KESEHATAN LINGKUNGAN
DOSEN PENGAMPU:
Andi Anwar, SKM., M.Kes
DISUSUN OLEH:
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayahnya sehingga
memberikan kami kemudahan dan kami dapat menyelesaikan makalah kesehatan
lingkungan yang berjudul “Prinsip Penanganan Dan Pengangkutan Linen” dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan rendah hati kami meminta kritik dan
saran dari pembaca untuk makalah ini supaya menjadi lebih baik. Karena kami sangat
menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan wajib
berupaya untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas
rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit
adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit.
Salah satu upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan
oleh rumah sakit yaitu dengan menerapkan pelayanan sanitasi rumah sakit.
Penyelenggaraan sanitasi rumah sakit merupakan bagian integral dari program
rumah sakit secara keseluruhan, penerapan sebagai bagian program
berdasarkan pada perundangan yang berlaku didalam rumah sakit.
Pengelolaan linen adalah suatu proses yang dimulai dari perencanaan,
penanganan linen bersih, penanganan linen kotor/pencucian hingga
pemusnahan. Semua ruangan rumah sakit memerlukan dan menggunakan
linen. Mengingat bahwa linen digunakan disetiap ruangan di rumah sakit,
maka diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif.
Manajemen linen yang baik di rumah sakit merupakan salah satu
aspek penunjang non medik yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu
layanan di rumah sakit. Manajemen yang dimaksud dimulai dari perencanaan,
penanganan linen bersih, penanganan linen kotor atau pencucian hingga
pemusnahan. Linen yang tercemar dapat menghasilkan mikroorganisme
pathogen dalam jumlah besar. Secara khusus penanganan linen kotor sangat
penting guna mengurangi risiko infeksi nosokomial.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip penanganan linen yang terjadi di rumah sakit?
2. Bagaimana prinsip pengangkutan linen yang terjadi di rumah sakit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana prinsip penanganan linen yang terjadi
dirumah sakit.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip pengangkutan linen yang terjadi
dirumah sakit.
BAB II
Tinjauan Pustaka
B. Linen
Linen adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan
pembungkus kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat
instrument steril lainnya. Jenis kain yang banyak digunakan seperti katun jepang,
drill, flanel, bahan anti air dan anti bakteri.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen rumah sakit yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan,
mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin set. Peran linen sangat
penting bagi nilai jual ruangan.Selain itu pengelolaan linen yang kurang baik
dapat menyebabkan timbulnya infeksi.
Jenis linen menurut kontaminasinya ada 2 yaitu linen infeksius dan linen non
infeksius.Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh pasien seperti
feses, muntahan, darah, dan air seni.Linen non infeksius adalah linen yang tidak
terkena cairan tubuh manusia. Sedangkan menurut nodanya, linen terbagi menjadi
3 yaitu linen noda berat, noda sedang dan noda ringan.
Meskipun linen tidak digunakan secara langsung dalam proses pengobatan
namun dapat dilihat pengaruhnya bila penanganan linen tidak dikelola dengan
baik akan mengakibatkan terjadinya penularan penyakit yaitu melalui infeksi
nosokomial.
Untuk mencegah infeksi nosokomial pada pasien dan penyakit dermatitis
kontak iritan pada petugas laundry perlu dilakukan perlakuan tepat dalam proses
pengelolaan linen, pada proses pengumpulan perlunya pemisahan antara linen
infeksius dan non infeksius, proses pengangkutan, proses pencucian seperti
pengeringan serta penyetrikaan, penyimpanan dan pendistribusianperlunya
petugas memakai Alat pelindung diri(APD).
C. Prinsip Penanganan Linen
Persyaratan untuk mewujudkan kualitas linen yang sehat dan nyaman serta
aman, maka dalam pengelolaan linen di rumah sakit harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau 95°C dalam
waktu 10 menit.
2. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian dilengkapi
Informasi Data Keamanan Bahan (MSDS) agar penanganan risiko paparannya
dapat tertangani secara cepat dan tepat.
3. Standar kuman bagi linen dan seragam tenaga medis bersih setelah keluar dari
proses cuci tidak mengandung 20 CFU per 100 cm persegi.
4. Pintu masuk linen kotor dan pintu keluar linen bersih harus berbeda atau
searah.
5. Jarak rak linen dengan plafon : 40 cm.
6. Dilakukan identifikasi jenis B3 yang didigunakan laundry dengan membuat
daftar inventori B3 dapat berupa tabel yang berisi informasi jenis B3,
karakteritiknya, ketersediaan MSDS, cara pewadahan, cara penyimpanan dan
simbol limbah B3.
7. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian dilengkapi
Informasi Data Keamanan Bahan (MSDS) agar penanganan risiko paparannya
dapat tertangani secara cepat dan tepat.
8. Ditempat laundry tersedia keran air keperluan higiene dan sanitasi dengan
tekanan cukup dan kualitas air yang memenuhi persyaratan baku mutu, juga
tersedia air panas dengan tekanan dan suhu yang memadai.
9. Bangunan laundry dibuat permanen dan memenuhi persyaratan pedoman
teknis bangunan laundry rumah sakit atau sesuai denganketentuan peraturan
perundang-undangan.
10. Rumah Sakit melakukan pencucian secara terpisah antara linen infeksius dan
noninfeksius.
11. Khusus untuk pencucian linen infeksius dilakukan diruangan khusus yang
tertutup dengan dilengkapi sistem sirkulasi udara sesuai dengan ketentuan.
12. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke unit pengolahan air
limbah.
13. Bangunan laundryterdiri dari ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu
ruang linen kotor dan ruang linen bersih harus dipisahkan dengan dinding
yang permanen, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan
cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk
alat-alat termasuk linen.
14. Laundry harus dilengkapi “ruang antara” untuk tempat transit keluar-masuk
petugas laundry untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
15. Alur penanganan proses linen mulai dari linen kotor sampai dengan linen
bersih harus searah (Hazard Analysis and Critical Control Point).
16. Dalam area laundry tersedia fasilitas wastafel, pembilas mata (eye washer)
dan atau pembilas badan (body washer) dengan dilengkapi petunjuk arahnya.
17. Proses pencucian laundry yang dilengkapi dengan suplai uap panas (steam),
maka seluruh pipa steam yang terpasang harus aman dengan dilengkapi steam
trap atau kelengkapan pereduksi panas pipa lainnya.
18. Ruanganlaundry dilengkapi ruangan menjahit, gudang khusus untuk
menyimpan bahan kimia untuk pencucian dan dilengkapi dengan penerangan,
suhu dan kelembaban serta tanda/simbol keselamatan yang memadai.
19. Perlakuan terhadap Linen di Rumah Sakit ; pengumpulan, penerimaan,
pencucian, distribusi, pengangkutan, APD (Alat Pelindung Diri).
Tahun : 2019
Abstrak :
Program ruangan minimal pada Puskesmas rawat inap salah satunya yaitu
memiliki ruangan cuci linen, untuk tingkat pencahayaan direkomendasikan sebesar
100 Lux dan untuk kebisingan di ruang cuci linen yaitu sebesar 45 dB.3 Ruangan
cuci linen di Puskesmas Lubuk Basung memiliki pencahayan yang sudah
memenuhi persyratan yaitu sebesar 110.4 Lux, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 75 tahun 2014, sedangkan untuk kebisingan 58,2 dB belum
memenuhi persyaratan. Proses pencucian linen kotor karena hanya memiliki satu
mesin cuci maka tidak ada dikakukan pemisahan untuk pencucian linen kotor berat
(infeksius) dengan linen kotor ringan (non infeksius), hal ini dikarenakan
keterbatasan sumberdaya dan dana untuk menunjang terlaksananya proses
sebagaimana mestinya, serta masih kurangnya perhatian dari instansi pemerintah
tentang kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk Puskesmas rawat
Inap seperti ini.
a. Tahap Penerimaan
b. Tahap Pencucian
c. Tahap Penyimpanan
d. Tahap Pendistribusian.
e. Tahap Pengangkutan
Linen infeksius ( linen kotonr berat ) adalah linen yang terkena cairan tubuh
pasien seperti fases, muntah, darah, dan air seni.5 Proses pencucian linen kotor
berat (infeksius) di mulai dari tahap pengumpulan linen dari sumber, pencatatan
dan dilakukan perendaman, pencucian dan penambahan deterjen, pembilasan dan
penambahan softener, pengeringan, penyetrikaan dan penyimpanan di lemari
penyimpanan.
Proses pengeringan dengan mesin pengering yang langsung pada mesin cuci yang
sama, setelah itu di jemur dibawah sinar matahari dan yang teakhir yaitu proses
penyetrikaan dan penyimpanan pada satu lemari penyimpanan untuk semua jenis
linen.
Linen non infeksius (linen kotor ringan) adalah linen yang tidak terkena
atau terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, dan fases yang berasal dari pasien
lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh
pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.
Proses pencucian linen kotor ringan (non infeksius) hampir sama dengan
proses pencucian linen kotor berat (infeksius). Perbedaan dari pencucian tersebut
hanya pada proses penghilangan noda dan lama pada proses pencucian. Untuk
linen kotor berat (infeksius) dilakukan perendaman terlebih dahulu sebelum di cuci
sedangkan untuk linen kotor ringan (non infeksius) tidak dilakukan perendaman,
setelah dilakukan pencatatan langsung dilakukan proses pencucian. Waktu
pencucian linen berbeda tergantung dari jenis linen yang dicuci, misalnya untuk
linen kotor ringan dilakukan selama 15 menit sedangkan untuk linen kotor berat
dilakukan selama 30 menit.
Akibat dari penggunaan mesin cuci yang sama bisa memungkinkan adanya infeksi
karena salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya infeksi menurut Depkes RI
(2004) adalah penggunaan alat yang terkontaminasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengelolaan linen terdapat beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
penerimaan linen, tahap ini terjadi penerimaan linen kotor. Tahap kedua yait
tahap pencucian, sebelum masuk tahap pencucian linen dipisah sesuai tingkat
kekotrorannya. Tahap yang ketiga yaitu tahap pendistribusian, pada tahap ini
perlu memerhatikan antara linen keluar dan linen masuk. Linen masuk yang
diterima harus tertutup saat dibawa kerungan perawatan.
Tahap pengangkutan, pada tahap pengangkutan linen Menurut Kepmenkes
RI No.1204 Tahun 2004 pada tahapan penggkutan harus menggunakan kereta
dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen kotor. Pada
Puskesmas Lubuk Basung saat atahap pengangkutan linen masih
menggunakan ember, karena keterbatasan sumberdaya tidak ada penyediaan
kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen kotor.
Permasalahan dari pengelolaan tempat pencucian linen di ruang linen
Puskesmas Lubuk Basung pada keterbatasan alat yaitu kurangnya jumlah
mesin cuci, jumlah mesin cuci hanya ada 1 unit, misalnya untuk pencucian
linen kotor berat (infeksius) harusnya dipisah dengan pencucian linen kotor
ringan (non infeksius).
Akibat dari penggunaan mesin cuci yang sama bisa memungkinkan adanya
infeksi karena salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya infeksi menurut
Depkes RI (2004) adalah penggunaan alat yang terkontaminasi.
B. Saran
Saran untuk fasilitas kesehatan, seharusnya semua fasilitas kesehatan
baik tingkat kota maupun desa harus memperhatikan dan mnegikuti peraturan
yang ada mengenai pengelolaan linen yang baik, untuk mencegah penyakit
akibat infeksi Nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
Marza, R. F., . D., & . S. (2019). Pengelolaan Linen Di Puskesmas Lubuk Basung
Kabupaten Agam. Jurnal Sehat Mandiri, 14(1), 29–40.
https://doi.org/10.33761/jsm.v14i1.89
Lubis, S. (2019). Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah dan
Linen di Rumah Sakit Prima Husada Cipta Medan Tahun 2019.
https://www.krakataumedika.com/info-media/artikel/pengelolaan-linen-dan-laundry-
di-rumah-sakit
http://eprints.dinus.ac.id/20279/10/bab2_18464.pdf