MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH WAMENA
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Umum Daerah Wamena sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Wamena dilaksanakan oleh Kepala
Bidang Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wamena
i
KETIGA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di Wamena
Pada Tanggal 12 Juni 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA
ii
PEDOMAN
Status Revisi : 00
iii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman ....................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup ......................................................................................... 1
D. Batasan Operasional ................................................................................. 1
E. Landasan Hukum ...................................................................................... 2
BAB II STANDAR KETERANGAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .......................................................... 3
B. Distribusi Keterangan ............................................................................... 3
C. Pengetahuan Jaga ...................................................................................... 4
BAB III. STANDAR FASILITAS
A. Denah Luar................................................................................................ 5
B. Denah Ruang............................................................................................. 5
C. Standar Fasilitas ........................................................................................ 6
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pelayanan Pendaftaran Pasien................................................................... 14
B. Sistem Komunikasi ................................................................................... 14
C. Pelayanan Triase ....................................................................................... 15
D. Transportasi Pasien ................................................................................... 17
E. Pelayanan False Emergency ..................................................................... 17
F. Pelayanan Visum Et Repertum .................................................................. 18
G. Pelayanan Death On Arrival (DOA) ......................................................... 18
H. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit.......................................... 18
I. Sistem Rujukan .......................................................................................... 18
BAB V. LOGISTIK .................................................................................................. 20
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian ................................................................................................. 22
B. Tujuan ....................................................................................................... 22
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien ............................................................ 22
BAB VII. KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian ............................................................................................................. 24
B. Tujuan ................................................................................................................... 24
C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan .................................................................. 24
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU ..................................................................... 26
BAB IX. PENUTUP ................................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan oleh
tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya sistem
penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan tersebut memerlukan waktu
tanggap (respon time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa
sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah Pedoman Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat RSUD Wamena. Diharapkan dengan tersusunnya buku ini dapat
meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra rumah sakit maupun di dalam rumah sakit
sesuai dengan standar yang ditentukan.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSUD
Wamena ini adalah untuk menata Instalasi Gawat Darurat RSUD Wamena agar dapat
meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan, dan harapan masyarakat.
C. Ruang Lingkup
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan.
D. Batasan Operasional.
Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang pelayanan
yang tersedia di IGD.
Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai tugas pokok di
tempat lain, di instalasi kerja di luar IGD.
Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di IGD.
Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita
dalam situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan tindakan
pertolongan pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan diagnostik dan/atau
terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat. Untuk hal-hal lain dalam keadaan
tertentu, pemeriksaan spesimen juga dapat termasuk dalam ketentuan rujukan ini.
Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak
mengancam nyawa (false emergency).
Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter karena adanya
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat/diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian sebelum pasien tiba di IGD.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di manarumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit membuat
kerja/aktifitas karyawan lebih aman.
E. Landasan Hukum
Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit adalah merupakan bagian yang harus
terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
d. Surat Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
APN/PPGD
B. Distribusi Ketenagaan
Ditribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat per bulan.
Kebutuhan tenaga diperoleh berdasarkan perhitungan standar tenaga perawat RSUD Wamena
yang telah dibuat. Instalasi Gawat Darurat dapat mengajukan penambahan tenaga kepada
Kepegawaian untuk selanjutnya dikoordinasikan dengan Kabit Pelayanan,Kepala Keperawatan
dan Direktur ,Keuangan serta Bagian Sumber Daya Manusia untuk pengadaan ketenagaannya
C. Pengaturan Jaga
1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi diatur sesuai jadwal yang
ditetapkan oleh Kabit Pelayanan setiap bulan.
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi oleh karena satu
dan lain hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yangditetapkan harus
memberitahukan terlebih dahulu.
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagaiberikut :
Shift pagi : jam 08.00 WIT – 14.00 WIT
Shift siang : jam 14.00 WIT – 21.00 WIT
Shift malam : jam 21.00 WIT – 08.00 WIT (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD
dan diperbanyak untuk didistribusikan pada minggu terakhir setiap bulan kepada
setiap dokterjaga IGD, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, dan instalasi/
bagian lain yang terkait.
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah ditentukan,
maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan
kepada Kepala IGD
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD
3. Perawat
a. Pengaturan jadwal jaga perawat IGD terbagi dalam 3 shift,
yaitu sebagai berikut :
Shift pagi : jam 08.00 WIT – 14.00 WIT
Shift siang : jam 14.00 WIT – 21.00 WIT
Shift malam : jam 21.00 WIT – 08.00 WIT (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Kepela keperawatan.
c. Bila perawat IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah ditentukan, maka
harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada
Kepala Perawat IGD
d. Jadwal jaga perawat IGD terpasang di papan informasi IGD
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Luar
B. Denah Dalam
C. STANDAR FASILITAS.
1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan pertolongan tindakan resusitasi
segera dan memerlukan pengawasan ekstra, misalnya :
Kasus henti nafas
Kasus henti jantung
Pasien yang dicurigai sakit jantung
Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena hipoglikemia, stroke,
syok, dan sebagainya)
Kasus kejang demam
Kasus cedera kepala berat
Kasus tenggelam.
Berikut ini adalah tabel daftar obat yang tersedia di IGD RSUD Wamena berikut dengan
penjelasan indikasi penggunaan dan dosisnya :
OBAT – OBATAN EMERGENCY
N NAMA OBAT MERK JUMLAH JUMLAH ED KET
O DAFTAR FISIK
DAGANG
1 Amiodaron Cordarone 5
7 Dobutamin Idem 2
8 Ephinefrin Idem 15
11 Glukose 40 % Dextrose 40 2
%
12 Lidocain Idem 5
13 Furosemid Idem 5
16 Norephinefrin Raivas 5
4. Ruang Administrasi
Kebutuhan perlengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain :
Buku register IGD
Buku laporan IGD
Meja komputer
Komputer
Printer
Kursi
5. Ruang Bedah Minor
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah
minor, misalnya :
Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan sebagainya.
Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage.
Pasien yang akan dilakukan tindakan pleural puncture (thoracentesis).
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine cair, H2O2, alkohol 70%, NaCl
0,9%, aquadest)
Tromol gauze + gauze steril
Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
Plester + gunting plester
Sofratulle®
Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
Pisau aesculap
Berbagai salep antibiotik
Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
Set pemasangan nasogastric tube
Set pemasangan foley catheter
Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
Spalk/bidai (dengan berbagai ukuran)
Operating lamp
Tempat sampah
Sarung tangan
Korentang dan tempatnya
Scoop strecher
Skort plastik (apron)
e. Lemari instrumen set
Sprei lobang
Baskom steril
Cath kawat
Alat buka jahit
Alat jahit wajah
Alat jahit isi 6, 7
Haemostat bengkok
Haemostat lurus
Tangkai pisau
T. Jarum biasa
T. Jarum besar
Slang karet
Gunting metz
Baskom irigasi
Korentang klem
Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
Tromol kasa
Bak instrumen
Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)
f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk memberikan
pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan utama IGD, yaitu :
Mencegah kematian dan cacat
Menerima rujukan pasien gawat darurat
Menanggulangi korban bencana
Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
triase, antara lain :
Tempat tidur
Lembar status emergency
Tensimeter
Stetoskop
Termometer
g. Ruang Pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah)
Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
Dilakukan pengukuran tanda- tanda vital
Dilakukan pemeriksaan fisik
Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
Menunggu masuk ke ruang rawat inap
Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter,
pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
Menunggu obat
Menunggu proses penyelesaian administrasi
Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang pemeriksaan kasus bedah maupun non-bedah, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. O2 set
d. Tensimeter dinding
e. Tongue spatel
f. Sarung tangan
g. Jelly
h. Masker
9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di IGD.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di gudang, antara
lain :
Fom Persediaan stok IGD
Bahan pembersih Ruangan
Bahan ATK Ruangan
10. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
Kloset
Gayung
B. SISTEM KOMUNIKASI.
Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat
daruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana tertentu dapat
menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita gawat
darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi
Gawat Darurat RSUD tiap 24 jam menggunakan sarana komunikasi intern dan
extern.
Intern dengan aipon ruangan
Extern dengan handpone masing-masing petugas
C. PELAYANAN TRIASE.
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan
kategori :
5. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkna cidera (fisik, mental,
sosial)
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,kerugian, harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum, serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat serta
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian dalam triase
setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.
Kartu warna yang digunakan adalah :
1. MERAH : Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernafasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal masif
Gangguan jantung yang mengacam
Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan
dapat ditunda sementara, misalnya :
Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen
berat)
Fraktur multiple
Fraktur femur / pelvis
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran / trauma kepala
Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, misalnya :
Fraktur minor
Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM : Korban yang telah meninggal dunia
Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.
D. TRANSPORTASI PASIEN.
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita gawat
darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita gawat darurat,
perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.
2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan foto rongen, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan
nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap diperthankan dalam
perjalanan.
d. Ke Rumah Sakit lain :
Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas dan membawa surat
rujukan.
Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat dengan membawa
surat rujukan dan memakai ambulans.
H. SISTEM RUJUKAN.
Rujukan pasien dari RSUD Wamena hanya dapat dilakukan oleh dokter
spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu dokter
spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan). Dokter jaga IGD
sebelum melakukan rujukan pasien harus mengkorfirmasikan pasien tersebut
kepada dokter spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien. Adapun bentuk
rujukan yaitu:
1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
Trauma kapitis dengan kemungkinan perdarahan intra kapitis
Permintaan pasien
Dugaan kasus SARS, flu burung,flu babi
2. Pemeriksaan Diagnostik
CT scan
Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat dilakukan di
RSUD Wamena
3. Spesimen
Darah
Urin
Jaringan
Mukus / sekret
BAB V
LOGISTIK
Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alkes meliputi pemesanan,
pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat / alkes untuk pasien- pasien IGD.
Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar / masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Buku pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas mengantar alkes yang terpakai untuk disterilkan dan mengambil
kembali
setelah disterilkan untuk disimpan pada tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas pagi setiap
hari
senin dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang ditandatangani Kepala perawat /
Kepala
IGD dengan jumlah yang sesuai pengeluaran / kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari
libur, pemesanan dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas IGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan mengisi Formulir
Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh Ka. Bag. Gawat Darurat atau Ka.
IGD.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan :
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi formulir
permintaan barang. Formulir tersebut terlebih dahulu diajukan kepada Kepala
Departemen
Pelayanan untuk diketahui, dipertimbangkan dan disetujui serta ditandatangani oleh
Kepala
Bagian Gawat Darurat / Ka. IGD dan Kepala Departemen Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Kepala Departemen Pelayanan,
selanjutnya diajukan
kepada Tim Pengadaan, untuk dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk mendapat
kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian / petugas pembelian, untuk
membeli barang-barang sesuai kebutuhan bagian yang meminta.Dalam hal
kebutuhan barang-barang rutin yang telah dilakukan perjanjian kerjasama,
maka pembelian dapat langsung di lakukan kepemasoknya, setelah ada
pengesahan dari Tim Pengadaan.
e. Bagian / petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian barang -
barang sesuai permintaan baik untuk barang – barang rutin atau barang -
barang yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke RSUD Wamena sesuai pesanan dan barang
tersebut diterima olehbagian, Petugas Gudang memeriksa apakah barang –
barang tersebut sesuai dengan pesanan baik jenis maupun jumlahpesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian Gawat Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan, Petugas IGD
melakukan prosedur pada permintaan alat- alat umum diatas
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana Rumah
Sakit membuat Asuhan Pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :Assessmen
Risiko, Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dantindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau idak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
B. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSUD Wamena.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.