Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA
TAHUN 2019

RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA


JL. RAYA NGIJO NO.25 KARANGPLOSO - MALANG
Keputusan Direktur Nomor : 073/02/I/SK-DIR/2019

Tentang
Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Prasetya Husada

Disusun oleh :
Kepala Ruang Instalasi Gawat Darurat

(Nofryan Reza Pratama,Amd.,Kep.)

Disetujui oleh :
Manajer Pelayanan Medis

dr. Siti Julaeka Praptadewi


NIK.10.07.072

Ditetapkan oleh :
Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

dr. M. Arif Surjadi,MMRS

NIK.10.12.070

2
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA

Nomor : 073/02/I/SK-DIR/2019

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA HUSADA

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit Prasetya Husada, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat
yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Gawat Darurat di
Rumah Sakit Prasetya Husada dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Keputusan Direktur Rumah
Sakit Prasetya Husada sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Gawat Darurat
di Rumah Sakit Prasetya Husada;
c. Bahwa berdasarkan hal - hal tersebut diatas maka
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah
Sakit Prasetya Husada.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 Tentang Rumah Sakit;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit;
3. Surat Keputusan Direktur Utama PT.Bakti Keluarga
Prasetya Mandiri (PT.BKPM) Nomor 000/02/SK-
BKPM/V/2017 tanggal 20 Mei 2017 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Laksana Rumah Sakit Prasetya
Husada;
4. Surat Keputusan Direktur Utama PT.Bakti Keluarga Prasetya
Mandiri (PT.BKPM) Nomor 000/01/SK-
BKPM/V/2017 tanggal 13 Mei 2017 tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada.

3
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
PRASETYA HUSADA TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT.

KEDUA : Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dalam


Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam
Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat di
Rumah Sakit Prasetya Husada digunakan sebagai
acuan pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit
Prasetya Husada.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 02 Januari 2019
Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

dr. M. Arif Surjadi,MMRS


NIK.10.12.070

4
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PRASETYA
HUSADA NOMOR : 073/02/I/SK-
DIR/2019 TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN INSTALASI
GAWAT DARURAT

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG.


Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain
ditentukan oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan
terlaksananya sistem penangulangan gawat darurat, karena bilamana keadaan
tersebut memerlukan waktu tanggap (respon time) yang sangat terbatas.
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat
menimpa seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat
membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar
dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang
tidak perlu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pedoman
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rs Prasetya Husada. Diharapkan dengan
tersusunnya buku ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat, baik pra
rumah saki maupun di dalam rumah sakit sesuai dengan standar yang ditentukan.

1.2. TUJUAN PEDOMAN.


Tujuan dari disusunnya buku Pedoman Pelayanan Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat Rs Prasetya Husada ini adalah untuk menata Instalasi Gawat
Darurat Rs Prasetya Husada agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu
pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, dan
harapan masyarakat.

5
1.3. RUANG LINGKUP.
1. Pelayanan pendaftaran pasien
2. Informasi pelayanan gawat darurat
3. Pengaturan jaga
4. Pelayanan triase
5. Transportasi pasien
6. Sistem komunikasi
7. Pelayanan false emergency
8. Sistem rujukan

1.4. BATASAN OPERASIONAL.


- Informasi pelayanan gawat darurat adalah semua keterangan tentang
pelayanan yang tersedia di Instalasi Gawat Darurat.
- Bekerja paruh waktu adalah bahwa yang bersangkutan mempunyai tugas
pokok di tempat lain, di instalasi kerja di luar Instalasi Gawat Darurat.
- Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di Instalasi
Gawat Darurat.
- Triase adalah sistem seleksi terhadap keluhan atau masalah penderita
dalam situasi sehari-hari dan seleksi terhadap penderita yang memerlukan
tindakan pertolongan pertama dalam kondisi kegawatdaruratan.
- Rujukan adalah pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
diagnostik dan atau terapi maupun pasien yang dikirim untuk alih rawat.
Untuk hal-hal lain dalam keadaan tertentu, pemeriksaan spesimen juga
dapat termasuk dalam ketentuan rujukan ini.
- Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency).
- Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat
diperiksa berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan
peradilan.
- DOA (Death on Arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD.
- Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di mana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
- Keselamatan kerja merupakan suatu sistem di mana rumah sakit
membuat kerja atau aktifitas karyawan lebih aman.

1.5. LANDASAN HUKUM.


Instalasi Gawat Darurat disuatu rumah sakit adalah merupakan bagian
yang harus terselenggara sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

6
d. Surat Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
g. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Prasetya Husada Nomor 000/02/SK-
BKPM/V/2017 tentang Struktur Organisasi dan Tata Laksana Rumah
Sakit Prasetya Husada.

7
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA.

Tabel 2.1. Kualifikasi SDM Bagian Gawat Darurat Rs Prasetya Husada.

Kualifikasi Pengalaman
Nama Jabatan Pelatihan
Pendidikan Kerja
Kepala Instalasi Minimal Minimal BLS/PPGD/BTLS/
Gawat Darurat dokter umum 2 tahun ATLS/ACLS
Kepala Perawat Minimal
Minimal
Instalasi Gawat D-3 BLS/PPGD/BTLS
2 tahun
Darurat Keperawatan
D-3
Perawat Pelaksana - BLS/PPGD/BTLS
Keperawatn

Tabel 2.2. Pola Ketenagaan Instalasi Gawat Darurat Rs Prasetya Husada.

No. Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga


1. Dokter 5
2. S-1 Keperawatan 2
3. D-3 Keperawatan 6

2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN.


Ditribusi ketenagaan dilakukan sesuai dengan daftar dinas perawat per
bulan. Kebutuhan tenaga diperoleh berdasarkan perhitungan standar tenaga
perawat Rs Prasetya Husada yang telah dibuat. Instalasi Gawat Darurat dapat
mengajukan penambahan tenaga kepada Wakil Direktur Pelayanan untuk
selanjutnya dikoordinasikan dengan Wakil Direktur Umum dan Keuangan serta
Bagian Sumber Daya Manusia untuk pengadaan ketenagaannya.

2.3. PENGATURAN JAGA.


1. Dokter Konsulen
a. Dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi diatur
sesuai jadwal yang ditetapkan oleh Direktur Pelayanan setiap bulan
b. Bila dokter jaga harian konsulen untuk masing-masing spesialisasi
oleh karena satu dan lain hal tidak bisa memenuhi jadwal jaga yang
ditetapkan harus memberitahukan terlebih dahulu

8
2. Dokter Jaga IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu sebagai
berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan oleh Kepala IGD dengan
sepengetahuan Direktur Pelayanan dan diperbanyak untuk
didistribusikan pada minggu terakhir setiap bulan kepada setiap dokter
jaga IGD, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, dan instalasi/ bagian lain yang terkait
c. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala IGD
d. Jadwal jaga dokter terpasang di papan informasi IGD
3. Perawat
a. Pengaturan jadwal jaga perawat IGD terbagi dalam 3 shift, yaitu
sebagai berikut :
- Shift pagi : jam 07.00 WIB – 14.00 WIB
- Shift siang : jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
- Shift malam : jam 21.00 WIB – 07.00 WIB (keesokan harinya)
b. Jadwal jaga perawat IGD disusun setiap bulan oleh Kepala Perawat
IGD dengan sepengetahuan Direktur Pelayanan
c. Bila perawa IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi mengupayakan mencari
penggantinya dan melaporkan kepada Kepala Perawat IGD
d. Jadwal jaga perawat IGD terpasang di papan informasi IGD

9
BAB III

STANDAR FASILITAS

3.2. DENAH RUANG.


Terlampir

3.3. STANDAR FASILITAS.

1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan pertolongan
tindakan resusitasi segera dan memerlukan pengawasan ekstra, misalnya :
 Kasus henti nafas
 Kasus henti jantung
 Pasien yang dicurigai sakit jantung
 Pasien tak sadar karena berbagai penyebab (misalnya karena
hipoglikemia, stroke, syok, dan sebagainya)
 Kasus kejang demam
 Kasus cedera kepala berat
 Kasus tenggelam

Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang resusitasi, antara lain :


 Tempat tidur
 Tensimeter
 Oksigen + selang O2
 Monitor set
 Oksimeter
 Defibrilator
 Suction set
 EKG
 Syringe pump set
 Nebulizer
 Lampu senter
 Stetoskop
 Papan keras
 Neck collar
 Catheter set (dengan berbagai ukuran)
 Nasogastric tube set (dengan berbagai ukuran)
 Tempat sampah
 Emergency trolley
 Ventilation bag dewasa
 Ventilation bag anak
 Ventilation bag bayi
 Laryngoscope + blade

10
 Endotracheal tube (dengan berbagai ukuran)
 Stilet
 Spuit (dengan berbagai ukuran)
 Jelly
 Sarung tangan
 Plester
 Gunting plester
 Oropharyngeal tube/guedel (dengan berbagai ukuran)

2. Infus Trolley
 Infusion set (microdrip, macrodrip, blood set)
 Intravenous catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tourniquet
 Alcohol swab
 Plester
 Gunting plester

3. Cairan infus, obat, dan alat kesehatan


a. Cairan infus
 RL
 NaCl 0,9%
 D10% (500 cc)
 Asering
 Manitol
b. Obat
 Adrenalin injeksi
 Atropine sulfate injeksi
 Morphine injeksi
 Pethidine injeksi
 Diazepam injeksi
 Diazepam suppository
 Dexamethasone injeksi
 Aminophylline injeksi
 Dextrose 40%
 NaCL 0,9% 25 ml
 Aquadest 25 ml
 Natrium bicarbonate
 Lidocaine injeksi
 ISDN
 Asam asetilsalisilat
 MgSO4 20%
 Dopamin injeksi
 Furosemide injeksi

11
Berikut ini adalah tabel daftar obat yang tersedia di IGD Rs Prasetya
Husada berikut dengan penjelasan indikasi penggunaan dan dosisnya :

NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS


Anak : 0,01 ml/kg (iv)
Adrenalin
Dewasa : 0,5 – 1 ml
1 : 1000 Anaphylatic
1. (im/sc/iv)
Ampul shock
Diulang tiap 5–10 menit,
(1 mg/ml)
bila perlu
Anak : 0,1 – 0,5 ml/kg
(iv, push)
Aminophylline
Asthma Dewasa : 1 ml
2. Ampul
bronchiale (iv, push)
(250 mg/10 ml)
Diulang tiap 5 menit, bila
perlu
Aspirin
Acute myocard
3. (Aspilet ®) 1 – 2 tablet sublingual.
infarct
80 mg/tablet
0,5 – 1 mg IV
- Symptomatic
bradycardia
(> 60 x/menit)
1 mg iv push
Atropin - Asystole
Diulang tiap 3-5 menit
4. Ampul
sampai total 0,4 mg/10 kg
0,25 mg/1 ml
BB.
Dosis : 1 4 mg IV
- Intoksikasi
Diulang tiap 10 – 15 menit
insektisida
sampai atropinisasi
Diazepam
(Valium ®) Anak 0,25 mg/kg, IV pelan
5. Kejang
Ampul Dewasa 10 mg, IV pelan
10 mg/2 ml
2,5 – 20 μg/kg/min IV drip
Shock Dosis ginjal 1 – 5 μg/kg/’
Dopamin Yang belum drip
6. Ampul teratasi dengan Dosis jantung 5 – 10
200 mg/10 ml pemberian cukup μg/kg/’ drip
cairan Dosis syok / Vasopresor
10 – 20 μg/kg/’ drip
Furosemide Edem Paru Akut
20 – 40 mg IV
(Lasix ®) (TD > 90
7. 0,5 – 1 mg/kg IV (max 2
Ampul mm/Hg)
mg/kg)
20 mg/2 ml Hypertensi berat
8. Morphin AMI 3 – 5 mg IV
Ampul Edem Paru Akut 5 – 10 mg IM
10 mg/1 ml (TD > 90 Dapat diulang bila perlu

12
NO. NAMA OBAT INDIKASI DOSIS
mm/Hg)
Glucose 40%
9. Hypoglycemia 25 – 50 ml, IV pelan
Vial 10 gr/25 ml
Sodium
Bicarbonate
Metabolic Bolus 1 meq/kg, IV pelan
10. (Meylon ®)
acidosis Drip 0,05 meq/kg/menit
Vial 25 meq / 25
ml
Isosorbide 1 tablet Sublingual
11. dinitrite Angina Pectoris Diulang tiap 5 menit, max 3
(Cedocard ®) tablet
Dexamenthasone Asthma
(Oradexon ®) Bronchiale 0,05 – 0,2 mg/kg, IV (1 ml
12.
Ampul 4 Anaphylactic untuk 10 – 25 kg BB)
mg/1ml reaction
Digoxin
Flutter / fibralasi 1 tablet peroral, dapat
13. (Lanoxin)
atrial CHF diulang 6 jam kemudian.
0,25 mg/tablet
Pethidin
14. Ampul (100 Analgetik kuat 1 mg/kg BB iv/im
mg/2 ml)
 Ventrikel
MgSO4 20% Takikardi 5 – 10 ml iv, pelan – pelan.
15. Ampul 5 gr/25 (Torsade de
ml pointes) 10 ml iv, pelan – pelan.
 Eklampsia
Lidokain  Cardiac
I mg/kgBB bolus pelan-
(Xylocard aritmia
pelan, dapat diulang 10
16. 500®) (karena MI)
menit kemudian 0,5 mg/kg
Ampul  Takikardi
lalu drip 2-4 mg.
(500mg/5 ml) Ventrikel
Combivent Asma
17. 1 amp untuk pasien dewasa
nebulizer Bronkhiale
Diazepam
(stesolid®)
Dewasa : 10 mg rectal
18. Rectal enema 10 Kejang
Anak-anak : 5 mg rectal
mg/2,5 ml dan 5
mg/2,5 ml

c. Spuit (dengan berbagai ukuran)


d. Jarum suntik (dengan berbagai ukuran)
e. Glucometer set

4. Ruang Administrasi

13
Kebutuhan perlengkapan administrasi yang diperlukan, antara lain :
a. Buku register IGD
b. Buku laporan IGD
c. Formulir pemeriksaan penunjang medis
d. Formulir dokumen keperawatan
e. Telepon dalam dan luar
f. Rak brosur
g. Meja komputer
h. Komputer
i. Printer
j. Kursi
Adapun kelengkapan alat kesehatan yang diperlukan, antara lain :
a. Stetoskop
b. Termometer
c. Tensimeter
d. Otoscope
e. Refleks Hammer
f. Lampu senter

5. Ruang Bedah Minor


Ruang ini berfungsi untuk pasien yang membutuhkan tindakan bedah
minor, misalnya :
 Jahit luka karena kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, dan
sebagainya
 Pasien yang akan dilakukan tindakan incision and drainage
 Pasien yang akan dilakukan tindakan pleural puncture (thoracentesis)
Kelengkapan alat yang diperlukan di ruang bedah minor, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tensimeter
c. O2 set
d. Surgery desk
 Berbagai macam cairan antiseptik (savlon, povidone iodine cair,
H2O2, alkohol 70%, NaCl 0,9%, aquadest)
 Tromol gauze + gauze steril
 Jarum kulit + benang (dengan berbagai ukuran)
 Jarum dalam + benang (dengan berbagai ukuran)
 Plester + gunting plester
 ABD, berbagai tampon
 Sofratulle®
 Gauze gulung (dengan berbagai ukuran)
 Elastis bandage (dengan berbagai ukuran)
 Pisau aesculap
 Berbagai salep antibiotik
 Lidocaine injeksi + chlor ethyl spray
 Set pemasangan infus + berbagai cairan infus

14
 Set pemasangan nasogastric tube
 Set pemasangan foley catheter
 Berbagai ukuran spuit dan jarum suntik
 Spalk/bidai (dengan berbagai ukuran)
 Operating lamp
 Tempat sampah
 Sarung tangan
 Korentang dan tempatnya
 Scoop strecher
 Skort plastik (apron)

e. Lemari instrumen set


 Sprei lobang
 Baskom steril
 Cath kawat
 Alat buka jahit
 Alat jahit wajah
 Alat jahit isi 6, 7
 Haemostat bengkok
 Haemostat lurus
 Tangkai pisau
 Speculum hidung
 T. Jarum biasa
 T. Jarum besar
 Ring forcep
 Slang karet
 Gunting metz
 Catheter tray
 Tabung enema
 Baskom irigasi
 Hak bergigi
 Korentang klem
 Alat vena sectie
 Alat thoracentesis
 Alat umbilikel
 Alat THT
 Slang dubur
 Foley catheter (dengan berbagai ukuran)
 Tromol kasa
 Bak instrumen
 Sarung tangan steril (dengan berbagai ukuran)

f. Ruang Triase

15
Triase adalah sistem penyeleksian problem pasien untuk memberikan
pertolongan dengan tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan
utama IGD, yaitu :
 Mencegah kematian dan cacat
 Menerima rujukan pasien gawat darurat
 Menanggulangi korban bencana
 Menanggulangi “false emergency” sebagai tujuan tambahan
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
triase, antara lain :
- Tempat tidur
- Lembar status emergency
- Tensimeter
- Stetoskop
- Termometer

g. Ruang Pemeriksaan (Kasus Bedah dan Non-Bedah)


Ruang ini dapat dipergunakan untuk pasien yang akan :
 Dilakukan pengukuran tanda- tanda vital
 Dilakukan pemeriksaan fisik
 Menunggu hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
 Menunggu masuk ke ruang rawat inap
 Dilakukan tindakan keperawatan (pasang infus, pasang catheter,
pasang nasogastric tube, dan sebagainya)
 Menunggu obat
 Menunggu proses penyelesaian administrasi
 Observasi setelah dilakukan di ruang bedah minor
Adapun kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di
ruang pemeriksaan kasus bedah maupun non-bedah, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah
c. O2 set
d. Tensimeter
e. Tongue spatel
f. Sarung tangan
g. Jelly
h. Masker

6. Ruang Tindakan Obstetri Ginekologi


Ruang ini berfungsi untuk pasien yang dilakukan tindakan
obstetriginekologi.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
tindakan obstetriginekologi, antara lain :
a. Tempat tidur
b. Tempat sampah

16
c. Tensimeter
d. Tongue spatel
e. Sarung tangan on
f. Jelly
g. Doppler
h. Spekulum
i. Tromol kapas dan savlon

7. Ruang Spool Hock


Ruang ini berfungsi untuk mencuci alat- alat keperawatan, seperti
pispot, urinal, dan baskom mandi.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di ruang spool hock,
antara lain :
a. Bak spool
b. Tempat sampah
c. Urinal, bed pan
d. Berbagai cairan (lysol, tepol)
e. Bak rendam alat
f. Bubuk detergent
g. Sikat
h. Sarung tangan on steril
i. Rak
j. Tempat jarum dan pisau bekas
k. Sapu
l. Alat pel + cairan
m. Tempat tenun kotor
n. Cikrak

8. Ruang Penyimpanan Oksigen


Ruang ini berfungsi untuk penempatan oksigen beserta perangkatnya.
Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di ruang
penyimpanan oksigen, antara lain :
a. Tabung O2 besar, pipa saluran dan kran
b. Etiket O2

9. Gudang
Ruang ini berfungsi untuk penempatan stock obat dan alat di IGD.
Kelengkapan sarana dan peralatan yang diperlukan di gudang, antara
lain :
 Form PermintaanLaborat
 Persetujuan tindakan medik
 Form cairan keluar masuk

17
 Surat persetujuan perawatan
 Data pasien
 Peraturan opname pasien
 Form pemeriksaan fisik
 Catatan/Pesan-pesan dokter
 Plastik sampah
 Rinso
 Pipet
 Envelope uk. 95 x 152 mm
 Envelope uk. 110 x 230 mm
 Karet gelang
 Clear pembersih kaca
 Pengharum ruangan
 Tissue gulung
 Clips
 Batu baterai kecil
 Batu baterai sedang
 Batu baterai besar
 Lem
 Buku tulis biasa/quarto
 Buku folio kecil panjang
 Form permintaan pemeriksaan USG
 Resep
 Surat rujukan
 Surat keterangan dokter
 Memo
 Pemeriksaan radiologi
 Form penolakan tindakan medis/opname

Kelengkapan sarana dan alat kesehatan yang diperlukan di gudang


medis, antara lain :
 Inf. Cath. 14 gr x 2’
 Inf. Cath. 16 gr x 2’
 Inf. Cath. 18 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 20 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 22 gr x 1¼’
 Inf. Cath. 24 gr x ¾’
 Spuit 1 cc
 Spuit 3 cc
 Spuit 5 cc
 Spuit 10 cc
 Spuit 20 cc
 Spuit 50 cc
 Infus set pediatrik
 Infus set dewasa
 Infus set darah

18
 Jarum suntik 18
 Jarum suntik 20
 Jarum suntik 23
 Jarum suntik 25
 RL 500 cc
 NaCl 3% 500 cc
 NaCl 500 cc
 NaCl 1000 cc
 D5 500 cc
 Asering
 Kaen 3 B
 D 10% 500 cc
 Folleycath No. 8
 Folleycath No. 14
 Folleycath No. 16
 Folleycath No. 18
 Folleycath No. 20
 Slang lambung No. 4
 Slang lambung No. 16
 Slang lambung No. 18
 Jelly
 Sofratul
 Electroda
 Hansaplast
 Leukopon 2.5 cm x 9.2 m
 Leukocrefe 7.5 cm x 4.5 m
 Leukocrefe 10 cm x 4.5 m
 Leukocrefe 15 cm x 5 m
 Verband gulung 5 cm
 Verband gulung 10 cm
 Kondom cath
 Urine bag
 Endotracheal tube no. 6
 Endotracheal tube no. 7
 Endotracheal tube no. 7.5
 Endotracheal tube no. 8
 Meylon 84 25 cc
 Dextrose 40% 25 cc
 Spatel tongue
 Catheter tip
 Spinal needle no. 23
 Sarung tangan 6 ½
 Sarung tangan 7
 Sarung tangan 7 ½
 Alkohol
 Savlon

19
 Kapus
 H2O2
 Bethadine cair
 EKG rol
 Formalin 10%

10. Toilet
Kelengkapan sarana yang diperlukan di toilet, antara lain :
a. Kloset
b. Pegangan
c. Tissue gulung
d. Tempat sampah
e. Ember
f. Gayung

11. Ruang Istirahat Dokter Jaga


Kelengkapan sarana yang diperlukan di ruang istirahat dokter jaga,
antara lain :
a. Tempat tidur
b. Meja
c. Kursi

12. Ruang Tunggu Pasien


Ruang ini berfungsi untuk pasien yang sedang :
 Menunggu pemeriksaan fisik/ukur tanda- tanda vital
 Menunggu hasil (laboratorium dan X – Ray)
 Menunggu penyelesaian proses administrasi
 Menunggu proses masuk ke Instalasi Rawat Inap
Kelengkapan sarana yang tersedia di ruang tunggu pasien, antara lain :
a. Kursi
b. Tempat sampah

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN.

20
Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran
pasien dilakukan di tempat pendaftaran pasien selama 24 jam. Pasien ditolong
terlebih dulu, baru kemudian dilakukan penyelesaian administrasinya.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari
setiap pasien :
 Pasien boleh langsung pulang
 Pasien dirujuk atau dikirim ke rumah sakit lain
 Pasien harus dirawat inapkan
1. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk
dirawat dapat langsung di pesankan kamar di ruangan perawatan sambil
menunggu tempat tidur kosong dari ruang perawatan.
2. Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancara perawat IGD
mendatangi pasien /keluarga untuk mendapatkan identitas selengkapnya.
3. Bagian pendaftaran mengecek data identitas kebagian rekam medis
untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat ke rumah sakit.
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera
dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap memakai
nomor yang dimilikinya.
5. Bagi pasien yang pernah dirawat/berobat ke rumah sakit maka diberikan
nomor rekam medis.
6. Petugas pendaftaran harus selalu memberitahukan ruang perawatan
sementara mengenai situasi tempat tidur di ruang perawatan.

4.2. SISTEM KOMUNIKASI.


Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan penderita
gawat darurat ”time saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat
daruratan yang mungkin terjadi sehari-hari atau bencana tertentu dapat
menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita gawat
darurat perlu untuk menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi
Gawat Darurat RS prasetya Husada siap 24 jam menggunakan sarana komunikasi
intern dan extern.
 Intern dengan ext 105
 Extern dengan hotline (0341) 460558

4.3. PELAYANAN TRIASE.


Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam
menentukan tingkat kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta
pemindahan. Pasien diseleksi berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan
kategori :
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya serta anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat

21
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat, misalnya penyakit kanker stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dll.
5. Kecelakaan
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cidera (fisik,
mental, sosial)
6. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian, harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus
emergency dan false emergency. Pasien yang datang ke Instalasi Gawat
Darurat diseleksi berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya dengan
menggunakan Dalam hal ini yang termasuk pasien emergency adalah :
kasus Prioritas 1 (P1) yaitu pasien gawat darurat, prioritas 2 (P2 yaitu
pasien gawat tidak darurat dan/atau pasien darurat tidak gawat.
Sedangkan yang termasuk pasien false emergency adalah kasus Prioritas
3 (P3) yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus prioritas 0 (P0)
yaitu pasien yang datang dalam keadaan sudah meninggal dunia (death
on arrival)
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian
dalam triase setelah diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.
Kartu warna yang digunakan adalah :

1. MERAH : Korban yang membutuhkan stabilisasi, misalnya :


 Syok oleh berbagai kausa
 Gangguan pernafasan

22
 Trauma kepala dengan pupil anisokor
 Perdarahan eksternal masif
 Gangguan jantung yang mengacam
 Luka bakar >50% atau luka bakar di daerah terbakar
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang resusitasi.
2. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi
perawatan dapat ditunda sementara, misalnya :
 Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen berat)
 Fraktur multiple
 Fraktur femur / pelvis
 Luka bakar luas
 Gangguan kesadaran / trauma kepala
 Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda, misalnya :
 Fraktur minor
 Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
4. HITAM : Korban yang telah meninggal dunia
Pasien yang meninggal dunia disalurkan ke kamar jenazah.

TRANSPORTASI PASIEN.
Transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat
darurat. Melalui transportasi kita dapat membantu penanganan penderita
gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan transpotasi kepada penderita
gawat darurat, perlu diperhatikan beberapa petujuk dibawah ini :
1. Persiapan alat
a. Ambulans
b. Kursi roda.
c. Brankard.
d. Alat – alat penunjang hidup yang diperlukan.

2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan
nafas dan sirkulasi), pasien diantar minimal 2 orang petugas
termasuk dokter dan ventilasi harus tetap dipertahankan dalam
perjalanan.
d. Ke Rumah Sakit lain :
 Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas
dan membawa surat rujukan.

23
 Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat
dengan membawa surat rujukan dan memakai ambulans.

4.4. PELAYANAN FALSE EMERGENCY.


Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama,
tidak mengancam nyawa (false emergency). Langkah – langkah dalam
memberikan pelayanan false emergency adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami
penyakit akut dan gawat ”True Emergency” bukan berdasarkan urutan
kedatangan pasien.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat ”False Emergency”
akan mendapatkan pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (07.00-14.00) setiap hari Senin – Jumat, kasus-kasus
false emergency akan dialihkan ke poliklinik, atau
4. Dokter poliklinik dimintakan bantuannya untuk melayani pasien false
emergency di IGD bila Dokter IGD sedang menangani pasien true
emergency.

4.5. PELAYANAN VISUM ET REPERTUM.


Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau
permintaan tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat / diperiksa
berdasarkan keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan visum et repertum
adalah sebagai berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang
berwajib (Kepolisian) untuk pembuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada
permintaan Visum Et Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara objektif berdasarkan
pemeriksaan saat ini atau dari catatan pada Rekam Medik jika
kejadiaannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang
memintanya. Pasien atau keluarga pasien tidak berhak meminta atau
melihatnya.

4.7. Pelayanan DOA (Death on arrival)


DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien
sampai di IGD. Pasien yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan /
ditempatkan di kamar jenazah.
Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang sah kepada
petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambilan Jenazah kepada
petugas.
Jika jenazah berada di kamar jenazah maksimal 4 jam, lebih dari itu jenazah
langsung dikirim ke RSUD Saiful Anwar Malang.

24
4.8. Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
IGD RS prasetya Husada diklasifikasikan sebagai Instalasi
Pelayanan Gawat Darurat kelas II, karena telah memiliki dokter spesialis
empat besar yang siap dipanggil (on – call), dokter umum yang siaga
ditempat (on – site) 24 jam yang memiliki kualifikasi pelayanan GELS
(General Emergency Life Support) dan mampu memberikan resusitasi dan
stabilisasi ABC serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan
komunikasi yang siap 24 jam.
Sarana Penunjang pelayanan :
1. Penunjang medis : Pelayanan Radiologi, laboratorium, farmasi
2. Penunjang non medis : Telepon dan ambulans.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien
gawat darurat via telepon :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans, petugas
IGD wajib memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi
pelayanan pra rumah sakit diberikan adalah dengan tata laksana sebagai
berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans tidak
menginformasikan apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulans
menginformasikan keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di
rumah sakit dengan menggunakan sarana telekomunikasi handphone.

4.9. Sistem Rujukan.


Rujukan pasien dari Rs Prasetya Husada hanya dapat dilakukan oleh
dokter spesialis yang kompeten atau setidaknya atas persetujuan salah satu
dokter spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak, dan kebidanan).
Dokter jaga IGD sebelum melakukan rujukan pasien harus
mengkorfirmasikan pasien tsb kepada dokter spesialis yang sesuai dengan
penyakit pasien. Adapun bentuk rujukan yaitu :
1. Alih Rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
- Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
- Trauma kapitis dengan kemungkinan perdarahan intra kapitis
- Permintaan pasien
- Dugaan kasus SARS, flu burung,flu babi

2. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan

25
b. Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat
dilakukan di Rs Prasetya Husada

3. Spesimen
a. Darah
b. Urin
c. Jaringan
d. Mukus / sekret

BAB V

26
LOGISTIK

Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alkes meliputi pemesanan,


pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat / alkes untuk pasien – pasien
IGD.
Mekanisme pengadaan obat dan alat medis di IGD adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat
a. Lembaran stock obat
b. Buku keluar / masuk alat
c. Buku inventaris alat
d. Blanko pemesanan obat dan alkes
e. Buku laporan harian pemakaian obat
2. Setiap hari petugas / pekarya pagi mengantar alkes yang terpakai untuk
disterilkan dan mengambil kembali setelah disterilkan untuk disimpan pada
tempatnya.
3. Pemesanan alat kesehatan dilakukan oleh perawat penanggung jawab dinas
pagi setiap hari Sabtu dengan mengisi blanko pemesanan alkes yang
ditandatangani Kepala perawat / Kepala IGD dengan jumlah yang sesuai
pengeluaran / kebutuhan, kecuali bila jatuh pada hari libur, pemesanan
dilakukan sehari sebelumnya.
4. Pengadaan alat umum :
a. Petugas IGD membuat permintaan ke bagian Gudang, dengan mengisi
Formulir Pengambilan Barang yang ditandatangani oleh Ka. Bag. Gawat
Darurat atau Ka. IGD.
b. Formulir diserahkan ke Bagian Gudang.
5. Pengadaan alat – alat kesehatan :
a. Bagian Gawat Darurat mengajukan permintaan barang dengan mengisi
formulir permintaan barang. Formulir tersebut terlebih dahulu diajukan
kepada Kepala Departemen Pelayanan untuk diketahui, dipertimbangkan
dan disetujui serta ditandatangani oleh Kepala Bagian Gawat Darurat / Ka.
IGD dan Kepala Departemen Pelayanan.
b. Permintaan barang yang telah disetujui oleh Kepala Departemen
Pelayanan, selanjutnya diajukan kepada Tim Pengadaan, untuk
dipertimbangkan dan pengesahan.
c. Tim pengadaan melakukan negoisasi penawaran harga untuk mendapat
kesepakatan harga dengan pemasok.
d. Tim pengadaan memberi perintah kepada bagian / petugas pembelian,
untuk membeli barang – barang sesuai kebutuhan bagian yang meminta.
Dalam hal kebutuhan barang – barang rutin yang telah dilakukan
perjanjian kerjasama, maka pembelian dapat langsung di lakukan ke
pemasoknya, setelah ada pengesahan dari Tim Pengadaan.
e. Bagian / petugas pembelian melakukan transaksi atas pembelian barang –
barang sesuai permintaan baik untuk barang – barang rutin atau barang –
barang yang non stock.

27
f. Pemasok mengantar barang ke Rs Prasetya Husada sesuai pesanan dan
barang tersebut diterima oleh bagian, Petugas Gudang memeriksa apakah
barang – barang tersebut sesuai dengan pesanan baik jenis maupun jumlah
pesanan.
g. Kemudian bagian gudang mendistribusikan barang kepada bagian Gawat
Darurat.
h. Untuk pengambilan barang di gudang yang sudah diajukan, Petugas IGD
melakukan prosedur pada permintaan alat – alat umum diatas.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

28
6.1. PENGERTIAN.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau idak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

6.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

6.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN.


1. Keselamatan pasien merupakan hal yang terutama dalam pelayanan
IGD.
2. Terdapat petugas IGD yang memahami mengenai keselamatan pasien.
3. Terdapat sistem pelayanan yang komprehensif, baik medis maupun
keperawatan sehingga meminimalkan terjadinya kasus yang tidak
diharapkan (KTD).
4. Setiap pasien yang masuk melalui IGD harus mendapat penilaian
langsung oleh dokter jaga, untuk menyatakan kondisi kedaruratannya.
5. Pasien yang mengalami kondisi yang darurat, yaitu mengancam
keselamatan pasien, harus ditatalaksana dengan lengkap di IGD.
Konsultasi spesialistik dilakukan di IGD, kecuali bila penyakit pasien
dianggap tidak membahayakan.
6. Identifikasi pasien harus dilakukan secara lengkap, baik berupa status
maupun gelang identitas.
7. Segala bentuk pemindahan pasien, baik ke ruang perawatan atau kamar
operasi harus sudah teridentifikasi dengan baik, dan diketahui oleh
kepala perawat jaga saat itu.
8. Sarana dan prasarana harus mengindahkan keselamatan pasien :
sterilitas alat, tabung oksigen, tempat tidur dorong, privacy, dll.
9. Terdapat evaluasi berkala kelengkapan sarana dan prasarana.
10. Terdapat pelaporan kasus yang tidak diharapkan, yaitu :
- Insidens kesalahan identifikasi kedaruratan pasien.
- Insidens pasien jatuh.

29
- Insidens kejadian infus blong.
- Insidens kesalahan pemberian obat.
- Insidens kesalahan cara pemberian obat.
- Insidens kesalahan persiapan operasi.
- Insidens kesalahan persiapan pemeriksaan penunjang.
11. Membangun kesadaran atau budaya akan nilai keselamatan pasien

BAB VII

30
KESELAMATAN KERJA

7.1. PENGERTIAN.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

7.2. TUJUAN.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS. Prasetya Husada.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.3. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN.


a. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu :
- Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi.
- Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
dll.
- Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit
luka, memasang infus, dll
- Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
- Dekontaminasi dengan larutan klorin
- Pencucian dengan sabun
- Pengeringan
d. Menggunakan baju kerja yang bersih
e. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani
kasus :
- HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
- Flu burung

Kewaspadaan standar karyawan / petugas IGD dalam menghadapi


penderita dengan dugaan flu burung adalah :
 Cuci tangan

31
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat
selruh telapak tangan maupun punggung tangan.
 Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita.
 Memakai masker N95 atau minimal masker badan
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila
diperlukan)
 Menggunakan apron / gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
- Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

32
1. Kepatuhan perawat dalam melakukan identifikasi pasien sebelum
melakukan tindakan ke pasien IGD

Kepatuhan perawat dalam melakukan identifikasi pasien sebelum


Nama indikator melakukan tindakan ke pasien IGD

Program
Dimensi  Keselamatan
Menggambarkan kepatuhan perawat dalam melakukan
Tujuan identifikasi pasien
Sebelum melakukan tindakan di IGD
Dasar
Standar Akriditasi RS versi 2012
pemikiran
Identifikasi pasien adalah ketepatan pasien sebelum melakukan
Definisi
tindakan ke pasien
Kreteria
Kepatuhan perawat IGD melakukan identifikasi pasien sebelum
 Inklusi
melakukan tindakan ke pasien
Ketidakpatuhan perawat IGD melakukan identifikasi pasien
 eksklusi
sebelum melakukan tindakan ke pasien
Tipe indikator Proses
Jenis indikator Presentase
Numerator Kepatuhan perawat IGD melakukan identifikasi pasien
Ketidakpatuhan perawat IGD melakukan identifikasi pasien
Denominator
sebelum melakukan tindakan ke pasien
Kepatuhan perawat IGD melakukan identifikasi pasien/
Cara
ketidapatuhan perawat IGD melakukan identifikasi pasien X 100
pengukuran
%
Target
pengukuran 100 %
indikator
Sumber data  Form Laporan
Target sampel Kepatuhan perawat IGD melakukan identifikasi pasien
(N)
Tempat
pengambilan IGD
data
Metodologi
pengumpulan Concurrent
data

33
Pengumpulan
Perawat IGD
data
Frekuensi
Bulanan
penilaian
Periode
Bulanan
pelaporan
Rencana
Run chart
analisis
Data
disebarluaskan Rapat Bulanan
dengan cara
Nama alat/sitem
Form Laporan
audit

BAB IX

PENUTUP

34
Demikianlah buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami
mengajak semua pihak yang bekerja di Rs Prasetya Husada untuk dapat bersama-
sama membina dan mengembangkan sistem pelayanan di IGD. Semua petugas
baik tenaga medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan
yang telah digariskan di dalam buku pedoman ini.

Malang, 02 Januari 2019


Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada

dr. M. Arif Surjadi,MMRS


NIK.10.12.070

Lampiran

35

Anda mungkin juga menyukai