Anda di halaman 1dari 65

DINAS KESEHATAN ANGKATAN LAUT

RUMKITAL Dr. MIDIYATO SURATANI

PEDOMAN
PELAYANAN LABORATORIUM

RUMKITAL Dr. MIDIYATO SURATANI


TANJUNGPINANG
2022

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul Pedoman Pelayanan…………………………………………………………… i


Daftar Isi…………………………………………………………………………………………….. ii
Keputusan Karumkital Dr. Midiyato Suratani…………………………………………………… iii
Lampiran Keputusan Karumkital Dr. Midiyato Suratani………………………………………. 1
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1. Latar Belakang......................................................................................... 1
2. Tujuan Pedoman..................................................................................... 3
3. Ruang Lingkup Pelayanan...................................................................... 3
4. Batasan Operasional............................................................................... 3
5. Landasan Hukum..................................................................................... 10
BAB II STANDAR KETENAGAAN............................................................................. 11
6. Kualifikasi Sumber Daya Manusia........................................................... 11
7. Distribusi Ketenagaan..............................................................................12
8. Pengaturan Jaga......................................................................................12
BAB III STANDAR FASILITAS.................................................................................... 13
9. Denah Ruang...........................................................................................13
10. Standar Fasilitas...................................................................................... 14
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN...................................................................... 16
BAB V LOGISTIK………………………………………………………………………….. 49
BAB VI KESELAMATAN PASIEN............................................................................... 50
BAB VII KESELAMATAN KERJA………………………………………………………… 52
BAB VIII PENEGENDALIAN MUTU............................................................................. 56
BAB IX PENUTUP........................................................................................................ 60

ii
DINAS KESEHATAN ANGKATAN LAUT
RUMKITAL Dr. MIDIYATO SURATANI

KEPUTUSAN KEPALA RUMKITAL Dr. MIDIYATO SURATANI


Nomor Kep/16/I/2022

TENTANG
KEBIJAKAN PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM
KEPALA RUMKITAL Dr. MIDIYATO SURATANI

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya menunjang mutu pelayanan Rumah Sakit,


maka diperlukan pelaksanaan pelayanan laboratorium yang adekuat,
teratur dan nyaman sesuai dengan standar, nasional, undang-undang
dan peraturan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
2. Bahwa agar pelaksanaan pelayanan Laboratorium di Rumkital
Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Pedoman Pelayanan Laboratorium.
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir 1 dan 2, perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang.

Mengingat : 1. Keputusan Menteri Kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008


tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan No.1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
3. Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. Permenkes RI No. 411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik.
5. UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan–ketentuan Pokok
Petugas Kesehatan dan Non Kesehatan.
6. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
iii
7. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar (Good
Laboratory Practice) Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA RUMKITAL Dr. MIDIYATO SURATANI


TENTANG KEBIJAKAN PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM.

PERTAMA : Kebijakan Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumkital Dr. Midiyato


Suratani Tanjungpinang sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Kebijakan Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumkital Dr. Midiyato


Suratani Tanjungpinang dimaksud dalam Diktum Kedua harus
dijadikan acuan agar pelayanan laboratorium dapat terlaksana dengan
baik sehingga sesuai dengan kebutuhan pasien.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Tanjungpinang
Pada Tanggal 03 Januari 2022
Karumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang

dr. Edwin M. Kamil, Sp.B


Kolonel Laut (K) NRP. 9131/P

iv
DINAS KESEHATAN ANGKATAN LAUT Lampiran Keputusan Kepala Rumkital
RUMKITAL Dr. MIDIYATO SURATANI Dr. Midiyato Suratani
Nomor Kep/16 /I/2022
Tanggal 03 Januari 2022

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rumkital Dr. Midiyato Suratani merupakan rumah sakit TNI tingkat II dengan
berbagai kemampuan pelayanan spesialisasi maupun subspesialisasi, sehingga tentu
saja menjadi rumah sakit rujukan yang di tuntut mampu mewujudkan diri sebagai pusat
pelayanan kesehatan tersier. Dalam praktiknya, memang rumah sakit ini merupakan
pusat rujukan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan TNI di wilayah Indonesia Barat.
Rumkital Dr. Midiyato Suratani merupakan salah satu instansi pelayanan
kesehatan yang senantiasa berupaya mewujudkan pelayanan kepada pasien dengan
sebaik-baiknya. Berbagai kasus penyakit yang memerlukan penanganan, tidak hanya
berupa pelayanan rawat jalan dan rawat inap, namun meliputi pula upaya tindakan
penunjang medis berupa pelayanan laboratorium.
Pelayanan laboratorium merupakan bagian dari pelayanan manajemen rumah
sakit, sehingga pelayanan laboratorium harus bercermin pada pelayanan rumah sakit.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan laboratorium haruslah sesuai dengan standar prosedur
dan kebijakan yang telah ditetapkan rumah sakit berdasarkan standar pelayanan
laboratorium yang telah memenuhi standar nasional, undang-undang & peraturan.
Pelaksanaan pelayanan ini diatur dalam undang-undang No 1333/ Menkes/ SK / XII/
1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, Permenkes Nomor 411/ Menkes/ Per/III/
2010 tentang Laboratorium Klinik dan Kepmenkes Nomor : 129/ Menkes/ SK/ II/ 2008
tentang Standard Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Kegiatan pelayanan laboratorium meliputi kegiatan internal, eksternal dan prosedur
kerja. Dalam masing-masing kegiatan diatur juga dalam bentuk-bentuk kebijakan yang
berstandar pada pelayanan laboratorium menurut undang-undang. Selain itu juga sudah
disebutkan bahwa pelayanan laboratorium rumah sakit harus selalu sejalan dengan

1
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien yang
bermutu, sehingga dapat meningkatkan produktivitas pelayanan kepada masyarakat .
Oleh karena itu perlu dibentuk suatu unit pelayanan yang secara khusus
merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis evaluasi kegiatan laboratorium
tersebut. Pedoman ini pada dasarnya mengatur ketentuan, pola kerja, sistem manajerial
dan sistem evaluasi secara umum, yang tidak dapat dipisahkan dari kumpulan standar
prosedur operasional sebagai petunjuk teknis dan penjabaran dari pedoman ini.
Dengan dilaksanakannya pedoman ini oleh seluruh komponen pelayanan
laboratorium, diharapkan hasil kegiatan pelayanan laboratorium di Rumkital Dr. Midiyato
Suratani dapat senantiasa diupayakan seoptimal mungkin, dan meminimal resiko negatif
yang mungkin ditimbulkannya.

2. Tujuan Pedoman
a. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan laboratorium berkualitas, baik dari segi teknis maupun segi
pelayanan publik yang dapat digunakan sebagai acuan meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
1) Memberikan pelayanan komprehensif yang berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi modern ditunjang dari aspek etika kedokteran.
2) Meningkatkan kinerja tim dan melaksankan konsep pelayanan yang berkualitas
(excellent service) dengan mengedepankan pola pikir manfaat serta kebutuhan
bagi customer.
3) Memberikan pelayanan laboratorium yang memenuhi standar jaminan kualitas dan
menjamin tingkat keakuratan diagnosa bagi klinisi yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai produk pelayanan medik laboratorium.
4) Sebagai rumah sakit rujukan, baik dalam pelayanan medik maupun
pengembangan keilmuan praktis bagi mahasiswa di lingkungan Rumah Sakit
Angkatan Laut Dr. Midiyato Suratani.

2
3. Ruang Lingkup Pelayanan
Rumah Sakit mempunyai sistem untuk menyediakan pelayanan laboratorium,
meliputi pelayanan patologi klinis, dapat juga tersedia patologi anatomi dan pelayanan
laboratorium lainnya, yang dibutuhkan populasi pasiennya, dan PPA. Organisasi
pelayanan laboratorium yang di bentuk dan diselenggarakan sesuai peraturan
perundangan Di Rumah Sakit dapat terbentuk pelayanan laboratorium utama (induk), dan
juga pelayanan laboratorium lain, misalnya laboratorium Patologi Anatomi, laboratorium
Mikrobiologi maka harus diatur secara organisatoris pelayanan laboratorium terintegrasi,
dengan pengaturan tentang kepala pelayanan laboratorium terintegrasi yang membawahi
semua jenis pelayanan laboratorium di Rumah Sakit.
Laboratorium juga merupakan organisasi/unit yang berlandaskan pada
“participative governance” yang berarti ada kerjasama antar setiap bidang atau unit untuk
mencapai tujuan, atau di rumah sakit merupakan “clinical governance” yang
memprioritaskan partisipasi antar unit untuk pengembangan profesionalis berkelanjutan.
Organisasi atau unit tersebut juga menggunakan “good governance” artinya
memanfaatkan pemerintah dalam bidang kebijakan-kebijakan. Selain berlandaskan pada
participative governance dan good governance juga berlandaskan pada corporate
governance yang artinya dalam usahanya harus ada keuntungan supaya tetap eksis,
lestari dan lebih baik disamping tetap memperhatikan usaha sosial.

4. Batasan Operasional
Batasan operasional laboratorium mencakup beberapa kebijakan pelayanan
laboratorium yang adekuat, nyaman dan teratur yang terdiri dari pelayanan-pelayanan
yaitu pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan Instalasi gawat darurat tersedia
termasuk diluar jam kerja, pelayanan laboratorium di luar Rumah Sakit, pelayanan Cito
dan administrasi laboratorium.
Salah satu pelayanan laboratorium di ruang rawat (Point of Care Testing) yang
dilakukan oleh perawat ruangan harus memenuhi persyaratan kredensial. Pelayanan
laboratorium, tersedia 24 jam termasuk pelayanan darurat, diberikan di dalam rumah sakit
dan rujukan sesuai dengan peraturan perundangan. Rumah sakit dapat juga menunjuk
dan menghubungi para spesialis di bidang diagnostik khusus, seperti parasitologi,

3
virologi, atau toksikologi. Jika diperlukan, rumah sakit dapat melakukan pemeriksaan
rujukan dengan memilih sumber dari luar berdasarkan rekomendasi dari pimpinan
laboratorum rumah sakit. Sumber dari luar tersebut dipilih oleh Rumah Sakit karena
memenuhi peraturan perundangan dan mempunyai sertifikat mutu. Bila melakukan
pemeriksaan rujukan keluar, harus melalui laboratorium Rumah Sakit.
Penetapan pelayanan laboratorium terintegrasi di rumah sakit :
a. Pemeriksaan laboratorium keluar melalui satu pintu : Laboratorium rumah
sakit.
b. Manajemen risiko laboratorium.
c. Kondisi bila terjadi kekosongan reagensia.
d. Kompetensi staf klinis dan nakes lainnya
e. Tatakelola pelayanan darah dan produk darah

a. Kebijakan pelayanan laboratorium 24 Jam


Unit laboratorium dipimpin oleh seorang kepala unit laboratorium yang bertanggung
jawab penuh terhadap Karumkit.
1) Pelayanan laboratorium, tersedia 24 jam termasuk pelayanan darurat,
diberikan di dalam rumah sakit dan rujukan sesuai dengan peraturan
perundangan.
2) Laboratorium memberi pelayanan dalam batas-batas anggaran yang ada untuk
mencapai pelayanan yang tepat waktu dan tepat guna dengan memanfaatkan
tenaga-tenaga dan sarana yang tepat.
3) Laboratorium memberi pelayanan 24 jam dengan petugas laboratorium yang
selalu ada di tempat.
4) Kemampuan laboratorium disesuaikan dengan klasifikasi rumah sakit.
5) Pelayanan laboratorium yang dimaksud adalah pelayanan laboratorium
Patologi Klinik yang terdiri dari kimia klinik, hematologi, serologi & imunologi,
urinalisa serta mikrobiolog dan juga patalogi anatomi.
6) Setiap pemeriksaan laboratorium harus ada lembar permintaan dari klinisi.
b. Kebijakan pelayanan pemeriksaan laboratorium pada pasien rawat jalan
1) Pengambilan spesimen diruang sampling mulai jam 07.30 WIB - 15.00 WIB.
2) Dilakukan pemeriksaan spesimen diruang laboratorium.

4
3) Hasil pemeriksaan laboratorium diambil di unit Laboratorium setelah jam 10.00
WIB (setiap pasien, hasil dengan pemeriksaan kimia darah paling lama 140
menit) atau saat pasien kontrol kembali.
c. Kebijakan pelayanan pemeriksaan laboratorium di luar rumah sakit
1) Jika ada permintaan pemeriksaan laboratorium dari klinisi yang tidak bisa
dikerjakan di laboratorium dalam rumah sakit maka pemeriksaan akan dirujuk
ke laboratorium yang telah ditunjuk oleh rumah sakit.
2) Bila melakukan pemeriksaan rujukan keluar, harus melalui laboratorium
Rumah Sakit.
3) Penunjukan laboratorium rujukan didasarkan pada peraturan
perundangan dan mempunyai sertifikat mutu.
4) Pasien yang sampelnya dirujuk akan diberitahu bahwa pemeriksaan tidak bisa
dilakukan di laboratorium dalam, tetapi pemeriksaan ini harus dilakukan untuk
mendukung diagnosa yang akurat dari klinisi.
5) Sampel diambil oleh petugas laboratorium rujukan.
6) Pasien akan diberitahu bahwa ada hubungan antara dokter yang merujuk
dengan pelayanan laboratorium diluar rumah sakit.
7) Pasien akan diberitahu berapa biaya yang harus dikeluarkan akan
mendapatkan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Kebijakan pelayanan pemeriksaan laboratorium pada pasien rawat inap
1) Pengambilan sampel di ruang perawatan dilakukan sesuai kebutuhan dan
sampel diambil oleh petugas laboratorium.
2) Sampel dibawa ke laboratorium.
3) Dilakukan pemeriksaan sampel di ruang laboratorium sesuai permintaan.
4) Hasil pemeriksaan laboratorium di input ke dalam SIMRS dan jika ada masalah
dengan SIMRS maka diambil oleh perawat ruang perawatan.
e. Kebijakan pelayanan pemeriksaan laboratorium pada pasien Instalasi gawat darurat
(IGD).
1) Pengambilan spesimen langsung ditempat yaitu IGD dan yang mengambil
sampel adalah petugas laboraorium.
2) Dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai permintaan.
3) Jika pasien jaminan maka sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan.

5
4) Hasil dilaporkan via telepon untuk kemudian diambil oleh petugas IGD.
f. Kebijakan pelayanan pemeriksaan laboratorium cito
1) Pengambilan spesimen cito dilakukan oleh petugas laboratorium.
2) Dilakukan pemeriksaaan cito sesuai dengan permintaan cito.
3) Hasil pemeriksaan cito disesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Hasil dilaporkan via telepon, diinput dalam SIMRS dan jika ada permaslaahan
dalam penginputan data maka kemudian diambil oleh perawat ruangan.
g. Kebijakan pelaporan hasil pemeriksaan laboraorium kritis.
1) Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium.
2) Dilakukan pemeriksaaan sesuai dengan permintaan.
3) Jika hasil pemeriksaan masuk dalam kategori hasil kritis, maka petugas
laboratorium menginformasikan hasil pemeriksaan kepada dokter patologi
klinik untuk memperoleh saran (duplo, manual atau ambil darah ulang).
4) Catat hasil test diagnostik yang kritis di buku laporan hasil test diagnostik kritis
oleh petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan.
5) Setelah mendapatkan persetujuan dari dokter patologi klinik, maka petugas
laboratorium memberikan informasi kepada DPJP dan perawat ruangan.
6) Hasil yang dilaporkan oleh petugas laboratorium di verifikasi ulang oleh perawat
ruangan dan menulisnya dilembar rekam medis.
7) Lembar hasil pasien dengan nilai kritis yang telah diverifikasi dicetak dan
ditembuskan kepada dokter penanggung jawab pasien dan perawat ruangan.
8) Data diinput dalam SIMRS dan jika bermasalah dengan SIMRS, maka print out
hasil test diserahkan ke ruangan tempat rawat inap pasien oleh petugas
laboraotrium.
9) Tempelkan hasil tersebut di rekarn medis oleh perawat.
10) Petugas laboratorium mendokumentasikan waktu dan nama penerima informasi
pada buku pelaporan.
11) Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium kritis kurang dari atau sama dengan
30 menit.
12) Untuk hasil pemeriksaan laboratorium bukan kritis namun dibawah rentang
normal, akan diberi tanda warna kuning pada hasil pemeriksaan.

6
13) Kebijakan tentang keselamatan dan keamanan laboratorium
1) Ada program keselamatan/keamanan laboratorium yang mengatur risiko
keselamatan yang potensial dilaboratorium dan di area lain yang mendapat
pelayanan laboratorium.
2) Adanya program pelaporan tentang insiden keselamatan kerja rumah sakit
3) Adanya prosedur tentang penanganan dan pembuangan bahan berbahaya
4) Adanya Identifikasi risiko keselamatan dijabarkan melalui proses yang spesifik
dan atau peralatan untuk mengurangi risiko keselamatan.
5) Staf laboratorium diberikan orientasi untuk prosedur dan praktik
keselamatan/keamanan kerja.
6) Staf laboratorium mendapat pelatihan-pendidikan untuk prosedur baru dan
penggunaan bahan berbahaya yang baru.
14) Kebijakan tentang staf yang kompeten
1) Adanya petugas yang melaksanakan test, mengarahkan dan mensupervisi.
2) Adanya staf yang kompeten dan cukup berpengalaman melaksanakan tes
3) Ada staf yang kompeten dan cukup berpengalaman melakukan interpretasi
hasil tes.
4) Tersedia jumlah staf yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan staf
supervisor kompeten.
15) Kebijakan tentang kerangka waktu pemeriksaan laboratorium
1) Rumah sakit menetapkan waktu yang diharapkan untuk laporan hasil
pemeriksaan.
2) Ketepatan waktu melaporkan hasil pemeriksaan yang urgen/gawat darurat.
3) Hasil laboratorium dilaporkan dalam kerangka waktu guna memenuhi
kebutuhan pasien.
4) Menetapkan prosedur tentang nilai ambang kritis, pelaporan tentang nilai
ambang kritis, monitoring penulisan pada rekam medis.
16) Kebijakan tentang pengelolaan peralatan laboratorium
1) Ada program pengelolaan peralatan laboratorium dan bukti pelaksanaan
2) Program termasuk proses seleksi dan pengadaan alat.
3) Program termasuk proses inventarisasi alat.

7
4) Program termasuk inspeksi dan alat pengetesan
5) Program termasuk kalibrasi dan pemeliharaan alat, monitoring dan tindak lanjut,
kalibrasi dan pemeliharaan alat.
17) Kebijakan tentang reagensia esensial
1) Penetapan reagensia esensial dan bahan lain dan ada proses untuk
menyatakan kapan reagen tidak tersedia.
2) Semua reagensia disimpan dan didistribusi sesuai pedoman dari pembuatnya
atau instruksi pada kemasannya.
3) Laboratorium telah memiliki pedoman tertulis dan mengikutinya untuk
mengevaluasi semua reagensia agar memberikan hasil yang akurat dan presisi.
4) Semua reagensia dan larutan diberi label secara lengkap dan akurat
18) Kebijakan tentang spesimen
1) Prosedur permintaan pemeriksaan
2) Prosedur pengambilan, pengumpulan dan identifikasi spesimen
3) Prosedur pengiriman, pembuangan, penyimpanan dan pengawetan
spesimen.
4) Prosedur penerimaan dan tracking specimen
5) Prosedur untuk pemeriksaan dilakukan di laboratorium di luar rumah sakit
19) Kebijakan tentang nilai rentang laboratorium
1) Laboratorium telah menetapkan nilai/rentang nilai rujukan untuk setiap
pemeriksaan yang dilaksanakan.
2) Rentang-nilai rujukan ini harus disertakan dalam catatan klinis pada waktu hasil
pemeriksaan dilaporkan.
3) Rentang-nilai dilengkapi bila pemeriksaan dilaksanakan laboratorium luar.
4) Rentang-nilai sesuai dengan geografi dan demografi rumah sakit.
5) Rentang-nilai dievaluasi dan direvisi berkala seperlunya
20) Kebijakan tentang penanggung jawab laboratorium
1) Pelayanan laboratorium klinis dan laboratorium lain di seluruh rumah sakit, ada
dalam pengarahan dan pengawasan dari satu orang atau lebih yang kompeten
2) Tanggungjawab untuk mengembangkan, menerapkan, dan menjaga
terlaksananya (maintaining) kebijakan dan prosedur, ditetapkan dan
dilaksanakan.

8
3) Tanggungjawab pengawasan administrasi ditetapkan dan dilaksanakan
4) Tanggungjawab untuk menjaga terlaksananya program kontrol mutu ditetapkan
dan dilaksanakan.
5) Tanggungjawab untuk merekomendasi laboratorium rujukan ditetapkan dan
dilaksanakan
6) Tanggungjawab untuk memonitor dan mereview semua pelayanan
laboratorium di dalam dan diluar laboratorium ditetapkan dan dilaksanakan.

21) Kebijakan tentang kontrol mutu laboratorium


1) Program kontrol mutu untuk laboratorium klinis
2) Program termasuk validasi metode tes yang digunakan untuk akurasu,
presisi, hasil rentang nilai.
3) Program termasuk surveilens harian atas hasil tes oleh staf yang
kompeten.
4) Program temasuk reagensia di tes.
5) Program termasuk koreksi cepat jika ditemukan kekurangan.
6) Program termasuk dokumentasi hasil dan tindakan koreksi
7) Keikutsertaan dalam PME ada catatan kumulatifnya dan pemeliharaannya
22) Kebijakan tentang kontrol mutu laboratorium luar
1) Frekuensi dan tipe data kontrol mutu dari laboratorium luar ditetapkan oleh
rumah sakit.
2) Staf yang kompeten bertanggungjawab atas kontrol mutu laboratorium atau
seorang yang kompeten ditunjuk untuk mereviewhasil kontrol mutu dari sumber
luar rumah sakit.
3) Staf yang bertanggungjawab atau orang kompeten yang ditunjuk melakukan
langkah-langkah atas dasar hasil kontrol mutu.
4) Laporan tahunan data kontrol mutu dari laboratorium luar rumah sakit
diserahkan kepada pimpinan untuk digunakan dalam memfasilitasi manajemen
kontrak dan pembaharuan kontrak.
23) Kebijakan tentang dokter konsultan
1) Daftar nama ahli untuk diagnostik spesialistik dijaga/dipertahankan
2) Ahli dalam bidang diagnostic spesialistik dihubungi bila diperlukan.

9
24) Kebijakan pencatatan dan pelaporan
1) Setiap spesimen yang masuk dicatat dalam buku register
2) Hasil pemeriksaan dicatat dalam buku register dan buku bantu
3) Dengan sistem LIS maka laporan pencatatan digantikan hasil print out
4) Pelaporan dikerjakan baik bulanan, triwulan dan tahunan dilaporkan kebagian
rekam medik.
25) Kebijakan penyimpanan arsip
1) Arsip hasil pemeriksaan disimpan selama 1 tahun dilemari arsip dengan
pengelompokan sesuai tanggal, bulan dan tahun.
2) Pemusnahan dilakukan setelah 5 tahun dengan pembuatan berita acara
3) Semua formulir permintaan pemeriksaan dari pasien rawat jalan, rawat inap
atau rujukan dari luar harus disimpan secara baik dan rapi.
4) Buku register rawat inap
5) Hasil PME dan PMI
6) Hasil laporan bulanan, triwulan maupun tahunan
7) Buku rujukan laboratorium luar
8) Kartu stok reagen
26) Kebijakan tentang rapat rutin bulanan laboratorium
1) Untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi di instalasi Laboratorium
agar mendapat penyelesaian masalah, dilakukan evaluasi kegiatan pelayanan
oleh kepala instalasi laboratorium dan tindak lanjut bila diperlukan.
2) Pertemuan rutin dilakukan setiap hari jumat minggu pertama setiap bulan (hari
pertemuan bisa diajukan atau diundur) pada jam 08.00 WIB, dihadari oleh
kepala lboratorium dan seluruh staf Laboratorium serta unit terkait bila
diperlukan.

5. Landasan Hukum
a. Keputusan Menteri Kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal RumahSakit.
b. Keputusan Menteri Kesehatan No.1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.

10
c. Undang-undang No 23 Tahun1992 tentang Kesehatan.
d. Peraturan Panglima Tentara Nasional indonesia Nomor PERPANG/93/XI/2011
Tanggal 29 November 2011 Tentang petunjuk administrasi Penilaian dan Perhitungan
Beban Kerja Di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia.
e. Permenkes RI No 411 Th 2010 tentang Laboratorium Klinik
f. UU No 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan – ketentuan pokok Petugas kesehatan dan
non kesehatan.
g. UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja

11
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

6. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya laboratorium kesehatan secara garis besar dibedakan menjadi dua
macam yaitu : sumber daya manusia (human resources) dan sumber daya non- manusia
(non – human resources). Sumber daya manusia (SDM) merupakan potensi manusiawi
yang melekat keberadaannya pada seorang pegawai yang terdiri atas potensi fisik dan
potensi non fisik. Potensi fisik adalah kemampuan fisik yang terakumulasi pada seorang
pegawai, sedangkan potensi non fisik adalah kemampuan seorang pegawai yang
terakumulasi baik dari latar belakang pengetahuan, intelegensia, ketrampilan, human
relation. Sedangkan sumber daya non manusia merupakan sarana atau peralatan berupa
mesin-mesin atau alat-alat non mesin dan bahan – bahan yang digunakan dalam proses
pelayanan laboratorium klinik.
SDM yang bekerja didalam pelayanan laboratorium kesehatan cukup beragam,
baik profesi maupun tingkat pendidikannya. Kebutuhan jumlah pegawai antara
laboratorium satu dengan yang lain tentu tidak sama hal ini dikarenakan dengan jenis
pelayanan, jumlah pemakai jasa, dan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing
laboratorium tersebut berbeda-beda.
Menurut Permenkes Nomor 411/Menkes/Per/III/2010 tentang Laboratorium Klinik,
bahwa ketentuan ketenagaan laboratorium klinik utama yaitu :
a. Penanggungjawab teknis sekurang-kurangnya seorang dokter patologi klinik.
b. Tenaga teknis dan administrasi, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dokter spesialis
klinik, 6 (enam) orang tenaga analis kesehatan dan 2 (dua) orang diantaranya memiliki
sertifikat pelatihan khusus mikrobiologi, 1 (satu) orang perawat dan 3 (tiga) orang
tenaga administrasi.
Pola ketenagaan laboratorium Rumkital Dr. Midiyato Suratani yang ada saat ini,
mengacu pada DSP (Daftar Susunan Personil) tahun 2022. Adapun pola ketengaan
tersebut sebagai berikut :

12
Tabel 2.1
Pola Ketenagaan Subdep Patologi Klinik Rumkital Dr. Midiyato Suratani
Tanjungpinang Tahun 2022

No. Jenis Tenaga Persyaratan Jumlah


1 Penanggungjawab teknis Spesialis Patologi Klinik 1 orang
Spesialis Patologi Anatomi 1 orang
2 Tenaga analis kesehatan D3 Analis Kesehatan 4 orang
SMK Analis Kimia 1 orang
3 Perawat D3 Perawat 1 orang
4 Tenaga administrasi D3 Kesehan Lingkungan 1 orang
SMU/sederajat 1 orang

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dianalisa bahwa, ketenagaan di


laboratorium di Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang masih kurang, yang mana
tenaga analis kesehatan yang masih kurang 2 orang, namun ada 1 orang yang SMK
Analis Kimia yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan dilaboratorium serta tenaga
administrasi kurang 1 orang.

7. Distrubusi Ketenagaan
Pendistribusian tenaga sesuai dengan kompetensi yang mana anggota unit
laboratorium terdiri dari 4 orang tenaga analis kesehatan, 1 SMK Analis Kimia, 1 orang
perawat, 1 orang tenaga kesehatan lingkungan dan 1 orang SMU/sederajat. Untuk
kelengkapan jumlah anggota, direncanakan adanya penerimaan anggota sesuai dengan
bidang yang dibutuhkan.

8. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga diunit laboratorium ada 2 shift, maisng-masing 12 jam. Untuk hari
libur atau tangal merah 24 jam. Hal ini dikarenakan kurangnya ketenagaan di unit
laboratorium Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang.

13
BAB III
STANDAR FASILITAS

9. Denah Ruang

Gambar 3.1
Denah Ruang Unit Laboratorium
Rumkital Dr. Midiyato Suratani Tanjungpinang

RUANG RUANG
TUNGGU DOKTER PATOLOGI
KLINIS
RUANG KERJA

RUANG
RUANG
PETUGAS
TUNGGU RUANG LABORATORIUM
SAMPLING

RUANG KAMAR
GANTI MANDI

RUANG
ADMINISTRASI

RUANG
TB DOT

RUANG
PCR

RUANG
WC SWAB

14
10. Standar Fasilitas
a. Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang digunakan
untuk aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/pasien untuk
kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan mempunyai tata ruang yang
baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang
cukup. Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk :
1) Ruang penerimaan terdiri dari ruang tunggu pasien, ruang pengambilan spesimen.
Masing-masing sekurang-kurangnya mempunyai luas 6 m2.
2) Ruang pemeriksaan/teknis.
3) Ruang mikrobiologi masing-masing terpisah
4) Ruang Administrasi
Persyaratan umum bangunan :
1) Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, rata,tidak tembus cairan dan
disinfektan
2) Langit-langit tingginya antara 2,70 – 3,30 m dari lantai,terang dan kuat.
3) Pintu harus kuat ,lebar minimal 1,20 dan tinggi minimal 2,10 m
4) Jendela tinggi minimal 1,00 m.
5) Semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai
6) Lantai terbuat dari bahan yang kuat tahan terhadap bahan kimia,terang, kedap air ,
rata dan tidak licin.
7) Meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,rata dan mudah dibersihkan tinggi
0,80-1,00 m.
Fasilitas Penunjang :
1) Tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai dengan kebutuhan.
2) Penampungan/pengolahan limbah laboratorium
3) Keselamatan dan keamanan kerja.
4) Ventilasi : 1/3 X luas lantai atau AC 1 PK/20m2 dengan sistem pertukaran udara
yang cukup.

15
5) Penerangan yang cukup.
6) Air bersih, mengalir,dapat menggunakan PDAM / air bersih yang memenuhi syarat,
sekurang-kurangnya 20 liter/karyawan/hari.
7) Listrik harus mempunyai aliran tersendiri, stabil, kapasitas harus cukup. Harus
tersedia cadangan listrik / Genset
8) Tersedia ruang makan yang terpisahdari ruang pemeriksaan laboratorium.
Persyaratan fasilitas kamar mandi / WC secara umum sebagai berikut :
1) Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan.
3) Pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau
4) Letak kamar mandi / WC tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar
operasi dan ruang khusus lainnya
5) Lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar.
6) Kamar mandi / WC pria dan wanita harus terpisah.
7) Kamar mandi / WC karyawan harus terpisah dengan kamar mandi / WC pasien.
8) Kamar madi/WC pasien harus terletak ditempat yang mudah terjangkau dan ada
petunjuk arah.
9) Harus ada slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan.
10) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk.

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

11. Tata Administrasi


Pendaftaran pasien laboratorium merupakan bagian terdepan dari pelayanan
laboratorium, yaitu dari proses pemberian nomor sampel/nomor formulir, masukin data
identitas pasien yang tediri dari : Nama pasien, umur, status pasien, tanggal
pemeriksaan, serta surat-surat jaminan pelayanan kesehatan. Selain data identitas
pasien petugas pendaftaran juga memasukan data jenis pemeriksaan laboratorium dan
memerinci berapa jumlah biaya.
Bagian pendaftaran ini sangat penting karena menjadi acuan data pasien untuk
proses selanjutnya/berikutnya, apabila proses dibagian pendaftaran salah, maka proses
selanjutnya juga akan salah.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium diperlukan dalam perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan
laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena
kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam
menetapkan suatu tindakan.
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya. Ada
4 jenis pencatatan yaitu :
a. Pencatatan kegiatan pelayanan
b. Pencatatan logistik
c. Pencatatan kepegawaian
d. Pencatatan kegiatan lainnya seperti pemantapan mutu internal, keamanan
laboratorium dan lain-lain.
Dalam pencatatan yang sangat vital adalah pencatatan kegiatan pelayanan.
Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku sebagai berikut :
a. Buku register penerimaan spesimen terdapat diloket berisi data pasien (nama, umur,
alamat, jenis kelamin dan jenis pemeriksaan).
b. Buku register besar/index berisi data-data pasien secara lengkap serta hasil
pemeriksaan spesimen.

17
c. Buku register / catatan kerja harian tiap tenaga.
1) Data masing-masing pemeriksaan
2) Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
d. Buku register pemeriksaan rujukan
e. Buku expedisi dari ruangan / rujukan
f. Buku komunikasi pertukaran petugas
g. Buku Registrasi perawatan / kerusakan
h. Buku stock alat, reagen.
i. Buku catatan kalibrasi
j. Buku absensi.

12. Pelayanan Laboratorium Gawat Darurat


a. Seluruh pasien instalasi gawat darurat yang memerlukan pelayanan pemeriksaan
laboratorium klinik dapat melakukan pemeriksaan di laboratorium patologi klinik
b. Laboratorium patologi klinik sebagai unit penunjang dalam membantu menegakkan
diagnosa klinis pada pasien gawat darurat selama 24 jam.
c. Saat ini pengambilan sampel di instalasi gawat darurat dilakukan oleh petugas
laboratorium.
d. Pelayanan laboratorium patologi klinik instalasi gawat darurat meliputi pemeriksaan
hematologi, kimia klinik, urinalisa dan serologi secara cepat/rapid, sederhana dan
automatik.
e. Tata cara permintaan pemeriksaan sesuai dengan standar prosedur yang sudah
ditentukan.
f. Semua data dan hasil laboratorium pasien dari instalasi gawat darurat
didokumentasikan dibagian masing-masing dari jenis pemeriksaan dan diarsip
laboratorium.

18
13. Pelayanan Laboratorium di Luar Rumah Sakit
a. Untuk Pasien Poli Rawat Jalan
1) Dokter Penanggung jawab Pasien /DPJP memberi penjelasan kepada pasien dan
keluarga, bahwa sebagai penunjang diagnsotik, maka perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
2) Dokter DPJP juga menjelaskan adanya pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan di luar rumah sakit.
3) Kemudian pasien segera ke ruang laboratorium.
4) Dilaboratorium pasien dan keluarga tersebut akan diberi penjelasan bahwa
pemeriksaan yang diminta dokter tidak dilakukan di laboratorium patologi klinik
Rumkital Dr. Midiyato Suratani sehingga pemeriksaan akan dikerjakan
dilaboratorium luar sehingga memerlukan biaya tertentu.
5) Apabila pasien setuju maka pasien menadatangani surat persetujuan tindakan.
6) Petugas laboratorium akan berkordinasi dengan laboratorium rujukan mengenai
penanganan sampel sampai selesainya pemeriksaan.
7) Jika hasil pemeriksaan sudah keluar akan diinformasikan kepada pasien.
8) Pasien mengambil hasil pemeriksaan dengan menyelesaikan segala administrasi.
9) Hasil pemeriksaan juga didokumentasikan dilaboratorium.
b. Untuk Pasien Rawat Inap
1) Dokter Penanggung jawab Pasien /DPJP memberi penjelasan kepada pasien dan
keluarga, bahwa sebagai penunjang diagnsotik, maka perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
2) Dokter DPJP juga menjelaskan adanya pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan di luar rumah sakit.
3) Perawat ruangan berkoordinasi dengan laboratorium rumah sakit mengenai
adanya pemeriksaan laboratorium di luar rumah sakit (jenis pemeriksaan) dan
tentang biaya.
4) Setelah perawat ruangan memberi penjelasan kepada pasien atau keluarga dan
apabila pasien setuju maka pasien menadatangani surat persetujuan tindakan.
5) Perawat ruangan kemudian melaporkan kembali ke laboratorium rumah sakit,
bahwa pasien atau keluarga setuju untuk dilakukan pemeriksaan.

19
6) Petugas laboratorium menghubungi laboratorium rujukan dan memberitahukan
bahwa ada pemeriksaan laboratorium (jenis pemeriksaan).
7) Petugas laboratorium rujukan datang ke rumah sakit untuk mengambil sampel
pemeriksaan.
8) Petugas laboratorium rumah sakit memberitahukan kepada petugas laboratorium
rujukan ruang rawat inap yang akan melakukan pemeriksaan.
9) Petugas laboratorium rujukan datang ke ruang rawat inap tersebut untuk
mengambil sampel pemeriksaan.
10) Setelah sampel diambil, petugas labaratorium rujukan membawa sampel tersebut
untuk dilakukan pemeriksaan, sebelumnya jenis pemeriksaan didokumentasikan di
laboratorium rumah sakit.
11) Jika hasil pemeriksaan sudah keluar akan diantar ke laboratorium rumah sakit.
12) Hasil pemeriksaan didukumentasikan dilaboratorium rumah sakit.
13) Selanjuntya hasil pemriksaan akan diinforamsikan ke perawat ruangan untuk
diambil.
14) Hasil pemeriksaan selanjutnya dilaporkan ke dokter DPJP, untuk diinformasikan
kepada pasien atau keluarga dan hasil pemeriksaan didokumentasikan di rekam
medis pasien.
c. Untuk Pasien IGD
1) Dokter Penanggung jawab Pasien /DPJP atau dokter jaga memberi penjelasan
kepada pasien dan keluarga, bahwa sebagai penunjang diagnsotik, maka perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
2) Dokter DPJP atau dokter jaga juga menjelaskan adanya pemeriksaan laboratorium
yang harus dilakukan di luar rumah sakit.
3) Perawat IGD berkoordinasi dengan laboratorium rumah sakit mengenai adanya
pemeriksaan laboratorium di luar rumah sakit (jenis pemeriksaan) dan tentang
biaya.
4) Perawat IGD memberi penjelasan kepada pasien atau keluarga dan apabila pasien
setuju maka pasien menadatangani surat persetujuan tindakan.
5) Perawat IGD kemudian melaporkan kembali ke laboratorium rumah sakit, bahwa
pasien atau keluarga setuju untuk dilakukan pemeriksaan.

20
6) Petugas laboratorium menghubungi laboratorium rujukan dan memberitahukan
bahwa ada pemeriksaan laboratorium (jenis pemeriksaan).
7) Petugas laboratorium rujukan datang ke rumah sakit untuk mengambil sampel
pemeriksaan.
8) Petugas laboratorium rumah sakit memberitahukan kepada petugas laboratorium
rujukan ruangan yang akan melakukan pemeriksaan.
9) Petugas laboratorium rujukan datang ke ruang UGD tersebut untuk mengambil
sampel pemeriksaan.
10) Setelah sampel diambil, petugas labaratorium rujukan membawa sampel tersebut
untuk dilakukan pemeriksaan, sebelumnya jenis pemeriksaan didokumentasikan di
laboratorium rumah sakit.
11) Jika hasil pemeriksaan sudah keluar akan diantar ke laboratorium rumah sakit.
12) Hasil pemeriksaan didokumentasikan dilaboratorium rumah sakit.
13) Selanjuntya hasil pemriksaan akan diinformasikan ke perawat UGD untuk diambil.
14) Hasil pemeriksaan selanjutnya dilaporkan ke dokter DPJP atau dokter jaga, untuk
diinformasikan kepada pasien atau keluarga dan hasil pemeriksaan
didokumentasikan di rekam medis pasien.
15) Selain pemeriksaan rujukan yang cito, petugas laboratorium rujukan mengambil
sampel mulai dari pukul 08.00 wib s/d 16.00 Wib.

14. Pemberitahuan Pemeriksaan Laboratorium Rujukan


a. Pasien atau keluarga diberitahu oleh dokter bahwa ada pemeriksaan laboratorium
yang harus diperiksa untuk menunjang diagnosa, tetapi tidak bisa dilakukan di
laboratorium Rumkital Dr. Midiyato Suratani (karena tidak adanya jenis pemeriksaan
tertentu dan jika terjadi kerusakan alat).
b. Dokter memberitahu bahwa pemeriksaan rujukan dilakukan di laboratorium rujukan
yang sudah memiliki kerjasama dengan laboratorium Rumkital Dr. Midiyato Suratani.
c. Apabila pasien setuju maka pasien menandatangani surat persetujuan pemeriksaan.
d. Semua data dan hasil laboratorium pasien didokumentasikan dibagian masing-masing
(ruang rawat inap, rawat jalan, IGD, laboratorium).

21
15. Pengelolaan Spesimen
a. Spesimen Infeksius
Semua spesimen harusnya dianggap sebagai spesimen yang infeksius, spesimen ini
berasal dari manusia yang berupa : Serum, Plasma, Darah, Urin, Feces, Dahak, Pus,
Sperma, Swab tenggorok, Swab rectum, Secret, Cairan pleura, Cairan bronchus,
Cairan acites, Cairan otak, Bilasan lambung, Sumsum tulang, Kuku, Rambut, Kerokan
kulit, Muntahan.

b. Pengelolaan spesimen terdiri dari :


1) Pengumpulan
a) Persiapan pasien secara umum
b) Persiapan pasien untuk pengambilan pasien pada keadaan basal :
 Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus berpuasa selama 8 – 12 jam
sebelum diambil darah.
 Pengambilan spesimen sebaiknya sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 –
09.00
c) Menghindari obat – obatan sebelum spesimen diambil :
 Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 24 jam
sebelum pengambilan spesimen.
 Untuk pemeriksaan dengan spesimen urin, tidak minum obat 72 jam
sebelum pengambilan spesimen.
 Apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk dihentikan,
harus diinformasikan kepada petugas laboratorium. Contoh : sebelum
pemeriksaan gula 2 jam pp pasien minum obat antidiabetes.
d) Menghindari aktifitas fisik / olah raga sebelum spesimen diambil.
e) Memperhatikan posisi tubuh
Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari perubahan posisi,
dianjurkan pasien duduk tenang sekurang – kurangnya 15 menit sebelum
diambil darah.
f) Memperhatikan variasi diurnal

2) Faktor pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

22
a) Diet
Makanan dan minuman dapat mempengruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan,
baik langsung maupun tidak langsung :
 Pemeriksaan gula darah dan trigliserida
Karena pengaruh yang sangat besar terhadap pemeriksaan ini maka
pasien harus puasa 10 – 12 jam.
 Pemeriksaan laju endap darah, aktivitas enzim, besi dan trace element.
b) Obat-obat
Obat-obat yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan
menyebabkan terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Pemberian obat
secara intra muscularakan menimbulkan jejas pada otot sehingga enzim yang
dikandung oleh sel otot menjadi keluar ke dalam darah yang akan
mempengaruhi pemeriksaan CK (Creatinin kinase) dan LDH (Lactat
dehyDrogenase)
c) Merokok
Perubahan cepat terjadi dalam 1 jam hanya dengan merokok 1-5 batang yang
akan meningkatkan kadar asam lemak, gliserol bebas, aldosteron dan kortisol.
Ditemukan peningkatan kadar Hb pada perokok kronik dan perubahan lambat
terjadi pada hitung leukosit, aktivitas beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda
tumor dan logam berat.
d) Alkohol
Perubahan cepat terjadi dalam waktu 2 – 4 jam setelah konsumsi alkohol yang
akan mengakibatkan peningkatan kadar glukosa, laktat, asam urat dan asidosis
metabolik dan perubahan lambat pada peningkatan AST, ALT, Trigliserida,
kortisol dan MCV.
e) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan cairan tubuh antara
kompartemen didalam pembuluh darah dan interstisial, kehilangan cairan
karena berkeringat dan perubahan kadar hormon, akibatnya akan tejadi
perbedaan yang besar antara kadar gula darah di arteri dan divena serta terjadi
perubahan konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin, aktivitas CK,
AST, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urin.

23
f) Ketinggian
Beberapa parameter pemeriksaan menunjukkan perubahan yang nyata sesuai
dengan tinggi rendahnya daratan terhadap permukaan laut. Parameter tersebut
adalah CRP, B2 Globulin,Ht, Hb, dan asam urat. Untuk adaptasi butuh waktu
untuk berminggu-minggu.
g) Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
 Peningkatan gula darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadi
peningkatan kadar insulin yang akan menyebabkan terjadinya penurunan
kadar gula darah pada tahap lebih lanjut.
 Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigliserida dan peningkatan asam
lemak bebas dan benda-benda keton pada demam yang sudah lama.
 Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah
 Lebih mudah menemukan biakan positif
 Reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer widal.
h) Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadi
penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk
kadar Hb, Ht, dan produksi urin. Hal ini disebabkan karena terjadi pemindahan
cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga terjadi pengenceran darah.
Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta
enzim-enzim yang berasal dari otot.
i) Variasi cardian rythme
Yaitu perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari waktu ke waktu. Yang
terdiri dari siklus harian, siklus bulanan (menstruasi) dan musiman. Variasi
diurnal (siklus harian) antara lain :
 Kadar besi serum yang diambil sore hari akan lebih tinggi daripada pagi
hari.
 Glukosa
 Enzim
 Eosinofil
 Kortisol

24
 Kalium
j) Umur
Umur berpenagruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah.
k) Ras
Jumlah lekosit orang kulit hitam amerika lebih rendah dari pada kulit putih,
demikian juga dengan CK, amilase, kadar vitamin B12 dan lipoprotein.
l) Jenis kelamin (gender)
Berbagai kadar dan aktivitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin
m) Kehamilan
Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi ( pengenceran darah ) yang dimulai
pada minggu ke -10 kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke 35
kehamilan. Volume urin akan meningkat 25% pada trimester ke 3. Selama
kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid, elektrolit, besi,
dan feritin, protein total dan albumin, lemak, aktifitas ALP dan faktor koagulasi
serta laju endap darah.
3) Pemberian penjelasan pada pasien sebelum penagmbilan spesimen, mengenai
prosedur yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien. Untuk
pemeriksaan tertentu harus tertulis dalam bentuk inform concent.
4) Pengambilan Spesimen
a) Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
 Bersih
 Kering
 Tidak mengandung bahan kimia atau detergen
 Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen
 Mudah dicuci
 Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan
b) Wadah
 Terbuat dari gelas atau plastik
 Tidak bocor atau tidak merembes
 Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
 Besar wadah sesuai dengan voleme spesimen

25
 Bersih
 Kering
 Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen
 Tidak mengandung bahan kimia atau detergen
 Untuk zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena pengaruh
sinar matahari perlu botol berwarna kuning
 Untuk biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
c) Antikoagulan dan Pengawetan
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sample darah
membeku. Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan kedalam sample agar
analit yangakan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya untuk
kurun waktu tertentu. Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
d) Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama
untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi karena umumnya
nilai normal ditetapkan pada keadaan basal. Pada kasus tertentu harus
desuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian misalnya :
 Demam tifoid
Untuk pemeriksaan biakan darah, paling baik dilakukan pada minggu I atau
II sakit, sedangkan biakan urine atau tinja dilakukan pada minggu II atau III.
Untuk pemeriksaan widal dilakukan pada fase akut dan penyembuhan.
Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman spesimen harus diambil
sebelum pemberiaan antibiotik.
 Pemeriksaan Gonorhoe
Pengambilan sekret uretra sebaiknya dilakukan 2 jam setelah buang air
kecil yang terakhir.
 Pemeriksaan mikrofilaria
Untuk menemukan parasit mikrofilaria dalam darah, pengambilan darah
sebaiknya dilakukan pada waktu malam (antara jam 20 – 23).
 Pemeriksaan Tuberkulosis

26
Dahak diambil pada pagi hari setelah pasien bangun tidur memungkinkan
ditemukan M tuberculosis lebih besar dibandingkan dengan dahak sewaktu.
 Pemeriksaan narkoba
Pemeriksaan darah dan untuk deteksi narkoba dipengaruhi oleh waktu/lama
sejak mengkonsumsi.
e) Lokasi
Sebelum mengambil spesimen,harus ditetapkan dahulu lokasi pengambilan
yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, misal :
 Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena diambil dari
V. Cubiti daerah siku. Spesimen arteri umumnya diambil dari radialis
dipergelangan tangan atau A. Femoralis didaerah lipat paha. Spesimen
darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan
bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping
telinga pada bayi. Tidak boleh ditempat yang sedang diinfus dan didaerah
cyanosis.
 Spesimen untuk pemeriksaan biakan, harus diambil ditempat yang sedang
mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
Lokasi pengambilan darah untuk pemeriksaan :
 Mikrofilaria : sample diambil dari darah kapiler (jari tangan) atau darah vena
dengan anti koagulan.
 Gas darah : sample berupa darah heparin yang diambil dari pembuluh arteri
f) Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
g) Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar
spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. Teknik pengambilan
untuk beberapa spesimen yang sering diperiksa. Darah Vena (dengan cara
plebotomi/menggunakan tabung vakum).
 Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus
lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak melakukan
aktivitas.

27
 Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
 Pasang torniquet ± 10 cm diatas lipat siku
 Pilih bagian vena mediana cubiti
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol
70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan ras
aterbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap keatas
dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung
vakum sehingga darah terisap. Bila jarum berhasil masuk vena, akan
terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya lepas torniquet dan
pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
 Biarkan darah mengalir kedalam tabung sampai selesai. Apabila
dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang berbeda danvolume yang
lebih banyak, digunakan tabung vakum yang lain.
 Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70% pada bekas tusukan untuk
menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti,
plester bagian ini selama ± 15 menit.
 Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena :
 Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras sehingga
mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
 Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh, sehingga
mengakibatkan masuknya udara kedalam tabung dan merusak sel darah
merah.
 Mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis.
Darah kapiler :
 Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan
sampai kering lagi
 Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang.

28
 Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan
arah tegak lurus pada garis- garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu.
Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinyya. Tusukan harus
cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari
atau telinga untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar
semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi
encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan.
 Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal
kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler :
 Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah seperti vasokontriksi ( pucat ), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb) kongesti atau cyanosis setempat.
 Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar.
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol, sehingga terjadi
pengenceran.
 Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
 Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.
Urin (Pada wanita) : Pada pengambilan spesimen urin porsi tengah yang
dilakukan oleh penderita sendiri, sebelumnya harus diberikan penjelasan
sebagai berikut :
 Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan
dengan handuk.
 Tanggalkan pakain dalam, lebarkan labia dengan satu tangan.
 Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari
depan kebelakang.
 Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang lain.
 Selama proses ini berlangsung,keluarkan urin, aliran urin yang pertama
keluar dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang
sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
 Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium.

29
 Urin (Pada laki-laki)
 Penderita harus mencuci tangan memakai sabun
 Jika tidak disunat tarik kulit preputium kebelakang, keluarkan urin, aliran
yang pertama keluar dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung dalam
wadah yang sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
 Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
Urin (Pada bayi dan anak-anak)
 Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil.
 Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan diatas
 Pengambilan urin dilakukan dengan cara :
- Anak duduk dipangkuan perawat
- Pengaruhi anak untuk mengeluarkan urin, tampung urin dalam wadah
atau kantung plastik steril.
- Bayi dipasang kantong penampung urin pada alat genital.
Urin kateter
 Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70% pada bagian selang kateter yang
terbuat dari karet ( jangan bagian yang terbuat dari plastik).
 Aspirasi urin dengan menggunakan semprit sebanyak kurang lebih 10 ml.
 Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
 Kirimkan segera ke laboratorium.
Urin aspirasi suprapubik : Urin aspirasi suprapubik harus dilakukan pada
kandung kemih yang penuh.
 Lakukan desinfeksi kulit diaderah suprapubik dengan povidone iodine
10%, kemudian bersihkan sisanya dengan kapas alkohol 70 %.
 Aspirasi urine tepat dititik suprapubik menggunakan semprit.
 Ambil urin sebanyak kurang lebih 20 ml dengan cara asptik (dilakukan
oleh petugas yang berwenang)
 Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
 Kirimkan segera kelaboratorium.
Catatan : untuk pemeriksaan narkoba urine pengambilan sampel harus
disaksikan oleh petugas sesuai jenis kelamin.

30
Tinja :
Tinja untu pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa
bantuan obat pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula
sample tinja diambil dari rektumdengan cara colok dubur.
Dahak :
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah. Bila pasien
mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya
diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat 200mg.
 Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan
air. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
 Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
 Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan
nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai
sputum keluar.
 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung didalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan dahak. Dahak yang
berkualitas baik akan tampak kental purulen dengan volume cukup (3 – 5
ml).
 Tutup wadah segera kirim kelaboratorium
Sekret Uretra
 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
 Petugas mengenakan sarung tangan.
 Bagi yang tidak sirkumsisi, preputium ditarik kearah pangkal.
 Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCl fisiologiis steril,
kemudian sekret dikeluarkan dengan mnekan atau mengurut uretra dari
pangkal ke ujung.
 Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopis danuntuk
biakan.
Sekret Endocervic
 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

31
 Pasien berbaring telentang diatas kursi obstetrik dengan kedua lutut
diletakkan pada penyangganya.
 Petugas mengenakan sarung tangan.
 Spekulum dibasahi dengan air hangat kemudian masukkan ke dalam
vagina.
 Masukkan lidi kapas steril kedalam canalis cervikalis sedalam 2-3 cm,
putar searah jarum jam dan diamkian selama 5 – 10 detik supaya sekret
terserap oleh kapas kemudian kwluarkan lidi kapas tanpa menyentuh
spekulum.
 Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopik dan untuk
biakan. Spekulum yang habis di pakai direndam dalam larutan hipoklorit
0,1 %.
 Apabila selaput dara masih utuh, tidak dilakuakn pengambilan sekret
endocervic.
Sekret vagina
Pengambialn bahan pemeriksaan sama dengan sekret endocervic hanya
dilakukan pada fomix posterior.
Swab rectum
 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
 Pasien dalam posisis menungging
 Petgas menggunakansarung tangan.
 Masukkan lidi kapas steril sedalam 3 cm kedalam saluran anal, putar
beberapa detik untuk mendapatkan sekret dari crypta didalam lingkaran
anal.
Swab orofaring
Sekret diambil dari tonsil atau bagian posterior.
Pus dari luka purulen / ulcus.
 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
 Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan NaCl
fisisologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran dan lapisan
eksudat yang mengering.

32
 Tanpa menyentuh bagian kapas buka kapas lidi dari pembungkusnya
kemudian usapkan bagian kapasnya pada luka/ulkus tanpa menyentuh
bagian tepi luka/ulkus. Lakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan 2
kapas lidi.
 Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan ppada agar, atau dapat pula
dimasukkan kedalam tabung media transpor.
 Patahkan tangkai lidi yang berada diluar tabung.
 Tutup tabung dengan erat.
 Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan gunakan surat
pengantar ke laboratorium.
Pus dari abses
 Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
 Lakukan tindakan disinfeksi dengan povidone iodine diatas abses atau
bagian yang akan ditusuk/diinsisi. Bersihkan sisa povidone iodine dengan
kapas alkohol 70%.
 Tususkkan jarum dan hisap dengan semprit cairan eksudat atau pus.
 Cabut jarum, dan tutup dengan kapas steril.
 Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus pada lidi kapas steril.
 Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapt pula
dimasukkan kedal media transpor. Sisa eksudat/ pus pada semprit dapat
dimasukkan dalam wadah steril dan dikirim ke laboratorium.
 Rendam sisa semprit yang tidak terpakai lagi dalam larutan natrium
hipoklorit 0,1 % selama 30 menit lalu diatoclaf.
 Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula
dimasukkan dalam media transpor.
Usap nasofaring
 Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
 Petugas berdiri disamping penderita.
 Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian kepala
penderita.
 Masukkan lidi dakron kedalam rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus.
Panjang lidi yang masuk kira-kira jarak ujung hidung sampai telinga.

33
Masukkan sampai menyentuh dinding belakang nasofaring, kemudian tarik
keluar.
 Masukkan lidi dacron kedalam media transpor atau langsung tanam pada
media isolasi (Agar darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan
dibuat sediaan.
Swab tenggorok
 Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
 Penderita diminta membuka mulut.
 Lidah ditekan spatel lidah.
 Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga
menyentuh dinding belakang taring.
 Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar
dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.
 Masukkan lidi kapas kedalam media transpor atau langsung tanam pada
media isolasi (Agar darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan
dibuat sediaan.

5) Pemberian Identitas
Pemberian dentitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik
pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen. Pada surat pengantar/formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap :
a) Tanggal permintaan
b) Tanggal dan jam pengambilan spesimen.
c) Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam
medik.
d) Identitas pengirim (nama , alamat, nomor telpon)
e) Nomor laboratorium
f) Diagnosis / keterangan klinik
g) Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
h) Pemeriksaan laboratorium yang diminta
i) Jenis spesimen

34
j) Lokasi pengambilan spesimen
k) Volume spesimen
l) Transpor media/pengawet yang digunakan
m) Nama pengambil spesimen
n) Inform concent
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium harus
memuat :
a) Tanggal pengambilan spesimen
b) Nama dan nomor pasien
c) Jenis spesimen
6) Pengolahan
Beberapa contoh pengolahan spesimen seperti tercantum dibawah ini :
a) Darah ( Whole Blood )
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomoginasasikan dengan cara
membolak-balik tabung kira- kira 10-12 kali secara perlahan-lahan dan merata.
b) Serum
 Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20 – 30
menit, kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit.
 Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen.
 Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik).
c) Plasma
 Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara pelan-pelan
 Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen.
 Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik).
d) Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk

35
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan
cara:
 Wadah urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur
(homogen).
 Masukkan ± 15 ml urin kedalam tabung sentrifus.
 Putar urin selama 5 menit pada 1500 – 2000 rpm.
 Buang supernatannya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen
 Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.
e) Dahak
 Masukkan dahak kedalam tabung steril yang berisi NaOH 4 % sama
banyak.
 Kocok dengan baik.
 Inkubasi pada suhu kamar (25–30 0
C) selama 15-20 menit dengan
pengocokan teratur tiap 5 menit.
 Sentrifuge tabung dengan kecepatan tinggi selama 8–10 menit.
 Buang supernatan kedalam larutan lysol.
 Ambil endapannya untuk dilakukan pemeriksaan.
7) Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen
a) Penyimpanan
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas
spesimen dapat berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen
antara lain :
 Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
 Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
 Terjadi penguapan.
 Pengaruh suhu.
 Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan
penyimpanan beberapa spesimen untuk beberapa pemeriksaan laboratorium

36
harus memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet dan wadah serta
stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan spesimen :
 Disimpan pada suhu kamar.
 Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2 – 8 0 C.
 Dibekukan suhu -200C, -700C atau -1200C ( jangan sampai terjadi beku
ulang ).
 Dapat diberikan bahan pengawet.
 Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat
b) Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim kelaboratorium lain (dirujuk), sebaiknya dikirim
dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan
pengiriman spesimen antara lain :
 Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.
 Tidak terkena sinar matahari langsung.
 Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium termasuk
pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau
“Bahan Pemeriksaan Berbahaya “.
 Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
 Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan mikrobiologi.
 Persyaratan kemasan untuk bahan infeksi dan spesimen harus dikemas
dalam 3 lapis, yaitu : wadah kedap air berisi spesimen, wadah kedap air
berisi bantalan absorben yang cukup banyak untuk menghisap semua
cairan spesimen yang bocor, wadah untuk melindungi wadah kedua dari
pengaruh luar seperti kerusakan fisikdan air selama dalam perjalanan.
Hal-hal penting dalam pengelolaan spesimen diatas adalah :
 Penerimaan spesimen
- Ada loket khusus untuk penerimaan spesimen
- Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk
menghindari kebocoran
- Wadah harus dapat didisinfeksi
- Wadah harus berlabel

37
- Wadah diletakkan pada baki logam/plastik yang bisa didisinfeksi
- Baki harus didesinfeksi setiap hari
 Petugas penerima dan pembawa spesimen
- Petugas penerima dan pembawa spesimen harus mengenakan jas
laboratorium.
- Semua spesimen harus dianggap infeksius
- Membawa spesimen dengan baki khusus
- Meja spesimen harus didesinfeksi setiap hari
- Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
- Dilarang makan dan minum dan merokok saat bekerja
- Cuci tangan dengan sabun/disinfektan setiap selesai bekerja dengan
spesimen
- Tamu/pasien tidak boleh menyentuh barang apaun dimeja spesimen
- Lapor pada petugas/tim K3 laboratorium, jika terluka pada saat bekerja.

16. Pemeriksaan Laboratorium


Dalam pemeriksaan laboratorium didasarkan pada metode pemeriksaan. Ada beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode yaitu :

a. Tujuan pemeriksaan
Tujuan dilakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring, diagnostik dan
evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Tiap tujuan pemeriksaan memerlukan
sensitivitas dan spesitifitas yang berbeda-beda, sehingga perlu dipilih metode yang
sesuai karena setiap metode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-
beda pula.
1) Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan sensitivitas analitik.
Sensitivitas klinik adalah persentase hasil positif sejati diantara pasien-pasien yang
berpenyakit.
Sensitivitas klinis = positivitas diantara yang berpenyakit

Positif sejati

38
X 100 %
Positif sejati + negatif palsu

Sensitifitas yang baik adalah yang mendekati 100%


Sensitivitas analitik sering kali diartikan sebagai batas deteksi, yaitu kadar
terendah dari sutu analit yang dapat dideteksi oleh suatu metode.
Pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi terutama dipersyaratkan pada pemeriksaan
untuk tujuan skrining.

2) Spesitivitas
Dikenal spesitivitas klinis dan spesitifitas analitik
Spesitifiats klinis adalah persentase hasil negatif sejati di antara pasien-pasien
yang sehat.
Spesitifitas klinis + Negatifitas diantara yang sehat

Negatif sejati
X 100 %
Negatif sejati + Positif palsu

Spesitifitas yang baik adalah yang mendekati 100%


Spesitifitas analitik berkaitan dengan kemampuan dan akurasi suatu metode untuk
memeriksa analit tanpa dipengaruhi zat-zat lain.
Sensitivitas 100% jarang diikuti dengan spesitifitas 100% dan sebaliknya. Metode
yang baik adalah metode yang memberikan sensitivitas dan spesitivitas setinggi
mungkin. Tidak ada satupun metode yang bebas dari pasitif palsu atau negatif
palsu.
b. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan
Mengingat hasil pemeriksaan pemeriksaan laboratorium sangat dipelukan dalam
pengambilan keputusan, maka waktu pemeriksaan yang diperlukan sampai
diperolehnya hasil untuk berbagai metode perlu dipertimbangkan. Misal pasien di
instalasi gawat darurat memerlukan metode pemeriksaan yang dapat memberikan
hasil yang cepat untuk keperluan diagnostik dan pengobatan.

39
c. Rekomendasi Resmi
Berbagai metode pemeriksaan laboratorium dapat dipilih berdasarkan rekomendasi
dari suatu lembaga/ badan yang diakui atau organisasi profesi, antara lain :
1) WHO (World Health Organization)
2) IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)
3) NCCLS (National Committee Clinical Laboratory Standards)
4) ICSH (International Committee For Standarisation in Hematologi)

Evaluasi
Metode yang telah digunakan perlu dikaji ulang secara periodik mengingat :
1) Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
2) Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki makna klinis
sebagaimana dibutuhkan.
Contoh :
1) Pemeriksaan HbsAg : dari metode hemaglutinasi ke metode EIA
2) Pemeriksaan Hb :dari metode sahli ke cyanmethemoglobin
3) Pemeriksaan Glukosa : dari metode o-toluidin ke enzimatik.

17. Laporan Hasil dan Arsip


Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari :
a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan.
b. Laporan khusus ( misal KLB,HIV, NAPZA dll )
c. Laporan hasil pemeriksaan
1) Tanggung jawab manajemen untuk membuat format hasil
Manajemen laboratorium harus membuat format hasil pemeriksaan. Format
laporan dan cara mengkomunikasikannya kepada pemakai harus ditentukan
dengan mendiskusikannya dengan pengguna jasa laboratorium.
2) Penyerahan hasil tepat waktu.
Manajemen laboratorium ikut bertanggung jawab atas diterimanya hasil
pemeriksaan kepada orang yang sesuai dalam waktu yang disepakati.
3) Komponen Laporan Hasil Pemeriksaan

40
Hasil harus dapat dibaca tanpa kesalahan dalam tulisan, dan dilaporkan kepada
orang yang diberi wewenang untuk menerima dan menggunakan informasi medis.
Laporan setidaknya harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) Identifikasi dari pemeriksaan yang jelas dan tidak ragu-ragu, termasuk prosedur
pengukuran bila perlu.
b) Identifikasi laboratorium yang menerbitkan laporan.
c) Identifikasi khas dan bila mungkin lokasi pasien serta tujuan dari laporan
d) Nama atau identitas khas lain dari pemohon dan alamat pemohon
e) Tanggal dan waktu pengumpulan sample primer,apabila tersedia dan relevan
dengan pelayanan pasien serta waktu penerimaan oleh laboratorium.
f) Tanggal dan waktu penerbitan laporan. Jika tidak tercantum pada laporan,
tanggal dan waktu penerbitan laporan harus dapat diperoleh dengan segera
jika diperlukan.
g) Sumber dan sistem organ sampel primer, misalnya : darah vena, pus luka.
h) Bila dapat digunakan, hasil pemeriksaan dilaporkan dalam unit standar
international atau tertelusur hingga unit standar international.
i) Interval acuan biologis, apabila dapat digunakan.
j) Interpretasi hasil apabila sesuai
k) Tanggapan lain, laporan hendaknya mengidentifikasi pemeriksaan yang
dilakukan sebagai bagian dari suatu program pengembangan.
l) Identifikasi dari petugas yang diiberi wewenang mengeluarkan hasil.
m) Jika relevan, hasil asli dan hasil yang diperbaiki.
n) Apabila mungkin, tandatangan atau otorisasi dari petugas yang memeriksa atau
menerbitkan laporan.

Menyimpan Dokumen
Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen-dokumen tersebut dibawah ini :
a. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
b. Hasil pemeriksaan laboratorium
c. Surat permintaan dan hasil rujukan.

Prinsip penyimpanan dokumen :

41
a. Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi pada
dokumen dengan tanda tangan oleh penanggung jawab.
b. Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun, untuk kasus-kasus khusus
dipertimbangkan tersendiri.
c. Berkas anak-anak harus disimpan hingga batas usia tertentu sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
d. Berkas laboratorium dengan kelainan jiwa disimpan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
e. Untuk memudahkan penelusuran pada kasus-kasus tertentu misalnya dipakai sebagai
barang bukti. Salinan atau berkas hasil yang dilaporkan harus disimpan sedemikian
sehingga mudah ditemukan kembali lamanya waktu penyimpanan dapat beragam,
tetapi hasil yang telah dilaporkan harus dapat ditemukan kembali sesuai kepentingan
medis atau sebagaimana dipersyaratkan oleh persyaratan nasional, regional atau
setempat.

Pemusnahan Dokumen
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi-informasi yang utama terlebih dahulu. Pada
pelaksanaan pemusnahan harus ada berita acara sesuai prosedur yang berlaku, yang
berisi :
a. Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
b. Penaggungjawab/otorisasi pemusnahan dokumen.
Pengendalian Dokumen
a. Maksud dari pengendalian dokumen
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikandan memelihara prosedur untuk
mengendalikan semua dokumen dan informasi (dari sumber eksternal maupun
internal) yang merupakan bagian dokumentasi mutunya. Salinan dari tiap dokumen
terkendali ini harus diarsip sebagai acuan dikemudian hari. Pimpinan laboratorium
harus menetapkan masa penyimpanan. Dokumen terkendali ini dapat disimpan pada
media apapun yang sesuai baik kertas maupun bukan kertas. Penyimpanan dokumen
disesuaikan dengan peraturan nasional, regional, maupun setempat.
b. Cara Pengendalian Dokumen
Harus tersedia prosedur yang memastikan bahwa :

42
1) Semua dokumen yang diberikan kepada petugas laboratorium sebagai bagian dari
sistem (sistem otorisasi dokumen yang berlaku).
2) Setiap saat tersedia daftar paling mutakhir yang mencantumkan semua dokumen
yang berlaku revisi termutakhirnya yang syah.
3) Hanya dokumen versi termuthir yang disediakan untuk penggunaan aktif pada
tempat dimana dokumen itu digunakan.
4) Dokumen secara berkala dikaji ulang , direvisi apabila perlu dan disetujui oleh
petugas berwenang.
5) Protokol permintaan, sample primer, pengambilan dan penanganan sampel
laboratorium.
6) Pengesahan hasil.
7) Pengendalian internal dan eksternal.
8) Sistem informasi laboratorium
9) Pelaporan hasil
10) Upaya perbaikan dan penanganan keluhan.
11) Komunikasi dan interaksi lain dengan pasien, petugas kesehatan, laboratorium
rujukan dan pemasok.
12) Audit internal
13) Etika
c. Penandaan pada dokumen
Semua dokumen yang terkait dengan sistem manajemen mutu harus diberi identitas
secara unik (tidak ada duanya) yaitu meliputi :
1) Judul
2) Edisi atau tanggal revisi termutakhir, atau nomor revisi, atau ketiganya.
3) Jumlah halaman
4) Wewenang untuk menerbitkan
5) Pencantuman sumber
d. Pengkajian terhadap kontrak layanan laboratorium
Jika laboratorium menjalin kontrak dengan pihak lain untuk memberikan layanan
laboratorium, maka harus dijaga beberapa hal berikut :
1) Jaminan mutu layanan
2) Penyimpanan rekaman kaji terhadap kontrak layanan

43
3) Pemberitahuan kepada pelanggan
Bila terjadi penyimpangan terhadap kontrak, maka pelanggan harus diberitahu.

18. Pemeliharaan, Troubleshooting dan Kaliberasi Alat


Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (Instruction manual)
yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan
tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus
diperhatikan. Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-masing jenis peralatan
laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja.
Pada setiap peralatan juga harus dilakukan pemeliharaan sesuai dengan petunjuk
penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi yang optimal,
dapat beroperasi dengan baikdan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan tersebut harus
dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat , sehingga diperoleh peningkatan kualitas
produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti,
penekanan waktu luang/ pengganguran bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya
perbaikan. Untuk itu setiap alat harus ada kartu pemeliharaan yang diletakkan pada atau
didekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilkukan dan
kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus
segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada pemakaian peralatan :
a. Persyaratan kecukupan peralatan
b. Persyaratan kemampuan alat
c. Penandaan alat
d. Log alat
e. Persyaratan pengoperasian alat
f. Jamianan keamanan kerja alat
g. Penanganan terhadap alat yang rusak
h. Pemindahan alat
i. Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi
j. Pencegahan terhadap orang yang berwewenang

Pemecahan Masalah/Kerusakan Alat (Troubleshooting)

44
Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidak cocokan hasil,
malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang mungkin disebabkan oleh
karena adanya gangguan pada peralatan. Untuk itu perlu adanya pemecahan masalah
(troubleshooting).
Troubleshooting adalah proses kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya
penampilan alat yang tidak memuaskan, dan memilih cara penanganan yang benar untuk
mengatasinya. Makin canggih suatu alat, akan makin kompleks permasalahan yang
mungkin terjadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan:
a. Tetaplah tenang dan berfikirlah dengan jernih
b. Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang kemungkinan permasalahan
c. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor atau hubungi agen
untuk menanyakan masalh tersebut.
d. Tempelkan label bahwa alat rusak.
e. Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan khusus.

Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi
peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di instal dan diuji fungsi, dan
selanjutnya dilakukan secara berkala sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi peralatan dapat
dilakukan oleh teknisi penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan
pernah dilatih, atau oleh institusi yang berwenang.
Kalibrasi serta fungsi peralatan dan system analitik secara berkala harus dipantau
dan dibuktikan memenuhi syarat/sesuai standar laboratorium harus mempunyai
dokumentasi untuk pemeliharaan, tindakan pencegahan sesuai rekomendasi pabrik
pembuat. Semua instruksi pabrik untuk menggunakan dan pemeliharaan alat harus
dipenuhi.

19. Pengelolaan Limbah


Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan
gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah
harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.

45
a. Sumber sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber :
1) Bahan baku yang sudah kadaluwarsa
2) Bahan habis pakai
3) Produk proses didalam laboratorium sisa spesimen.
4) Produk upaya penanganan limbah
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan
menjadi:
1) Buangan bahan berbahaya dan beracun
2) Limbah infektif
3) Limbah umum
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label sesuai peraturan
yang ada.
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa :
1) Limbah cair
Pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian, air bekas pencucian alat, sisa
spesimen ( darah dan cairan tubuh )
2) Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol spesimen,
kemasan reagen, sisa spesimen (ekskreta) dan medium pembiakan.
3) Limbah gas
Dihasilkan dari penggunaan generator sterilisasi dengan etilen oksida atau dari
termometer yang pecah (uap air raksa)

b. Penanganan dan penampungan


Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume yang dipilah-
pilah dan dilkukan secara kontinu. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah
sebagai berikut :
1) Kelancaran penanganan dan penampungan limbah
2) Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan
pemisahan limbah B3 dan non B3
3) Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non–B3.

46
4) Pengemasan dan pemberian label yang jelas.

Pengelolaan limbah dan benda tajam


1) Cara membuang limbah jarum
a) Hindari melakukan recapping, bila perlu lakukan recapping dengan satu jari
b) Buang jarum pada Safety box segera setelah menggunakan oleh petugas yang
menggunakan
c) Safety box dibuang setelah penuh ¾ bagian
2) Cara membuang pecahan kaca
a) Cuci tangan
b) Gunakan APD (sarung tangan tebal / sarung tangan double)
c) Ambil kertas tebal atau Koran
d) Bungkus pecahan kaca dengan kertas tebal lalu buang kedalam safety box
e) Lepaskan APD
f) Cuci tangan
3) Pembuangan limbah padat
a) Tempat sampah infeksius : limbah padat yang terkena darah atau cairan tubuh
pasien (kassa, tissue, material medis)  Kantong plastik kuning
b) Tempat sampah medis non-infeksius : material medis yang tidak terkena darah
atau cairan tubuh  kantong pelastik hitam
c) Tempat sampah umum : limbah padat non medis yang tidak terkena darah atau
cairan tubuh  kantong plastik hitam
4) Cara membuang darah dan komponen darah
a) Cuci tangan
b) Gunakan APD (sarung tangan, bila perlu apron)
c) Buang darah/komponen darah pada spoel hoek
d) Buang wadah plastic bekas darah/komponen darah pada tempat sampah
infeksius
e) Buka APD
f) Cuci tangan

c. Pengendalian Lingkungan

47
1) Cara membersihkan noda darah/ tumpahan darah
a) Cuci tangan
b) Gunakan APD lengkap (Sarung tangan rumah tangga, masker, apron, sepatu
boot)
c) Ambil tissue atau lap sekali pakai
d) Bersihkan darah dengan tissue atau lap sekali pakai
e) Buang tissue atau lap sekali pakai ke kantong plastic kuning
f) Siram Larutan Natrium Hipoklorite (Bayclean) 0,5% ke lantai
g) Diamkan 20 menit
h) Bilas dengan air bersih
i) Buang plastic bekas tissue atau lap sekali pakai kedalam tempat sampah
infeksius
j) Lepaskan APD
k) Cuci Tangan
2) Cara membersihkan permukaan peralatan lingkungan pasien
a) Cuci tangan
b) Gunakan APD lengkap (Sarung tangan rumah tangga, masker, apron, sepatu
pelindung)
c) Gunakan Larutan Natrium Hipoklorite (Bayclean) 0,05% untuk membersihkan
permukaan lingkungan pasien
d) Lepaskan APD
e) Cuci tangan
3) Cara membersihkan/disinfeksi ruangan
a) Cuci tangan
b) Gunakan APD lengkap (Sarung tangan rumah tangga, masker, apron, sepatu
boot)
c) Gunakan detergen untuk membersihkan noda yang menempel pada dinding
atau lantai
d) Bilas dengan air
e) Gunakan Larutan Natrium Hipoklorite (Bayclean) 0,5% untuk membersihkan
dinding atau lantai
f) Diamkan 20 menit

48
g) Bilas dengan air bersih
h) Lepaskan APD
i) Cuci Tangan

BAB V
LOGISTIK

Logistik/gudang adalah suatu perencanaan dan pengadaan barang-barang


laboratorium sebagai sirkulasi kebutuhan pelayanan laboratorium. Dalam perencanaan
logistik laboratorium, laboratorium membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan setiap
unit kerja dilaboratorium dalam setiap bulan yang ditujukan ke Departemen Farmasi. Semua
barang datang melalui Departemen Farmasi yang akan didistribusikan ke laboratorium,

49
dilaboratorium semua barang di stock digudang laboratorium dan didistribusikan ke masing-
masing unit kerja laboratorium dengan menggunakan kartu stok barang keluar.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

1) Pengertian
Keselamatan Pasien adalah bebas bagi pasien dari cidera yang tidak seharusnya
terjadi atau cidera yang potensial terkait dengan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan laboratorium.

50
2) Tujuan
Tujuan dari keselamatan pasien adalah :
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit khususnya di laboratorium.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan

3) Tata Laksana Keselamatan Pasien


Standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar yaitu :
a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Mengacu pada standar keselamatan pasien maka rumah sakit harus mendesaign
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif kejadian tidak diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Ada tujuh
langkah keselamatan pasien rumah sakit yaitu :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
b. Pimpin dan dukung staff
c. Integrasikan aktifitas pengelolaan risiko
d. Kembangkan sistem pelaporan
e. Libatkan dan komunikasikan dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Untuk dapat mengidentifikasi risiko, dapat mengunakan metode pengembangan
pelaporan insiden keselamatan pasien. Pelaporan insiden ini dilakukan karena sebagai

51
awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
System pelaporan insiden meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan
prosedur pelaporan.
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial ataupun
nyaris terjadi. Yang membuat laporan adalah siapa saja atau semua staff yang pertama
menemukan kejadian dan yang terlibat dalam kejadian.
Semua staff diberikan pelatihan mengenai system pelaporan insiden mulai dari
maksud, tujuan, dan manfaat laporan, alur pelaporan,bagaimana cara mengisi formulir
laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam
system pelaporan dan cara menganalisa laporan.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja dilaboratorium adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di laboratorium
yang akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Fasilitas laboratorium adalah :

52
1. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bukan untuk
penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
2. Laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai
3. Laboratorium harus mempunyai pemadam api
4. Laboratorium harus mempunyai tempat yang aman untuk larutan – larutan yang
berbahaya.
5. Laboratorium harus mempunyai dua buah jalan keluar untuk keluar dari kebakaran.
6. Harus tersedia alat P3K

Masalah Kesehatan dan keselamatan Kerja


Ada 3 komponen dalam kesehatan kerja yaitu :
1. Kapasitas kerja
2. Beban kerja
3. Lingkungan kerja

Identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja Laboratorium kesehatan dan


pencegahannya.
1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tatidak terduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan Laboratorium dapat berbentuk 2 jenis, yaitu :
a. Kecelakaan Medis , jika yang menjadi korban adalah pasien.
b. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Penyebab kecelakaan kerja :
a. Kondisi berbahaya yang tidak aman dari peralatan, lingkungan kerja, proses
kerja,sifat pekerjaan, dan cara kerja
b. Perbuatan berbahaya yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat terjadi
karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan pelaksana,cacat tubuh yang tidak
kentara, keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh dan sikap dan perilaku kerja
yang tidak baik. Contoh-contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium

53
adalah terpeleset, mengangkat beban yang cukup berat sehingga mengakibatkan
cedera punggung.
c. Mengambil sample darah/ cairan tubuh akibatnya bisa tertusuk jarum suntik
sehingga pencegahannyaadalah gunakan alat suntik disposible, jangan tutup
kembali jarum, bekerja dibawah pencahayaan yang cukup
d. Risiko kebakaran yatu dari bahan kimia yang mudah terbakar dan beracun.
2. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik.
Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan :
a. Faktor biologis yaitu kuman-kuman patogen dari pasien
Pencegahannya adalah :
1) Semua staff harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan
2) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar
3) Menggunakan disenfekatan dengan benar
4) Sterilasasi dengan benar
5) Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
6) Kebersihan diri
b. Faktor kimia yaitu kontak denganbahan kimia
Pencegahannya adalah :
1) Seluruh bahan kimia yang ada harus diketahui seluruh petugas laboratorium
2) Harus menggunakan syringe
3) Harus memakai APD yang benar.
c. Faktor ergonomi
Adalah sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk
terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai
efisiensi yang setinggi-tingginya.
d. Faktor fisik
1) Kebisingan
2) Pencahayaan yang kurang
3) Suhu dan kelembaban
4) Terkena radiasi

54
Pencegahannya adalah :
1) Menurunkan getaran
2) Pengendalian cahaya
3) Pengaturan ventilasi
4) Pengaturan jadwal kerja yang sesuai
5) Pelindung mata
e. Faktor psikososial yatu faktor yang dapat menyebabkan stress
1) Pelayanan kesehatan sering kali yang bersifat emergency
2) Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton
3) Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja
4) Beban mental karena sebagai panutan bagi mitra kerja

Pengendalian Penyakit Akibat Kerja Dan Kecelakaan Melalui Penerapan Kesehatan


Dan Keselamatan Kerja.
1. Pengendalian melalui Undang - undang
a. UU No 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Petugas kesehatan
dan non kesehatan
b. UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja
c. UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan
d. Peraturan Menteri kesehatan tentang higiene dan sanitasi lingkungan
e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
f. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah

2. Pengendalian melalui administrasi / Organisasi


a. Persyaratan penerimaan tenaga medis non medis meliputi batas umur, jenis
kelamin dan syarat kesehatan.
b. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift
c. Menyusun SPO dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya
d. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja

55
e. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
mengupayakan pencegahannya.
3. Pengendalian secara teknis
a. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
b. Isolasi bahan-bahan kimia
c. Perbaikan sistem ventilasi
4. Pengendalian melalui jalur kesehatan
Pemeriksaan awal yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang
pekerja mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan itu meliputi : anamnase
umum, pekerjaan, penyakit yang pernah diderita, alergi, imunisasi yang pernah didapat,
pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan badan
a. Pemeriksaan berkala
b. Pemeriksaan khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus
diluar waktu pemeriksaan berkala yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu atau pemantapan mutu adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium.

56
Ada enam komponen penting yaitu Pemantapan Mutu Internal, Pemantapan Mutu Eksternal,
verifikasi, validasi, audit dan Pendidikan dan Pelatihan.
1. Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup 3 hal yaitu terdiri dari :
a. Pra Analitik :Persiapan Pasien, Pengambilan Spesimen, Pengiriman spesimen,
penanganan Spesimen, dan Penyimpanan spesimen. Hal ini sudah dibahas pada
Bab Pengelolaan Spesimen
b. Analitik : Suatu proses atau tahap pengerjaan Sample dan menganalisa. Yaitu
persiapan reagensia, pemipetan atau pengukuran reagen dan sample, inkubasi,
dan pembacaan hasil
Hal-hal Penting yang harus diperhatikan dalam proses Analisis adalah :
1) Presisi dan Akurasi
Presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan bila dilakukan
berulang dengan sampel yang sama. Akurasi dipakai untuk menilai adanya
kesalahan acak atau sistematik atau keduanya. Akurasi dan presisi adalah
independen satu dengan yang lain.
2) Jenis kesalahan.
Ada 3 jenis kesalahan yaitu :
a) Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya disebabkan
oleh limitasi metodik pemeriksaan.
b) Systematic Shift (kesalahan Sistematik) yaitu satu kesalahan yang terus
menerus dengan pola yang sama.
c) Rendom Error yaitu suatu kesalahan dengan pola yang tidak tetap, yang
disebabkan adalah ketidak-stabilan, kesalahan ini berhubungan dengan
presisi.

3) Bahan kontrol
Dalam penggunaannya bahan kontrol harus diperlakukan sama dengan
bahan pemeriksaan spesimen, tanpa perlakuan khusus baik pada alat,
metode pemeriksaan, reagen maupun tenaga pemeriksaannya.

57
c. Pasca Analitik : Pelaporan hasil
2. Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik
oleh pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dibidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggara PME
bisa dari Pemerintah, Swasta atau internasional yang berhubungan dengan akreditasi
atau perizinan laboratorium.
3. Verifikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam
melakukan kegiatan laboratorium mulai dari Pra analitik, analitik, dan Pasca Analitik.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut :
a. Tahap Pra Analitik
1) Formulir Permintaan pemeriksaan
a) Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab pengirim,
kontraktor dll) No Lab, Tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan
sudah lengkap dan jelas.
b) Apakah semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai.
2) Persiapan Pasien
Apakah persiapan pasien sesuai persyaratan
3) Pengambilan dan penerimaan spesimen
Apakah spesimen dikumpulkan secara benar, dengan memperhatikan jenis
spesimen
4) Penanganan spesimen
a) Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan
b) Apakah kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat
c) Apakah penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-
pemeriksaan khusus
d) Apakah kondisi pengiriman spesimen sudah tepat
5) Persiapan sample untuk analisa
a) Apakah kondisi sample memenuhi persyaratan
b) Apakah volume sample sudah cukup
c) Apakah identifikasi sample sudah benar
b. Tahap Analitik
1) Persiapan Reagen/ media

58
a) Apakah reagen atau media memenuhi syarat
b) Apakah masa kadaluwarsa tidak terlampaui
c) Apakah cara pelarutan atau pencampurannya sudah benar
d) Apakah cara pengenceran sudah benar
e) Apakah pelarutnya ( aquadest ) memenuhi syarat
2) Pipetisasi Reagen dan sample
a) Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih, memenuhi
persyaratan
b) Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi
c) Apakah pipetisasi dilakukan dengan benar
d) Apakah urutan prosedur diikuti dengan benar
3) Inkubasi
a) Apakah suhu inkubasi sesuai denagn persyaratan
b) Apakah waktu inkubasi tepat
4) Pemeriksaan
Apakah alat/ instrumen berfungsi dengan baik (dapat dipercaya) hasil
pemeriksaan fungsi dan hasil perawatannya.
5) Pembacaan hasil
Apakah perhitungan, pengukurann, identifikasi dan penilaian sudah benar.
c. Tahap pasca analitik
Pelaporan hasil
1) Apakah form hasil bersih
2) Apakah tidak salah transkrip
3) Apakah tulisan sudah jelas
4) Apakah terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan atau hasil abnormal.
4. Validasi Hasil merupakan upaya untuk memantapkan kualitas hasil pemeriksaan yang
telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan sehingga dapat
mencegah keragu-raguan atas hasil laboratorium yang dikeluarkan.
5. Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai kegiatan
yang dilaksanakan dilaboratorium. Audit ada dua yaitu Audit Internal dan audit
eksternal. Audit Internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah senior ini
sebagai indikator terhadap kecepatan dan ketelitian pemeriksaan. Audit Eksternal

59
bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak luar laboratorium atau pemakai jasa
terhadap pelayanan dan mutu laboratorium.
6. Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga laboratorium sangat penting untuk meningkatkan
mutu pelayanan laboratorium melalui pendidikan formal, pelatihan teknis, seminar,
workshop, simposium.

BAB IX
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Rumkital


Dr. Midiyato Suratani, tidaklah berarti semua permasalahan tentang pelayanan laboratorium
di rumah sakit menjadi mudah dan selesai. Dalam pelaksanaannya di lapangan, sudah
barang tentu akan menghadapi berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia/tenaga

60
laboratorium, kebijakan manajemen rumah sakit serta pihak-pihak terkait yang umumnya
masih dengan paradigma lama yang “melihat” pelayanan laboratorioum di rumah sakit
merupakan suatu rutinitas dan pelayanan yang monoton.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit
Rumkital Dr. Midiyato Suratani, perlu komitmen dan kerjasama yang lebih baik antara
departemen-departemen lain di Rumkital Dr. Midiyato Suratani serta selalu mengupdate
ilmu-ilmu dan perkembangan terbaru, sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya akan
semakin optimal, dan khususnya pelayanan laboratorium di rumah sakit akan dirasakan oleh
setiap pasien di Rumkital Dr. Midiyato Suratani.

Kepala Rumkital Dr. Midiyato Suratani

dr. Edwin M. Kamil, Sp.B


Kolonel Laut (K) NRP. 9131/P

61

Anda mungkin juga menyukai