PELAYANAN ANESTESI
NOMOR : 032/SK/DIR-RSUS/V/2022
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELI TUA
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELI TUA
Menimbang : a. bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a perlu
memberlakukan Pedoman Pelayanan Anestesi Rumah Sakit Umum Sembiring Deli
Tua dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Sembiring Deli Tua.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tertanggal 6
Oktober 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tertanggal 28 Oktober
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 779/MENKES
/SK/VIII/2008 tentang Standar Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah
Sakit;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELI
TUA TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM SEMBIRING DELI TUA
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat nya
maka Pedoman Pelayanan Anestesi dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang memberikan
pelayanan kepada paien dalam melakukan Pelayanan Anestesi. Pedoman ini akan dievaluasi
kembali dan akan dilakukan perbaikan apabila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kebijakan pelayanan di rumah sakit.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu menyelesaikan
penyusunan Pedoman ini
3.1 Pengantar
Ruang Operasi Rumah Sakit merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan.
Ruang Operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai
daerah pelayanan kritis yang mengutamakan aspek hirarki zonasi sterilitas. Oleh
karena itu kegagalan dalam pembedahan jangan sampai disebabkan oleh faktor
perencanaan dan perancangan fisik bangunan dan utilitasnya yang tidak memenuhi
persyaratan teknis.
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit telah
menerangkan mengenai teknis fasilitas ruang operasi persyaratan dan standar rumah
sakit yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan kegagalan yang
disebabkan faktor fisik bangunan dan utilitasnya dapat dicegah.
Pembangunan Ruang Operasi Rumah Sakit harus bertujuan memperhatikan
kaidah-kaidah pelayanan kesehatan, sehingga bangunan ruang operasi yang akan
dibuat memenuhi standar kemanan, keselamatan, kemudahan dan kenyamanan bagi
pasien dan pengguna bangunan lainnya serta tidak berakibat buruk bagi keduanya.
Bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, strukturnya harus direncanakan
kuat/kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi
persyaratan kelayanan (;serviceability) selama umur layanan yang direncanakan
dengan mempertimbangkan fungsi bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit, lokasi,
keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh
aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan
struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul
akibat gempa dan angin. Dalam perencanaan struktur bangunan Ruang Operasi
Rumah Sakit terhadap pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan Ruang
Operasi Rumah Sakit, baik bagian dari sub struktur maupun struktur bangunan,
harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rancangan sesuai dengan zona
gempanya.
V. Kamar Operasi V
Mesin anestesi
Monitor
Lampu operasi
Suction
Meja anestesi
Meja operasi
Meja instrumen
Lampu emergency
Kotak alat intubasi
Cauter
Central O2, NO2 dan CO2
Troli couter
Meja mayo
AC 1,5 pk
Bangku roda
Korentang
Pasien
IRJ IRNA
Meninggal/Sembuh
6.1 Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) Adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman, sistem tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
a. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
f. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
g. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
6.2 Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
7.1 Pendahuluan
Keselamatan dan keamanan sangat penting bagi seluruh staff di dalam
rumah sakit. Dimana keselamatan merupakan suatu keadaan tertentu yang tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi seluruh staff. Disamping itu keamanan
juga diperhatikan untuk memproteksi diri dari infeksi dan terjadinya
kontaminasi silang.
Dengan banyaknya hal-hal yang dapat menimbulkan munculnya
kontaminasi diharapkan para staff tidak mengabaikan tata cara proteksi terhadap
diri, dengan mengembangkan dan menjalankan prosedur yang dapat melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi dan kontaminasi yang dapat terjadi.
Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan
Umum” atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan. Selain itu
kontaminasi silang yang ditimbulkan juga menjadi ancaman yang harus
dihindari, karena selain berakibat pada staff juga dapat berakibat pada pasien.
7.2 Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
8.1 Pendahuluan
Pelayanan anastesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang seiring dengan peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang anastesi. Pelayanan anastesi dirumah sakit
antara lain pelayanan anastesi dikamar bedah, pelayanan kedokteran
perioperatif, resusitasi jantung paru dan otak, pelayanan kegawatdaruratan dan
terapi intensif serta pelayanan pemberian sedasi.
Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan anestesi di
rumah sakit Martha friska maka dibuatlah program kerja guna memberikan rasa
nyaman dan safety terhadap pelayanan anestesi di instalasi bedah baik pada
dokter anastesi, perawat anastesi / penata anastesi, dokter spesialis, perawat
kamar bedah. Hal ini digunakan untuk meningkatkan pelayanan anastesi di
rumah sakit Martha friska dan untuk menjaga safety / keselamatan adanya dari
risiko tertular penyakit agar dapat bekerja lebih baik.
8.2 Tujuan
a. Meningkatkan pelayanan yang professional di instalasi bedah
b. Meningkatkan keselamatan pasien
c. Meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan di instalasi bedah