DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAHA HUSADA KEDIRI
Jalan Veteran No. 48. Telp. 774266, 771062 Fax. 773479 Kode Pos 64112
KEDIRI
KEPUTUSAN DIREKTUR
No. 445/ ……/ ……/101.15/2022
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RUANG ISOLASI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU :Keputusan Direktur RSUD Daha Husada Kediri tentang memberlakukan
pedoman penyelenggaraan pelayanan ruang isolasi di RSUD Daha
Husada Kediri
Ditetapkan di : Kediri
Pada tanggal :
ii
PEDOMAN PELAYANAN
RUANG ISOLASI
Disusun oleh:
KEDIRI
2022
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan
dan penyertaan-NYA saja sehingga Buku Pedoman Penyelengaraan Ruang Isolasi Rumah
Sakit ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku pedoman ini disusun sebagai dasar
penyelenggaraan organisasi dalam ruang lingkup aktivitas Ruang Isolasi Rumah Sakit.
Dalam menjalankan fungsi dan perannya di RSUD Daha Husada, Ruang Rawat Isolasi
perlu saling berkoordinasi dengan suatu unit/bagian maupun yang lainnya untuk menunjang
pelayanan di Rumah Sakit. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kebijakan dan sistem
koordinasi yang jelas di Ruang Rawat Isolasi sebagaimana termuat dalam Buku Pedoman
Penyelengaraan Ruang Rawat Isolasi ini.
Dalam proses penyusunannya, Buku Pedoman ini tentunya masih memiliki berbagai
kekurangan yang membutuhkan banyak masukan dari berbagai pihak terkait untuk perbaikan
kedepannya. Akhirnya, penyusun berharap agar Buku Pedoman ini dapat dimanfaatkan
dengan baik sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan oleh seluruh pihak yang terkait dengan
Ruang Rawat Isolasi RSUD Daha Husada
Penyusun
I
DAFTAR ISI
II
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RSUD DAHA HUSADA
NOMOR : ……………………………
TENTANG : TATA KELOLA RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan, yang ditandai dengan
adanya agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. penularan ini
disebabkan proses infeksi oleh kuman.
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen yang mampu menyebabkan sakit.
rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit
diantaranya penyakit karena infeksi dari mulai yang ringan sampai yang berat dengan
begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari sattu pasien ke pasien
yang lainnya. Penularan dapat melalui beberapa cara diantaranya cairan tubuh.
Tenaga medis yang bekerja difasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar
infeksi yang secara potensial membahayakanb jiwanya, karena tenaga medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dapat kontak langsung dengan cairan
tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen infesius dapat hidup
dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari satu pasien ke pasien
yang lain
Seluruh masyarakat yang dirawat dirumah sakit merupakan individu yang
rentan terhadap penularan penyakit. hal ini karena daya tahan tubuh yang relatif
menurun. Penularan penyakit terhadap pasien yang dirawat dirumah sakit disebut
infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau
penularan dari pasien lain. Pasien yang dengan penyakit infeksi menular dapat
menularkan penyakitnya selama dirawat dirumah sakit. Penularannya dapat melalui
cairan tubuh, makanan dan sebagainya.
Meningkatnya angka kejadian infeksi di rumah sakit, baik terhadap petugas
kesehatan atau pasien yang dirawat di rumah sakit, mengharuskan diwujudkannya
suatu langkah pencegahan sehingga angka infeksi di rumah sakit dapat menurun. salah
satu upaya adalah menyediakan fasilitas isolasi yang bertujuan untuk merawat pasien
dengan penyakit infeksi yang dianggap berbahaya di suatu ruangan tersendiri, terpisah
dari pasien yang lain, dan memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.
1
B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman pelaksanaan isolasi pada pasien dengna penyakit menular, yang
merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi nosokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan.
3. Mencegah terjadinya infeksi pada pasien rawat inap atau pasien dengan penurunan
daya tahan tubuh.
C. LANDASAN HUKUM
Landasan perawatan pasien penyakit menular RSUD Daha Husada adalah:
1. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya.
2
BAB II
RUANG ISOLASI
A. PENGERTIAN ISOLASI
Isolasi adalah usaha pencegahan penularan dan penyebaran kuman patogen dari
sumber infefsi (petugas, pasien, pengunjung) ke orang lain.
Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi untuk pasien
dengan penyakit infeksi airbone yang berbahaya seperti TBC, H5N1 COVID-19,
kewaspadaan yang perlu dilakukan adalah meliputi:
a) kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien maupun alat yang terkontaminasi sekret pernafasan.
b) Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien.
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti termometer, dan lain-
lain.
c) Pelindungan mata
Gunanakan kaca mata muka apabila berada dengan jarak minimal.
B. SYARAT KAMAR ISOLASI
1. Lingkungan tenang
2. Sirkulasi udara baik
3. Penerangan baik
4. Tersedia wc dan kamar mandi
5. Kebersihan lingkungan terjaga
6. Tempat sampah tertutup
7. Bebas dari serangga
8. Tempat linen kotor tertutup
3
e) Kuku harus pendek
f) Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
g) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
h) Berbicara seperlunya
i) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
E. KATEGORI ISOLASI
Kategori yang dilakukan seseuai dengan patogenesis dan cara penularan kuman terdiri
dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran pernafasnnya. Tindakan pencegahan
interik dan tindakan pencegahan sekresi. Secara umum kategori isolasi membutuhkan
kamar terpisah, sedangkan tindakan pencegahan tidak memerlukan kamar terpisah
a) Isolasi Ketat
Tujuan isolasi ini adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang
sangat menular baik melalui kontak langsung maupun peredaran udara. Teknik
ini mengharuskan pasien berada di kamar tersendiri dan petugas yang bertugas
harus memakai seragam, masker dan sarung tangan serta mematuhi aturan
pencegahan ketat. Alat yang terkontaminasi bahan infeksius harus dibuang
atau dibungkus dan diberi label sebelum dikirim untuk diproses selanjutnya.
Isolasi ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit antraks, cacar, difteri,
pes, varicella dan herpes zooster diseminata atau pada pasien
imunokompromis.
Prinsip kewaspadaan airbone harus diterpakan disetiap ruang perawatan
umum. yaitu:
Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif
dibanding tekanan koridor.
pergantian sirkulsi udara dalam 6-12 kali per jam
4
Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan
menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particular Air).
b) Isolasi Kontak
Bertujuan unuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah
ditularkan melalui kontak langsung. Pasien perlu kamar sendiri, masker perlu
dipakai bila mendekati pasien, jubah dipakai bila ada kemungkinan kotor,
sarung tangan diipakai setiap menyentuh badan infeksius. Cuci tangan sesudah
melepas sarung tangan dan sebelum merawat pasien lain. Alat yang
terkontaminasi diperlakukan seperti isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan
pada pasien bayi baru lahir denga konjungtivitis gonorhoea, pasien dengan
endometritis pneumonia, atau infeksi kulit oleh streptococus grup A, herpes
simpleks diseminata, infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik,
rabies, rubella.
c) Isolasi Saluran Pernafasan
Tujuan untuk mencegah penyebaran patogen dari saluran pernafasan
dengan cara kontak langsung dan peredaran udara. Cara ini mengaharuskan
pasien dalam kamar terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan
pencegahan khusus terhadap buangan sputum, misalnya pada pasien pertusis,
campak, TBC. infeksi H. ifluenza.
d) Tindakan Pencegahan Enterik
Tujuan untuk mencegah infeksi patogen yang berjangkit karena kontak
langsung atau tidak langsung dengan tinja yang mengandung kuman penyakit
menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien yang lain dalam satu kamar,
tetapi dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur. Tindakan
pencegahan enterik dilakukan pada pasien dengan diare infeksius atau
gastroenteritis yang disebabkana oleh kolera, salmonella, shigella, amuba,
camylobacter, crytosporidium, E coli patogen.
e) Tindakan Pencegahan Sekresi
Tujuan untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau
tidak langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan
5
yang terinfeksi. Pasien tidak perlu ditempatkan dinkamar sendiri. Petugas yang
berhubungan langsung harus memakai jubah, masker dan sarung tangan.
Tangan harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan atau sebelum
merawat pasien lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan pada waktu
penggantian balutan. Tindakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit
infeksi yang mengeluarkan bahan purulen, drainase atau sekresi yang infeksius
f) Isolasi Protektif
Tujuan unuk mencegah kontak antara patogen yang berbahaya dengan
orang yang daya rentannya semakin besar atau melindungi seseorang tertentu
terhadap segala jenis patogen, yang biasanya dapat dilawannya. Pasien harus
ditempatkan dalam lingkungan yang mempermudah terlaksanannya tindakan
pencegahan yang perlu, misalnya pada pasien yang sedang menjalani
pengobatan sitostatia atau imunosupresi.
F. LAMA ISOLASI
Lama isolasi tergantung jenis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas laboratorium,
yaitu:
1. Sampai biakan kuman negatif (misalnya pada difteri, antraks)
2. Sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum, khusus
untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan menular)
3. Selama pasien dirawat diruang rawat (misalnya hepatitis A dan B, leptospirosis).
4. Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotik yang efekif (misal sifilis,
konjungtivitis gonore pada neonatus).
6
BAB III
RUANG LINGKUP
1. Pengunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang mengidap
penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya
2. Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan keluarga
7
BAB IV
A. PRINSIP
1. Setiap pasien dengan penyakit infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat di
ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi
2. Pengunaan alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas
kesehatan terhadap pasien yang dirawat di ruang isolasi
3. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan
sisitem imun dikarenakan pengobatan dan penyakitnya, dirawat diruang terpisah
isolasi rumah sakit
4. Pasien yang yang tidak masuk kriteia diatas dirawat diruang rawat inap biasa
5. pasien yang dirawat diruang isolasi, dapat dipindahkan ke ruang rawat inap biasa
apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit, atau berdasarkan pertimbangan lain
dokter.
8
B. ALUR PASIEN PERAWATAN RUANG ISOLASI
PASIEN
POLIKLINIK
UGD
Rawat Ruang
Inap Isolasi
9
Mencuci tangan
Gunakan pelindung mata, jubah dan sarung tangan bila ada resiko
terkena cipratan lendir dari pasien
10
beritahukan peraturan diruang isolasi, kendali infeksi dan pembatasan
kontak sosial
catat alamat dan nomor telepon pasien
BAB V
DOKUMENTASI
Demikian buku panduan isolasi ini dibuat untuk panduan tetang ruang isolasi sehingga
berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan Undang-Undang Kesehatan
yang berlaku, dengan terbitnya Panduan Ruang Isolasi RSUD Daha Husada ini maka segala
pelayanan yang berkaitan dengan ruang isolasi wajib berlandaskan buku pedoman ini.
11