Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN BETUN


KABUPATEN MALAKA
2018
PEMERINTAH KABUPATEN MALAKA
RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN (RSUPP) BETUN
Jl. Sukabihanawa No.2, Desa Kamanasa, Kec, Malaka Tengah

BETUN Kode Pos 85762

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN


(RSUPP) BETUN
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN LINEN
NOMOR : RSUPP.445/ R/ 00114 / VI / 2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN BETUN

Menimbang : 1. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di RSUPP


Betun, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang
profesional dan bermutu tinggi dengan mengutamakan keselamatan
dan pelayanan yang berfokus kepada pasien.
2. bahwa dalam pelayanan yang aman yang memberikan perlindungan
dari resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan termasuk
pengelolaan linen yang meminimalisasi resiko penularan infeksi.
3. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana angkan1, angka 2
dan diatas maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur RSUPP
Betun.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


3. Pedoman Manajemen Linen di RS, Depkes, 2004
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RESUPP BETUN TENTANG


PANDUAN PENGELOLAAN LINEN

KESATU : Panduan Pengelolaan Linen sebagaimana terlampir dalam lampiran


nomor RSUPP.445/R/ 00114 / VI / 2018
KEDUA : Pembinaan dan Pengawasan dilakukan oleh Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)

KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Betun

Pada Tanggal : 12/ 06/ 2018


DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI ................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................... 2

A. Jenis dan Spesifikasi Linen ..................................................................................... 2


B. Bahan Linen ............................................................................................................ 2
C. Peran dan Fungsi ..................................................................................................... 2
D. Sarana Fisik ............................................................................................................. 2
E. Prasarana ................................................................................................................. 2

BAB III TATA LAKSANA................................................................................................ 5

A. Tata Laksana Pengelolaan Pencucian Linen ........................................................... 5


B. Kategori Linen Kotor .............................................................................................. 5
C. Penanganan Linen Berdasarkan Lokasi .................................................................. 5
D. Jenis Produk pembersih Linen ................................................................................ 6
E. Pemeliharaan Peralatan ........................................................................................... 10
F. Kebijakan di Londri ................................................................................................ 11

BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................................. 12


LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA
PERBATASAN BETUN

TENTANG : PANDUAN PENGELOLAAN LINEN


NOMOR : RSUPP.445/ R/ 00114 / VI / 2018

BAB I
DEFINISI

A. Latar belakang
Pada dasarnya linen yang kotor merupakan salah satu sumber infeksi di rumah sakit
yang harus dikendalikan secara serius. Salah satu unit yang berhubungan langsung
dengan linen kotor adalah ruang rawat inap. Pengelolaan linen diruang rawat inap
bersifat sangat kompleks karena itu peran bagian laundry sangat diperlukan untuk
menangani linen kotor agar dapat mencegah dan mengendalikan infeksi yang terjadi di
rumah sakit. Namun sayangnya banyak rumah sakit yang pada umumnya lebih
mementingkan kebutuhan medis dibandingkan dengan kebutuhan pendukung seperti
perangkat linen dan pengelolaannya. Peran petugas laundry di rumah sakit sangat
penting karena merupakan salah satu fasilitas layanan yang hasilnya berhubungan
dengan kenyamanan dan kepuasan pasien.
B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi silang, infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit
dengan mengelola dan mengendalikan bahan-bahan linen.
2. Mengelola sumber-sumber daya rumah sakit untuk menyediakan linen bagi
kebutuhan dan harapan konsumen rumah sakit.
3. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang.
4. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di rumah sakit.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Jenis dan Spesifikasi Linen


Jenis – jenis linen yang terdapat di RSUPP Betun adalah Laken atau sprei, stik laken,
perlak, Tirai atau gorden, sampiran, celemek, topi dan lap, baju operasi, macam – macam
duk (surgical sheet), washlap
B. Bahan Linen
Bahan linen yang digunakan biasanya terbuat dari
 Katun 100%.  Flannel
 Wool.  Tetra.
 Kombinasi seperti 65% aconilic  CVC 50% – 50%
dan 35% wool  Polyester 100%.
 Silk  Twill atau drill.
 Blacu.
Pemilihan bahan linen sebaiknya disesuaikan dengan fungsi dan cara perawatan serta
penampilan yang diharapkan.

C. Peran dan Fungsi.


Peran pengelolaan linen di rumah sakit cukup penting. Alur aktifitas fungsional dimulai
dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan,
pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan mengepak atau
mengemas, menyimpan dan mendistribusikan ke unit yang membutuhkan sedangkan linen
yang rusak dikirim ke kamar jahit, Untuk melakukan aktifitas tersebut dengan lancar dan baik,
maka diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah perencanaan,
pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, control, dan pemeliharaan fasilitas sehingga linen dapat
tersedia di unit yang membutuhkan.
D. Sarana Fisik.
Sarana fisik untuk instalasi laundry mempunyai persyaratan tersendiri. Terutama untuk
pemasangan peralatan pencucian yang baru. Sebelum pemasangan data lengkap sangat
diperlukan untuk memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak
dan hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan yang baik, untuk memudahkan
penginstalasian termasuk instalasi listrik, air, uap, dan lainnya. Sarana fisik instalasi laundry
terdiri dari beberapa ruang antara lain:
1. Ruang peneriman linen kotor.
Ruangan ini memuat : Meja penerima, yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak
terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantong warna kuning atau merah
untuk yang terinfeksi dan kantong warna hitam untuk yang tidak terinfeksi. Ruangan ini
juga berisi timbangan dan ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk
dilakukan desinfeksi sesuai standart.
2. Ruang pemisahan atau pemilahan linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak terinfeksi.
3. Ruang pencucian dan pengeringan.
Ruang ini memuat: Mesin cuci dan Mesin pengering.
4. Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini memuat: Penyetrikaan linen menggunakan flatwork ironers atau pressing
ironers dan Alat setrika biasa atau manual.
5. Ruang penyimpanan linen.
Ruang ini memuat:
a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen.
b. Meja administrasi.
6. Ruang distribusi linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.
E. Prasarana.
1. Prasarana listrik.
Sebagian besar peralatan laundry menggunakan daya listrik. Adapun tenaga listrik yang
digunakan di instalasi laundry terbagi dua bagian antara lain:
a) Instalasi penerangan.
b) Instalasi tenaga.
c) Prasarana air.
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi laundry memerlukan sedikitnya 40% dari kebutuhan air di
rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk
proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standart air. Standart air yang digunakan
untuk mencuci mempunyai standart air bersih berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1992
dan standart khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya:
a. Hardness – garam (calcium, carbonate, dan chloride)
1) Standart baku mutu: 0 – 90 ppm.
2) Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia pencuci
sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
3) Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan dan linen warna
akan cepat pudar dan mesin cuci akan berkerak (scale forming), sehingga dapat
menyumbat saluran- saluran air dan mesin.
b. Iron – Fe (besi )
1) Standart baku mutu: 0 – 0,1 ppm.
2) Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan proses
pencucian.Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan ( yellowing ) dan linen
warna akan cepat pudar serta mesin cuci akan berkarat.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tata laksana pengelolaan pencucian linen terdiri dari:


1. Perencanaan.
2. Penerimaan linen kotor.
3. Penimbangan.
4. Pensortiran atau
pemilahan.
5. Proses pencucian.
6. Pemerasan.
7. Pengeringan.
8. Sortir noda.
9. Penyetrikaan.
10. Sortir linen rusak.
11. Pelipatan, merapikan,
pengepakan dan
pengemasan.
12. Penyimpanan.
13. Distribusi.
14. Perawatan kualitas linen.
15. Pencatatan dan pelaporan
B. Kategori Linen Kotor
1. Linen kotor infeksius
Adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, dan feses terutama
yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi salmonella dan shigella, HBV dan HIV dan
infeksi lainnya yang spesifik dimasukkan ke dalam kantong yang bertuliskan Linen
Infeksius
2. Linen kotor tidak infeksius
Adalah linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan, dan feses yang berasal dari
pasien lainnya secara rutin dari seluruh pasien dari ruangan biasa
C. Penanganan Linen Berdasarkan Lokasi
1. Pengelolaan linen di ruangan
Seperti disebutkan di atas yang dimaksud dengan linen yang infeksius dan non
infeksius yang secara spesifik diperlakukan secara khusus dengan kantong linen yang
berbeda. Penanganan linen dimulai dari proses penggantian linen. Proses
penggantian linen dilakukan oleh perawat dengan melepaskan linen yang kotor
terlebih dahulu.
2. Prosedur untuk linen kotor infeksius:
a. Biasakan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
b. Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker )
c. Persiapkan alat dan bahan
d. Lipat bagian yang terinfeksi ke bagian dalam dan masukkan linen ke dalam troli
tertutup dan segera bawa ke spoel hock.
e. Noda darah atau feses dibuang ke spoel hock, basahi linen dengan air lalu
masukkan kedalam kantong berwarna kuning, bila tidak ada kantong berwarna
kuning berikan pita/tali kuning pada kantong pengganti.
f. Tutup rapat kantong dan segera masukkan ke troli linen kotor dekat ruang spoel
hock dan siap dibawa ke laundry
3. Prosedur untuk linen kotor tidak infeksius
a. Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
b. Gunakan APD ( sarung tangan, apron dan masker )
c. Persiapkan alat dan bahan
d. Masukkan linen kotor ke dalam troli kotor yang berada dekat ruang spoel hock
dan siap dibawa ke laundry.
4. Transportasi
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan organism, jika
linen kotor tidak tertutup dan troli tidak dibersihkan.
Persyaratan alat transportasi linen
a. Dipisahkan antara troli linen kotor dan linen bersih, jika tidak maka wadah
penampung yang harus terpisah
b. Bahan troli terbuat dari stainless stell dan tidak mudah berkarat
c. Wadah mampu menampung beban linen
d. Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci demikian
juga dengan troli harus dicuci.
e. Muatan atau loading linen kotor dan bersih tidak boleh berlebihan.
f. Wadah harus tertutup.
g. Waktu transport linen diatur agar tidak bersamaan dengan jadwal pendistribusian
makanan pasien. Pengambilan linen kotor di ruangan dilakukan 1 jam setelah
pendistribusan makanan pagi sedangkan waktu untuk pendistribusian linen bersih
dilakukan 1 jam sebelum pendistribusian makanan siang.
5. Tahapan kerja di laundry
a. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan. Tidak
dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran organisme
b. Pemilahan dan penimbangan linen kotor
1. Lakukan pemilahan berdasarkan linen infeksius dan non infeksius.
2. Upayakan tidak melakukan pensortiran. Penggunaan kantong dari ruangan
adalah salah satu upaya menghindari sortir.
3. Penimbangan sesuai dengan kapasitas mesin cuci yang digunakan.
c. Pencucian
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak
cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat bebas dari mikroorganisme
pathogen. Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan pemanasan
sampai dengan desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin
tumbuh dimesin cuci. Untuk dapat mencapai tujuan pencucian harus mengikuti.
Teknik pencucian linen adalah sebagai berikut
1. Flush
Proses pembasahan untuk melepaskan kotoran yang mudah larut. Proses ini
dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia pembersih dan suhu rendah.
2. Break
Proses pembahasan dengan menambahkan alkali untuk melepaskan kotoran
protein dalam air dengan suhu ruangan
3. Prewash
Proses pencucian dengan menambahkan detergen, alkali, dan emulsifier
dengan suhu hangat.
4. Mainwash
Proses pencucian untuk melepaskan semua jenis kotoran dengan air suhu
tinggi agar detergen beraksi optimal
5. Bleach
Proses pemucatan dengan menggunakan aktif khlorin dalam air 60°C untuk
melepaskan noda organic pada jenis linen putih yang tak lepas
6. Rinse
Proses pembilasan sisa-sisa reaksi kimia dengan menggunakan air dingin
dalam jumlah yang banyak dan diulang 2-3 kali
7. Intermediate extract
Pembilasan akhir dengan pemerasan ringan
8. Final rinse
Proses menetralkan sisa-sisa kimia sebagai pembilasan akhir
Persyaratan tehnis pencucian:
a) Waktu.
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperature
dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, dan sehat. Jika
waktu tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan maka kerja
bahan kimia tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme dan
jenis petst seperti kutu dan tungau dapat mati.
b) Suhu.
Suhu yang direkomendasikan sangat bervariasi mulai 30 derajat celcius
sampai dengan 90 derajat celcius tergantung dari bahan dan jenis linen.
1) Proses pra cuci dengan atau tanpa bahan kimia dengan suhu normal
2) Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergent untuk linen
putih 45-50 derajat celcius, untuk linen warna 60-80 derajat celcius.
3) Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi celcius 65 atau 70 derajat
4) Proses bilas 1 dan 2 dengan suhu normal.
5) Proses penetralan dengan suhu normal.
6) Proses pelembut atau pengkanjian dengan suhu normal.
c) Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali, emulsifier, detergent,
bleach (clorine dan oksigen bleach), sour, softerner, dan starch. Masing-
masing mempunyai fungsi tersendiri.
d) Mechanical action.
Adalah putaran mesin pada saat proses pencucian. Factor yang
mempengaruhi:
1) Loading atau muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin
harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin.
2) Level air yang tidak tepat.
3) Motor penggerak yang tidak stabil yang disebabkan oleh poros tidak
simetris lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja
4) Takaran detergent yang berlebihan dapat mengakibatkan melicinkan
linen dan busa yang berlebihan akan mengakibatkan sedikit gesekan.
5) Menggunakan bahan kimia yang sesuai atau tidak berlebihan.
d. Pemerasan
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian
selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga memiliki fungsi
pemerasan.
e. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering atau drying yang mempunyai
suhu mencapai 70 derajat celcius selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan
dapat mati.
f. Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika otomatis dengan suhu 120
derajat celcius, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan
terhadap suhu antara 70-80 derajat celcius.
g. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan pada
saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien diatas
tempat tidur. Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara
linen yang masih baik dan sudah rusak agar tidak dipakai lagi.
h. Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi ulang
baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk mengontrol posisi
linen tetap stabil.Sebaiknya penyimpanan linen 1,5 par di ruang penyimpanan
dan 1,5 par disimpan diruangan. Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan
menurut masing-masing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur
barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastic transparan
sebelum didistribusikan.
i. Pendistribusian
Disini diterapkan system FIFO yaitu linen yang tersimpan sebelumnya harus
dikeluarkan atau dipakai terlebih dahulu.
j. Penggantian linen yang rusak
Linen rusak dapat dikategorikan: Umur linen yang sudah standart dan Human
error termasuk hilang.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaikidan adapula yang memang harus
diganti. Penggantian dapat segera dilakukan petugas laundry dengan
mengirimkan formulir permintaan linen ke pihak logistic.
6. Pada saat penerimaan sampai dengan penyetrikaan merupakan proses yang krusial
dimana kemungkinan organism masih hidup, maka petugas diwajibkan memakai
APD. Alat Pelindung Diri petugas laundry diantaranya :
a. Pakaian kerja dari bahan yang menyerap keringat.
b. Apron
c. Sarung tangan
d. Sepatu boot digunakan untuk area basah
e. Masker digunakan pada proses pemilihan dan sortir
Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan biasakan untuk mencuci tangan sebagai
pertahanan diri.

D. Jenis Produk Pembersih Linen


1. Clax Alfa
Merupakan cairan kuning yang berguna untuk menghilangkan semua kotoran pada
semua jenis kain. Bahan ini mengandung detergen non ionic dan polifosfat untuk
mengurangi kesadahan air. Cairan ini juga mengandung metasilikat sebagai pengatur
keseimbangan pH dan mencegah terjadinya karat dan melekatnya kembali kotoran.
Cairan ini juga memiliki kelebihan karena mengandung pencemerlang optic
(fluorescen) dan dijuluki “one shoot detergen” untuk semua jenis kain. Dosis yang
disarankan 5-10 cc/kg cucian kering dengan suhu 65°C
2. Clax Rainbow
Merupakan pembersih emulsi dan peningkat daya bersih detergen dengan kandungan
95% detergen non ionic. Keistimewaan cairan ini dikarenakan sangat efektif
menghilangkan noda minyak dan lemak. Sifatnya yang netral dengan pH 7
membuatnya cocok untuk mencuci kain dengan bahan yang halus. Selain itu dapat
memperpanjang waktu pakai kain karena daya emulsinya serta penggunaannya yang
mudah karena dapat langsung dituangkan kedalam mesin cuci. Dosis yang
disarankan dalam pemakaian cairan iniadalah 1-3 cc/kg cucian kering dan
ditambahkan bersama detergen.
3. Clax Chlor
Larutan ini bertindak sebagai pemutih dan penghilang noda organic serta pembunuh
kuman pada semua linen putih. Keistimewaan dari cairan ini adalah dapat
meningkatkan kebersihan dan kecemerlangan dan meminimalkan kekusaman kain.
Dosis yang dianjurkan adalah 2-6 cc/kg cucian kering dan ditambahkan pada
pembilasan suhu 40-50°C.
4. Comfort
Larutan ini merupakan pelembut cucian dan berperan untuk meningkatkan
penampilan pada semua jenis kain. Selain mengandung parfum, larutan ini juga
mengandung kationik yang dapat membunuh kuman dan dapat menetralisir muatan
listrik statis terutama pada bahan sintetis sehingga mudah disetrika. Dosis yang
disarankan 3-7 cc/kg cucian kering dan ditambahkan pada pembilasan setelah clax
chlor.
E. Pemeliharaan Peralatan
Alat cuci pada instalasi laundry dijalankan oleh para operator alat, dengan demikian para
operator alat harus memelihara peralatannya. Berbagai kelainan pada saat pengoperasian,
misalnya kelainan bunyi pada alat dapat segera dikenali oleh para operator.
Pemeliharaan peralatan pencucian terdiri dari:
1. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian
2. Dilakukan setiap hari dengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan
kimia multi
purpose cleaner dan dikeringkan dengan lap kering. Untuk bagian tombol atau
control digunakan lap kering dan jangan terlalu ditekan,dikarenakan pada bagian
ini biasanya tertilis prosedur dengan semacam stiker yang mudah dihapus. Setelah
pemakaian kosongkan air untuk mengurangi kandungan air dalam mesin cuci
sekecil mungkin. Jika terbentuk noda putih didalam mesin cuci, cucilah bagian
dalam drum dengan air bersih.
3. Pemeriksaan bagian yang bergerak
4. Dilakukan setiap satu bulan sekali yaitu pada bearing, engsel pintu alat atau roda
yang berputar. Berilah minyak pelumas atau fat. Penggantian gemuk atau fat secara
total disarankan dua tahun sekali. Jenis dan produk minyak pelumas mesin yang
digunakan dapat diketahui dari buku operating manual dari setiap mesin.
5. Pemeriksaan V- belt
6. Dilakukan setiap satu bulan sekali secara visual dengan melihat keretakan lempeng
V- belt dan ketegangannya (kelenturan).Toleransi pengukuran 0,2–0,5 mm. Jika
melebihi atau sudah tidak memenuhi syarat V –belt tersebut harus segera diganti.
7. Pemeriksaan pipa uap panas (steam)
8. Dilakukan setiap akan dimulai menjalankan mesin cuci. Setiap saluran diperiksa
terlebih dahulu terutama pipa yang terbungkus Styrofoam (isolasi) dengan cara
dilihat apakah masih terbungkus dengan baik dan tidak ada semburan air atau uap.
Pada prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan pencucian harus
dalam keadaan utuh dan tidak bocor. Jika terjadi kebocoran harus segera
dilaporkan pada tehnisi rumah sakit untuk perbaikan
F. Kebijakan di Londri
1. Penempatan linen infeksius menggunakan kantong plastik berwarna kuning bila tidak
tersedia bisa menggunakan kantong berwara merah atau hitam yang diberi pita kuning
sebagai penanda infeksius.
2. Bila tidak ada mein cuci untuk linen infeksius maka proses perendaman linen
infeksius dilakukan ditempat terpisah dari tempat perendaman linen noninfeksius di
dalam wadah yag tertutup.
3. Bila mesin pengering belum tersedia atau dalam proses pemesan untuk proses
penjemuran dilakukan diruangan terpisah yang atapnya diberi atap transparan/seng
transparan. Ruang penjemuran terpiasah dari area kotor (area perendaman dan
pencucian).
4. Pengangkutan linen menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara
linen bersih dan linen kotor dan tidak boleh dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
5. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan pakaian
kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala,
serta telah memperoleh imunisasi hepatitis B
BAB VI
DOKUMENTASI

Pendokumentasian linen dilakukan pada saat penyerahan linen kotor oleh cleaning service
dari unit pelayanan dan pada saat pendistribusian linen oleh petugas laundry.

Ditetapkan di : Betun

Pada Tanggal : 12/ 06/ 2018

Anda mungkin juga menyukai