Anda di halaman 1dari 51

PEDOMAN PELAYANAN LAUNDRY

TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

RUMAH SAKIT UMUM JATI HUSADA


KARANGANYAR
2022
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM JATI HUSADA KARANGANYAR
Nomor : 13.12.0043 / SK.DIR / RSJH / 2016
Tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN LAUNDRY

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah SakitJati Husada, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Laundry yang bermutu
tinggi;
2. Bahwa agar pelayanan Laundry di Rumah Sakit Jati
Husada dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan Direktur Rumah Sakit Jati Husada sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Jati Husada;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Jati Husada.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44


Tahun 2009Tentang Rumah Sakit;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Laundry;
3. Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Karanganyar Nomor
503/45/RSU.D/BPPT/2014 Tanggal 18 September
2014 Tentang Izin Operasional Rumah Sakit Umum
Jati Husada Karanganyar a.n PT. Tenteram Makmur
Utama;
4. Surat Keputusan Direktur PT. Tenteram Makmur
Utama Nomor 009 / SK.PT.TMU/ X / 2010 tanggal
29 Oktober 2010 Tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Umum Jati Husada Karanganyar.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : keputusan Direktur Rumah Sakit Jati Husada tentang
Pemberlakuankebijakan Pelayanan Laundry;

KEDUA : memberlakukan kebijakan Pelayanan Laundry


sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini;

KETIGA : pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


laundry Rumah Sakit Jati Husada dilaksanakan oleh Tim
PPI RS;

KEEMPAT : apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan atau


Kekeliruandalam Keputusan Direktur Rumah Sakit Jati
Husada ini maka akandiadakan perubahan dan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Karanganyar
Pada Tanggal 15 Desember 2016

DIREKTUR RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

( dr. Sri Hartini, MM. )


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Buku PEDOMAN
PELAYANAN LAUNDRY ini berhasil disusun.
Buku ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi terhadap pasien di
Rumah Sakit Umum Jati Husada.
Buku panduan ini disusun atas kerjasama dan masukan berbagai pihak,
oleh sebab itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang ikut berkontribusi atas tersusunnya
buku Panduan ini.

Karanganyar, Juni 2022

Tim Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medis, salah satunya dalam upaya pengelolaan
laundry di rumah sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan disetiap
ruangan .kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi baik
jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang,
membutuhkan banyak keterlibatan tenaga kesehatan dengan bermacam-
macam klasifikasi.Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan
siap pakai diperlukan perhatian khusus seperti kemungkinan terjadinya
pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan kimia.

B. Dasar Pelayanan Linen Di Rumah Sakit


1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkingan hidup
3. Uu No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
4. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang
pengelolaan limbah berbahaya dan beracun.
5. PP No. 20 tahun 1990 tentang pencemaran air.
6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.
7. Permenkes RI No. 472/ Menkes/ peraturan / V / 1996 tentang penggunaan
bahan berbahaya bagi kesehatan.
8. Permenkes No. 416/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyediaan air bersih
dan air minum.
9. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyehatan lingkungan
rumah sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang
pedoman organisasi rumah sakit
11. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi
kegiatan rumah sakit.
12. Pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia tahun 1992 tentang
pengelolaan linen.
13. Buku pedoman infeksi nosokomial tahun 2001.
Standart pelayanan rumah sakit tahun 1999.
C. Tujuan
1. Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.
2. Khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering,
rapi, utuh dan siap pakai.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya
infeksi silang.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dari
bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan laundry di Rumah sakit Jati husada
Karanganyar yaitu pencucian dan pendistribusian linen untuk pasien rawat
inap dan kamar operasi
E. Batasan Operasional
1. Pelayanan laundry adalah rangkaian kegiatan yang di lakukan diinstitusi
kesehatan (rumah sakit/klinik) dan institusi kesehatan lain untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat inap.
2. Masyarakat Rumah sakit adalah sekompok orang yang berada dalam
lingkungan rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri
dari pegawai atau karyawan,dan pasien rawat inap.
3. Penangganan linen adalah pengambilan linen kotor dari bangsal – bangsal
dan ok, penimbangan, pencatatan.
4. Distribusi Linen adalah kegiatan penyaluran linen dari bangsal – bangsal,
ok, dan yang membutuhkan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Pengertian
Ketenagaan atau sumber daya manusia (SDM) adalah jumlah orang yang
bekerja sama dalam suatu organisasi. SDM merupakan aset yang
diperlukan selain material dan dana dalam suatu organisasi.
Ketenagaan Unit laundry di Rumah Sakit Umum Jati Husada
Karanganyar terdiri dari Penanggung jawab ruangan dan pelaksana .
2. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan Ketenagaan di unit laundry
b. Mengoptimalkan pendayagunaan SDM yang efektif dan efisien
3. Ruang Lingkup Ketenagaan
Tenaga untuk penyelenggaraan pelayanan laundry
4. Struktur Organisasi Unit Laundry
Struktur Organisasi terlampir

B. Distribusi Ketenagaan
1. Jenis Ketenagaan
Jenis Ketenagaan di Unit laundry terdiri dari :
a. Kepala Unit Laundry
b. Pelaksana linen.
1) Jenis Pekerjaan
a) Pengambilan linen kotor dari bangsal – bangsal ,ok dan unit
terkait.
b) Pencatatan dan penimbangan linen kotor.
c) Pencatatn linen kotor dan linen bersih
d) Pendistribusian linen bersih dari bangsal – bangsal dan unit
terkait.
2) Spesifikasi Pekerjaan Tenaga Unit Laundry
Spesifikasi pekerjaan adalah sebuah daftar kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh seorang calon pegawai yang bertanggung jawab
untuk pekerjaan tertentu.

C. Pengaturan Jaga
Pola pembagian jadwal dinas unit laundry terbagi dalam sistem shift yang
terdiri dari dinas pagi dan dinas siang. Untuk shift pagi jumlah pelaksana
pencucian 1orang dan 1 orang pelaksana penyetrikaan. Untuk shift siang 1
orang pelaksana pencucian dan penyetrikaan.
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Denah Ruang

1 5 4 1

8 6
3
7

Keterangan:

1 Pintu
2 Ruang penyetrikaan dan ruang administrasi
3 Ruang stok linen
4 Jendela penerimaan linen bersih
5 Ruang penerimaan linen bersih
6 Ruang cuci non infeksius
7 Ruang cuci infeksius
8 Ruang jemur

B. Sarana Fisik
Sarana fisik untuk instalasi laundry mempunyai persyaratan
tersendiri.Terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru.Sebelum
pemasangan data lengkap sangat diperlukan untuk memudahkan koordinasi
dan jejaring selama pengoperasiannya.Tata letak dan hubungan antar ruangan
memerlukan perencanaan yang baik, untuk memudahkan penginstalasian
termasuk instalasi listrik, air, uap, dan lainnya. Saran fisik instalasi laundry
terdiri dari beberap ruang antara lain:
1. Ruang penerimaan linen kotor
 Ruangan ini memuat:Meja penerima, yaitu untuk linen yang terinfeksi
dan tidak terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantong
warna kuning untuk yang terinfeksi dan kantong warna hitam untuk
yang tidak terinfeksi.
 Timbangan
 Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan
desinfeksi sesuai standart.
2. Ruang pemisahan atau pemilahan linen
Ruang ini memuat meja panjan untuk mensortir jenis linen yang tidak
terinfeksi.Ruang pencucian dan pengeringan.
3. Ruang ini memuat
 Mesin cuci
 Mesin pengering
4. Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini memuat:
 Penyetrikaan linen menggunakan flatwork ironers atau pressing ironer
 Alat setrika biasa atau manual.
5. Ruang penyimpanan linen
Ruang ini memuat:
 Lemari dan rak untuk menyimpan linen.
 Meja administrasi.
6. Ruang distribusi linen.
 Ruang ini memuat
Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.

C. Prasarana
1. Prasarana listrik
Sebagian besar peraltan laundry menggunakan daya listrik. Adapun tenaga
listrik yang digunakan di instalasi laundry terbagi dua bagian antara lain:
 Instalasi penerangan
 Instalasi tenaga
 Prasarana air

2. Prasarana air 
Prasarana air untuk instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dari
kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur
per hari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih
sesuai standart air. Standart air yang digunaka untuk mencuci mempunyai
standart air bersih berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1992 dan
standart khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya:
a. Hardness – garam ( calcium, carbonate, dan chloride 0)
Standart baku mutu: 0 – 90 ppm.
 Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan
kimia pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
 Efek pada linen dan mesin
 Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan dan
linen warna akan cepat pudar
 Mesin cuci akan berkerak (scale forming), sehingga dapat
menyumbat saluran- saluran air dan mesin.
b. Iron – Fe ( besi )
Standart baku mutu: 0 – 0,1 ppm.
 Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan
kimia, dan proses pencucian
 Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan (yellowing) dan linen
warna akan cepat pudar
 Mesin cuci akan berkarat
 Bersifat alkali
3. Prasarana uap
Prasarana uap pada instalasi laundry dipergunakan pada proses pencucian,
pengeringan dan setrika.
a. Peralatan Dan Bahan Pencuci
Peralatan pada instalasi laundry menggunakan bahan pencuci kimiawi
dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang
dicuci atau linen, mesin cuci, kulit petugas yang melaksanakannya dan
limbah buangannya tidak merusak lingkungan.
 Peralatan yang ada di instalasi laundry antara lain:
Mesin cuci / washing machine.
 Mesin peras / washing extractor.
 Mesin pengering / drying tumbler.
 Mesin penyetrika / flatwork ironer.
 Mesin penyetrika pres / presser ironer.
b. Produk Dan Bahan Kimia
Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat hasil lebih
baik, begitu juga apabila kekurangan. Bahan kimia yang dipakai secara
umum terdiri dari:
 Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergent dan
emulsifier serta membuka pori dari linen.
 Detergent
Sabun pencuci.Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang
bersifat asam secara global.
 Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk
minyak dan lemak.
 Bleach atau pemutih
Mengangkat kotoran atau noda, mencemerlangkan linen, dan
bertindak sebagai desinfektan, baik pada linen yang berwarna
( ozone ) dan yang putih ( chlorine ).
 Sour atau penetral
 Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga PH nya
menjadi 7 atau netral.
 Softener
Berfungsi melembutkan linen. Dipergunakan pada proses akhir
pencucian.
 Starch atau kanji
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen
menjadi kaku. Juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga
noda tidak sampai ke serat.

4. Pemeliharaan Peralatan
Alat cuci pada instalasi laundry dijalankan oleh para operator alat, dengan
demikian para operator alat harus memelihara peralatannya.Berbagai
kelainan pada saat pengoperasian, misalnya kelainan bunyi pada alat dapat
segera dikenali oleh para operator. Pemeliharaan peralatan pencucian
terdiri dari:
a) Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan
setiap hari dengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan
kimia multi purpose cleaner dan dikeringkan dengan lap kering. Untuk
bagian tombol atau control digunakan lap kering dan jangan terlalu
ditekan,dikarenakan pada bagian ini biasanya tertilis prosedur dengan
semacam stiker yang mudah dihapus. Setelah pemakaian kosongkan air
untuk mengurangi kandungan air dalam mesin cuci sekecil mungkin.
Jika terbentuk noda putih didalam mesin cuci, cucilah bagian dalam
drum dengan air bersih.
b) Pemeriksaan bagian yang bergerak, dilakukan setiap satu bulan sekali
yaitu pada bearing, engsel pintu alat atau roda yang berputar. Berilah
minyak pelumas atau fat. Penggantian gemuk atau fat secara total
disarankan dua tahun sekali. Jenis dan produk minyak pelumas mesin
yang digunakan dapat diketahui dari buku operating manual dari setiap
mesin.
c) Pemeriksaan V- belt dilakukan setiap satu bulan sekali. Yakni secara
visual dengan melihat keretakan lempeng V- belt dan ketegangannya
( kelenturan).
Toleransi pengukuran 0,2 – 0,5 mm. jika melebihi atau sudah tidak
memennuhi syarat V –belt tersebut harus segera diganti.
d) Pemeriksaan pipa uap panas ( steam ) dilakukan setiap akan dimulai
menjalankan mesin cuci. Setiap saluran diperiksa terlebih dahulu
terutama pipa yang terbungkus Styrofoam ( isolasi ) dengan cara dilihat
apakah masih terbungkus dengan baik dan tidak ada semburan air atau
uap. Pada prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan
pencucian harus dalam keadaan utuh dan tidak bocor. Jika terjadi
kebocoran harus segera dilaporkan pada tehnisi rumah sakit untuk
perbaikan.
BAB IV
PELAYANAN LINEN

A. Definisi
1. Antiseptic
Adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
membrane mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Dekontaminasi
Adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman
untuk penanganan lebih lanjut.
3. Desinfeksi
Adalah proses inaktivasi mikroorganismemelalui system.
4. Infeksi
Adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen
pathogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan dan
menyebabkan penyakit.
5. Infeksi nosokomial
Adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat masuk
rumah sakit tidak ada tanda/ gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
6. Steril
Adalah kondisi bebas dari semua mikroorganismetermasuk spora.
7. Linen
Adalah bahan atau alat yang terbuat dari kain atau tenun.
8. Kewaspadaan universal
Adalah suatu prinsip dimana darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta,
kulit yang tidak utuh, dan selaput lendir pasien dianggap sebagai
sumber potensial untuk penularan infeksi HIV maupun infeksi lainnya.
Prinsip ini berlaku bagi semua pasien, tanpa membedakan resiko,
diagnose ataupun status.
9. Linen kotor terinfeksi
Adalah linen yang terkontaminasi dengan cairan, darah dan feses
terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan
shigella ( sekresi dan ekskresi), HBV dan HIV ( jika terdapat noda
darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS) dimasukkan kedalam
kantong dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali ditutup
dengan kantong luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.
10. Linen kotor tidak terinfeksi
Adalah linen yang tidak teerkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan
feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin
linen yang diklasifikasikan dari seluruh pasien berasl dari sumber
ruang isolasi yang terinfeksi.
11. Bahan berbahaya
Adalah zat, bahan kimia dan biologi baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan
lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang
mempunyai sifat beracun, karsiogenik, teratogenik, mutagenic, korosif
dan iritasi.
12. Limbah bahan berbahaya
Adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
13. Keselamatan kerja
Adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja, dan lingkungan serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
14. Kecelakaan kerja
Adalah kejadian tidak terduga dan tak diharapkan, dapat menyebabkan
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai
dengan berat.
15. Bahaya ( hazard )
Adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan dampak
merugikan atau menimbulkan kerusakan.

B. Manajemen Linen di Rumah Sakit


1. Jenis Linen
Ada bermacam- macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit.
Jenis linen yangdimaksud antara lain:
1) Speri atau laken
2) Steek laken.
3) Perlak.
4) Sarung bantal.
5) Sarung guling.
6) Selimut.
7) Alas kasur
8) Bed cover.
9) Tirai atau korden.
10) Kain penyekat.
11) Kelambu.
12) Taplak
13) Schort
14) Celemek, topi dan lap
15) Baju pasien
16) Baju operasi
17) Kain penutup untuk tabung gas, troli.
18) Macam- macam doek.
19) Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi.
20) Steek laken bayi.
21) Kelambu bayi.
22) Laken bayi.
23) Selimut bayi.
24) Masker.
25) Washalp.
26) Handuk.
27) Linen untuk operasi.

2. Bahan Linen
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari:
a) Katun 100%.
b) Wool.
c) Kombinasi seperti 65% aconilic dan 35% wool.
d) Silk
e) Blacu.
f) Flannel.
g) Tetra.
h) CVC 50% – 50%.
i) Polyester 100%.
j) Twill atau drill.
Pemilihan bahan linen sebaiknya disesuaikan dengan fungsi dan cara
perawatan serta penampilan yang diharapkan.

3. Peran Dan Fungsi


Peran pengelolaan linen di rumah sakit cukup penting. Diawali
dengan perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah
proses pencucian. Alur aktifitas fungsional dimulai dari penerimaan
linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan,
pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan,
merapikan mengepak atau mengemas, menyimpan dan
mendistribusikan ke unit yang membutuhkan sedangkan linen yang
rusak dikirim ke kamar jahit.
Untuk melakukan aktifitas tersebut dengan lancer dan baik, maka
diperlukan alur yang terencana dengan baik.Peran sentral lainnya
adalah perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, control,
dan pemeliharaan fasilitas sehingga linen dapat tersedia di unit yang
membutuhkan
 
4. Prinsip Pengelolaan Linen Di Rumah Sakit
Kemungkinan menimbulkan infeksi :
a) Rendah : – Desinfeksi tingkat rendah
b) Tinggi : – Desinfeksi tingkat tinggi & Sterilisasi

5. Pengelolaan Linen
Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari:
a) Perencanaan
b) Penerimaan linen kotor
c) Penimbangan
d) Pensortiran atau pemilahan.
e) Proses pencucian
f) Pemerasan
g) Pengeringan
h) Sortir noda
i) Penyetrikaan
j) Sortir linen rusak
k) Pelipatan. Merapikan, pengepakan atau pengemasan
l) Penyimpanan
m) Distribusi
n) Perawatan kualitas linen
o) Pencatatan dan pelaporan
Skema pengelolaan linen di rumah sakit:

Perencanaan

Proses pengadaan

Pengadaan

Penerimaan Pemberian
identitas

Ditribusi ke unit yang


membutuhkan

Pemanfaatan linen oleh


unit terkait

Hilang Rusak Perbaikan Musnahkan

Pencatatan
C. Tatalaksana Pelayanan
1. Perencanaan Linen
a) Sentralisasi Linen
Merupakan suatu keharusan yang dimuali dari proses perencanaan,
pemantauan dan evaluasi dimana merupakan siklus yang berputar.
Sifat linen adalah barang habis pakai.Supaya terpenuhi dengan baik
maka diperlukan system pengadaan satu pintu yang sudah terprogam
dengan baik.
b) Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang
berada di rumah sakit yang meliputi linen diruang perawatan maupun
ruang operasi dan unit lain yang ada. Standarisasi linen yang dipakai
adalah:
 Standart produk.
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya
setiap rumah sakit mempunyai standart produk yang sama agar bias
diproduksi secara missal. Produk dengan kualitas tinggi akan
memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya dan
mempunyai waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga secara
ekonomi lebih optimal dibandingkan dengan produk yang lebih
murah.
 Standart desain.Pada dasarnya baju rumah sakit lebih
mementingkan fungsi daripada estetikanya, maka dibuatlah desain
yang sederhana, ergonomis dan inisex.
 Standart material.Pemilihan material harus disesuaikan dengan
fungsi, cara perawatan dan penampilan yang diharapkan. Beberapa
kain yang dipakai di rumah sakit antara lain cotton 100%, CVC 50-
50%, TC 65%-35%, polyster 100% dengan anyaman plat atau twill
atau drill. Dengan adanya berbagai pilihan tersebut memungkinkan
untuk mendapatkan hasil terbaik untuk setiap produk. Warna pada
kain juga memberikan nuansa tersediri, sehingga secara psikologis
mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
pemilihan warna sangat penting. Alternative dari kain warna yang
polos adalah kain dengan corak motif, trend ini memberikan nuansa
yang lebih santai dan modern.
 Standart ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya sisi
penggunaan, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya
operasional yang timbul.Makin luas dan berat linen, makin mahal
biaya pengadaan dan pengoperasiannya.
 Standart jumlah.
Idealnya jumlah stok linen 5 par ( kapasitas ) dengan posisi 3 par
berputar di ruangan: I stok terpakai, 1 stok dicuci, 1 stok cadangan
dan 2 par; mengendap di logistic: 1 par sudah terjahit dan 1 par
masih berupa lembaran kain.
 Standart penggunaan
Standart yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan
prosedur normal. Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan
standart kelayakakan sebuah linen, apakah dengan umur linen.,
kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci. Sebaiknya linen itu sendiri
diberi identitas ataupun informasi.
Informasi yang ditampilkan biasanya :
a) Logo rumah sakit dan nama rumah sakit
b) Tanggal beredar atau mulai dipergunakan
c) Item ukuran.
d) No. ID
e) Dan nama ruangan pemakai.

2. Mesin Cuci
Persyaratan mesin cuci:
a) Mesin cuci dengan kapsitas besar (diatas 100 kg) yang disarankan
memiliki 2 kompartemen (pintu) yang membedakan antara
memasukkan linen kotor dengan hasil pencucian linen bersih. Antara
2 kompartemen dibatasi oleh partisi yang kedap air. Maksud dari
pemisahan tersebut adalah menghindari kontaminasi dari linen kotor
dan linen bersih baik dari lantai ataupun dari udara.
b) Mesin cuci ukuran sedang dan kecil ( 25- 100kg ) tanpa penyekat
seperti pada mesin besar dapat digunakan dengan memperhatikan
batas ruang kotor dan bersih dengan jelas.
c) Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian ( pemanasan- desinfeksi
) langsung dialirkan ke dalam system pembuangan yang terpendam
dalam tanah menuju IPAL.
d) Peralatan pendukung yang mutlak digunakan untuk menbantu proses
pemanasan – desinfeksi:
Pencatat sushu pada mesin
 Thermostat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin
 Glass atau kaca untuk melihat level air.
 Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur
jumlah air yamg dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia
terutama pada saat desinfeksi.

3. Penatalaksanaan Linen
Penatalaksanaan linen dibedakanmenurut lokasi dan kemungkinan
transmisi organism berpindah.
 Ruangan
 Perjalanan transportasi linen kotor.
 Proses pencucian di laundry.
 Penyimpanan linen bersih.
 Distribusi linen bersih.
 Linen kotor yang dapat dicuci di laundry dapat dikategorikan menjadi:
a) Linen kotor infeksius.
Adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh,
dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi
salmonella dan shigella, HBV dan HIV dan infeksi lainnya yang
spesifik ( SARS ) dimasukkan ke dalam kantong dengan segel yang
dapat terlarut dalam air dan kembali ditutup dengan kantong luar
berwarna kuning bertuliskan infeksius.
b) Linen kotor tidak infeksius.
Adalah linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan, dan
feses yang berasal dari pasien lainnya secara rutin dari seluruh
pasien dari ruangan biasa ataupun ruang isolasi yang terinfeksi
c) Untuk lebih terperinci penanganan linen dibedakan dengan lokasi
sebagai berikut:
Pengelolaan linen di ruangan.Seperti disebutkan di atas yang
dimaksud dengan linen yang infeksius dan non infeksius yang
secara spesifik diperlakukan secara khusus dengan kantong linen
yang berbeda. Penanganan linen dimulai dari proses penggantian
linen. Proses penggantian linen dilakukan oleh perawat dengan
melepaskan linen yang kotor terlebih dahulu.
Prosedur untuk linen kotor infeksius:
 Biasakan untuk mencuci tangan pekerjaan. sebelum dan sesudah
melakukan
 Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
 Persiapkan alat dan bahan
 Lipat bagian yang terinfeksi ke bagian dalam dan masukkan
linen ke dalam troli tertutup dan segera bawa ke spoel hock.
 Noda darah atau feses dibuang ke spoel hock, basahi linen
dengan air lalu masukkan kedalam kantong berwarna kuning
 Tutup rapat kantong dan segera masukkan ke troli linen kotor
dekat ruang spoel jock dan siap dibawa ke laundry.
d) Prosedur untuk linen kotor tidak infeksius :
 Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaan.
 Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
 Persiapkan alat dan bahan.
 Masukkan linen kotor ke dalam troli kotor yang berada dekat
ruang spoel hock dan siap dibawa ke laundry.
e) Transportasi
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam
menyebarkan organism, jika linen kotor tidak tertutup dan troli
tidak dibersihkan.Persyaratan alat transportasi linen:
 Dipisahkan antara troli linen kotor dan linen bersih, jika tidak
maka wadah penampung yang harus terpisah.
 Bahan troli terbuat dari stainless stell dan tidak mudah berkarat
 Wadah mampu menampung beban linen.
 Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu
dicuci demikian juga dengan troli harus dicuci.
 Muatan atau loading linen kotor dan bersih tidak boleh
berlebihan
 Wadah harus tertutup.

4. Laundry
Tahapan kerja di laundry:
a) Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
b) Pemilahan dan penimbangan linen kotor
c) Pencucian.
d) Pemerasan.
e) Pengeringan.
f) Penyetrikaan.
g) Pelipatan.
h) Penyimpanan.
i) Pendistribusian.
j) Penggantian linen yang rusak.

Pada saat penerimaan sampai dengan penyetrikaan merupakan


proses yang krusial dimana kemungkinan organism masih hidup, maka
petugas diwajibkan memakai APD.
Alat pelindung diri petugas laundry terdiri dari :
 Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat
 Apron
 Sarung tangan
 Sepatu boot digunakan untuk area basah.
 Masker digunakan pada proses pemilihan dan sortir
 Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan biasakan untuk mencuci
tangan sebagai pertahanan diri.

Penjelasan lebih lanjut tahapan kerja di laundry, antara lain :


 Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan.
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat
timbangan.Tidak dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah
penyebaran organism.
 Pemilahan dan penimbangan linen kotor.Lakukan pemilahan
berdasarkan linen infeksius dan non infeksius.Upayakan tidak
melakukan pensortiran.Penggunaan kantong dari ruangan adalah
salah satu upaya menghindari sortir.Penimbangan sesuai dengan
kapasitas mesin cuci yang digunakan.
 Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda ( bersih),
awet (tidak cepat rapuh ), namun memenuhi persyratan sehat bebas
dari mikroorganisme pathogen.
Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan pemanasan
sampai dengan desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang
mungkin tumbuh dimesin cuci. Untuk dapat mencapai tujuan
pencucian harus mengikuti persyaratantehnis pencucian:
a) Waktu
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
temperature dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang
bersih, dan sehat.Jika waktu tidak tercapai sesuai dengan yang
dipersyaratkan maka kerja bahan kimia tidak berhasil dan yang
terpenting mikroorganisme dan jenis petst seperti kutu dan
tungau dapat mati.
b) Suhu
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi mulai 30 derajat
celcius sampai dengan 90 derajat celcius tergantung dari bahan
dan jenis linen.
 proses pra cuci dengan atau tanpa bahan kimia dengan suhu
normal.
 Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergent untuk
linen putih 45-50 derajat celcius, untuk linen warna 60-80
derajat celcius.
 Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi celcius 65 atau 70
deraja
 Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal
 Proses penetralan dengan suhu normal
 Proses pelembut atau pengkanjian dengan suhu normal.
c) Bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali,
emulsifier,detergent, bleach (clorine dan oksigen bleach), sour,
softerner, dan starch.Masing- masing mempunyai fungsi
tersendiri.
d) Mechanical action
Adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Factor yang
mempengaruhi:
 Loading atau muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin.
Mesin harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin
 Level air yang tidak tepat.
 Motor penggerak yang tidak stabil yang disebabkan oleh
poros tidak simetris lagi dan automatic reverse yang tidak
bekerja.
 Takaran detergent yang berlebihan dapat mengakibatkan
melicinkan linen dan busa yang berlebihan akan
mengakibatkan sedikit gesekan.
 Menggunakan bahan kimia yang sesuai atau tidak berlebihan.

 Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang
juga memiliki fungsi pemerasan.
 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang
mempunyai suhu mencapai 70 derajat celcius selama 10 menit. Pada
proses ini, jika mikroorganisme yang belum mati atau terjadi
kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.
 Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika otomatis dengan
suhu 120 derajat celcius, namun harus diingat bahwa linen
mempunyai keterbatasan terhadap suhu antara 70-80 derajat celcius.
 Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah
digunakan pada saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong
atau saat pasien diatas tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga
melakukan pemantauan antara linen yang masih baik dan sudah
rusak agar tidak dipakai lagi.
 Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari
kontaminasi ulang baik dari bahay seperti mikroorganisme dan
pest, juga untuk mengontrol posisi linen tetap stabil.Sebaiknya
penyimpanan linen 1,5 par di ruang penyimpanan dan 1,5 par
disimpan diruangan. Ada baiknya lemari penyimpanan
dipisahkan menurut masing-masing ruangan dan diberi obat anti
ngengat yaitu kapur barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen
dibungkus dengan plastic transparan sebelum didistribusikan.
 Pendistribusian
Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan
sebelumnya harus dikeluarkan atau dipakai terlebih dahulu.
 Penggantian linen yang rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan:
a) Umur linen yang sudah standart
b) Human error termasuk hilang
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaikidan adapula yang memas
harus diganti.penggantian dapat segera dilakukan petugas laundry
dengan mengirimkan formulir permintaan linen ke pihak logistic.
BAB V
LOGISTIK

Dalam memproses laundry, dibutuhkan prosedur pencucian yang standart.


Prosedur tersebut selalu dikaitkan dengan proses Collecting – Sorting and
Marking – Washing – Presing – Folding – Storing. Dalam memproses item
laundry, seorang tenaga operator diharapkan memahami jenis bahan kain, jenis
warna kain serta noda. Sedangkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dibutuhkan unsur – unsur yang saling mendukung dan tidak dapat berdiri sendiri.
Jika salah satu unsur tersebut tidak dapat terpenuhi, akan mengakibatkan hasil
akhir yang diperoleh tidak sesuai yang diharapkan. Unsur tersebut terdiri dari :
a. Kualitas pencucian dari mesin
b. Reaksi kimiadari pembersih
c. Temperatur
d. Waktu pencucian
Peran laundry di Rumah Sakit sangat penting karena merupakan salah satu
fasilitas pelayanan yang hasilnya berhubungan dengan kenyamanan dan kepuasan
pasien.
Seorang tenaga operator diharapkan mampu :
1. Menyortir laundry sesuai dengan jenis pelayanan, jenis pencucian, serta jenis
kotoran.
2. Menggunakan pembersih kimia untuk proses pencucian.
3. Menerapkan prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam bekerja.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang


diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, parasit dan jamur.
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam keselamatan pasien, maka perlu
adanya :

1) Ketepatan pengolahan linen dengan cara pemilahan linen infeksi dan non-
infeksi.
2) Pemakaian APD yang tepat.
3) Alur pengambilan linen kotor dan bersih yang terpisah.
4) Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan linen Rumah Sakit.
5) Ketepatan distribusi linen.
6) Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan
dan alat yang digunakan.
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

I. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Potensi bahaya pada instalasi laundry
1. Bahaya mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, riketsia,
parasit dan jamur.Petugas laundry yang menangani linen kotor
senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup udara yang tercemar
kuman pathogen. Menurut penelitian menunjukkan bahwa jumlah total
bakteri meningkat 50 kali selama periode waktu sebelum cucian mulai
diproses.
Contoh mikroorganisme
Mycobacterium tuberculosis
Adalah mikroorganisme penyabab tuberculosis dan palind sering
menyerang paru-paru.  Penularannya melalui percikan atau dahak
penderita.
Pencegahannya:
 Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit
terhadap penyakit TBC dan penularannya
 Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan
laundry
 Menggunakan alat pelindung diri sesuai SPO.
 Melakukan tindakan dekontamoinasi, desinfeksi dan sterilisasi
terhadap bahan dan alat yang digunakan
 Secara tehnis setiap petugas harus melaksanaka tugas pekerjaannya
sesuai SPO.
2. Virus hepatitis B
Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala
komplikasinya, lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi
dalam bentuk sebagai pengidap (carrier) kronik, yang dapat merupakan
sumber penularan bagi lingkungan.Penularan dapat melalui darah dan
cairan tubuh lainnya.
Pencegahan:
 Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit
terhadap penyakit hepatitis B dan penularannya
 Memberikan vaksinasi kepada petugas
 Menggunakan APD sesuai SPO
 Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi, dan sterilisasi
terhadap bahan dan peralatan yang dipergunakan terutama bila
terkena bahan infeksi
 Secara tehnis setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai SPO

3. Virus HIV ( human immunodeficiency virus )


Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS ( acquired
immunodeficiency syndrome ). Virus HIV menyerang target sel dalam
jangka waktu lama. Jarak waktu masuknya virus kedalam tubuh sampai
timbulnya AIDS tergantung pada daya tahan tubuh seseorang dan gaya
hidup sehatnya. HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan
sperma, air susu ibu, sekreta dan ekskreta tubuh. Penularannya melalui
darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh yang mengandung virus dan
kontak langsung dengan kulit yang terluka.
Pencegahan :
 Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastic
keras berisi desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air
dan berwarna khusus serta diberi label bahan menular / AIDS
selanjutnya dibakar
 Menggunakan APD sesuai SPO
4. Bahaya bahan kimia
a. Debu
Pada instalasi laundry debu dapat berasal dari bahan linen itu
sendiri. Debu linen yang yang sesuai adalah 0,2 milligram/m3.
Efek pada kesehatan : Mekanisme penimbunan debu dalam paru-
paru dapat terjadi dengan menarik napas sehingga udara yang
mengandung debu masuk kedalam paru-paru.Pada pemajanan yang
lama dapat terjadi pneumoconiosis, dimana partikel debu dijumpai
di paru-paru dengan gejala sukar bernapas.Pneumoconiosis yang
disebabkan oleh serat kain / linen /kapas disebut bissinosis.
Gejalanya hampir sama dengan asma yang disebut Monday chest
tightness atau Monday fever, karena gejala terjadi pada hari
pertama kerja setelah libur yaitu senin, sering gejala hilang pada
hari kedua dan bila permaparan berlanjut maka gejala akan
semakin berat.
Pengendalian :
 Pencegahan terhadap sumber
 Diusahakan agar debu tidak keluar dari dumbernya dengan
mengisolasi sumber debu
 Memakai APD sesuai SPO
 Ventilasi yang baik
 Dengan alat exhauster
b. Bahaya bahan kimia
Sebagian besar dari bahaya di instalasi laundry diakibatkan oleh zat
kimia seperti detergen, desinfektan, zat pemutih dll.Tingkat resiko
yang diakibatkan tergantung dari besar, luas dan lama
pemajanan.Oleh karena itu sikap berhati-hati terhadap semua bahan
kimia yang dipakai dan potensial masuk ke dalam tubuh sangat
diperlukan.Informasi dari bahan kimia dapat dibaca pada label
kemasan dari produsennya yang lazim disebut MSDS.

Penanganan zat kimia di instalasi laundry:


1) Alkali
Fungsi :bubuk penambah sifat alkali.
Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang
mungkin beracun dan iritasi tapi tidak mudah terbakar.
Bahaya:
 Iritasi mata dan kulit
 Bila terhirup akan mengakibatkan edema paru
 Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput
lendir
Pertolongan pertama :
 Mata: cuci secepatnya dengan air sebanyak- banyaknya.
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
 Terhirup: jauhkan dari jangkauan.
 Tertelan : cuci mulut, minum air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Control teknis, gunakan ventilasi yang cukup.
 Pemakaian APD.
 Penyimpanan dan pengankatan: simpan ditempat aslinya,
wadah tertutup, dibawah kondisi kering, ventilasi baik,
jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim.
2) Detergen
Fungsi : detergen atau sabun cuci
Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang
mungkin beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya :
 Iritasi mata dan kulit.
 Bila terhirup menyebabkan edema paru
 Bila tertelan menyebabkan kerusakan selaput lendir.
Pertolongan pertama
 Mata: cuci secepatnya dengan air yang banyak.
 Kulit: cuci dengan air dang anti pakaian yang
terkontaminasi.
 Terhirup: pindahkan dan jauhkan.
 Tertelan: bersihkan bahan kimia dari mulut, minum 1-2
gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan; simpan ditempat
aslinya,wadahtertutup dibawah kondisi kering, ventilasi
yang baik, jauhkan dari asam dan suhu yang ekstrim.
3) Emulsifier
Fungsi: cairan pengemulsi lemak atau minyak dan prespotter.
Sifat: rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah
terbakar.
Bahaya :
 Iritasi mata dan kulit.
 Bila terhirup menyebabkan iritasi.
 Bila tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
 Mata: aliri dengan air selama 15 menit.
 Kulit : cuci dengan air
 Terhirup: pindahkan dan jauhkan dari sumber
 Tertelan: cuci mulut, minum air atau susu 1-2 gelas dan
jangan berusaha untuk muntah.
Tindakan pencegahan.
 Pemakaian APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk
dan kering, jauhkan dari sinar matahari langsung dan
sumber panas.
4) Bleach ( oksigen bleach dan chlorine bleach )
Oksigen bleach.
Fungsi: bubuk pemutih beroksigen.
Sifat: bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah terbakar,
beracun untuk ikan ( dilarutkan dulu sebelum dibuang ke
selikan atau sumber air ).
Bahaya:
 Iritasi berat pada mata
 Rasa terbakar pada kulit
 Bila terhirup menyebabkan iritasi dan oedema paru
 Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar.
Pertolongan pertama:
 Mata: cuci secepatnya dengan air.
 Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
 Terhirup: pindahkan dari sumber
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk
dan kering, jauhkan dari asam dan sumber panas.
5) Chlorine bleach
Fungsi: pemutih berklorine.
Sifat: bereaksi dengan asam akan mengeluarkan gas klorine
dengan cepat, tidak mudah terbakar.
Bahaya:
 Iritasi berat pada mata dan rasa terbakar pada kulit.
 Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran pernapasan, asma
edema paru dan kanker paru
 Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
Pertolongan pertama:
 Mata: cuci dengan air secepatnya.
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup: pindahkan dari sumber.
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpam ditempat sejuk
dan kering, jauhkan dari asam dan hindari sumber panas.
6) Sour atau penetral
Fungsi: bubuk pengasam atau penetralisir laundry.
Sifat: bereaksi dengan asam akam mengeluarkan sulfur
dioksida keluar, dan tidak mudah terbakar.
Bahaya :
 Iritasi berat pada mata dan kulit
 Bila terhirup dan tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama :
 Mata: cuci secepatnya dengan air.
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
 Terhirup: jauhkan dari sumber.
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk
dan kering, jauhkan dari asam dan hindari sumber panas.
7) Softener
Fungsi: cairan pelunak dan pelembut kain. Sifat: stabil, tidak
mengandung bahan berbahaya, tidak mudah terbakar.
Bahaya :
 Iritasi berat pada mata dan kulit.
 Bila terhirup menyebabkan iritasi.
 Bila tertelan menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama :
 Mata: cuci secepatnya dengan air
 Kulit: cuci secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
 Terhirup: jauhkan dari sumber.
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk
dan kring, hindari suhu yang ekstrim.
8) Starch.
Fungsi: Bahan pengkanji
Sifat: stabil, tidak mengandung bahan berbahaya , tidak mudah
terbakar.
Bahaya:
 Iritasi pada mata, kemungkinan iritasi pada kulit.
 Bila terhirup menyebabkan iritasi.
 Bila tertelan kemungkinan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
 Mata: cuci secepatnya dengan air
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi
 Terhirup: pindahkan dari sumber
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk
dan kering, hindari suhu yang ekstrim.
9) Formaldehyde
Pemajanan dengan antiseptic dalam waktu lama dapat
menyebabkan dermatitis, ekseme, dan alergi.Formaldehyde
merupakan komponen dari banyak antiseptic dan desinfektan,
zat ini menyebabkan dermatitis kontak, gangguan saluran
pernapasan dan bersifat karsiogenik.
Perlindungan :
 Dengan pemakaian APD sesuai SPO
 Segera mencuci tangan sesudah kontak.
 Meningkatkan hygiene perorangan.
 Memperkuat daya tahan tubuh dengan gisi yang baik.

c. Bahaya Fisika
1) Bising
Bising dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spectrum
pendengaran), berkaitan dengan factor intensitas, frekuensi,
durasi dan pola waktu.
Di rumah sakit bising merupakan masalah yang salah satunya
berasal dari mesin cuci.Pajanan bising yang terjadi lama
membuat efek kumulatif yang bertingkat dan menyebabkan
gangguan pendengaran berupa noise induce hearing loss
(NIHL).

Pengendalian:
 Sumber:
Desain akustik.Menggunakan mesin atau alat yang kurang
bising.
Media:
 Menjauhkan sumber dari pekerja
 Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara
akustik pada dinding, langit-langit dan lantai
 Menutup sumber bising dengan barrier
 Pekerja:
 Menggunakan APD ( ear plug atau ear muff).
 Ruang isolasi untuk istirahat.
 Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara
lingkungan kerja yang bising dengan yang tidak bising.
 Pengendalian secara administrative dengan menggunaka
jadwal kerja.
2) Cahaya
Pencahayaan di laundry sangat penting karena berhubungan
dengan keselamatan pekerja, peningkatan pencermatan,
kesehatan yang lebih baik, suasana nyaman. Petugas yang
terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh kelelahan mata
dan keluhan laian berupa iritasi (konjungtivitis), ketajaman
penglihatan terganggu, akomodasi dan konvergensi terganggu,
sakit kepala. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain
dengan mengadakan pencahayaan yang cukup sesuai dengan
standart rumah sakit ( minimal 200 lux).
3) Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry
oleh karena dukungan pengetahuan listrik yang belum
memadai.Pada umumnya yang terjadi di rumah sakit adalah
kejutan listrik microshock dimana listrik mengalir ke badan
petugas melalui system peralatan yang tidak baik.
Efek kesehatan:
 Luka bakar di tempat tersengat listrik.
 Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik.
Pengendalian:
 Pengukuran jaringan atau instalasi listrik.
 Pemasangan pengaman atau alat pengamanan sesuai
ketentuan.
 Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator.
 Penempatan pekerja sesuai ketrampilan.
 Waktu kerja petugas digilir.
 Memakai sepatu atau sandal isolasi.

4) Panas
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26 oC-
28oC ) dengan kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi
laundry panas yang terjadi adalah panas lembab.
Efek pada kesehatan:
 Heat syncope ( pingsan karena panas).
 Heat disorder ( kumpulan gejala yang berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan
tubuh) seperti:
 Heat stress atau heat exhaustion: Terasa panas dan tidak
nyaman, tekanan darah menurun menyebabkan gejala pusing
dan mual.
 Heat cramps: Spasme otot yang disebabkan cairan dengan
elektrolit yang rendah, masuk kedalam otot, akibat banyak
cairan tubuh yang keluar melalui keringat sedangkan
penggantinya hanya air minum biasa tanpa elektrolit.
 Heat stroke: Disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam
mengatur pengeluaran keringat, suhu tubuh dapat mencapai
40oC.
Pengendalian :
 Isolasi peralatan yang menimbulkan panas
 Menyempurnakan ventilasi yang ditempatkan diatas sumber
panas yang bertujuan menarik udara panas keluar ruangan
dapat digunakan kipas angin ruangan.
 Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan
memenuhi syarat dekat tempat kerja dan kalau perlu
disediakan extra salt.
 Hindarkan petugas yang harus bekerja dilingkungan panas
apabila berbadan gemuk dan berpenyakit kardiovaskuler.
Pengaturan waktu kerja dan istirahat.

5) Getaran
Getaran atau vibrasi adalah factor fisik yang ditimbulkan oleh
subyek dengan getaran isolasi.Vibrasi yang terjadi dapat local
atau seluruh tubuh.Mesin cuci yang bergetar dapat memajani
petugas melalui transmisi atau penjalaran, baik getaran yang
mengenai seluruh tubuh ataupun setempat yang merambat
melalui tangan atau lengan operator.
Efek kesehatan :
 Pada system peredaran darah dapat terjadi kesemutan,dan
parese.
 Terhadap system tulang, sendi dan oto dapat terjadi gangguan
osteoarticular yaitu gangguan pada sendi jari tangan.
 Terhadap system syaraf dapat terjadi parastesi, menurunnya
sensitifitas, gangguan kemampuan membedakan dan atrofi.

Pengendalian :
 Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan
bantalan anti vibrasi atau isolator den pemeliharaan mesin
yang baik
 Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus hanya
dianjurkan menggunakan sarung tangan untuk
menghangatkan tangan dan perlindungan gangguan vaskuler.

6) Ergonomi
Adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka.Posisi tubuh yang salah atau
tidak alamiah apalagi dalam sikap paksa dapat menimbulkan
kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi ketelitian,
mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien.Hal ini jika
terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
gangguanfisik danpsikologi.
Gejala penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian,
jaringan otot,saraf atau pembuluh darah ( low back pain ).
Pengendalian:
a. Mengangkat beban berat
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan kita
sendiri, kira-kira 50 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk
perempuan. Bila barat beban yang akan diangkat lebih dari
setengah dari berat badan si pengangkat, maka beban harus
dibagi menjadi dua. Apabila beban tidak dapat dibagi maka
hendaknya beban diangkat secara beramai-ramai.
b. Posisi duduk
Tinggi alas duduk sebaiknya antara 38 sampai 48 cm.
Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak.
Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan
petugas.

c. Posisi berdiri
Berdiri lebih baik tidak lebih dari 6 jam.
d. Bahaya psikososial
Diantara berbagai ancaman bahaya yang timbul akibat kerja
dirumah sakit, faktor psikologis juga memerlukan perhatian
antara lain:
 Stress yaitu ancaman fisik dan psikologis dari factor
lingkungan terhadap kesejahteraan individu. Stress dapat
disebabkan oleh
 Tuntutan pekerjaan : Dukungan kerja yang lebih maupun
yang kurang, tekanan waktu, tanggung jawab yang
berlebih ataupun kurang.
 Dukungan dan kendala : Hubungan yang tidak baik
dengan atsan, teman sekerja, adanya berita yang tidak
dikehendaki atau gossip, adanya kesulitan keuangan
dll.Manifestasi klinis dari stress antara lain depresi,
ansietas, sakit kepala, kelelahan, dan kejenuhan, gangguan
pencernaan, dan gangguan fungsi organ lainnya.
Pengendalian: menjaga kebugaran jasmani dan adanya
kegiatan yang menimbulkan rasa senang dalam bekerja
seperti cara kebersamaan, retret dll.

7) Keselamatan dan kecelakaan kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan
dengan alat kerja dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja. Kecelakaan
kerja adalah kejadian yang tak terduga oleh karena dibelakang
peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan.
Untuk mencegah infeksi yang terjadi didalam pelaksanaan
kerja terhadap tenaga laundry maka perlu ada pencegahan
dengan :
a) Pemeriksaan kesehatan kerja sebelum kerja dan pemeriksaan
kesehatan berkala
b) Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan
hepatitis
c) Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit misalnya
luka-luka, ruam, kondisi kulit eksfoliatif tidak boleh
melakukan proses pencucian.

Beberapa bahaya potensial terjadinya kecelakaan kerja


dilaundry antara lain:
 Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsure secara
bersama-sama.Unsure tersebut adalah zat asam, bahan yang
mudah terbakar dan panas.
Penanggulangan
 Adanya system penyimpanan yang baik terhadap bahan
yang mudah tebakar.
 Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
dilakukan secara terus menerus
 Jalur evakuasi.
 Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.

8) Terpeleset atau terjatuh


Walaupun jarang terjadi tetapi terpeleset atau jatuh dapat
mengakibatkan cidera ringan sampai berat misalnya fraktur,
dislokasi, salah urat dan memar.
Penanggulangan:
 Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak
atau memakai tali sepatu yang longgar
 Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang tidak licin.
 Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran seperti pasir,
debu, minyak yang memudahkan terpeleset.
 Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau
permukaannya miring harus segara diperbaiki.
BAB VIII
MONITORING DAN PENGENDALIAN MUTU

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati
pelayanan dan cakupan progam pelayanan seawall mungkin, untuk dapat
menemukan dan memperbaiki masalah yang timbul dalam pelaksanaan
progam.

B. Tujuan Monitoring
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari system
pelayanan.
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan
dilapangan, sesuai dengan temuan dilapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam
pemberian pelayanan dirumah sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan
sesuai keperluan dan dipergunakan segera untuk perbaikan progam.
4. Khusus dalam pelayanan linen dirumah sakit monitoring sebaiknya
dilakukan secara teratur dan kontinyu.
Aspek- aspek yang dimonitor mencakup :
 Sarana, prasarana dan peralatan
 Standart, pedoman pelayanan linen, SPO, kebijakan rumah sakit, visi misi
dll
 Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam dan
pudar, tidak cerah menggambarkan usia pakia. Terdapat bayangan dari
barang yang dibungkusnya menunjukkan linen sudah menipis
 Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan atau lapuk.
 Kelayakan pakai dan sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman
Pengendalian mutu pelayanan linen memerlukan dua indikator yang
meliputi :
1. Kejadian linen hilang diantanya :
a. Kurangnya efisiensi dan efektifitas pelayanan laundry.
b. Linen yang terbawa oleh pasien.
2. Keterlambatan distribusi linen diantaranya :
a. Terbatasnya jumlah tenaga laundry.
b. Cuaca yang tidak mendukung.

C. Evaluasi
1. Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti
tahap pencucian, pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara
keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan linen di rumah sakit.
2. Tujuan Dari Evaluasi
 Meningkatkan kinerja pengelolaan linen yang baik.
 Sebagai acuan atau masukan dalam perencanaan pengadaan linen,
bahan kimia pembersihan sarana dan prasarana ruang cuci
 Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin.
 Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
sumber daya manusia.
3. Materi yang dievaluasi antara lain:
 Kuantitas linen
 Kualitas linen
 Bahan kimia
 Baku mutu air bersih
 Baku mutu limbah cair
4. Hasil evaluasi diberikan kpada penanggung jawab dan pengelola linen di
rumah sakit dan umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan laporan
dan pertimbangan dalam pembuatan perencanaan sesuai tujuan evaluasi.
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan laundry Rumah Sakit merupakan bagian integral pelayanan


kesehatan lainnya di Rumah Sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu
upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat
inap di Rumah Sakit.
Besar harapan kami dengan adanya pedoman di unit Laundry dapat
memberikan pelayanan sesuai yang diharapkan dan membantu pelayanan dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai