Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESEHATAN LINGKUNGAN

“PRINSIP PENANGANAN DAN PENGANGKUTAN LINEN”

MATA KULIAH: SANITASI RUMAH SAKIT

DOSEN PENGAMPU:
Andi Anwar, SKM., M.Kes

DISUSUN OLEH:

Elisabeth Charina Anggini 1711015015


Nur Hidayati 1711015029
Yoritha Bura 1711015031
Fransiska Eeka Wahyuni Tokare 1711015086
Arista Novia Resistant 1711015136

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayahnya sehingga
memberikan kami kemudahan dan kami dapat menyelesaikan makalah kesehatan
lingkungan yang berjudul “Prinsip Penanganan Dan Pengangkutan Linen” dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan rendah hati kami meminta kritik dan
saran dari pembaca untuk makalah ini supaya menjadi lebih baik. Karena kami sangat
menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah
yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Samarinda, 5 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ........... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... .............iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... ............... ................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................1
C. Tujuan ............................................................................ ..................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Rumah Sakit ....................................................................................... 2
B. Linen ............................................................................................................... 3
C. Prinsip Penanganan Linen .................................................... ..........................3
D. Prinsip Pengangkutan Linen ...........................................................................5
BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................7
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... .............................. 13
B. Saran ................................................................................ ................ ..............13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan wajib
berupaya untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas
rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit
adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit.
Salah satu upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan
oleh rumah sakit yaitu dengan menerapkan pelayanan sanitasi rumah sakit.
Penyelenggaraan sanitasi rumah sakit merupakan bagian integral dari program
rumah sakit secara keseluruhan, penerapan sebagai bagian program
berdasarkan pada perundangan yang berlaku didalam rumah sakit.
Pengelolaan linen adalah suatu proses yang dimulai dari perencanaan,
penanganan linen bersih, penanganan linen kotor/pencucian hingga
pemusnahan. Semua ruangan rumah sakit memerlukan dan menggunakan
linen. Mengingat bahwa linen digunakan disetiap ruangan di rumah sakit,
maka diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif.
Manajemen linen yang baik di rumah sakit merupakan salah satu
aspek penunjang non medik yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu
layanan di rumah sakit. Manajemen yang dimaksud dimulai dari perencanaan,
penanganan linen bersih, penanganan linen kotor atau pencucian hingga
pemusnahan. Linen yang tercemar dapat menghasilkan mikroorganisme
pathogen dalam jumlah besar. Secara khusus penanganan linen kotor sangat
penting guna mengurangi risiko infeksi nosokomial.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip penanganan linen yang terjadi di rumah sakit?
2. Bagaimana prinsip pengangkutan linen yang terjadi di rumah sakit?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana prinsip penanganan linen yang terjadi
dirumah sakit.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip pengangkutan linen yang terjadi
dirumah sakit.
BAB II
Tinjauan Pustaka

A. Konsep Rumah Sakit


Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi
rumah sakit adalah :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.

B. Linen
Linen adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan
pembungkus kasur, bantal, guling, selimut, baju petugas, baju pasien dan alat
instrument steril lainnya. Jenis kain yang banyak digunakan seperti katun jepang,
drill, flanel, bahan anti air dan anti bakteri.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen rumah sakit yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan,
mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin set. Peran linen sangat
penting bagi nilai jual ruangan.Selain itu pengelolaan linen yang kurang baik
dapat menyebabkan timbulnya infeksi.
Jenis linen menurut kontaminasinya ada 2 yaitu linen infeksius dan linen non
infeksius.Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh pasien seperti
feses, muntahan, darah, dan air seni.Linen non infeksius adalah linen yang tidak
terkena cairan tubuh manusia. Sedangkan menurut nodanya, linen terbagi menjadi
3 yaitu linen noda berat, noda sedang dan noda ringan.
Meskipun linen tidak digunakan secara langsung dalam proses pengobatan
namun dapat dilihat pengaruhnya bila penanganan linen tidak dikelola dengan
baik akan mengakibatkan terjadinya penularan penyakit yaitu melalui infeksi
nosokomial.
Untuk mencegah infeksi nosokomial pada pasien dan penyakit dermatitis
kontak iritan pada petugas laundry perlu dilakukan perlakuan tepat dalam proses
pengelolaan linen, pada proses pengumpulan perlunya pemisahan antara linen
infeksius dan non infeksius, proses pengangkutan, proses pencucian seperti
pengeringan serta penyetrikaan, penyimpanan dan pendistribusianperlunya
petugas memakai Alat pelindung diri(APD).
C. Prinsip Penanganan Linen
Persyaratan untuk mewujudkan kualitas linen yang sehat dan nyaman serta
aman, maka dalam pengelolaan linen di rumah sakit harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau 95°C dalam
waktu 10 menit.
2. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian dilengkapi
Informasi Data Keamanan Bahan (MSDS) agar penanganan risiko paparannya
dapat tertangani secara cepat dan tepat.
3. Standar kuman bagi linen dan seragam tenaga medis bersih setelah keluar dari
proses cuci tidak mengandung 20 CFU per 100 cm persegi.
4. Pintu masuk linen kotor dan pintu keluar linen bersih harus berbeda atau
searah.
5. Jarak rak linen dengan plafon : 40 cm.
6. Dilakukan identifikasi jenis B3 yang didigunakan laundry dengan membuat
daftar inventori B3 dapat berupa tabel yang berisi informasi jenis B3,
karakteritiknya, ketersediaan MSDS, cara pewadahan, cara penyimpanan dan
simbol limbah B3.
7. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian dilengkapi
Informasi Data Keamanan Bahan (MSDS) agar penanganan risiko paparannya
dapat tertangani secara cepat dan tepat.
8. Ditempat laundry tersedia keran air keperluan higiene dan sanitasi dengan
tekanan cukup dan kualitas air yang memenuhi persyaratan baku mutu, juga
tersedia air panas dengan tekanan dan suhu yang memadai.
9. Bangunan laundry dibuat permanen dan memenuhi persyaratan pedoman
teknis bangunan laundry rumah sakit atau sesuai denganketentuan peraturan
perundang-undangan.
10. Rumah Sakit melakukan pencucian secara terpisah antara linen infeksius dan
noninfeksius.
11. Khusus untuk pencucian linen infeksius dilakukan diruangan khusus yang
tertutup dengan dilengkapi sistem sirkulasi udara sesuai dengan ketentuan.
12. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke unit pengolahan air
limbah.
13. Bangunan laundryterdiri dari ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu
ruang linen kotor dan ruang linen bersih harus dipisahkan dengan dinding
yang permanen, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan
cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk
alat-alat termasuk linen.
14. Laundry harus dilengkapi “ruang antara” untuk tempat transit keluar-masuk
petugas laundry untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
15. Alur penanganan proses linen mulai dari linen kotor sampai dengan linen
bersih harus searah (Hazard Analysis and Critical Control Point).
16. Dalam area laundry tersedia fasilitas wastafel, pembilas mata (eye washer)
dan atau pembilas badan (body washer) dengan dilengkapi petunjuk arahnya.
17. Proses pencucian laundry yang dilengkapi dengan suplai uap panas (steam),
maka seluruh pipa steam yang terpasang harus aman dengan dilengkapi steam
trap atau kelengkapan pereduksi panas pipa lainnya.
18. Ruanganlaundry dilengkapi ruangan menjahit, gudang khusus untuk
menyimpan bahan kimia untuk pencucian dan dilengkapi dengan penerangan,
suhu dan kelembaban serta tanda/simbol keselamatan yang memadai.
19. Perlakuan terhadap Linen di Rumah Sakit ; pengumpulan, penerimaan,
pencucian, distribusi, pengangkutan, APD (Alat Pelindung Diri).

D. Prinsip Pengangkutan Linen


1. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong
yang digunakan untuk membungkus linen kotor.
2. Menggunakan kereta yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen
kotor. Untuk kereta linen kotor didesain dengan pintu membuka keatas dan
untuk linen bersih dengan pintu membuka ke samping, dan pada setiap sudut
sambungan permukaan kereta harus ditutup dengan pelapis (siller) yang kuat
agar tidak bocor.
3. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan setelah digunakan mengangkut
linen kotor.
4. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.
5. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna.
6. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangkutannya dari
dan ketempat laundry harus menggunakan mobil khusus.
BAB III
PEMBAHASAN

Judul : Pengelolaan Linen Di Puskesmas Lubuk Basung Kabupaten Agam

Tahun : 2019

Abstrak :

Dirty linen is an important source of contamination at the health center.


Although the linen is not used directly in the treatment process but its effect can be
seen when handling linen not properly managed will lead to disease transmission is
through nosocomial infections. The purpose of research is to know the description of
washes and linen management processes in PHC Lubuk Basung Agam. The research
method is descriptive qualitative approach, because this approach could explore
deeply about the picture of the management of linen in Public Health Center of
Lubuk Basung that is based on research objectives and principles - the principle of
conformity (appropriateness) and sufficiency (adequacy). The total of research
informants is sixpeople with in-depth interviews. The results show the different
stages of the process of washing dirty linen weight (infectious) are soaked before
input into the washing machine but do not use hot water, while the soiled linen mild
(non-infectious) was not done soaking, for the washing process using one unit of
washing machines and at the same stage should be stored in a closet storage for all
kinds of linen in the health center. It is suggested for washing linen officers to pay
more attention in the management of soiled linen weight (infectious). Soaking should
use hot water and should always use personal protective equipments (PPE) in
progress.

Keywords : Management, Linen, Health centers,


Pembahasan :
Puskesmas Lubuk Basung merupakan Puskesmas Rawat Inap dengan 8 tempat
tidur untuk ruang rawat inap ( 4 tempat tidur rawat inap laki – laki dan 4 tempat
tidur ruang inap perempuan).Puskesmas Lubuk Basung memiliki ruang cuci linen
sendiri, tidak ada kerja sama dengan pihak lain. Proses pengelolaan linen di
Puskesmas Lubuk Basung di mulai dari tahap pengumpulan linen kotor dari
berbagai sumber seperti ruang rawat inap, ruang KIA, ruang pasca bersalin, IGD,
dan poli klinik oleh petugas linen maupun staf yang bertanggung jawab pada
masing- masing ruangan yang langsung di bawa ke ruang cuci linen, linen-linen
tersebut kemudian di sortir, dihitung berdasarkan jenisnya dan kemudian dilakukan
pencatatan. Setelah dilakukan pencatatan, linen kemudian masuk dalam tahap
pencucian.
1. Tempat Pengeloaan Linen di Puskesmas Lubuk Basung

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi


dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap
(steam boiler), pegering, meja dan meja setrika.12 Pelayanan linen pada hakikatnya
adalah tindakan penunjang medik yang dilaksanakan dengan sebaik – baiknya dan
bertanggung jawab untuk membantu unit – unit lain di rumah sakit yang
membutuhkan linen yang siap pakai.5

Hasil observasi yang dilakukan pada ruang linen di Puskesmas Lubuk


Basung di ketahui bahwa belum tersedianya air panas untuk desinfektan dan
peralatan cuci yang dipasang permanen dan diletakan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah. Menurut Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004 pada
tempat pengelolaan linen tersedia air panas dengan suhu 75ºC dalam waktu 25
menit atau 95 ºC dalam waktu 10 menit dan peralatan cuci juga dipasang permanen
dan diletakan dekat dengan saluran pembuangan air limbah.

Program ruangan minimal pada Puskesmas rawat inap salah satunya yaitu
memiliki ruangan cuci linen, untuk tingkat pencahayaan direkomendasikan sebesar
100 Lux dan untuk kebisingan di ruang cuci linen yaitu sebesar 45 dB.3 Ruangan
cuci linen di Puskesmas Lubuk Basung memiliki pencahayan yang sudah
memenuhi persyratan yaitu sebesar 110.4 Lux, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 75 tahun 2014, sedangkan untuk kebisingan 58,2 dB belum
memenuhi persyaratan. Proses pencucian linen kotor karena hanya memiliki satu
mesin cuci maka tidak ada dikakukan pemisahan untuk pencucian linen kotor berat
(infeksius) dengan linen kotor ringan (non infeksius), hal ini dikarenakan
keterbatasan sumberdaya dan dana untuk menunjang terlaksananya proses
sebagaimana mestinya, serta masih kurangnya perhatian dari instansi pemerintah
tentang kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk Puskesmas rawat
Inap seperti ini.

Berdasarkan penelitian terdahulu Eskariana Nugraini dan Surahma Asti


Mulasari yang dilakukan dirumah sakit X yokyakarta ditemukan pada proses
pencucian linen kotor infeksius dan non infeksius tidak dipisahan, dan pada proses
pencucian juga menggunakan mesin cuci yang sama. Akibatnya adanya infeksi
karena salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya infeksi adalah adanya yang
terkontaminasi.

2. Proses Pengelolaan Linen di Puskesmas Lubuk Basung

a. Tahap Penerimaan

Pada tahap penerimaan linen kotor di Puskesmas Lubuk Basung, pada


proses pengumpulan linen kotor tidak dikumpulkan dalam ember atau
container yang tertutup. Menurut Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004 pada
tahapan penerimaan linen kotor harus dikumpulkan didalam kantong plastik
atau container yang tertutup.

b. Tahap Pencucian

Pada tahap pencucian linen kotor di Puskesmas Lubuk Basung


masih belum dilakukan penimbangan berat linen sebelum dimasukan
kedalam mesin cuci dan dalam pencucian juga tidak dilakukan pencuciannya
berdasarkan tingkata kekotorannya. Menurut Kepmenkes RI No.1204 Tahun
2004 pada tahapan pencucian sebelum linen dimasukan kedalam mesin cuci
harus dilakukan penimbangan terlebih dahulu dan untuk proses pencucian
harus berdasarkan tingkat kekotorannya.

c. Tahap Penyimpanan

Pada tahap penyimpanan tidak adanya penyimpanan


linen sesuai dengan kegunaannya, penyimpanan semua linen bersih di
Puskesmas Lubuk Basung digabung kedalam 1 lemari. Menurut
Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004 pada tahapan penyimpanan
seharusnya dilakukan pemisahan linen sesuai dengan jenis dan
kegunaannya.

d. Tahap Pendistribusian.

Pada tahap pengangkutan linen bersih di Puskesmas Lubuk Basung


hanya menggunakan keranjang yang terbuka juga tidak menggunakan
trolli/kereta dorong yang sudah steril dan tidak adanya pendistribusian
berdasarkan kartu tanda terima dari petugas linen kepada pihak perawatan.
Menurut Kepmenkes RI No.1204 Tahun 2004 pada tahapan
pendistribusian linen yang sudah bersih harus tertutup saat dibawa
keruang perawatan, dibawa menggunakan kereta dorong/trolli yang sudah
steril dan dilakukan pendistribusian linen berdasarkan kartu tanda terima
dari petugas.

e. Tahap Pengangkutan

Pada tahap penggkutan linen di Puskesmas Lubuk Basung hanya


menggunakan ember, karena keterbatasan sumberdaya tidak ada
penyediaan kereta dorong, akan tetapi ada pemisahan antara wadah untuk
pengangkutan linen bersih dan linen kotor. Menurut Kepmenkes RI
No.1204 Tahun 2004 pada tahapan penggkutan harus menggunakan kereta
dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen kotor.

3. Proses Pencucian Linen Kotor Berat ( Infeksius )

Linen infeksius ( linen kotonr berat ) adalah linen yang terkena cairan tubuh
pasien seperti fases, muntah, darah, dan air seni.5 Proses pencucian linen kotor
berat (infeksius) di mulai dari tahap pengumpulan linen dari sumber, pencatatan
dan dilakukan perendaman, pencucian dan penambahan deterjen, pembilasan dan
penambahan softener, pengeringan, penyetrikaan dan penyimpanan di lemari
penyimpanan.

Pada tahap pengumpulan dilakukan penyortiran antara linen kotor berat


dengan linen kotor ringan, ini dimaksutkan untuk menghindari kontaminasi paada
saat pencucian,akan tetapi petugas linen tidak menggunakan APD dalam proses
pengerjaan, setelah itu dilakukan pencatan linen yang akan dicuci, kemudian linen
direndam terlebih dahulu menggunakan pada ember khusus yang berisi campuran
bahan desinfektan dan air panas yang berguna untuk menetralkan linen yang
terkontaminasi.

Tahap selanjutnya yaitu tahap pencucian menggunakan mesin cuci yang


hanya berkapasitas 5 Kg dengan penambahan deterjen khusus dengan mesin cuci,
proses ini berlangsung 30 menit.Tahap selanjutnya yaitu dilakukan pembilasan
menggunakan air bersih dan penambahan softener, yang bertujuan agar sisa-sisa
deterjen hilang dan membuat pakaian bersih dan wangi.

Proses pengeringan dengan mesin pengering yang langsung pada mesin cuci yang
sama, setelah itu di jemur dibawah sinar matahari dan yang teakhir yaitu proses
penyetrikaan dan penyimpanan pada satu lemari penyimpanan untuk semua jenis
linen.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Cristian Indrawati yang dilakukaan di


Rumah Sakit Islam Cilacap ditemukan bahwa mekanisme proses pengelolaan linen
masih ada yang belum terlaksana dengan baik yaitu proses penyimpanan linen
bersih belum dipisahkan sesuai jenisnya dan pintu lemari belum keadaan tertutup.

4. Proses Pencucian Linen Kotor Ringan ( Non Infeksius )

Linen non infeksius (linen kotor ringan) adalah linen yang tidak terkena
atau terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, dan fases yang berasal dari pasien
lainnya secara rutin, meskipun mungkin linen yang diklasifikasikan dari seluruh
pasien berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi.

Proses pencucian linen kotor ringan (non infeksius) hampir sama dengan
proses pencucian linen kotor berat (infeksius). Perbedaan dari pencucian tersebut
hanya pada proses penghilangan noda dan lama pada proses pencucian. Untuk
linen kotor berat (infeksius) dilakukan perendaman terlebih dahulu sebelum di cuci
sedangkan untuk linen kotor ringan (non infeksius) tidak dilakukan perendaman,
setelah dilakukan pencatatan langsung dilakukan proses pencucian. Waktu
pencucian linen berbeda tergantung dari jenis linen yang dicuci, misalnya untuk
linen kotor ringan dilakukan selama 15 menit sedangkan untuk linen kotor berat
dilakukan selama 30 menit.

Permasalahan dari pengelolaan tempat pencucian linen di ruang linen


Puskesmas Lubuk Basung pada keterbatasan alat yaitu kurangnya jumlah mesin
cuci, jumlah mesin cuci hanya ada 1 unit, misalnya untuk pencucian linen kotor
berat (infeksius) harusnya dipisah dengan pencucian linen kotor ringan (non
infeksius).

Akibat dari penggunaan mesin cuci yang sama bisa memungkinkan adanya infeksi
karena salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya infeksi menurut Depkes RI
(2004) adalah penggunaan alat yang terkontaminasi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pengelolaan linen terdapat beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
penerimaan linen, tahap ini terjadi penerimaan linen kotor. Tahap kedua yait
tahap pencucian, sebelum masuk tahap pencucian linen dipisah sesuai tingkat
kekotrorannya. Tahap yang ketiga yaitu tahap pendistribusian, pada tahap ini
perlu memerhatikan antara linen keluar dan linen masuk. Linen masuk yang
diterima harus tertutup saat dibawa kerungan perawatan.
Tahap pengangkutan, pada tahap pengangkutan linen Menurut Kepmenkes
RI No.1204 Tahun 2004 pada tahapan penggkutan harus menggunakan kereta
dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen kotor. Pada
Puskesmas Lubuk Basung saat atahap pengangkutan linen masih
menggunakan ember, karena keterbatasan sumberdaya tidak ada penyediaan
kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen kotor.
Permasalahan dari pengelolaan tempat pencucian linen di ruang linen
Puskesmas Lubuk Basung pada keterbatasan alat yaitu kurangnya jumlah
mesin cuci, jumlah mesin cuci hanya ada 1 unit, misalnya untuk pencucian
linen kotor berat (infeksius) harusnya dipisah dengan pencucian linen kotor
ringan (non infeksius).
Akibat dari penggunaan mesin cuci yang sama bisa memungkinkan adanya
infeksi karena salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya infeksi menurut
Depkes RI (2004) adalah penggunaan alat yang terkontaminasi.

B. Saran
Saran untuk fasilitas kesehatan, seharusnya semua fasilitas kesehatan
baik tingkat kota maupun desa harus memperhatikan dan mnegikuti peraturan
yang ada mengenai pengelolaan linen yang baik, untuk mencegah penyakit
akibat infeksi Nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA

Marza, R. F., . D., & . S. (2019). Pengelolaan Linen Di Puskesmas Lubuk Basung
Kabupaten Agam. Jurnal Sehat Mandiri, 14(1), 29–40.
https://doi.org/10.33761/jsm.v14i1.89

Tripadanti, O. (2015). Kajian Pengelolaan Linen Di Instalasi Central Sterile Supply


Departement (CSSD) dan Laundry RSUD Iskak Tulungagung. 27. Retrieved
from http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul
Latifah-101810401034.pdf?sequence=1

Lubis, S. (2019). Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Penanganan Sampah dan
Linen di Rumah Sakit Prima Husada Cipta Medan Tahun 2019.

https://www.krakataumedika.com/info-media/artikel/pengelolaan-linen-dan-laundry-
di-rumah-sakit

http://eprints.dinus.ac.id/20279/10/bab2_18464.pdf

Anda mungkin juga menyukai