Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAHA HUSADA KEDIRI
Jalan Veteran No. 48. Telp. 774266, 771062 Fax. 773479 Kode Pos 64112
KEDIRI

KEPUTUSAN DIREKTUR
No. 445/ ……/ ……/101.15/2022

TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
RUANG ISOLASI

DIREKTUR RSUD DAHA HUSADA KEDIRI

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Daha


Husada, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang bermutu tinggi;
b. Bahwa untuk mencegah penyebaran dan penularan suatu penyakit
infeksius atau suatu kondisi khusus diperlukan suatu prosedur isolasi
untuk memberikan keamanan bagi pasien, petugas kesehatan dan
pengunjung rumah sakit;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Ruang Isolasi di RSUD Daha
Husada.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3637);
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
8. Keputusan Kementerian Kesehatan RI Nomor
1087/Menkes/SK/VII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di RS;
9. Keputusan Kementerian Kesehatan Nomor 382 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan
KESATU :Keputusan Direktur RSUD Daha Husada Kediri tentang memberlakukan
pedoman penyelenggaraan pelayanan ruang isolasi di RSUD Daha
Husada Kediri

KEDUA : Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Ruang Isolasi di RSUD Daha


Husada sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

KETIGA :Pedoman sebagaimana dimaksud Diktum Kedua agar digunakan


sebagai acuan bagi RSUD Daha Husada Kediri dan tenaga kesehatan
dalam menyelenggarakan pelayanan ruang isolasi.

KEEMPAT :KeputusanDirektur ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Kediri
Pada tanggal :

DIREKTUR RSU DAHA HUSADA KEDIRI

Dr. DARWAN TRIYONO, Sp.M


NIP. 19720112 201001 1 005

ii
PEDOMAN PELAYANAN
RUANG ISOLASI

Disusun oleh:

TIM PERAWATAN ISOLASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAHA HUSADA

KEDIRI

2022

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan
dan penyertaan-NYA saja sehingga Buku Pedoman Penyelengaraan Ruang Isolasi Rumah
Sakit ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku pedoman ini disusun sebagai dasar
penyelenggaraan organisasi dalam ruang lingkup aktivitas Ruang Isolasi Rumah Sakit.
Dalam menjalankan fungsi dan perannya di RSUD Daha Husada, Ruang Rawat Isolasi
perlu saling berkoordinasi dengan suatu unit/bagian maupun yang lainnya untuk menunjang
pelayanan di Rumah Sakit. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kebijakan dan sistem
koordinasi yang jelas di Ruang Rawat Isolasi sebagaimana termuat dalam Buku Pedoman
Penyelengaraan Ruang Rawat Isolasi ini.
Dalam proses penyusunannya, Buku Pedoman ini tentunya masih memiliki berbagai
kekurangan yang membutuhkan banyak masukan dari berbagai pihak terkait untuk perbaikan
kedepannya. Akhirnya, penyusun berharap agar Buku Pedoman ini dapat dimanfaatkan
dengan baik sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan oleh seluruh pihak yang terkait dengan
Ruang Rawat Isolasi RSUD Daha Husada

Kediri, 1 Januari 2022


Hormat Kami,

Penyusun

I
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman........................................................................ 2
C. Landasan Hukum...................................................................... 2
BAB II : RUANG ISOLASI ........................................................................ 3
A. Definisi Isolasi…………………………….............................. 3
B. Syarat Kamar Isolasi……………………………………….... . 3
C. Syarat Petugas Isolasi……………………………………….... 3
D. Syarat Peralatan Ruang Isolasi……………………………….. 4
E. Kategori Isolasi………………………………………………. 4
F. Lama Isolasi………………………………………………….. 6
G. Prosedur Keluar Ruang Perawatan Isolasi……………………. 6
H. Kriteria Pindah Rawat ke Ruang Perawatan Biasa…………… 6
BAB III : RUANG LINGKUP……………………………………………….. 7
BAB IV : TATA LAKSANA RUANG ISOLASI ........................................ 8
A. Prinsip…………………………………………………........... 8
B. Alur Pasien Perawatan Ruang Isolasi....................................... 9
C. Manajemen Perawatan Pasien di Ruang Isolasi……………… 9
BAB V : DOKUMENTASI………..……………………………………… 11

II
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RSUD DAHA HUSADA
NOMOR : ……………………………
TENTANG : TATA KELOLA RUMAH SAKIT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan, yang ditandai dengan
adanya agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. penularan ini
disebabkan proses infeksi oleh kuman.
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen yang mampu menyebabkan sakit.
rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit
diantaranya penyakit karena infeksi dari mulai yang ringan sampai yang berat dengan
begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari sattu pasien ke pasien
yang lainnya. Penularan dapat melalui beberapa cara diantaranya cairan tubuh.
Tenaga medis yang bekerja difasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar
infeksi yang secara potensial membahayakanb jiwanya, karena tenaga medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dapat kontak langsung dengan cairan
tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen infesius dapat hidup
dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari satu pasien ke pasien
yang lain
Seluruh masyarakat yang dirawat dirumah sakit merupakan individu yang
rentan terhadap penularan penyakit. hal ini karena daya tahan tubuh yang relatif
menurun. Penularan penyakit terhadap pasien yang dirawat dirumah sakit disebut
infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau
penularan dari pasien lain. Pasien yang dengan penyakit infeksi menular dapat
menularkan penyakitnya selama dirawat dirumah sakit. Penularannya dapat melalui
cairan tubuh, makanan dan sebagainya.
Meningkatnya angka kejadian infeksi di rumah sakit, baik terhadap petugas
kesehatan atau pasien yang dirawat di rumah sakit, mengharuskan diwujudkannya
suatu langkah pencegahan sehingga angka infeksi di rumah sakit dapat menurun. salah
satu upaya adalah menyediakan fasilitas isolasi yang bertujuan untuk merawat pasien
dengan penyakit infeksi yang dianggap berbahaya di suatu ruangan tersendiri, terpisah
dari pasien yang lain, dan memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.

1
B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman pelaksanaan isolasi pada pasien dengna penyakit menular, yang
merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi nosokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan.
3. Mencegah terjadinya infeksi pada pasien rawat inap atau pasien dengan penurunan
daya tahan tubuh.

C. LANDASAN HUKUM
Landasan perawatan pasien penyakit menular RSUD Daha Husada adalah:
1. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya.

2
BAB II

RUANG ISOLASI

A. PENGERTIAN ISOLASI
Isolasi adalah usaha pencegahan penularan dan penyebaran kuman patogen dari
sumber infefsi (petugas, pasien, pengunjung) ke orang lain.
Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan isolasi untuk pasien
dengan penyakit infeksi airbone yang berbahaya seperti TBC, H5N1 COVID-19,
kewaspadaan yang perlu dilakukan adalah meliputi:
a) kewaspadaan standar
Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien maupun alat yang terkontaminasi sekret pernafasan.
b) Kewaspadaan kontak
Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak dengan pasien.
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti termometer, dan lain-
lain.
c) Pelindungan mata
Gunanakan kaca mata muka apabila berada dengan jarak minimal.
B. SYARAT KAMAR ISOLASI
1. Lingkungan tenang
2. Sirkulasi udara baik
3. Penerangan baik
4. Tersedia wc dan kamar mandi
5. Kebersihan lingkungan terjaga
6. Tempat sampah tertutup
7. Bebas dari serangga
8. Tempat linen kotor tertutup

C. SYARAT PETUGAS RUANG ISOLASI


a) Sehat
b) Mengetahui prinsip antiseptik
c) Pakainan bersih dan rapi
d) Tidak memakai perhiasan

3
e) Kuku harus pendek
f) Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
g) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
h) Berbicara seperlunya
i) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

D. SYARAT PERALATAN RUANG ISOLASI:


1. Alat yang butuhkan cukup tersedia
2. Selalu dalam keadaan steril
3. Dari bahan yang mudah dibesihkan
4. Alat suntik bekas di dibuang pada tempatnya lalu dibakar
5. Alat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan kembali
6. Linen bekas dimasukan kedalam tempat tertutup

E. KATEGORI ISOLASI
Kategori yang dilakukan seseuai dengan patogenesis dan cara penularan kuman terdiri
dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran pernafasnnya. Tindakan pencegahan
interik dan tindakan pencegahan sekresi. Secara umum kategori isolasi membutuhkan
kamar terpisah, sedangkan tindakan pencegahan tidak memerlukan kamar terpisah
a) Isolasi Ketat
Tujuan isolasi ini adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang
sangat menular baik melalui kontak langsung maupun peredaran udara. Teknik
ini mengharuskan pasien berada di kamar tersendiri dan petugas yang bertugas
harus memakai seragam, masker dan sarung tangan serta mematuhi aturan
pencegahan ketat. Alat yang terkontaminasi bahan infeksius harus dibuang
atau dibungkus dan diberi label sebelum dikirim untuk diproses selanjutnya.
Isolasi ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit antraks, cacar, difteri,
pes, varicella dan herpes zooster diseminata atau pada pasien
imunokompromis.
Prinsip kewaspadaan airbone harus diterpakan disetiap ruang perawatan
umum. yaitu:
 Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif
dibanding tekanan koridor.
 pergantian sirkulsi udara dalam 6-12 kali per jam

4
 Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan
menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particular Air).

Setiap pasien yang dirawat tersendiri pasien tidak boleh membuang


ludah atau dahak dilantai, gunakan penampung dahak tertutup sekali pakai
(disposible).

b) Isolasi Kontak
Bertujuan unuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah
ditularkan melalui kontak langsung. Pasien perlu kamar sendiri, masker perlu
dipakai bila mendekati pasien, jubah dipakai bila ada kemungkinan kotor,
sarung tangan diipakai setiap menyentuh badan infeksius. Cuci tangan sesudah
melepas sarung tangan dan sebelum merawat pasien lain. Alat yang
terkontaminasi diperlakukan seperti isolasi ketat. Isolasi kontak diperlukan
pada pasien bayi baru lahir denga konjungtivitis gonorhoea, pasien dengan
endometritis pneumonia, atau infeksi kulit oleh streptococus grup A, herpes
simpleks diseminata, infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik,
rabies, rubella.
c) Isolasi Saluran Pernafasan
Tujuan untuk mencegah penyebaran patogen dari saluran pernafasan
dengan cara kontak langsung dan peredaran udara. Cara ini mengaharuskan
pasien dalam kamar terpisah, memakai masker dan dilakukan tindakan
pencegahan khusus terhadap buangan sputum, misalnya pada pasien pertusis,
campak, TBC. infeksi H. ifluenza.
d) Tindakan Pencegahan Enterik
Tujuan untuk mencegah infeksi patogen yang berjangkit karena kontak
langsung atau tidak langsung dengan tinja yang mengandung kuman penyakit
menular. Pasien ini dapat bersama dengan pasien yang lain dalam satu kamar,
tetapi dicegah kontaminasi silang melalui mulut dan dubur. Tindakan
pencegahan enterik dilakukan pada pasien dengan diare infeksius atau
gastroenteritis yang disebabkana oleh kolera, salmonella, shigella, amuba,
camylobacter, crytosporidium, E coli patogen.
e) Tindakan Pencegahan Sekresi
Tujuan untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau
tidak langsung dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan

5
yang terinfeksi. Pasien tidak perlu ditempatkan dinkamar sendiri. Petugas yang
berhubungan langsung harus memakai jubah, masker dan sarung tangan.
Tangan harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan atau sebelum
merawat pasien lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan pada waktu
penggantian balutan. Tindakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit
infeksi yang mengeluarkan bahan purulen, drainase atau sekresi yang infeksius
f) Isolasi Protektif
Tujuan unuk mencegah kontak antara patogen yang berbahaya dengan
orang yang daya rentannya semakin besar atau melindungi seseorang tertentu
terhadap segala jenis patogen, yang biasanya dapat dilawannya. Pasien harus
ditempatkan dalam lingkungan yang mempermudah terlaksanannya tindakan
pencegahan yang perlu, misalnya pada pasien yang sedang menjalani
pengobatan sitostatia atau imunosupresi.
F. LAMA ISOLASI
Lama isolasi tergantung jenis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas laboratorium,
yaitu:
1. Sampai biakan kuman negatif (misalnya pada difteri, antraks)
2. Sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum, khusus
untuk luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan menular)
3. Selama pasien dirawat diruang rawat (misalnya hepatitis A dan B, leptospirosis).
4. Sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotik yang efekif (misal sifilis,
konjungtivitis gonore pada neonatus).

G. PROSEDUR KELUAR RUANG PERAWATAN ISOLASI


1. Perlu disediakan ruang ganti khusus unuk melepaskan APD
2. Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai
3. Lepaskan baju pasien bedah dan masker di ruang ganti umum, masukan dalam
kantung linen berlabel infeksius
4. Mandi, cuci rambut
5. Pintu keluar ruang perawatan isolasi harus terpisah dari pintu masuk.

H. KRITERIA PINDAH RAWAT KE RUANG PERAWATAN BIASA


1. Terbukti bukan kasus isolasi
2. Pasien telah dinyatakan tidak menular atau dibolehkan dirawat diruang biasa
3. Pertimbangan lain dari dokter

6
BAB III

RUANG LINGKUP

1. Pengunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang mengidap
penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya
2. Pelaksana panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan keluarga

7
BAB IV

TATALAKSANA RUANG ISOLASI

A. PRINSIP
1. Setiap pasien dengan penyakit infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat di
ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi
2. Pengunaan alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas
kesehatan terhadap pasien yang dirawat di ruang isolasi
3. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan
sisitem imun dikarenakan pengobatan dan penyakitnya, dirawat diruang terpisah
isolasi rumah sakit
4. Pasien yang yang tidak masuk kriteia diatas dirawat diruang rawat inap biasa
5. pasien yang dirawat diruang isolasi, dapat dipindahkan ke ruang rawat inap biasa
apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit, atau berdasarkan pertimbangan lain
dokter.

8
B. ALUR PASIEN PERAWATAN RUANG ISOLASI

PASIEN

POLIKLINIK
UGD

1. Suspek penyakit menular


yang berbahaya
2. Luka bakar indikasi rawat
3. Penurunan sistem imun
4. Kemoterapi

Rawat Ruang
Inap Isolasi

C. MANAJEMEN PERAWATAN PASIEN DI RUANG ISOLASI


1) Sebelum membawa pasien
Pakaikan masker pada pasien (terutama pasien dengan airbone disease)
2) Sebelum kontak pada setiap pasien
 Gunakan masker

9
 Mencuci tangan
 Gunakan pelindung mata, jubah dan sarung tangan bila ada resiko
terkena cipratan lendir dari pasien

3) Jika menggunakan aerosol (misal: intubasi, bronchoscopy, CPR, Suction)


 Hanya staf tertentu yang boleh keluar masuk ruangan
 Gunakan jubah pelindung
 Gunakan pelindung mata, lalu kenakan sarung tangan
 lakukan prosedur terencana dalam ruangan berventilasi yang memenuhi
syarat

4) Sebelum membawa pasien keruangan lain (misal: radiologi)


 batasi alur keluar masuk dan perhatikan rambu kendali infeksi
 sediakan perlengkapan khusus pasien jika ada
 pastikan jarak kurang dari 1meter antar pasien dan area pengunjung
 pastikan dipatuhinya tata tertib setempat dalam pergantian linen dan
kebersihan ruangan

5) Sebelum memasui area khusus (misal: radiologi)


 mencuci tangan
 gunakan APD

6) Sebelum meninggalkan area khusus (misal: radiologi)


 lepaskan APD
 Buanglah barang yang memang harus dibuang sesuai dengan peraturan
setempat
 mencuci tangan
 mencuci dan mensterilkan peralatan untuk pasien dan perlengkapan
pribadi pasien yang dikenakan psien
 buanglah sampah yang terkontaminasi sesuai dengan peraturan tentang
sampah medis

7) sebelum meninggalkan pasien suspect atau positif


 beritahukan instruksi dan materi untuk pasien / petugas terkait
mengenai pernafasan higienis / etika batuk atau bersin

10
 beritahukan peraturan diruang isolasi, kendali infeksi dan pembatasan
kontak sosial
 catat alamat dan nomor telepon pasien

8) Setelah pasien pulang


 buang atau bersihkan peralatan khusus untuk pasien isolasi sesuai
peraturan
 masukan linen kotor ke tempat linen infeksius dan ganti dengan linen
bersih
 bersihkan ruangan sesuai peraturan setempat
 buanglah sampah yang terkontaminasi sesuai aturan tentang sampah
medis

BAB V

DOKUMENTASI

Pengendalian infeksi nosokomial merupakan suatu upaya penting dalam


meningkatakan mutu pelayanan medis rumah sakit. Hal ini hanya dapat dicapai dengan
keterlibatan secara aktif semua personil rumah sakit, mulai dari petugas kebersihan sampai
dengan dokter dan mulai dari pekerja sampai dengan jajaran direksi. kegiatannya dilakukan
secara baik dan benar disemua sarana rumah sakit, peralatan medis dan non medis, ruang
perawatan dan prosedur serta lingkungan.

Dokumen yang wajib disiapkan adalah:


a. dokumen regulasi
b. dokumen monitoring dan evaluasi

Demikian buku panduan isolasi ini dibuat untuk panduan tetang ruang isolasi sehingga
berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan Undang-Undang Kesehatan
yang berlaku, dengan terbitnya Panduan Ruang Isolasi RSUD Daha Husada ini maka segala
pelayanan yang berkaitan dengan ruang isolasi wajib berlandaskan buku pedoman ini.

11

Anda mungkin juga menyukai