Anda di halaman 1dari 37

\

PEDOMAN
PELAYANAN BEDAH
DI RUMAH SAKIT MEDIKA BSD
EDISI 02

Penyusun :
Tim Akreditasi PAB RS Medika BSD

RUMAH SAKIT MEDIKA BSD


Jl. LetnanSoetopoKav.Kom III A No 7, BSD, Tangerang Selatan 15330,
Banten Telp. (021) 5372296, Fax (021) 5382296, Emergency (021) 5378609
1
Website : www.rs-medikabsd.co.id
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Pelayanan Bedah
Rumah Sakit Medika BSD ini dapat selesai disusun.

Buku Panduan ini merupakan Panduan kerja bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam
menjalankan program PelayananBedah di RS Medika BSD.

Dalam pedoman ini diuraikan tentang Pelayanan Bedah di Rumah Sakit Medika BSD.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Bedah Rumah
Sakit Medika BSD.

Tangerang Selatan,

Tim Penyusun

2
PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA BSD
NOMOR : 125d/DIR-RSMBSD/SK/XII/2016

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN BEDAH
DI RUMAH SAKIT MEDIKA BSD

DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA BSD


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
Medika BSD, maka diperlukan Pedoman Pelayanan Bedah;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Medika BSD.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5072);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519
Tahun 2011 tentang Pedoman Pelayanan Anestesiologi danTerapi
Intensif di Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Anestesi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RumahSakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang berlakunya Standar Pelayanan
RumahSakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1165.A/Menkes/SK/X/2004 tanggal 15 Oktober 2004 tentang
Komisi Akreditasi RumahSakit;

3
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Memberlakukan Pedoman Pelayaan Bedah Rumah Sakit Medika BSD;

Kedua : PedomanPelayaanBedahdi Rumah Sakit Medika BSD sebagaimana


tercantum dalam lampiran keputusan ini;
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan;
Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Tanggal : 23 Desember 2021
RUMAH SAKIT MEDIKA BSD

Drg. Annie Trisusilo, MARS


Direktur

4
DAFTAR ISI

HalamanJudul ............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................................ ii
SK Pemberlakuan Panduan Pelayanan Bedah ............................................................ iii
Daftar Isi ..................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman................................................................................. 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan.................................................................. 1
D. Batasan Operasional ........................................................................... 2
E. Landasan Hukum................................................................................ 2
BAB II STANDART KETENAGAAN ................................................................ 3
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia..................................................... 3
B. Distribusi Ketenagaan ........................................................................ 4
C. Pengaturan Jaga.................................................................................. 4
BAB III STANDART FASILITAS ....................................................................... 6
A. Denah Ruang ...................................................................................... 5
B. Standar Fasilitas ................................................................................. 6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN .......................................................... 7
BAB V LOGISTIK ................................................................................................ 9
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ..................................................................... 12
BAB VII KESELAMATAN KERJA ....................................................................... 15
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU.............................................................................18
BAB IX PENUTUP.........................................................................................................19

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa palayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaraannva sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah
menjadikan pembedahan yang dahulunya sebagai usaha terakhir, sekarang menjadi
sesuatu yang dapat diterima secara umum.
Pelayanan profesional yang diberikan pada pasien di kamar bedah meliputi kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial pasien dan
mengimplementasikan asuhan yang bersifat individualistik, mengkoordinasikan semua
kegiatan pelayanan dalam rangka memulihkan dan mempertahankan derajat kesehatan,
kesejahteraan pasien sebelum, selama dan sesudah tindakan operasi.Penyusunan buku
pedoman pelayanan bedah ini sangat penting sehingga pada akhirnya dapat mengurangi
atau menurunkan angka kematian, kecacatan, infeksi luka operasi seminimal mungkin
khususnya, dan peningkatan mutu pelayanan di kamar operasi pada umumnya.

B. Tujuan Pedoman
1. Meningkatkan keamanan tindakan bedah dengan menciptakan standarisasi prosedur
yang aman.
2. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas, dan disabilitas/kecacatan akibat komplikasi
prosedur bedah.
3. Me-recall memory, terutama pada hal-hal kecil yang gampang terabaikan pada
keadaan pasien yang kompleks.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Panduan ini diterapkan kepada semua perawat, penata/dokter anestesi, dan dokter
bedah yang akan menangani pasien dalam suatu prosedur pembedahan.

6
D. Batasan Operasional
Pada setiap prosedur invasif, terdapat tiga elemen penting yang harus selalu
berinteraksi dan bekerjasama secara efektif dan efisien, yaitu:
1. Kamar operasi atau ruang prosedur.
2. Pasien itu sendiri.
3. Tim bedah.

E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam penyelengaraan pelayanan bedah di
Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Medika BSD suatu bagian dari rumah sakit yaitu
Instalasi yang mempunyai staf khusus dengan peralatan yang khusus. Oleh sebab itu
penyelenggaraan instalasi kamar bedah Rumah Sakit Medika BSD sesuai dengan :
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 tentang Praktek Kedokteran.
4. Peraturan pemerintah No 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 436/MenKes/SK/VI/1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di
Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah No 755/MenKes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit.

7
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pola ketenagaan dan kualifikas SDMinstalasikamar bedah RS Medika BSD :
No. Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
Kepala Instalasi kamar Dokter Bedah Bersertifikat spesialis
1.
bedah bedah
Dokter Spesialis Bedah Dokter Spesialis Bersertifikat sesuai
umum, Spesialis Obgyn, dengan spesialisnya
Spesialis Ortophedi,
2. Spesialis THT, Spesialis
Bedah Syaraf, Spesialis
Bedah Vaskuler, Spesialis
Urologi, Spesialis Anastesi.
Kepala runagan Kamar S1 Keperawatan Ners Bersertifikat
bedah ketrampilan dasar
perawat kamar bedah /
3.
Bersertifikat
Manajemen Kamar
Bedah
Perawat Pelaksana instalasi D III keperawatan/ Bersertifikat
kamar bedah S 1 keperawatan ketrampilan dasar
4.
perawat kamar
bedah/BLS

Jenis Tenaga
Tim bedah di Rumah Sakit Medika BSD, terdiri dari :
a. Ahli bedah
Adalah seorang dokter dengan sertifikat dan kemampuan sesuai dengan kompetensi
keahliannya yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan Rumah Sakit
Medika BSD.
b. Asisten Ahli Bedah
Adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan
membantu pelaksanaan pembedahan, selama tindakan pembedahan berlangsung.

8
c. Perawat instrumen (Scrub nurse)
Adalah Seorang tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan
membantu pelaksanaan pembedahan, pengelolaan alat pembedahan selama tindakan
pembedahan berlangsung.
d. Perawat Sirkuler (Circulating nurse)
Tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membantu
kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.

B. Distribusi Ketenagaan
Jumlah ketenagaan di instalasi kamar bedah Rumah Sakit Medika BSD adalah sebanyak 7
orang perawat bedah dan 2 orang perawat anastesi. Yang terdiri dari kategori :
1. Kepala ruangan
Adalah seorang perawat lulusan sarjana keperawatan dengan yang mendapat tugas dan
wewenang jabatan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Medika
BSD.Kepala ruangan berkerja setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00 – 17.00 WIB.Hari
libur dan Hari besar libur.
2. Perawat pelaksana, terdiri dari :
 Sejumlah 2 orang Pj Shift / perawat asisten, 2 orang perawat instrument, 2 orang
perawat sirkuler.
3. Perawat Anastesi
Adalah seorang perawat professional yang telah mengikuti pelatihan BTCLS, ACLS
dan Pelatihan khusus perawat anastesi.

C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan jadwal dinas perawat instalasi kamar bedah dibuat Kordinator keperawatan
instalasi kamar bedah.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksanabaik di instalasibedah.
3. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan cuti ke bagian kepegawaian.
4. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift) dengan
syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun, serta
memiliki sertifikat Pelatihan Bedah.
5. Jadwal dinas kamar bedahterbagi atas dinas pagi jam 08.00-17.00 dan dinas siang jam
12.00-21.00.

9
6. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan harus
memberitahu kepala Ruangan ± 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas siang.

1
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Denah Ruangan
Denah ruang instalasi kamar bedah

B. Denah Ruang
Denah ruang instalasi kamar bedah RS Medika BSD

Ke ICU OT 1
Gudang

Ruang
alkes

OT 2

Nurse
statio n
Ruang Pulih Sadar
OT 3

OT 4

Ru
an g ga
nti Ruang persiapan
CSS
D
cssd
11
C. Standart Fasilitas
Instalasi bedah sentral Rumah Sakit Medika BSD memiliki 4 ruangan kamar operasi
terdiri dari :
1. OT 1
Terpasang gas medis (N2O, O2, Vakum) dan tersedia bedside monitor, mesin anestesi,
meja operasi, meja mayo (Instrument operasi), standar infuse, elektrocauter, mesin
suction, meja anastesi dan peralatan asesoris lainnya.
2. OT 2
Dilengkapi dengan gas medis (N2O, O2, Vakum) di dinding, bedside monitor, mesin
anestesi,peralatan laparascopi, meja operasi, elektrocauter, dan peralatan medis
lainnya.
3. OT 3
Dilengkapi dengan gas medis (N2O, O2, Vakum) di dinding.
4. OT 4
Dilengkapi dengan gas medis (N2O, O2, Vakum) di dinding.

1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 PRE OPERATIF


Assesmen pasien
a. Penilaian Awal
Pada saat pasien datang, dokter yang berwenang dan kompeten akan malakukan
Screening / penilaian awal, untuk menentukan dengan segera mengenai
kebutuhan pasien dan pengumpulan data. Penilaian awal ini sangat menentukan
untuk menentukan kebijakkan suatu departemen / bagian bedah. Screening atau
kriteria penilaian awal terdiri dari :
1) Identifikasi pasien
2) Penilaian sosial :
a) Perkembangan kepribadian (usia , kebutuhan khusus)
b) Tingkat pendidikan
c) Kelainan rangsang sensoris
d) Kebutuhan spiritual / budaya
e) Batasan bahasa
f) Pecandu alkohol / pengguna obat-obatan
g) Jaringan pendukung sosial ( lingkungan masyarakat )
3) Hasil tes diagnostik dan laboratorium
4) Keluhan nyeri
5) Tanda-tanda kemungkinan penganiayaan
6) Riwayat kesehatan sebelumnya termasuk kemungkinan kehamilan
7) Riwayat operasi atau pembiusan sebelumnya
8) Penilaian fisik yang sesuai dengan sistem tubuh termasuk kelainan mental
dan fisik, keterbatasan komunikasi dan gerak. Penialaian itu meliputi :
a) Saluran napas
b) Sistem kardiovaskuler
c) Sistem saraf
d) Sistem otot dan kerangka ( fungsi )
e) Sistem saluran cerna ( nutrisi )
f) Sistem saluran kencing dan genetalia
g) Sistem integument ( jaringan penyangga)

1
9) Status emosi dan psikis
10) Status ekonomi dan social
11) Obat-obatan yang sedang diminum
12) Riwayat alergi
13) Penggunaan perhiasan, lensa kontak, prothese gigi
14) Rencana kebutuhan pulang / keluar rumah sakit
a) Transportasi yang aman
b) Ketersediaan orang yang bertanggungjawab dan membantu perawatan di
rumah
c) Kesiapan rumah pasien
d) Batasan-batasan pasien saat pulang
e) Rujukan yang sesuai
f) Kebutuhan dan ketersediaan kebutuhan pasien

b. Penilaian Ulang dan Lanjutan


Berdasarkan pemeriksaan awal pasien dan perencanaan perawatan yang sudah
dilakukan, penilaian ulang dan didokumentasikan lewat proses perawatan dan
bila memungkinkan pemantauan pada saat penderita kontrol ulang pasca operasi.
Kerangka waktu penilaian ulang ditentukan dalam kebijakkan bagian bedah.
Penialaian ulang dilakukan berdasarkan berbagai kondisi :
1) Saat ditemukan perubahan yang signifikan pada kondisi dan diagnostic pasien
2) Sesudah pengobatan / prosedur theraphy
3) Saat transfer pasien dari tempat penilaian awal ke tempat perawatan
4) Saat keluar rumah sakit
Perencanaan perawatan secara teratur diulangi dan diperbaiki sesuai kondisi dan
proses yang sedang terjadi.

4.1 Penjadwalan Operasi


a. Proses Penerimaan Jadwal Acara Operasi:
1) Perawat ruangan/ unit rawat jalan menghubungi ke kamar operasi melalui
teleponuntuk memberitahukan jadwal acara operasi antara lain:
a) Jenis acara operasi, termasuk operasi elektif atau cito
b) Diagnosa pre operasi
c) Rencana tindakan pembedahan yang akan dilakukan
d) Rencana waktu acara operasi, tanggal dan jam
e) Posisi klien saat tindakan pembedahan / sesuai lokasi operasi

1
f) Asal pasien dari unit rawat jalan atau rawat inap
g) Rencana anastesi pada tindakan pembedahan
h) Nama dokter ahli bedah
2) Perawat kamar operasi mencatat rencana jadwal acara operasi di
papanpenjadwalan operasi
3) Ketentuan ruangan tindakan pembedahan disesuaikan dengan jenis
operasi kotor atau bersih
b. Penerimaan Cito Operasi Dari IGD:
1) Petugas dari IGD menghubungi kamar operasi per telepon runagan atau per
telepon penanggung jawab kamar operasi, untuk memberitahukan acara
cito operasi
2) Perawat kamar operasi mencatat acara cito operasi di papan penjadwalan
acara operasi sesuai perosedur dan menginfokan ke tim perawat yang
berjadwal oncall.
3) Keluarga pasien sudah menyelesaikan administrasi di IGD
4) Pasien dan keluarga yang bertanggung jawab sudah dijelaskan oleh petugas
IGD, dan menyetujui antara lain :Biaya kamar operasi dan Rencana
tindakan pembedahan yang akan dilakukan
5) Pasien dan keluarga yang bertanggung jawab sudah dijelaskan untuk
mengisi formulir informed consent serta menanda tangani dengan nama
terang
6) Persiapan pasien pre operasi di IGD antara lain :
a) Melaporkan ke dokter ahli bedah dan dokter ahli anasthesi ( B1 – B6 )
sesuai prosedur
b) Memberikan terapi sesuai intruksi dokter
c) Pasang infus
d) Pemberian profilaxis
e) Melakukan pemerikaan sesuai intruksi dokter
f) Laboratorium
g) Foto
h) ECG
i) Menyiapkan fisik dan mental klien
j) Lokasi operasi diberi tanda 0 kemudian dicukur dan dibersihkan
k) Memberikan dukungan mental dan memberi rasa aman kepada klien
l) Pasien tidak boleh memakai perhiasan, cat kuku, kontak lensa, dll
m) Pasien diantar ke kamar operasi oleh petugas IGD dan petugas kamar
terima
1
n) Pasien diterima melalui ruang penerimaan transfer pre operasi
o) Keluarga pasien yang bertanggung jawab harus ada yang mengantar
p) Status lengkap dan data – data pasien harus disertakan di kamar operasi
q) Keluarga pasien yang bertanggung jawab atau yang mewakili
dianjurkan menunggu di ruang tunggu pasien sampai tindakan
pembedahan selesai
r) Perawat IGD melakukan serah terima dengan perawat kamar operasi
sesuai prosedur.
s) Penerimaan Pasien Pre Operative Rawat Inap ( ELEKTIF / CITO ):
(1) Perawat ruangan menghubungi kamar operasi per telepon untuk
memberitahukan rencana acara operasi
(2) Perawat kamar operasi mencatat rencana di papan penjadwalan
acara operasi sesuai prosedur
(3) Pasien dan keluarga yang bertanggung jawab sudah dijelaskan dan
menyetujui tentang biaya kamar operasi serta tindakan
pembedahan yang akan dilakukan.
(4) Formulir acara operasi dikirim ke kamar operasi minimal 1 hari
sebelum tindakan pembedahan.
(5) Perawat kamar operasi menghubungi ke ruangan per telepon untuk
mempersiapkan klien pre operative
(6) Pasien diantar ke kamar operasi oleh perawat ruangan, 30 menit
sebelum tindakan pembedahan.
(7) Pasien diterima melalui ruang penerimaan transfer pre operative.
(8) Keluarga pasien yang bertanggung jawab harus ada yang
mengantar dan dianjurkan menunggu di ruang tunggu sampai
tindakan pembedahan selesai.
(9) Petugas kamar operasi memberi salam kepada pasien serta mengenalkan
diri.
(10) Pakaian pasien diganti dengan pakaian khusus kamar operasi
(11) Pasien dipindahkan ke transfer bed kamar operasi sesuai prosedur.
(12) Perawat ruangan melakukan serah terima persiapan pasien pre operative
dengan perawat kamar operasi.
(13) Pasien disiapkan di ruangan persiapan untuk pemberian premedikal

c. Serah Terima Pasien PreOperative di Kamar Operasi:

1
Perawat ruangan melakukan serah terima persiapan klien pre operative dengan
perawat kamar operasi.
Kriteria :
1) Sebutkan identitas lengkap pasien : Nama, Umur, Nomer Rekam
Medis, Sex / jenis kelamin, Alamat / telepon, Nama keluarga yang
perlu dihubungi ( yang bertanggung jawab )
2) Pelaksanaan waktu tindakan pembedahan :Tanggal, jam
3) Nama dokter ahli bedah yang melakukan tindakan pembedahan
4) Diagnosa pre operative pasien
5) Rencana tindakan pembedahan yang akan dilakukan
6) Rencana tindakan pembiusan dengan anasthesi :Dokter ahli anasthesi,
Perawat anasthesi, Lokal anasthesi, Tanpa anasthesi
7) Catatan formulir informed concent yang sudah ditanda tangani oleh pasien
dan keluarga yang bertanggung jawab dengan nama terang.
8) Catatan instruksi dari dokter ahli bedah dan ahli anasthesi serta dokter ahli
yang lain.
9) Hasil pemeriksaan yang disertakan :Laboratorium, ECG, Foto(jumlah +
pembacaan ),USG
10) Anamnese riwayat penyakit lain yang pernah dialami oleh pasien : Jantung,
Asthma, Hepatitis, TBC paru, Diabetes, Hipertensi, Alergi obat – obatan
11) Terapi yang sudah diberikan kepada pasien ( obat per oral + injeksi )Jenis
obat, Dosis dan cara pemberian,Tanggal dan jam pemberian obat, Nama
perawat yang memberikan, Reaksi terhadap obat yang diberikan
12) Obat dan alat kesehatan yang disertakan
13) Darah dan cairan bius yang diseertakan Jenis dan jumlah
14) Cairan infus yang sedang jalan:Jenis, Jumlah tetesan, Lancar / tidak
15) Catatan formulir observasi tanda – tanda vital klien ( B1 – B6 )T, N, Suhu, RR
; Kesadaran; Keadaan umum, GCS, Perfusi, Jumlah cairan yang masuk (
cairan infus ), Jumlah cairan yang keluar ( produksi urine, cairan lambung )
16) Persiapan fisik dan mental pasien: Makan / minum terakhir ( puasa ), gigi
palsu, perhiasan, cat kuku, kontak lensa, pasien sudah dimandikan k/p cuci
rambut, Pemasangan tampon, pelaksanaan lavement ( berhasil/tidak ), nama
petugas yang melakukan, Lokasi operasi sudah diberi tanda 0 kemudian
dicukur dan dibersihkan, Lokasi pemasangan infus ( tgl, adanya
pembengkakan, flebitis), memberi dukungan mental dan spiritual serta
memberi rasa aman kepada pasien

1
17) Perawat dari ruangan dan perawat dari kamar operasi yang melakukan serah
terima persiapan klien pre operative tanda tangan dengan nama terang di
formulir persiapan klien pre operative.
18) Periksa kembali data dan kelengkapan status pasien
a) Pemeriksaan Identitas dan administrasi Pasien
Persetujuan operasi dari pasien atau keluarga merupakan hal yang mutlak
diperlukan, sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan untuk
menghindarkan tim bedah / rumah sakit dari tuntutan hukum bila ada hal
– hal yang terjadi sehubungan dengan tindakan pembedahan yang
dilakukuan serta untuk melindungi pasien dari mal praktek. Persetujuan
antara lain:
a) Setiap pembedahan kecil, sedang maupun besar harus ada persetujuan
b) Secara tertulis, yang sudah dipahami oleh pasien / keluarga.
c) Setiap tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan atau tanpa
pembiusan harus ada persetujuan tertulis dari pasien maupun keluarga.
d) Persetujuan operasi diperoleh dari pasien / keluarga yang bersangkutan
atau perwalian yang sah menurut hukum.
e) Dalam keadaan emergency pada pasien yang tidak sadar dan tidak ada
keluarga (perwalian yang bertanggung jawab) maka persetujuan operasi
dapat diberikan oleh Direktur rumah sakit atau pejabat yang berwenang.
f) Pasien harus mendapat penjelasan yang lengkap dan jelas
d. Persiapan pre operasi
1) Persiapan peralatan anestesi (lihat panduan pelayanan anestesi)
2) Persiapan peralatan bedah
Untuk kelancaran pembedahan maka diperlukan pengecekkan peralatan
bedah, material bedah dan implan atau prothese apabila diperlukan.
Pengecekkan itu meliputi :
a) Cek set instrumen yang diperlukan sesuai rencana tindakan pembedahan,
cek sterilitas dari indikator eksternal
b) Cek tambahan instrumen apabila diperlukan
c) Cek fungsi instrumen dari awal apakah masih berfungsi dengan baik,
sebelum pembedahan
d) Cek alkes benang, obat, cairan desinfeksi dan alat bedah lainnya
e) Cek fungsi alat-alat tambahan misalnya tourniquet, mesin suction,
Surgical Cauter, C-Arm.
f) Cek fungsi dari meja operasi

1
3) Puasa pra bedah
Pengosongan lambung tergatung pada jenis isi lambung, padat atau cair dan
komposisinya, lemak, karbohidrat protein atau gula. Hal ini perlu dilakukan
untuk mencegah refluks dan resiko aspirasi isi lambung ke dalam paru-paru
lebih lanjut. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah Hipoglikemia yaitu
defisiensi glukosa darah sirkulasi yang menyebabkan kelemahan muskuler,
inkoordinasi, kebingungan mental dan berkeringat dingin, jika timbul berat
maka bisa terjadi koma hipoglikemia. Pertimbangan kebutuhan pasien juga
diperlukan pada puasa ini karena anak-anak mempunyai resiko lebih besar
mengalami hipoglikemi karena anak-anak memiliki kecepatan metabolik
yang lebih cepat. Hipoglikemia juga bisa meningkatkan resiko kejang
epileptik pada pasien yang rentan ( dewasa dan anak-anak). Pasien dengan
diabetes melitus juga sangat rentan mengalami hipoglikemi.
4) Pengaturan posisi pasien saat operasi
Letak posisi pasien yang aman memegang peranan penting untuk
mendapatkan jalur jalan masuk (surgical acces), dan untuk mencegah
kemungkinan timbulnya trauma, baik pada pasien maupun tenaga medik di
ruang operasi. Hal ini dapat dicapai dengan menilai resiko, dengan
merencanakan penggunaa alat yang ada dan benar. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangakan untuk menjamin posisi pasien yang aman dan terlindungi
yaitu :
a) Usia
b) Tinggi badan
c) Berat badan
d) Keadaan kulit
e) Status kardiopulmonal dan nutrisi
f) Keadaan pasien sebelumnya
g) Jenis dan lamanya prosedur
h) Jalur masuk bedah
i) Jenis peralatan
j) Proteksi pasien
k) Penopang meja
l) Tekanan pada pembuluh darah mayor
m) Kemungkinan kerusakkan saraf, agar kerusakkan saraf dapat dihindari,
lengan sebaiknya tidak diabduksi hingga sudut lebih dari 90° dari linea
mediana
n) Semua tindakkan memosisikan pasien perlu dilakukan dengan cermat,

1
untuk menilai dan meminimalkan resiko kerusakkan saraf

2
5) Penggunaan Checklist keselamatan bedah
Dilakukan untuk mencegah salah sisi, salah prosedur dan salah pasien yang
akan dioperasi. Beberapa hal yang bisa berpotensi untuk terjadi kesalahan
pembedahan adalah :
a) Lebih dari satu dokter yang terlibat
b) Dilakukan lebih dari satu prosedur tindakan
c) Pasien memiliki bebrapa karakteristik khusus seperti deformitas fisik
atau obesitas masif
6) Sebelum pasien masuk ruang operasi (Sign In)
Keselamatan bedah ( Sign In ), Untuk menjamin keselamatan dan keamanan
pasien, semua anggota tim bedah meneliti kembali antara lain: Identitas
pasien, rencana tindakan, Jenis tindakan anestesi yang akan di pakai, faktor –
faktor alergi, resiko penyakit penyerta, hasil pemeriksaan penunjang,
kesiapan alat- alat anesthesi, sepeti mesin anestesi, oxymetri, monitor ECG,
gas medis dan alat-alat resusitasi, Penandaan lokasi operasi :
a) menggunakan surgical marker yang tidak mudah hilang karena desinfeksi
b) menggunakan tanda “O” pada sisi lokasi operasi dalam penandaan
c) Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi ( laterality),
multiple struktur 9 jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang
belakang)
d) depan telinga sisi operasi untuk operasi trepanasi.
e) ditandai dengan plester apabila sisi operasi di daerah wajah.
f) Kesiapan alat-alat medis yang akan digunakan seperti implant dan
prothese
g) Adanya risiko perdarahan , penyediaan darah dan cairan pengganti
h) Ceksistem keamanan kelistrikan

7) Dilakukan sebelum incisi operasi ( Time Out ), hal yang dikaji


adalah :
a) Respon pasien selama perioperatif
b) Antisipasi adanya risiko dan komplikasi selama tindakan pembedahan
c) Antisipasi adanya risiko dan komplikasi selama tindakan anestesi
d) Penghitungan jumlah instrumen bedah , kassa dan jarum
e) Antisipasi pasien dari bahaya akibat penggunaan alat yang kurang teliti

2
f) Kesterilan peralatan bedah
8) Post Operatif ( Sign Out )
a) Konfirmasi ulang nama prosedur tindakan
b) Penghitungan kesesuaian jumlah instrument bedah, kassa dan jarum
sebelum dan sesudah tindakan pembedahan, bila tidak sama jumlah
penghitungan, lakukan tindakan sesuai prosedur
c) Pengelolaan specimen
Spesimen dikelola dan dihantarkan secara benar, untuk menghindari
kontaminasi, yang dapat mempengaruhi hasil, dan bisa mengakibatkan
kesalahan diagnosis.Pemeriksaan dapat dipengaruhi oleh tempat bahan
specimen dan waktu pengiriman. Tatakelola spesimen meliputi :
 Pemilihan wadah dan pengisian formalin yang benar
 Waktu pengiriman yang tidak terlambat
 spesifik , bahaya infeksi serta nama dan tandatangan dokter yang meminta.
 Jika lebih dari satu specimen, masing-masing specimen diberi nomer dan
dilakukan pencatatan informasi tentang masin-masing specimen pada
lembar permintaan.
 Semua specimen dimasukkan dalam catatan ruang operasi untuk
menjamin pelacakan audit dipertahankan
 Spesimen untuk riset harus dipastikan bahwa izin dari pasien dan
keluarga pasien sudah diberikan
 Formulir yang telah dilengkapi untuk setiap specimen, yang memuat
nama, nomer register pasien, lokasi pengambilan specimen , instruksi
 Pelabelan spesimen secara benar
d) Identifikasi peralatan, chek fungsi dan kelengkapan alat
e) Reviewrecovery pasiendan manajemen perawatan pasien pasca
pembedahan

4.2 INTRA OPERATIF


1. Monitoring Anestesi dan Sedasi
2. Pemberian Obat-Obatan
a. Identifikasi pasien dan konfirmasi alergi obat yang dimiliki ( gelang pasien )
b. Verifikasi obat sebelum pemberian obat
c. Perintah verbal diulang

2
d. Identifikasi penggunaan obat-obatan high alert
e. Standarisasi preparasi obat-obatan yang dilarutkan agar siap digunakan
f. Komunikasikan dosis yang akan di dimasukkan dan klarifikasi dosis maksimal
dengan dokter anestesi
g. Kaji dan validasi kompetensi klinis tentang penggunaan dan pemberian obat-
obatan high alert
4.3 POST OPERATIF
1. Membersihkan Lingkungan Operasi
a. Pembuangan sisa-sisa bekas operasi, sesuai prosedur yang berlaku
1) Sisa patologi manusia yang meliputi jaringan, organ, bagian tubuh dan cairan
2) Darah manusia dan komponen darah yang meliputi serum, plasma dan
komponen darah
3) Benda tajam yang terpakai
4) Sisa-sisa alat atau benda yang terkontaminasi pasien
5) Benda-benda tajam yang tidak terpakai
b. Transportasi linen kotor, bekas operasi
1) Penanganan linen non infeksius
a) Siapkan ember besar, beri plastik warna hitam
b) Masukkan linen kotor kedalam plastik tersebut
c) Linen kotor tidak boleh dijatuhkan dilantai
d) Ikat plastik
e) Bawa ke ruang transfer tempat linen kotor
2) Penanganan linen infeksius
a) Siapkan ember besar, beri plastik warna kuning
b) Masukkan linen kotor kedalam plastik kuning
c) Linen kotor tidak boleh dijatuhkan dilantai
d) Ikat plastik
e) Bawa keruang transfer tempat linen kotor, Linen dibawa keruang laundry
dengan plastik yang sudah terikat, dan dibawa dengan menggunakan trolley
laundry untuk linen kotor.
c. Membersihkan area operasi
1) Pembersihan seluruh ruangan kamar operasi dilaksanakan setiap hari.
2) Pembersihan kamar operasi dilaksanakan rutin setiap hari setelah kegiatan
operasi selesai.
3) Bongkar besar kamar operasi dilaksanakan setiap hari Jumat.

2
4) Bila ada ceceran darah maka daerah tersebut ditaburi dengan bubuk
chlorhexidine/ presep, dan dilap dengan kain. Sesuaikan dengan ketentuan
PPI
5) Pembersihan lantai dengan mengggunakan presep 0,5mg yang dilarutkan
dengan air 1 L
6) Pembersihan meja operasi, meja instrumen, mesin anestesi, lemari material,
lemari anestesi , disemprot dengan larutan presept 0,5mg yang dilarutkan
dengan air 1 L, dan dilap dengan kain bersih. Sesuaikan dengan disinektan
yang digunakan di rs serta cara pengencerannya sesuaikan dengan produk
yang digunakan
7) Sterilisasi ruangan, setelah kamar operasi dibersihkan, disterilkan
menggunakan lampu ultra violet dan air desinfection.
8) Dalam pembersihan lingkungan operasi, petugas pembersihan harus
menggunakan sarung tangan.
4.4 MANAGEMEN RESIKO
1. Meminimalkan distraction dan interupsi
2. Mencegah trauma benda tajam ( surgical scaple / mess, jarum, gunting ) dengan
memperhatikan keselamatan tehnik :
a. Menggunakan zona netral dimana benda-benda tajam ditempatkan tanpa kontak
tangan ( menggunakan bengkok steril bila memberikan ke dokter bedah)
b. Perawatan peralatan hand hygiene di kamar operasi
c. Menggunakan sarung tangan dua rangkap
d. Sebisa mungkin menghindari lapangan bedah ketika dokter bedah memotong dan
menjahit
e. Memakai alas kaki yang tertutup / terlindung
f. Program kontrol pajanan
g. Program edukasi ke petugas kamar bedah
3. Mencegah tertinggalnya benda-benda didalam luka operasi dengan metode
penghitungan alat-alat
4. Mencegah luka bakar pada pasien :
a. Cek plate diatermi dan kabel
b. Cek besar coagulasi dan cutting radio

5. Mencegah kebakaran :
a. Persiapan pasien
b. Persiapan dan penggunaan alat-alat secara aman
c. Membatasi bahan-bahan yang mudah terbakar

2
d. Mengkontrol gas-gas medis
e. Berupaya dalam penanggulangan pencegahan kebakaran
f. Komunikasi efektif dan kerja tim
g. Merespon bila terjadi kebakaran , cara pemadaman, penanganan pasien,
memindahkan pasien ke tempat yang aman evakuasi ruang operasi yang aman,
cara mengaktivasi system keamanan kebakaran, mencegah penyebaran asap, cara
menemukan dan menggunakan alat pemadam kebakaran, peran tim
penangulangan kebakaran dari luar

4.5 MANAGEMEN NYERI PASCA BEDAH


Penilaian intensitas nyeri
1. Dewasa : menggunakan Numeric Pain Scale
Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari
intensitasnyeri.Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan
dari 0 – 10. “0” menggambarkan tidak ada nyeri, sedangkan “10” menggambarkan
nyeri yang hebat.
2. Anak-anak : menggunakan Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
Cara penggunaan metode ini adalah dengan melihat mimik wajah pasien, biasanya
dipakai untuk menilai intensitas nyeri pada pasien anak-anak. 0 menggambarkan
wajah senyum, 10 menggambarkan wajah yang sangat kesakitan
MIMIK WAJAH AKTIVITAS
0-1 Tanpa nyeri Waspada, senyum Tidak ada batasan aktivitas
Aktivitas normal
1-3 Nyeri Tak ada canda, datar, serius Terasa nyeri tetapi tidak
sekilas membatasi aktivitas
3-5 Nyeri ringan Dahi berkerut, bibir mecucu, Dapat melakukan
manahan napas kebanyakan aktivitas
dengan diselingi periode
istirahat
5-7 Nyeri Hidung berkerunyut, bibir Tidak mampu melakukan
sedang atas terangkat, napas cepat beberapa aktivitas karena
nyeri
7-8 Nyeri berat Kedipan mata lambat, mulut Tidak mampu melakukan
terbuka kebanyajan aktivitas
8-10 Nyeri paling Mata menutup, mengerang, Tidak mampu melakukan
berat menangis aktivitas apapun

2
Gambar : Skala pengukuran nyeri anak dan dewasa

4.6 DOKUMENTASI

Berikut ini adalah beberapa instrumen data dan sistem monitoring yang
diimplementasikan di Kamar operasi :

a. Gelang Identitas pasien


b. Stiker Identitas pasien
c. Pertemuan pra bedah ( Visitase pre operatif )
d. Formulir kelengkapan data pra bedah ( inform concent , asesmen pra bedah
dan pra anestesi, Edukasi pembiusan dan pembedahan , pemeriksaan klinis
dan penunjang )
e. Formulir transfer serah terima pasien dari Kamar Operasi
f. Cheklis Keselamatan Bedah ( Surgical Safety Checklist )
g. Papan Informasi ( Imaging Data )
h. Formulir Intra Operatif Anestesi
i. Formulir Laporan Operasi
j. Formulir Cheklist Keselamatan Pasien
k. Formulir pemantauan / monitoring pre, peri dan post operatif
l. Formulir Asuhan Keperawatan Perioperatif
m. Lembar Pengumpulan data Infeksi Luka Operasi
n. Formulir Pemeriksaan Patologi Anatomi

2
BAB V
LOGISTIK

Keperluan logistik untuk tindakan bedah di suplai oleh depo farmasi yang berada di
instalasi bedah sentral maupun di instalasi kamar operasi emergensi di instalasi gawat darurat,
petugas bedah mengajukan permintaan keperluan logistik sesuai dengan tindakan
pembedahan yang akan di lakukan.
Berikut daftar logistik yang di sediakan oleh depo farmasi yang berada di kamar operasi :
NO NAMA
AWA PENER PENGELUA SIS K
OBAT/ SAT
L IMAAN RAN A ET
ALAT
1 Kassa 10x10 Lembar
2 Kassa 6 x 6 Lembar
3 Bethadine Cc
4 Anios Cc
5 Dermanios Cc
6 Presept Tablet
7 Alcohol Cc
8 Formalin Cc
9 H2O2 Cc
Handscoend Biji
10
6,5
Handscoend Biji
11
7
Handscoend Biji
12
7,5
Handscoend Biji
13
8
14 Spongostan Biji
15 Jelly Biji
16 Sofsilk 0 Biji
17 Sofsilk 1.0 Biji
18 Sofsilk 2.0 Biji
19 Sofsilk 3.0 Biji
20 Sofsilk 4.0 Biji
21 Cromic 2.0 Biji

2
22 Cromic 3.0 Biji
23 Cromic 1.0 Biji
24 Cromic 4.0 Biji
25 Polysorb 1.0 Biji
26 Polysorb 2.0 Biji
27 Polysorb 3.0 Biji
28 Polysorb 4.0 Biji
29 Vicryl 1 Biji
30 Vicryl 2.0 Biji
31 Vicryl 3.0 Biji
32 Bonewax Biji
33 Surgicel Biji
34 Surgipro 1.0 Biji
35 Surgipro 2.0 Biji
36 Surgipro 3.0 Biji
37 Surgipro 4.0 Meter
38 Surgipro 5.0 meter
39 Surgipro 6.0 meter
40 Surgipro 7.0 meter
41 Prolene 1.0 meter
42 Prolene 2.0 Biji
43 Prolene 3.0 Tube
44 Prolene 4.0 Tube
45 Steri Strip Tube
46 Spuit 10cc Biji
47 Spuit 5cc Biji
48 Spuit 3cc Biji
49 Spuit 1 cc Biji
50 Foll catheter Biji
51 Urine Bag Biji
52 Lomatulle Biji
53 Tegaderm Biji
54 Underpad Biji
55 Bisturi 10 Biji
56 Bisturi 11 Biji

2
57 Bisturi 15 Biji
58 Bisturi 20 Biji
59 Urogard Biji
60 Tensocrepe Biji
61 Gypsona Biji
62 Barovac drain Biji
Stomach BIji
63
Tube
64 Arm Sling Biji
65 Nurse Cap Biji
66 Masker Biji
Electrosurgic Biji
67
al pencil
Mono Biji
68 Grounding
pad

2
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien dalam pelayanan bedah di instalasi kamar bedah Rumah Sakit
Medika BSD dalam pelaksanaan kegiatan menggunakan lembar surgical safety checklist.
Surgical Safety Checklist
SIGN IN
(Dilakukan sebelum induksi anestesi di ruang persiapan / ruang prosedur, minimalnya
oleh perawat & dokter anestesi)
1. Apakah pasien sudah dikonfirmasi mengenai identitasnya, bagian tubuh (situs) yang
akan dioperasi, prosedurnya, dan persetujuan tindakan operasi?
o Ya
2. Apakah bagian tubuh yang akan dioperasi telah ditandai?
o Ya
o Tidak memungkinkan untuk ditandai
o Penandaan dengan tanda “YA”
o Penandaan dengan spidol hitam yang tidak luntur oleh air/alkohol.
o Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan dilakukan penandaan pada bagian
tubuh, penandaan dilakukan pada foto rontgen, odontogram dan status pasien.
o Penandaan pada semuakasustermasuk pada organ yang memiliki 2 sisi (kanandan
kiri), multiple strukture (jaritangan, jari kaki), multiple level (operasi tulang
belakang
:cervical, thoracal, lumbal), multiple lesi yang pengerjaannya perlu bertahap.
o Penandaan daerah mata ditandai di atas alis sisi yang akan dilakukan tindakan
pembedahan, pada bagian telinga penandaan dilakukan didepan daun telinga
3. Apakah mesin anestesi dan obat-obatan sudah dicek lengkap?
o Ya
o Tidak
4. Apakah oksimeter denyut sudah terpasang pada pasien dan berfungsi dengan baik?
o Ya
o Tidak
5. Apakah pasien diketahui memiliki alergi?
o Tidak
o Ya

3
6. Jalan napas sulit alau risiko aspirasi?
o Tidak
o Ya, dan perlengkapan penunjang untuk mengatasi sudah tersedia
7. Risiko kehilangan darah >500 ml (7ml/kg untuk pasien anak)?
o Tidak
o Ya, dan 2 akses intravena atau akses sentral dan cairan sudah terencana
TIME OUT
(Dilakukan sebelum insisi kulit di ruang prosedur, dipandu oleh perwat sirkuler dan
diikuti oleh perawat, dokter anestesi, dan operator)
1. Mengkonfirmasi semua anggota tim bedah telah memperkenalkan diri dengan
menyebut nama dan tugas/peran masing-masing.
2. Mengkonfirmasi nama pasien, prosedur/tindakan operasi, dan di mana insisi akan
dilakukan.
3. Apakah antibiotik profilaksis telah diberikan daiam kurun waktu 60 menit?
o Ya
o Tidak memungkinkan untuk dilakukan
4. Mengantisipasi Situasi Kritis Untuk dokter bedah:
o Apa saja langkah-langkah non-rutin atau untuk situasi kritis?
o Berapa lama kasus ini akan tertangani?
o Berapa anticipated blood loss?
5. Untuk penata/dokter anestesi:
o Apakah ada perhatian khusus yang spesifik untuk pasien ini?
6. Untuk tim perawat:
o Apakah sterilitas (termasuk hasil indikator) telah dikonfirmasi?
o Apakah ada hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai peralatan atau hal lainnya?
7. Apakah hasil radiologi ditampilkan/ditayangkan?
o Ya
o Tidak memungkinkan untuk dilakukan
SIGN OUT
(dilakukan sebelum pasien meninggalkan ruang prosedur, dipandu oleh perawat
sirkuler dan diikuti oleh perawat, dokter anestesi, dan operator)
1. Perawat (secara verbal) mengkonfirmasi:
o Nama/jenis prosedur
o Tuntas menghitung alat, kassa, dan jarum
o Label spesimen (membaca lantang label spesimennya, termasuk nama pasien)

3
o Ada tidaknya masalah peralatan yang perlu disebutkan

2. Untuk dokter bedah, penata/dokter anestesi, dan perawat:


o Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk recovery dan penalalaksanaan
pasien ini
3. Untuk penata/ dokter anestesi, dan perawat :
o Cek ulang sebelum pasien dipindah ke ruangan pulih sadar
o Bagaimana tingkat kesadaran pasien
o Bagaimana tanda – tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, pernafasan, saturasi
O2, suhu)
o Cek ulang laporan anestesi apakah sudah lengkap atau belum
4. Untuk dokter operator/ perawat bedah, dan perawat ruang pulih sadar :
o Cek ulang kondisi luka operasi
o Apakah terdapat rembesan atau tidak

3
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan di
masyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan
angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua
penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.Tenaga
kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan
pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

3
C. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan, untuk menghindari
trauma yang tidak diinginkan hendaknya setiap personel bedah memahami beberapa
prinsip dasar, yaitu:
1. Keselamatan alat (skalpel yang terlindung, jarum berujung tumpul, dll).
2. Keselamatan teknik
1) Menggunakan zona netral di mana benda-benda tajam
ditempatkan tanpa kontak tangan.
2) Menggunakan teknik tanpa sentuh.
3) Menggunakan sarung tangan dua rangkap.
4) Mempertimbangkan penggunaan sarung tangan anti-robek.
5) Mengganti sarung tangan bedah secara rutin.
6) Menggunakan teknik jahit yang mencegah trauma.m
7) Sebisa mungkin menghindari lapangan bedah ketika dokter bedah memotong
dan menjahit
8) Memakai alas kaki yang terlindung
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

3
E. PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
1) Persiapan pasien.
2) Penggunaan alat-alat secara aman.
3) Persiapan alat-alat.
4) Membatasi bahan-bahan yang mudah terbakar.
5) Mengkontrol oksigen.
6) Membagi tugas di antara anggota tim bedah mengenai pencegahan kebakaran.
7) Komunikasi efektif dan kerja tim.
8) Merespons bila terjadi kebakaran:
a)Bagaimana memadamkan api secepatnya.
b) Bagaimana menangani pasien.
c)Bagaimana memindahkan pasien secara aman.
d) Bagaimana evakuasi ruang operasi secara aman.
e)Bagaimana mengaktivasi sistem keamanan kebakaran.
f) Bagaimana mencegah penyebaran asap.
g) Bagaimana menemukan dan menggunakan alat pemadam kebakaran.
h) Bagaimana peran tim pemadam kebakaran dari luar.

3
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu di instalasikamar bedah Rumah Sakit Medika BSD memiliki


program jaminan mutu yaitu :
1. Melaksanakan evaluasi pelayanan dikamar operasi melalui macam-macam audit.
2. Melakukan survey infeksi nosokomial secara periodik dan berkesinambungan.
3. Melakukan surgical survey checklist
4. Menempel label indicator steril alat ke form pemakaian alat / instrument bedah dan
disimpan di status pasien.
5. Mendokumentasikan indicator internal pada buku mampu telusur pemakaian alat untuk
operasi pasien.
6. Melakukan evaluasi site marking sebelum di lakukan tindakan pembedahan.
7. Melakukan evaluasi pemulangan pasien sesuai dengan kriteria pemulangan pasien yang di
tetapkan oleh rumah sakit.
Peningkatan Mutu Pelayanan Medik
1. Untuk meningkatkan mutu pelayanan pembedahan maka setiap kasus yang
penanganannya sulit, dan melibatkan beberapa bidang Spesialisasi perlu dilakukan
pertemuan multidisiplin untuk membahas kasus tersebut.
2. Penanganan kasus yang melibatkan beberapa dokter spesialis, harus dikoordinasi oleh
seorang dokter spesialis.
3. Pasien/keluarga yang membutuhkan informasi menyeluruh dan komprehensif berkaitan
dengan diagnosa, penanganan dan prognosa harus mendapatkan pelayanan tersebut
melalui pertemuan antara pasien/keluarganya dengan tim dokter yang menangani.

3
BAB IX
PENUTUP

Rancangan pedoman pelayanan bedah ini mempunyai peranan penting karena


bermanfaat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan perioperatif di rumah sakit.
Hendaknya pedoman pelayanan bedah kamar operasi yang bersifat teknis dan praktis, ini
dapat dimanfaatkan serta berfungsi sebagai pedoman pelayanan bedah bagi tenaga perawat di
kamar operasi. Penyusunan rancangan pedoman pelayanan bedah kamar operasi ini adalah
langkah awal suatu proses yang panjang. Sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari
berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai