Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PELAYANAN

TIM PANITIA FARMASI DAN TERAPI


RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA


JL. RAYA SAWANGAN No. 2A DEPOK 16436
TILP. 021.7520082 FAX. 021.7520510
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
NOMOR: Skep- /RSBY/III/2020
Tentang

PEDOMAN PELAYANAN
TIM PANITIA FARMASI DAN TERAPI
RSU. BHAKTI YUDHA DEPOK

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA,

Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka menjamin keberhasilan peningkatan mutu dan


jangkauan pelayanan Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok
sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.
2. Bahwa perlu kerjasama yang sinergis antara staf medis dan pihak
farmasi, sehingga pengelolaan obat-obat yang ada di rumah sakit
dapat membuat pengobatan pasien bisa lebih efektif, dan aman.
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam 1
dan 2, perlu disusun Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi Dan
Terapi yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Umum Bhakti Yudha.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 36 Tahun 2009,


Tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009,
Tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 29 Tahun 2009,
Tentang Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 58, Tahun
2014, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di RS.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 72 Tahun
2016, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 34, Tahun
2017, Tetang Akreditasi Rumah Sakit.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 1


8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1197/
Menkes/SK/X/2004, Tentang Standar Pelayanan Farmasi di RS.
9. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Arthamas Investama Guna
Nomor : Skep-15/PT.AIG/VII/2017, Tentang pengangkatan drg.
Sjahrul Amri, MHA sebagai Direktur RSU. Bhakti Yudha

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI


YUDHA TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN
PELAYANAN TIM PANITIA FARMASI DAN TERAPI RSU.
BHAKTI YUDHA.

Kedua : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi Dan Terapi


RSU. Bhakti Yudha sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pelayanan Tim Panitia


Farmasi Dan Terapi RSU. Bhakti Yudha dilaksanakan oleh Direktur
RSU. Bhakti Yudha.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan didalam Surat Keputusan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : D E P O K
Pada tanggal : 22 Maret 2020
RSU. BHAKTI YUDHA
Direktur,

drg. Sjahrul Amri, MHA

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 2


DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... i

Kata Pengantar .......................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................... 1


A. Latar Belakang ………………………………….. 1
B. Tujuan Pedoman ……………………………….. 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan ……………………… 3
D. Batasan Operasional ……………………………. 3
E. Landasan Hukum ………………………………. 4

BAB II : STANDAR KETENAGAAN......................................... 6


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ……………... 6
B. Distribusi Ketenagaan …………………………… 9
C. Pengaturan Jaga ………………………………… 10

BAB III : STANDAR FASILITAS ………………………............ 11


A. Denah Ruang ……………………………………. 11
B. Standar Fasilitas …………………………………. 12

BAB IV : TATALAKSANA PELAYANAN................................. 17

BAB V : LOGISTIK ………………………………………. ....... 24

BAB VI : KESELAMATAN PASIEN ......................................... 34

BAB VII : KESELAMATAN KERJA ..………………............... 45

BAB VIII : PENGENDALIAN MUTU ………………………….. 47

BAB IX : PENUTUP …………............................................ 51

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 3


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

limpahan rahmat dan kemuliaan serta kemudahan yang diberikan kepada kita

semua, sehingga dengan ijin-Nya Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan

Terapi (PFT) RSU. Bhakti Yudha dapat terselesaikan.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi berisikan pedoman

bagi petugas / anggota tim untuk melaksanakan fungsi yang menyokong

pelayanan dalam pengobatan pasien. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan

pedoman pelayanan ini tidak akan terselesaikan apabila tidak mendapatkan

dukungan dari berbagai pihak yang telah turut membantu hingga selesainya

pedoman pelayanan Tim PFT. Kami berharap dengan adanya pedoman pelayanan

ini, kerjasama yang sinergis antara staf medis dan pihak farmasi bisa terjadi,

sehingga pengelolaan obat-obat yang ada di rumah sakit dapat membuat

pengobatan pasien bisa lebih efektif, dan aman.

Semoga Pedoman Pelayanan Tim PFT RSU Bhakti Yudha ini dapat

bermanfaat sebaik-baiknya oleh seluruh unit pelayanan yang terkait serta mampu

meningktakan kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien di RSU.

Bhakti Yudha.

Hormat kami,
Ketua Tim Farmasi dan Terapi

dr. Rini Zulkifli

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan farmasi rumah sakit dijelaskan dalam Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor : 1197/Menkes/SK/X/2004, Tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah
sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat. Sedangkan Pelayanan Kefarmasian yang dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009,
Tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.

Instalasi farmasi di rumah sakit adalah unit atau institusi yang


mempunyai tugas pokok dan fungsi serta kewenangan menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Pelaksanaan pelayanan farmasi oleh instalasi farmasi
dalam suatu rumah sakit mempunyai arti penting dalam keberhasilan dan
pencapaian mutu pelayanan kesehatan paripurna dan prima. Tuntutan pasien
dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya
perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru
(patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan
kefarmasian).

Panitia Farmasi dan Terapi menurut Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor : 1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang
mewakili hubungan komunikasi antara staf medik dan staf farmasi, sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialis–spesialis yang ada di
rumah sakit dan apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 5


kesehatan lainnya. Definisi lainnya Panitia Farmasi terapi adalah kelompok
penasehat staf medis yang bertugas memberi saran dan dan juga bertindak
sebagai penghubung komunikasi organisasional antara staf medik dan
instalasi farmasi rumah sakit dalam penggunaan obat, sehigga diperoleh suatu
terapi yang optimal melalui penggunaan obat yang aman dan rasional.

Panitia Farmasi di RSU. Bhakti Yudha melaksanakan fungsi


organisasi yang sesuai dengan tujuan – tujuan di atas dalam rangka usaha
untuk memperoleh suatu teraoi yang optimal melalui penggunaan obat yang
aman dan rasional. Organisasi PFT di RSU. Bhakti Yudha diharapkan dapat
mewujudkan terapi yang aman sesuai dengan Misi rumah sakit, yang
mengutamakan keselamatan pasien.

B. Tujuan Pedoman Pelayanan Tim PFT .

Tujuan dari Pedoman PelayananTim Panitia Farmasi dan Terapi


lainnya adalah sebagai berikut :
1. Penasehat.
Tim Panitia Farmasi dan Terapi memberi nasehat dan ikut membantu dan
membuat formulasi kebijakan mengenai evaluasi, seleksi dan kegunaan
terapetik obat di rumah sakit .
2. Pendidikan.
Tim Panitia Farmasi dan Terapi memberi nasehat dan ikut membantu
dalam mendisain program formulasi untuk memenuhi kebutuhan staf
profesional PPA guna melengkapi pengetahuan mutakhir dalam hal-hal
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat.

C. Ruang Lingkup.
Fungsi dan ruanglingkup kerja dari organisasi Tim Panitia Farmasi
dan Terapi sebagai berikut :

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 6


1. Berlaku sebagai penasehat staf medis dan administrasi rumah sakit
dengan segala permasalahan yang berhubungan dengan kegunaan obat
termasuk penyelidik obat.
2. Untuk menetapkan obat-obat formularium yang digunakan di rumah sakit
dan merevisinya secara teratur.
3. Melakukan evaluasi, menerima atau menolak obat baru atau bentuk-
bentuk sediaan obat baru yang diajukan oleh staf medis untuk
dimasukkan ke dalam formularium atau dihapuskan dari formularium.
4. Berpartisipasi dalam aktivitas jaminan mutu yang berhubungan dengan
distribusi, admisitrasi dan kegunaan pengobatan.
5. Mengumpulkan data efek samping obat yang terjadi karena pemakaian
obat yang ada di formularium.
6. Membuat rekomendasi obat-obat yang bisa disimpan di unit-unit tertentu
di IGD dan Rawat inap.

D. Batasan Operasional
Batasan operasional Pedoman Pengorganisasian Tim Panitia
Farmasi dan Terapi mempunyai tugas khusus sebagai berikut :

1. Membuat formularium setiap tahunnya dengan menerima pengajuan


obat-obat baru dari staf medis.
2. Menentukan outomatic stop order untuk obat-obat yang berbahaya,
missal : narkotika, sedatif, koagulan, hipnotik.
3. Membuat daftar obat emergensi.
4. Membuat pelaporan ESO.
5. Melaksanakan Pengkajian obat yang ada di formularium.

E. Landasan Hukum.
Landasan hukum dalam pedoman pengorganisasian tim panitia
farmasi dan terapi :

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Di RS.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 7


2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 51 Tahun 2009,
Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 58, Tahun
2014, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di RS.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 72 Tahun
2016, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 8


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan pedoman


pelayanan Tim PFT RSU. Bhakti Yudha adalah sebagai berikut :

a. Ketua Tim PFT


1) Pendidikan Dokter Umum/ Dokter Spesialis.
2) Staf karyawan tetap (Full Timer).
3) Mempunyai kemampuan koordinasi kerja antara Staf Medis,
Instalasi Farmasi, dan Manajemen.
4) Mempunyai kemampuan dan waktu cukup untuk melakukan
manajemen (pengelolaan) Tim Farmasi dan Terapi dalam hal
penerapan pelayanan dan program kerja Tim PFT

b. Sekretaris Tim Farmasi dan Terapi


1) Pendidikan S1,Apoteker.
2) Karyawan Full Timer, jabatan supervisor instalasi farmasi.
3) Mempunyai kemampuan koordinasi kerja dengan dokter, perawat,
manajemen rumah sakit.

c. Staf Medis Dokter.


1) Pendidikan dokter umum / dokter spesialis yang termasuk KSM di
Komite Medik RSU. Bhakti yudha.
2) Termasuk karyawan Full Timer, bisa juga karyawan Paruh Waktu
3) Mempunyai kemampuan dan waktu untuk melakukan koordinasi
kerja Tim PFT
4) Mempunyai kemampuan koordinasi dengan sesama anggota Komite
Medik RSU. Bhakti Yudha.
d. Anggota Komite PPRA

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 9


1) Pendidikan Dokter Umum/ Dokter Spesialis
2) Status Karyawan RS Bhakti Yudha.
3) Mempunyai kemampuan untuk melakukan koordinasi dengan dokter
dan instalasi farmasi.
e. Supervisor Perawat
1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan.
2) Status Karyawan tetap ( Full Time).
3) Mempunyai kemampuan koordinasi dengan dokter, instalasi farmasi,
dan manajemen.
f. Apoteker
1) Pendidikan S1 Apoteker.
2) Karyawan Tetap/ kontrak RSU. Bahkti Yudha.
3) Mempunyai kemampuan koordinasi kerja dengan dokter,
keperawatan dan manajemen.

B. Distribusi Ketenagaan dan Pengaturan Jam kerja

Distribusi dan pengaturan jam kerja sesuai dengan ketentuan jam


kerja bagian kepegawaian RSU. Bhakti Yudha.
NO. JABATAN PROFESI JUMLAH DINAS
/SHIFT
1. Ketua Tim PFT Dokter Umum 1 Full Time
2. Sekretaris PFT Apoteker (Spv 1 Full Time
Instalasi Farmasi)
3. Staf Medis Dokter Spesialis 4 Dokter Tamu
4. Spv Perawat Supervisor Perawat 6 Full Time
5. Anggota PPRA Dokter umum 1 Full Time
6. Apoteker Apoteker 4 Full Time

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 10


BAB III.
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 11


B. Standar Fasilitas

Fasilitas yang digunakan dalam proses pelaksanaan Pedoman


Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi.

1. Sistem informasi data di IT.

2. Ruang pertemuan dengan segala fasilitas untuk presentasi.

3. Sistem pelaporan data tertulis dalam bentuk form-form pelaporan.

4. Sistem pelaporan data mutu dan analisis via email.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 12


BAB IV
TATA LAKSANA PEDOMAN PEDOMAN PELAYANAN

A. Pembuatan Formularium Rumah Sakit

Proses pembuatan formularium dilakukan oleh Tim Panitia


Farmasi dan Terapi Rumah Sakit setiap tahunnya. Tim PFT melakukan
review tahunan mengenai ketersediaan obat formularium yang dipakai oleh
rumah sakit. Kemudian Tim PFT melakukan koordinasi kerja dengan
manajemen mengenai MoU (kerjasama) rumah sakit dengan distributor resmi
yang telah di tunjuk oleh Perusahaan Besar Farmasi (PBF), Apotek, rumah
sakit lain dalam hal penyediaan obat sesuai kebutuhan rumah sakit.
Setelah ada keputusan dari manajemen makan Tim PFT mulai
melakukan persiapan proses pembuatan formularium. Beberapa proses dalam
persiapan pembuatan formularium adalah:
1. Tim Panitia Farmasi dan Terapi melakukan rapat koordinasi dengan
semua anggota Tim PFT. Saat rapat disampaikan PBF yang bekerja sama
dengan rumah sakit untuk penyediaan obat-obat yang akan masuk
formularium.

2. Sekretaris Tim PFT mengajukan formulir kepada staf medis tentang


kebutuhan jenis obat yang bisa disediakan oleh PBF yang bekerja sama
dengan rumah sakit.

3. Sekretaris Tim PFT mengajukan formulir jika ada obat lain yang
dibutuhkan tapi selain PBF / distributor yang kerjasama dengan rumah
sakit tahun depan.

4. Sekretaris Tim PFT melakukan pembuatan list semua obat-obat yang


akan masuk daftar obat formularium.

5. Ketua Tim PFT melakukan rapat koordinasi dengan anggota untuk


penyetujuan pembuatan daftar obat formularium.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 13


6. Ketua Tim PFT mengajukan pembuatan formularium ke Direktur Rumah
Sakit untuk membukukan formularium sesuai list daftar obat.

7. Direktur mengesahkan buku daftar formularium di rumah sakit setiap


tahunnya.

B. Membuat Daftar Obat yang Dihentikan Otomatis (outomatic stop


order).

1. Tim Panitia Farmasi dan Terapi melakukan rapat koordinasi dengan


semua anggota tim.

2. Tim PFT merumuskan daftar jenis obat yang dihentikan otomatis oleh
pihak farmasi, sesuai kategori obat.

3. Tim PFT merumuskan daftar jenis obat yang dilakukan pembatasan


jumlah obat jika diminta oleh dokter adalah obat hipnotik, narkotika,
sedatif dan koagulan. Hanya dokter spesialis tertentu yang boleh
meresepkan sesuai kebutuhan pasien.

4. Tim PFT membuat prosedur cara penghentian otomatis obat yang


termasuk daftar obat yang dihentikan otomatis (outomatic stop order).

5. Ketua Tim PFT dan Sekretaris Tim PFT melakukan sosialisasi prosedur
cara penghentian obat kategori Outomatic stop order kepada staf instalasi
farmasi dan staf medis.

6. Sekretaris Tim PFT menerima laporan kepatuhan pelaksanaan prosedur


di rumah sakit.

C. Membuat Daftar Obat Emergensi yang Bisa Disimpan di Unit Rumah


Sakit.

1. Tim Panitia Farmasi dan Terapi melakukan rapat koordinasi dengan


semua anggota tim.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 14


2. Tim PFT merumuskan daftar jenis obat yang termasuk kategori obat
emergensi yang disediakan di unit – unit sesuai kebutuhan unit yang
bersangkutan.

3. Tim PFT melakukan analisa keamanan penyimpanan obat emergensi


yang ada di unit yang membutuhkan sesuai dengan jenis obat.

4. Tim PFT yang terdiri dari apoteker di farmasi dan supervisor


keperawatan melakukan koordinasi untuk penyediaan obat-obat
emergensi di unit-unit.

5. Apoteker membuat list daftar obat masing-masing unit dan menyediakan


lemari penyimpanan obat emergensi.

6. Instalasi farmasi membuat prosedur cara pengambilan obat dan


penggantian obat emergensi tersebut.

7. Apoteker melakukan supervisi obat-obat emergensi yang di unit-unit.

8. Sekretaris Tim PFT melakukan rekap bulanan pelaksanaan supervisi oleh


apoteker.

9. Sekretaris Tim PFT melaporkan ke Ketua Tim PFT mengenai kepatuhan


pelaksanaan prosedur supervisi obat-obat emergensi di unit-unit.

D. Membuat Pelaporan Efek Samping Obat

1. Instalasi Farmasi membuat prosedur tentang pelaporan efek samping


obat.

2. Direktur Rumah Sakit menetapkan kebijakan tentang jenis efek samping


obat yang dilaporkan kepada Tim PFT.

3. Supervisor instalasi farmasi memsosialisasikan prosedur cara pelaporan


efek samping obat kepada supervisor keperawatan dan apoteker-apoteker
di instalasi farmasi.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 15


4. Apoteker membuat laporan efek samping obat (kategori obat baru
ataupun obat lama yang masuk formularium yang dibuat Tim PFT),
laporan efek samping obat dilakukan analisis manajemen risiko oleh
Koordinator Keselamatan Pasien dan Supervisor Instalasi Farmasi.

5. Sekretaris Tim PFT membuat rekapan laporan kejadian efek samping


obat setiap bulan ke Ketua Tim PFT.

6. Ketua Tim PFT melakukan evaluasi tahunan setiap kejadian efek


samping obat yang ada di daftar formularium.

E. Pengkajian Formularium

1. Ketua Tim PFT dan sekretaris PFT melakukan rekap data tahunan
pelaksanaan pengawasan daftar obat formularium.

2. Tim PFT membuat rapat koordinasi dengan semua anggota tim PFT.

3. Ketua Tim PFT melakukan pemaparan kajian tahunan pengawasan daftar


obat formularium.

4. Rapat menerima usulan dan rencana tindak lanjut dari pengkajian


formularium untuk perbaikan daftar obat formularium tahun berikutnya.

5. Ketua Tim PFT melaporkan hasil pengkajian formularium kepada


Direktur.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 16


BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan Logistik yang terkait dalam pedoman pelayanan Tim Panitia


Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan logistik dalam pelaksanaan kegiatan pelaksanaan pedoman
pelayanan Tim PFT.
2. Kebijakan dalam pengadaaan logistik dalam pengadaan obat di formularium
yang dibuat oleh Tim PFT.

A. Logistik Pelaksanaan Kegiatan Pedoman Pelayanan Tim PFT.


Logistik yang diperlukan dalam kegiatan pelaksanaan pedoman
pelayanan dalam bentuk :
1. Formulir rekapan kegiatan pengawasan daftar obat formularium.
2. Sistem IT yang berhubungan dengan pelaporan data mutu internal dan
ekternal.
3. Peralatan yang diperlukan dengan presentasi dalam rapat Tim PFT.
4. SIM Rumah Sakit yang berhubungan SISMADAK terkait pelaporan
insiden medication error.

B. Kebijakan Dalam Pengadaaan Logistik Dalam Pengadaan Obat di


Formularium.
Dalam pengadaan logistik obat yang akan masuk daftar
formularium dilakukan proses seleksi. Beberapa kebijakan yang terkait
dengan proses seleksi ini adalah :
1. Pengadaan obat dan alkes adalah harus dari sumber resmi .Dalam Proses
pembelian obat rumah sakit memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Akte pendirian perusahaan dan pengesahan dari Kementrian hukum
dan Hak Azazi Manusia.
b. Surat Ijin Usaha Perusahaan
c. NPWP.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 17


d. Ijin Pedagang Besar Farmasi - Penyalur Alat Kesehatan (PBF-PAK)
e. Perjanjian kerjasama antara distributor dengan prinsipal dan RS.
f. Nama dan Surat Ijin Apoteker untuk apoteker penanggung jawab
PBF.
g. Alamat dan denah kantor PBF.
h. Surat garansi jaminan keaslian produk yang didistribusikan (dari
Prinsipal).

2. Obat yang dibeli telah memiliki ijin balai POM.


3. Alkes yang disediakan memiliki ijin edar dari Dirjen Yanfar (PMK
1190/2010)

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 18


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dalam pedoman pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi dan terkait
keselamatan pasien adalah pelaporan insiden medication error akibat pemakaian
obat yang ada di dalam formularium rumah sakit. Semua laporan insiden
medication error dan efek samping obat dilaporkan pada tim PFT dan dilakukan
review tahunan. Proses pelaksanaan pelaporan insiden sebagai berikut ini :

A. Pelaporan insiden medication error (salah obat)

1. Insiden salah obat yang diketahui oleh perawat / dokter. Insiden bisa
salah dosis, salah identitas, salah jenis obat, dan lain-lain.
2. Kejadian tersebut wajib segera dilaporkan dengan cara segera membuat
laporan insiden dengan mengisi Formulir Laporan tersebut dengan
ketentuan paling lambat 2 X 24 Jam dan jangan menunda laporan.
3. Laporan yang telah selesai dibuat, di serahkan pada atasan langsung
untuk di sepakati.
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading resiko
terhadap insiden yang di laporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut :
6. Penetapan Grade :
 Grade Biru : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 1 minggu.
 Grade Hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu.
 Grade Kuning: Investigasi Komprehensif/ Analisis akar masalah/
RCA oleh koordinator PMKP, waktu maksimal 45 hari.
 Grade Merah: Investigasi Komprehensif/ Analisis akar masalah/
RCA oleh Tim koordinator PMKP, waktu maksimal 45 hari.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 19


7. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi
dan laporan insiden dilaporkan ke Koordinator Keselamatan Pasien
(Komite PMKP)
8. Koordinator Keselamatan Pasien Rumah Sakit akan menganalisa kembali
hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu di
lakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan regrading.
9. Bila dari hasil investigasi ternyata grading matriks nya kuning atau
merah, maka Komite PMKP akan melakukan analisis akar masalah Root
Cause Analysis (RCA).
10. Setelah melakukan RCA, Komite PMKP akan membuat laporan dan
membuat rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran (bila perlu
membuat buku petunjuk) untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali
11. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur
kurang dari 24 jam dan dilaporkan ke pemilik rumah sakit.
12. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik
kepada unik kerja terkait.
13. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian disatuan kerjanya masing-
masing
14. Komite PMKP melakukan monitoring dan evaluasi perbaikan.

B. Pelaporan Efek Samping Obat

Menurut kebijakan Direktur, pelaporan efek samping obat yang


ditindak lanjuti ke Tim Panitia Farmasi Dan Terapi adalah yang termasuk
KTD dan Sentinel. Proses pelaporan efek samping obat adalah sebagai
berikut :
1. Perawat atau dokter melaporkan ke apoteker di instalasi farmasi jika ada
efek samping obat.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 20


2. Apoteker melakukan visitasi dan mencatat identitas pasien, nomer rekam
medis, diagnosa penyakit, nama DPJP, jenis obat, nomor batch,
kronologis, dan efek yang terjadi pasien.
3. Apoteker mengisi formulir efek samping obat.
4. Apoteker melaporkan efek samping obat kepada supervisor instalasi
farmasi.
5. Supervisor Instalasi Farmasi sekaligus sekretaris Tim PFT melaporkan ke
Koordinator Keselamatan Pasien RS (Komite PMKP).
6. Komite PMKP melakukan grading risiko sehingga ada analisis
manajemen risiko.
7. Penetapan Grade :
 Grade Biru : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 1 minggu.
 Grade Hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu.
 Grade Kuning: Investigasi Komprehensif / Analisis akar masalah/
RCA oleh koordinator PMKP, waktu maksimal 45 hari.
 Grade Merah: Investigasi Komprehensif / Analisis akar masalah/
RCA oleh Tim koordinator PMKP, waktu maksimal 45 hari.
8. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi
dan laporan insiden dilaporkan ke Koordinator Keselamatan Pasien
(Komite PMKP)
9. Koordinator Keselamatan Pasien Rumah Sakit akan menganalisa kembali
hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu di
lakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan regrading.
10. Bila dari hasil investigasi ternyata grading matriks nya kuning atau
merah, maka Komite PMKP akan melakukan analisis akar masalah Root
Cause Analysis (RCA).

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 21


11. Setelah melakukan RCA, Komite PMKP akan membuat laporan dan
membuat rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran (bila perlu
membuat buku petunjuk) untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali
12. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur
kurang dari 24 jam dan dilaporkan ke pemilik rumah sakit.
13. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik
kepada unik kerja terkait.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 22


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pada Pedoman Pelayanan Tim PFT yang terkait Keselamatan Kerja


adalah dalam hal pelaksanaan pengambilan data dan supervisi apoteker dalam
pelaksanaan kegiatan Tim Panitia Farmasi dan Terapi. Pengaturan keselamatan
kerja mengikuti kebijakan oleh K3 rumah sakit. Pelaporan insiden keselamatan
kerja dilaporkan ke bagian K3 RS.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 23


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pada Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi yang terkait
pengendalian mutu adalah :

1. Pada proses Seleksi pemilihan distributor obat yang masuk kedalam daftar
formularium obat.
2. Proses pengadaan obat yang masuk ke dalam daftar formularium obat.
3. Pengawasan rantai distribusi obat yang dilakukan oleh instalasi farmasi.
4. Monitoring efek samping obat yang ada dalam formularium.
5. Data mutu kepatuhan dokter dengan formularium.
6. Monitoring subtitusi obat yang tercatat datanya.
7. Pengumpulan data mutu kepatuhan dokter memakai obat fornas pada pasien
JKN.

Semua proses pengendalian mutu yang terkait pengambilan data


indikator mutu dilakukan pelaporan setiap bulannya oleh Supervisor Instalasi
Farmasi. Supervisor Instalasi Farmasi melaporkan ke Komite PMKP dan Ketua
Tim PFT. Setiap tahun akan dilakukan pengkajian proses pengendalian mutu.

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 24


BAB IX
PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan Tim Farmasi dan Terapi RSU. Bhakti


Yudha. Kami mohon masukan dari semua pihak agar di masa yang akan datang
pelayanan makin menjadi lebih baik. Kami menyadari masih banyak perbaikan
yang perlu dilakukan, utamanya dalam hal penyediaan obat yang cukup dalam
pelayanan pasien.

Semoga Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi ini bisa
menjadi acuan pelayanan pengadaan daftar obat yang efektif dan mengedepankan
keselamatan pasien sesuai visi RSU. Bhakti Yudha.

Disahkan : Di Depok
Pada Tanggal : 22 Maret 2020
RSU. BHAKTI YUDHA
Direktur,

drg. Sjahrul Amri, MHA

Pedoman Pelayanan Tim Panitia Farmasi dan Terapi - RSUBY 25

Anda mungkin juga menyukai