun pengunjung).
d. Jalur linen kotor adalah jalan yang digunakan untuk
mengangkut linen kotor dari unit pengguna linen ke unit
laundry rumah sakit dan dari unit laundry ke kendaraan
pengangkut linen kotor milik pihak ketiga pengelola linen
Rumah Sakit.
e. Ruang linen kotor adalah tempat yang digunakan untuk
menyimpan linen kotor yang berasal dari unit pengguna linen
sebelum diambil oleh pihak ketiga pengelola linen Rumah
Sakit.
2.Prosedur
a. Persiapkan alat dan bahan :
1) APD (Sepatu Boot, Sarung tangan, masker, penutup
kepala, apron)
2) Buku serah terima linen kotor
3) Alat tulis (Bolpoint)
4) Trolli Linen kotor
b. Gunakan APD (Sepatu boot, sarung tangan, masker, penutup
kepala, apron)
c. Serahkan linen kotor yang ada di ruang linen kotor kepada
pihak ketiga.
d. Tanda tangani serah terima linen kotor (oleh petugas laundry
yang menyerahkan dan petugas pihak ketiga yang menerima).

13
e. Angkut linen kotor dari ruang linen kotor ke kendaraan
pengangkut linen kotor dengan menggunakan troli linen
kotor melalui jalur linen kotor.
f. Masukkan ke dalam alat angkut linen kotor.

F. Pengelolaan Linen Rumah Sakit Oleh Pihak Ketiga Pengelola Linen


1. Tahapan Kerja di Laundry
a. Penerimaan Linen kotor dengan prosedur pencatatan
b. Pemilahan dan penimbangan linen kotor
c. Pencucian
d. Pemerasan
e. Pengeringan
f. Penyetrikaan
g. Pelipatan
h. Penyimpanan
i. Pendistribusian
j. Penggantian Linen Rusak
2. Alat Pelindung Diri yang digunakan petugas Laundry
a. Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat
b. Apron
c. Sarung Tangan
d. Sepatu Boot digunakan pada area yang basah
e. Masker digunakan pada proses pemilahan dan sortir
3. Pemilahan dan Penimbangan Linen Kotor
a. Lakukan pemilahan berdasarkan criteria :
1) Linen infeksius berwarna
2) Linen Infeksius Putih
3) Linen Tidak terinfeksi berwarna
4) Linen tidak terinfeksi
b. Upayakan tidak melakukan pensortiran. Pensortiran untuk
linen infeksius sangat tidak dianjurkan, penggunaan kantung
sejak dari ruangan adalah salah satu upaya menghindari
sortir.
4. Pencucian
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda
(bersih), awet (tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan
sehat (bebas dari mikroorganisme patogen). Sebelum melakukan
pencucian setiap harinya lakukan pemanasan – desinfeksi untuk

14
membunuh seluruh mikroorganisme yang mungkin tumbuh
dalam semalam di mesin cuci.
Bahan Kimia yang digunakan pada proses pencucian :
a. Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran
detergent dan emulsifier serta membuka pori dari linen.
b. Detergent
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat
asam secara global.
c. Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang
berbentuk minyak dan lemak.
d. Bleach
Mengangkat kotoran /noda, mencemerlangkan linen, dan
bertindak sebagai desinfektan, baki pada linen yang berwarna
(Ozone) dan yang putih (Chlorine).
e. Sour/Penetral
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga pH-
nya menjadi 7 atau netral.
f. Softener
Melembutkan linen, digunakan pada proses akhir
pencucian.
5. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah
tahap pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci
yang juga memiliki fungsi pemerasan/extractor, namun jika
mesin extractor terpisah, maka diperlukan trolli untuk
memindahkan hasil cucian dari mesin cuci menuju mesin
extractor. Trolli diupayakan dan dipelihara kebersihannya dan
pencucian dengan desinfektan sebelum melakukan pekerjaan.
Proses pemerasan dilakukan dengan mesin pada putaran tinggi
selama sekitar 5-8 menit.
6. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering /drying yang
mempunyai suhu sampai dengan 70 0C selama 10 menit. Pada
proses ini, jika mikroorganisme yang belum mati atau terjadi
kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.
7. Penyetrikaan

15
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar
dapat disetel sampai dengan suhu 120 0C, namun harus diingat
bahwa linen mempunyai keterbatasan terhadap suhu tinggi
sehingga suhu disetel antara 70-800C.
8. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga
mudah digunakan pada saat penggantian linen dimana tempat
tidur kosong atau saat pasien di atas tempat tidur. Linen yang
perlu mendapatkan perhatian khusus pada pelipatan :
a. Laken
b. Steek Laken
c. Zeil
d. Sarung Bantal/Sarung Guling
e. Selimut

16
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Gambaran Umum
RSUD Saptosari selalu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dan keselamatan yang diberikan dari tahun ke tahun. Salah satu cara
untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan mempertahankan kinerja
dari keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan penyehatan lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah Saptosari yang telah dilakukan pada tahun-
tahun sebelumnya. Harapannya agar kesehatan, keselamatan,
keamanan pasien, pengunjung ataupun petugas mendapatkan jaminan
yang lebih baik.
Rumah sakit sebagai fungsi atau benda/ bangunan juga
mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud dapat terjadi pada
tataran filosofi, program kegiatan, hingga aspek teknis operasionalnya.
Perubahan yang mendunia tersebut, secara ringkas dapat dikatakan
antara lain berujung pada ekonomi, politik dan sosial budaya. Sebagai
contoh adanya perubahan dalam bidang politik yang berpengaruh pada
pandangan para stake holder rumah sakit. Proses demokrasi yang
berlangsung di beberapa negara nenuntut keterbukaan dan kebebasan
(hak asasi). Keadaan ini membawa pemikiran dan kosep baru bagi para
pengelola rumah sakit. Tidak dapat dihindari lagi, kompetisi menjadi
situasi mendasar yang harus dihadapi para pengelola rumah sakit.
Penampilan fisik merupakan satu hal yang penting bagi sebuah
rumah sakit. Selain kualitas layanan medik, performansi sebuah rumah
sakit kerap dinilai dari kondisi fisik, baik bangunan, lahan/lansekap dan
lokasinya, serta infrastruktur penunjangnya.
Manajemen fisik tidak hanya berkaitan dengan arsitektur semata-
mata, melainkan juga akan melihat rumah sakit sebagai sebuah asset
properti, baik dalam kaitannya dengan lahan, bangunan, maupun
infrastruktur. Hal ini akan terkait secara dengan aktivitas, layanan, serta
program strategis.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) RSUD Saptosari
mempunyai tugas untuk menjamin kesehatan, keselamatan dan
keamanan seluruh pasien, keluarga, pengunjung dan staf. Oleh sebab
itu segala fasilitas yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Saptosari
harus dipastikan keamanan dan keselamatan agar nantinya tidak
menimbulkan resiko pada orang-orang di sekitarnya.

17
Bencana bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapapun.
Bencana dengan mata rantai terakhir berupa kerugian moril, material
maupun korban jiwa. Kehilangan sumber pencaharian, anggota
keluarga, harta benda serta gangguan psikologis merupakan hal yang
sering dialami pada para korban bencana.
Rumah Sakit Umum Daerah Saptosari menyadari bencana juga
dapat terjadi dari dalam rumah sakit ataupun dari luar rumah sakit,
baik yang disebabkan oleh human error, mechanical error, wabah
penyakit menular maupun bencana alam.
Manajemen risiko merupakan salah satu program dalam
manajemen fasilitas dan keselamatan yang terdapat dalam akreditasi
versi 2012. Manajemen Risiko bertujuan untuk mengurangi risiko pada
sumber dengan membuat stakeholder bertanggung jawab untuk
mengelola risiko yang mereka buat. Tugas-tugas manajemen risiko yang
dikenakan pada setiap karyawan dan manajemen rumah sakit. Pihak
terkait harus mengambil semua langkah praktis untuk memastikan
bahwa tempat kerja aman untuk setiap orang dalam tempat tersebut.
Untuk memudahkan pelaksanaan kerja Tim K3RS membuat
program yang disesuaikan dengan kondisi rumah sakit dan telah
dianalisa menggunakan risk analysis, sehingga diketahui prioritas risiko
yang paling dominan.
Keselamatan merupakan suatu tingkatan tertentu dimana gedung,
halaman dan sarana peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya
atau resikio bagi pasien, staf dan pengunjung. Keamanan diartikan
proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan atau akses serta
penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
Dewasa ini masalah keselamatan kerja menjadi topik hangat,
dimana semua unsur yang ada di masyarakat harus berlabelkan
keselamatan. Demikian juga di Rumah Sakit Umum Daerah Saptosari,
upaya keselamatan kerja bukan hanya sebagai pajangan saja tetapi
sudah menjadi kebutuhan. Sehingga secara nyata harus diaplikasikan
pada semua unit kerja mulai prosedur kerja, lingkungan bahkan
tindakan-tindakan kita harus mencerminkan keselamatan kerja.
Pelaksanaan K3 di rumah sakit merupakan tanggungjawab kita bersama
dan keberhasilannya tergantung partisipasi aktif semua pihak.
Pelaksanaan K3 dari tahun ke tahun mengalami banyak peningkatan hal
ini dibuktikan dengan tingkat kecelakaan kerja di RSUD Saptosari
semakin menurun. Pelaksanaan K3 sudah menjadikan kebutuhan bagi

18
semua petugas sehingga berdampak pada keselamatan dan keamanan
pasien yang dirawat atapun pengunjung yang ada.
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu cara yang efektif
dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sehingga secara
tidak langsung akan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya
keselamatan kerja baik bagi dirinya maupun bagi orang lain yang berada
di Rumah Sakit Umum Daerah Saptosari. Bidang K3 ataupun MFK
mempunyai banyak program pendidikan dan pelatihan yang harus
dipahami dan bukan sekedar diketahui saja akan tetapi aplikasi di
lapangan lebih penting.
Keselamatan merupakan suatu tingkatan tertentu dimana gedung,
halaman dan sarana peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya
atau resikio bagi pasien, staf dan pengunjung. Keamanan diartikan
proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan atau akses serta
penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang.
Disamping itu kebakaran merupakan bencana yang
kemungkinannya paling tinggi terjadi, sehingga diperlukan upaya-upaya
penanggulangan kebakaran, mulai dari penanganan api dengan APAR
sampai dengan evakuasi pasien apabila kebakaran dirasa tidak dapat
ditanggani dengan peralatan pemadam yang dimiliki rumah sakit.
Rumah Sakit wajib melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) yang digunakan dan melakukan penanganan terhadap
limbah yang dihasilkan. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib
dilakukan pengelolaan sesuai dengan prosedur yang ada.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena
sifat kimia maupun kondisi fisiknya baik secara langsung maupun tidak
langsung berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia,
kerusakan properti, dan atau lingkungan.

B. Tujuan dan Manfaat Pelayanan K3RS


1. Tujuan
Terciptanya lingkungan kerja dan cara kerja yang aman, sehat,
nyaman dan sesuai dengan standart kesehatan kerja.
2. Manfaat
a. Bagi Rumah Sakit
1) Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standart
akreditasi RS
2) Meningkatkan citra Rumah Sakit

19
b. Bagi Karyawan RS
1) Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2) Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
3) Menciptakan kenyamanan dalam bekerja
c. Bagi Pasien dan Pengunjung
1) Mutu layanan yang baik
2) Kepuasan pasien dan pengunjung
3) Melindungi pasien dari penyakit nosokomial dan
kecelakaan
C. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Unit
1. Keselamatan dan Keamanan
a. Melakukan pelaporan kejadian Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) baik kejadian accident (kejadian kecelakaan kerja
yang sudah terjadi dan menimbulkan korban baik material
maupun non material), incident (kejadian kecelakaan kerja
yang sudah terjadi dan tidak menimbulkan korban baik materil
maupun non material), nearmiss (kondisi tidak aman yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja)
b. Monitoring penggunaan APD (alat Pelindung Diri)
c. Melakukan pengelolaan peralatan yang ada di ruangan .
Apabila terdapat peralatan yang tidak layak pakai maka segera
melaporkan ke unit terkait
d. Menyediakan Kotak P3K
e. Melakukan monitoring terhadap kotak P3K yang terdapat di
unit
f. Melakukan sosialisasi alur penanganan dan pelaporan jika
terjadi kecelakaan kerja
g. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala setiap 1 (satu)
tahun sekali
h. Melakukan imunisasi hepatitis B terhadap karyawan
2. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Melakukan penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
yang ada di bangsal sesuai MSDS (Material Safety Data Sheet)
yang ada
b. Melakukan penggunaan B3 sesuai dengan MSDS
c. Melakukan penanganan tumpahan B3 sesuai dengan SPO
dengan menggunakan spill kit yang telah disediakan

20
d. Melakukan investigasi terhadap terjadinya tumpahan B3
dengan lembar investigas yang telah disediakan oleh Tim K3
RS
e. Melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan SPO
3. Kesiapsiagaan Terhadap Bencana (Disaster)
a. Melakukan pelatihan dalam penanganan bencana setiap
1(satu) tahun sekali
b. Melakukan pelatihan cara mengevakuasi pasien ketika terjadi
bencana (prioritas yang harus diselamatkan terlebih dahulu)
c. Melakukan pelatihan cara melakukan BLS (Basic Life Support)
d. Mengisi Jadwal piket Tim Code Blue primer untuk di ruangan
dan Tim Code Blue sekunder untuk IGD dan ICU
e. Melakukan monitoring terhadap jalur evakuasi yang ada di
unit
f. Melakukan evaluasi terhadap kesiapsiagaan terjhadap bencana
4. Pengamanan Kebakaran
a. Membuat jadwal piket Tim Code Red unit
b. Mengisi papan jadwal siaga bencana unit dan menggantinya
setiap tukar shift
c. Melakukan pelatihan Code Red
d. Melakukan sosialisasi Code Red
e. Melakukan evaluasi terhadap pelatihan code red
f. Melakukan pelatihan cara penggunaan APAR
g. Melakukan monitoring terhadap APAR (Alat Pemadan Api
Ringan). Kegiatan maintenance dilakukan setiap 6 (enam)
bulan sekjali dan refilling setiap 1 (satu) tahun sekali apabila
ditemukan APAR yang telah kadaluarsa dilaporkan ke unit
terkait (IPSRS)
5. Peralatan Medis
Monitoring alat kesehatan yang ada di ruangan (dengan
mengecek kalibrasi alat). Semua alat kesehatan yang ada di
ruangan wajib dilakukan kalibrasi setiap 1 (satu) tahun sekali. Jika
ada alat kalibrasi yang lebih dari 1 (satu) tahun belum dikalibrasi
maka segera laporkan ke unit terkait (IPSRS)
6. Sistem Utilitas

21
a. Melakukan monitoring terhadap ketersediaan air. Jika air tidak
tersedia 1 hari 24 jam maka laporkan ke unit terkait (IPSRS)
b. Melakukan monitoring terhadap ketersediaan listrik. Jika
listrik tidak tersedia selama 1 hari 24 jam maka segera
laporkan kepada unit terkait (IPSRS)
c. Melakukan monitoring terhadap gas medis di unit. Jika gas
medis tidak tersedia sesuai kebutuhan unit maka segera
laporkan ke Oksigen Central
d. Melakukan monitoring terhadap telepon. Apabila telepon
mengalami gangguan maka segera laporkan ke unit IT
e. Melakukan monitoring terhadap jaringan TI. Apabila terdapat
masalah dengan jaringan TI maka segera laporkan ke unit IT

22
BAB VI
PENUTUP

Pedoman pelayanan Unit Laundry merupakan suatu kumpulan dasar


yang memberi arah bagaimana pelayanan linen Rumah Sakit harus
dilakukan. Pedoman ini menjadi dasar untuk menentukan atau
melaksanakan kegiatan pelayanan linen di Rumah Sakit
Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Unit Laundry di RSUD Saptosari ini
diharapkan:
1. Dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak yang terkait tentang
standar pelayanan linen di Rumah Sakit Umum Daerah Saptosari
2. Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua
pihak yang terkait, agar pedoman ini dapat terlaksana sesuai dengan apa
yang diharapkan demi terwujudnya peningkatan mutu pelayanan RSUD
Saptosari.

Ditetapkan di Saptosari
pada tanggal …………….

DIREKTUR,

(......................................)

23
DAFTAR PUSTAKA

Joint Commission Internasional. 2012, Joint Commission International


Accreditation Standard for Hospitals (Including Standard for Academic Medical
Center Hospitals), 4th Ed, USA.
Kementrian Kesehatan RI. 2011, standar Akreditasi Rumah Sakit, Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai