Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN PENGELOLAAN CSSD

BERDASARKAN PMK NO 27 TAHUN 2017

RUMAH SAKIT METRO MEDIKA


TAHUN 2022
RUMAH SAKIT METRO MEDIKA
Jl. Jend Sudirman No. 18A Rembiga Selaparang Mataram – NTB
Telp. (0370)7847171 / 081977847171
e-mail : info@rsmetromedika.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT METRO MEDIKA


Nomor: 010/SK-PPI/DIR/RSMM/2022

Tentang
PEMBERLAKUKAN PANDUAN PENGELOLAAN CSSD
RUMAH SAKIT METRO MEDIKA
Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
Metro Medika, maka diperlukan ketetapan tentang pemberlakuan
Panduan Pengelolaan CSSD di Rumah Sakit.
2. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 33 Undang-Undang
Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit harus
memiliki pengorganisasian yang efektif, efesien dan akuntabel
Mengingat : 1. UU No 33 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.382/Menkes/2007 tentang
Pedoman PPI di RS dan Fas.Yankes Lainnya.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
875/Menkes/SK/PER/VII/2004 tentang penyusunan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 876/
Menkes/SK/PER/VII/2004 tentang Pedoman teknis analisis dampak
Kesehatan lingkungan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1204/Menkes/SK/PER/XI/2004 tentang persyaratan Kesehatan
lingkungan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1087 tahun
2010 tentang Standar Kesehatan dan Kesehatan Kerja di Rumah
Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Memberlakukan Panduan Pengelolaan CSSD sebagaimana dalam


lampiran keputusan ini.
2. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan dapat
diubah atau diperbaiki sebagaimana mestinya apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya

Ditetapkan di : Mataram
Pada Tanggal : 09 Februari 2022
Direktur RS Metro Medika

dr. Bayu Setyo Notokusumo


NIK : 940126.2807.1.180
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................. i
KEPUTUSAN PEMBERLAKUAN PANDUAN ............................................. ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I DEFINISI
A. Pendahuluan ....................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
C. Dasar Hukum ...................................................................................... 2
D. Pengertian ........................................................................................... 2
BAB II RUANG LINGKUP.............................................................................. 5
BAB III TATA LAKSANA............................................................................... 6
BAB IV DOKUMENTASI................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial
mengandung ancaman penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan.
Untuk meminimalkan terjadinya penularan penyakit dibutuhkan suatu pusat
sterilisasi (CSSD) yang berfungsi untuk membantu unit-unit lain di Rumah
Sakit Metro Medika yang membutuhkan barang steril, membantu menurunkan
angka kejadian infeksi/infeksi nosokomial di Rumah Sakit Metro Medika serta
menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi yang dihasilkan.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Rumah Sakit adalah
rendahnya angka infeksi nosokomial di Rumah Sakit. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di Rumah
Sakit Metro Medika dengan cara melakukan sterilisasi pada alat atau bahan
tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau
fisika.
Pusat sterilisasi (CSSD) mempunyai peranan yang sangat penting sekali
dalam upaya pengendalian infeksi dan pencegahan terjadinya resiko bahaya
infeksi nosokomial Rumah Sakit Metro Medika. Untuk melaksanakan tugas dan
fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain
seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara
lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana Rumah Sakit, sanitasi
dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas maka
pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan diperlukan
pengetahuan dan keterampilan yang khusus oleh petugas sterilisasi sehingga
mendapatkan hasil yang baik yaitu kondisi alat atau bahan yang steril secara
cepat dan tepat dari masing-masing unit lain yang membutuhkannya sehingga
resiko terjadinya infeksi nosokomial terhadap pasien dan karyawan Rumah
Sakit Metro Medika dapat di cegah sedini mungkin.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3495) dan atas dasar pemikiran latar
belakang di atas maka Rumah Sakit Metro Medika memandang perlu untuk
penyusunan suatu pedoman pusat sterilisasi (CSSD) Rumah Sakit Metro
Medika.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak Manajemen dalam
meningkatkan pelayanan sterilisasi yang bermutu dalam upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Metro Medika.
b. Tujuan Khusus
1) Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi
Rumah Sakit Metro Medika.
2) Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial
Rumah Sakit Metro Medika.
3) Dapat meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan Rumah
Sakit Metro Medika
4) Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada petugas atau
para medis Rumah Sakit Metro Medika tentang prosedur pelaksanaan
sterilisasi.
5) Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Rumah Sakit
Metro Medika pengambilan keputusan dan kebijakan tentang prosedur
sterilisasi.
3. Dasar Hukum
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3495).
4. Pengertian
1) Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen
oksida pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2) AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of Medical
Instrumentation
3) AHA adalah singkatan dari American Hospital Association
4) Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
5) Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi
dengan menggunakan uap bertekanan
6) Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat
membentuk spora serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji
efektifitas sterilisasi
7) Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
8) Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9) Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin
sterilisasi uap berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J.
Dick
10) Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut
11) Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem
termal (panas) atau kimia
12) Goggle adalah alat proteksi mata
13) Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan syhu
tertentu secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14) Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten
terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan
bahwa sterilisasi telah tercapai.
15) Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang
menandai terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan,
ditandai dengan adanya perubahan warna
16) Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal
17) Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit
dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam
masa inkubasi.
18) Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum
suntik maupun pembuluh darah
19) Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20) Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21) Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme
termasuk spora melalui cara fisika atau kimia
22) Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23) Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur
perbedaan suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin
sterilisasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan sterilisasi meliputi:


1. Perencanaan dan pengadaan
2. Dekontaminasi dan pencucian
3. Pengemasan dan pemberian tanda/etiket
4. Proses sterilisasi,
5. Penyimpanan
6. Distribusi.

Instalasi Sterilisasi Rumah Sakit Metro Medika termasuk instalasi pelayanan


di bidang Penunjang Medis. Pelayanan yang mampu memberikan standart pelayanan
sterilisasi yang tinggi untuk mendukung peran rumah sakit. Pelayanan sterilisasi yang
mampu memberikan standart pelayanan sterilisasi tinggi, untuk mendukung peran
rumah sakit. Pelayanan sterilisasi yang mampu memberikan kebutuhan paket peralatan
dan barang steril untuk Instalasi kamar operasi dan keperawatan diantaranya:
Instalansi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi
laboratorium dan instalasi farmasi.
BAB III
TATA LAKSANA

1. Pengertian
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi/infeksi nosokomial
Fungsi pusat sterilisasi (CSSD) adalah : menerima, memproses,
memproduksi, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke
berbagai ruangan di Rumah Sakit untuk kepentingan perawatan pasien.

2. Prinsip Dasar Operasional


a. Memberikan pelayanan sterilisasi dengan sebaik-baiknya dengan
bekerjasama dengan unit lainnya yang ada di Rumah Sakit Metro Medika di
dalam memenuhi kebutuhan alat/bahan yang steril.
b. Memberikan pelayanan bahan/alat medik steril untuk kebutuhan unit-unit
di Rumah Sakit Metro Medika

3. Tujuan Pusat Sterilisasi (CSSD)


a. Membantu unit lain di Rumah Sakit Metro Medika yang membutuhkan
kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi
b. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
c. Efisiensi tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien
d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk
yang dihasilkan

4. Tugas Pusat Sterilisasi (CSSD)


a. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien
b. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
c. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,
kamar operasi maupun ruangan lainnya
d. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan
efektif serta bermutu
e. Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan
perawatan pasien
f. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
g. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
h. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan
dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi
nosokomial
i. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang brkaitan dengan masalah
sterilisasi
j. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat
sterilisasi baik yang bersifat intern maupun ekstern
k. Mengevaluasi hasil sterilisasi

5. Penatalaksanaan Pelayanan Penyediaan Barang Steril:


a. Penerimaan Alat/Bahan
Menerima alat/bahan yang akan disterilkan dari unit-unit lain yang ada
di Rumah Sakit Metro Medika yang telah di cuci dengan desinfectan dan
dikemas serta diberi label/tanda dari ruangan masing-masing, kemudian dicatat
di buku sterilisasi alat untuk disterilisasikan.
b. Pencucian
Alat-alat/instrument bekas pakai operasi dicuci bersih dengan
desinfectan Savlon, kemudian direndam dengan larutan desinfektan dalam
waktu yang cukup lama untuk terjadinya penetrasi ke dalam sel mikroba dan
men-deaktivasi sel-sel patogen. Mencuci bersih adalah proses yang
menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan hampir semua partikel yang
tidak kelihatan, dan menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar aman
untuk proses desinfeksi dan sterilisasi.
c. Pengemasan dan Pemberian Label/Tanda
Pengemasan yang dimaksud di sini termasuk material yang tersedia
untuk fasilitas kesehatan yang didisain untuk membungkus, mengemas dan
menampung alat-alat yang pakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan
efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama CSSD.
Setelah alat/instrument dikemas diberi label/tanda (nama ruangan, tanggal
steril, alat yang disterilkan).
1) Prinsip-prinsip Pengemasan
Ada tiga prinsip dasar pengemasan:
- Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan
kemasan dan isinya
- Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
- Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi
2) Persyaratan Bahan Pengemas:
Sesuai dengan Metode Sterilisasi yang dipakai
Bahan yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus sesuai dengan proses
sterilisasi yang dipilih
- Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban,
tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
- Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar
- Sterilan pada proses uap, atau panas-kering harus dapat menyerap dengan
baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan kemasan.
- Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi

d. Jenis – Jenis Sterilisasi


1) Sterilisasi Uap.
Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan
penyerapan uap yang baik pada kemasan dan isinya. Pada beberapa
sterilisasi uap, terjadi juga proses penghisapan. Karenanya, bahan kemasan
harus memudahkan pelepasan udara secara total tanpa mengganggu bentuk
kemasan dan segelnya, Bahan kemasan juga harus mudah kering dan
memudahkan pengeringan isinya.
2) Sterilisasi Panas-Kering.
Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama
waktu yang diperlukan untuk siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar,
atau rusak.

6. Syarat – syarat bahan Kemasan :


a. Dapat Menahan Mikroorganisma dan Bakteri
Bahan yang dipakai untuk mengemas harus dapat menjaga sterilitas dan
melindungi isinya yang sudah steril, dari sumber-sumber kontaminasi mikroba
mulai dari saat kemasan dikeluarkan dari mesin sterilisasi, sampai kemasan
dibuka untuk dipakai. Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu,
juga dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air atau cairan
lainnya).
b. Kuat dan Tahan Lama
Bahan kemasan harus cukup kuat untuk menampung isinya selama
proses sterilisasi dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak
boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara. Selama
penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan kemasan tidak boleh
berkerut, berlubang jika dilipat, kusut, atau melekat satu sama lain jika
ditumpuk, dan segel tidak tidak boleh terlepas.
c. Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus sesuai
dengan ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas, dan harus membungkus alat
rapat-rapat.
d. Tidak mengandung Racun.
Bahan kemasan tidak boleh mengandung bahan beracun dan warna yang
bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap pekerja, atau yang
luntur jika terkena sterilan. Sebaliknya, bahan-bahan pakai ulang yang sudah
dilaundry atau kotak kontainer pakai ulang harus bebas dari detergen bahan
pemutih, atau bahan kimia lainnya yang dapat bereaksi dengan uap sehingga
menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau menimbulkan perubahan
kimia pada alat di dalam kemasan.
e. Segel yang baik
Segel sangat penting untuk melindungi isi kemasan dan menjaga
sterilitas. Pembungkus datar dapat disegel dengan indikator tape atau diikat
dengan tali kain. Kantong terbuat dari plastik, kombinasi plastik dan kertas,
atau kertas saja harus disegel dengan segel panas atau tape. Kantong bersegel
harus disegel sesuai instruksi produsen. Kotak kontainer sterilisasi biasanya
disegel dengan pengunci tahan hancur. Saat membuka kemasan, semua metode
segel harus rusak dan tidak dapat dipakai lagi untuk menghindari kesalahan.
f. Membuka dengan Mudah dan Aman
Bahan kemasan harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi yang
minimum, misalnya karena alat terjatuh, dan memungkin perpindahan alat
secara aseptik ke area yang steril. Kadang kala pembungkus datar dipakai
sebagai duk. Jika demikian, bahan yang dipakai harus mempunyai ukuran yang
cukup besar untuk menutupi area operasi (drape), harus fleksibel dan
menggantung dengan baik dan tidak boleh menggulung sehingga menyebabkan
kontaminasi pada isinya.
g. Masa Kadaluarsa
Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa
kadaluarsanya. Karena pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak bergantung pada
waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.

7. Tipe-tipe Bahan Kemasan Kertas


Bahan ini hanya untuk sekali pakai. Kebutuhan akan pemakaian kertas
disebabkan karena duk kain dan handuk tidak tentu kapan kembalinya dari laundry
kemungkinan terjadinya berbulu pada kain. Juga ada keraguan pada kemampuan
kain menahan bakteri, sehingga dicari alternatif bahan pembungkus lainnya.
Kriteria kertas yang dapat dipakai:
a. Harus tidak tembus air
b. Harus memiliki kekuatan tensile yang tinggi (sangat sukar dirobek)
c. Harus merupakan penahan bakteri yang baik
d. Harus bebas dari bahan beracun
Kertas dapat dipakai sebagai bahan kemasan untuk proses sterilisasi uap. Tipe
kertas yang boleh dipakai untuk kemasan sterilisasi:
a. Kertas kraft yang medical grade
b. Kertas berlaminasi: terdiri dari tiga lapisan, lapisan kedua
mencegah penyerapan uap terapi berpori untuk udara, sehingga harus dilipat
sedemikian rupa agar proses sterilisasi berlangsung dengan baik.
c. Kertas mentega yang non-glaze (7,2 kg/rim) bisa dipakai untuk
sterilisasi uap tetapi mudah robek.
d. Kertas krep : menggantung dengan baik dan tidak mudah robek.
Bisa dipakai untuk membungkus sekaligus sebagai area steril (duk).

Tape indikator kimia harus dilekatkan pada setiap kemasan. Tape ini berubah
warna untuk identifikasi kemasan yang sudah melalui proses sterilisasi.

8. Film Plastik
Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap, karenanya film
plastik tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi uap. Kantong biasanya
didisain dengan kertas di salah satu sisinya untuk penetrasi uap
9. Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-nampan operasi.
Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung yang cukup yang
baik, mudah digunakan, dan sangat baik untuk duk. Kelemahanny a:
a. Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.
b. Suhu panas menyebabkan mudah robek. Sebaiknya memakai kain yang baru di
laundry
c. Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan, dan kerusakan lainnya
d. Pembungkus kain harus bahan muslin berkualitas tinggi dengan spesifikasi 140
thread count, dan harus dipakai 2 lembar.
e. Muslin yang tidak di bleach lebih baik karena 10 % lebih kuat dari muslin yang
di bleach.
f. Kain yang tebal seperti kanvas tidak boleh dipakai karena sulit menyerap uap.
g. Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap dan EO.
10. Kain campuran
Campuran katun dan plastik memperbaiki kemampuan menghalangi
bakteri dan air. Tetapi karena sering dicuci, menjadi kurang baik. Bahan ini sesuai
untuk sterilisasi dan uap.

11. Prosedur dan Langkah-langkah pengemasan


Prosedur pengemasan harus mencakup:
a. Nama alat-alat yang akan dikemas
b. Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat, sesuai
instruksi produsen dan spesifikasinya.
c. Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai
d. Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas
e. Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan
f. Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia external dan
internal, sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi
g. Metoda atau teknik mengemas.
h. Metoda pemberian segel pada setiap kemasan
i. Metoda dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan
j. Aplikasi informasi untuk pengendalian mutu, seperti nomor lot, tanggal, dan
identifikasi pekerja yang menyiapkan
k. Petunjuk untuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l. Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan, dan penanganan
setelah proses sterilisasi.
m. Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi
terhadap debu, uap,vermin, dsb.
n. Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan, atau untuk
distribusi ketempat pemakaian.
o. Informasi untuk pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi, misalnya
prosedur yang tepat untuk penyimpanan dan penanganan kemasan steril;
inspeksi segel, dan metode yang tepat untuk membuka alat-alat steril.
12. Proses Sterilisasi
Setelah alat dicuci dan dikemas kemudian dimasukkan kedalam mesin
sterilisasi yaitu mesin autoclave delta dengan menggunakan suhu 132º C sampai
mesin sterilisasi autoclave delta berbunyi menandakan proses sterilisasi telah
selesai, kira-kira memakan waktu selama satu setengah jam.

13. Penyimpanan dan Distribusi


Alat/bahan yang sudah disterilkan oleh petugas kamar operasi kemudian
disimpan di lemari penyimpanan alat steril dan di distribusikan ke unit-unit yang
membutuhkan alat/bahan dalam kondisi yang steril.

14. Pencatatan dan Pelaporan


Alat/bahan yang disterilkan di catat jumlah set nya, berat alat, tanggal dan
petugas/perawat yang mensterilkan di dalam buku pencatatan dan pelaporan
sterilisasi.

15. Pembuangan Limbah


Limbah atau buangan hasil proses sterilisasi dibuang ke IPAL Rumah
Sakit Metro Medika.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dilakukan audit kepatuhan penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi, hasilnya


dilaporkan ke unit dan direksi .

Ditetapkan di : Mataram
Pada Tanggal : 09 Februari 2022
Direktur Rumah Sakit Metro Medika

dr. Bayu Setyo Notokusumo


NIK : 940126.2807.1.180

Anda mungkin juga menyukai