Anda di halaman 1dari 44

PEDOMAN

PELAYANAN LAUNDRY

RUMAH SAKIT UMUM JATI HUSADA


KARANGANYAR
2022

i
1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga Buku PEDOMAN PELAYANAN LAUNDRY ini berhasil disusun.
Buku ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi terhadap pasien di Rumah Sakit Umum Jati Husada.
Buku panduan ini disusun atas kerjasama dan masukan berbagai pihak, oleh sebab itu
pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang ikut berkontribusi atas tersusunnya buku Panduan ini.

Karanganyar, Juni 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Dasar Pelayanan Linen Di Rumah Sakit.......................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
D. Ruang Lingkup Pelayanan……………………………………………….......2
E. Batasan Operasional……………………………………………………….2
BAB II STANDART KETENAGAAN...................................................................3
BAB III STANDAR FASILITAS…………………………………………………4
BAB IV PELAYANAN LINEN……………………………………………………9
BAB V LOGISTIK…………………………………………………………………21
BAB VI KESELAMATAN PASIEN………………………………………………22
BAB VII KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)………………….23
BAB VIII MONITORING DAN PENGENDALIAN MUTU……………………..35
BAB IX PENUTUP………………………………………………………………...36

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah melalui
pelayanan penunjang medis, salah satunya dalam upaya pengelolaan laundry di rumah sakit.
Linen di rumah sakit dibutuhkan disetiap ruangan .kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini
sangat bervariasi baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang,
membutuhkan banyak keterlibatan tenaga kesehatan dengan bermacam- macam
klasifikasi.Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai diperlukan
perhatian khusus seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan
bahan kimia.
B. Dasar Pelayanan Linen Di Rumah Sakit
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkingan hidup
3. Uu No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
4. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
berbahaya dan beracun.
5. PP No. 20 tahun 1990 tentang pencemaran air.
6. PP No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL.
7. Permenkes RI No. 472/ Menkes/ peraturan/V / 1996 tentang penggunaan bahan
berbahaya bagi kesehatan.
8. Permenkes No. 416/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyediaan air bersih dan air minum.
9. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyehatan lingkungan rumah sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman
organisasi rumah sakit
11. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan
rumah sakit.
12. Pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia tahun 1992 tentang pengelolaan linen.
13. Buku pedoman infeksi nosokomial tahun 2001. Standart pelayanan rumah sakit tahun
1999.
C. Tujuan
1. Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan linen di rumah sakit.

1
2. Khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di rumah sakit.
b. Sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang bersih, kering, rapi, utuh dan
siap pakai.
c. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.
d. Untuk menjamin tenaga kesehatan, pengunjung dan lingkungan dari bahaya potensial.
e. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan laundry di Rumah sakit Jati husada Karanganyar
yaitu pencucian dan pendistribusian linen untuk pasien rawat inap dan kamar operasi
E. Batasan Operasional
1. Pelayanan laundry adalah rangkaian kegiatan yang di lakukan diinstitusi kesehatan
(rumah sakit/klinik) dan institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat
inap.
2. Masyarakat Rumah sakit adalah sekompok orang yang berada dalam lingkungan rumah
sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau karyawan,dan
pasien rawat inap.
3. Penangganan linen adalah pengambilan linen kotor dari bangsal – bangsal dan ok,
penimbangan, pencatatan.
4. Distribusi Linen adalah kegiatan penyaluran linen dari bangsal – bangsal, ok, dan yang
membutuhkan.

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Pengertian
Ketenagaan atau sumber daya manusia (SDM) adalah jumlah orang yang bekerja sama
dalam suatu organisasi. SDM merupakan aset yang diperlukan selain material dan dana
dalam suatu organisasi. Ketenagaan Unit laundry di Rumah Sakit Umum Jati Husada
Karanganyar terdiri dari Penanggung jawab ruangan dan pelaksana .
2. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan Ketenagaan di unit laundry
b. Mengoptimalkan pendayagunaan SDM yang efektif dan efisien
3. Ruang Lingkup Ketenagaan
Tenaga untuk penyelenggaraan pelayanan laundry
4. Struktur Organisasi Unit Laundry
Struktur Organisasi terlampir
B. Distribusi Ketenagaan
1. Jenis Ketenagaan
Jenis Ketenagaan di Unit laundry terdiri dari :
a. Kepala Unit Laundry
b. Pelaksana linen.
1) Jenis Pekerjaan
a) Pengambilan linen kotor dari bangsal – bangsal ,ok dan unit terkait.
b) Pencatatan dan penimbangan linen kotor.
c) Pencatatn linen kotor dan linen bersih
d) Pendistribusian linen bersih dari bangsal – bangsal dan unit terkait.
2) Spesifikasi Pekerjaan Tenaga Unit Laundry
Spesifikasi pekerjaan adalah sebuah daftar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
seorang calon pegawai yang bertanggung jawab untuk pekerjaan tertentu.
C. Pengaturan Jaga
Pola pembagian jadwal dinas unit laundry terbagi dalam sistem shift yang terdiri dari
dinas pagi dan dinas siang. Untuk shift pagi jumlah pelaksana pencucian 1orang dan 1
orang pelaksana penyetrikaan. Untuk shift siang 1 orang pelaksana pencucian dan
penyetrikaan.

3
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Denah Ruang

1 5 4 1

8 6
3
7

Keterangan:
1 Pintu
2 Ruang penyetrikaan dan ruang administrasi
3 Ruang stok linen
4 Jendela penerimaan linen bersih
5 Ruang penerimaan linen bersih
6 Ruang cuci non infeksius
7 Ruang cuci infeksius
8 Ruang jemur
B. Sarana Fisik
Sarana fisik untuk instalasi laundry mempunyai persyaratan tersendiri.Terutama untuk
pemasangan peralatan pencucian yang baru.Sebelum pemasangan data lengkap sangat
diperlukan untuk memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya.Tata letak
dan hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan yang baik, untuk memudahkan
penginstalasian termasuk instalasi listrik, air, uap, dan lainnya. Saran fisik instalasi laundry
terdiri dari beberap ruang antara lain:
1. Ruang penerimaan linen kotor
 Ruangan ini memuat: Meja penerima, yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak
terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantong warna kuning untuk
yang terinfeksi dan kantong warna hitam untuk yang tidak terinfeksi.
 Timbangan
 Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan desinfeksi sesuai
standart.

4
2. Ruang pemisahan atau pemilahan linen
Ruang ini memuat meja panjan untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi.Ruang
pencucian dan pengeringan.
3. Ruang ini memuat
 Mesin cuci
 Mesin pengering
4. Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini memuat:
 Penyetrikaan linen menggunakan flatwork ironers atau pressing ironer
 Alat setrika biasa atau manual.
5. Ruang penyimpanan linen
Ruang ini memuat:
 Lemari dan rak untuk menyimpan linen.
 Meja administrasi.
6. Ruang distribusi linen.
 Ruang ini memuat
Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.
C. Prasarana
1. Prasarana listrik
Sebagian besar peraltan laundry menggunakan daya listrik. Adapun tenaga listrik yang
digunakan di instalasi laundry terbagi dua bagian antara lain:
 Instalasi penerangan
 Instalasi tenaga
 Prasarana air
2. Prasarana air 
Prasarana air untuk instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan air di
rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk
proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standart air. Standart air yang
digunaka untuk mencuci mempunyai standart air bersih berdasarkan Permenkes No. 416
tahun 1992 dan standart khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya:
a. Hardness – garam ( calcium, carbonate, dan chloride 0)
Standart baku mutu: 0 – 90 ppm.
 Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci
sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana mestinya.

5
 Efek pada linen dan mesin
 Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan dan linen warna
akan cepat pudar
 Mesin cuci akan berkerak ( scale forming), sehingga dapat menyumbat saluran-
saluran air dan mesin.
b. Iron – Fe ( besi )
Standart baku mutu: 0 – 0,1 ppm.
 Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan proses
pencucian
 Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan ( yellowing ) dan linen warna akan
cepat pudar
 Mesin cuci akan berkarat
 Bersifat alkali
3. Prasarana uap
Prasarana uap pada instalasi laundry dipergunakan pada proses pencucian, pengeringan
dan setrika.
a. Peralatan Dan Bahan Pencuci
Peralatan pada instalasi laundry menggunakan bahan pencuci kimiawi dengan
komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang dicuci atau linen, mesin
cuci, kulit petugas yang melaksanakannya dan limbah buangannya tidak merusak
lingkungan.
 Peralatan yang ada di instalasi laundry antara lain: Mesin cuci / washing machine.
 Mesin peras / washing extractor.
 Mesin pengering / drying tumbler.
 Mesin penyetrika / flatwork ironer.
 Mesin penyetrika pres / presser ironer.
b. Produk Dan Bahan Kimia
Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat hasil lebih baik, begitu
juga apabila kekurangan. Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari:
 Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergent dan emulsifier serta
membuka pori dari linen.
 Detergent

6
Sabun pencuci.Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara
global.
 Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak dan lemak.
 Bleach atau pemutih
Mengangkat kotoran atau noda, mencemerlangkan linen, dan bertindak sebagai
desinfektan, baik pada linen yang berwarna ( ozone ) dan yang putih ( chlorine ).
 Sour atau penetral
 Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga PH nya menjadi 7 atau netral.
 Softener
Berfungsi melembutkan linen. Dipergunakan pada proses akhir pencucian.
 Starch atau kanji
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi kaku. Juga
sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak sampai ke serat.
4. Pemeliharaan Peralatan
Alat cuci pada instalasi laundry dijalankan oleh para operator alat, dengan demikian para
operator alat harus memelihara peralatannya.Berbagai kelainan pada saat pengoperasian,
misalnya kelainan bunyi pada alat dapat segera dikenali oleh para operator. Pemeliharaan
peralatan pencucian terdiri dari:
a) Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan setiap hari dengan
menggunakan lap basah dicampur dengan bahan kimia multi purpose cleaner dan
dikeringkan dengan lap kering. Untuk bagian tombol atau control digunakan lap
kering dan jangan terlalu ditekan,dikarenakan pada bagian ini biasanya tertilis
prosedur dengan semacam stiker yang mudah dihapus. Setelah pemakaian kosongkan
air untuk mengurangi kandungan air dalam mesin cuci sekecil mungkin. Jika terbentuk
noda putih didalam mesin cuci, cucilah bagian dalam drum dengan air bersih.
b) Pemeriksaan bagian yang bergerak, dilakukan setiap satu bulan sekali yaitu pada
bearing, engsel pintu alat atau roda yang berputar. Berilah minyak pelumas atau fat.
Penggantian gemuk atau fat secara total disarankan dua tahun sekali. Jenis dan produk
minyak pelumas mesin yang digunakan dapat diketahui dari buku operating manual
dari setiap mesin.
c) Pemeriksaan V- belt dilakukan setiap satu bulan sekali. Yakni secara visual dengan
melihat keretakan lempeng V- belt dan ketegangannya ( kelenturan).

7
Toleransi pengukuran 0,2 – 0,5 mm. jika melebihi atau sudah tidak memennuhi syarat
V –belt tersebut harus segera diganti.
d) Pemeriksaan pipa uap panas (steam) dilakukan setiap akan dimulai menjalankan mesin
cuci. Setiap saluran diperiksa terlebih dahulu terutama pipa yang terbungkus
Styrofoam (isolasi) dengan cara dilihat apakah masih terbungkus dengan baik dan
tidak ada semburan air atau uap. Pada prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan
peralatan pencucian harus dalam keadaan utuh dan tidak bocor. Jika terjadi kebocoran
harus segera dilaporkan pada tehnisi rumah sakit untuk perbaikan.

8
BAB IV
PELAYANAN LINEN

A. Definisi
1. Antiseptic
Adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membrane mukosa
untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Dekontaminasi
Adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau
substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
3. Desinfeksi
Adalah proses inaktivasi mikroorganismemelalui system.
4. Infeksi
Adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen pathogen atau
infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan dan menyebabkan penyakit.
5. Infeksi nosokomial
Adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat masuk rumah sakit tidak
ada tanda/ gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
6. Steril
Adalah kondisi bebas dari semua mikroorganismetermasuk spora.
7. Linen
Adalah bahan atau alat yang terbuat dari kain atau tenun.
8. Kewaspadaan universal
Adalah suatu prinsip dimana darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta, kulit yang tidak
utuh, dan selaput lendir pasien dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan
infeksi HIV maupun infeksi lainnya. Prinsip ini berlaku bagi semua pasien, tanpa
membedakan resiko, diagnose ataupun status.
9. Linen kotor terinfeksi
Adalah linen yang terkontaminasi dengan cairan, darah dan feses terutama yang
berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella ( sekresi dan ekskresi),
HBV dan HIV ( jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik (SARS)
dimasukkan kedalam kantong dengan segel yang dapat terlarut di air dan kembali
ditutup dengan kantong luar berwarna kuning bertuliskan terinfeksi.

9
10. Linen kotor tidak terinfeksi
Adalah linen yang tidak teerkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang
berasal dari pasien lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang
diklasifikasikan dari seluruh pasien berasl dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
11. Bahan berbahaya
Adalah zat, bahan kimia dan biologi baik dalam bentuk tunggal maupun campuran
yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau
tidak langsung yang mempunyai sifat beracun, karsiogenik, teratogenik, mutagenic,
korosif dan iritasi.
12. Limbah bahan berbahaya
Adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
13. Keselamatan kerja
Adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja, dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
14. Kecelakaan kerja
Adalah kejadian tidak terduga dan tak diharapkan, dapat menyebabkan kerugian
material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai dengan berat.
15. Bahaya (hazard)
Adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan dampak merugikan atau
menimbulkan kerusakan.
B. Manajemen Linen di Rumah Sakit
1. Jenis Linen
Ada bermacam- macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen
yangdimaksud antara lain:
1) Speri atau laken
2) Steek laken.
3) Perlak.
4) Sarung bantal.
5) Sarung guling.
6) Selimut.

10
7) Alas kasur
8) Bed cover.
9) Tirai atau korden.
10) Kain penyekat.
11) Kelambu.
12) Taplak
13) Schort
14) Celemek, topi dan lap
15) Baju pasien
16) Baju operasi
17) Kain penutup untuk tabung gas, troli.
18) Macam- macam doek.
19) Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi.
20) Steek laken bayi.
21) Kelambu bayi.
22) Laken bayi.
23) Selimut bayi.
24) Masker.
25) Washalp.
26) Handuk.
27) Linen untuk operasi.
2. Bahan Linen
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari:
a) Katun 100%.
b) Wool.
c) Kombinasi seperti 65% aconilic dan 35% wool.
d) Silk
e) Blacu.
f) Flannel.
g) Tetra.
h) CVC 50% – 50%.
i) Polyester 100%.
j) Twill atau drill.

11
Pemilihan bahan linen sebaiknya disesuaikan dengan fungsi dan cara perawatan serta
penampilan yang diharapkan.
3. Peran Dan Fungsi
Peran pengelolaan linen di rumah sakit cukup penting. Diawali dengan
perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur
aktifitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan,
proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen
rusak, pelipatan, merapikan mengepak atau mengemas, menyimpan dan
mendistribusikan ke unit yang membutuhkan sedangkan linen yang rusak dikirim ke
kamar jahit.
Untuk melakukan aktifitas tersebut dengan lancer dan baik, maka diperlukan alur
yang terencana dengan baik.Peran sentral lainnya adalah perencanaan, pengadaan,
pengelolaan, pemusnahan, control, dan pemeliharaan fasilitas sehingga linen dapat
tersedia di unit yang membutuhkan
4. Prinsip Pengelolaan Linen Di Rumah Sakit
Kemungkinan menimbulkan infeksi :
a) Rendah : – Desinfeksi tingkat rendah
b) Tinggi : – Desinfeksi tingkat tinggi & Sterilisasi
5. Pengelolaan Linen
Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari:
a) Perencanaan
b) Penerimaan linen kotor
c) Penimbangan
d) Pensortiran atau pemilahan.
e) Proses pencucian
f) Pemerasan
g) Pengeringan
h) Sortir noda
i) Penyetrikaan
j) Sortir linen rusak
k) Pelipatan. Merapikan, pengepakan atau pengemasan
l) Penyimpanan
m) Distribusi
n) Perawatan kualitas linen

12
o) Pencatatan dan pelaporan
Skema pengelolaan linen di rumah sakit:

Perencanaan

Proses pengadaan

Pengadaan

Penerimaan Pemberian
identitas

Ditribusi ke unit yang


membutuhkan

Pemanfaatan linen oleh


unit terkait

Hilang Rusak Perbaikan Musnahkan

Pencatatan

C. Tatalaksana Pelayanan
1. Perencanaan Linen
a) Sentralisasi Linen
Merupakan suatu keharusan yang dimuali dari proses perencanaan, pemantauan dan
evaluasi dimana merupakan siklus yang berputar. Sifat linen adalah barang habis
pakai.Supaya terpenuhi dengan baik maka diperlukan system pengadaan satu pintu
yang sudah terprogam dengan baik.

13
b) Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada di rumah
sakit yang meliputi linen diruang perawatan maupun ruang operasi dan unit lain yang
ada. Standarisasi linen yang dipakai adalah:
 Standart produk.
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya setiap rumah sakit
mempunyai standart produk yang sama agar bias diproduksi secara missal. Produk
dengan kualitas tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya
dan mempunyai waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga secara ekonomi
lebih optimal dibandingkan dengan produk yang lebih murah.
 Standart desain.Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsi
daripada estetikanya, maka dibuatlah desain yang sederhana, ergonomis dan
inisex.
 Standart material.Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara
perawatan dan penampilan yang diharapkan. Beberapa kain yang dipakai di
rumah sakit antara lain cotton 100%, CVC 50-50%, TC 65%-35%, polyster 100%
dengan anyaman plat atau twill atau drill. Dengan adanya berbagai pilihan
tersebut memungkinkan untuk mendapatkan hasil terbaik untuk setiap produk.
Warna pada kain juga memberikan nuansa tersediri, sehingga secara psikologis
mempunyai pengaruh terhadap lingkungannya. Oleh karena itu pemilihan warna
sangat penting. Alternative dari kain warna yang polos adalah kain dengan corak
motif, trend ini memberikan nuansa yang lebih santai dan modern.
 Standart ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya sisi penggunaan, tetapi juga
dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang timbul.Makin luas dan berat
linen, makin mahal biaya pengadaan dan pengoperasiannya.
 Standart jumlah.
Idealnya jumlah stok linen 5 par ( kapasitas ) dengan posisi 3 par berputar di
ruangan: I stok terpakai, 1 stok dicuci, 1 stok cadangan dan 2 par; mengendap di
logistic: 1 par sudah terjahit dan 1 par masih berupa lembaran kain.
 Standart penggunaan
Standart yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal. Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan standart kelayakakan sebuah

14
linen, apakah dengan umur linen., kondisi fisik atau dengan frekuensi cuci.
Sebaiknya linen itu sendiri diberi identitas ataupun informasi.
Informasi yang ditampilkan biasanya :
a) Logo rumah sakit dan nama rumah sakit
b) Tanggal beredar atau mulai dipergunakan
c) Item ukuran.
d) No. ID
e) Dan nama ruangan pemakai.
2. Mesin Cuci
Persyaratan mesin cuci:
a) Mesin cuci dengan kapsitas besar (diatas 100 kg) yang disarankan memiliki 2
kompartemen (pintu) yang membedakan antara memasukkan linen kotor dengan
hasil pencucian linen bersih. Antara 2 kompartemen dibatasi oleh partisi yang kedap
air. Maksud dari pemisahan tersebut adalah menghindari kontaminasi dari linen kotor
dan linen bersih baik dari lantai ataupun dari udara.
b) Mesin cuci ukuran sedang dan kecil (25- 100kg) tanpa penyekat seperti pada mesin
besar dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan bersih dengan
jelas.
c) Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian (pemanasan- desinfeksi) langsung
dialirkan ke dalam system pembuangan yang terpendam dalam tanah menuju IPAL.
d) Peralatan pendukung yang mutlak digunakan untuk menbantu proses pemanasan –
desinfeksi:
Pencatat sushu pada mesin
 Thermostat untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin
 Glass atau kaca untuk melihat level air.
 Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah air yamg
dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia terutama pada saat desinfeksi.
3. Penatalaksanaan Linen
Penatalaksanaan linen dibedakanmenurut lokasi dan kemungkinan transmisi
organism berpindah.
 Ruangan
 Perjalanan transportasi linen kotor.
 Proses pencucian di laundry.
 Penyimpanan linen bersih.

15
 Distribusi linen bersih.
 Linen kotor yang dapat dicuci di laundry dapat dikategorikan menjadi:
a) Linen kotor infeksius.
Adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, dan feses
terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella, HBV
dan HIV dan infeksi lainnya yang spesifik ( SARS ) dimasukkan ke dalam
kantong dengan segel yang dapat terlarut dalam air dan kembali ditutup dengan
kantong luar berwarna kuning bertuliskan infeksius.
b) Linen kotor tidak infeksius.
Adalah linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan, dan feses yang berasal
dari pasien lainnya secara rutin dari seluruh pasien dari ruangan biasa ataupun
ruang isolasi yang terinfeksi
c) Untuk lebih terperinci penanganan linen dibedakan dengan lokasi sebagai berikut:
Pengelolaan linen di ruangan. Seperti disebutkan di atas yang dimaksud
dengan linen yang infeksius dan non infeksius yang secara spesifik diperlakukan
secara khusus dengan kantong linen yang berbeda. Penanganan linen dimulai dari
proses penggantian linen. Proses penggantian linen dilakukan oleh perawat
dengan melepaskan linen yang kotor terlebih dahulu.
Prosedur untuk linen kotor infeksius:
 Biasakan untuk mencuci tangan pekerjaan. sebelum dan sesudah melakukan
 Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
 Persiapkan alat dan bahan
 Lipat bagian yang terinfeksi ke bagian dalam dan masukkan linen ke dalam
troli tertutup dan segera bawa ke spoel hock.
 Noda darah atau feses dibuang ke spoel hock, basahi linen dengan air lalu
masukkan kedalam kantong berwarna kuning
 Tutup rapat kantong dan segera masukkan ke troli linen kotor dekat ruang
spoel jock dan siap dibawa ke laundry.
d) Prosedur untuk linen kotor tidak infeksius :
 Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
 Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker ).
 Persiapkan alat dan bahan.
 Masukkan linen kotor ke dalam troli kotor yang berada dekat ruang spoel hock
dan siap dibawa ke laundry.

16
e) Transportasi
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan organism,
jika linen kotor tidak tertutup dan troli tidak dibersihkan.Persyaratan alat
transportasi linen:
 Dipisahkan antara troli linen kotor dan linen bersih, jika tidak maka wadah
penampung yang harus terpisah.
 Bahan troli terbuat dari stainless stell dan tidak mudah berkarat
 Wadah mampu menampung beban linen.
 Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci demikian
juga dengan troli harus dicuci.
 Muatan atau loading linen kotor dan bersih tidak boleh berlebihan
 Wadah harus tertutup.
4. Laundry
Tahapan kerja di laundry:
a) Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
b) Pemilahan dan penimbangan linen kotor
c) Pencucian.
d) Pemerasan.
e) Pengeringan.
f) Penyetrikaan.
g) Pelipatan.
h) Penyimpanan.
i) Pendistribusian.
j) Penggantian linen yang rusak.
Pada saat penerimaan sampai dengan penyetrikaan merupakan proses yang krusial
dimana kemungkinan organism masih hidup, maka petugas diwajibkan memakai APD.
Alat pelindung diri petugas laundry terdiri dari :
 Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat
 Apron
 Sarung tangan
 Sepatu boot digunakan untuk area basah.
 Masker digunakan pada proses pemilihan dan sortir
 Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan biasakan untuk mencuci tangan sebagai
pertahanan diri.

17
Penjelasan lebih lanjut tahapan kerja di laundry, antara lain :
 Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan.
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan.Tidak
dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran organism.
 Pemilahan dan penimbangan linen kotor. Lakukan pemilahan berdasarkan linen
infeksius dan non infeksius.Upayakan tidak melakukan pensortiran.Penggunaan
kantong dari ruangan adalah salah satu upaya menghindari sortir.Penimbangan
sesuai dengan kapasitas mesin cuci yang digunakan.
 Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak
cepat rapuh), namun memenuhi persyratan sehat bebas dari mikroorganisme
pathogen.
Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan pemanasan sampai dengan
desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin tumbuh dimesin cuci.
Untuk dapat mencapai tujuan pencucian harus mengikuti persyaratantehnis
pencucian:
a) Waktu
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperature dan
bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, dan sehat.Jika waktu
tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan maka kerja bahan kimia tidak
berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan jenis petst seperti kutu dan
tungau dapat mati.
b) Suhu
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi mulai 30 derajat celcius sampai
dengan 90 derajat celcius tergantung dari bahan dan jenis linen.
 proses pra cuci dengan atau tanpa bahan kimia dengan suhu normal.
 Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergent untuk linen putih 45-50
derajat celcius, untuk linen warna 60-80 derajat celcius.
 Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi celcius 65 atau 70 deraja
 Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal
 Proses penetralan dengan suhu normal
 Proses pelembut atau pengkanjian dengan suhu normal.

18
c) Bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali, emulsifier, detergent, bleach
(clorine dan oksigen bleach), sour, softerner, dan starch.Masing- masing
mempunyai fungsi tersendiri.
d) Mechanical action
Adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Factor yang mempengaruhi:
 Loading atau muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin harus
dikosongkan 25% dari kapasitas mesin
 Level air yang tidak tepat.
 Motor penggerak yang tidak stabil yang disebabkan oleh poros tidak
simetris lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja.
 Takaran detergent yang berlebihan dapat mengakibatkan melicinkan linen
dan busa yang berlebihan akan mengakibatkan sedikit gesekan.
 Menggunakan bahan kimia yang sesuai atau tidak berlebihan.
 Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian
selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga memiliki fungsi
pemerasan.
 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang mempunyai suhu
mencapai 70 derajat celcius selama 10 menit. Pada proses ini, jika mikroorganisme
yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati.
 Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika otomatis dengan suhu 120
derajat celcius, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan terhadap
suhu antara 70-80 derajat celcius.
 Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan pada saat
penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien diatas tempat tidur.
Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara linen yang masih
baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
 Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi
ulang baik dari bahay seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk mengontrol

19
posisi linen tetap stabil.Sebaiknya penyimpanan linen 1,5 par di ruang
penyimpanan dan 1,5 par disimpan diruangan. Ada baiknya lemari
penyimpanan dipisahkan menurut masing-masing ruangan dan diberi obat anti
ngengat yaitu kapur barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus
dengan plastic transparan sebelum didistribusikan.
 Pendistribusian
Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan sebelumnya harus
dikeluarkan atau dipakai terlebih dahulu.
 Penggantian linen yang rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan:
a) Umur linen yang sudah standart
b) Human error termasuk hilang
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaikidan adapula yang memas harus
diganti.penggantian dapat segera dilakukan petugas laundry dengan mengirimkan
formulir permintaan linen ke pihak logistic.

20
BAB V
LOGISTIK

Dalam memproses laundry, dibutuhkan prosedur pencucian yang standart. Prosedur


tersebut selalu dikaitkan dengan proses Collecting – Sorting and Marking – Washing – Presing –
Folding – Storing. Dalam memproses item laundry, seorang tenaga operator diharapkan
memahami jenis bahan kain, jenis warna kain serta noda. Sedangkan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dibutuhkan unsur – unsur yang saling mendukung dan tidak dapat berdiri sendiri.
Jika salah satu unsur tersebut tidak dapat terpenuhi, akan mengakibatkan hasil akhir yang
diperoleh tidak sesuai yang diharapkan. Unsur tersebut terdiri dari :
a. Kualitas pencucian dari mesin
b. Reaksi kimiadari pembersih
c. Temperatur
d. Waktu pencucian
Peran laundry di Rumah Sakit sangat penting karena merupakan salah satu fasilitas
pelayanan yang hasilnya berhubungan dengan kenyamanan dan kepuasan pasien.
Seorang tenaga operator diharapkan mampu :
1. Menyortir laundry sesuai dengan jenis pelayanan, jenis pencucian, serta jenis kotoran.
2. Menggunakan pembersih kimia untuk proses pencucian.
3. Menerapkan prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam bekerja.

21
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, parasit dan jamur. Untuk mencegah infeksi yang
terjadi di dalam keselamatan pasien, maka perlu adanya :

1) Ketepatan pengolahan linen dengan cara pemilahan linen infeksi dan non-infeksi.
2) Pemakaian APD yang tepat.
3) Alur pengambilan linen kotor dan bersih yang terpisah.
4) Mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan linen Rumah Sakit.
5) Ketepatan distribusi linen.
6) Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan alat yang
digunakan.

22
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ( K3)

I. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Potensi bahaya pada instalasi laundry
1. Bahaya mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, riketsia, parasit dan jamur.Petugas
laundry yang menangani linen kotor senantiasa kontak dengan bahan dan menghirup
udara yang tercemar kuman pathogen. Menurut penelitian menunjukkan bahwa jumlah
total bakteri meningkat 50 kali selama periode waktu sebelum cucian mulai diproses.
Contoh mikroorganisme
Mycobacterium tuberculosis
Adalah mikroorganisme penyabab tuberculosis dan palind sering menyerang paru-
paru.  Penularannya melalui percikan atau dahak penderita. Pencegahannya:
 Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap penyakit
TBC dan penularannya
 Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan laundry
 Menggunakan alat pelindung diri sesuai SPO.
 Melakukan tindakan dekontamoinasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap bahan dan
alat yang digunakan
 Secara tehnis setiap petugas harus melaksanaka tugas pekerjaannya sesuai SPO.
2. Virus hepatitis B
Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya, lebih
penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai pengidap (carrier)
kronik, yang dapat merupakan sumber penularan bagi lingkungan.Penularan dapat
melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
Pencegahan:
 Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit terhadap penyakit
hepatitis B dan penularannya
 Memberikan vaksinasi kepada petugas
 Menggunakan APD sesuai SPO

23
 Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi, dan sterilisasi terhadap bahan dan
peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan infeksi
 Secara tehnis setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai SPO
3. Virus HIV (human immunodeficiency virus)
Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS ( acquired immunodeficiency syndrome).
Virus HIV menyerang target sel dalam jangka waktu lama. Jarak waktu masuknya
virus kedalam tubuh sampai timbulnya AIDS tergantung pada daya tahan tubuh
seseorang dan gaya hidup sehatnya. HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina,
cairan sperma, air susu ibu, sekreta dan ekskreta tubuh. Penularannya melalui darah,
jaringan, sekreta, ekskreta tubuh yang mengandung virus dan kontak langsung dengan
kulit yang terluka.
Pencegahan :
 Linen yang terkontaminasi berat ditempatkan dikantong plastic keras berisi
desinfektan, berlapis ganda, tahan tusukan, kedap air dan berwarna khusus serta
diberi label bahan menular / AIDS selanjutnya dibakar
 Menggunakan APD sesuai SPO
4. Bahaya bahan kimia
a. Debu
Pada instalasi laundry debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri. Debu linen
yang yang sesuai adalah 0,2 milligram/m3. Efek pada kesehatan : Mekanisme
penimbunan debu dalam paru-paru dapat terjadi dengan menarik napas sehingga
udara yang mengandung debu masuk kedalam paru-paru.Pada pemajanan yang
lama dapat terjadi pneumoconiosis, dimana partikel debu dijumpai di paru-paru
dengan gejala sukar bernapas.Pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat kain /
linen /kapas disebut bissinosis. Gejalanya hampir sama dengan asma yang disebut
Monday chest tightness atau Monday fever, karena gejala terjadi pada hari
pertama kerja setelah libur yaitu senin, sering gejala hilang pada hari kedua dan
bila permaparan berlanjut maka gejala akan semakin berat.
Pengendalian :
 Pencegahan terhadap sumber
 Diusahakan agar debu tidak keluar dari dumbernya dengan mengisolasi
sumber debu
 Memakai APD sesuai SPO
 Ventilasi yang baik

24
 Dengan alat exhauster
b. Bahaya bahan kimia
Sebagian besar dari bahaya di instalasi laundry diakibatkan oleh zat kimia seperti
detergen, desinfektan, zat pemutih dll.Tingkat resiko yang diakibatkan tergantung
dari besar, luas dan lama pemajanan.Oleh karena itu sikap berhati-hati terhadap
semua bahan kimia yang dipakai dan potensial masuk ke dalam tubuh sangat
diperlukan.Informasi dari bahan kimia dapat dibaca pada label kemasan dari
produsennya yang lazim disebut MSDS.
Penanganan zat kimia di instalasi laundry:
1) Alkali
Fungsi :bubuk penambah sifat alkali.
Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin
beracun dan iritasi tapi tidak mudah terbakar. Bahaya:
 Iritasi mata dan kulit
 Bila terhirup akan mengakibatkan edema paru
 Bila tertelan menyebabkan kerusakan hebat pada selaput lendir
Pertolongan pertama :
 Mata: cuci secepatnya dengan air sebanyak- banyaknya.
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
 Terhirup: jauhkan dari jangkauan.
 Tertelan : cuci mulut, minum air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Control teknis, gunakan ventilasi yang cukup.
 Pemakaian APD.
 Penyimpanan dan pengankatan: simpan ditempat aslinya, wadah tertutup,
dibawah kondisi kering, ventilasi baik, jauhkan dari asam dan suhu yang
ekstrim.
2) Detergen
Fungsi : detergen atau sabun cuci
Sifat: Bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang mungkin
beracun dan iritasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya :
 Iritasi mata dan kulit.
 Bila terhirup menyebabkan edema paru

25
 Bila tertelan menyebabkan kerusakan selaput lendir.
Pertolongan pertama
 Mata: cuci secepatnya dengan air yang banyak.
 Kulit: cuci dengan air dang anti pakaian yang terkontaminasi.
 Terhirup: pindahkan dan jauhkan.
 Tertelan: bersihkan bahan kimia dari mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan; simpan ditempat aslinya,wadah tertutup
dibawah kondisi kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan suhu
yang ekstrim.
3) Emulsifier
Fungsi: cairan pengemulsi lemak atau minyak dan prespotter.
Sifat: rusak oleh sinar matahari, stabil dan tidak mudah terbakar.
Bahaya :
 Iritasi mata dan kulit.
 Bila terhirup menyebabkan iritasi.
 Bila tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
 Mata: aliri dengan air selama 15 menit.
 Kulit : cuci dengan air
 Terhirup: pindahkan dan jauhkan dari sumber
 Tertelan: cuci mulut, minum air atau susu 1-2 gelas dan jangan berusaha
untuk muntah.
Tindakan pencegahan.
 Pemakaian APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk dan kering,
jauhkan dari sinar matahari langsung dan sumber panas.
4) Bleach (oksigen bleach dan chlorine bleach)
Oksigen bleach.
Fungsi: bubuk pemutih beroksigen.
Sifat: bereaksi dengan bahan pereduksi, tidak mudah terbakar, beracun untuk
ikan (dilarutkan dulu sebelum dibuang ke selikan atau sumber air).

26
Bahaya:
 Iritasi berat pada mata
 Rasa terbakar pada kulit
 Bila terhirup menyebabkan iritasi dan oedema paru
 Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar.
Pertolongan pertama:
 Mata: cuci secepatnya dengan air.
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
 Terhirup: pindahkan dari sumber
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan sumber panas.
5) Chlorine bleach
Fungsi: pemutih berklorine.
Sifat: bereaksi dengan asam akan mengeluarkan gas klorine dengan cepat,
tidak mudah terbakar. Bahaya:
 Iritasi berat pada mata dan rasa terbakar pada kulit.
 Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran pernapasan, asma edema paru
dan kanker paru
 Bila tertelan menyebabkan rasa terbakar
Pertolongan pertama:
 Mata: cuci dengan air secepatnya.
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup: pindahkan dari sumber.
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpam ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan hindari sumber panas.
6) Sour atau penetral
Fungsi: bubuk pengasam atau penetralisir laundry.

27
Sifat: bereaksi dengan asam akam mengeluarkan sulfur dioksida keluar, dan
tidak mudah terbakar.
Bahaya :
 Iritasi berat pada mata dan kulit
 Bila terhirup dan tertelan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama :
 Mata: cuci secepatnya dengan air.
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
 Terhirup: jauhkan dari sumber.
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dan kering,
jauhkan dari asam dan hindari sumber panas.
7) Softener
Fungsi: cairan pelunak dan pelembut kain. Sifat: stabil, tidak mengandung
bahan berbahaya, tidak mudah terbakar. Bahaya :
 Iritasi berat pada mata dan kulit.
 Bila terhirup menyebabkan iritasi.
 Bila tertelan menyebabkan iritasi
Pertolongan pertama :
 Mata: cuci secepatnya dengan air
 Kulit: cuci secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi.
 Terhirup: jauhkan dari sumber.
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan ditempat sejuk dan kring, hindari
suhu yang ekstrim.
8) Starch.
Fungsi: Bahan pengkanji
Sifat: stabil, tidak mengandung bahan berbahaya , tidak mudah terbakar.
Bahaya:

28
 Iritasi pada mata, kemungkinan iritasi pada kulit.
 Bila terhirup menyebabkan iritasi.
 Bila tertelan kemungkinan menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama:
 Mata: cuci secepatnya dengan air
 Kulit: cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang terkontaminasi
 Terhirup: pindahkan dari sumber
 Tertelan: cuci mulut, minum 1-2 gelas air atau susu.
Tindakan pencegahan:
 Memakai APD.
 Penyimpanan dan pengangkutan: simpan di tempat sejuk dan kering,
hindari suhu yang ekstrim.
9) Formaldehyde
Pemajanan dengan antiseptic dalam waktu lama dapat menyebabkan
dermatitis, ekseme, dan alergi.Formaldehyde merupakan komponen dari
banyak antiseptic dan desinfektan, zat ini menyebabkan dermatitis kontak,
gangguan saluran pernapasan dan bersifat karsiogenik.
Perlindungan :
 Dengan pemakaian APD sesuai SPO
 Segera mencuci tangan sesudah kontak.
 Meningkatkan hygiene perorangan.
 Memperkuat daya tahan tubuh dengan gisi yang baik.
c. Bahaya Fisika
1) Bising
Bising dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik
secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif
(penyempitan spectrum pendengaran), berkaitan dengan factor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu.
Di rumah sakit bising merupakan masalah yang salah satunya berasal dari
mesin cuci.Pajanan bising yang terjadi lama membuat efek kumulatif yang
bertingkat dan menyebabkan gangguan pendengaran berupa noise induce
hearing loss (NIHL).
Pengendalian:

29
 Sumber:
Desain akustik.Menggunakan mesin atau alat yang kurang bising.
Media:
 Menjauhkan sumber dari pekerja
 Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara akustik pada
dinding, langit-langit dan lantai
 Menutup sumber bising dengan barrier
Pekerja:
 Menggunakan APD ( ear plug atau ear muff).
 Ruang isolasi untuk istirahat.
 Rotasi pekerja untuk periode waktu tertentu antara lingkungan kerja yang
bising dengan yang tidak bising.
 Pengendalian secara administrative dengan menggunaka jadwal kerja.
2) Cahaya
Pencahayaan di laundry sangat penting karena berhubungan dengan
keselamatan pekerja, peningkatan pencermatan, kesehatan yang lebih baik,
suasana nyaman. Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh
kelelahan mata dan keluhan laian berupa iritasi (konjungtivitis), ketajaman
penglihatan terganggu, akomodasi dan konvergensi terganggu, sakit kepala.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan mengadakan pencahayaan
yang cukup sesuai dengan standart rumah sakit ( minimal 200 lux).
3) Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh karena
dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai.Pada umumnya yang
terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik microshock dimana listrik mengalir
ke badan petugas melalui system peralatan yang tidak baik.
Efek kesehatan:
 Luka bakar di tempat tersengat listrik.
 Kaku pada otot ditempat yang tersengat listrik.
Pengendalian:
 Pengukuran jaringan atau instalasi listrik.
 Pemasangan pengaman atau alat pengamanan sesuai ketentuan.
 Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator.
 Penempatan pekerja sesuai ketrampilan.

30
 Waktu kerja petugas digilir.
 Memakai sepatu atau sandal isolasi.
4) Panas
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman ( 26 oC-28oC ) dengan
kelembaban antara 60-70%. Pada instalasi laundry panas yang terjadi adalah
panas lembab.
Efek pada kesehatan:
 Heat syncope (pingsan karena panas).
 Heat disorder (kumpulan gejala yang berhubungan dengan kenaikan suhu
tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh) seperti:
 Heat stress atau heat exhaustion: Terasa panas dan tidak nyaman, tekanan
darah menurun menyebabkan gejala pusing dan mual.
 Heat cramps: Spasme otot yang disebabkan cairan dengan elektrolit yang
rendah, masuk kedalam otot, akibat banyak cairan tubuh yang keluar
melalui keringat sedangkan penggantinya hanya air minum biasa tanpa
elektrolit.
 Heat stroke: Disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam mengatur
pengeluaran keringat, suhu tubuh dapat mencapai 40oC.
Pengendalian :
 Isolasi peralatan yang menimbulkan panas
 Menyempurnakan ventilasi yang ditempatkan diatas sumber panas yang
bertujuan menarik udara panas keluar ruangan dapat digunakan kipas angin
ruangan.
 Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan memenuhi syarat dekat
tempat kerja dan kalau perlu disediakan extra salt.
 Hindarkan petugas yang harus bekerja di lingkungan panas apabila berbadan
gemuk dan berpenyakit kardiovaskuler. Pengaturan waktu kerja dan
istirahat.
5) Getaran
Getaran atau vibrasi adalah factor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan
getaran isolasi. Vibrasi yang terjadi dapat local atau seluruh tubuh.Mesin cuci
yang bergetar dapat memajani petugas melalui transmisi atau penjalaran, baik
getaran yang mengenai seluruh tubuh ataupun setempat yang merambat
melalui tangan atau lengan operator.

31
Efek kesehatan :
 Pada system peredaran darah dapat terjadi kesemutan,dan parese.
 Terhadap system tulang, sendi dan oto dapat terjadi gangguan osteoarticular
yaitu gangguan pada sendi jari tangan.
 Terhadap system syaraf dapat terjadi parastesi, menurunnya sensitifitas,
gangguan kemampuan membedakan dan atrofi.
Pengendalian :
 Terhadap sumber diusahakan menurunkan getaran dengan bantalan anti
vibrasi atau isolator den pemeliharaan mesin yang baik
 Terhadap pekerja tidak ada pelindung khusus hanya dianjurkan
menggunakan sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan perlindungan
gangguan vaskuler.
6) Ergonomi
Adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah apalagi dalam
sikap paksa dapat menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja,
mengurangi ketelitian, mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien.Hal
ini jika terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan fisik
dan psikologi. Gejala penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian,
jaringan otot,saraf atau pembuluh darah (low back pain).
Pengendalian:
a. Mengangkat beban berat
Tubuh kita mampu mengangkat beban seberat badan kita sendiri, kira-kira
50 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan. Bila barat beban yang
akan diangkat lebih dari setengah dari berat badan si pengangkat, maka
beban harus dibagi menjadi dua. Apabila beban tidak dapat dibagi maka
hendaknya beban diangkat secara beramai-ramai.
b. Posisi duduk
Tinggi alas duduk sebaiknya antara 38 sampai 48 cm. Kursi harus stabil dan
tidak goyang atau bergerak. Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan
bagi gerakan petugas.
c. Posisi berdiri
Berdiri lebih baik tidak lebih dari 6 jam.
d. Bahaya psikososial

32
Diantara berbagai ancaman bahaya yang timbul akibat kerja dirumah sakit,
faktor psikologis juga memerlukan perhatian antara lain:
 Stress yaitu ancaman fisik dan psikologis dari factor lingkungan terhadap
kesejahteraan individu. Stress dapat disebabkan oleh
 Tuntutan pekerjaan: Dukungan kerja yang lebih maupun yang kurang,
tekanan waktu, tanggung jawab yang berlebih ataupun kurang.
 Dukungan dan kendala: Hubungan yang tidak baik dengan atsan, teman
sekerja, adanya berita yang tidak dikehendaki atau gossip, adanya
kesulitan keuangan dll. Manifestasi klinis dari stress antara lain depresi,
ansietas, sakit kepala, kelelahan, dan kejenuhan, gangguan pencernaan,
dan gangguan fungsi organ lainnya. Pengendalian: menjaga kebugaran
jasmani dan adanya kegiatan yang menimbulkan rasa senang dalam
bekerja seperti cara kebersamaan, retret dll.
7) Keselamatan dan kecelakaan kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja
dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga oleh
karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan.
Untuk mencegah infeksi yang terjadi didalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga laundry maka perlu ada pencegahan dengan :
a) Pemeriksaan kesehatan kerja sebelum kerja dan pemeriksaan kesehatan
berkala
b) Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan hepatitis
c) Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit misalnya luka-luka,
ruam, kondisi kulit eksfoliatif tidak boleh melakukan proses pencucian.
Beberapa bahaya potensial terjadinya kecelakaan kerja dilaundry antara
lain:
 Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsure secara bersama
sama.Unsure tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan
panas.
Penanggulangan
 Adanya system penyimpanan yang baik terhadap bahan yang mudah
tebakar.

33
 Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan
secara terus menerus
 Jalur evakuasi.
 Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.
8) Terpeleset atau terjatuh
Walaupun jarang terjadi tetapi terpeleset atau jatuh dapat mengakibatkan cidera
ringan sampai berat misalnya fraktur, dislokasi, salah urat dan memar.
Penanggulangan:
 Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau memakai tali
sepatu yang longgar
 Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang
tidak licin.
 Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran seperti pasir, debu, minyak
yang memudahkan terpeleset.
 Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring harus
segara diperbaiki.

34
BAB VIII
MONITORING DAN PENGENDALIAN MUTU

A. MONITORING
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan
cakupan progam pelayanan seawall mungkin, untuk dapat menemukan dan memperbaiki
masalah yang timbul dalam pelaksanaan progam.

B. TUJUAN MONITORING
1. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari system pelayanan.
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan dilapangan,
sesuai dengan temuan dilapangan.
3. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian pelayanan
dirumah sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan
segera untuk perbaikan progam.
4. Khusus dalam pelayanan linen dirumah sakit monitoring sebaiknya dilakukan secara
teratur dan kontinyu.
Aspek- aspek yang dimonitor mencakup :
 Sarana, prasarana dan peralatan
 Standart, pedoman pelayanan linen, SPO, kebijakan rumah sakit, visi misi dll
 Pengamatan dengan penglihatan pada linen, yaitu warna yang kusam dan pudar, tidak
cerah menggambarkan usia pakia. Terdapat bayangan dari barang yang dibungkusnya
menunjukkan linen sudah menipis
 Dari perabaan bila ditarik terjadi perobekan atau lapuk.
 Kelayakan pakai dan sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman
Pengendalian mutu pelayanan linen memerlukan dua indikator yang meliputi :
1. Kejadian linen hilang diantanya :
a. Kurangnya efisiensi dan efektifitas pelayanan laundry.
b. Linen yang terbawa oleh pasien.
2. Keterlambatan distribusi linen diantaranya :
a. Terbatasnya jumlah tenaga laundry.

35
b. Cuaca yang tidak mendukung.

C. EVALUASI
1. Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti tahap pencucian,
pengeringan dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari
pengelolaan linen di rumah sakit.
2. Tujuan Dari Evaluasi
 Meningkatkan kinerja pengelolaan linen yang baik.
 Sebagai acuan atau masukan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan kimia
pembersihan sarana dan prasarana ruang cuci
 Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin.
 Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia.
3. Materi yang dievaluasi antara lain:
 Kuantitas linen
 Kualitas linen
 Bahan kimia
 Baku mutu air bersih
 Baku mutu limbah cair
4. Hasil evaluasi diberikan kpada penanggung jawab dan pengelola linen di rumah sakit dan
umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan laporan dan pertimbangan dalam
pembuatan perencanaan sesuai tujuan evaluasi.

36
37
38
MONITORING PPI DI UNIT LAUNDRY
RSU JATI HUSADA KARANGANYAR

Bulan : Juli Tahun : 2022

NO ELEMEN MONITORING Ya Tidak KETERANGAN


1. Pintu penerimaan dan pendistribusian berbeda
2. Area bersih dan kotor terpisah
3. Mesin cuci infeksius terpisah
4. Tersedia air panas
5. Petugas menggunakan APD (sarung tangan
rumah tangga, googles, apron, sepatu boot,
face shield, masker)
6. Trolly linen bersih dan kotor terpisah
7. Tidak menggunakan perhiasan tangan
8. Kuku pendek dan tidak menggunakan cat
kuku
9. Tersedia botol handrub
10. Tersedia spill Kit
11. Kamar mandi bersih tidak berbau
12. Penyimpanan linen bersih tertata rapi dan
tertutup

IPCN Karu Laundry

( ) ( )

39
40

Anda mungkin juga menyukai