Anda di halaman 1dari 34

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT JABAL RAHMAH MEDIKA

NOMOR:01.153/DIR/RSJRM/VI/2019

TENTANG

PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan instalasi


gawat darurat di RS. Jabal Rahmah Medika dan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang lebih
bermutu, rumah sakit perlu memperhatikan masalah pelayanan
rumah sakit sesuai dengan kondisi perorangan yang secara
langsung mempengaruhi penyembuhan yang memerlukan
penatalaksanaan pemberian terapi secara khusus. Oleh karena
itu Rumah sakit perlu mengambil langkah – langkah
penyususnan Pedoman pelayanan instalasi gawat darurat
Rumah sakit yang dilaksanakan oleh instalasi gawat darurat RS.
Jabal Rahmah Medika.
b. bahwa sesuai butir a di atas, perlu dibuat pedoman pelayanan
instalasi gawat darurat RS. Jabal Rahmah Medika sebagai acuan
di Rumah sakit Jabal Rahmah Medika Muara Bungo.

Mengingat : 1. Undang-Undang no. 36 th 2009 tentang kesehatan.


2. Undang – undang no. 44 th 2009 tentang rumah sakit
3. Kemenkes No. 129 tahun 2008 tentang standar pelayanan
minimal rumah sakit.
4. Kemenkes No. 148 Tahun 2010 tentang praktik perawat.
5. Kepmenaker No. 186/1999 tentang unit penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
6. Permenkes No. 1438 tahun 2010 tentang standar pelayanan
Kedokteran.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JABAL RAHMAH


MEDIKA TENTANG PELAYANAN INSTALASI GAWAT
DARURAT;
KEDUA : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan


apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Muara Bungo


Tanggal, 10 Juni 2019.
RUMAH SAKIT JABAL RAHMAH MEDIKA
DIREKTUR

dr. Reksi Andrianol


NIK : 02.01.19.0020
PEDOMAN PELAYANAN UNIT INSTALASI GAWAT
PEDOMAN PELAYANAN UNIT INSTALASI GAWAT DARURAT
DARURAT RS JABAL
RUMAH SAKIT JABAL RAHMAH MEDIKA
RAHMAH MEDIKA
KATA PENGANTAR

‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan panduan ini dengan judul “Pedoman Pelayanan Unit
Instalasi Gawat Darurat RS.Jabal Rahmah Medika”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan pedoman ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya.

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi pengelola RS.Jabal Rahmah Medika dalam
melaksanakan upaya peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien.Meskipun pedoman ini
sudah dibuat semaksimal mungkin, namun dalam pelaksanaanya kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.

Demikian, semoga panduan ini dapat bermanfaat.Amiin ...

Muara Bungo, 10 Juni 2019

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Tujuan Pedoman .......................................................................... 2

C. Ruang Lingkup Pelayanan........................................................... 2

D. Batasan Operasional..................................................................... 3

E. Landasan Hukum.......................................................................... 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................................. 5

B. Distribusi Ketenagaan.................................................................. 5

C. Pengaturan Jaga........................................................................... 6

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Dekontaminasi....................................................... 8

B. Standar Fasilitas............................................................................ 8

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................. 16

BAB V LOGISTIK...................................................................................... 23

BAB VI KESELAMATAN PASIEN........................................................... 24

BAB VII KESELAMATAN KERJA............................................................ 26

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU........................................................... 28

BAB IX PENUTUP...................................................................................... 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi


untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan
yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka
kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat
darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi
pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian,
selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS.
Jabal Rahmah Medika khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di IGD RS.Jabal Rahmah Medika harus berdasarkan standar pelayanan Gawat
Darurat RS.Jabal Rahmah Medika.

1
B. Tujuan Pedoman

Adapun yang menjadi tujuan dari adanya pedoman pelayanan Instalasi Gawat
Darurat adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS. Jabal Rahmah Medika
melalui pedoman pelayanan gawat darurat.

2. Tujuan Khusus

a. Mencegah kematian dan cacat pada penderita gawat darurat sehingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya

b. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memeroleh


penanganan yang lebih memadai

c. Melakuakan pertolongan korban musibah masal dan bencana yang terjadi di


dalam maupun diluar RS. Jabal Rahmah Medika

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS. Jabal Rahmah Medika meliputi :

1. Pasien dengan kasus True Emergency (Gawat darurat)

Adalah Kondisi yang ditetapkan secara klinis yang memerlukan pemeriksaan medis
sesegera mungkin. Kondisi tersebut berkisar dari yang memerlukan perawatan luas
secara segera dan masuk ke rumah sakit untuk orang-orang dengan masalah
diagnostik dan mungkin atau tidak mungkin memerlukan pengakuan setelah work-up
dan observasi/ pengamatan. Untuk menilai dan menentukan tingkat urgensi masalah
yang dihadapi pasien maka diselenggarakan triage.

a. Pasien Gawat Darurat (Merah)

Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya bila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya.

Misalnya : AMI (Acut Miocart infact)

2
b. Pasien gawat tidak darurat (Biru)

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.

Misalnya : CA Stadium Akhir

c. Pasien Darurat Tidak Gawat (Kuning)

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya.

Misalnya : Vulnus Laceratum tanpa pendarahan.

d. Pasien tidak gawat tidak darurat (Hijau)

Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan.

Misalnya : pasien batuk, pilek.

e. Pasien meninggal (Hitam)

Pasien yang sudah meninggal.

True emergency diberikan kepada pasien yang hidupnya terancam dan telah
didiagnosa, seperti: cidera kepala, fraktur, gangguan pernafasan, dll.
2. Pasien dengan kasus False Emergency (Tidak gawat darurat)

Adalah pasien dengan Keadaan tidak dalam keadaan gawat dan darurat tetapi
memerlukan tindakan untuk mendapatkan pelayanan pengobatan. keadaan gawat
tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, dengan keadaan tidak gawat
dan tidak darurat.

D. Batasan Operasional

1. Organisasi Instalasi Gawat Darurat di dasarkan pada organisasi multidisiplin,


multiprofesi, dan intregasi/terpadu.

2. IGD harus bisa bekerjasama dengan unit pelayanan medis terkait yang ada diluar
maupun didalam instansi pelayanan kesehatan tersebut, baik pra rumah sakit maupun
rumah sakit dalam menyelenggarakan terapi definitif

3. Dalam kesiagaan menghadapi musibah massal/bencana :

a. Mempunyai disaster plan yang di belakukan di dalam instalasi pelayanan


kesehatan maupun jajaran pemerintah daerah serta instansi terkait

3
b. Mempunyai kerjasama pemerintah dengan sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan di sekitarnya dalam menghadapi musibah massal yang terjadi di
daerah wilayah kerjanya

4. Memiliki saran penunjang pelayanan sebagai berikut :

a. Penunjang medis Radiologi, Laboratorium Klinik, Depo Farmasi dan Bank


darah

b. Penunjang non medis Komunikasi khusus, Komputer dan Ambulance

E. Landasan Hukum

1. Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Rumah Sakit (Departement Kesehatan RI


Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta
1995)

2. PerMenKes Republik Indonesia Nomor 071/YANMED/RSKS/GDE/VII/1991


Tentang Pedoman pelayanan gawat darurat

3. UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

4. Keputusan mentri kesehatan RI no. 979/menkes/SK/IX/2001 Tentang prosedur tetap


Pelayanan kesehatan penanggulangan medik korban Bencana dan penanganan
Pengungsian

4
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Tabel 2.1
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :

No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan


1 Ka.Instalasi Gawat Darurat Dokter spesialis Bersertifikat ACLS/ATLS

2 Ka Ru IGD S1 Keperawatan+Ners Bersertifikat BTCLS

3 Perawat Pelaksana IGD S1 keperawatan+Ners


D III Keperawatan
4 Dokter jaga IGD Dokter umum

5 Kebersihan dan Non Medis -


pemeliharaan

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi : yang bertugas sejumlah 4 (empat) orang dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS

Kategori:
a. 1 orang Dokter Umum (Penanggung jawab Shif)
b. 1 orang Ka.Ru IGD
c. 2 orang Perawat pelaksana (Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat / bidan
ruangan)

2. Untuk Dinas Sore : yang bertugas sejumlah 3 (Tiga) orang dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS

Kategori :
a. 1 orang Dokter Umum (Penanggung jawab Shif)
b. 2 orang Perawat Pelaksana (Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat/bidan
ruangan).

5
3. Untuk Dinas Malam : yang bertugas sejumlah 3 (tiga) orang dengan standar minimal
bersertifikat BTCLS

Kategori :
a. 1 orang Dokter Umum (Penanggung jawab Shif)
b. 2 orang Perawat Pelaksana (Dalam keadaan tertentu dibantu oleh perawat/bidan
ruangan).

C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD
a. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruangan (Karu) IGD dan disetujui oleh Kepala Instalasi IGD RS. Jabal
Rahmah Medika.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan kepada
perawat pelaksana IGD setiap satu bulan.
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan ijin kepada Kepala Ruangan IGD.
Pemberian izin akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
d. Setiap tugas jaga/shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift) dengan
syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun,
serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Kepala Ruangan IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kepala Ruangan IGD,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila
perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala
Ruangan IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu
libur.

6
2. Pengaturan Jaga Dokter IGD RS. Jabal Rahmah Medika
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat
Darurat dan disetujui oleh Direktur Rumah Sakit.
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga dimulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka:
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Kepala Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga,
serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kepala Instalasi Gawat Darurat dan diharapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Kepala Instalasi Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang pada
saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.
3. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen di RS. Jabal Rahmah Medika.
a. Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager
Pelayanan.
b. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan maka:

1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke


Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen
pengganti.
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan
dokter jaga konsulen pengganti.

7
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

DENAH RUANG DEKONTAMINASI

B. StandarFasilitas
Sebagai Instalasi Gawat Darurat yang bertanggung jawab di bidang pelayanan, sumber
daya yang diperlukan untuk kegiatan pelayanan medis dan asuhan keperawatan kasus
kegawat daruratan harus mampu menjangkau berbagai pelayanan kegawatdaruratan
antara lain :
1. Pelayanan sumber daya meliputi tenaga, sarana, dan prasarana serta pelayanan yang
diperlukan untuk pelayanan medis dan asuhan keperawatan kepada pasien gawat
darurat yang dirujuk ke IGD RS. Jabal Rahmah Medika.
2. Penyediaan ruangan tempat kerja lengkap dengan sarana danperalatan yang diperlukan
untuk kegiatanpelayanan.
3. Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga tentang rencana tindakan
yang akandilaksanakan.
4. Pemberian informasi tentang asuhan keperawatan IGD dan rencana program
selanjutnya di unitterkait.
8
5. Fasilitas pelatihan dan pendidikan untuk tenaga staf rumah sakit di lingkup IGD.
a. Fasilitas &sarana
IGD RS.Jabal Rahmah Medika berlokasi di gedung utama yang terdiri dari ruangan
triase, ruang resusitasi, ruangan tindakan dan ruangan observasi. Ruangan resusitasi
terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, ruangan tindakan terdiri-dari 3 (tiga) tempat tidur,
ruangan observasi terdiri dari 1 (dua) tempat tidur, ruangan jenazah 1 (satu) tempat
tidur
Ruang dekontaminasi di IGD sesuai peraturan perundang-undangan sebagai berikut
:
1) Ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat atau terpisah
dengan ruangan gawat darurat.
2) Bahan penutup ruang dekontaminasi di tutupi dengan gorden.
3) Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air.

4) Kontruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm dari
permukaan lantai.
5) Ruangan dilengkapi dengan wastafel dan pancuran air (shower)

b. Peralatan
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap
pasien Gawat darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawat
daruratan.Untuk menunjang kegiatan di Instalasi Gawat darurat agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
c. Sarana dan prasarana:
1) Obat dan cairan infuse untuk emergency
2) Peralatan emergency set
3) Alat komunikasi
4) Alat tulis kantor
5) Buku pelayanan dan prosedur tetap di IGD
6) Buku pedoman pelaksanaan pelayanan kegawat daruratan medis
7) Ruang kerja lengkap dengan mebel air
8) Kendaraan ambulance siap 24 jam
d. Tenaga:
1) Satu tenaga untuk menjabat sebagai Kepala IGD
9
2) Beberapa tenaga paramedik perawatan dan non perawatan yang diperlukan Tim
Reaksi Cepat.
3) Tenaga medis perbantuan dari staf medis fungsional yang diperlukan untuk
pelayanan medis gawat darurat.
e. Dana:
Dana operasional Instalasi Gawat Darurat dibebankan pada anggaran operasional
Rumah sakit.
Fasilitas peralatan dan obat yang harus tersedia di IGD tergantung pada klasifikasi
Instalasi Gawat Darurat rumah sakit.

f. Alat–alat untuk ruang resusitasi:


1) Mesin suction (1set)
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter (3 set)
3) Laringoskope anak dan dewasa (1 set)
4) Spuit semua ukuran (masing–masing 2buah)
5) Oropharingeal airway (1 set)
6) Infus set / transfusi set (2 / 2buah)
7) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus dan
penghalang (3 buah)
8) Gunting jaringan (1 buah)
9) Gunting benang (1 buah)
10) Trolly Emergency yang berisi alat–alat untuk melakukan resusitasi (1buah)
11) Ambu bag (1buah)
12) Monitor EKG (1buah)
13) Stetoskop (1buah)
14) Tensi meter (1buah)
15) Thermometer (1 buah)
16) Tiang Infus (1buah)

10
g. Alat–alat untuk ruang tindakanbedah
1) Benang–benang/jarum segala jenis dan ukuran:
a. Cat gut 2/0 dan 3/0 (1buah)
b. Silk Black 2/0 (1 buah), 3/0 (1buah)
c. Jarum (1set)
2) Lampu sorot (1buah)
3) Kassa (1tromol)
4) Ganti verban set (1set)
5) Stomach tube / NGT semua ukuran (3 buah)
6) Spuit sesuai kebutuhan
a. 50 cc (1 buah)
b. 10 cc (2 buah)
c. 5 cc (2 buah)
d. 3 cc (2 buah)
e. 1 cc (2 buah)
7) Infus set (4 buah)
8) Transfusi set (3 buah)
9) NRM Dewasa (1 buah)
10) Nasal Canul Dewasa (2 buah)
11) Nasal Canul Anak (2 buah)
12) Nasal Canul Bayi (2 buah)
13) Stetoskop (1 buah)
14) Tensimeter (1 buah)
15) Thermometer (1 buah)
16) Tiang infus (1buah)

11
h. Alat–alat untuk ruang tindakan non bedah:
1) Stomach tube / NGT semuaukuran
2) Urine bag (2buah)
3) Nebulizer (1buah)
4) Infus set (2buah)
5) IV catheter semua nomer (1 set)
6) Spuit sesuaikebutuhan
7) Tensimeter (1buah)
8) Stetoskop (1buah)
9) Thermometer (1 buah)
10) Tiang infus (1buah)
i. Alat–alat untuk ruang observasi
1) Tensi meter (1buah)
2) Oxygen lengkap dengan flow meter (1buah)
3) Termometer (1 buah)
4) Stetoskop (1buah)
5) Standar infus (1buah)
6) Infus set (1set)
7) IV catheter segala ukuran (1set)
8) Spuit sesuaikebutuhan
j. Alat–alat dalam trollyemergency
1) Obat Life saving (pada standar obat IGD RS. Jabal Rahmah Medika
2) Obat penunjang (pada standar obat IGD RS. Jabal Rahmah Medika
k. Alat–alat kesehatan
1) Ambu bag/Air viva anak (1buah)
2) Laringoscope anak (1set)
3) Face mask (1buah)
4) Spuit semuaukuran
5) Infus set (1set)
6) Slang oksigen sesuaikebutuhan
7) Stomach tube /NGT (3 buah)
8) IV catheter sesuaikebutuhan

12
9) Standar infus (1buah)
10) Infus set (1set)
11) IV catheter segala ukuran (1set)
12) Spuit sesuaikebutuhan
l. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RS.Jabal Rahmah Medika saat ini
memiliki 1 (satu) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD
dan bagian umum.
m. Fasilitas dan Sarana untuk Ambulance
1) PerlengkapanAmbulance
a. Sabukpengaman
b. AC
c. Sumber listrik/stopkontak
d. Lemari untuk alat medis
e. Lampuruangan
f. APAR
g. Tong sampah
2) Alat dan Obat untukAmbulence
a. Tabung Oksigen (1 buah)
b. Mesin suction (1buah)
c. Tas Emergency yang berisi :
1. Obat–obat untuk lifesaving
2. Senter (1buah)
3. Stetoskop (1buah)
4. Tensimeter (1buah)
5. Gunting verban (2buah)
6. Tongue Spatel (1buah)
7. Reflex hummer (1 buah)
8. Infus set (1buah)
9. Spuit semua ukuran (masing masing 3buah)

13
n. Standar Obat IGD RS. Jabal Rahmah Medika
1) Obat Live Saving
a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


1 Amiodarone Ampul 3

2 Atropine Ampul 8

3 Asam Tranexamat Ampul 3

4 Calcium Glukonate Ampul 1

5 Dexamethasone Ampul 3 Anti radang

6 Efedrine Hcl Ampul 3

7 Ephinephrin Ampul 5 Asnastetic lokal &


General
8 Fendex Ampul 5

9 Lidocain Ampul 3

10 Tramadol Ampul 5

b. Cairan Infus

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis


Obat
1. Asering Kolf 2

2. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 2

3. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2

4. Dextrose 10 % 500 ml Kolf 2

5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2

6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf 2

7. Kaen 3 B Kolf 2

8. Kaen 3 A Kolf 2

9. Manitol 250 cc Kolf 2

10. Nacl 0,9 % 100 ml Kolf 2

11. Nacl 0,9 % 500 ml Kolf 2

12. Ringer Lactat Kolf 3

14
c. Suppositoria

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis


Obat
1. Stesolid 5 mg rect Tube 1 Sedatif

2. Stesolid 10 mg rect Tube 1 Sedatif

d. ObatTablet

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Aspilet Tablet 3

2. Clopidogrel Bisulfate Tablet 3

3. Isosorbide dinitrate Tablet 10

15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab

a. Perawat IGD

b. Petugas Pendaftaran/Informasi

2. Perangkat Kerja

a. Status Medis

b. Alat Tulis

c. Alat Kesehatan
3. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
a. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien/keluarga dibagian
informasi/pendaftaran.
b. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk mencari
identitas pasien.
c. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian informasi/pendaftaran, petugas
pendaftaran akan memberikan status medis ke IGD untuk diisi oleh dokter IGD yang
bertugas.
d. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan pertolongan
di IGD, sementara keluarga/penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian
Pendaftaran/informasi.

B. Tata Laksana Pelaksanaan Sistem Instalasi Gawat Darurat


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter Jaga IGD
b. Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Pesawat telpon
b. Handphone
c. Status medis
d. Alat kesehatan

16
C. Tata Laksana Sistem Komunikasi Instalasi Gawat Darurat
1. Antara IGD dengan unit lain dalam RS. Jabal Rahmah Medika adalah dengan nomor
extension masing-masing unit (untuk IGD 131).
2. Antara IGD dengan dokter konsulen rumah sakit/DPJP yang terkait dengan pelayanan
di rumah sakit adalah dengan menggunakan Handphone.
3. Antara IGD RS. Jabal Rahmah Medika dengan rumah sakit lain dapat melalui operator/
Pendaftaran langsung.

D. Tata Laksana Pelayanan Triase


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Tensimeter
c. Status medis
3. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar ke bagian Informasi/pendaftaran
b. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan
menentukan prioritas penanganan.
c. Prioritas pertama (I. tertinggi, emergency) yaitu mengancam jiwa mengancam fungsi
vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi.
d. Prioritas kedua (II, medium, urgent) yaitu potensial mengancam jiwa fungsi vital,
bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non bedah.
e. Prioritas ketiga (III, rendah, non emergency) yaitu memerlukan pelayanan biasa,
tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan
diruang non bedah.

E. Tata Laksana Pengisian Lembar Informend Consent


1. Petugas Penangung Jawab
a. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Formulir Persetujuan Tindakan

17
3. Tata Laksana Informed Consent
Pelaksanaan informed consent dianggap benar jika memenuhi :
a. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk dilakukan tindakan medis
yang dinyatakan secara spesifik.
b. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan.
c. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh pasien yang sehat mental
dan memang berhak memberikannya dari segi hukum.
d. Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan setelah diberikan cukup
adekuat informasi atau penjelasan yang diperlukan.
Kewajiban memberikan informasi dan penjelasan :

Dokter yang akan melakukan tindakan medis mempunyai tanggung jawab


utama memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan,
informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat diwakilkan pada dokter lain
dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan.
Perawat hanya bertindak sebagai saksi dalam informed consent. Isi informasi :
a. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medic
yang akan dilakukan.
b. Cara yang dilakukan.
c. Resiko dan komplikasi yang terjadi.
d. Alternative tindakan medis yang tersedia dan serta resiko masing- masing.
e. Prognosis kasus bila tindakan medis itu dilakukan.
f. Diagnosis.
Cara menyampaikan informasi :
a. Informasi diberikan secara lisan. Pemberian informasi secara tertulis hanya
sebagai pelengkap penjelasan.
b. Cara menyampaikan tujuan dapat secara lisan maupun tertulis. Untuk yang
memiliki resiko tinggi harur tertulis dan memiliki prosedur yang berlaku.
c. Demi kepentingan pasien informed consent tidak diperlukan untuk penderita
gawat darurat yang tidak sadar dan tidak didampingi keluarga yang berhak
memberikan persetujuan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/Iii/2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.

18
F. Tata Laksana Pasien Transportasi Instalasi Gawat Darurat
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat IGD
b. Supir Ambulans
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Alat Tulis
3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
a. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulance RS. Jabal Rahmah Medika
sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi kasir.
b. Kasir menuliskan data-data penggunaan ambulan (nama pasien, ruang rawat inap,
waktu penggunaan dan tujuan penggunaan).
c. Kasir menghubungi bagian dan supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan.
d. Perawat menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

G. Tata Laksana Pelayanan False Emergensi


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat
b. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Tensimeter
c. AlatTulis
3. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar dibagian admission
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga/penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat/observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bias langsung pulang.
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

19
H. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas Penanggung Jawab

a. Petugas Rekam Medis

b. Dokter jaga IGD

2. Perangkat Kerja

a. Formulir Visum Et Repertum IGD

3. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum

a. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum daripihak kepolisian


b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekammedis.

c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang
menangani pasien terkait.

d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli
diberikan pada pihak kepolisian

I. Tata Laksana Pelayanan Death On Arrival (DOA)


1. Petugas Penanggung Jawab

a. Dokter jaga IGD

b. Perawat

c. Petugas Satpam

2. Perangkat Kerja

a. Senter

b. Stetoscope

c. Surat Kematian

3. Tata Laksana Death On Arrival IGD(DOA)

a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD

b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah.


c. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal.

d. Jenazah dipindahkan/diserahterimakan diruangan jenazah dengan bagian umum/


keamanan.
20
J. Tata Laksana Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Ambulance
b. Handphone
3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra RumahSakit
a. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien
yang akan dibawa, kepada perawat IGD RS. Jabal Rahmah Medika.
b. Isi informasi mencakup:
1) Keadaan umum (kesadaran dan tanda–tanda vital)
2) Peralatan yang diperlukan di IGD (suction, monitor, oksigen)
3) Kemungkinan untuk dirawat di intensive care unit
4) Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD dan Penanggung Jawab Shift
serta menyiapkan hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima.

K. Tata Laksana Sistem Rujukan


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter IGD
b. Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Formulir persetujuan tindakan
c. Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
a. Alih Rawat
1) Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
2) Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasien
3) Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi RS.
Jabal Rahmah Medika 118 sesuai kondisi pasien.

21
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pasien/keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
2) Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
3) Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS. Jabal Rahmah Medika.
c. Spesimen
1) Pasien/keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
2) Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
3) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium.
4) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

22
BAB V

LOGISTIK

Setiap jenis pelayanan di Instalasi Gawat Darurat RS.Jabal Rahmah Medika


dilaksanakan berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO).yang tersedia sehubungan
dengan kegiatan persediaan alat kesehatan dan obat-obatan di Instalasi Gawat Darurat RS.
Jabal Rahmah Medika.
maka prosedur permintaan alat-alat kesehatan dan obat-obatan dibuat dengan format yang
seragam sebagai berikut :
1. Petugas bagian pengajuan alat kesehatan dan obat-obatan mengecek yang perlu diadakan.
2. Petugas bagian pengajuan alat kesehatan dan obat-obatan, menulis permintaan reagensia
pada formulir “Bon permintaan ke Farmasi” yang berisi : Nomor urut, nama barang,
satuan, permintaan (diminta / dikoreksi), diberikan dan keterangan.

3. Formulir tersebut diserahkan kepada petugas Farmasi setelah disetujui oleh kepala IGD.

Sedangkan prosedur penerimaan reagensia adalah :


1. Petugas instalasi Farmasi/logistik menyerahkan alat kesehatan dan obat-obatan yang
sudah dibeli kepada petugas IGD yang bertugas.
2. Petugas IGD yang menerima alat kesehatan dan obat-obatan menulis pada buku
penerimaan, kemudian ditanda tangani oleh yang menerima dan memberikan alat
kesehatan dan obat-obatan.

23
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen Resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh:

a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan(KTD)

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

24
D. Kejadian Tidak Diharapkan(KTD)
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.Cedera dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event:
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir.

E. Kejadian Nyaris Cedera (KNC/NearMiss)


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “ pencegahan ”
3. Karena “ peringanan”

F. Kesalahan Medis (Medical Errors)


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

G. Kejadian Sentinel (Sentinel Event)


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yangsalah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yangterjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

H. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien.
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden Keselamatan”

25
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian

Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
gerbang bagi keamaanan tenaga kerja keselamatan kerja menyangkut segenap proses
produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa.

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih


tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yangmemadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dan lain-lain).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial
yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
26
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi dan penyakit berbahaya.
2. Untuk pecegahan terhadap Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya terhadap resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidakaman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurangtepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belummemadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tanganguna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

27
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di RS.Jabal Rahmah Medika dalam memberikan


pelayanan adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel
jumlah penderita gawat darurat yang dilayani >10 menit berbanding dengan jumlah
penderita gawat darurat hari yang sama.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format


tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur
pelayanan.

28
BAB IX

PENUTUP

Instalasi Gawat Darurat RS.Jabal Rahmah Medika merupakan salah satu unit pelayanan
medis yang memberikan pelayanaan prima kepada masyarakat pemakai jasanya dan banyak
berperan dalam membantu dokter dan klinisi lain dalam pemberian terapi yang akurat dan
rasional, mambantu dalam mengikuti perkembangan suatu penyakit dan untuk menegakkan
diagnosis dan tindak lanjut pengobatan terhadap pasien. Senantiasa meningkatkan kinerja agar
dapat berjalan searah dengan kemajuan dibidang pelayanan medis yang ada sekarang.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS. Jabal Rahmah Medika ini mempunyai
peranan penting sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan sehari- hari tenaga IGD yang
bertugas sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya pelayanan di IGD.

Penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini adalah langkah awal ke
suatu proses yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai
pihak dalam penerapannya.untuk mencapai tujuan. Kami menyadari bahwa Pedoman
Pelayanan ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami menerima saran dan kritik guna
menyempurnakan pedoman ini.

Akhir kata semoga Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca sekalian.

29

Anda mungkin juga menyukai