Anda di halaman 1dari 52

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA
TAHUN 2019

RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA


JL. RAYA NGIJO NO.25 KARANGPLOSO - MALANG
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan................................................................................... iii
Keputusan Direktur................................................................................... iv
BAB I. Pendahuluan.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan Pedoman................................................................................ 1
1.3. Ruang Lingkup Pelayanan................................................................. 2
1.4. Batasan Operasional.......................................................................... 2
1.5. Landasan Hukum............................................................................... 3

BAB II. Standar Ketenagaan.................................................................... 4


2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia....................................................... 4
2.2. Distribusi Ketenagaan........................................................................... 4
2.3. Pengaturan Jaga / Dinas........................................................................ 4

BAB III. Standar Fasilitas......................................................................... 6


3.1. Denah Ruang......................................................................................... 6
3.2. Standar Fasilitas.................................................................................... 6

BAB IV. Tata Laksana Pelayanan............................................................ 17


4.1. Pelayanan Pendaftaran Pasien .............................................................. 17
4.2. Sistem Komunikasi............................................................................... 17
4.3 Pelayanan Triase................................................................................... 17
4.4. Pelayanan False Emergency………………………….......................... 20
4.5 Pelayanan Visum Et Repertum.............................................................. 20
4.6 Pelayanan DOA (Death on arrival)....................................................... 20
4.7 Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit....................................... 21
4.8 Sistem Rujukan ..................................................................................... 21

BAB V. Logistik.......................................................................................... 23
BAB VI. Keselamatan Pasien.................................................................... 25
BAB VII. Keselamatan Kerja................................................................... 37
BAB VIII. Pengendalian Mutu................................................................. 39
BAB IX. Penutup........................................................................................ 48
Lampiran.................................................................................................... 49

ii
Keputusan Direktur Nomor : 120/02/I/SK-DIR/2019
Tentang
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Prasetya Husada

Disusun oleh :
Kepala Ruang Instalasi Gawat Darurat

(Ns. Nurahman S.Kep)

Disetujui oleh :
Manajer Pelayanan Medis

(dr. Siti Julaeka Praptadewi)


NIK.10.07.072

Ditetapkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

dr. M. Arif Surjadi,MMRS

iii
NIK.10.12.070

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA

Nomor : 120/02/I/SK-DIR/2019

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit Prasetya Husada, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat
yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Gawat Darurat di
Rumah Sakit Prasetya Husada dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Keputusan Direktur Rumah
Sakit Prasetya Husada sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat
di Rumah Sakit Prasetya Husada;
c. Bahwa berdasarkan hal - hal tersebut diatas maka
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah
Sakit Prasetya Husada.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 Tentang Rumah Sakit;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit;
3. Keputusan Direktur Utama PT. Bakti Keluarga Surat
Keputusan Direktur Utama PT. BKPM Nomor
000/02/SK-BKPM/I/2018 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada;
4. .Keputusan Direktur Utama PT. Bakti Keluarga
Prasetya Mandiri Nomor: 000/001/SK-BKPM/I/2019
tentang Struktur Organisasi dan Tata Laksana Rumah
Sakit Prasetya Husada;

iv
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
PRASETYA HUSADA TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT.

KEDUA : Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dalam


Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam
Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat di
Rumah Sakit Prasetya Husada digunakan sebagai
acuan pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit
Prasetya Husada.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 02 Januari 2019
Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

dr. M. Arif Surjadi,MMRS


NIK.10.12.070

v
vi
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PRASETYA
HUSADA NOMOR : 120/02/I/SK-
DIR/2019 TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI
GAWAT DARURAT

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.


Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain
ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan
terlaksananya sistem penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan
tersebut memerlukan waktu tanggap (respon time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar
dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang
tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rs Prasetya Husada. Diharapkan dengan
tersusunnya buku ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra
rumah saki maupun di dalam rumah sakit sesuai dengan standar yang ditentukan.

1.2. TUJUAN PEDOMAN.


Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat Rs Prasetya Husada ini adalah untuk menata Instalasi Gawat
Darurat Rs Prasetya Husada agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu
pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, dan
harapan masyarakat.

1
1.3. RUANG LINGKUP.
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan

1.4. BATASAN OPERASIONAL.


- Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang
pelayanan yang tersedia di Instalasi Gawat Darurat.
- Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai tugas
pokok di tempat lain, di instalasi kerja di luar Instalasi Gawat Darurat.
- Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di Instalasi
Gawat Darurat.
- Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita
dalam situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan
tindakan pertolongan pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
- Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
diagnostik dan atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat.
Untuk hal-hal lain dalam keadaan tertentu, pemeriksaan spesimen juga
dapat termasuk dalam ketentuan rujukan ini.
- Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency).
- DOA (Death on Arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD.
- Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di mana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
- Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit
membuat kerja atau aktifitas karyawan lebih aman.

1.5. LANDASAN HUKUM.


Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
d. Surat Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

2
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
g. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Prasetya Husada Nomor 000/02/SK-
BKPM/V/2017 tentang Struktur Organisasi dan Tata Laksana Rumah
Sakit Prasetya Husada.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.

Tabel 2.1. Kualifikasi SDM Bagian Gawat Darurat Rs Prasetya Husada.

Kualifikasi Pengalaman
Nama Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
Kepala Instalasi Minimal Minimal BLS/PPGD/BTLS/
Gawat Darurat dokter umum 2 tahun ATLS/ACLS
Kepala Perawat Minimal
Minimal
Instalasi Gawat S1 BLS/PPGD/BTLS
2 tahun
Darurat Keperawatan
D-3
Perawat Pelaksana - BLS/PPGD/BTLS
Keperawatn

Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat Rs Prasetya Husada.

No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga


1. Dokter 5
2. S-1 Keperawatan 3
3. D-3 Keperawatan 5

2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN.


Ditribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat per
bulan. Kebutuhan tenaga diperoleh berdasarkan perhitungan standar tenaga
perawat Rs Prasetya Husada yang telah dibuat. Instalasi Gawat Darurat dapat
mengajukan penambahan tenaga kepada Wakil Direktur Pelayanan untuk
selanjutnya dikoordinasikan dengan Wakil Direktur Umum dan Keuangan serta
Bagian Sumber Daya Manusia untuk pengadaan ketenagaannya.

2.3. PENGATURAN JAGA.


1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi diatur
sesuai jadwal yang ditetapkan oleh Direktur Pelayanan setiap bulan
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi
oleh karena satu dan lain hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yang
ditetapkan harus memberitahukan terlebih dahulu

4
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Direktur Pelayanan dan diperbanyak untuk
didistribusikan pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter
jaga IGD, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, dan instalasi/ bagian lain yang terkait
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala IGD
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD
3. Perawat
a. Pengaturan jadwal jaga perawat IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu
sebagai berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Perawat
IGD dengan sepengetahuan Direktur Pelayanan
c. Bila perawa IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Perawat IGD
d. Jadwal jaga perawat IGD terpasang di papan informasi IGD

5
BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1. DENAH RUANG.


Terlampir

3.2. STANDAR FASILITAS.

1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan pertolongan
tindakan resusitasi segera dan memerlukan pengawasan ekstra, misalnya :
 Kasus henti nafas
 Kasus henti jantung
 Pasien yang dicurigai sakit jantung
 Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke, syok, dan sebagainya)
 Kasus kejang demam
 Kasus cedera kepala berat
 Kasus tenggelam

Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :


 Tempat tidur
 Tensimeter
 Oksigen + selang O2
 Monitor set
 Oksimeter
 Defibrilator
 Suction set
 EKG
 Syringe pump set
 Nebulizer
 Lampu senter
 Stetoskop
 Papan keras
 Neck collar
 Catheter set (dengan berbagai ukuran)
 Nasogastric tube set (dengan berbagai ukuran)
 Tempat sampah
 Emergency trolley

6
 Ventilation bag dewasa
 Ventilation bag anak
 Ventilation bag bayi
 Laryngoscope + blade
 Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
 Stilet
 Spuit (dengan berbagai ukuran)
 Jelly
 Sarung tangan
 Plester
 Gunting plester
 Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)

2. Infus Trolley
 Infusion set (microdrip, macrodrip, blood set)
 Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tourniquet
 Alcohol swab
 Plester
 Gunting plester

3. Cairan infus, obat, dan alat kesehatan


a. Cairan infus
 RL
 NaCl 0,9%
 D10% (500 cc)
 Asering
 Manitol
b. Obat
 Adrenalin injeksi
 Atropine sulfate injeksi
 Morphine injeksi
 Pethidine injeksi
 Diazepam injeksi
 Diazepam suppository
 Dexamethasone injeksi
 Aminophylline injeksi
 Dextrose 40%
 NaCL 0,9% 25 ml
 Aquadest 25 ml
 Natrium bicarbonate
 Lidocaine injeksi
 ISDN
 Asam asetilsalisilat

7
 MgSO4 20%
 Dopamin injeksi
 Furosemide injeksi
Berikut ini adalah tabel daftar obat yang tersedia di IGD Rs Prasetya
Husada berikut dengan penjelasan indikasi penggunaan dan dosisnya :

NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS


Anak : 0,01 ml/kg (iv)
Adrenalin
Dewasa : 0,5 – 1 ml
1 : 1000 Anaphylatic
1. (im/sc/iv)
Ampul shock
Diulang tiap 5–10 menit,
(1 mg/ml)
bila perlu
Anak : 0,1 – 0,5 ml/kg
(iv, push)
Aminophylline
Asthma Dewasa : 1 ml
2. Ampul
Bronchiale (iv, push)
(250 mg/10 ml)
Diulang tiap 5 menit, bila
perlu
Aspirin
Acute myocard
3. (Aspilet ®) 1 – 2 tablet sublingual.
infarct
80 mg/tablet
0,5 – 1 mg IV

- Symptomatic
bradycardia 1 mg iv push
Atropin
(> 60 x/menit) Diulang tiap 3-5 menit
4. Ampul
sampai total 0,4 mg/10 kg
0,25 mg/1 ml
- Intoksikasi BB.
insektisida Dosis : 1 4 mg IV
Diulang tiap 10 – 15 menit
sampai atropinisasi
Diazepam
(Valium ®) Anak 0,25 mg/kg, IV pelan
5. Kejang
Ampul Dewasa 10 mg, IV pelan
10 mg/2 ml
2,5 – 20 μg/kg/min IV drip
Shock Dosis ginjal 1 – 5 μg/kg/’
Dopamin Yang belumdrip
6. Ampul teratasi denganDosis jantung 5 – 10
200 mg/10 ml pemberian cukupμg/kg/’ drip
cairan Dosis syok / Vasopresor
10 – 20 μg/kg/’ drip
7. Furosemide Edem Paru Akut 20 – 40 mg IV
(Lasix ®) (TD > 90 0,5 – 1 mg/kg IV (max 2
Ampul mm/Hg) mg/kg)

8
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
20 mg/2 ml Hypertensi berat
AMI
Morphin 3 – 5 mg IV
Edem Paru Akut
8. Ampul 5 – 10 mg IM
(TD > 90
10 mg/1 ml Dapat diulang bila perlu
mm/Hg)
Glucose 40%
9. Hypoglycemia 25 – 50 ml, IV pelan
Vial 10 gr/25 ml
Sodium
Bicarbonate
Metabolic Bolus 1 meq/kg, IV pelan
10. (Meylon ®)
acidosis Drip 0,05 meq/kg/menit
Vial 25 meq / 25
ml
Isosorbide 1 tablet Sublingual
11. dinitrite Angina Pectoris Diulang tiap 5 menit, max 3
(Cedocard ®) tablet
Dexamenthasone Asthma
(Oradexon ®) Bronchiale 0,05 – 0,2 mg/kg, IV (1 ml
12.
Ampul 4 Anaphylactic untuk 10 – 25 kg BB)
mg/1ml reaction
Digoxin
Flutter / fibralasi 1 tablet peroral, dapat
13. (Lanoxin)
atrial CHF diulang 6 jam kemudian.
0,25 mg/tablet
Pethidin
14. Ampul (100 Analgetik kuat 1 mg/kg BB iv/im
mg/2 ml)
 Ventrikel
MgSO4 20% Takikardi 5 – 10 ml iv, pelan – pelan.
15. Ampul 5 gr/25 (Torsade de
ml pointes) 10 ml iv, pelan – pelan.
 Eklampsia
Lidokain  Cardiac
I mg/kgBB bolus pelan-
(Xylocard aritmia
pelan, dapat diulang 10
16. 500®) (karena MI)
menit kemudian 0,5 mg/kg
Ampul  Takikardi
lalu drip 2-4 mg.
(500mg/5 ml) Ventrikel
Combivent Asma
17. 1 amp untuk pasien dewasa
nebulizer Bronkhiale
Diazepam
(stesolid®)
Dewasa : 10 mg rectal
18. Rectal enema 10 Kejang
Anak-anak : 5 mg rectal
mg/2,5 ml dan 5
mg/2,5 ml

c. Spuit (dengan berbagai ukuran)

9
d. Jarum suntik (dengan berbagai ukuran)
e. Glucometer set

4. Ruang Administrasi
Kebutuhan perlengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain :
Nama Alat Jumlah Keterangan
Buku register IGD 2 baik
Buku laporan IGD 2 baik
Formulir pemeriksaan penunjang medis 2 baik
Formulir dokumen keperawatan 2 baik
Telepon dalam dan luar 2 baik
Rak brosur 2 baik
Meja komputer 2 baik
Komputer 2 baik
Printer 2 baik
kursi 2 baik

Adapun kelengkapan alat kesehatan yang diperlukan, antara lain :


a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Refleks Hammer
f. Lampu senter

5. Ruang Bedah Minor


Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah
minor, misalnya :
 Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan
sebagainya
 Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage
 Pasien yang akan dilakukan tindakan pleural puncture (thoracentesis)
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
 Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine cair,
H2O2, alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest)
 Tromol gauze + gauze steril
 Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
 Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
 Plester + gunting plester

10
 ABD, berbagai tampon
 Sofratulle®
 Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
 Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
 Pisau aesculap
 Berbagai salep antibiotik
 Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
 Set pemasangan infus + berbagai cairan infus
 Set pemasangan nasogastric tube
 Set pemasangan foley catheter
 Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
 Spalk/bidai (dengan berbagai ukuran)
 Operating lamp
 Tempat sampah
 Sarung tangan
 Korentang dan tempatnya
 Scoop strecher
 Skort plastik (apron)

e. Lemari instrumen set


 Sprei lobang
 Baskom steril
 Cath kawat
 Alat buka jahit
 Alat jahit wajah
 Alat jahit isi 6, 7
 Haemostat bengkok
 Haemostat lurus
 Tangkai pisau
 Speculum hidung
 T. Jarum biasa
 T. Jarum besar
 Ring forcep
 Slang karet
 Gunting metz
 Catheter tray
 Tabung enema
 Baskom irigasi
 Hak bergigi
 Korentang klem
 Alat vena sectie
 Alat thoracentesis
 Alat umbilikel

11
 Alat THT
 Slang dubur
 Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tromol kasa
 Bak instrumen
 Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)

f. Ruang Triase
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk memberikan
pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan
utama IGD, yaitu :
 Mencegah kematian dan cacat
 Menerima rujukan pasien gawat darurat
 Menanggulangi korban bencana
 Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
triase, antara lain :
- Tempat tidur
- Lembar status emergency
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer

g. Ruang Pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah)


Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
 Dilakukan pengukuran tanda- tanda vital
 Dilakukan pemeriksaan fisik
 Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
 Menunggu masuk ke ruang rawat inap
 Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter,
pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
 Menunggu obat
 Menunggu proses penyelesaian administrasi
 Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang pemeriksaan kasus bedah maupun non-bedah, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. O2 set
d. Tensimeter
e. Tongue spatel
f. Sarung tangan
g. Jelly
h. Masker

12
6. Ruang Tindakan Obstetri Ginekologi
Ruang ini berfungsi untuk pasien yang dilakukan tindakan
obstetriginekologi.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
tindakan obstetriginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. Tensimeter
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon

7. Ruang Spool Hock


Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat- alat keperawatan, seperti
pispot, urinal, dan baskom mandi.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang spool hock,
antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Cikrak

8. Ruang Penyimpanan Oksigen


Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta perangkatnya.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
penyimpanan oksigen, antara lain :
a. Tabung O2 besar, pipa saluran dan kran
b. Etiket O2

9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di IGD.

13
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di gudang, antara
lain :
 Form PermintaanLaborat
 Persetujuan tindakan medik
 Form cairan keluar masuk
 Surat persetujuan perawatan
 Data pasien
 Peraturan opname pasien
 Form pemeriksaan fisik
 Catatan/Pesan-pesan dokter
 Plastik sampah
 Rinso
 Pipet
 Envelope uk. 95 x 152 mm
 Envelope uk. 110 x 230 mm
 Karet gelang
 Clear pembersih kaca
 Pengharum ruangan
 Tissue gulung
 Clips
 Batu baterai kecil
 Batu baterai sedang
 Batu baterai besar
 Lem
 Buku tulis biasa/quarto
 Buku folio kecil panjang
 Form permintaan pemeriksaan USG
 Resep
 Surat rujukan
 Surat keterangan dokter
 Memo
 Pemeriksaan radiologi
 Form penolakan tindakan medis/opname

Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di gudang


medis, antara lain :
 Inf. Cath. 14 gr x 2’
 Inf. Cath. 16 gr x 2’
 Inf. Cath. 18 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 20 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 22 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 24 gr x ¾’
 Spuit 1 cc
 Spuit 3 cc
 Spuit 5 cc
 Spuit 10 cc

14
 Spuit 20 cc
 Spuit 50 cc
 Infus set pediatrik
 Infus set dewasa
 Infus set darah
 Jarum suntik 18
 Jarum suntik 20
 Jarum suntik 23
 Jarum suntik 25
 RL 500 cc
 NaCl 3% 500 cc
 NaCl 500 cc
 NaCl 1000 cc
 D5 500 cc
 Asering
 Kaen 3 B
 D 10% 500 cc
 Folleycath No. 8
 Folleycath No. 14
 Folleycath No. 16
 Folleycath No. 18
 Folleycath No. 20
 Slang lambung No. 4
 Slang lambung No. 16
 Slang lambung No. 18
 Jelly
 Sofratul
 Electroda
 Hansaplast
 Leukopon 2.5 cm x 9.2 m
 Leukocrefe 7.5 cm x 4.5 m
 Leukocrefe 10 cm x 4.5 m
 Leukocrefe 15 cm x 5 m
 Verband gulung 5 cm
 Verband gulung 10 cm
 Kondom cath
 Urine bag
 Endotracheal tube no. 6
 Endotracheal tube no. 7
 Endotracheal tube no. 7.5
 Endotracheal tube no. 8
 Meylon 84 25 cc
 Dextrose 40% 25 cc
 Spatel tongue
 Catheter tip
 Spinal needle no. 23

15
 Sarung tangan 6 ½
 Sarung tangan 7
 Sarung tangan 7 ½
 Alkohol
 Savlon
 Kapus
 H2O2
 Bethadine cair
 EKG rol
 Formalin 10%

10. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampah
e. Ember
f. Gayung

11. Ruang Istirahat Dokter Jaga


Kelengkapan sarana yang diperlukan di ruang istirahat dokter jaga,
antara lain :
a. Tempat tidur
b. Meja
c. Kursi

12. Ruang Tunggu Pasien


Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
 Menunggu pemeriksaan fisik/ukur tanda- tanda vital
 Menunggu hasil (laboratorium dan X – Ray)
 Menunggu penyelesaian proses administrasi
 Menunggu proses masuk ke Instalasi Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang tunggu pasien, antara lain :
a. Kursi
b. Tempat sampah

16
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN.


Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran
pasien dilakukan di tempat pendaftaran pasien selama 24 jam. Pasien ditolong
terlebih dulu, baru kemudian dilakukan penyelesaian administrasinya.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien :
 Pasien boleh langsung pulang
 Pasien dirujuk atau dikirim ke rumah sakit lain
 Pasien harus dirawat inapkan
1. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk
dirawat dapat langsung di pesankan kamar di ruangan perawatan sambil
menunggu tempat tidur kosong dari ruang perawatan.
2. Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancara perawat IGD
mendatangi pasien /keluarga untuk mendapatkan identitas selengkapnya.
3. Bagian pendaftaran mengecek data identitas kebagian rekam medis
untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat ke rumah sakit.
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera
dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap memakai
nomor yang dimilikinya.
5. Bagi pasien yang pernah dirawat/berobat ke rumah sakit maka diberikan
nomor rekam medis.
6. Petugas pendaftaran harus selalu memberitahukan ruang perawatan
sementara mengenai situasi tempat tidur di ruang perawatan.

4.2. SISTEM KOMUNIKASI.


Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat
daruratan yang mungkin terjadi sehari-hari atau bencana tertentu dapat
menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita gawat
darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi
Gawat Darurat RS prasetya Husada siap 24 jam menggunakan sarana komunikasi
intern dan extern.
 Intern dengan ext 105
 Extern dengan hotline (0341) 460558

4.3. PELAYANAN TRIAGE


Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan
suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan
serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau

17
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008) kategori.
KLASIFIKASI DAN PENENTUAN PRIORITAS

Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan pada


keluhan utama,riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan
umum pasien serta hasil pengkajianfisik yang terfokus. Menurut
Comprehensive Speciality Standard, ENA tahun 1999, penentuan triase di
dasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada
factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta alur
pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan. Hal-hal yang harus di
pertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang atau
meningkat keparahannya .
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahanyang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul.Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage
adalah kondisi klien yang meliputi:
a) Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan
kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
b) Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganancepat dan tepat seperti kegawatan
c) Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan oleh gangguan ABC (Airway/ jalan nafas,Breathing/
pernafasan,Circulation/sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka
dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :


Tabel 1. Klasifikasi Triage

KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa /
adanya gangguan ABC dan perlu
tindakan segera,misalnya cardiac
arrest,penurunan kesadaran,trauma
mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi
tidak memerlukan tindakan
darurat.Setelah dilakukan diresusitasi
maka ditindak lanjuti oleh dokter
spesialis. Misalnya ; pasien kanker
tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan
lainnya
Keadaan yang tidak mengancam
Darurat tidak gawat (P3) nyawa tetapimemerlukan tindakan
darurat. Pasien sadar,tidak ada
gangguan ABC dan dapat langsung

18
diberikan terapi definitive. Untuk
tindak lanjut dapat ke poliklinik,
misalnya laserasi, fraktur minor /
tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan
tidak memerlukan tindakan gawat.
Gejala dan tanda klinis
ringan/asimptomatis.Misalnya
penyakit,kulit,batuk,flu,dan
sebagainya

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)

KLASIFIKASI KETERANGAN
Mengancam jiwa atau fungsi vital,
Prioritas I (merah) perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan
hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu
gangguan pada jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Contohnya
sumbatan jalan nafas, tension
pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar) tingkat II dan
III > 25%
Potensial mengancam nyawa atau
Prioritas II (kuning) fungsi vital bila tidak segera
ditangani dalam jangka waktu
singkat.Penanganan dan pemindahan
bersifat jangan terlambat. Contoh:
patah tulang besar, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III < 25 %,
trauma thorak /abdomen, laserasi
luas, trauma bola mata.
Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan
dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superficial, luka-luka
ringan.
Kemungkinan untuk hidup sangat
Prioritas 0 (hitam) kecil, luka sangat parah. Hanya perlu
terapi suportif. Contoh henti jantung
kritis, trauma kepala kritis

19
TRANSPORTASI PASIEN.
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan
gawat darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan
penderita gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada
penderita gawat darurat, perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.

2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan
nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap dipertahankan dalam
perjalanan.

d. Ke Rumah Sakit lain :


 Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas
dan membawa surat rujukan.
 Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat
dengan membawa surat rujukan dan memakai ambulans.

4.4. PELAYANAN FALSE EMERGENCY.


False Emergency adalah pasien yang tidak dalam keadaan gawat dan darurat
yang berkunjung ke IGD untuk mendapatkan pelayanan pengobatan (Oktami,
2013)
False Emergency adalah pasien yang tidak memerlukan pemeriksaan dan
perawatan segera, dapat menunggu sesuai antrian sambil tetap dilakukan
obserfasi longgar oleh petugas (saanin, 2011)

4.5. Pelayanan DOA (Death on arrival)


DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung
disalurkan / ditempatkan di kamar jenazah.
Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang sah
kepada petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambilan Jenazah
kepada petugas.
Jika jenazah berada di kamar jenazah maksimal 4 jam, lebih dari itu jenazah
langsung dikirim ke RSUD Saiful Anwar Malang.

20
4.6. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
IGD RS prasetya Husada diklasifikasikan sebagai Instalasi
Pelayanan Gawat Darurat Tipe C, karena telah memiliki dokter spesialis
empat besar, dokter umum yang siaga ditempat (on – site) 24 jam yang
memiliki kualifikasi pelayanan GELS (General Emergency Life Support)
dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi ABC serta memiliki alat
transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siap 24 jam.
Sarana Penunjang pelayanan :
1. Penunjang medis : Pelayanan Radiologi, laboratorium, farmasi
2. Penunjang non medis : Telepon dan ambulans.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien
gawat darurat via telepon :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans, petugas
IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi
pelayanan pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai
berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulans
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di
rumah sakit dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.

4.7. Sistem Rujukan.


Rujukan pasien dari Rs Prasetya Husada hanya dapat dilakukan oleh dokter
spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu dokter
spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan). Dokter jaga
IGD sebelum melakukan rujukan pasien harus mengkorfirmasikan pasien
tsb kepada dokter spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien. Adapun
bentuk rujukan yaitu :
1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
- Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
- Trauma kapitis dengan kemungkinan perdarahan intra kapitis
- Permintaan pasien
- Dugaan kasus SARS, flu burung,flu babi

2. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan
b. Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat
dilakukan di Rs Prasetya Husada

21
3. Spesimen
a. Darah
b. Urin
c. Jaringan
d. Mukus / sekret

22
BAB V

LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alkes meliputi pemesanan,


pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat / alkes untuk pasien – pasien
IGD.
Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar / masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Blanko pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas / pekarya pagi mengantar alkes yang terpakai untuk
disterilkan dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk disimpan pada
tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas
pagi setiap hari Sabtu dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang
ditandatangani Kepala perawat / Kepala IGD dengan jumlah yang sesuai
pengeluaran / kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari libur, pemesanan
dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas IGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan mengisi
Formulir Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh Ka. Bag. Gawat
Darurat atau Ka. IGD.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan :
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi
formulir permintaan barang. Formulir tersebut terlebih dahulu diajukan
kepada Kepala Departemen Pelayanan untuk diketahui, dipertimbangkan
dan disetujui serta ditandatangani oleh Kepala Bagian Gawat Darurat / Ka.
IGD dan Kepala Departemen Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Kepala Departemen
Pelayanan, selanjutnya diajukan kepada Tim Pengadaan, untuk
dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk mendapat
kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian / petugas pembelian,
untuk membeli barang – barang sesuai kebutuhan bagian yang meminta.
Dalam hal kebutuhan barang – barang rutin yang telah dilakukan
perjanjian kerjasama, maka pembelian dapat langsung di lakukan ke
pemasoknya, setelah ada pengesahan dari Tim Pengadaan.

23
e. Bagian / petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian barang –
barang sesuai permintaan baik untuk barang – barang rutin atau barang –
barang yang non stock.
f. Pemasok mengantar barang ke Rs Prasetya Husada sesuai pesanan dan
barang tersebut diterima oleh bagian, Petugas Gudang memeriksa apakah
barang – barang tersebut sesuai dengan pesanan baik jenis maupun jumlah
pesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian Gawat
Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan, Petugas IGD
melakukan prosedur pada permintaan alat – alat umum diatas.

24
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

6.1. PENGERTIAN.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau idak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

6.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

6.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN.


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan
IGD.
2. Terdapat petugas IGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun
keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak
diharapkan (KTD).
4. Setiap pasien yang masuk melalui IGD harus mendapat penilaian
langsung oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam
keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD.
Konsultasi spesialistik dilakukan di IGD, kecuali bila penyakit pasien
dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status
maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau kamar
operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh
kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien :
sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
9. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.

25
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan cara pemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien

INDIKATOR PMKP SASARAN KESELAMATAN PASIEN

STANDAR
SKP 1: Ketepatan Identifikasi Pasien
JUDUL INDIKATOR
Persentase pelaksanaan standar identifikasi pasien pada
pemberian identitas pasien
DEFINISI
Pelaksanaan standar identifikasi pasien pada pemberian
identitas pasien untuk pasien rawat inap merupakan
kegiatan untuk memastikan identitas pasien dengan
menggunakan gelang identifikasi sebagai berikut :Identitas
pada gelang minimal tiga informasi yaitu nama lengkap,
tanggal lahir dan Nomor Rekam Medik.

Warna gelang identifikasi yaitu :

Biru : untuk pasien laki-laki

Pink : untuk pasien perempuan

Label etiket Merah : untuk pasien alergi

Label etiket Kuning: untuk pasien risiko jatuh

Label etiket ungu : untuk pasien DNR

Semua standar identitas pasien harus dilakukan dengan


tepat dan benar, apabila ada salah satu atau lebih elemen

26
yang tidak dilaksanakan maka dinyatakan Kejadian Nyaris
Cidera (KNC).
TUJUAN Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan
pasien
DIMENSI MUTU
Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi

DASAR PEMIKIRAN
Kesalahan identifikasi pasien diakui sebagai masalah yang
terbesar di dalam organisasi kesehatan. Kesalahan
mengidentifikasi pasien merupakan salah satu risiko paling
serius terhadap keselamatan pasien.
KRITERIA INKLUSI
Seluruh pasien rawat inap yang memakai gelang identifikasi
pasien
KRITERIA EKSLUSI -
NUMERATOR Jumlah pasien yang dilaksanakan standar identitas dengan
tepat dan benar dalam 1 bulan
DENUMERATOR
Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1bulan
FORMULA
Jumlah pasien yang dilaksanakan standar identitas dengan
tepat dan benar dalam 1 bulandibagiJumlah seluruh pasien
rawat inap dalam 1bulan dikali 100%
METOLOGI
PENGUMPULAN DATA Concurrent / bersamaan
CAKUPAN DATA
Simpel random sampling
FREKUENSI 1 bulan
METODOLOGI Run chart
ANALISA
SUMBER DATA Sensus harian, Survey
PIC DATA
Kepala Unit / tim keselamatan pasien RS
PUBLIKASI DATA Publikasi internal
PERIODE ANALISA 3 bulan
STANDAR 100%

27
STANDAR
SKP : 2 Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
JUDUL INDIKATOR
Kepatuhan Prosedur Pemberian Obat dengan
Prinsip READBACK dari Petugas Rawat Inap
Kepada DPJP ditandatangani dalam waktu 24 jam
DEFINISI
Kepatuhan prosedur pemberian obat pada instruksi verbal
yang dimaksud adalah kesesuaian antara order dan
tindakan ketika dilakukan instruksi verbal dengan
dilakukan read backdengan tepat dan benar untuk instruksi
obat.Prosedur Read backadalahkegiatan untuk
memastikan setiap intruksi verbal agar dilakukan dengan
benar dan sesuai instruksi, melalui kegiatan membacakan
kembali instruksi; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang
sudah dituliskan dengan dibaca ulang dan atau dengan
ejaan huruf alfabet instruksi obat sound a like.Kegiatan
dilanjutkan dengan memberikan stempel Read backpada
catatan instruksi dan pemberi instruksi harussegera
menandatangi intruksi tersebut paling lambat dalam 1x 24
jam

TUJUAN Tergambarnya upaya Rumah Sakit dalam menjaga


keselamatan pasiendengan prosedur pemberian obat
dengan teknis READBACK
DIMENSI MUTU
Efektifitas dan efisiensi
DASAR PEMIKIRAN
Prosedur Read backadalah kegiatan untuk memastikan
setiap intruksi verbal agar dilakukan dengan benar dan
sesuaiinstruksi
KRITERIA INKLUSI
Seluruh hasil pemberian obat pada instruksi verbal
dilakukan prinsip read backyang dilaporkan oleh petugas
rawat inap kepada DPJP

28
KRITERIA EKSLUSI -
NUMERATOR Jumlah prosedur pemberian obat pada instruksi verbal
yang dilakukan prinsip read backdengan tepat dan benar
dalam 1 bulan
DENUMERATOR
Jumlah seluruh hasil pemberian obat pada instruksi
verbal dilakukan prinsip read backdalam 1 bulan yang
dilaporkan kepada DPJP oleh petugas rawat inap
FORMULA
Jumlah prosedur pemberian obat pada instruksi verbal
dilakukan prinsip read back dengan tepat dan benar dalam 1
bulan dibagi Jumlah seluruh instruksi verbal yang
terdokumentasi dalam 1 bulan dikali 100%
METOLOGI
PENGUMPULAN DATA Retrospektif / pengamatan
CAKUPAN DATA
Purposive sampling
FREKUENSI 1 bulan
METODOLOGI ANALISA Run chart
SUMBER DATA Rekam Medis
PIC DATA
Kepala Unit / tim keselamatan pasien RS
PUBLIKASI DATA Publikasi internal
PERIODE ANALISA 3 bulan
STANDAR 100 %

STANDAR
SKP : 3 Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu
Diwaspadai
JUDUL INDIKATOR
Kepatuhan pemberian label obat high alertoleh
farmasi di Gudang Obat Farmasi
DEFINISI
Kepatuhan pemberian label obat high alert oleh
farmasi yang dimaksud adalah ketepatan pemberian

29
label obat high alert sesuai dengan SPO dengan
memperhatikan prinsip keselamatan pasien

TUJUAN Tergambarnya upaya Rumah Sakit dalam menjaga


keselamatan pasienuntuk labelisasi obat high alert.
DIMENSI MUTU
Keselamatan, efektifitas dan kesinambungan

DASAR PEMIKIRAN
Sasaran keselamatan pasien
KRITERIA INKLUSI
Seluruh prosedur pemberian obat high alert yang
dilaksanakan
KRITERIA EKSLUSI Obat bukan jenis High alert
NUMERATOR Jumlah obat yang diberi label high alert sesuai standar
oleh farmasi dalam 1 bulan
DENUMERATOR
Jumlah seluruh obat high alert yang dipantau dalam 1 bulan
FORMULA
Jumlah obat yang diberi label high alert sesuai standar oleh
farmasi dalam 1 bulan dibagi Jumlah seluruh obat high alert
yang dipantau dalam 1 bulan x 100%
METOLOGI
PENGUMPULAN DATA Retrospektif / pengamatan
CAKUPAN DATA
Simpel random sampling
FREKUENSI 1 bulan
METODOLOGI ANALISA Run chart
SUMBER DATA Buku daftar obat high alert, Laporan keselamatan pasien
PIC DATA
Kepala Unit Farmasi/ Koordinator
PUBLIKASI DATA Publikasi Internal
PERIODE ANALISA 3bulan
STANDAR 100 %

STANDAR
SKP : 4 Kepastian Tepat Lokasi –Tepat Prosedur-

30
Tepat Pasien Operasi
JUDUL INDIKATOR
Kepatuhan pelaksanaan prosedur site marking pada
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
DEFINISI
Site marking yang dimaksud adalah tindakan pemberian
tanda identifikasi khusus untuk penandaan sisi kanan atau
kiri pada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
dengan prosedur yang tepat dan benar. Prosedur site
marking harus dilakukan oleh dokter operator dengan
penandaan dan tanpa inisial nama dokter bedah pada sisi
lokasi operasi dalam penandaan. Penandaan dilakukan
pada semua kasus mencakup lateralitas ( Kanan - kiri),
multiple struktur (jari tangan,jari kaki, lesi,)
TUJUAN Tergambarnya kepedulian dan ketelitian operator bedah
terhadap keselamatan pasien sebelum tindakan operasi
DIMENSI MUTU
Keselamatan, efektifitas dan efisiensi
DASAR PEMIKIRAN
Surgical site marking yang tepat dan benar akan :
1. Meminimalkan resiko insiden salah tempat operasi
2. Meminimalkan risiko insiden prosedur yang salah
yang dilakukan
3. Menginformasikan dan membimbing ahli bedah
untuk melaksanakan operasi dengan tepat dan benar
sesuai rencana
KRITERIA INKLUSI
Semua pasien dengan jenis operasi yang di indikasikan
dilakukan site marking.
KRITERIA EKSLUSI Jenis operasi dengan tingkat kesulitan untuk melakukan
site marking.
NUMERATOR Jumlah pasien operasi yang dinyatakan dengan prosedur
SITE MARKINGlengkap dalam 1 bulan
DENUMERATOR
Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan
dengan prosedur site marking dalam 1 bulan

31
FORMULA
Jumlah pasien operasi yang dinyatakan dengan prosedur
SITE MARKING lengkap dalam 1 bulan dibagi Jumlah
pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dengan
prosedur site marking dalam 1 bulan dikali 100%
METOLOGI
PENGUMPULAN DATA Retrospektif / pengamatan
CAKUPAN DATA
Simpel random sampling
FREKUENSI 1 bulan
METODOLOGI ANALISA Run chart
SUMBER DATA Rekam medis, buku register kamar operasi
PIC DATA
Koordinator kamar operasi/ kepala unitkamar operasi
PUBLIKASI DATA Publikasi Internal
PERIODE ANALISA 3 bulan
STANDAR 100%

STANDAR SKP : 5 Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan


Kesehatan

JUDUL INDIKATOR Kepatuhan Cuci Tangan Dengan Metode 6 Langkah dan


5 Moment

DEFINISI Cuci tangan (hand hygiene) adalah segala usaha yang di


lakukan untuk membersihkan kotoran yang secara kasat
mata terlihat dan pengangkatan mikroorganisme transien
dari tangan dengan menggunkan sabun dan air mengalir /
hand wash dan atau dengan cairan berbasis alkohol/ handrub
dengan menggunakan 6 langkah dan 5 Moment
(WHO,2009).

TUJUAN Mengetahui angka kepatuhan cuci tangan, menurunkan biaya


perawatan, mencegah kerugian Rumah Sakit dan pasien

DIMENSI MUTU Keselamatan, ketepatan, kewaspadaan pencegahan infeksi

32
ALASAN PEMILIHAN Indikator Mutu Wajib Nasional
INDIKATOR

KRITERIA INKLUSI Semua petugas medis (PPA) yang ada dalam pelayanan area
klinis

KRITERIA EKSLUSI -

NUMERATOR Cuci tangan petugas medis (PPA) yang dilakukan sesuai


dengan 6 Langkah dan 5 Moment

DENUMERATOR Total kesempatan melakukan cuci tangan petugas medis


(PPA) sesuai dengan 6 Langkah dan 5 Moment

FORMULA Cuci tangan petugas medis (PPA) yang dilakukan sesuai


dengan 6 Langkah dan 5 Moment dibagi Total kesempatan
melakukan cuci tangan petugas medis (PPA) sesuai dengan 6
Langkah dan 5 Moment X 100%

METOLOGI Retrospektif / pengamatan


PENGUMPULAN DATA

CAKUPAN DATA Simpel random sampling

FREKUENSI 1 bulan

METODOLOGI ANALISA Run chart

SUMBER DATA Catatan data observasi (Formulir Audit Kebersihan Tangan)

PIC DATA Tim PPI

PUBLIKASI DATA SISMADAK

PERIODE ANALISA 3 bulan

STANDAR 100 %

33
STANDAR SKP : 6 Pengurangan Resiko Pasien Jatuh

JUDUL INDIKATOR Tidak adanya Kejadian Pasien Jatuh

DEFINISI Pasien jatuh adalah pasien yang mengalami insiden secara


cepat dan tiba-tiba berpindah posisi dari tempat tidur ke
lantai sampai setengah atau lebih bagian tubuh berada di
lantai, sehingga memungkinkan pasien mengalami cedera
ringan sampai berat atau tidak menimbulkan cedera.

TUJUAN Kejadian pasien jatuh yang terjadi selama dirawat di


rumah sakit dapat menyebabkan konsekuensi yang serius
dan bahkan mengancam keselamatan banyak pasien

DIMENSI MUTU Keselamatan, ketepatan, kewaspadaan

ALASAN PEMILIHAN Sasaran Keselamatan Pasien


INDIKATOR

KRITERIA INKLUSI Pasien jatuh yang terjadi saat berada di Unit Pelayanan RS

KRITERIA EKSLUSI -

NUMERATOR Jumlah pasien jatuh selama satu bulan

DENUMERATOR Jumlah hari pasien dirawat menurut bangsal perawatan


dalam bulan yang sama

FORMULA Jumlah pasien jatuh selama satu bulan (orang) dibagi


Jumlah hari pasien dirawat menurut bangsal perawatan
dalam bulan yang sama (hari) x 100%

METOLOGI Retrospektif / pengamatan


PENGUMPULAN DATA

CAKUPAN DATA Total sampling, sentinel event

FREKUENSI 1 bulan dan sentinel event

METODOLOGI ANALISA Run chart

34
SUMBER DATA Catatan data observasi (Formulir Audit Kebersihan Tangan)

PIC DATA Semua Kanit dan Tim keselamatan pasien RS

PUBLIKASI DATA Publikasi Internal

PERIODE ANALISA 1 bulan dan sentinel event

STANDAR 0%

35
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

1.1. PENGERTIAN.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

7.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS. Prasetya Husada.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN.


a. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
- Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
dll.
- Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit
luka, memasang infus, dll
- Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
- Dekontaminasi dengan larutan klorin
- Pencucian dengan sabun
- Pengeringan
d. Menggunakan baju kerja yang bersih
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani
kasus :
- HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
- Flu burung

36
Kewaspadaan standar karyawan / petugas IGD dalam menghadapi
penderita dengan dugaan flu burung adalah :
 Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat
selruh telapak tangan maupun punggung tangan.
 Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
 Memakai masker N95 atau minimal masker badan
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila
diperlukan)
 Menggunakan apron / gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
- Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

37
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

EMERGENCY RESPON TIME ( waktu tanggap/kecepatan pelayanan gawat darurat ≤ 5


menit )

DEFINISI Waktu yang dibutuhkan mulai pasien dilakukan triage IGD


sampai pasien mendapat pelayanan petugas IGD. Triage
adalah usaha pemilahan pasien sebelum ditangani
berdasarkan tingkat kegawat daruratan/ trauma/ penyakit
dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan
sumber daya yang ada

TUJUAN Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan


mampu menyelamatkan pasien gawat darurat

DIMENSI MUTU Keselamatan pasien

ALASAN PEMILIHAN Respon time sangat mempengaruhi angka kepuasan


INDIKATOR pelanggan / konsumen

KRITERIA INKLUSI Semua pasien gawat, gawat darurat, dan pasien darurat

KRITERIA EKSLUSI Situasi bencana atau bencana masal

DASAR PEMIKIRAN SPM RS 2008 dan SNARS EDISI 1

NUMERATOR Jumlah pasien yang di sampling secara acak dilayani


petugas IGD ≤ 5 menit dalam 1 bulan

DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang di sampling (minimal n = 50)

FORMULA Jumlah pasien yang di sampling secara acak dilayani


petugas IGD ≤ 5 menit dalam 1 bulan dibagi Jumlah
seluruh pasien yang di sampling (minimal n = 50) dalam
bulan tersebut

38
METODOLOGI Conccurent / bersamaaan (sensus harian)
PENGUMPULAN DATA

CAKUPAN DATA Data pasien IGD

FREKUENSI 1 bulan

METODOLOGI ANALISA Run chart

SUMBER DATA Sampel, Rekam Medis

PIC DATA Kepala unit IGD dan petugas IGD

PUBLIKASI DATA SISMADAK

PERIODE ANALISA 3 bulan

STANDAR ≤ 5 menit

39
INDIKATOR MUTU NASIONAL / WAJIB DARI KEMENKES

JUDUL INDIKATOR Emergency Respon Time


DEFINISI Waktu yang dibutuhkan mulai pasien dilakukan triage IGD
sampai pasien mendapat pelayanan petugas IGD. Triage
adalah usaha pemilahan pasien sebelum ditangani
berdasarkan tingkat kegawat daruratan/ trauma/ penyakit
dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan
sumber daya yang ada.
TUJUAN Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan
mampu menyelamatkan pasien gawat darurat
DIMENSI MUTU Keselamatan pasien
DASAR PEMIKIRAN Respon time sangat mempengaruhi angka kepuasan
pelanggan / konsumen
KRITERIA INKLUSI Semua pasien gawat, gawat darurat, dan pasien darurat
KRITERIA EKSLUSI Situasi bencana atau bencana masal
DASAR PEMIKIRAN SPM RS 2008 dan SNARS EDISI 1
NUMERATOR Jumlah pasien yang di sampling secara acak dilayani
petugas IGD ≤ 5 menit dalam 1 bulan
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang di sampling (minimal n = 50)
FORMULA Jumlah pasien yang di sampling secara acak dilayani
petugas IGD ≤ 5 menit dalam 1 bulan dibagi Jumlah
seluruh pasien yang di sampling (minimal n = 50) dalam
bulan tersebut
METODOLOGI Conccurent / bersamaaan (sensus harian)
PENGUMPULAN DATA
CAKUPAN DATA Simpel Random Sampling
FREKUENSI 1 bulan
METODOLOGI ANALISA Run chart
SUMBER DATA Bukui register IGD , survey
PIC DATA Kepala unit IGD
PUBLIKASI DATA SISMADAK
PERIODE ANALISA 3 bulan
STANDAR ≤ 5 menit

40
INDIKATOR MUTU UNIT

JUDUL INDIKATOR Angka ketidak lengkapan assesmen awal medis dalam 8


jam pada pasien UGD
DEFINISI
Penilaian yang dilakukan oleh dokter jaga untuk
memastikan bahwa perencanaan medis yang dilakukan
tepat bagi pasien. Kriteria assesmen awal medis lengkap :

-Identitas pasien
-Anamnesis
-Diagnosa
-Pemeriksaan fisik,penunjang
-Penatalaksanaan/ perencanaan pelayanan
-Tanggal/jam
-Tanda tangan dokter dan nama
TUJUAN Tergambarnya tanggung jawab dokter dalam melakukan
assesmen medis dalam 8 jam
DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien, kesinambungan, dan ketepatan
DASAR PEMIKIRAN Untuk mempercepat proses dan pengambilan keputusan
dalam memberikan asuhan medis kepada pasien
KRITERIA INKLUSI Format assesmen awal medis IGD
KRITERIA EKSLUSI -
NUMERATOR Jumlah pasien dengan assesmen awal medis yang tidak
terisi lengkap oleh dokter jaga IGD dalam 1 bulan
DENUMERATOR Total jumlah pasien rawat inap IGD dalam 1 bulan
FORMULA Jumlah pasien dengan assesmen awal medis yang tidak terisi
lengkap oleh dokter jaga IGD dalam 1 bulan dibagi Total
jumlah pasien rawat inap IGD dalam 1 bulan x 100%
METOLOGI Concurrent/ bersamaan
PENGUMPULAN DATA
CAKUPAN DATA Purposive sampling
FREKUENSI 1 bulan
METODOLOGI ANALISA Run chart
SUMBER DATA Rekam medik
PIC DATA Kepala Unit UGD
PUBLIKASI DATA Publikasi Internal

41
PERIODE ANALISA 3 bulan
STANDAR 0%

INDIKATOR MUTU PRIORITAS PELAYANAN RSPH

JUDUL INDIKATOR Insiden Serius Akibat Efek Samping Obat (IAK)


DEFINISI Merupakan kegiatan pemantauan dan pelaporan respon
atau reaksi obat yang merugikan / membahayakan dan
tidak dikehendaki, terjadi pada dosis lazim / normal untuk
profilaksis, diagnosis, terapi, atau untuk modifikasi fungsi
fisiologi.
TUJUAN 1.Terwujudnya keselamatan penggunaan obat (medication
safety)
2.Terdatanya efek samping obat (ESO) sedini mungkin
terutama yang berat, tidak dikenal, frequensinya jarang,
serta terinformasikan segera kepada dokter
3.Tersedianya data kejadian efek samping obat (ESO)
DIMENSI MUTU efektivitas, kesinambungan pelayanan
DASAR PEMIKIRAN Pemantauan efek samping obat yang terjadi hendaknya
dicatat dan dilaporkan untuk lebih meningkatkan
kewaspadaan sebelum memberikan obat ke pasien
KRITERIA INKLUSI Seluruh insiden efek samping obat
KRITERIA EKSLUSI -
NUMERATOR Jumlah seluruh insiden efek samping obat di semua
instalansi pelayanan dalam 1 bulan
DENUMERATOR 1
FORMULA Jumlah pasien pulang paksa dalam 1 bulan : 1 x 100%
METOLOGI Concurent / bersamaan
PENGUMPULAN DATA
CAKUPAN DATA Total Sampling
FREKUENSI 1 bulan sentinel event
METODOLOGI ANALISA Run chart
SUMBER DATA Sensus harian rawat inap
PIC DATA Kepala Unit Rawat Inap
PUBLIKASI DATA Publikasi Internal

42
PERIODE ANALISA 1 bulan sentinel event
STANDAR 0%

43
INDIKATOR MUTU PRIORITAS PELAYANAN RSPH

JUDUL INDIKATOR Kesalahan dispensing obat oleh farmasi (IAK)


DEFINISI Kesalahan dispensing obat meliputi: salah dalam
memberikan jenis obat, salah dalam memberikan dosis,
salah orang salah jumlah. Apabila terjadi, insiden ini harus
teridentifikasi sebelum obat diberikan kepada pasien (saat
didistribusikan ke ruangan pasien) untuk menghindari
cedera kepada pasien
TUJUAN Tergambarnya insiden KPRS Nyaris Cedera Kesalahan
Dispensing obat oleh farmasi, sehingga tidak menimbulkan
cedera kepada pasien yang harus teridentifikasi sebelum
obat diberikan kepada pasien.
DIMENSI MUTU Efektifitas, keselamatan dan Kesinambungan pelayanan
DASAR PEMIKIRAN Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
kepada seluruh staf medis.
KRITERIA INKLUSI Resep yang masuk ke Instalansi Farmasi
KRITERIA EKSLUSI -
NUMERATOR Jumlah kesalahan dispensing obat oleh farmasi dalam 1
bulan
DENUMERATOR 1
FORMULA Jumlah Kesalahan dispensing obat oleh Farmasi dalam satu
bulan : 1 x 100 %
METOLOGI Concurrent/ bersamaan
PENGUMPULAN DATA
CAKUPAN DATA Seluruh Kajadian dispensing obat
FREKUENSI Harian
METODOLOGI ANALISA Run chart
SUMBER DATA Sensus harian rawat inap
PIC DATA Kepala Instalansi Rawat Inap
PUBLIKASI DATA Publikasi Internal
PERIODE ANALISA 3 bulan
STANDAR 0%

44
BAB IX

PENUTUP

45
Demikianlah buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami
mengajak semua pihak yang bekerja di Rs Prasetya Husada untuk dapat bersama-
sama membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas
baik tenaga medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan
yang telah digariskan di dalam buku pedoman ini.

Malang, 02 Januari 2019


Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

dr. M. Arif Surjadi,MMRS


NIK.10.12.070

Lampiran

46

Anda mungkin juga menyukai