Anda di halaman 1dari 74

PEDOMAN PELAYANAN

CENTRAL SUPLLY STERILE DEPARTEMEN (CSSD)


DAN
LAUNDRY
PEMERINTAH PROVINSI IAWA TIMUR
DIHAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA BATU
Jalan A.Yani 10 - 13 Telp. ( 0341 ) 596998 *
591076 - 591036 - Fax..596901 - 591076
Email : rsukhbatu@jatimprov.go.id
BATU 65311

KEPUTUSAI{
DIRTI(TUR RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA
I[omor tL&B.al $o?g lt02.6l?at9
TENTAI'IG
PEDOIIIAN PELAYANAN
CET{TRAL S?ERil,E SUPP'T DDPARTEMEItr (CSSDI DAI{ LAUNDRY
RI'MAII SAKIT UIiIUM I(ARSA HUSADA BATU
DIREKTUR RUMAII SAKIT U&IUM I(ARSA HUSADA BATU
Menimbang : a" bahu.,a rumah sakit sebagai salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masvarakat harus didukung dengan upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi yang tedadi
karena pemakaian peraiatan vang digunakan selama
proses perau.atan di rumah sakit;

b. bahr.l.a infeksi yang disebabkan karena pemakaian


peralatan pasien dapat dicegah dengan pemrosesan
peralatan _yang benar;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam konsiderans (a) dan (b), perlu
disusun Pedoman Pelayanan Central Sterile Supptg
Departemenf (CSSD) Dan Laundry yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu..
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2009 Tentang Kesehatan;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4+


Tahun 2009 tentang Rurnah Sakit Pasal 40 Ayat 1
bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di
Rumah Sakit wajib dilakukan Akreditasi secara
berkala minimal 3 (tiga) tahun sekaii;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Nomor: l29lMenkes/SK/il/2008 tentang Standar
Peiayanan Minimal Rurnah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor 27
Tahun 1999 tentang AMDAL;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 11 Tahun 2A17 Tentang Keselamatan Pasien;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik indonesia


Nomor 34 Tahun 2A17 Tentang Akreditasi Rumah
Sakit;

7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upa3ra Kesehatan


No.HK.O2.O4lIl2.79Al2A1l tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit;

8. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi CSSD (Central


Sterile SupplU Departementl Departemen Kesehatan
Repubiik Indonesia Jakarta Tahun 2009

9. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 104 Tahun


2A16 tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi,
Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jarva
Timur;

10. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor


tanggal 26 Desember 2016
821 .2121A9 121212016
tentang pengangkatan Dalam Jabatan. Selaku
Direktur Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu;

1 1. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Karsa


Husada Batu Nomor: 188.4 I 5.1 I 102.6 / 2Ol9
tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
KESATU Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu tentang Pedoman Pelayanan Central Sterile Supplg
Departemenf (CSSD) Dan Laundry.

KEDUA Mernberlakukan Pedoman Pelayanan Central Sterile


Supplg Departement (CSSD) Dan Laundry Rumah Sakit
Umum Karsa Husada Batu sebagaimana terlampir
dalam surat keputusan ini agar digunakan sebagai acan
dalam penatalaksanaan pelayanan sterilisasi dibagian
CSSD & Laundry Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu.

KETIGA Pedoman Pelayanan Central Sterile SupplA Departement


(CSSD) Dan Laundry Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu akan dievaluasi sekurang - kurangnya
setiap 3 (tiga) tahun sekali dan apabila diperlukan,
dapat diiakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada.

KEEMPAT Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalarn
keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan dan
perubahan sebagaimana mestinya.

DITETAPKANDI :BATU
PADA TANGGAL T.IAMUARI 2019
:C
KTUR RUMAH SAKIT UMUM
SA HUSADA BATU

Pembina Tk. I
9640620 199002 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya Pedoman Pelayanan CSSD Instalasi CSSD dan Laundry di Rumah
Sakit Umum Karsa Husada Batu dapat diselesaikan.

Infeksi yang terjadi di rumah sakit pada prinsipnya dapat dicegah,


walaupun mungkin tidak dapat dihilangkan sama sekali. Untuk itu telah
disusun Pedoman Pelayanan CSSD di Rumah Sakit yang aplikatif sehingga
diharapkan penyelenggaraan progam pencegahan dan Pengendalian infeksi di
RSU Karsa Husada Batu dapat dilakukan lebih optimal melalui kegiatan
pelayanan CSSD.

Dengan dilaksanakannya prinsip-prinsip sesuai Pedoman Pelayanan


CSSD yang tepat, maka kegiatan dan progam pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat membantu
meningkatkan mutu dan pelayanan di RSU Karsa Husada Batu.

Kami menyadari bahwa pedoman ini masih belum sempurna, dan kami
mengharap adanya masukan bagi penyempurnaan pedoman ini dikemudian
hari. Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan harapan kami
pedoman ini dapat dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-baiknya.

Batu, Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover Judul Pedoman………………………………………………………………………. i


Kebijakan Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi…………………………….......... ii
Kata Pengantar................................................................................................ v
Daftar Isi………………………………………………………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….…………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………....... 1
B. Tujuan Pedoman…..…………………………………………………………..... 2
C. Ruang Lingkup Pelayanan………………………………………………......... 2
D. Batasan Operasional.......................................................................... 3
E. Landasan Hukum............................................................................... 3

BAB II STANDAR KETENAGAAN.................................................................... 5


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia...................................................... 5
B. Distribusi Ketenagaan........................................................................ 5

BAB III STANDAR FASILITAS………………………………………………………..... 8


A. Denah Ruangan..................................................................................8
B. Standar Fasilitas................................................................................ 8
C. Ruang Steril........................................................................................9
D. Ruang Penyimpan dan Distribusi....................................................... 9
E. Ruang produksi.................................................................................. 9
F. Ruang Setting Paching linen............................................................... 9
G. Bangunan Instalasi.............................................................................9
H. Lokasi Instalasi Sterilisasi sentral....................................................... 9
I. Pembagian dan Persyaratan Instalasi Sterilisasi Sentral.................... 10
J. Prasarana.......................................................................................... 13
K. Peralatan/Mesin di CSSD.................................................................. 15
L. Produk bahan kimia...........................................................................15
M. Alat/Mesin.........................................................................................15

17

vi
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ………………………………………………..
A. Tata Laksana Pelayanan…………........................................................17
B. Tata Laksana Monitiring Dan Evaluasi Mutu Hasil Sterilisasi.............26
C. Tata Lakasana Single-use disproses re-use.........................................28
D. Instalasi Sterilisasi Pusat................................................................... 29

BAB V LOGISTIK………………………………………………………………………….... 31
A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan……........................................... 31
B. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan………………………................31
C. Inventaris Peralatan………………………………………………………......... 32

BAB VI KESELAMATAN PASIEN……………………………………………………….. 42


A. Pengertian..........................................................................................42
B. Tujuan...............................................................................................42
C. Tata Laksana......................................................................................42

BAB VII KESELAMATAN KERJA....................................................................45

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU................................................................... 59

BAB IX MONITORING DAN PENGENDALIAN MUTU.......................................64

BAB X PENUTUP............................................................................................ 66

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medic, khususnya dalam pengolaan
sterilisasi. Instalasi CSSD ( Central Suplly Sterile Departemen ) adalah
suatu bagian pelayanan penunjang medis yang ada di rumah sakit untuk
memberikan pelayanan sterilisasi pada seluruh unit pelayanan yang
memerlukan bahan atau alat steril secara terpusat yang bertujuan
memelihara efektivitas secara akurat terhadap proses pembersihan,
Dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi, dan memberikan kontribusi di
Rumah Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.
Sterilisasi di rumah sakit dibutuhkan disetiap unit pelayanan.
Kebutuhan akan sterilisasi di setiap unit pelayanan/ ruang perawatan
sangat bervariatif, baik jenis, jumlah dan kondisinya. Instalasi CSSD (
Central Suplly Sterile Departemen ) Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu selalu berusaha mengembangkan diri dan menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran, dengan cara meningkatkan
sumber daya manusia dan melengkapi sarana prasarana sesuai dengan
kebutuhan, sehingga tujuan diatas dapat tercapai dengan maksimal.
Dengan melaksanakan manajemen CSSD di Instalasi CSSD dan
Laundry RSU Karsa Husada Batu akan menjamin ketersediaan sterilisasi
yang memenuhi standar kualitas dan kuantitasnya, serta aman bagi pasien
dan petugas. Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan kewaspadaan
Universal pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) Kesehatan
Keselamatan Kerja (K3)
Atas dasar tersebut di atas maka perlu penyusunan suatu pedoman
dalam penatalaksanaan pengolaan manajemen CSSD di RSU Karsa Husada
Batu.

1
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi bahan dan alat medis
yang memenuhi standar kualitas dan kuantitasnya guna menekan
kejadian infeksi di rumah sakit
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan pusat sterilisasi di
rumah sakit
b. Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil
sterilisasi, dan dapat meminimalisasi potensi bahaya yang
ditimbulkan dari infeksi silang dan efek dari zat kimia berbahaya
c. Sebagai pedoman kerja bagi petugas CSSD dalam memberikan
pelayanan pusat sterilisasi, dan dapat meningkatkan pengetahuan,
wawasan bagi petugas CSSD di RSU Karsa Husada Batu tentang
pengelolaan, penyediaan serta pemeliharan alat steril
d. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja bagi petugas CSSD di Rumah Sakit Umum Karsa
Husada Batu.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang Lingkup pelayanan sterilisasi sesuai peran dan fungsinya meliputi :
1. Perencanaan dan pengadaan
2. Pre-cleaning / pencucian
3. Cleaning /dekontaminasi
4. Paching/ pengemasan dan labeling (pemberian tanda / etiket)
5. Setting paching linen
6. Proses sterilisasi
7. Penyimpanan
8. Produksi berbagai bentuk kasa steril (BMHP)
9. Distribusi
10. Pencatatan dan pelaporan

2
D. Batasan Operasional
Instalasi CSSD merupakan pelayanan penunjang medic yang
membantu seluruh unit pelayanan di rumah sakit dalam memenuhi
kebutuhan sterilisasi siap pakai mulai dari perencanaan sampai dengan
penata laksanaan sterilisasi.
Batasan operasional dibawah ini merupakan penanganan sterilisasi
dimulai dari ruang perawatan, proses pre-cleaning (pencucian) atau
cleaning (dekontaminasi), pengemasan, sterilisasi dan penyimpanan serta
distribusi alat atau instrument medis dari berbagai departemen atau unit
pelayanan di rumah sakit adapun alur operasionalnya sebagai berikut :
1. Perencanaan kebutuhan sterilisasi dilakukan kerja sama dengan bagian
unit terkait. Perencanaan dilakukan 1 (satu) tahun sekali disesuaikan
dengan jumlah kebutuhan.
2. Ruang perawatan/ unit pemakai
a. Melakukan pre-cleaning alat / intrumen kotor yang sudah
dipergunakan untuk pasien dengan cara di lap kasa basah atau
disiram dengan air mengalir dan segera diserahkan ke CSSD.
b. Petugas ruangan mengirim instrument kotor ke CSSD segera dengan
dimasukan kedalam countainir
3. Ruang unit CSSD
a. Penerimaan instrument kotor (dokumentasi serah terima alat)
b. Proses cleaning (pencucian)
c. Proses pengeringan
d. Uji visual
e. Pengemasan dan labeling
f. Sterilisasi
g. Penyimpanan
h. Distribusi
i. Pencatatan dan pelaporan

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

3
4. PP Nomor 85/1999 Tentang perubahan PP nomor 18 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
5. PP Nomor 27 Tahun 1999 Tentang AMDAL
6. Permenkes RI Nomor 472/Menkes/Per/IX/1992 Tentang Penggunaan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
9. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1999
Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
11. Standar pelayanan Rumah Sakit Tahun 1999

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tabel 1. Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil Instalasi CSSD

KUALIFIKASI PELATIHAN DAN


NO NAMA JABATAN
FORMASI SERTIFIKASI

1 Kepala Instalasi S1/D III CSSD Dasar dan


Farmasi/Kesehatan Laundry

2 Koordinator DIII Kesehatan CSSD dasar

3 Penanggung Jawab DIII Kesehatan CSSD dasar


dan Quality Control

4 Pelaksana CSSD DIII Kesehatan CSSD dasar

5 Tenaga Administrasi Umum/SMK/SMA/ D III Manajemen/


komputer

B. Distribusi Ketenagaan
Tabel 2. Pola Pengaturan Ketenagaan Unit Laundry
KUALIFIK KETERSEDIAAN
ASI KEBUT PEGAWAI KEKURANG
NO JABATAN
PENDIDIK UHAN PN Non Juml AN
AN S PNS ah
1 Kepala Instalasi D III
1 1 0 1 0
Farmasi
2 Koordinator DIII
1 0 1 1 0
CSSD Kesehatan
3 Penanggung DIII
1 0 0 0 1
Jawab QC Kesehatan
4 Adminitrasi SMA /
1 0 0 0 1
Sederajat
5 Dekontaminasi DIII
4 0 1 1 3
Kesehatan

5
6 Setting/ DIII
4 0 1 1 3
Paching Kesehatan
7 Sterilisasi DIII
4 0 0 0 4
Kesehatan
8 Distribusi DIII
2 0 0 0 2
Kesehatan
Jumlah 18 1 3 4 14

C. Pengaturan Petugas Penanggung Jawab


Tabel 3. Pola Pengaturan Petugas Penanggung Jawab

NAMA JABATAN JUMLAH KETERANGAN

Ka.Instalasi 1 Cukup

Koordinator 1 Cukup

Penanggung Jawab dan Quality Control 0 Kurang

Adminitrasi 0 Kurang

Dekontaminasi 1 Kurang

Setting/ Paching 1 Kurang

Sterilisasi 0 Kurang

Distribusi 0 Kurang

D. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi CSSD membawahi Koordinator Dekontaminasi dan
Produksi, Koordinator Sterilisasi dan Quality Control serta Koordinator Store
dan Distribusi. Instalasi CSSD terdiri dari 4 (empat) orang sesuai dengan
struktur organisasi dalam hal ini kebutuhan tenaga masih kurang 4 (empat)
orang untuk pergantian petugas shif
Penjelasan:
1. Pengaturan dinas disesuaikan dengan peraturan kepegawaian:
6
a. Hari senen sampai dengan hari sabtu 7 jam
Pagi (jam 07.00 – 14.00)
Siang (jam 14.00 – 21.00)
b. Hari Jumat mulai jam 06.30
2. Pengaturan jadwal penanggung jawab dibuat untuk jangka waktu 1
(satu) bulan dan direalisasikan oleh pelaksana CSSD
3. Apabila dalam pelaksanaannya ada petugas yang memiliki kepentingan
mendadak dan tidak dapat ditinggalkan, maka jadwal petugas
penanggung jawab diserahkan ke koordinator untuk mencarikan
pengganti.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS
SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN

A. Denah Ruangan
Gambar 1. Denah Unit CSSD

B. Standar Fasilitas
1. Ruang Dekontaminasi
a. Ruangan ini memuat meja serah terima alat /instruman kotor
b.Washer manual
c. Washer desinfektor
d.Mesin Draying
e. Ultrasonik cleaner
f. Hepafilter

2. Ruang bersih / setting paching


a. Ruang ini memuat meja packing
b.Alat uji visual (manofaying lamp)
c. Hand labeling
d.Indikator ekternal dan internal

8
C. Ruang sterilisasi
1. Mesin EO
2. Mesin Plasma
3. Mesin autoclave

D. Ruang penyimpanan dan distribusi


Rak untuk menyimpan alat / bahan steril

E. Ruang produksi
1. Meja produksi
2. Rak tempat produk
2. Mesin sealer
1. Alat pemotong pouches
F. Ruang setting paching linen
1. Rak linen
2. Meja inpeksi

G. Bangunan Instalasi Sterilisasi Sentral


Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan
bangunan pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan di
masa datang dan didesain menurut tipe / kapasitas rumah sakit dengan
ketentuan untuk rumah sakit :
1.200 TT, luas bangunan kurang lebih 130m2
2.400 TT, luas bangunan kurang lebih 200m2
3.600 TT, luas bangunan kurang lebih 350m2
4.800 TT, luas bangunan kurang lebih 400m2
5.1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2
Untuk Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu memiliki luas bangunan 200 m2

H. Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral


Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu berdekatan dengan pemakaian alat atau bahan steril terbesar di
rumah sakit yaitu Instalasi Kamar Operasi. Pemilihan atau penetapan lokasi

9
yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian
infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi silang
serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.

I. Pembagian dan Persyaratan Instalasi Sterilisasi Sentral


Pada prinsipnya desain ruang Sterilisasi Sentral terdiri dari ruang bersih dan
ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih, selain itu pembagian
ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang Sterilisasi Sentral dibagi 6
ruang yaitu :
1. Ruang Serah Terima
Yaitu ruang serah terima alat kotor atau habis pakai dari ruang
perawatan, rawat inap, rawat jalan, unit penunjang dan kamar operasi
2. Ruang Dekontaminasi
Yaitu ruang dekontaminasi/ pencucian dan pembersihan. Ruang
dekontaminasi harus teriperlihara, dan terkontrol untuk mendukung
efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-
benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun, dan hal-hal berbahaya
yang lainnya.
a. Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme
dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan
bioburden dan mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah
didekontaminasi, alat-alat yang siap disterilkan dan bahkan yang
sudah disterilkan. Karenanya, system ventilasi harus didesain
sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus L dan
dilengkapi dengan Hepafilter
1) Dihisap keluar atau ke system sirkulasi udara yang
mempunyai filter.
2) Diganti 10 kali dalam 1 jam
3) Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara
ruangan lainnya.
b. Suhu dan kelembaban

10
Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden lingkungan dan
juga kenyamanan pekerja diruang dekontaminasi. Suhu dan
kelembaban yang direkomendasikan adalah :
1) Suhu udara antara 180C-220C
2) Kelembaban udara antara 35% - 75%
c. Kebersihan
Debu, serangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme,
sehingga kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat
pembersih harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya. Harus
ada peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah dan
transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik yang dapat
maupun yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga yang
berbahaya. Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup:
1) Setidaknya sekali sehari dipel.
2) Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendesinfeksi
tempat cuci, meja kerja dan peralatan
3) Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumpahan
darah dengan desinfektan yang digunakan di Rumah Sakit.
4) Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan,
dinding, langit-langit, ventilasi AC dan fixture lainnya
(lampu, sprinkler, ducting, exhaust van dan sebagainya)
5) Prosedur control terhadap binatang perusak (serangga, tikus
dan sebagainya)
6) Setidaknya sekali sehari sampah dibuang dan lain-lain yang
kotor diganti
7) Pemisahan sampah infectious dan non infectious
3. Ruang setting paching / pengemasan
Yaitu ruang untuk kegiatan setting paching peralatan/ intrumen bersih
sebelum penyeterilan harus dilakukan uji visual yaitu uji kelayakan dan
kebersihan alat/instrument dan dilakukan labeling mulai dari tanggal
steril, inisial petugas, dan tanggal experiet.
4. Ruang Produksi
Di ruang ini dilakukan proses pembuatan bahan dispossible (kasa, kapas
dan lain-lain) untuk diolah menjadi bahan steril siap pakai sesuai

11
kebutuhan, tidak hanya kebutuhan untuk Instalasi Kamar Operasi
melainkan digunakan untuk kebutuhan pelayanan rawat jalan dan rawat
inap serta dijual untuk umum.
5. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan dispossible
(kasa, kapas dan lain-lain) dan dilengkapi dengan exhaust van dan AC.
Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas kering) dan
steam (uap / autoclave). Plasma (suhu rendah)
6. Ruang Penyimpanan (Store)
Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Di ruang ini
penerangan harus memadahi, suhu antara 180C – 220C dan kelembaban
udara antara 35% - 75%, ventilasi menggunakan system tekanan positif
dengan efisiensi filtrasi partikuler antaral 90 – 50% (untuk particular
berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan
yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan, item steril disimpan pada
jarak 19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5
cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya
penumpukan debu pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan dekat
wastafel atau saluran pipa lainnya. Akses ke ruang penyimpanan steril,
dilakukan oleh petugas sterilisasi sentral yang terlatih, bebas dari
penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas
dan jendela serta pintu sesedikit mungkin dan terisolasi.
7. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan yang
sudah steril, seluruh unit rawat inap, rawat jalan, unit penunjang, dan
kamar operasi yang membutuhkan alat atau bahan steril dapat dipinjam
ke instalasi sterilisasi sentral melalui ruang distribusi ini.
d. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi
manual dari produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus
dikalibrasi adalah pengukur suhu dan tekanan, timer, dan elemen
pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila komponen-
komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan

12
oleh orang terlatih khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi yang
akan dikalibrasi.
e. APD (Alat Pelindung Diri)
Instalasi Sterilisasi Sentral harus dilengkapi dengan alat pelindung
diri seperti baju lengan panjang yang tahan terhadap cairan kimia
heavy-duty, penutup kepala, “high filtration” dan “tight fitting” google,
khususnya dipakai oleh staf yang melakukan prosedur yang
memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi cairan yang
mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus ada alas kaki
khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup sepatu
tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker, dan
google harus dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi.
Sarung tangan, gaun pelindung dan google harus dicuci setiap hari.
Alat pelindung yang dipakai harus di laundry setelah setiap sehabis
pemakaian.

J. Prasarana
1. Prasarana Listrik
Sebagian besar peralatan pencucian dan mesin sterilisasi
menggunakan daya listrik. Kabel yang dipergunakan instalasi listrik
sebagai penyalur daya digunakan kabel dengan jenis NYY untuk instalasi
luar gedung pada kabel Feeder antara panel induk utama sampai panel
gedung instalasi CSSD. Pada persyaratan umum instalasi listrik 2000
(PUIL 2000) untuk pendistribusian daya listrik yang besar, kabel listrik
harus disambung langsung dengan panel utama (Main Panel) Rumah
Sakit, atau panel distribusi (kios) jika rumah sakit berlangganan tegangan
menengah TM 20 KV dan sudah menggunakan system Ring TM 20 KV.
Adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi CSSD terbagi dua
bagian antara lain :
a. Intalasi penerangan
b. Instalasi Tenaga
Daya instalasi CSSD cukup besar terutama untuk mesin Washer,
mesin pengering, mesin steril suhu tinggi, mesin steril suhu rendah,
penggunaan mesin AIR RO. Disarankan menggunakan kabel NYY terutama

13
pada kotak kontak langsung ke peralatan tersebut. Dan menggunakan
tuas kontak (hand switch) atau kotak dengan system plug dengan
kemampuan 25 ampere agar tidak terjadi loncatan bunga api pada saat
pembebanan sesaat. Grounding harus dilakukan, terutama untuk
diameter minimal sama dengan kabel daya tersalurkan.
Untuk instalasi kotak kontak bisa disarankan untuk memperhatikan
penempatan, yaitu harus menjauhi daerah yang lembab dan basah. Jenis
kotak kontak hendaknya tertutup agar terhindar dari udara lembab,
sentuhan langsung dan panel yang melebihi kapasitas penggunaan.
2. Prasarana Air
Prasarana air untuk instalasi CSSD memerlukan sedikitnya 20 % dari
kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 100 liter setiap kali
pencucian perhari. Kebutuhan air untuk proses pre-cleaning, cleaning, dan
untuk proses pembuatan air RO dengan kualitas air bersih sesuai standar
air. Reservoir dan pompa perlu disiapkan untuk menjaga tekanan air.
a. Standar air
Air yang digunakan untuk pre-cleaning dan cleaning mempunyai
standar air bersih berdasarkan No. 416 Tahun 1992 dan standar khusus
bahan kimia dengan penekanan tidak adanya :
1) Hardness-Garam (Calsium, Carbonate dan chloride) standar Baku
Mutu 0-90ppm. Tinggi konsentrasi garam dalam air menghambat
kerja bahan kimia pencuci sehingga proses cleaning tidak berjalan
sebagai mana seharusnya.
Efek pada alat/instrument dan mesin :
Garam akan menjadikan mesin dan alat menjadi berkerak (acale
forming), sehingga akan menyumbat saluran air dan mesin.
2) Iron – Fe (Besi)
Standar baku Mutu : 0-0,1 ppm
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan
kimia, dan proses cleaning.
Efek pada alat/instrumen dan mesin :
Alat/instrumen dan mesin akan berkarat . Kedua polutan tersebut
(hardness dan besi) mempunyai sofat alkali, sehingga

14
alat/instrument yang rusak akibat kedua kotoran tersebut harus
dilakukan proses penetralan pH. (Air RO)
3. Prasarana Uap
Prasarana uap pada instalasi CSSD digunakan pada proses pencucian,
pengeringan, dan sterilisasi penggunaan uap panas pada tekanan
minimum 5 Kg/Cm2. Kualitas yang baik adalah dengan fraksi kekeringan
minimum 70 % (pada skla 0 – 100%)
K. Peralatan / Mesin di CSSD
1. Mesin Washer cleaning : 1 unit
2. Mesin Autoclav: 2 unit
3. Mesin EO : 1 unit
4. Mesin Plasma: 1 unit
5. Mesin Sealer: 1 unit
L. Produk Bahan Kimia
Menggunakan bahan chemical enzymatic kimiawi dengan komposisi dan
kadar tertentu, agar tidak merusak bahan alat/instrument dan mesin
pencuci., kulit petugas yang melaksanakan dan limbah buangnya tidak
merusak lingkungan. Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3
faktor diatas bereaksi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan
tidak akan membuat hasil menjadi lebih baik, begitu juga apabila
kekurangan.
M. Alat / mesin sterilisasi pad instalasi CSSD dijalankan oleh para operator alat,
dengan demikian para operator alat harus memelihara peralatannya. Berbagai
kelainan pada saat pengoperasiannya misalnya kelainan bunyi pada mesin
dapat segera dikenal oleh para operator. Pemeliharaan ringan peralatan terdiri
dari :
1. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian dilakukan
setiap hari dengan menggunakan lap. Untuk bagian tombol/ control
digunakan lap kering dan jangan terlalu ditekan, karena pada bagian
ini biasanya tertulis dengan semacam stiker yang mudah terhapus.
2. Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak, dilakukan setiap satu
bulan sekali yaitu pada bearing, engsel pintu alat atau roda yang
berputar. Petunjuk pemeliharaan dapat diketahui dari buku

15
Operating Manual mesin., buku ini selalu menyertai peralatan pada
saat penerimaan barang.
3. Pemeriksaan pipa uap panas (steam) dilakukan setiap akan dimulai
menjalankan alat, setiap saluran diperiksa dahulu terutama pada
pipa yang terbungkus (isolasi) dengan cara dilihat apakah masih
terbungkus dengan baik dan tidak ada semburan air atau uap. Pada
prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan harus
dalam keadaan utuh dan tidak bocor. Jika ada kebocoran, harus
segera dilaporlkan pada teknisi rumah sakit untuk diperbaiki.

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN CSSD

A. Tata Laksana Pelayanan


1. Tata Laksana Perencanaan
Perencanaan instrumen medis, bahan habis pakai (kasa, kapas, dan lain-
lain) dan linen maupun bahan re-use dilakukan oleh Instalasi Sterilisasi
Sentral, dalam rencana anggaran tahunan disesuaikan dengan kebutuhan
unit-unit pelayanan.
Kegiatan perencanaan sterilisasi disusun berdasarkan :
a. Data inventaris instrumen medis atau bahan habis pakai atau
linen
b. Standar instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen tiap
unit
c. Data kebutuhan instrumen medis atau bahan habis pakai atau
linen steril selama setahun
d. Pemakaian instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen
dalam proses sterilisasi
e. Data kerusakan alat dan kebutuhan penggantian atau
penambahan peralatan bahan baru
Perencanaan disusun setiap tahun sekali oleh Kepala Instalasi Sterilisasi
Sentral melalui Rencana Anggaran Belanja tahunan.
2. Tata Laksana Pengadaan
Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dilakukan
berdasarkan perencanaan yang telah disusun oleh Instalasi Sterilisasi
Sentral dan diajukan dalam RAB tahunan. Pengadaan dilakukan oleh tim
Pengadaan Rumah Sakit RAB yang telah disetujui.
3. Tata Laksana Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan
benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya
bagi kehidupan, sehingga aman untuk proses selanjutnya. Tujuan dari
proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang
bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui

17
proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat
disebabkan oleh mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut.
a. Menangani, Mengumpulkan dan Transportasi Benda-Benda Kotor
Peralatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah
terkontaminasi,harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang
dekontaminasi sedemikian rupa sehingga menghindari kontaminasi
terhadap pasien, pekerja dan fasilitas lainnya.
Oleh karena hal ini harus ditetapkan sehingga:
1) Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah / buangan ditempat
pemakaian oleh petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi
dari benda-benda tersebut.
2) Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam container
yang tertutup
3) Kain-kain pakai ulang ditempatkan ke tempat khusus dan
dikembalikan ke laundry
4) Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik
tertutup dan tahan bocor . container untuk menghindari tumpahan
atau penguapan dan dibawa sesegera mungkin setelah digunakan ke
ruang dekontaminasi atau segera di precleaning dengan cara di lap
kasasa basah atau diguyur dengan air mengalir, agar supaya alat
tidak mengering yang mana akan sukar dibersihkan.
5) Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke container yang
tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet / sink / spoulhook
sebelum membawa peralatan yang kotor.
6) Peralatan / equipment yang sudah dipakai ditutup dan dibawa
dengan countainer tertutup
7) Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka dikembalikan ke CSSD,
untuk selanjutnya disteril ulang sebelum didistribusikan kembali
8) Jika diperlukan, petugas yang menangani, mengumpulkan dan
membawa alat-alat harus memakai alat pelindung untuk mencegah
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.

Di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu untuk dekontaminasi


awal atau pre cleaning dilakukan di unit pemakai sebelum dibawa ke

18
Instalasi Sterilisasi Sentral. Dekontaminasi awal pre-cleaning dengan
cara alat dilap dengan kassa basah atau diguyur dengan air mengalir
agar supaya kotoran tidak menempel di alat, dan segera mungkin
dikirim ke CSSD agar alat tidak mongering suoaya mudah
dibersihkan. dan pengiriman peralatan kotor yang telah
didekontaminasi ke Instalasi Sterilisasi Sentral harus dalam box
plastik/countainer tertutup
b. Pembuangan Limbah
Limbah atau buangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang di
tempat pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan
Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yang mengacu pada peraturan
pemerintah.
c. Mencuci / Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih
sebelum didisenfeksi atau disterilkan.
d. Menangani Alat-alat yang terkontaminasi di Point of Use
Pembersihan alat-alat pakai ulang yang terkontaminasi harus dimulai
sesegera mungkin setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai
pembersihan dan mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat harus
Langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi Dibersihkan
dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai prosedur yang
berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari cipratan, tumpahan
atau penguapan sampai dibawa keruang dekontaminasi
e. Menangani Alat-alat yang Terkontaminasi di Ruang Dekontaminasi
Untuk memulai pembersihan, alat-alat harus :
1) Dibongkar (disassembled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan
dibuka semua sambungannya untuk memastikan seluruh
permukaan tercuci bersih
2) Disortir berdasarkan metode pembersihan
3) Dibersihkan sebelum proses steriliasai uap ataupun dry heat, karena
baik uap maupun dry heat tidak dapat meresap dan membunuh
mikroorganisme. Jika alat-alat tidak dibersihkan dengan baik
terlebih dahulu.

19
f. Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)
Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu
kotoran organic tanpa merusak alat. Karenanya bahan pencuci harus :
1) Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci
yang dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada
tipe kotoran yang ada, pada umumnya, protein lebh mudah
dihilangkan dengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral
lebih mudah dihilangkan dengan detergen asam. Pemilihan bahan
pencuci dan metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses
dijalankan, jika tidak, kerusakan pada alat yang akan dicuci atau
alat pencuci bisa terjadi
3) Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada
kandungan kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam
mineral sedikit, gunakan sedikit detergen dan gunakan lebih banyak
detergen jika kandungan garam mineral pada air lebih banyak
4) Pertimbangan untuk menggunakan enzim pelarut protein untuk
mencuci alat-alat yang memiliki lumens atau sambungan
5) Digunakan sesuai petunjuk produsen dan sesuai dengan bahan alat.
g. Metode Merendam / Membilas
Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel
yang kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak kelihatan, dan
menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses
desinfeksi dan steriliasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual atau
mekanikal atau kombinasi keduanya. Karenanya untuk memastikan
kebersihan dan tidak merusak alat serta keamanan petugas, alat-alat
harus:
1) Dibongkar (disassembled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan
dibuka semua sambungannya untuk memastikan seluruh
permukaan tercuci bersih
2) Dimulai dengan merendam dalam cairan enzimatic selama 10-15
menit yang dapat melepaskan darah dan zat-zat protein lainnya
untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga
membantu menghilangkan protein

20
3) Atau dapat juga dimulai dengan membilas dengan air keran yang
mengalir untuk melepaskan partikel-partikel kotoran
h. Mencuci secara Manual
Beberapa macam alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu
dicuci secara manual setelah direndam. Pada proses ini alat atau
instrumen harus :
1) Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tenggelam/terendam
2) Dicuci menurut aturan dari produsen jika alat tidak dapat
tenggelam/terendam
3) Dicuci dengan alat anti gores untuk mencegah kerusakan pada alat,
alat-alat dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus
dibersihkan dengan didisinfeksi.Dibilas dengan air keran yang
mengalir dengan suhu 400C – 550C untuk menghilangkan detergen.
Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi atau suling. Setelah
dicuci dan dibilas, dikeringkan dulu sebelum dilubrikasi (dengan
parafin), didisinfeksi atau disterilkan.
4. Tata Laksana Pengemasan
Yang dimaksud dengan pengemasan adalah proses membungkus,
mengemas, dan menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk sterilisasi,
penyimpanan dan pemakaian berikutnya. Bahan kemasan sterilisasi
adalah semua material yang tersedia, yang didesain untuk tujuan
keamanan hasil sterilisasi. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan
terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan
tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan
kemasan dan isinya.
2) Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka.
3) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa
menyebabkan kontaminasi.
a.Pengemasan di Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Batu dilakukan dengan menggunakan 2 cara, yaitu:

21
1) Kemasan plastik (pouches), untuk alat/instrument, bak instrumen
atau BMHP. Kemasan telah dilengkapi dengan indicator dan
dilabeling
2) Kemasan kertas (wraping), untuk linen. Kemasan dilengkapi
indicator dalam dan indicator luar.
b. Tata Laksana Pemberian Tanda/labeling
Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat
atau bahan yang akan disterilkan masukke dalam mesin sterilisasi.
Pemberian tanda ini meliputi :
1) Pemberian label alat atau bahan, yang berisi data, tanggal
penyeterilan, tanggal kadaluarsa, dan inisial petugas sterilisasi
2) Pemberian tanda indicator kimia eksternal (autoclave tape) untuk
memastikan apakah kemasan telah dilakukan proses di dalam
mesin sterilisasi
3) Pemberian indicator kimia internal (strep atau starigage) untuk
memastikan apakah mesin telah melakukan paparan pada
permukaan instrumen di dalam kemasan baik dengan kemasan
kertas crep, linen atau woven ataupun dengan kemasan plastik
kertas
5. Tata Laksana Sterilisasi
Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu dilakukan dengan
cara sebagaimana berikut ini :
a.Sterilisasi Panas Kering
Proses sterilisasi terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana
panas akan diabsorbsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan
lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu
untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa digunakan
untuk alat-alat atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi
secara mudah atau untuk peralatan terbuat dari kaca.
Pada sterilisasi panas kering pembunuhan mikroorganisme terjadi
melalui proses oksidasi sampai terjadinya koagulasi protein sel.
Sterilisasi dengan cara ini digunakan untuk peralatan logam dan kaca
tahan panas. Metode ini memerlukan waktu yang lebih lama dengan
suhu yang lebih tinggi.

22
Siklus kerja dari mesin sterilisasi panas kering meliputi :
1) Pemanasan – udara panas dihasilkan melalui mekanisme
listrik dan disirkulasikan pada chamber
2) Periode plateau (sterilisasi) suhu proses sterilisasi pada
chamber
3) Pada saat seluruh chamber memiliki suhu yang sama maka
berakhirlah fase equilibrium dan dimulai fase holding time
atau sterilisasi
4) Pendinginan chamber dilakukan dengan mensirkulasikan
udara dingin dan terfiltrasi ke dalam chamber
Keuntungan dari sterilisasi panas kering antara lain:
1) Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat
ditembus steam seperti serbuk kering dan bahan minyak
2) Tidak memiliki sifat korosif pada logam
3) Melalui mekanisme konduksi dapat mencapai seluruh
permukaan alat yang tidak dapat dibongkar pasang
Disamping keuntungan, ada pula kelemahannya yaitu :
a) Penetrasi terhadap material/ bahan berjalan sangat lambat
dan tidak merata
b) Diperlukan waktu pemaparan panas yang lama untuk
mencapai kondisi steril
c) Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet dan beberapa
bahan kain
b.Sterilisasi Uap Panas Jenuh (Autoclave)
Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
adalah melalui proses sterilisasi yang efektif. Salah satu metode
sterilisasi yang paling efisien dan paling efektif adalah melalui
sterilisasi uap. Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui
denaturasi dan koagulasi sel protein secara irreversible. Untuk dapat
menghasilkan barang yang steril maka perlakuan pre-sterilisasi
(dekontaminasi dan pembersihan yang baik, pengemasan yang baik)
dan pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan. Jadi
kesempurnaan proses sterilisasi uap tergantung pada proses
pengurangan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi melalui

23
pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya rekontaminasi
sebelum digunakan.
c.Memasukkan barang pada mesin
Keberhasilan sterilisasi dengan metode ini ditentukan pula oleh
penataan barang yang benar dalam mesin, sehingga memudahkan
proses pengosongan udara dari chamber, selanjutnya steam mudah
berpenetrasi ke dalam kemasan, dan mencegah terbentuknya kondesat
berlebihan yang menyebabkan terjadinya kemasan basah. Kemasan
linen sebaiknya diposisikan secara vertical untuk memudahkan uap
berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan pengosongan udara.
Pengisian chamber mesin dengan barang sebaiknya tidak melebihi 75%
kapasitas chamber. Demikian pula barang-barang steril hanya boleh
ditangani setelah mengalami pendinginan secara sempurna.
d. Mengeluarkan barang dari mesin
Isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin sterilisasi
sampai semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril
sudah mengalami proses pendingan. Pemaksaan pendinginan baik
dengan kipas atau blower AC tidak diperkenankan. Barang-barang
yang sedang mengalami pendinginan harus ditempatkan pada daerah
yang tidak terlalu ramai dengan berbagai aktivitas kegiatan lain. Untuk
mencegah masuknya lembab (dapat membawa mikroorganisme) ke
dalam kemasan barang-barang steril hanya boleh ditangani setelah
mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses
pendinginan barang steril tidak boleh diletakkan pada permukaan
logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga
terjadi rekontaminasi. Load berisi barang steril harus disimpan dalam
rak kawat sampai dingin.
6. Tata Laksana Penyimpanan
Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah,
suhu sejuk dan kering dan tidak lembab (syarat kelembaban berkisar
antara 45 – 75%). Alat digunakan kembali dengan mengikuti prinsip FIFO
(First In First Out), dimana alat yang lebih dulu disterilkan, dipakai terlebih
dahulu. Alat yang dibungkus dalam kemasan pouches (medipack) dan
dalam penyimpanan yang optimal, dengan batas 3 bulan atau dapat

24
dianggap tetap steril selama kemasan masih rapi, hingga satu tahun sesuai
hasil kultur yang pernah dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu. Namun apabila ragu akan sterilitas kemasan, harus dilakukan
sterilisasi ulang sebelum dipakai
7. Tata Laksana Distribusi
Distribusi bahan atau alat medis steril dari Instalasi Sterilisasi Sentral ke
unit pelayanan dilakukan dengan menggunakan box plastik tertutup.
Distribusi bahan atau alat steril dilakukan melalui loket distribusi,
pengambilan alat dan BMHP steril pada jam efektif.
Setiap kegiatan serah terima baik bahan atau alat medis steril maupun
bahan atau alat medis kotor, harus dilakukan pencatatan pada buku
ekspedisi, dan ditanda tangani oleh petugas unit pelayanan dan petugas
Instalasi Sterilisasi.

8. Tata Laksana Alur Pelayanan

USER

PENERIMAAN
ALAT

BERSIH KOTOR

Alur Pelayanan DEKONTAMINASI PEMBERSIHAN


/ CUCI PENGERINGAN
CSSD RSKH

SETTING PACKING ALAT

STERILISASI

CEK
INDIKATO
R

R. PENYIMPANAN BARANG
STERIL

DISTRIBUSI

25
B. Tata Laksana Monitoring Dan Evaluasi Mutu Hasil Sterilisasi
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan / alat
medis yang steril namun bukan berarti sekedar menghasilkan barang-barang
yang steril. Sterilisasi harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan / alat
yang telah disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin sterilisasi
alat/bahan diperlukan mekanisme yang ketat.
1. Kontrol kualitas sterilisasi
Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan
medis yang disediakan benar-benar steril. Untuk itu di Rumah Sakit
Umum Karsa Husada Batu melakukan monitoring setiap tahapan
sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang
ditentukan dalam prosesnya sudah dipenuhi dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk control kualitas sebagai berikut :
a. Pemberian labeling pada tiap kemasan.
Tiap kemasan yang akan disteril harus mencantumkan identitas berupa
nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus
ke berapa dari mesin steriliasi, dan inisial petugas steril
Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat
diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang
sudah terdistribusikan.
b. Data mesin sterilisasi
Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didokumentasikan nomor lot,
informasi umum kemasan (kemasan linen, kemasan instrumen, dan
sebagainya)., waktu pemaparan dan suhu (jika belum tercatat oleh
mesin sterilisator), nama operator, data hasil pengujian biologis, data
respon terhadap indicator kimia dan data hasil dari uji Bowie-Dick.
c. Waktu kadaluarsa
Tiap kemasan steril yang digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok,
walaupun waktu kadaluarsa tidak bergantung pada waktu, melainkan
pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
d. Kalibrasi alat
Sterilisator harus dikalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa
kondisi alat masih layak pakai menjamin mutu hasil sterilisasi. Kalibrasi

26
sterilisator dilakukan setiap tahun sekali, untuk semua jenis sterilisator
baik sterilisator panas kering, autoclave maupun sterilisator UV.
2. Jenis-Jenis Indikator Sterilisasi
a. Indikator mekanik
Yaitu bagian-bagian dari mesin sterilisator, seperti indicator suhu,
waktu maupun tekanan yang menunjukkan bahwa alat bekerja dengan
baik.
b. Indikator kimia
Yaitu indicator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek
yang disterilkan dengan adanya perubahan warna.
Ada 2 macam :
1) Indikator kimia eksternal: pada bagian luar kemasan, berfungsi
untuk memberikan bukti visual bahwa benda sudah melewati proses
sterilisasi dan sebagai segel atau pengaman kemasan. Akan tetapi
tidak dapat membuktikan adanya penetrasi sterilan ke dalam bagian
dalam kemasan.
2) Indikator kimia internal: diletakkan di dalam setiap kemasan atau
bagian kemasan yang paling sulit dicapai oleh sterilan. Perubahan
warna menunjukkan kemasan telah melewati proses sterilisasi.
c. Indikator Biologi
Berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk
spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang
terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Prinsip
kerjanya adalah mensterilkan spora hidup yang non patogenik dan
resisten dalam jumlah tertentu. Jika pada akhir proses spora itu mati,
dapat diasumsikan bahwa benda lain yang kita sterilkan telah steril
juga.
Di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu dikerjakan monitoring mutu
akhir sterilisasi dengan menggunakan indikator kimiawi eksternal dan
internal, selain indikator mekanik. Dan secara periodik setiap tahun
sekali dilakukan pemeriksaan kultur mikrobiologi terhadap hasil akhir
sterilisasi untuk menilai mutu akhir dan menentukan masa kadaluarsa
bahan steril dalam penyimpanan.

27
C. Tata Laksana single-use diproses re-use
Dikelompokan berdasarkan penggunaan barang medic apakah golongan
semi kritikal atau golongan kritikal
1. Golongan Semi Kritikal, tahapan proses barang single-use :
a. Pre-cleaning
b. Cleaning
c. Desinfektan Tingkat Tinggi
d. Pengemasan
e. Penandaan
f. Penyimpanan
2. Golongan Kritikal, tahapan proses barang single-use :
a. Pre=cleaning
b. Cleaning
c. Pengemasan
d. Penandaan
e. Sterilisasi
f. Penyimpanan
Prosedur Proses Sterilisasi Barang Single-Use
1. Unit Kerja
a. Perawat penanggung jawab alat mengisi kartu persetujuan proses
sterilisasi barang single –use
b. Dokter terakhir yang menggunakan alat menandatangani
persetujuan re-use
c. Perawat Penanggung Jawab Alat Mengelompokan alat berdasarkan
proses re-use
d. Menyerahkan alat yang akan di re-use ke bagian pre cleaning
bersamaan dengan kartu persetujuan proses sterilisasi
2. Petugas pre-cleaning
a. Menerima alat dari perawat
b. Melakukan proses pre-cleaning
c. Memasang kode warna re-use pada alat

28
Tabel 1. Kode Warna Re-Use

NO KODE WARNA PROSES

1 Hijau Re-Use 1 kali (R - 1 )

2 Biru Re-Use 2 kali (R - 2)

3 Kuning Re-Use 3 kali (R - 3 )

4 Merah Re-Use 4 kali (R - 4 )

5 Hitam Re-Use 5 kali (R - 5)

6 Merah Muda Re-Use 6 kali (R - 6 )

7 Ungu Re-Use 7 kali (R - 7 )

8 Putih Re-Use 8 kali (R - 8 )

9 Orange Re-Use 9 kali (R - 9 )

d. Memasukan alat kedalam container troly barang kotor


e. Mengisi formulir permintaan sterilisasi rangkap tiga
f. Mengisi barang kotor ke Instalasi sterilisasi pusat dengan
membawa kartu persetujuan proses sterilisasi barang single-use
dan formulir permintaan sterilisasi
D. Instalasi Sterilisasi Pusat / Satelit Sterilisasi
1. Petugas CSSD
a. Menerima kartu persetujuan proses sterilisasi barang single-use dan
formulir permintaan sterilisasi yang sudah diisi
b. Kode warna dan jumlah re-use dari setiap item barang single-use
sesuai kartu persetujuan proses sterilisasi barang single-use ditulis di
formulir permintaan sterilisasi pada kolom keterangan
c. Formulir permintaan sterilisasi yang sudah diisi, dibagi menjadi :
1) Lembar ke 1 (asli) untuk distribusi barang steril
2) Lembar ke 2 untuk Unit kerja
3) Lembar ke 3 untuk proses sterilisasi

29
2. Petugas Cleaning
Melakukan proses cleaning berdasarkan kelompok barang yang di re-use
3. Petugas Pengemasan dan Penandaan
a. Melakukan uji kelayakan alat sesuai dengan instruksi kerja
b. Mengemas barang yang sudah bersih dari hasil proses cleaning
dengan bahan pengemasan sesuai dengan instruksi kerja
c. Memberi dan menempelkan kertas labeling sesuai dengan instruksi
kerja di tambahkan sebagai berikut:
1) Warna gelang dari barang single-use
2) Tanggal proses sterilisasi
3) Tanggal expire date
4) Petugas Sterilisasi
5) Mesin keberapa
d. Melakukan proses steril dengan metode sterilisasi suhu rendah
(Plasma atau Etylen Oksida) atau sterilisasi suhu tinggi
e. Mengirim barang steril ke ruang penyimpanan barang steril
4. Petugas Penyimpanan dan distribusi barang steril
a. Melakukan uji visual
b. Membubuhkan paraf pada kartu persetujuan proses sterilisasi barang
single-use sebagai tanda persetujuan bahwa alat memenuhi syarat
b. Melakukan penyimpanan pada rak-rak
c. Mendistribusikan barang steril ke unit kerja
5. Penanggung Jawab Barang Steril
a. Menyimpan alat steril pada ruang penyimpanan barang steril
b. Menempatkan kartu persetujuhan proses steril barang single-use
bersama dengan lat
6. Dokter
Mengintruksikan pemakaian barang single-use steril kepada pasien
sesuai dengan tindakan medis

30
BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan


 Pengertian
Prosedur penyediaan alat kesehatan habis pakai adalah
permintaan alat kesehatan yang pemakaiannya tidak mendapat
ganti dari Instalasi Farmasi, agar stok alat dan obat selalu tersedia
maka dijadwal pada hari tertentu untuk meminta persediaan ke
Instalasi Farmasi dengan prosedur sebagai berikut.
1. Petugas Instalasi menulis permintaan alat kesehatan sesuai
kebutuhan
2. Kepala Instalasi menandatangani buku permintaan tersebut
3. Buku diserahkan ke Instalasi Farmasi untuk direalisasi
4. Petugas Instalasi mengecek barang yang sudah direalisasi dan
tanda tangan di buku permintaan pada kolom pengambilan
dan petugas instalasi farmasi pada tangan pada kolom
penyerahan.
5. Petugas Instalasi mencatat dalam buku atau kartu inventaris

B. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan


 Pengertian
Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru
sesuai kebutuhan saat itu atau sebagai pengganti alat yang rusak
atau diperkirakan harus diganti karena keausannya.
 Tujuan
Tujuan perencanaan pengadaan atau peremajaam peralatan
adalah agar peralatan digunakan siap pakai setiap saat tanpa ada
gangguan dan dapat mengikuti perkembangan teknologi
kedokteran sehingga menunjang kelancaran pelayanan. Jadwal
kegiatan dilakukan dalam setiap tahun dan disampaikan dalam
Rencana Anggaran Belanja Rumah Sakit.

31
Prosedur
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang
sudah tidak dapat dipakai atau tidak dapat diperbaiki,
kemudian dimasukkan dalam rencana anggaran rutin.
2. Pembelian peralatan sepengetahuan Kepala Bidang Penunjang
Medis dan Kepala Bidang Keperawatan dengan mengajukan
permintaan penggantian peralatan ke Tim Pengadaan barang
rumah sakit, disertai perkiraan biaya.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan
setiap tahun sesuai jadwal kepada tim pengadaan rumah sakit
disertai perkiraan biaya.
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim
perencanaan, tim perencanaan berkoordinasi dengan tim
pembelian rumah sakit.
5. Bila terealisasi kepala instalasi menerima alat dan menanda
tangani buku penerimaan barang serta berita acara
penerimaan dari tim penerima barang dan mencatat dalam
buku inventaris.

C. Inventaris Peralatan Instalasi Sterilisasi Sentral


Tabel 5.1 Daftar Inventaris Alat atau Instrumen Set Rumah Sakit Umum
Karsa Husada Periode Januari Tahun 2019

NO RUANGAN NAMA INSTRUMEN JUMLAH KET


1. Pean lurus 1
2. Gunting benang 3
3. Pinset cirurgi 2
1 Teratai 4. ½ kocher 1
5. Gagang mess 1
6. Klem anatomi 1
7. Pinset anatomi 1
1. Klem anatomi 1
2 Mawar 2. Naldfoder 2
3. Pean bengkok 6

32
4. Gunting AJ 3
5. Klem bengkok 1
6. Klem cirurgi 1
7. Pean lurus 3
8. Pinset anatomi 4
9. Gunting benang 2
10. Gunting verban 2
11. Pinset cirurgi 3
12. Cucing 3
13. Bak instrumen 2
1. Tromol besar 1
2. Benkok 1
3. Klem anatomi 1
4. Naldfoder 1
3 Dahlia
5. Gunting benang 1
6. Pinset anatomi 1
7. Spatel 2
8. Bak instrument kecil 1
1. Gunting AJ 1
2. Pinset anatomi 2
3. Pinset cirurgi 2
4. Cucing 2
4 Kemuning 5. Spatel 1
6. Pean lurus 1
7. Gunting benang 1
8. Bak instrument 2
9. Tromol 1
1. Cucing 1
2. Naldfoder 2
3. Pean cirurgi 2
5 OK Paru 4. Pean lurus 4
5. Duck clamp 1
6. Gunting benang 2
7. Gagang mess 1

33
8. Pinset anatomi 1
9. Trokat 24 1
10. Pean bengkok 2
11. Gunting AJ 1
12. Spatel 1
1. Ginting benang 2
2. Gunting AJ 1
3. Gunting Verban 1
4. Cucing 1
5. Naldfoder 1
6 Poli Anak 6. Pinset anatomi 1
7. Pinset cirurgi 1
8. Klem anatomi 1
9. Pean lurus 1
10. Tong spatel 1
11. Gagang mess 1
1. Klem anatomi 1
2. Naldfoder 3
3. Gunting benang 1
4. Gunting AJ 1
5. Gunting jaringan 1
6. Pinset cirurgi 1
7. Pinset anatomi 2
7 Seruni
8. Cucing besar 1
9. Cucing sedang 1
10. Cucing kecil 1
11. Retraktor 2
12. Pean bengkok 2
13. Kocher 1
14. Gagang mess 1
1. Bak instrument 3
2. Bengkok kecil 2
8 Hemodialisa
3. Bengkok besar 1
4. Cucing 8

34
5. Tromol 2
6. Tong spatel 2
7. Gunting 1
8. Korentang 1
9. Com besar 1
1. Sonde 38
2. Pinset cirurgi 23
3. Kaca mulut 31
4. Excavator 42
5. Burnisher 2
6. Plastik filling instrument 11
7. Scaller electric 1
8. Amalgan stopper 2
9. Cement spatel 2
10. Martal + Peastel 1
11. Amalgan pistol 1
12. Scaller manual 4
13. Bone file 1
14. Ciyer 51
9 Poli Gigi 15. Bein 54
16. Matrik retainer 1
17. Sterilisator 1
18. Gunting kasa 1
19. Agaat spatel 1
20. Bengkok/ neerbeken kecil 3
21. Bengkok/ neerbeken besar 22
22. Rak instrument 2
besar/kecil 1
23. Cito jack 4
24. Hand piece 16
25. Tang cabut ana 9 set
26. Tang dewasa set 1 set
27. Tang anak set 1
28. Tromol kasa 1

35
29. Knable tang 1
30. Korentang 17
31. Pinset anatomi 15
32. Tangkai kaca mulut 18
(handle)
33. Kaca mulut tanpa handle
1. Arteri klem 1
2. Ambu bag dewasa 1
3. Ambu bag bayi 1
4. Abortus tang 2
5. Bedset monitas 2
6. Blood Warmer 1
7. Busi dilalator Hegar No.3/4 1
8. Busi dilalator Hegar No.5/6 1
9. Busi dilalator Hegar No.7/8 2
10. Busi dilalator Hegar 1
No.9/10 1
11. Busi dilalator Hegar 1
No.11/12 1
12. Busi dilalator Hegar 3
10 Matahari
No.13/14 2
13. Busi dilalator Hegar 3
No.15/16 8
14. Bengkok 3
15. CTG 2
16. Celemek 5
17. Cucing 2
18. Cap vacuum silicon 1
19. Doppler 1
20. Duk klem 1
21. Gunting talipusat 8
22. Gunting epis besar 2
23. Gunting epis kecil 15
24. Gunting benang besar 1

36
25. Gunting benang kecil 5
26. IUD Extractor 3
27. Klem talipusat 1
28. Klem U 2
29. ½ kokher 2
30. Mangkok vacuum besi 1
31. Nalpoder besar 1
32. Nalpoder kecil 6
33. Pinset anatomi 2
34. Pinset cirurgi 2
35. Pengait vacuum 1
36. Ring klem 1
37. Stetoskop 3
38. Sepatu goot 1
39. Suction VE 1
40. Suction By 2
41. Spekulum cocor bebek 1
42. Spekulum atas – bawah 1
43. Spekulum sim’s No.5 5
44. Spekulum sim’s No.11 5
45. Spekulum sim’s No.24 5
46. Spekulum sim’s No.27 5
47. Soundge uteri 5
48. Sendok curet No.1 5
49. Sendok curet No. 2 5
50. Sendok curet No.3 1
51. Sendok curet No.4 3
52. Sendok curet No.5 2
53. Sendok curet No.6 3
54. Syringe pump 2
55. Scapel
56. Sendok vorcep
57. Selang karet vacuum
58. Tampon tang

37
1. Naldfoder 3
2. Gunting benang 4
3. Pinset anatomi 2
4. Pinset cirurgi 4
11 ICU
5. Gunting AJ 2
6. Klem anatomi 3
7. Cucing 3
8. Bak instrumen 4
1. Katarak set 1 set/30
2. Spider
3. Sim com
12 OK Mata
4. Gunting konjungtiva
5. Gunting kornea
6. Naldfoder
1. Bak instrument besar 3
2. Bak instrument kecil 2
3. Speculum Hidung 15
4. Spatel lobang 10
5. Spatel kecil tanpa lubang 3
6. Gunting AJ 1
7. Handfat 1
8. Pinset besar 2
9. Pinset kecil 2
13 Poli THT 10. Aplebesar 2
11. Spatel ring besar 6
12. Spatel ring kecil 1
13. Alas mess 2
14. Pengait ceremen 3
15. Tang 2
16. Alat biopsi set : 1 set
Pinset besar 1
Klem bengkok 1
Alat tang biopsi 2
14 IGD 1. Klem anatomi 1

38
2. Naldfoder 5
3. Gunting benang 2
4. Pinset anatomi 5
5. Pinset cirurgi 4
6. Cucing 2
7. Gunting AJ 4
8. Pean lurus 1
9. Pean bengkok 1
1. Korentang 2
2. Gunting magsembung 3
3. Pinset cirurgi 4
4. Pinset anatomi 4
5. Gunting AJ 1
6. Gunting benang 2
7. Pean lurus 2
15 Poli Bedah 8. Pean bengkok 3
9. Cucing Kecil 1
10. Cucing sedang 1
11. Cucing + tutup 1
12. Klem anatomi 1
13. Naldfoder 2
14. Gagang mess 1
15. Tromol 1
1. Klem anatomi 1
2. Gagang mess 1
16 Poli Digestif 3. Gunting AJ 1
4. Bengkok 1
5. Bak instrumen 1
1. Klem anatomi 2
2. Pean bengkok 2
Poli 3. Gunting AJ 3
17
Orthopedi 4. Pinset cirurgi 2
5. Tang 1
6. Pinset ana 2

39
7. Gunting benang 1
8. Cucing
9. Bengkok
1. Gunting benang 2
2. Pinset anatomi 6
18 Anggrek/US 3. Pinset cirurgi 3
4. Gunting AJ 2
5. Gagang mess 1
1. Klem anatomi 8
2. Pean bengkok 3
3. Pinset cirurgi 3
4. Cucing 2
5. Gunting Talipusat 2
6. Gunting epis 1
7. Gunting benang 4
8. Klem bengkok 2
19 Perinatologi
9. Pinset anatomi 3
10. Klem cirurgi 1
11. Pinset cirurgi 2
12. Gagang mess 1
13. Naldfoder 2
14. Gunting AJ 2
15. Pean lurus 2
16. Gunting magsembung 1
1. Set minor baru 3 set
2. Set mini urologi 1 set
3. Set APP 3 set
20
4. Set SC 4 set
OK Sentral 5. Set SC Spatel 2 set
6. Set Hill 4 set
7. Set Minor Ortho 1 set
8. Set Ortho 1 1 set
9. Set Ortho 2 1 set
10. Set mini Ortho 2 set

40
11. Set urologi 1 set
12. Set Hak Urologi 1 set
13. Set Hak Besar 1 set
14. Set Small Synthes 1 set
15. Set Mini Synthes 1 set
16. Set Synthes Bor 1 set
17. Set Pelvic 1 set
18. Set Vaskuler 1 set
19. Set Hernia 1 set
20. Set Screw SMU 1 set
21. Set Screw Plat ATR 1 set
22. Set Plat SMU 1 set
23. Set KQ SMU 1 set
24. Set Histeretomy 1 set
25. Set Gigi 1 set
26. Set Spinal 9 set

41
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm (penyakit, cidera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak
seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem
keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas di
rumah sakit dan terlaksanannya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Adapun tujuh langkah
tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan
fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.

42
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan
sistem dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi
dan asesmen hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan, Memastikan karyawan agar
dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah
sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit)
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan
cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah
untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien


harus diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek
1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah
sakit

43
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
seperti tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti
tersebut diatas) dan melakukan self assessment dengan instrumen
akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus Keselamatan Pasien Rumah Sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan
pasien rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

 Sasaran Keselamatan Pasien Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah


Sakit Umum Karsa Husada Batu
1. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Peningkatan Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang
menggunakan prosedur : Write back, Read back and Repeat Back
(reconfirm)
2. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar
dalam tatanan pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih,
infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan
dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi
yang lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

44
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 64 ayat 1 menyatakan


bahwa Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk
dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja
di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah yang bersifat
manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat
hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral
dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Sterilisasi Sentral
dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari
rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-
undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk
menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Agar factor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu:
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja

45
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila:
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan
proses produksi
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadahi,
ruangan terlalu panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat-alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya
kebakaran dan lain-lain.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus
mendapatkan pelatihanmengenai cara penularan dan penyebaran
penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
sesuai dengan protocol jika terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus
diberikan penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular
melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernapasa (tidak
merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga
kebersihan tangan.
b. Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan
1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan
pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang
sesuai untuk kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi
(berdasarkan penularan secara kontak, droplet atau udara) sesuai
dengan penyebaran penyakit.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang
gejala penyakit menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus
dievaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan
apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan

46
pasien, terutama mereka yang bertugas di Instalasi Perawatan
Intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi.
4. Semua petugas di ISS harus menggunakan APD, khususnya
sarung tangan, masker dan skort bila melakukan pembersihan
dan sterilisasi pada alat/instrumen.
c. Pencegahan kecelakaan pada petugas
Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di
lingkungan sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas terhadap bahaya
yang mungkin terjadi di lingkungan pusat sterilisasi. Pada dasarnya
kecelakaan dapat ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara
seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko
terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.
d. Penerimaan barang kotor dan daerah dekontaminasi
Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun
zat-zat kimia dilingkungan pusat sterilisasi dapat menyebabkan luka,
penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim menyebabkan kematian.
Upaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan
alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup
kaki, gaun anti cairan, masker maupun goggle mata. Penyediaan alat
pelindung diri menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi
adalah tanggung jawab petugas pusat sterilisasi untuk melindungi
dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar.
Penangan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti
pisau, jarum dan lain-lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan
kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan masuknya
mikroorganisme patogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan
terjadinya penyakit.
 Saran tindakan aman :
1. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi
barang terkontaminasi tanda dapat melihat secara jelas isi dari
wadah tadi
2. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual
alat-alat, lalu pindahkan alat / instrumen satu per satu, pastikan

47
agar bagian yang runcing dari instrumen mengarah berlawanan
terhadap tubuh kita pada saat transportasi
3. Buang sampah benda tajam (jarum, suntik, blide) ke dalam wadah
yang tahan tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa
4. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari
instrumen lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah
kemungkinan terjadinya luka pada petugas lain dengan penanganan
normal.
5. Ikuti petunjuk / rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia
secara aman dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah
pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membrane mukosa yang
dapat menyebabkan luka bakar kimia
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa
digunakan, periksa kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat
licin lantai, sebaiknya ada rambu-rambu peringatan
7. Pada saat mencuci instrumen di dalam bak cuci, perhatikan untuk
selalui menggosok dibawah permukaan air untuk mencegah
terjadinya aerosol yang dapat terhirup.
e. Penyiapan proses sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas
terlatih yang sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar
sterilisasi dan cara menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan
demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat
diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi
lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar
pada kulit maupun membrane mukosa, akibat kelalaian pada
penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap
sumber panas (sterilisasi uap). Luka bakar elektris, akibat penggunaan
instrumen / alat listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia
sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.
f. Saran tindakan aman :
1. Gunakan sarung tangan pada saat menangani mesin sterilisasi atau
pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi.

48
2. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan
“sealer panas” dan pemotongan kantung sterilisasi (pouches)
3. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh digunakan oleh petugas
terlatih
g. Pencegahan kecelakaan pada pasien
Petugas Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya
mencegah terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat dirumah
sakit sehubungan dengan alat-alat / instrumen yang digunakan.
Melakukan proses dekontaminasi, desinfeksi, pengemasan, sterilisasi
dan penanganan barang steril secara tepat dan benar sesuai dengan
SPO (Standar Prosedur Operasional) yang ditetapkan merupakan cara
terbaik bagi petugas untuk mencegah terjadinya kecelakaan / luka pada
pasien. Penggunaan barang yang belum diuji kelayakan fungsi dan cara
pakainya dapat mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan.
Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrumen bedah) apabila
digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
h. Saran tindakan aman :
1. Lakukan pengujian terhadap instrumen / alat sebelum
didistribusikan dari pusat sterilisasi sesuai dengan petunjuk pabrik
dan SPO di pusat sterilisasi
2. Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari
kotoran, kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi
penggunaan barang / alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup
pada saat transportasi menuju daerah dekontaminasi
4. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses
sterilisasi mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja
secara baik
5. Pastikan bahwa semua komponen instrumen berada dalam keadaan
lengkap dan berfungsi secara normal
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual
selama siklus berlangsung melalui pengujian indicator kimia, biologis
dan pengujian deteksi udara dalam chamber (system mesin sterilisasi
uap pre-vakum)

49
i. Penanganan zat-zat kimia di ISS
Penanganan zat-zat kimia di ISS sangat perlu di perhatikan mengingat
banyak zat kimia yang digunakan di ISS bersifat toksik. Apabila
penangannya tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan
baik petugas ISS itu sendiri maupun pasien. Berikut zat kimia yang
berada di ISS :
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk etil atau isopropyl alcohol (60 – 90%)
digunakan sebagai desinfektan intermediate dengan kemampuan
bakterisidial, tuberkulosidial, fungisidal, dan virusidal
 Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi dan penatalaksanaan sirkulasi
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan
irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kasa steril lalu segera kirim / konsul
ke dokter mata
 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa korban segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
 Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak bewarna dengan bau menyengat.
Umumnya digunakan sebagai desinfektan. Formalin adalah
larutan yang mengandung formaldehid dan methanol dengan
kadar bervariasi (biasanya antara 12 – 15%)
50
 Bahaya terhadap kesehatan
Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 – 5
g/kgBB
Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm
lakrinasi, 10 ppm lakrinasi berat, 10-20 ppm
susah bernafas, batuk, terasa panas pada
hidung dan tenggorokan, 50 – 100 ppm iritasi
akut saluran pernapasan
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik :Karsinogenik, gangguan menstruasi dan
kesuburan pada wanita, percikan larutan pada
mata dapat menyebabkan kerusakan berat
sampai dengan menetap, kornea buram dan
buta
Jika tertelan :Menyebabkan luka korosif mukosa
gastrointestinal disertai mual, muntah,
pendarahan
Jika terhirup :Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi,
laringopasme
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata :Iritasi dan lakrinasi, pada konsentrasi pekat
menyebabkan kornea buram dan buta
 Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan
irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata

51
5. Tutuplah mata dengan kain kasa steril lalu segera kirim / konsul
ke dokter mata
 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa korban segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahan dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
Pada keracunan formadehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut
:
1. Segera beri korban air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali
minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian korban-
aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut
dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengeceran dan
pemeriksaan endoskopi
2. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam
karbolat hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol.
Lisol banyak digunakan sebagain desinfektan rumah tangga untuk
membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan
bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan
antiseptic dengan konsentrasi antara 1-2% LDL oral pada manusia
adalah 140 g/kg

52
Bahaya utama pada kesehatan
Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan
berulang atau berat : kemerahan, gatal
dan luka bakar
Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat
mengalami dermatitis kontak
Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea bewarna
putih, edema palpebra dan iritis, nyeri
abdomen, muntah dan rash
Jika konstentrasi fenol > 5% dapat
menyebabkan luka bakar pada mulut dan
esophagus
Efek pada sistem kardiovaskuler: Hipotensi dan syok
Efek pada ginjak : Urin bewarna gelap karena
hemoglobinuri
Efek pada pernapasan : Depresi pernafasan dan gagal
nafas
 Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi lembab 100% dan penatalaksanaan
sirkulasi
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan
irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kasa steril lalu segera kirim / konsul
ke dokter mata
 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa korban segera ke pancuran terdekat

53
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahan dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
Pada keracunan formadehid ringan, perlu dilakukan tindakan
berikut:
1. Segera beri korban air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali
minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian korban-
aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut
dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengeceran dan
pemeriksaan endoskopi
3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya
mengandung bahan aktif Natrium hipoklorit (Na OCL) 5 – 10%. Selain
digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai desinfektan.
Pada konsentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan
berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila
terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.
 Bahaya utama terhadap kesehatan :
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi lembab 100% dan penatalaksanaan
sirkulasi

54
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan
irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kasa steril lalu segera kirim / konsul
ke dokter mata
 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa korban segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahan dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

4. H2O2 ( Hydrogen Peroxida )


Serbuk dalam tabung yang biasa digunakan sebagai bahan sterilisasi
suhu rendah . zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan
berbahaya apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru.
 Bahaya utama terhadap kesehatan :
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi lembab 100% dan penatalaksanaan
sirkulasi
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

55
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan
irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kasa steril lalu segera kirim / konsul
ke dokter mata
 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
a. Bawa korban segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahan dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
Pada keracunan H2O2, perlu dilakukan tindakan berikut :
1. Segera beri korban air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali
minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian korban-
aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut
dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengeceran dan
pemeriksaan endoskopi
5. Larutan enzimatik
Adalah zat yang berfungsi membunuh mikroba
Bisa berupa serbuk maupun larutan. biasa digunakan sebagai
Dekontaminasi instrument operasi.. zat ini bersifat korosif dan meng
iritasi. bila tertelan akan berbahaya, apabila terhirup dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru.

56
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang
terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9%
perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10
menit
4. Jangan biarkan korban menggosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kasa steril lalu segera kirim /
konsul ke dokter mata
 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa korban segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain
atau kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi
atau muntahan dan buanglah dalam wadah/plastik
tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung
diri seperti sarung tangan, masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal
Pada keracunan formadehid ringan, perlu dilakukan tindakan
berikut:
1. Segera beri korban air atau susu untuk diminum secepat
mungkin untuk pengenceran. Untuk orang dewasa
maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal
100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian
korban-aktif

57
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang
lembut dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah
pengeceran dan pemeriksaan endoskopi

58
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat konsumtif akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi
sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien, efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma etika, hukum dan
social budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
Instansi dan masyarakat konsumen.
B. Tujuan
 Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan
yang optimal.
 Tujuan Khusus
Tercapainya pengendalian mutu pelayanan melalui :
1. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu
sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan
pengembangan pelayanan kesehatan.
C. Prinsip Dasar Upaya Pengendalian Mutu Pelayanan
Prinsip dasar upaya pengendalian mutu adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, criteria serta standar
yang digunakan untuk mengukur sutu pelayanan
Adapun prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan adalah:
1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien

59
5. Sarana dan lingkungan fisik
D. Indikator Mutu Instalasi CSSD ( Central Suplly Sterile Departemen )
Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu

1. Waktu tunggu pelayanan sterilisasi steam


Nama indikator Waktu tunggu pelayanan sterilisasi steam
Program Mutu, Keselamatan pasien
Dimensi mutu Efektivitas, Efisiensi dan keselamatan pasien
Tujuan Menjamin tersedianya produk steril tepat waktu
Dasar pemikiran/ Pedoman pelayanan Instalasi CSSD, 2009
literatur Sterilisasi yang sering dilakukan dengan
menggunakan uap (steam sterilizer)
Definisi Waktu tunggu pelayanan sterilisasi steam adalah lama
operasional waktu yang dibutuhkan sejak penerimaan peralatan
kotor sampai produk steril dan siap untuk
didistribusikan
Kriteria
a. Inklusi
b. Eksklusi
Tipe indikator Proses
Jenis indikator Prosentase
Numerator Jumlah permintaan sterilisasi steam dapat
diselesaikan dalam waktu ≤ 180 menit, sejak
penerimaan peralatan kotor hingga produk steril dan
siap didistribusi
Denumerator Jumlah permintaan sterilisasi steam
Cara pengukuran/ Jumlah permintaan sterilisasi steam dapat
formula diselesaikan dalam waktu ≤ 180 menit pada satu
bulan dibagi jumlah permintaan sterilisasi steam
dalam bulan tersebut x 100%
Nilai ambang/ 100%
standar
Sumber data Formulir permintaan sterilisasi dan penerimaan alat

60
steril dari petugas pengirim
Wilayah Instalasi CSSD
pengamatan
Metode Retrospektif
pengumpulan data
Penanggungjawab
Kepala Instalasi CSSD
pengumpul data
Frekuensi
Harian
pengumpul data
Periode waktu
Bulanan
laporan

2. Kepatuhan staf CSSD dalam penggunaan APD di area dekontaminasi


Nama indikator Kepatuhan staf CSSD dalam penggunaan APD di area
dekontaminasi
Program Keselamatan kerja
Dimensi mutu Keselamatan petugas
Tujuan Terlindunginya petugas dari risiko kecelakaan kerja
dan penularan penyakit dari peralatan kotor
Dasar pemikiran/ Pedoman pelayanan Instalasi CSSD, 2009
literatur
Definisi APD adalah alat standar yang digunakan untuk
operasional keselamatan kerja dan melindungi tubuh tenaga
kesehatan dari penularan penyakit di rumah sakit ;
seperti; masker, sarung tangan plastik, apron,
penutup kepala, sepatu kerja, gougle (kaca mata)
Kriteria
c. Inklusi
d. Eksklusi
Tipe indikator Outcome
Jenis indikator Rate based
Numerator Jumlah staf yang disurvey yang tidak memakai APD
secara benar dan lengkap pada periode waktu

61
tertentu
Denumerator Jumlah semua petugas yang disurvey pada periode
waktu yang sama
Cara pengukuran/ Total Sampel
formula
Nilai ambang/ 0
standar
Sumber data Survey
Wilayah Instalasi CSSD
pengamatan
Metode Survey
pengumpulan data
Penanggungjawab
Kepala InstalasiCSSD
pengumpul data
Frekuensi
Harian
pengumpul data
Periode waktu
Bulanan
laporan

3. Presentase set instrument yang sudah dibersihkan dikembalikan ke


area dekontaminasi untuk pencucian ulang
Nama indikator Presentase set instrument yang sudah dibersihkan
dikembalikan ke area dekontaminasi untuk pencucian
ulang
Program Mutu, Keselamatan pasien
Dimensi mutu Efektivitas, Efisiensi dan keselamatan pasien
Tujuan Set instrument harus benar-benar bersih sebelum
dilakukan sterilisasi
Dasar pemikiran/ Pedoman pelayanan Instalasi CSSD, 2009
literatur
Definisi Kegiatan dekontaminasi yang kurang benar
operasional merupakan mutu strilisasi
Kriteria

62
a. Inklusi
b. Eksklusi
Tipe indikator Outcome
Jenis indikator Prosentase
Numerator Jumlah set instrument yang dikembalikan untuk
pencucian ulang dalam kurun waktu satu bulan
Denumerator Jumlah set instrument yang didekontaminasi dalam
kurun waktu satu bulan
Cara pengukuran/
formula
Nilai ambang/ 100%
standar
Sumber data Lembar kerja
Wilayah Instalasi CSSD
pengamatan
Metode Retrospektif
pengumpulan data
Penanggungjawab
Kepala Instalasi CSSD
pengumpul data
Frekuensi
Harian
pengumpul data
Periode waktu
Bulanan
laporan

63
BAB IX
MONITORING DAN PENGENDALIAN MUTU

Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan


produk/bahan/alat medic yang steril. Namun bukan sekadar steril saja. Tapi
sterilan harus ada jaminan mensterilkan bahan/alat sehingga benar benar
steril. Untuk itu dibutuhkan monitoring dan evaluasi yang menjamin kualitas
produk/bahan/alat medic yang steril.
Di RSU. Karsa Husada digunakan beberapa indicator untuk meujukkan
kulitas produk dan bahan /alat medic yang steril, yaitu :
 Indikator mekanik
Indicator ini terdapat pada setiap mesin sterilisasi yang ada di CSSD.
Indikator ini menunjukkan alat sterilisasi bekerja dengan baik.
 Indikator kimia
Indikator ini menunjukkan paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan
dengan adanya perubahan warna. Di CSSD tersedia dalam bentuk strip dan
tape . dalam setiap set instrument yang disterilkan dimasukkan strip
indicator kimia dan pada bagian luar digunakan tape sebagai pengemas dan
segel. Indikator ini juga terdapat pada setiap pouches yang digunakan
sebagai pengemas.
 Indikator biologi
Merupakan indikator yang berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam
bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter terkontrol
dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerja dalam
indikator ini adalah dengan mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang
non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila selama
proses sterilisasi spora tersebut terbunuh maka dapat diasumsikan bahwa
mikroorganisme lain juga ikut terbunuh dan benda yang kita sterilkan bisa
disebut steril.
 Bowie-Dick Test
Tes ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat sterilisasi
serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang sterilisasi.
Selain dengan indikator tersebut diatas, setiap barang yang di sterilkan
64
sebeum dimasukkan ke mesin dicatat dalam formulir alat sterilisasi
kemudian setiap alat yang disterilisasikan diberi label masa kadaluarsanya.

65
BAB X
PENUTUP

Sterilisasi merupakan salah satu bagian dari pencegahan infeksi


nosokomial, karena saat ini infeksi nosokomial merupakan persoalan serius
bagi rumah sakit dan bagi pasien di mana dapat menjadi penyebab langsung
maupun tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian menunjukkan
bahwa infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian namun menyebabkan
pasien dirawat lebih lama sehingga harus mengeluarkan biaya lebih banyak.
Oleh karena itu pelayanan sterilisasi sangat dibutuhkan dan berperan
dalam menekan kejadian infeksi nokosomial. Dengan adanya pedoman ini
diharapkan personal di CSSD dapat bekerja secara professional karena
didalam pedoman ini terdapat ketentuan pelayanan sterilisasi.

66

Anda mungkin juga menyukai