Anda di halaman 1dari 25

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WARU PAMEKASAN

NOMOR :

TENTANG

PENGELOLAAN LINEN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WARU PAMEKASAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WARU PAMEKASAN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah

Sakit Umum Daerah Waru, maka diperlukan penyelenggaraan

pelayanan yang profesional dan bermutu tinggi dengan

mengutamakan keselamatan dan pelayanan yang berfokus

kepada pasien.

b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah

sakit merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

mengutamakan pelayanan yang aman dan memberikan

perlindungan dari resiko infeksi terkait dengan pelayanan

kesehatan.

c. bahwa dalam pelayanan yang aman yang memberikan

perlindungan dari resiko infeksi terkait dengan pelayanan

kesehatan termasuk pengelolaan linen yang meminimalisasi

resiko penularan infeksi.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, b dan

c dalam mewujudkan pelayanan yang aman dan bermutu


tinggi, perlu membentuk Keputusan Direktur Rumah Sakit

Umum Daerah Waru tentang Pengelolaan Linen di Rumah

Sakit Umum Daerah Waru Pamekasan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah

Sakit;

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Rumah Sakit;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/2007

tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan

Lainnya;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/2007


tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di

Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya;

9. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Waru

Pamekasan No : 01/RUMAH SAKIT UMUM-CND/SK/VII/2015

tentang Kebijakan Pembentukan Panitia Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).

10. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Waru

Pamekasan No:02/RSU-CND/SK/VII/2015 tentang Kebijakan

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

WARU TENTANG PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH WARU PAMEKASAN

KESATU : Kebijakan Pengelolaan Linen di Rumah Sakit Umum Daerah waru

sebagaimana yang dimaksud tercantum dalam Lampiran Peraturan

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah waru ini;


KEDUA : Kebijakan Pengelolaan Linen di Rumah Sakit Umum Umum Daerah

waru sebagaimana yang dimaksud dalam diktum kesatu

merupakan pedoman bagi petugas kesehatan dalam melaksanakan

pengelolaan linen yang meminimalisasi resiko penularan infeksi di

rumah sakit;
KETIGA : Pembinaan dan Pengawasan dilakukan oleh Dewan Direksi dan

Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

(PPIRS);
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan dengan

ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan


dalam keputusan ini, maka akan ditinjau kembali untuk diperbaiki

sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Pamekasan
Pada Tanggal 08 Januari 2019
Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Waru Pamekasan

HENDARTO

BAB II

RUANG LINGKUP

1. Ruang lingkup
Ruang lingkup kegiatan pokok Instalasi Linen dan Loundry meliputi sebagai

berikut :

a. Proses Penerimaan Linen Kotor

b. Proses Perendaman dan Pencucian Linen

c. Proses Pengeringan dan Penyetrikaan

d. Pelipatan dan Penyotiran

e. Penyimpanan

f. Pendistribusian

g. Penjahitan dan Pengguntingan

h. Logistik dan Administrasi

2. Zona / area laundry :

a. Area Kotor dilakukan proses

1) Penerimaan linen kotor

2) Penimbangan.

3) Pemisahan (linen infeksi dan non infeksi ).

4) Perendaman.

5) Pencucian.

6) Pemerasan.

b. Area Bersih dilakukan proses :

1) Pengeringan.
2) Penyotiran Noda

3) Penyetrikaan.

4) Sotiran linen rusak

5) Pelipatan

6) Penyimpanan.

c. Area Distribusi dilakukaan poses:

1) Pendistribusian Linen

2) Untuk kegiatan Administrasi laundry.

BAB III

TATA LAKSANA

3.1. Tata laksana pengelolaan linen


Tata laksana pengelolaan pencucian linen secara umum terdiri dari

perencanaan, penerimaan linen kotor, penimbangan, pensortiran/pemilahan,

proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir

linen rusak, pelipatan, merapikan, pengepakan/pengemasan, penyimpanan,

pendistribusian, perawatan kualitas linen, dan pencatatan serta pelaporan.

3.2.1 Alur Proses Pengelolaan Linen

ALUR PROSES LINEN

Pengumpulan Transportasi Penyotiran Pencucian

Pengeringan

Pelipatan Pemerasan

Pengepresan

(Setrika)

Penyimpanan Transportasi Penggunaan

a. Pengumpulan
Pada umumnya linen – linen yang bekas dipakai oleh pasien yang

mudah menularkan penyakit harus dikumpulkan secara terpisah dari

keseluruhan linen. Ini penting agar bakteri - bakteri atau kuman –

kuman yang menempel pada linen – linen dari rumah sakit tidak

menular pada linen – linen lain.

b. Transportasi

Pada saat pengangkutan cucian kotor, cucian diterima di bagian

penyortiran dengan berbagai cara dapat diangkut dengan

menggunakan trolley / kereta dorong, keranjang, tas atau yang

lainnya. Ingat harus hati – hati untuk mencegah terjadinya pengotoran

lebih berat atau kerusakan pada bahan. Misalnya jangan diseret /

ditarik dengan troly, untuk menjaga kesehatan jangan memakai troly

yang sama untuk membawa bahan yang bersih / kotor.

1. Membawa dengan tanganHindari membawa pakaian yang terlalu

berlebihan, tercecer.

2. Membawa trolyJangan melebihi muatan, jangan menggunakan

kantong yang rusak.

c. Penyotiran

Penyotiran bahan kotor perlu dilakukan untuk menjamin efisiensi waktu

di cuci / laundri dan memberikan keuntungan misalnya: hemat waktu,

hemat deterjen.Bahan dari polyester / cotton hendaknya dipisahkan ke

dalam tinggkat pengotorannya berat atau sedang untuk diproses.

Tanpa penyotiran bahan yang tingkat pengotorannya berat sering


masih kurang bersih sedang yang tingkat pengotorannya biasa akan

kelebihan proses. Bahan yang bewarna harus di pisahkan dari bahan

yang putih untuk mencegah kelunturan bagi bahan yang putih.

d. Pencucian

Sebelum di cuci sebaiknya cucian direndam dalam air dingin dan /

dalam produk enzim yang dapat melepaskan darah dan zat – zat

protein lainnya atau dapat juga dimulai dengan membilas dengan air

kran yang mengalir deras untuk melepaskan partikel – partikel kotoran.

Pencucian harus dilakukan didalam air untuk mencegah

penguapan.Sebaiknya menggunakan detergen yang dapat

menghilangkan kotoran organik dan inorganik, sedikit busa, mudah

dibilas, dan dapat mencegah pengendapan deposit air.

e. Pemerasan

Pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terdapat di

cucian supaya cucian cepat kering.

f. Pengeringan, pengepresan, setrika

Pengeringan adalah bagian penting dalam proses pencucian.

Pengeringan bisa juga dilakukan dengan pemanas steam atau listrik.

Pengeringan menggunakan sinar matahari sebaiknya tidak dilakukan

dibawah sinar matahari langsung untuk mencegah warna pudar.

g. Pelipatan

Pelipatan dapat dilakukan dengan tangan / mesin otomatis. Jika bahan

masih kotor pelipatan jangan diteruskan, simpanlah disamping untuk


dicuci kembali. Hal ini untuk menghindari komplain.

h. Penyimpanan

Setelah bahan dilipat biasanya disimpan digudang tersendiri untuk

dipakai hari berikutnya. Bahan yang dipres permanen sebaiknya

disimpan dalam keadaan terlipat paling sedikit satu malam sehingga

tidak akan kusut bila digunakan. Disini adalah tempat yang paling

bagus untuk mengetahui standart pekerjaan secara umum. Sebagai

contoh tumpukan linen akan terlihat bervariasi tergantung dari

lamanya dan dari apa bahan di buat.

i. Transportasi

Pendistribusian linen yang sudah bersih dari linen ke ruangan –

ruangan. Hindari membawa pakaian yang terlalu berlebihan atau

tercecer agar pakaian tidak jatuh dan terkena kotoran.

j. Penggunaan

Linen siap untuk digunakan.

1. Sarana dan Prasarana Pengelolaan Linen


a) Sarana Pengelolaan Linen
Sarana untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan untuk

memudahkan koordinasi selama pengoperasian.Tata letak dan

hubungan antar ruangan memerlukan perencanaa teknik untuk

memudahkan penginstalan listrik, uap, air panas, dan penunjang

lainnya. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri dari :


1) Ruang penerimaan linen terdiri dari :
a. Meja penerima untuk linen yang terinfeksi dan tidak

terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah terpisah


antara kantung kuning untuk terinfeksi dan kantung hitam

untuk sampah tidak terinfeksi.


b. Timbangan
c. Tempat yang cukup untuk linen kotor agar dilakukan

desinfeksi sesuai standart.


2) Ruang pemisahan linen.
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen

yang tidak terinfeksi dan lantai yang digunakan dalam

ruangan tidak boleh dari bahan yang licin.


3) Tempat pencucian dan pengeringan linen.
Tempat ini terdiri dari mesin cuci dan tempat pengering

linen. Bagi rumah sakit yang belum memiliki mesin cuci harus

disiapkan bak pencuci yang terbagi tiga yaitu perendaman

non infeksius, bak infeksius dengan tambahan desinfektan,

dan bak untuk pembilasan serta harus disediakan isntalasi air

bersih dengan drainasenya. Lantai tempat ini tidak boleh

dibuat dari bahan yang licin dan perlu diperhatikan

kemiringannya.
Mesin cuci yang digunakan untuk pencucian linen

infeksius dan non infeksius harus dibedakan karena apabila

tercampur dapat mengkontaminasi linen non infeksius dan

akan menyebarkan bibit penyakit. Persyaratan mesin cuci

yang digunakan khusus linen dan laundry adalah :


a. Mesin cuci dengan kapasitas besar (diatas 100 kg)

disarankan memiliki 2 (dua) kompartemen (pintu) yang

membedakan antara memasukkan linen infeksius dan non

infeksius dengan hasil pencucian linen bersih. Antara 2

kompartemen dibatasi dengan partisi yang kedap air,


karena fungsi pemisahan tersebut adalah menghindari

kontaminasi dari linen kotor dengan linen bersih.


b. Mesin cuci dengan kapasitas sedang dan kecil (25-100 kg)

tanpa penyekat.
c. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian langsung

dialirkan menuju IPAL.


d. Peralatan pendukung yang digunakan untuk membantu

proses pemanasan (Desinfeksi) :


1. Pencatat suhu (tremometer) pada mesin cuci.
2. Termostaat untuk membantu meningkatkan suhu pada

mesin cuci.
3. Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk

mengukur jumlah air yang dibutuhkan pada saat

pengenceran bahan kimia pada saat desinfektan.


4) Ruang penyetrikaan linen.
Ruang ini terdiri dari alat penyetrikaan linen yang dilengkapi

dengan pemasangan fan dan exhaust fan.


5) Ruang penyimpanan linen.
Ruang penyimpanan linen terdiri dari lemari dan rak untuk

menyimpan linen serta meja administrasi. Ruangan ini harus

bebas dari debu dan pintu masuk dan pintu lemari harus

selalu tertutup
b) Prasarana Pengelolaan Linen
Prasarana untuk instalasi pengelolaan linen mempunyai peran

yang penting untuk pelaksanaan pengelolaan linen. Prasarana

yang digunakan utnuk pengelolaan linen adalah :


1. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik,

adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi Pencucian

terbagi dua bagian antara instalasi penerangan dan instalasi

tenaga.Daya di instalasi pencucian cukup besar terutama untuk


mesin cuci, mesin pemeras, mesin pengering, dan alat

setrika.Untuk instalasi kotak kontak disarankan untuk

memperhatikan penempatan, yaitu harus menjauhi daerah

yang lembab dan basah.Jenis kontak hendaknya yang tertutup

agar terhindar dari udara lembab, sentuhan langsung, dan

parallel yang melebihi kapasitas penggunaan.


2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya

40% dari kebutuhan air dirumah sakit atau diperkirakan 200

liter per tempat tidur per hari. Kebutuhan air untuk proses

pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standart air bersih

berdasarkan Permenkes No.416 tahun 1992 dan standar

khusus bahan kimia dengan penekanan tidak adanya garam

dan besi.

2. Penanganan dan Pengangkutan Linen


Mengurangi terjadinya kontaminasi udara akibat linen kotor

selama penanganan dan pengangkutan dapat dilakukan melalui

berbagai cara. Pada prakteknya sedikit sulit untuk menurunkan

kontaminasi, tetapi dengan penyediaan kantong plastik untuk

mengumpulkan linen kotor akan sangat membantu dalam

mengurangi penyebaran kuman.


Alat pengangkut utama linen di rumah sakit adalah kereta

dorong, kereta dorong idealnya untuk linen kotor dan linen bersih

terpisah.Untuk membedakan biasanya kereta didesain berbeda baik

bentuk dan warnanya sehingga tidak terjadi kekeliruan penggunaan.

Bila harus menggunakan kereta yang sama, maka perlu disediakan


pelapis plastic yang kuat untuk menghindari kontaminasi dan kereta

harus dicuci secara berkala. disarankan kereta tersebut terbuat dari

kerangka stainless steel yang dapat dan mudah dicuci setelah

digunakan untuk linen kotor.

3. Pencucian Linen Kotor


Umumnya linen kotor disortir dulu sebelum dicuci. Keuntungan

penyortiran antara lain linen sejenis dapat dicuci bersama, jadi akan

menghemat siklus pemakaian untuk tiap jenis dan proses

penanganan linen bersih dapat hemat sehingga mengurangi

kontaminasi. Tiap laundry mempraktekkan siklus pencucian masing-

masing namun langkah –langkah pencucian akan meliputi

pembilasan pertama, tahap penyabunan, dan tahap pembilas akhir.


Dari proses pencucian tersebut bahwa selama siklus pencucian

linen akan kontak dengan bahan kimia untuk membunuh mikroba

yang terdapat pada linen. Meskipun proses pencucian linen mampu

memberikan perlindungan terhadap linen, tetapi proses tersebut

bukan sterilisasi.

4. Penanganan Linen Bersih

Setelah linen dicuci kemudian dipindahkan ke mesin pemeras,

pengering, penyetrika atau proses lainnya, sehingga mungkin

terkontaminasi ulang. Tenaga bagian pencucian perlu menyadari hal

tersebut dan sejauh mungkin diupayakan mengurangi kontaminasi

ulang .Berbagai penataan di ruang pencuciandidesain bertujuan

untuk tidak terjadinya kontaminasi ulang.


Terlepas dari desain yang ada, desain dasar ruang pencucian

yang harus diperhatikan adalah harus ada pemisahan antara

penyortiran linen kotor dan linen bersih, mengurangi jarak

transportasi antara satu proses dan proses berikutnya, para pekerja

yang menangani linen bersih hendaknya mengenakan seragam yang

bersih dan terlatih dalam teknik kebersihan, mengenakan penutup

kepala serta selalu mempraktekkan perilaku mencuci yang benar

dan pembungkus linen bersih lebih baik menggunakan kantong

plastic.

5. Peralatan dan Bahan Pencuci


Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan

pencuci kimiawi dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak

merusak bahan linen yang akan dicuci serta tidak merusak mesin

cuci, kulit petugas yang melaksanakan dan hasil limbah buangannya

tidak merusak lingkungan, maka bahan kimia yang digunakan untuk

proses pencucian harus diperhatikan. Peralatan yang digunakan

pada instalasi pencucian antara lain adalah :


a.Mesin cuci/ Washing Machine
b.Setrika/ Ironer
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila

digunakan sesuai dengan prosedur. Jika menggunakan bahan

kimia secara berlebihan tidak akan membuat hasil menjadi baik,

begitu juga apabila kekurangan. Bahan kimia yang dipakai secara

umum terdiri dari :


1. Detergen/ sabun pencuci mempunyai peran untuk

menghilangkan kotoran secara global.


2. Bleach/ pemutih digunakan untuk mengangkat kotoran/noda,

memutihkan linen, dan bertindak sebagai desinfektan.


3. Softener digunakan untuk melembutkan linen, digunakan pada

proses akhir pencucian.


4. Bahan desinfektan (Chlorine) digunakan untuk

menghilangkan/membunuh kuman yang terdapat pada linen

yang terinfeksi.

6. Kalibrasi Linen
1. Linen tidak boleh sobek.
2. Linen tidak kusut.
3. Linen tidak boleh berbau amis, keadaan linen harus tetap segar

dari segi warna dan bau.


4. Tidak boleh terdapat bercak-bercak noda.
5. Warnanya tetap cerah dan tidak belang.
6. Linen tidak terbuat dari bahan yang tipis yang dapat

mengakibatkan linen menerawang.

7. Penyebab Linen Cepat Rusak


1. Bahan linen yang dibeli kualitasnya kurang bagus.
2. Noda yang timbul pada linen susah dibersihkan/dihilangkan.
3. Bahan pencucian linen yang digunakan kurang baik.
4. Stock linen yang kurang memadai sehingga digunakan terus

menerus.
5. Pada saat proses penjemuran linen terkena panas matahari

langsung.

8. APD yang digunakan untuk pekerja adalah :


1. Masker
2. Penutup kepala
3. Sarung tangan karet
4. Baju kerja
5. Sepatu Boot
6. Apron

9. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil

yang berada dirumah sakit yang meliputi linen diruang perawatan


maupun baju beda diruang operasi (OK), sedangkan baju perawat,

jas dokter maupun baju kerja biasanya tidak dikelompokkan pada

kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai seragam (uniform).


Secara fungsional linen digunakan untuk baju, alas,

pembungkus, lap, dan sebagainya sehingga dalam perkembangan

manajemennya menjadi tidak sederhana lagi, berhubung tiap bagian

di rumah sakit mempunyai spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan

yang besar, frekuensi cuci yang tinggi, dan keterbatasan persediaan.

Untuk itu diperlukan standart linen, antara lan :


a. Standart produk
Sarana kesehatan bersifat universal maka sebaiknya rumah sakit

mempunyai standar produk yang sama, agar bisa diproduksi

massal dan mencapai skala ekonomi. Produk dengan kualitas

tinggi akan memberikan kenyamanan pada waktu pemakaiannya

dan mempunyai waktu penggunaan yang lebih lama, sehingga

secara ekonomi lebih optimum dibandingkan produk yang lebih

murah.
b. Standart desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya

dari pada estetikanya, maka desain yang sederhana, ergonomis,

dan unisex merupakan pilihan yang ideal, terutama pada baju

bedah dan baju pasien.Sizing system dengan membedakan

warna, diaplikasikan pada baju tertentu untuk

mengakomodasikan individu pemakai. Untuk kepentingan praktis

beberapa rumah sakit menggunakan sprei/laken yang fitted selain

yang flat. Tidak kalah pentingnya adalah pertimbangan pada


waktu pemeliharaan, penggunaan kancing dan sambungan baju

lebih baik dihindari.


c. Standart material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara

perawatan, dan penampilan yang diharapkan. Beberapa standart

kain yang digunakan dirumah sakit adalah cotton 100%, poly-

cotton 65%-35%, dan polyester 100%.


d. Standart ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi

penggunaan, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya

operasional yang timbul.Makin luas dan berat maka makin mahal

biaya pengadaan dan pengoperasiannya. Dengan adanya ukuran

tempat tidur yang standart, misalnya 90x200 cm, maka ukuran

linen bisa distandartkan menjadi :


 Sprei/laken : 160x275 cm
 Sarung bantal : 50x70 cm
 Steek laken : 75x160 cm
 Selimut lurik : 120x200 cm
 Zeil/perlak : 65x110 cm
e. Standart jumlah
Idealnya jumlah stok linen adalah 5 par (kapasitas) dengan posisi

3 par berputar di ruangan. Stok 1 par terpakai, stok 1 par dicuci,

stok 1 par cadangan dan 2 par disimpan di gudang : 1 par sudah

terjahit dan I par berupa lembaran kain.


f. Standart penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan

prosedur normal.Sebaiknya setiap rumah sakit menentukan

standart kelaikan sebuah linen, dengan umur linen, kondisi fisik

atau dengan frekuensi cuci.


g. Standart penggantian linen
1. Setiap pengambilan linen kotor , linen langsung diganti dengan

yang bersih.
2. Linen bersih yang diterima adalah linen yang tidak bernoda dan

tidak sobek/cacat.
3. Linen di lipat dengan rapi/tidak ada kusut pada kain linen agar

terkesan bersih dan baik.


4. Apabila terdapat pasien, linen harus diganti setiap harianya

agar kebersihan dan kesehatan pasien tetap terjaga dengan

kebersihan linen. Apabila pasien menolak untuk diganti

linennya maka harus memberikan tanda tangan tentang

penolakan penggantian linen.


5. Linen yang terkena cairan tubuh pasien atau kotoran pasien

wajib dibersihkan dengan disinfektan agar dapat memutus

mata rantai penyebaran penyakit infeksius.

10. Prosedur Untuk Linen Kotor Infeksius dan Non Infeksius.


Penanganan linen dimulai dari proses verbeden (penggantian

linen). Pelaksanaan verbeden dilakukan oleh perawat yang

bertugas, dimana sebelum dilakukan penggantian linen bersih

harus melepaskan linen kotor. Dengan demikian perawat tersebut

akan kontak dengan linen kotor infeksius maupun non infeksius.


a. Prosedur untuk linen kotor infeksius adalah :
1. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

paling tidak 10-15 detik sebelum dan sesudah melakukan

pekerjaan.
2. Gunakan APD dengan lengkap (baju kerja sarung tangan,

apron, masker, dan penutup kepala)


3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

pencucian.
4. Lipat bagian yang terinfeksi dibagian dalam lalu

masukkan linen kotor infeksius ke dalam ember tertutup

dan dibawa ketempat pencucian.


5. Noda darah dan feses terlebih dahulu harus dibersihkan

dan di basahkan dengan air lalu masukkan ke dalam

kantung transparan untuk memisahkan antara linen

warna dan linen putih (kantung khusus linen kotor

infeksius).
6. Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah

tertutup/tersegel dimasukkan kembali ke dalam kantung

luar berwarna (sesuai dengan standart).


7. Kumpulkan ke troli linen kotor dan siap dibawa ke laundry

dalam keadaan tertutup.


b. Prosedur Untuk Linen Kotor Tidak Infeksius :
1. Biasakan mencuci tangan hygienie dengan sabun paling

tidak 10-15 detik sebelum dan sesudah pekerjaan.


2. Gunakan APD : Sarung tangan, masker, dan apron.
3. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
4. Lipat bagian yang terkena noda di bagian dalam lalu

masukkan linen kotor ke dalam ember tertutup.


5. Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap

dimasukkan dan dikumpulkan ke troli linen kotor untuk di

bawa ke laundry.

3.2. Tata laksana pengelolaan laundry.


Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi

organisme adalah :
1. Diruangan – ruangan.
2. Perjalanan transportasi linen kotor.
3. Pencucian di laundry.
4. Penyimpanan linen bersih.
5. Distribusi linen bersih.
Dalam pelaksanaan pengelolaan linen dan laundry ada beberapa hal yang perlu

diperhatian, antara lain :


1. Tenaga Laundry
Tenaga yang diperlukan untuk mengelola linen adalah :
a. Linen kotor masing-masing ruangan dikumpulkan oleh perawat atau

tenaga yang bertugas, dimasukkan ke dalam kantong yang sudah

dipersyaratkan.
b. Proses pengumpulan, pengangkutan, pencucian, penyimpanan, dan

pendistribusian dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi SMP

dan pelatihan khusus.


c. Proses pengelolaan linen diawasi oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi

D-I dan pelatihan khusus.


Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap

tenaga pencuci maka perlu pencegahan dengan :


a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG, dan hepatitis.
c. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit tidak diperbolehkan

melakukan pencucian.
2. Tahapan Kerja di Laundry
Setiap linen kotor harus diambil untuk dilakukan pencucian setiap hari

secara rutin, dan kebutuhan linen bersih tercukupi.Sebelum linen kotor

infeksius maupun non infeksius di tangani oleh laundry ada beberapa tahapan

yang dilakukan di bagian laundry antara lain :


a. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.

Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan,

sedangkan jumlah satuan berasal dari informasi ruangan dengan formulir

yang sudah distandarkan.Tidak dilakukan pembongkaran muatan untuk

mencegah penyebaran organisme.

b. Pemilihan dan penimbangan linen kotor.


Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa kriteria antara linen kotor

infeksius dan non infeksius, upayakan tidak melakukan pensortiran karena

pensortiran untuk linen infeksius sangat tidak dianjurkan, penggunaan


kantung sejak dari ruangan adalah salah satu upaya menghindari sortir.

Penimbangan sesuai dengan kapasitas yang dihasilkan dan kriteria untuk

menghitung kebutuhan bahan kimia dalam tahapan proses pencucian.


c. Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkannoda(bersih), awet

(tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari

mikroorganisme pathogen). Sebelum melakukan pencucian setiap harinya

terlebih dahulu dilakukan pemanasan/desinfektan untuk membunuh

seluruh mikroorganisme.Untuk dapat mencapai tujuan pencucian, harus

mengikuti persyaratan teknis pencucian antara lain waktu, suhu, bahan

kimia, dan mesin.


d. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap

pencucian slesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang memiliki

fungsi pemerasan/extractor, namun jika mesin cuci extractor terpisah,

maka diperlukan troli untuk memindahkan hasil cucian dari mesin cuci

menuju extractor.Troli diupayakan dipelihara kebersihannya dan pencucian

dengan desinfektan sebelum melakukan pekerjaan. Proses pemerasan

dilakukan dengan mesin pada putaran tinggi.


e. Pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/drying yang mempunyai

suhu tinggi. Pada proses ini jika mikroorganisme ada yang belum mati atau

terjadi kontaminasi ulang diharapkan mikroorganisme tersebut dapat mati.


f. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika, tetapi harus

diperhatikan suhunya karena linen mempunyai keterbatasan terhadap

suhu.
g. Pelipatan.
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan

pada saat penggantian linen, dimana tempat tidur kosong atau saat pasien

di atas tempat tidur.Linen yang perlu diperhatikan khusus pada

pelipatannya adalah sprei, steek laken, zeil, sarung bantal/sarung guling,

dan selimut.

h. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan untuk melindungi linen dari kontaminasi

ulang, baik dari bahaya mikroorganisme ataupun vektor.Ada baiknya lemari

penyimpanandipisahkan menurut masing-masing ruangan dan diberi obat

anti ngengat yaitu kapur barus.Sebelum disimpan sebaiknya linen

dibungkus dengan plastik transparan sebelum didistribusikan.


i. Pendistribusian.
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting untuk

pencatatan linen yang keluar.Linen tersimpan sebelumnya yang

mengendap di penyimpanan harus dikeluarkan, sedangkan yang selesai

dicuci disiapkan untuk yang berikutnya.Ada baiknya bagian inventaris

ruangan mengambil pada saat yang bersamaan linen yang akan dicuci

ditukar dengan linen bersih yang siap didistribusikan, sedangkan linen sisa

yang berada diruangan harus disiapkan untuk digunakan kembali. Setiap

linen yang dikeluarkan dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap linen,

nomor berapa yang keluar dan nomor berapa yang disimpan, dengan

pencatatan tersebut dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana

saja yang tidak digunakan.


j. Penggantian linen rusak.
Linen rusak dapat dikategorikan karena umur linen yang terlalu lama

dan kesalahan pencucian. Dua kategori tersebut dapat diketahui dari

sistem pencatatan yang mengenai perputaran linen yang tercatat setiap


harinya, bahkan dapat diketahui ruangan yang menghilangkan atau

merusak namun dapat juga kerusakan terjadi pada saat proses pencucian

akibat petugas yang menangani laundry.


Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki (diserahkan kepenjahit)

dan ada yang memang harus mendapatkan penggantian.Jenis kerusakan

yang harus mendapatkan penggantian adalah linen terkena noda yang

sudah tidak dapat dihilangkan, kerapuhan beberapa bagian akibat bahan

kimia korosif, dan robek karena tersangkut.Penggantian segera dilakukan

oleh pihak laundry dengan mengirimkan formulir permintaan kerusakan

kepada pihak logistic.


3. Harus Tersedia di Laundry
1. Ada ruangan khusus untuk penimbangan linen kotor.
2. Ada timbangan untuk menimbang linen kotor.
3. Bak perendaman khusus untuk noda yang sulit dihilangkan.
4. Sarana cuci tangan dan alat perlindungan untuk pekerja.
4. Pengaturan ruang laundry
1. Ruang laundry diatur sedemikian rupa untuk membedakan cucian linen

kotor dengan linen bersih, agar tidak terjadi kontaminasi.


2. Area laundry diberikan ventilasi yang cukup.
3. Tersedianya sarana cuci tangan dan alat pelindung diri bagi personal

laundry.
4. Ruang administrasi, dan ruang istirahat terpisah dari ruang produksi.
BAB IV

DOKUMENTASI PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

Dokumen yang dibutuhkan untuk penatalaksanaan linen mulai dari ruangan hingga

didistribusikan terdiri dari :

1. Dokumen pengambilan linen kotor dari ruangan dan penerimaan linen bersih.
2. Dokumen pengiriman linen infeksius.
3. Dokumen pengiriman linen kotor/infeksius dari ruang OK.
4. Dokumen pendistribusian linen bersih dari laundry.
5. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci.
6. Dokumen outsourching (jika akan dikirim keluar).
7. Dokumen penghapusan linen rusak.
8. Dokumen permintaan linen baru.

Anda mungkin juga menyukai