Anda di halaman 1dari 24

PEDOMAN PELAYANAN

MANAGER PELAYANAN PASIEN


(MPP)
RUMAH SAKITPRASETYA HUSADA
TAHUN 2019

RUMAH SAKITPRASETYA HUSADA


JL RAYA NGIJO 25KARANGPLOSO - MALANG
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Daftar Isi............................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ............................................................................................................ ii
Keputusan Direktur ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA ................... 3


2.1. Deskripsi Rumah Sakit Prasetya Husada ................................................................... 3
2.2. Sejarah Institusi Rumah Sakit Prasetya Husada ........................................................ 4

BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN


RS PRASETYA HUSADA ............................................................................................... 5
3.1. Visi ................................................................................................................... 5
3.2. Misi................................................................................................................... 5
3.3. Falsafah ............................................................................................................ 5
3.4. Nilai .................................................................................................................. 5
3.5. Tujuan............................................................................................................... 5
3.6. Motto ................................................................................................................ 5

BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RS PRASETYA HUSADA ............................... 6


4.1. Bagan Organisasi ............................................................................................. 6
4.2. Keterangan/ Pengertian .................................................................................... 7

BAB V STRUKTUR ORGANISASI TIM MANAJER PELATIHAN PASIEN ......... 9


BAB VI URAIAN JABATAN ........................................................................................ 10
6.1. Ketua Tim Manajer Pelatihan Pasien ............................................................. 10

BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA......................................................................... 13


BAB VIII POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL ..................... 15
BAB IX KEGIATAN ORIENTASI PEGAWAI .......................................................... 16
BAB X PERTEMUAN/ RAPAT .................................................................................... 17
BAB XI PELAPORAN ................................................................................................... 18

ii
Keputusan Direktur Nomor :097/02/I/SK-DIR/2019
Tentang
Pedoman Pelayanan MPP
(Manager Pelayanan Pasien)
Rumah Sakit Prasetya Husada

Disusun oleh :
Manager Pelayanan Pasien

(Riza Khutmi Fauziah, SST.)

Disetujui oleh :
Direktur

(dr. Julaeka)

Ditetapkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

(dr. M. Arif Surjadi MMRS)


NIK. 10.12.070

iii
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA

Nomor :433/02/I/SK-DIR/2019

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN MPP


(MANAGER PELAYANAN PASIEN)

DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA

MENIMBANG : a. Manajer Pelayanan Pasien – MPP


(Case Manager) adalah professional di rumah sakit
yang memiliki kewenangan melaksanakan koordinasi
manajemen pelayanan pasien.

b. Bahwa untuk melaksanakan program tersebut, perlu


adanya kebijakan pelayanan Manager Pelayanan
Pasien Rumah Sakit Prasetya Husada;
c. Bahwa berdasarkan hal- hal tersebut diatas maka
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah
sakit Prasetya Husada.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah
Sakit;

iv
4. Surat Keputusan PT. Bakti Keluarga Prasetya
Mandiri Nomor 000/02/SK- BKPM/V/2017 tentang
struktur organisasai dan Tata Laksana Rumah Sakit
Prasetya Husada.

v
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
PRASETYA HUSADA TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN MPP (MANAGER PELAYANAN
PASIEN)
KEDUA : Kebijakan Pelayanan MPP (Manager Pelayanan
Pasien) dalam Diktum Kesatu sebagaimana terlampir
dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Kebijakan Pelayanan MPP (Manager Pelayanan
Pasien ) di Rumah Sakit Prasetya Husada digunakan
sebagai acuan pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit
Prasetya Husada.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 27 April 2019
Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

dr. M. Arif Surjadi MMRS


NIK. 10.12.070

vi
vii
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT
PRASETYA HUSADA
NOMOR :097/02/I/SK-
DIR/2019
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
PELAYANAN MPP
(MANAGER PELAYANAN
PASIEN)

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sejarah pengelolaan atau manajement layanan pasien ( case management )
bias ditelusuri ke awal tahun 1900-an. Pada saat itu sudah ada layanan yang
menyediakan perawatan pasien dengan mengontrol pembiayaannya. Cara yang
dilakukannya dengan mengkoordinasikan layanan – layanan kesehatan yang
terdapat di lembaga-lembaga kesehatan public. Keberadaan layananan ini makin
dibutuhkan ketika tahun 1920-an muncul pengelolaan pasien-pasien penyakit
kronis yang dirawat ditempat perawatan mental dan ditempat-tempat pekerja
social. Kebutuhannya maskin meningkat ketika di tahun 1930 an, perawat-perawat
yang dipanggil ke rumah-rumah untuk merawat pasien makin jamak dilakukan.
Perawat- perawat ini bereperan sebagai case manager, yang mengkoordinasi
layanan yang dibutuhkan pasien.
Pemerintah AS kemudian meluncurkan program social security Act(
undang – undang jaminan social )pada tahun 1932. Lahirnya undang-undang ini
menelurkan sebagai program bantuan kemanusiaan yang terpragmentasi menajdi
berbagai macam program jaminan social ibu, program kesehatan anak, dan
sebagainya. Jenis layanannya makin berragam pada tahun 1960-an, diantaranya

1
meliputi program pengobatan, kesejahteraan, kesehatan mental, hingga
perencanaan keharmonisan. Lalu bermunculanlah agen-agen layanan social yang
menawarkan satu, dua, atau lebih layanan perawatan itu.
Akan tetapi, karena sistemnya terkotak – kotak hal itu menimbulkan
ketidakefisianan dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut mendapat banyak kritik
dari masyarakat di zaman presiden JF Kennedy lahirlah upaya untuk
mengintegrasikan berbagai macam layananan social. Program inilah yang menjadi
cika-bakal case management. Melalui layananan yang terintegrasi twersebut maka
berbagai program kemanusiaan terkoordinasi kedalam system layanan social.
Pada tahun 1972, case management masuk dalam legislasi federal.
Bahan pembelajaran yang menarik adalah dalam menangani kaum
disabilitas. Penderita gangguan mental, salah satu bentuk disabilitas, pada tahun
1970-an banyak ditangani komunitas-komunitas dengan dukungan layanan yang
kurang memadai. Kemudian National Institute Of Mental Health mengusulakan
agar untuk menangani kaum disabilitas digunakan jaringan layanan yang
komprehensif berbasis komunitas. Komunitas inilah yang mengkoordinasikan
berbagai sumber daya yang diperlukan untuk penanganan pasien gangguan mental
tersebut dalam system yang disebut case management, sebagai coordinator di tiap
case management ditunjuklah seorang case manager.
Makin meningkatnya biaya oenanganan dan makin banyaknya jenios
layanan yang harus diterima oleh pasien dalam program perawatan jangka
panjang ( terus- menerus), menjadikan case management berperan penting dalam
upaya menenkan biaya penangananya. Hal ini juga tampak dalam penanganan
kaum manula. Kaum manula adalah pengguna terbesar dana kesehatan nasional.
Sekitar 80% manula menderitra penyakit kronis. Karena dana terbatas, sejumlah
negara bagian di AS melakukan terobosan dengan mengembangkan program
penanganan manula lewat komunitas dan mendorong sebisa mungkin para manula
bias dirawat di rumah-rumah. Case management menjadi bagian penting
didalamnya.
Karena keberhasilan case management itu, system ini kemudian diadopsi
untuk layanan kesehatatan seluruh lapisan masyarakat 9 tak hanya untuk manula
dan disabilitas). Fungsinya adalah untuk menjamin pasien mendapatkan layanan

2
kesehatan yang terkoordinasi, efektif, dan dengan cara yang efisien. Kemudian
admnistrasi pembiayan kesehatan ( Health care financing administration ) juga
mengadopsi system yang sama untuk mendorong dokter mengontrol dan
menekan pembiayaan pengobatan. Dokter utama berperan sebagai case manger
dalam program tersebut dan bertanggung jawab atas layanan kesehatan utama,
juga mengkoordinasi ketersediaan layanan yang dibutuhklan termasuk perawatan
khusus dan kenyamananya.
Di Indonesia sistem ini mulai dikenal setidaknya tahun 2012. Saat itu
komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) melalui standar akrediatsi rumah sakit
mendorong perkembangan pelayanan case management dan menggunkan istilah
Manager Pelayanan Pasien (MPP) untuk case manager yang jadi koordinatornya.
Meskipun system case management lebih bisa dipahami, tetapi keberadaan
case manager masih sulit dimengerti dan karenanya terjadi banyak salah
pengertian. Case manager tidak hanya bagaimana mencari solusi bagi penggunaan
biaya atau bagaimana memanfaatkan sumber daya pelayanan dengan sebaik-
baiknya tetapi juga bagaimana mengupayakan agar nilai dari manfaat layanan
dapat dirasakan pasien dan keluarganya.
Pemberian pelayanan kesehatan selalu memperhatikan mutu keselamatan,
dan biaya baik oleh pemberi pelayanan, pembayar, ( asuransi), apalagi pasien
sebagai pengguna. Berbagai strategi dikembangkan untuk mengoptimalkan hal
tersebut apalagi pada era J aminan Kesehatan Nasional.
Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan mempunyai tatanan dan system
yang cukup kompleks, dengan pemangku kepentingan utama yang meliputi
pengelola, pemilik, pemabayar dan tim professional pemberi asuhan, pasdien dan
keluarganya, dan komunitas/ lingkungan dirumash sakit. Berbagai strategi telah
dikembangkan dan diperdebatkan sebagai upaya reformasi pelayanan kesehatan
dirumah sakit. Case management merupakan suatu intervensi yang penting dan
komprehensif dalam rangka peningkatyan mutu dan keselamatan asuhan pasien,
kendali biaya, pelayanan berfokus pada pasien ( Patiens Centered Care), asuhan
pasien terintegrasi, kontinuitas pelayanan, kepatuhan pasien serta kepuasaan
paasien.

3
1.2 TUJUAN
Tujuan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) adalah untuk melibatkan pasien
dalam asuhan yang dialaminya. Bilamana pasien merasa menjadi bagian
dalam keputusan pengobatan dan rencana asuhan, maka mereka akan
memperoleh manfaat. Hal yang sama juga berlaku bagi keluarganya. Bila
keluarga yang mempunyai relasi erat, suatu kemitraan dengan rumah sakit
yang melayani orang yang mereka kasihi, mereka akan kurang merasa
khawatir tentang logistik dan akan lebih banyak fokus terhadap kesehatan
pasien.

1.3 Peran Manager Pelayanan Pasien


Manager Pelayanan Pasien berperan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan asuhan pasien, termasuk keluarga dan pemberi asuhannya baik
pasien dalam keadaan akut, dalam proses rehabilitasi dirumah sakit
maupun pasca rawat, serta mendorong keterlibatan dan pemberdayaan
pasien. MPP juga berperan dalam mengoptimalkan terlaksanaya pelayanan
berfokus pada pasien ( patient centered care) dan asuhan pasien yang
terintegrasi, serta membantu meningkatkan kolaborasi interprofesional.

1.4 Fungsi Manajer Pelayanan Pasien


1. Melakukan asesmen tentang kebutuhan kesehatan dan aspek psiko-soaia-
kulturnya, termasuk status health literacy ( kurang oengetahuan tentang
kesehatan)
2. Menyususn perencanaan manajement pelayananan ( case management
plan) berkolaborasi dengan pasien, keluarga dan pemberi asuhan dirumah
sakit, pembaayar, PPAdifasilitas pelayanan primer, untuk memaksimalkan
hasil asuhan yang berkualitas, aman, dan efektif biaya ( cost – effective).
Perencanaanya termasuk discharga planiing yang terintegrasi PPA
3. Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar PPAdalam konteks
keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan.

4
4. Memberikan edukasi dan advokasi kepada pasien dan keluarganya atau
pemberi asuhan untuk memaksimalkan kemampuan pasien dan
keluarganya dalam pengambilan keputusan terkait pelayanan yang
diterimanya. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya atau
pemberi asuhan PPA, terkait alternative pelayanan , sumber daya
dikomunitas/lingkungan rumahnya, manffat asuransi,aspek psiko-sosi-
kultural sehingga keputusan tepat waktu dengan dasar informasi lengkap.
5. Memberikan advokasi sehingga meningkatkan kemampuan pasien dan
keluarga mengatasi masalah dengan mencari opsi pelayanan yang tersedia,
rencana pengambilan alternative sesuai kebutuhan, agar dicapai hasil
asuhan yang diharapkan.
6. Mendorong pemberian pelayanan yang memadai untuk kendali mutu dan
biaya basis kasus perkasus
7. Mwembantu pasien dalam proses transisi pelayanan yang aman ketingkat
pelayanan berikutnya yang memadai.
8. Berusaha meningkatkan kemandirian advokasi dan kemandirian
pengambilan keputusan pasien.
9. Memberikan advokasi kepada pasien dan pembayar untuk memfasilitasi
hasil yang positif bagi pasien, bagi PPA, dan bagi para pembayar. Namun
bila ada perbedaan kepentingan maka kebutuhan pasien lebih menjadi
prioritas.

5
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


a. Pendidikan Minimal D4 atau S1
b. Memiliki pengalaman klinis sebagai professional pemeberi asuhan
(PPA) minimal 3 tahun
c. Memiliki pengalaman sebagai kepala ruang rawat minimal 2 tahun.

2.2 DINAS
Jam dinas:
1. Dinas Pagi : 07.30-15.30

6
BAB III

FASILITAS MANAGER PELAYANAN PASIEN

3.1 Fasilitas.
a. Komputer
b. Printer
c. Meja
d. Kursi

7
BAB IV

TATA LAKSANA MANAGER PELAYANAN PASIEN

4.1 TATA LAKSANA MANAGER PELAYANAN PASIEN


Manajement pelayanan pasien yang dilaksanakan oleh manjer pelayanan
pasien dilakukajn melalui beberapa tahapan atau aktifitas sebagai berikut :
1. Identifikasi, Seleksi / skrinning pasien untuk manejeem pelayanan
pasien
Kriteria yang digunakan , namun tidak terbatatas, antara lain :
 Usia
 Pasien dengan fungsi kognitif rendah
 Pasien dengan resiko tinggi
 Potensi komplain tinggi
 Kasus dengan penyakit kronis, katastropik, terminal
 Status fungsional rendah, kebutuhan bantuan ADL (
Activity Dailing Living ) yang tinggi
 Pasien dengan riwayat penggunaan peralatan medis dimasa
lalu
 Riwayat gangguan mental, upaya bunuh diri, krisis
keluaraga, isu soiala seperti terlantar, tinggal sendiri,
narkoba
 Sering masuk IGD readmisi rumah sakit
 Perkiraan asuhan dengan baiaya tinggi
 Kemungkinan sistem pembiayaan yang kompleks adanya
maslah financial
 Kasus yang melebihi rata-rata rawat

8
 Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya
penting/berisiko atau yang memebutuhkan kontinuitas
pelayanan
2. asesment untuk Manajement Pelayanan Pasien
komponen asemen, namun tidak terbatas, pada :
 Fisik, fungsional, kognitif, kekuatan / kemampuasn
kemandirian
 Riwayat kesehatan
 Perilaku psiko-spiritual-sosio-kultural
 Kesehatan mental dan kognitif
 Lingkungan dan tempat tinggal
 Tersedianya dukungan keluarga, kemampuaan merawat
dari pemberi asuhan
 Finansial
 Status asuransi
 Riwayat penggunaan obat alternatif
 Riwayat trauma, kekrasan
 Pemahaman tentang kesehatan (healthy literacy)
 Harapan terhadap hasil asuhan, kemampuan untuk
menerima perubahan
 Discharge plan
 Perencanaan lanjutan
 Aspek legal
Data asement diperolah melalui , antara lain :
 Wawancara pasien, keluarga, pemeberi asuhan
 Asesmen awal saat admisi rawat inap asemen secara
intermiten ”ongoing” selama di rawat
 Komunikasi dengan dokter, PPA lainnya
 Rekam medis
 Data klaim asuransi
3. Identifikasi Masalah dan Kesempatan

9
Lakukan kegiatan identifikasi masalah dan kesempatan antara lain :
 Tingkat asuhan yang tidak sesuai panduan norma yang
digunakan
 Over/under utilization pelayanan dengan dasar panduan
norma yang digunakan
 Ketidakpatuhan pasien
 Edukasi kurang memadai atau pemahamannya yang belum
memadai tentang penyakit kondisi terkini, daftar obat
 Kurangnya dukungan keluarga
 Penurunan determinasi pasien ( ketika tingkat keparahan /
komplikasi meningkat)
 Kendala keuangan ketika keparahan / komplikasi
meningkat
 Pemulangan/ rujukan yang belum memenuhi kriteria, atau
sebaliknya, pemulangan / rujukan yang ditunda
4. Perencanaan Manajemen Pelayanan Pasien
MPP harus segera mengidentifikasi kebuituhan jangka pendek,
jangka panjanag, maupun kebutuhan berjalan ongoing, sehingga
dapat menyusun strategi dan sasaran manajemen pelayanan apsien
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu :
 Pahami dan pastikan diagnosis pasien, prognosis kebutuhan
asuhan, sasaran hasil asuhan
 Validasi sasaran terukur dan indikator dalam kerangka
waktu yang spesifik, anatara lain dalam akses kepelyanan ,
asuhan dengan bviaya efektif, mutu asuhan
 Tentukan/ rencanakan pemebrian informasi kepada pasien
dan keluarga untuk pengambilan keputusan
 Tentukan/rencanaklan juga partisipasi pasien dan kjeluarga
dalam asuhan, termasuk persetujuan akan kemungkinan
perubahan rencana
 Siapkan fasilitas untuk mrngatasi masalah dan konflik

10
 Perhatikan harapan pembayar, frekuensi komunikasi
reevaluasi perkembangan pasien, revisi sasaran jangka
pendek dan atau panjang
5. Monitoring
MPP malakukan untuk menilai respons pasien terhadap
pemebrian/pelaksanaan rencana asuhan
 Mencatat perjalanan/ perkembangan kolaborasi dengan
pasien, keluarga, pemberi asuhan, tim PPA, dan pemangku
kepentingan lain yang terkait, sehingga dapat dinilai
respons pasien terhadap intervensi yang diberikan
 Verifikasi kelangsungan pelaksanaan rencana asuhan yang
memadai, dipahami dan diterima pasien serta keluarga
 Pahami dan sadari akan kebutuhan revisi rencana asuhan,
termasuk preferensi perubahan, transisi pelayanan , kendala
pelayanan
 Lakukan kolaborasi dalam rangka perubahan rencana dan
pelksanaanya
6. Fasilitasi, Koordinasi, Komuniukasi, dan Kolaborasi
MPP perlu memfasilitasi , koordinasi, komunikasi, dan kolaborasi
antara pasien denagan pemangku kepentingan lainnya untuk
mencapai sasaran dan memaksimalakan hasil postif asuhan pasien
 Pastikan peran MPP sesuai kebijakan yang ada dan memdai
baik terhadap pelayanan pasien maupun terhadap
pemangku kepentingan lain dalam rumah sakit
 Kembangkan dan pelihara secara proaktif pelayanan
berfokus pada pasien membantu asuhan terintegrasi oleh
PPA
 Transisi pelayanan yangt memadai sesuai kebutuhan pasien
 Jaga privasi pasien dalam kolaborasi
 Gunakan mediasi dan negosiasi untuk meningkatkan
komunikasi , koordinasi, dan kolaborasi, termasuk
mengatasi oerbedaan pandangan

11
 Koordinasikan juga rencana pemulangan pasien dengan
pelayanan pasca rawat
7. Advokasi
MPP memberikan advikasi pada pelaksanaan manfaat administrasi,
pengambilan keputusan, untuk itu :
 MPP menyampaikan, mendikusikan dengan PPA dan staf
lain tentang kebutuhan pasien, kemampuannya dan sasaran
pasien
 Memfasilitasi akses ke palyanan sesuai kebutuhan pasien
melalui koordinasi dengan PPA atau pemangku
kepentingan terkait
 Meningkatkan kemandirian menentukan pilihandan
pengambilan keputusan
 Menegenali, mencegah dan menghindari disparitas untuk
mengakses mutu dan hasil pelayanan terkait dengan ras,
etnik, agama, gender , latar belakang budaya, status
pernikahaan, umur, pandanagan polo\itik, disabilitas fisik-
mental-kognitif
 Melakukan advokasi untuk pemenuhan kebutuhan
pelayanan yang berkembang/ bertambah karena perubahan
kondisi
8. Hasil layanan
MPP perlu memaksimalakn kesehatan, welness pasien, safety,
adaptasi terhadap perubahan self-care, kepuasan dan efisiensi biaya
 Lakukan pendokumentasian pencapaian sasaran
 Catat keberhasilan, kualitas kendala biaya efektif dari
intervensi MPP dalam mencapai sasaran asuhan pasien
 Nilai dan buat laporan tentang dampak pelaksanaan rencana
asuhan pasien
 Catat utilitasi sesuai panduan / norma yang digunakan
 Catat kepuasan pasien, keluarga dengan manjemen
polayanan pasien

12
9. Terminasi Mmanajemen Pelayana Pasien
MPP mengakhiri pelaksanaan maanjemen pelayanan pasien sesuai
dengan regulasi rumah sakit yang berlaku
 Identifikasi alasan pengakhiran pelaksanaan manjemen
pelaksanaan manajemen pelayanan pasien antara lain : telah
tercapainya sasaran manajemen paelayanan pasien, telah
terlaksananya transisi ke fasilitas pelayanan lain, pasien
menolak manajemen pelayanan apsien
 Tercapai persetujuan pengakhgiran pelaksanaan manjemen
pelayanan pasien dengan pasien maupun pemangku
kepentingan lain
 Dokumentasikan proses pengakhiran tersebut

13
BAB V
LOGISTIK

1.1 ATK (alat tulis kantor)

No Persediaan barang
1 Bulpoin
2 Buku besar
3 Buku tulis
4 Penggaris
5 Meja kantor
6 Pensil
7 Penghapus
8 Steples
9 Isi staples
10 Stipo

1.2 Barang percetakan

No Persediaan barang
1 Buku Harian
2 Buku Register

1.3 Barang rumah tangga

No Persediaan barang
1 Tempat sampah
2 Kursi

14
BAB IX

PENUTUP

Kehadiran Manager Pelayanan pasien di rumah sakit Prasetya Husada penting


sebagi bagian dari penerapan pelayanan berfokus pada pasien ( Patient Centered
Care). MPP memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien, termasuk
keluarga dan pemebri asuhannay, baik pada saat pasien dalam keadaan akut
maupun dalam proses rehabilitasi di Rumah Sakit Prasetya Husada.
MPP meningkatkan keterlibatan dan pemeberdayaan pasien serta keluarga
pasien dalam proses asuhan pasien dan menghasilkan outcame asuhan yang lebih
baik, termasuk kepuasan pasien. Selain itu perannya akan mengoptimalakan
terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien ( Patient Centered Care) dan
asuahan yang terintegrasi , serta memebantu meningkatkan kolaborasi
interprofesional di Rumah Sakit Prasetya Husada.

Malang,06 Mei 2019


Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

dr. M. ARIF SURJADI MMRS


NIK. 10.12.070

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai