Anda di halaman 1dari 34

PEDOMAN

PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA


TAHUN 2018
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA
NOMOR : 204b/445/SK/RSUD WMX TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Umum Daerah Wamena, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan Instalasi Gawat Darurat yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit
Umum Daerah Wamena dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Wamena sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat di
Rumah Sakit Umum Daerah Wamena;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Wamena.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008
tentang Instalasi Gawat Darurat

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH WAMENA
KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Umum Daerah Wamena sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Wamena dilaksanakan oleh Kepala
Bidang Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wamena
i
KETIGA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Wamena
Pada Tanggal 12 Juni 2018

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WAMENA

dr. FELLY G. SAHUREKA, M.Kes, Sp.PK


NIP: 19700521 200212 2 002

ii
PEDOMAN

PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

Penulis Dokumen : Instalasi Gawat Darurat

Status Revisi : 00

Tanggal : 12 Juni 2018

Jumlah Halaman : 27 Halaman

iii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman ....................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup ......................................................................................... 1
D. Batasan Operasional ................................................................................. 1
E. Landasan Hukum ...................................................................................... 2
BAB II STANDAR KETERANGAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .......................................................... 3
B. Distribusi Keterangan ............................................................................... 3
C. Pengetahuan Jaga ...................................................................................... 4
BAB III. STANDAR FASILITAS
A. Denah Luar................................................................................................ 5
B. Denah Ruang............................................................................................. 5
C. Standar Fasilitas ........................................................................................ 6
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pelayanan Pendaftaran Pasien................................................................... 14
B. Sistem Komunikasi ................................................................................... 14
C. Pelayanan Triase ....................................................................................... 15
D. Transportasi Pasien ................................................................................... 17
E. Pelayanan False Emergency ..................................................................... 17
F. Pelayanan Visum Et Repertum .................................................................. 18
G. Pelayanan Death On Arrival (DOA) ......................................................... 18
H. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit.......................................... 18
I. Sistem Rujukan .......................................................................................... 18
BAB V. LOGISTIK .................................................................................................. 20
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian ................................................................................................. 22
B. Tujuan ....................................................................................................... 22
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien ............................................................ 22
BAB VII. KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian ............................................................................................................. 24
B. Tujuan ................................................................................................................... 24
C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan .................................................................. 24
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU ..................................................................... 26
BAB IX. PENUTUP ................................................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan oleh
tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya sistem
penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan tersebut memerlukan waktu
tanggap (respon time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa
sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah Pedoman Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat RSUD Wamena. Diharapkan dengan tersusunnya buku ini dapat
meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra rumah sakit maupun di dalam rumah sakit
sesuai dengan standar yang ditentukan.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSUD
Wamena ini adalah untuk menata Instalasi Gawat Darurat RSUD Wamena agar dapat
meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang
diberlakukan, dan harapan masyarakat.

C. Ruang Lingkup
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan.

D. Batasan Operasional.
 Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang pelayanan
yang tersedia di IGD.
 Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai tugas pokok di
tempat lain, di instalasi kerja di luar IGD.
 Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di IGD.
 Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita
dalam situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan tindakan
pertolongan pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
 Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan diagnostik dan/atau
terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat. Untuk hal-hal lain dalam keadaan
tertentu, pemeriksaan spesimen juga dapat termasuk dalam ketentuan rujukan ini.
 Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak
mengancam nyawa (false emergency).
 Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter karena adanya
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat/diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
 DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian sebelum pasien tiba di IGD.
 Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di manarumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
 Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit membuat
kerja/aktifitas karyawan lebih aman.
E. Landasan Hukum
Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit adalah merupakan bagian yang harus
terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
d. Surat Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tabel 2.1. Kualifikasi SDM Bagian Gawat Darurat RSUD Wamena.
Nama Jabatan Kualifikasi Pengalaman Pelatihan
Pendidikan Kerja
Kepala Instalasi Minimal Dokter Minimal BLS/PPGD/BTLS/
Gawat Darurat Umum 2 tahun ATLS/ACLS,EKG
Kepala Perawat Minimal D-3 Minimal BLS/BTCLS/BHD/
Instalasi Gawat Keperawatan 16 tahun Manajemen Bangsal
Darurat
Dokter Jaga IGD S1 Kedokteran 2-3 Tahun BLS//BTLS/PPGD/
EKG
Perawat Pelaksana D3 Keperawatan 2- 8 tahun BTCLS/BHD PPGD/BLS

APN/PPGD

Administrasi SLTA 2-5 Tahun BHD

Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat RSUD Wamena.


No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga
1. Dokter 6
2. S-1 Keperawatan 3
3. D-3 Keperawatan 15
4. SLTA 2

B. Distribusi Ketenagaan
Ditribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat per bulan.
Kebutuhan tenaga diperoleh berdasarkan perhitungan standar tenaga perawat RSUD Wamena
yang telah dibuat. Instalasi Gawat Darurat dapat mengajukan penambahan tenaga kepada
Kepegawaian untuk selanjutnya dikoordinasikan dengan Kabit Pelayanan,Kepala Keperawatan
dan Direktur ,Keuangan serta Bagian Sumber Daya Manusia untuk pengadaan ketenagaannya
C. Pengaturan Jaga
1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi diatur sesuai jadwal yang
ditetapkan oleh Kabit Pelayanan setiap bulan.
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi oleh karena satu
dan lain hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yangditetapkan harus
memberitahukan terlebih dahulu.
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagaiberikut :
 Shift pagi : jam 08.00 WIT – 14.00 WIT
 Shift siang : jam 14.00 WIT – 21.00 WIT
 Shift malam : jam 21.00 WIT – 08.00 WIT (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD
dan diperbanyak untuk didistribusikan pada minggu terakhir setiap bulan kepada
setiap dokterjaga IGD, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, dan instalasi/
bagian lain yang terkait.
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah ditentukan,
maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan
kepada Kepala IGD
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD
3. Perawat
a. Pengaturan jadwal jaga perawat IGD terbagi dalam 3 shift,
yaitu sebagai berikut :
Shift pagi : jam 08.00 WIT – 14.00 WIT
Shift siang : jam 14.00 WIT – 21.00 WIT
Shift malam : jam 21.00 WIT – 08.00 WIT (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Kepela keperawatan.
c. Bila perawat IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah ditentukan, maka
harus berkoordinasi mengupayakan mencari penggantinya dan melaporkan kepada
Kepala Perawat IGD
d. Jadwal jaga perawat IGD terpasang di papan informasi IGD
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Luar

B. Denah Dalam
C. STANDAR FASILITAS.
1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan pertolongan tindakan resusitasi
segera dan memerlukan pengawasan ekstra, misalnya :
 Kasus henti nafas
 Kasus henti jantung
 Pasien yang dicurigai sakit jantung
 Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena hipoglikemia, stroke,
syok, dan sebagainya)
 Kasus kejang demam
 Kasus cedera kepala berat
 Kasus tenggelam.

Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :


 Tempat tidur
 Tensimeter
 Oksigen sentral + selang O2
 Monitor set
 Oksimeter
 Suction set
 EKG
 Syringe pump set
 Nebulizer
 Lampu senter
 Stetoskop
 Neck collar
 Catheter set (dengan berbagai ukuran)
 Nasogastric tube set (dengan berbagai ukuran)
 Tempat sampah
 Ventilation bag dewasa
 Ventilation bag anak
 Ventilation bag bayi
 Laryngoscope + blade
 Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
 Stilet
 Spuit (dengan berbagai ukuran)
 Jelly
 Sarung tangan
 Plester
 Gunting plester
 Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)
2. Infus Trolley
 Infusion set (microdrip, macrodrip, blood set)
 Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tourniquet
 Alcohol swab
 Plester
 Gunting plester
3. Cairan infus, obat, dan alat kesehatan
a. Cairan infus
 RL
 NaCl 0,9%
 D10% (500 cc)
 Manitol
b. Obat
 Adrenalin injeksi
 Atropine sulfate injeksi
 Diazepam injeksi
 Diazepam suppository
 Dexamethasone injeksi
 Aminophylline injeksi
 Dextrose 40%
 NaCL 0,9% 25 ml
 Aquadest 25 ml
 Lidocaine injeksi
 ISDN
 Asam asetilsalisilat
 MgSO4 20%
 Dopamin injeksi.
c. Spuit (dengan berbagai kuran)
d. Jarum suntik (dengan berbagai ukuran)
e. Glucometer set

Berikut ini adalah tabel daftar obat yang tersedia di IGD RSUD Wamena berikut dengan
penjelasan indikasi penggunaan dan dosisnya :
OBAT – OBATAN EMERGENCY
N NAMA OBAT MERK JUMLAH JUMLAH ED KET
O DAFTAR FISIK
DAGANG

1 Amiodaron Cordarone 5

2 Potasium Chloride Idem 2


(KCL)

3 Diazepam Injeksi Valisanbe 3

4 Nicardipine HCL Perdipine 2

5 Sodium Bicarbonate Meylon 2

6 Aminophylin inj Idem 2

7 Dobutamin Idem 2

8 Ephinefrin Idem 15

9 Magnesium Sulfat Idem 2

(Mg SO4) 20%

10 Natrium Fenitoin Idem 2

11 Glukose 40 % Dextrose 40 2
%

12 Lidocain Idem 5
13 Furosemid Idem 5

14 Dexametason inj Idem 5

15 Atropin Sulfat Idem 15

16 Norephinefrin Raivas 5

17 Ephedrin HCL Idem 5

4. Ruang Administrasi
Kebutuhan perlengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain :
 Buku register IGD
 Buku laporan IGD
 Meja komputer
 Komputer
 Printer
 Kursi
5. Ruang Bedah Minor
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah
minor, misalnya :
 Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan sebagainya.
 Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage.
 Pasien yang akan dilakukan tindakan pleural puncture (thoracentesis).
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
 Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine cair, H2O2, alkohol 70%, NaCl
0,9%, aquadest)
 Tromol gauze + gauze steril
 Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
 Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
 Plester + gunting plester
 Sofratulle®
 Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
 Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
 Pisau aesculap
 Berbagai salep antibiotik
 Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
 Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
 Set pemasangan nasogastric tube
 Set pemasangan foley catheter
 Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
 Spalk/bidai (dengan berbagai ukuran)
 Operating lamp
 Tempat sampah
 Sarung tangan
 Korentang dan tempatnya
 Scoop strecher
 Skort plastik (apron)
e. Lemari instrumen set
 Sprei lobang
 Baskom steril
 Cath kawat
 Alat buka jahit
 Alat jahit wajah
 Alat jahit isi 6, 7
 Haemostat bengkok
 Haemostat lurus
 Tangkai pisau
 T. Jarum biasa
 T. Jarum besar
 Slang karet
 Gunting metz
 Baskom irigasi
 Korentang klem
 Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tromol kasa
 Bak instrumen
 Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)
f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk memberikan
pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan utama IGD, yaitu :
 Mencegah kematian dan cacat
 Menerima rujukan pasien gawat darurat
 Menanggulangi korban bencana
 Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
triase, antara lain :
Tempat tidur
 Lembar status emergency
Tensimeter
Stetoskop
Termometer
g. Ruang Pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah)
Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
 Dilakukan pengukuran tanda- tanda vital
 Dilakukan pemeriksaan fisik
 Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
 Menunggu masuk ke ruang rawat inap
 Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter,
 pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
 Menunggu obat
 Menunggu proses penyelesaian administrasi
 Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang pemeriksaan kasus bedah maupun non-bedah, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. O2 set
d. Tensimeter dinding
e. Tongue spatel
f. Sarung tangan
g. Jelly
h. Masker

6. Ruang Tindakan Obstetriginekologi


Ruang ini berfungsi untuk pasien yang dilakukan tindakan
obstetriginekologi. Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
tindakan obstetriginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter dinding
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon

7. Ruang Spool Hock


Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat- alat keperawatan, seperti
pispot, urinal, dan baskom mandi.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang spool hock,
antara lain :
 Bak spool
 Tempat sampah
 Urinal, bed pan
 Berbagai cairan (lysol, tepol)
 Bak rendam alat
 Bubuk detergent
 Sikat
 Rak
 Tempat jarum dan pisau bekas
 Sapu
 Alat pel + cairan
8. Ruang Penyimpanan Oksigen
Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta perangkatnya.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang penyimpanan oksigen,
antara lain :
 Tabung O2 besar, pipa saluran dan kran
 Etiket O2

9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di IGD.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di gudang, antara
lain :
 Fom Persediaan stok IGD
 Bahan pembersih Ruangan
 Bahan ATK Ruangan

10. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
 Kloset
 Gayung

12. Ruang Ganti Petugas


Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang ganti perawat, antara lain :
a. Loker petugas IGD
b. Dispenser
c. Meja
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN.
Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran
pasien sebelum jam 07.00-14.00 wit di loket 1 Poliklinik, sedangkan jam 14.00-
07.00 wit pendaftaran pasien di IGD. Pasien ditolong terlebih dulu, baru
kemudian dilakukan penyelesaian administrasinya.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien :
o Pasien boleh langsung pulang
o Pasien dirujuk/dikirm ke rumah sakit lain
o Pasien harus dirawat
1. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk dirawat
dapat langsung dibawa ke ruangan perawatan sambil menunggu tempat tidur
kosong dari ruang perawatan.
2. Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancarai, Petugas mendatangi
pasien/keluarga untuk mendapatkan identitas selengkapnya.
3. Bagian pendaftaran mengecek data identitas kebagian rekam medis untuk
mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat ke rumah sakit.
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera
dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap memakai nomor
yang dimilikinya.
5. Bagi pasien yang pernah dirawat/berobat ke rumah sakit maka diberikan nomor rekam
medis.
6. Petugas pendaftaran harus selalu memberitahukan ruang perawatan
sementara mengenai situasi tempat tidur di ruang perawatan.

B. SISTEM KOMUNIKASI.
Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat
daruratan yang mungkin terjadi sehari – hari atau bencana tertentu dapat
menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita gawat
darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi
Gawat Darurat RSUD tiap 24 jam menggunakan sarana komunikasi intern dan
extern.
 Intern dengan aipon ruangan
 Extern dengan handpone masing-masing petugas

C. PELAYANAN TRIASE.
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan
kategori :

1. Pasien gawat darurat


Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya serta anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.

2. Pasien gawat tidak darurat


Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat,
misalnya penyakit kanker stadium lanjut.

3. Pasien darurat tidak gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba, tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

4. Pasien tidak gawat tidak darurat


Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dll.

5. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkna cidera (fisik, mental,
sosial)
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,kerugian, harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum, serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat serta
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.

Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus


emergency dan false emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien emergency
adalah : kasus Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat, prioritas 2 (P2) yaitu
pasien gawat tidak darurat dan/atau pasien darurat tidak gawat. Sedangkan yang
termasuk pasien false emergency adalah kasus Prioritas 3 (P3) yaitu pasien tidak
gawat tidak darurat dan kasus prioritas 0 (P0) yaitu pasien yang datang dalam
keadaan sudah meninggal dunia (death on arrival).

Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian dalam triase
setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.
Kartu warna yang digunakan adalah :
1. MERAH : Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :
 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan pernafasan
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan eksternal masif
 Gangguan jantung yang mengacam
 Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan
dapat ditunda sementara, misalnya :
 Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen
berat)
 Fraktur multiple
 Fraktur femur / pelvis
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran / trauma kepala
 Korban dengan status tidak jelas
 Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, misalnya :
 Fraktur minor
 Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
 Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM : Korban yang telah meninggal dunia
Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.

D. TRANSPORTASI PASIEN.
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita gawat
darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita gawat darurat,
perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.
2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan foto rongen, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan
nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap diperthankan dalam
perjalanan.
d. Ke Rumah Sakit lain :
 Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas dan membawa surat
rujukan.
 Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat dengan membawa
surat rujukan dan memakai ambulans.

E. PELAYANAN FALSE EMERGENCY.


Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency). Langkah – langkah dalam memberikan
pelayanan false emergency adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami penyakit akut
dan
2. gawat ”True Emergency” bukan berdasarkan urutan kedatangan pasien.
3. Kasus yang tidak tergolong akut dan gawat ”False Emergency” akan mendapatkan
4. pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
5. Pada jam kerja (08.00-14.00) setiap hari Senin – Jumat, kasus-kasus false
emergency akan dialihkan ke poliklinik, atau
6. Dokter poliklinik dimintakan bantuannya untuk melayani pasien false
emergency di IGD bila Dokter IGD sedang menangani pasien true
emergency.

F. PELAYANAN VISUM ET REPERTUM.


Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat/diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan visum et repertum adalah sebagai
berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang berwajib
(Kepolisian) untuk pembuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada permintaan Visum Et
Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara objektif berdasarkan pemeriksaan saat ini
atau dari
catatan pada Rekam Medik jika kejadiaannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang memintanya. Pasien atau
keluarga
pasien tidak berhak meminta atau melihatnya.

G. PELAYANAN DOA (Death on arrival)


DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian sebelum pasien tiba
di IGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan
/ditempatkan di kamar jenazah.

H. SISTEM RUJUKAN.
Rujukan pasien dari RSUD Wamena hanya dapat dilakukan oleh dokter
spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu dokter
spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan). Dokter jaga IGD
sebelum melakukan rujukan pasien harus mengkorfirmasikan pasien tersebut
kepada dokter spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien. Adapun bentuk
rujukan yaitu:

1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
 Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
 Trauma kapitis dengan kemungkinan perdarahan intra kapitis
 Permintaan pasien
 Dugaan kasus SARS, flu burung,flu babi
2. Pemeriksaan Diagnostik
 CT scan
 Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat dilakukan di
RSUD Wamena
3. Spesimen
 Darah
 Urin
 Jaringan
 Mukus / sekret
BAB V
LOGISTIK
Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alkes meliputi pemesanan,
pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat / alkes untuk pasien- pasien IGD.
Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar / masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Buku pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas mengantar alkes yang terpakai untuk disterilkan dan mengambil
kembali
setelah disterilkan untuk disimpan pada tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas pagi setiap
hari
senin dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang ditandatangani Kepala perawat /
Kepala
IGD dengan jumlah yang sesuai pengeluaran / kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari
libur, pemesanan dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas IGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan mengisi Formulir
Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh Ka. Bag. Gawat Darurat atau Ka.
IGD.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan :
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi formulir
permintaan barang. Formulir tersebut terlebih dahulu diajukan kepada Kepala
Departemen
Pelayanan untuk diketahui, dipertimbangkan dan disetujui serta ditandatangani oleh
Kepala
Bagian Gawat Darurat / Ka. IGD dan Kepala Departemen Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Kepala Departemen Pelayanan,
selanjutnya diajukan
kepada Tim Pengadaan, untuk dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk mendapat
kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian / petugas pembelian, untuk
membeli barang-barang sesuai kebutuhan bagian yang meminta.Dalam hal
kebutuhan barang-barang rutin yang telah dilakukan perjanjian kerjasama,
maka pembelian dapat langsung di lakukan kepemasoknya, setelah ada
pengesahan dari Tim Pengadaan.
e. Bagian / petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian barang -
barang sesuai permintaan baik untuk barang – barang rutin atau barang -
barang yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke RSUD Wamena sesuai pesanan dan barang
tersebut diterima olehbagian, Petugas Gudang memeriksa apakah barang –
barang tersebut sesuai dengan pesanan baik jenis maupun jumlahpesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian Gawat Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan, Petugas IGD
melakukan prosedur pada permintaan alat- alat umum diatas
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem dimana Rumah
Sakit membuat Asuhan Pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :Assessmen
Risiko, Identifikasi dan Pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dantindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau idak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN.


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan IGD.
2. Terdapat petugas IGD yang memahami mengenai keselamatan pasien
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun
4. keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak diharapkan (KTD).
5. Setiap pasien yang masuk melalui IGD harus mendapat penilaian langsung oleh
dokter jaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya.
6. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam keselamatan
pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD. Konsultasi spesialistik
dilakukan di IGD, kecuali bila penyakit pasien dianggap tidak membahayakan.
7. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status maupun gelang
identitas.
8. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau kamar operasi
harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh kepala perawat jaga
saat itu.
9. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien : sterilitas alat,
tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
10. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
11. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
 Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
 Insidens pasien jatuh.
 Insidens kejadian infus blong.
 Insidens kesalahan pemberian obat.
 Insidens kesalahan cara pemberian obat.
 Insidens kesalahan persiapan operasi.
 Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
12. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

B. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSUD Wamena.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. TATALAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN.


a. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi,
yaitu :
 Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.
 Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas
kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan
spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dll.
 Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang
infus, dll
 Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
 Dekontaminasi dengan larutan klorin
 Pencucian dengan sabun
 Pengeringan
d. Menggunakan baju kerja yang bersih
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
 HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
 Flu burung
Kewaspadaan standar karyawan / petugas IGD dalam menghadapi penderita dengan
dugaan flu burung adalah :
 Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sikat selama ± 5
menit, yaitu dengan menyikat selruh telapak tangan maupun punggung tangan.
 Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
 Memakai masker N95 atau minimal masker badan
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila diperlukan)
Menggunakan apron / gaun pelindung
Menggunakan sarung tangan
Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Beberapa indikator mutu dalam pelayanan gawat darurat sebagai berikut :


 Ketersediaan Tim Penanggulangan bencana
 Pemberi Pelayanan Kegawat Daruratan yang bersifat BLS/PPGD/GEL/ALS
 Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat\
 Kematian Pasien kurang dari 24 jam di Gawat Darurat
 Tidak adanya keharusan membayar uang muka
 Jam buka pelayanan Gawat Darurat.
BAB IX
PENUTUP

Demikianlah Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami


mengajak semua pihak yang bekerja di RSUD Wamena untuk dapat bersama-
sama membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas
baik tenaga medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan
yang telah digariskan di dalam buku pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai