Anda di halaman 1dari 15

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA

NOMOR : 401/445/SK/RSUD WMX TAHUN 2018

TENTANG
KEBIJAKAN SENTRALISASI PELAYANAN STERILISASI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA

Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Wamena merupakan


salah satu rumah sakit kelas C yang melaksanakan kegiatan
pelayanan.
b. bahwa dalam rangka menunjang peningkatan mutu
pelayanan kesehatan serta mencegah infeksi nosokomial di
rumah sakit perlu penanganan sterilisasi dengan baik.
c. bahwa salah satu mata rantai untuk pengendalian infeksi
perlu adanya pengaturan tentang sentralisasi untuk
pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit Umum Daerah
Wamena.
d. bahwa dalam pengelolaan sterilisasi membutuhkan
kebijakan sentralisasi pelayanan sterilisasi sebagai acuan
kerja untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi di
Rumah Sakit Umum Daerah Wamena.
e. bahwa sentralisasi pelayanan sterilisasi dipandang perlu
ditetapkan dan diberlakukan dengan keputusan Direktur.
Mengingat 1. Undang-Undang Negara R.I. Nomor : 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor: 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor: 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
271/MENKES/SK/II/2005, tanggal 23 Februari 2005
tentang Perubahan Nama Rumah Sakit Anak dan Bersalin
Harapan Kita menjadi Rumah Sakit Anak dan Bunda
Harapan Kita.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1683/MENKES/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Anak dan Bunda
Harapan Kita.
6. Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor :
436/MENKES/SK/SK/VI/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang
Berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar
Pelayanan Medis di Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor :

1
382/Menkes/SK/III/2007, tanggal 27 Maret 2007, tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEBIJAKAN SENTRALISASI PELAYANAN STERILISASI DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA.

KESATU : Memberlakukan Kebijakan Sentralisasi Pelayanan Sterilisasi


sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

KEDUA : Dalam melaksanakan tugas Instalasi Sarana Sandang dan


Sterilisasi Sentral agar mengacu pada Kebijakan Sentralisasi
Pelayanan Sterilisasi sebagaimana tercantum dalam lampiran
surat keputusaan ini

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan


akan dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan
organisasi dan atau sesuai kebutuhan.

KEEMPAT : Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan


ini, maka akan ditinjau kembali untuk diperbaiki sebagaimana
mestinya

Ditetapkan di Wamena
Pada Tanggal 28 November 2018

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA

dr. FELLY G. SAHUREKA, M.Kes, Sp.PK


NIP: 19700521 200212 2 002

2
Lampiran : Surat Keputusan Direktur
Nomor : 401/445/SK/RSUD WMX Tahun 2018
Tanggal : 28 November 2018

KEBIJAKAN TENTANG PEL CSSD

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN

1. Instalasi Sterilisasi Sentral adalah salah satu unit penunjang bisnis di


RSUD Wamena yang mempunyai tugas sebagai pengelola sterilisasi di
rumah sakit, serta melaksanakan kegiatan sterilisasi secara sentral
untuk menunjang kelancaran pelayanan.

2. Pelayanan Sterilisasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan


dari sistim pelayanan kesehatan rumah sakit yang memproses semua
bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan
medik di rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian,
pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyaluran.

3. Pusat Pelayanan Sterilisasi adalah Instalasi Sarana Sandang dan


Sterilisasi Sentral atau CSSD (Central Sterile Supply Department)
merupakan salah satu mata rantai untuk pengendalian infeksi dan
berperan dalam menurunkan angka infeksi nosokomial dan
mewujudkan keselamatan pasien (Patient Safety).

4. Sentralisasi adalah sistim yang mencerminkan kegiatan yang dilakukan


terpusat, dalam satu atap manajemen agar kualitas yang dicapai dapat
terstandarisasi, tidak ada duplikasi pelayanan sterilisasi sehingga terjadi
efisiensi cost bagi rumah sakit.

5. Sterilisasi adalah suatu proses penanganan alat atau bahan yang tidak
steril menjadi steril dengan menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroba termasuk endospora melalui metode sterilisasi.

6. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme temasuk spora.

7. Barang steril sekali pakai (single use) adalah barang / alat kesehatan
yang disediakan dan diproduksi untuk sekali pakai atau habis
digunakan sekali pakai dalam satu kemasan.

8. Barang steril yang dapat diulang (re-use) adalah barang / alat kesehatan
sesudah digunakan dapat diulang pakai setelah melalui proses
pencucian, dekontaminasi, pengemasan / labeling dan disterilkan
dengan mesin sterilisator yang sesuai (suhu tinggi atau suhu rendah)

3
9. Dekontaminasi adalah proses pembersihan peralatan dan barang / alat
kesehatan kotor yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba secara
fisika atau kimia dengan menggunakan desinfektan atau deterjen
dimulai dari mengelompokkan, merendam, mencuci, membilas sampai
mengeringkan.

10. Desinfektan adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk mencegah


terjadinya infeksi atau pencemaran dan mempunyai karakteristik dapat
mensterilkan.

11. Pengemasan adalah kegiatan pembungkus barang / alat kesehatan yang


akan disterilkan dengan bahan pengemas yang sesuai jenis dan ukuran.

12. Labeling adalah kegiatan pemberian label / etiket yang dilakukan


terhadap masing-masing bungkus / kemasan dari barang / alat
kesehatan yang akan melalui proses sterilisasi.

Pasal 2
PENYELENGGARAAN PELAYANAN STERILISASI

1. Penyelenggaraan Pelayanan Sterilisasi dapat secara :


1. Sentralisasi oleh Instalasi Sarana Sandang dan Sterilisasi Sentral
2. Desentralisasi oleh Unit Kerja, dinamakan Satelit CSSD

2. Pelayanan Sterilisasi Desentralisasi (Satelit CSSD) diselenggarakan


dilokasi Unit Kerja dibawah koordinasi dan tanggung jawab Instalasi
Sarana Sandang dan Sterilisasi Sentral, dengan ketentuan :
1. Tersedia ruangan (area kotor, area bersih,dan area steril) dan sarana
prasarana yang memenuhi standar.
Desain ruang pelayanan sterilisasi terdiri dari unclean area, clean
area, sterile area, yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindarkan
kontaminasi silang , adapun persyaratan ruangan :
a. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan
yang tidak bergaris (nut).
b. Suhu antara 18o – 22o celcius
c. Ventilasi menggunakan tekanan negatif untuk ruang
dekontaminasi / kotor, tekanan positif untuk ruang bersih dan
ruangan penyimpanan alat steril.
d. Kelembaban 35 – 75 %
2. Tersedia SDM yang bertugas dalam pelayanan sterilisasi
3. Menyelenggarakan Pelayanan Sterilisasi dalam hal :
a. Pengecekan barang steril yang diterima dari Petugas Sterilisasi
Sentral / CSSD ( keadaan bungkus, tanggal sterilisasi, tanggal
kadaluarsa dan lain-lain)
b. Penempatan barang steril dalam wadah untuk dibawa keruang
rawat, penyimpanan barang steril sesuai ketentuan.
c. Penggunaan barang medis steril habis pakai setelah diberikan
pada pasien bila ada sisa dalam bungkus yang sudah terbuka

4
tidak boleh dipakai, untuk penderita infeksi khusus dibungkus
tersendiri dalam kantong yang berwarna kuning.
d. Proses dekontaminasi dan pengemasan dilakukan di ruangan unit
kerja, dan jika tidak mempunyai sarana dan prasarana proses
sterilisasi dikirim untuk proses sterilisasi ke Instalasi Sarana
Sandang dan Sterilisasi Sentral. Dan bila unit mempunyai sarana
dan prasarana / alat sterilisator, proses sterilisasi dilakukan di
unit kerja dan petugas harus memahami operasional,
penggunaaan alat, mutu sterilisasi dan operatornya sudah
mempunyai sertifikat pelatihan CSSD.
e. Melakukan komunikasi efektif dengan Instalasi Sarana Sandang
dan Sterilisasi Sentral yang berkaitan dengan pelayanan
sterilisasi.

Pasal 3
RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan sentralisasi pelayanan sterilisasi adalah :


1. Perencanaan dan Administrasi.
1.1. Rencana Strategis.
1.2. Rencana Biaya Anggaran.
1.3. Rencana Program dan Kegiatan.

2. Pengelolaan Sterilisasi
2.1. Barang Medis Habis Pakai (single use)
2.2. Barang / Alat kesehatan re-use

3. Pengawasan dan Evaluasi Mutu


3.1. Q.C (Quality Control)
3.2. Q.A (Quality Assurance)
3.3. Audit Mutu dan Evaluasi

5
BAB II
PENGORGANISASIAN

Pasal 4

1. Kegiatan Sentralisasi Pelayanan Sterilisasi dikelola oleh Instalasi Sarana


Sandang dan Sterilisasi Sentral yang dipimpin oleh seorang Kepala
Instalasi dalam Jabatan Fungsional

2. Kepala Instalasi Sarana Sandang dan Sterilisasi Sentral bertanggung


jawab langsung kepada Direktur dan Operasional

3. Dalam melaksanakan kegiatan Kepala Instalasi Sarana Sandang dan


Sterilisasi Sentral dibantu oleh :
3.1. Pengelola Urusan Pelayanan Sarana Sandang
3.2. Pengelola Urusan Pelayanan Sterilisasi Sentral
3.3. Pengelola Urusan Penyiapan Fasilitas dan SDM

Pasal 5
KETENAGAAN

1. Tenaga yang bekerja di Instalasi Sarana Sandang & Sterilisasi Sentral


khususnya di Sterilisasi Sentral / CSSD berdasarkan jenis dan
kualifikasi sesuai dengan kebutuhan

2. Jenis Tenaga
2.1. Tenaga Fungsional : Apoteker, Perawat dan Asisten Apoteker atau
D3 Farmasi.
2.2. Tenaga non Fungsional.

3. Kualifikasi Tenaga :
3.1. Pendidikan Minimal :
a. Kepala Instalasi Sarana Sandang & Sterilisasi Sentral : Sarjana
Umum, Kesehatan.
b. Pengelola Sterilisasi : Sarjana Kesehatan &
Umum
c. Pengelola Penyedia Fasilitas & SDM : Sarjana Umum
d. Ka.Tim Sterilisasi : D3 Teknik
e. Ka.Tim Produksi : D3 Kesehatan & Umum
f. Pelaksana : D3 Kesehatan/Farmasi &
SLA

3.2. Kompetensi : Di bidang Sterilisasi

3.3. Sertifikasi : Di bidang Sterilisasi

6
Pasal 6
TUGAS DAN FUNGSI

A. TUGAS :
1. Merencanakan kebutuhan barang medis, bahan pengemas yang
berkualitas untuk produksi barang medis steril
2. Menerima barang medis non steril (barang bersih dan barang kotor)
3. Menyiapkan atau memproduksi bahan medis steril
4. Menyalurkan barang medis steril
5. Mengawasi mutu barang medis steril
6. Memilih peralatan yang aman dan bermutu untuk menunjang
pelayanan sterilisasi seperti peralatan dekontaminasi, sterilisator,
dan lain-lain
7. Memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan sterilisasi
8. Melakukan monitoring dan evaluasi bersama panitia Pengendalian
Infeksi dan Panitia Keselamatan Pasien.

B. FUNGSI :
1. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi
serta mengevaluasi kegiatan sterilisasi.
2. Menyediakan dan menyalurkan barang steril ke unit kerja yang
membutuhkan.
3. Melakukan inventaris semua peralatan sterilisasi yang digunakan di
rumah sakit.
4. Mendokumentasikan setiap aktivitas penyelenggaraan proses
sterilisasi sebagai bagian dari program pengendalian mutu.
5. Memberikan kontribusi terhadap pendidikan & pelatihan bagi tenaga
kesehatan yang terkait dengan sterilisasi.

BAB III
PENGELOLAAN SENTRALISASI PELAYANAN STERILISASI

Pasal 7
PERENCANAAN KEBUTUHAN

1. Perencanaan kebutuhan pelayanan sterilisasi rumah sakit diusulkan


oleh Instalasi Sarana Sandang dan Sterilisasi Sentral sebagai
rekapitulasi usulan dari setiap unit kerja / instalasi / bagian / bidang.

2. Perencanaan BMHP adalah perencanaan bahan baku dan pengemas


yang dibutuhkan untuk produksi barang medis steril secara periodik
dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas penggunaannya dan
dikirim ke Instalasi Farmasi untuk proses selanjutnya.

3. Perencanaan Sarana Prasarana diusulkan ke IP3M dan IKLPS

4. Perencanaan ATK, ART dan Alat Non Medis diusulkan ke Bagian Umum

7
5. Perencanan Kebutuhan SDM & Pendidikan diusulkan ke Bagian SDM
dan Bagian Pendidikan.

Pasal 8
PERENCANAAN PRODUKSI BMHP STERIL

1. Perencanan Barang Medis Habis Pakai terdiri atas kebutuhan produk


kasa dan kapas yang sudah jadi yang akan diproses menjadi barang
steril.
2. Dalam penyusunan perencanaan BMHP yang akan diproduksi harus
memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas.

3. Tujuan perencanaan BMHP steril agar terpenuhi kebutuhan unit kerja,


mencegah terjadinya kekosongan barang dan memudahkan evaluasi
kebutuhan.

Pasal 9
PRODUKSI BMHP STERIL

Produksi BMHP steril dengan cara memproduksi atau menyediakan barang


seperti kasa lipat steril, kasa gulung steril, depper steril, tampon vagina, gaas
perut, lidi kapas, dan lain-lain, dari bahan kasa yang berkualitas yang
dikemas dengan bahan pengemas yang sesuai jenis dan ukuran, kemudian
disterilkan dengan mesin sterilisator suhu tinggi (Autoclave).

Pasal 10
PENGADAAN

1. Pengadaan BMHP berdasarkan perencanaan kebutuhan melalui


Instalasi Farmasi.
2. Pengadaan Sarana Prasarana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Pengadaan Logistik Alat Rumah Tangga, Alat Tulis Kantor melalui
Bagian Rumah Tangga.
4. Pengadaan kelengkapan IT termasuk jaringannya melalui Instalasi
Teknologi Informasi.

Pasal 11
PENERIMAAN BARANG DARI UNIT

1. Barang yang dikirim dari Unit Kerja ke Sterilisasi Sentral (CSSD) dalam
kondisi bersih dan sudah melalui dekontaminasi.
2. Penerimaan barang bersih melalui :
2.1. Loket penerimaan barang bersih dari unit kerja

8
2.2. Loket yang menghubungkan area dekontaminasi dengan area
pengemasan bagi barang / peralatan yang sudah di dekontaminasi
untuk dilakukan pengemasan dan labelling.

Pasal 12
PENERIMAAN BARANG DARI LUAR RUMAH SAKIT

1. Barang yang dikirim dari luar rumah sakit ( rumah sakit luar RSAB
Harapan Kita, Organisasi, Perusahaan, Panti Sosial, dll.) dalam kondisi
bersih dan sudah melalui dekontaminasi serta sudah dalam kondisi
kemasan.
2. Barang yang diterima dilakukan proses sterilisasi sesuai prosedur yang
berlaku.
3. Barang diserahkan kembali ke pengirim barang dengan melakukan
pembayaran melalui kasir BRI atau langsung ditransfer melalui Nomor
Rekening RSAB Harapan Kita.
4. Seluruh barang / alat yang diserahkan dicatat dalam buku pengeluaran
barang dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak, sebagai bahan
verifikasi akhir.

Pasal 13
DEKONTAMINASI

1. Dekontaminasi dilakukan terhadap barang yang akan disterilkan yang


bertujuan untuk :
a. Mengangkat kotoran baik yang berasal dari jaringan tubuh, lemak
ataupun darah.
b. Mengurangi jumlah mikroorganisme pada peralatan.
2. Kegiatan dekontaminasi dilakukan oleh petugas unit kerja masing-
masing dan dari Petugas Sterilisasi Sentral (CSSD).

Pasal 14
PENGEMASAN

1. Pengemasan barang / alat kesehatan disesuaikan dengan jenis barang


serta ukuran dan dapat menggunakan kain / linen atau menggunakan
plastik wipack
2. Bahan pengemas yang dipakai harus dapat mempertahankan sterilisasi
sampai waktu penggunaan dan mempertahankan keamanan dan
efektivitas barang steril pada saat digunakan pasien.
Pasal 15
LABELING

1. Setiap barang / alat kesehatan yang akan disterilkan harus diberi


label / tanda
2. Labeling atau penandaan mencantumkan minimal :
a. Nama dan jenis barang

9
b. Nama ruangan
c. Tanggal sterilisasi
d. Tanggal kadaluarsa
e. Operator pegeset barang / alat

Pasal 16
MONITORING PROSES STERILISASI

1. Pengujian proses sterilisasi melalui monitoring untuk meningkatkan


keselamatan dan keamanan pasien dan meningkatkan kualitas hasil
proses sterilisasi, antara lain :
a. Memastikan sterilitas barang / alat dari proses yang dilakukan.
b. Mengidentifikasi sedini mungkin kegagalan proses sterilisasi, jangan
menggunakan peralatan bedah sebelum hasil BI menujukkan hasil.
c. Memverifikasi kejadian kegagalan secepatnya, tindak lanjut
melakukan service pada peralatan mesin.
d. Sesegera mungkin dapat mengidentifikasi peralatan medis yang gagal
dalam proses sterilisasi sebelum digunakan.
e. Mengontrol biaya.
2. Monitoring dilakukan pada saat sebelum kegiatan sterilisasi maupun
terhadap hasil sterilisasi.

Pasal 17
INDIKATOR STERIL

1. Ada beberapa indikator sterilisasi yang digunakan untuk memantau


keberhasilan proses sterilisasi, antara lain :
a. Indikator mekanik, adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi
seperti gauge, tabel/grafik, dan suhu maupun tekanan yang
menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik.
b. Indikator kimia, adalah indikator yang menandai terjadinya paparan
sterilisasi (misalnya : uap panas atau gas etilen oksida) pada objek
yang disterilkan, dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia
dapat berbentuk strip, tape, kartu, vial serta sensitif terhadap satu
atau lebih parameter sterilisasi. Indikator kimia memberikan
informasi tercapainya kondisi steril pada tiap kemasan, sehingga
selain digunakan di luar ada juga yang diletakkan didalam kemasan.
c. Indikator Biologi, adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spora yang bersifat resisten terhadap
beberapa parameter yang terkontrol dalam suatu proses sterilisasi
tetentu.
2. Pelaksanaan penggunaan indikator sterilisasi tersebut harus
dilaksanakan sesuai prosedur yang telah dibakukan dan harus
terdokumentasi dengan baik secara konsisten sebagai acuan
pembuktian jaminan sterilitas alat yang dihasilkan oleh Sterilisasi
Sentral / CSSD.

10
Pasal 18
PROSES STERILISASI

1. Ada beberapa Metode sterilisasi yang digunakan, antara lain :

No Metode Suhu Lama Alat yang disterilkan


sterilisasi (Celci proses
us) sterilisasi
1 Uap / steam 135 7 menit Linen
2 Uap steam 135 4 menit Instrumen, kain kasa,lidi
kapas,depper,gass perut, dll.
3 Uap panas 160 120 menit Gelas kaca, jelly, powder,
kering dan khusus instrumen
terbuka (tidak dikemas).
4 Suhu rendah
a.Ethylene 55 10 menit Alat-alat yang tidak tahan
Oxide (ETo) dengan suhu tinggi, antara
b.Formaldehyd 79 10 menit lain Gudel, konektor, ETT,
e sungkup, selang oxigen,
nebulizer, selang respirator,
T.Piece, Flow meter oxigen,
com respirator, humidi fife,
botol suction, kanul, dll.
2. Proses sterilisasi harus diikuti sesuai standar baku yang telah
ditetapkan.

Pasal 19
PENYIMPANAN BARANG / ALAT STERIL

1. Barang yang sudah melalui proses sterilisasi disimpan di ruang


penyimpanan barang / alat steril.
2. Penyimpanan Barang /alat steril di diletakkan pada tempatnya masing-
masing sesuai dengan nama ruangan pengirim barang / alat.
3. Sebelum barang / alat steril disimpan dilakukan uji visualisasi terhadap
kondisi perubahan indikator tapenya, pembungkus / pengemasannya,
dan jika ada yang tidak sesuai dengan standar baku dilakukan
sterilisasi ulang.
4. Tidak diizinkan setiap petugas masuk ke ruang penyimpanan barang /
alat steril, kecuali petugas yang sudah ditunjuk.
5. Penyimpanan barang / alat steril di unit kerja ditempatkan di lemari /
kontainer khusus dan tidak diperbolehkan tercampur dengan barang /
alat non steril.
6. Tempat penyimpanan barang / alat kesehatan steril diatur secara baik
dalam ruangan penyimpanan barang steril yang memenuhi persyaratan
seperti penerangan , suhu, kelembaban, ventilasi, dinding dan lantai.

11
Pasal 20
PENDISTRIBUSIAN BARANG / ALAT STERIL

1. Pendistribusian barang steril / alat steril sebagai suatu kegiatan


penyaluran atau pendistribusian barang / alat steril dari ruang
distribusi melalui loket yang berhubungan dengan ruang tunggu kepada
unit kerja.
2. Barang medis steril yang akan diserahkan kepada unit pemakai
ditempatkan dalam wadah khusus atau transportasinya menggunakan
trolly / kontainer tertutup yang memenuhi syarat untuk dibawa ke
ruangan agar mutu barang medis steril tetap terjamin.
3. Pendistribusian atau transportasi barang medis steril ke unit kerja /
pemakai barang harus dapat menjamin agar barang tersebut tetap steril
sampai di ruangan.
4. Alat yang diambil dari Sterilisasi Sentral / CSSD harus menggunakan
wadah yang bersih, kering dan tertutup.

12
BAB IV
PENGAWASAN MUTU

Pasal 21
KONTROL KUALITAS (QUALITY CONTROL)

1. Kontrol kualitas sebagai upaya monitoring / kontrol proses sterilisasi


untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang
ditentukan dengan uji indikator dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi
dengan baik
2. Tujuan pengawasan mutu untuk
a. Menjamin kemungkinan ketiadaan mikroorganisme hidup di barang
medis selama proses sterilisasi berlangsung.
b. Mendeteksi sedini mungkin bila terjadi kegagalan.
c. Menjamin kondisi steril barang steril sebelum didistribusikan.

Pasal 22
JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)

Jaminan mutu (Quality assurance) dilakukan terhadap :


1. BMHP (bahan baku dan pengemas).
2. Mesin / alat sterilisator dan alat kerja lainnya.
3. Petugas (kesehatan, kedisiplinan).
4. Ruangan / lingkungan kerja.
5. Barang steril yang dihasilkan / pemeriksaan sterilitas dengan uji
Mikrobiologi

Pasal 23
AUDIT MUTU

Audit Mutu dilaksanakan secara berkala terhadap


1. Barang steril di unit pemakai.
2. Pelayanan sterilisasi desentralisasi (satelit ) di unit pemakai.

13
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 24
PENCATATAN

1. Pencatatan adalah kegiatan mencatat, mendata, mendokumentasikan


dari semua kegiatan yang dilaksanakan sebagai kegiatan harian dengan
tujuan mendapatkan :
a. Data bahan evaluasi.
b. Bahan untuk menyusun perencanaan dan laporan.
c. Sumber data untuk penelitian.
2. Pelayanan sterilisasi dilakukan pencatatan secara rutin:
a. Setiap kegiatan yang dilakukan setiap hari.
b. Monitoring mekanik / fisika (tekanan , suhu, dll).
c. Monitoring kimia (tape, Bowie dick test).
d. Monitoring Biologi (sediaan ).
e. Hasil Uji Mikrobiologi.
f. Hasil pemeriksaan kualitas air.
g. Pemberian label pada setiap kemasan:
- Tanggal sterilisasi
- Tanggal kedaluarsa
- Petugas / operator
- Nomor sterilisator
- Nomor lot /bundel dan nomor siklus sterilisator
- Nama ruangan pengirim barang

Pasal 25
PELAPORAN

Evaluasi yang harus dilakukan


1. Kegiatan pelaporan pelayanan sterilisasi dilakukan secara rutin yaitu
setiap bulan, triwulan, semester dan laporan tahunan.
2. Ruang lingkup kegiatan
a. Perencanaan dan Administrasi.
b. Pengelolaan sterilisasi.
c. Pengawasan dan evaluasi mutu.

Pasal 26
EVALUASI

Evaluasi yang harus dilakukan

1. Keamanan petugas terhadap resiko menyelenggarakan kegiatan


sterilisasi.
2. Keamanan lingkungan terhadap dampak dari kegiatan penyelenggaraan
pelayanan sterilisasi.
3. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan sterilisasi.

14
BAB VI
PETUTUP

Pasal 27

1. Pengelolaan sentralisasi pelayanan sterilisasi di RSUD Wamena agar


dilaksanakan penuh tanggung jawab oleh Sterilisasi Sentral / CSSD.

2. Seluruh unit kerja agar memahami tentang sterilisasi dalam rangka


mencegah kejadian dalam pelayanan yang diakibatkan pemakaian alat
yang tidak steril atau alat yang tercemar.

3. Hal-hal yang belum diatur dalam surat keputusan ini, akan diatur
kemudian.

4. Segala biaya yang timbul akibat diterbitkannya surat keputusan ini


menjadi beban anggaran Rumah Sakit melalui RBA Instalasi Sarana
Sandang dan Sterilisasi Sentral.

Pasal 28

1. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan dilakukan


evaluasi sesuai perkembangan organisasi dan atau sesuai kebutuhan.

2. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat


keputusan ini akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya

15

Anda mungkin juga menyukai