INSTALASI GIZI
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM KARSA HUSADA BATU
Jalan A.Yani 10 - 13 Telp. ( 0341) 596898 - 591076 - 591036 - Fax. 596901 - 591076
Email : rsukhbatu@jatimprov.go.id
BATU 553T1
KIPUTUSAS
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM I{ARSA HUSADA
Nomor : 188.a/lp 6b I 1or?.6 I zALg
TENTAI{G
PEDOMAT{ PELAYANAN INSTATASI GIZI
RTIMATI SAKIT UMUM I{ARSA HUSADA BATU
11
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Fekerjaan Dan Praktik Tenaga Grzi;
lU
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
KESATU Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu tentalg Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Karsa Husada Batu.
DITETAPKANDI :BATU
PADA TANGGAL .I.-ITJANUARI 2019
R RUMAH SAKIT UMUM
A HUSADA BATU
6t RSU IGRSAHUSAOA
w
${nsu BATU
Pembina Tk. I
1964A620 199002 2 001
1V
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala rahmat yang
telah dikaruniakan , sehingga Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RSU
Karsa Husada Batu ini dapat selesai disusun.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar………………………………………………………………………........... i
SK Pedoman………………………………………………………………………………….. ii
Kata Pengantar………………………………………………………………………………. v
Daftar Isi…………………………………………………………………………….............. vi
vi
D. Prosedur Keselamatan Kerja……………………………………………. 63
BAB X PENUTUP………………………………………………………..……………….. 75
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh
merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.
Dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi
persaingan bebas diberbagai bidang, maka pelayanan gizi harus
disiapkan secara profesional disertai adanya usaha untuk memperbaiki di
setiap unit pelayanan, sehingga kualitas pelayanan dalam rangka
memperbaiki pelayanan yang optimal akan dapat dipertahankan dan
ditingkatkan.
Pelaksanaan pelayanan gizi di RSU Karsa Husada Batu
memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan untuk pelayanan bermutu
yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek
hari rawat, dan menghemat biaya perawatan.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan gizi di
rumah sakit diperlukan suatu pedoman pengelolaan. Buku ini
diharapkan dapat menjadi pegangan atau acuan bagi RSUKarsa Husada
Batu untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi yang berkualitas.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terciptanya Sistem Pelayanan Gizi di Rumah Sakit dengan
memperhatikan berbagai aspek gizi dan Penyakit, serta merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan Gizi di Rumah
Sakit berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit.
Tujuan dari penyusunan buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi
ini adalah sebagai acuan bagi Kepala Instalasi Gizi dan staf Instalasi
Gizi RSUKarsa Husada Batu untuk menjalankan fungsinya agar dapat
meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan sesuai dengan
1
perkembangan iptek, perubahan perundang-undangan dan harapan
konsumen Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya Kegiatan Pelayanan Gizi sesuai perencanaan dan
anggaran kebutuhan Bahan Makanan, Sarana dan Prasarana di
Instalasi Gizi.
b. Terlaksananya penyelenggaraan makanan sesuai standard dan
kebijakan Direktur.
c. Terlaksananya proses Asuhan Gizi terstandar di Ruang Rawat Inap.
d. Terlaksananya Proses Asuhan Gizi terstandar di Rawat Jalan.
e. Terlaksananya penyuluhan/konsultasi dan rujukan gizi bagi
pasien/keluarga, karyawan dan masyarakat lain.
f. Terlaksananya pendidikan/pelatihan untuk meningkatkan
profesionalisme Tenaga Gizi dan pendidikan bagi peserta
didik/praktikan.
g. Terlaksananya penelitian dan pengembangan gizi terapan untuk
meningkatkan mutu pelayanan Gizi.
h. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan semua kegiatan.
i. Meningkatnya mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan gizi di
Rumah Sakit.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Gizi
Suatu upaya memperbaiki, meningkatan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok dan individu atau klien yang merupakan suatu
rangkaian kegiatan meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
2
simpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi, makanan dan
dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam
kondisi sehat atau sakit.
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi,
intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan
evaluasi.
3. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan
dimulai dari assessment/pengkajian gizi, menetapkan diagnosa gizi,
melakukan intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada pasien
rawat jalan, dengan implementasi kegiatan berupa
konseling/penyuluhan gizi.
4. Terapi Gizi
Pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan pengkajian
gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
( Nutrition an Diet Theraphy Dictionary, 2004 )
5. ASUHAN GIZI
Serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan
asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
6. Skrining Gizi
Proses dari identifikasi klinik dan penapisan Gizi yang bertujuan
untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak berisiko
malnutrisi atau kondisi khusus.
7. Dietetik
Integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual, melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan
makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek
pelayanan.
3
8. Konseling Gizi
Serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilasanakan oleh ahli gizi/dietesien untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam
mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang dilakukannya.
9. Nutrisionis/Dietisien
Seorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik dimasyarakat maupun
dirumah sakit dan unit kesehatan lain.
10. Ilmu Gizi
Kombinasi penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan jumlah
makanan berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi dan sosial
ekonomi pasien. ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan menganai
gizi, kehidupan, dan kondisi penyakit. Sedangakan seni adalah
pengetahuan dari prktek merencanakan dan menyiapkan/mengolah
dan menyajikan makanan yang enak dan menarik untuk berbagai
tingkat ekonomi sehingga orang sehat maupun sakit mau menyantap
makanan dan patuh terhadap diet.
11. Masyarakat Rumah Sakit
Sekelompok orang yang berada di dalam lingungan RS dan terkait
dengan aktifitas RS, terdiri dari pegawai atau karyawan, pasien rawat
inap dan pengunjung poliklinik.
12. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit
Suatu rangakaian kegiatan mulai perencanaan menu, penerimaan
bahan makanan, penyimpanan, persiapan, produksi/pengolahan
bahan makanan, sampai dengan pendistribusian makanan kepada
pasien, serta monitoring dan evaluasi.
13. Diet
Pengaturan pola dan konsumsi makanan dan minuman yang dibatasi
jumlahnya, dilarang, atau perlu ditambah/diperbolehkan dengan
jumlah tertentu disesuaikan dengan kebutuhan gizi untuk tujuan
terapi penyakit yang diderita.
4
14. Jenis Diet
Macam diet berdasarkan kelompok penyakit atau zat gizinya seperti
Diabetes Militus, Diet Jantung, Diet Rendah Garam, Diet Rendah
Protein, dll.
15. Penerimaan Bahan Makanan
Pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas
bahan makanan sesuai dengan spesifikasi dan pesanan yang
ditetapkan.
16. Penyimpanan Bahan Makanan
Tata cara menata, menyimpan, menjaga keamanan bahan makanan
kering dan segar di gudang penyimpanan bahan.
17. Persiapan Bahan Makanan
Kegiatan prapengolahan bahan, meliputi membersihkan, mengupas,
memotong, merendam, mencuci, dll.
18. Pengolahan Makanan
Kegiatan memproses bahan makanan mentah menjadi makanan yang
siap dikonsumsi, berkualitas (bergizi dan bercitarasa tinggi ) dan
aman.
19. Distribusi Makanan
Kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis
makanan secara sentralisasi di unit produksi makanan yang akan
dibagikan kepada pasien diruang rawat inap.
20. Higiene Makanan
Kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk menjamin kebersihan
dan keamanan makanan.
21. Sanitasi Makanan
Upaya untuk mengendalikan faktor kebersihan makanan,meliputi :
orang, tempat, dan perlengkapan masak dan bahan makanan yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan.
22. Mutu Pangan
Nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar terhadap bahan makanan dan minuman.
5
23. Penelitian Dan Pengembangan Gizi Terapan
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guna
menghadapi tantangan dan masalah gizi terapan yang kompleks,
dengan tujuan untuk mencapai kualitas pelayanan gizi rumah sakit
secara berdaya guna dan berhasil guna di bidang pelayanan gizi,
penyelenggaraan makanan rumah sakit, penyuluhan, konsultasi,
konseling dan rujukan gizi sesuai kemampuan institusi.
24. Keamanan Pangan
Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimiawi, dan benda lain yang dapat
mengganggu , merugikan dan membahayakan kesehatan.
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan
pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan peraturan perundang -
undangan pendukung (legal aspect)
Beberapa ketentuan perundang - undangan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
Menkes /SK/PER/IX/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit ;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 78 tahun 2013 tentang
Pelayanan Gizi Rumah Sakit;
5. Surat Keputusan Direktur RSUKarsa Husada Batu Tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja RSUKarsa HusadaBatu;
6
BAB II
KEBIJAKAN
7
2. Kebijakan Pelayanan Gizi Rawat Jalan
a. Asuhan gizi pasien rawat jalan dilakukan oleh Profesional Pemberi
Asuhan Gizi (Dietisien) dengan pendidikan minimal D3 Gizi.
b. Asesmen awal di skrining untuk risiko nutrisi dilakukan oleh
perawat/medis.
c. Jika ditemukan risiko malnutrisi maka dikonsultasikan ke poli
konsultasi gizi dan dibuat rencana terapi gizi.
d. Asuhan gizi rawat jalan dicatat di rekam medik dan form pelaporan
poli konsultasi gizi.
8
d. Penelitian dan pengembangan dapat dilakukan khusus lingkup unit
pelayanan gizi terutama teknologi, penyederhanaan, dan cara kerja
serta penilaian hasil kerja yang dicapai.
e. Diluar unit pelayanan gizi kegiatan dilaksanakan melalui kerja sama
dengan unit kerja lain dan instansi terkait.
9
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SDM
Dalam melaksanakan pelayanan Instalasi Gizi di Rumah Sakit
UmumKarsa Husada Batu dipimpin oleh Kepala Instalasi Gizi. Distribusi
ketenagaan di Instalasi Gizi disesuaikan dengan kualifikasi dan beban
kerja yang ada. Untuk distribusi ketenagaan di Instalasi Gizi disebutkan
dalam tabel 2.1 sesuai dengan tugas masing –masing.
Tabel 2.1 Pola ketenagaan Instalasi Gizi di RSU Karsa Husada Batu
10
5. Pelaksana Administrasi DI/DIIIAdministrasi/ Ijazah DI/DIII
Komputer Administrasi /
Komputer
6. Petugas SMA/SMK Ijazah SMA /
Penyaji/DistribusiMakanan Perhotelan SMK
Perhotelan
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tabel 2.2 Distribusi Ketenagaan
JUMLAH JUMLAH ANALISIS
KATEGORI KUALIFIKASI
NO KEBU- TENAGA KEKU- KET
TENAGA PENDIDIKAN
TUHAN YG ADA RANGAN
1. Kepala DIV / S1 Gizi
Instalasi Gizi dengan 1 1 -
pengalaman
kerja min. 5
tahun
2. Koordinator S1/D IV / DIII 1 1 - Merangk
asuhan gizi Gizi ap
asuhan
gizi
3. Koordinator S1/D IV / D 1 1 -
penyelenggara III Gizi
an makanan
4. KoordinatorLI S1/D IV/ D III 1 1 - Merangk
TBANG SDM Gizi ap
asuhan
gizi
5. Pelaksana DI/DIII 1 - 1
administrasi Administrasi/
Komputer
6. Pelaksana S1/D IV/ 6 4 2
asuhan gizi D III Gizi
7. Pelaksanagizi S1/D III Gizi 5 4 1
/ monev
penyelenggara
an makanan
8. Juru masak / SMK Tata 5 5 -
Koki Boga
9. Asisten juru SMK Tata 3 - 3
masak / Koki Boga
10. Petugas SMU/ SMK 7 7 -
penyaji/distrib Perhotelan
usi mkn
31 24 Kurang
7 orang
11
C. PEMBINAAN TENAGA
Pembinaan tenaga / petugas dapat dilakukan melalui beberapa
cara, antara lain dengan memberikan pelatihan bersertifikat (sertifikasi),
pendidikan lanjutan,kursus, mengikuti symposium/seminar yang
bertujuan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,sikap dan etos
kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
Peningkatan jenjang pendidikan bagi petugas atau tenaga
pelayanan gizi rumah sakit perlu dipertimbangkan sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan keilmuan yang terkait dengan peningkatan
pelayanan gizi. Jenis pendidikan dan pelatihan berjenjang dan berlanjut
meliputi diklat formal dan diklat non formal.
D. PENGATURAN JAGA
1. Administrasi
Kegiatan administrasi yang berhubungan dengan pelayanan gizi 5 hari
kerja yaitu :
a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 16.00 WIB
b. Hari Jum’at : pukul 06.30 – 15.00 WIB
2. Produksi dan distribusi makanan pasien
Kegiatan produksi dan distribusi makanan bagi dilakukan oleh petugas
penyelenggaraan makanan yang terbagi dalam tiga shif :
a. Dinas pagi : 07.00 – 14.00 WIB
b. Dinas subuh : 05.00 – 12.00 WIB
c. Dinas sore : 11.00 – 18.00 WIB
3. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Inap
Jam Pelayanan Gizi Rawat Inap dilaksanakan :
a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.00 – 14.00 WIB
b. Hari Jum’at : pukul 07.00 – 14.00 WIB
c. Hari Sabtu / Minggu : pukul 07.00 – 14.00 WIB
4. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Jalan
Jam Pelayanan Gizi Rawat Jalan dilaksanakan :
a. Hari Senin – Jumat : pukul 09.00 – 14.00 WIB
12
BAB IV
STANDARFASILITAS
B. STANDARD FASILITAS
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal,
bila didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai baik untuk
melaksanakan pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap maupun
penyelenggaraan makanan.
13
5 Telepon / Aiphon Ada Ada
6 Komputer + printer Ada Tidak Ada
7 Lemari peraga Ada Tidak ada
8 OHP/LCD Ada Tidak ada
9 Food Model Ada Ada
10 Formulir skrining Ada Ada
14
b. Sarana / Fasilitas Ruang Administrasi Gizi
b.Peralatan
1) Peralatan penyajian makanan :
Kereta makan, water heater, bak cuci ganda, meja distribusi,
lemari makan, lemari alat, Alat makan sesuai kelas perawatan.
Kelas Utama : Satu set keramik (piring, mangkok sayur,
mangkok lauk, gelas, sendok, nampanmelamin)
15
Kelas 1 : Satu set keramik (piring, mangkok sayur, mangkok
lauk, gelas, sendok, nampan melamin)
Kelas 2 : Satu set melamin (piring, mangkok sayur, mangkok
lauk, gelas, sendok, nampan melamin)
Kelas 3 : Plato steinlessteel, gelas, sendok.
2) Peralatan Konseling Gizi : Food model, Leaflet Diet, formulir
skrining, formulir asuhan gizi , formulir permintaan makan,
formulir permintaan diet khusus, Buku Pengkajian Gizi, Buku
Diagnosa Gizi, Buku Pedoman Diet, SOP, Buku Panduan /
Pedoman.
3) Peralatan Antropometri : timbangan badan dewasa, alat ukur
tinggi dan berat badan dewasa, alat ukur lingkar lengan atas.
A RUANG PENERIMAAN
1 Timbangan 100-300 kg Ada Ada
2 Timbangan 25 kg Ada Ada
3 Rak bahan makanan beroda Ada Tidak Ada
4 Kereta angkut / troly barang Ada Ada
5 Pembuka botol Ada Ada
6 Penusuk beras Ada Tidak ada
7 Pisau Ada Ada
16
C RUANG PERSIAPAN
1 Meja kerja Ada Ada
2 Meja daging Ada Tidak ada
18
H RUANG PEGAWAI
1 Kamar mandi Ada Ada (Kurang)
2 Locker Ada Ada (Kurang)
3 Meja kursi Ada Tidak ada
4 Tempat sampah Ada Ada
5 WC Ada Ada
6 Tempat tidur Ada Tidak ada
I KANTOR
1 Meja kursi Ada Ada
2 Filling cabinet Ada Tidak Ada
3 Lemari buku Ada Ada
4 Telephone Ada Ada
5 Lemari es Ada Tidak ada
6 Alat peraga Ada Ada
7 Alat tulis menulis Ada Ada
8 Komputer + printer Ada Ada
19
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI
20
b. Skrining gizi adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi pasien
terhadap resiko malnutrisi dengan menggunakan metoda Malnutrition
Skrining Tools (MST)
c. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik
dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas melalui
serangkaian kegiatan mulai dari Assesmen/pengkajian gizi, Diagnosis
gizi, Intervensi gizi, Monitoring dan Evaluasi gizi.
2. Tujuan
a. Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya
dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan
dan meningkatkan status gizi.
b. Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku
sehat pada pasien rawat inap melalui kebiasaan makan dan minum
yang sesuai anjuran dietnya.
3. Sasaran
a. Pasien
b. Keluarga
21
Gambar 4.1
PROSES PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
DI RSU KARSA HUSADA BATU
Pasien masuk
3) Biokimia
Data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik
dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium yang
terkait dengan masalah gizi harus selaras dengan data assessment
gizi lainnya, seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk
penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya.
Disamping itu proses penyakit, tindakan pengobatan, prosedur dan
status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi,
sehingga hal tersebut perlu dipertimbangkan.
4) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan
fisik terkait dengan masalah gizi merupakan kombinasi dari tanda –
tanda vital dan antropometri yang dikumpulkan dari catatan medik
pasien.
23
Anamnesis riwayat gizi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran kebiasaan
makan pasien. Sedangkan cara kuantitatif digunakan untuk
mendapatkan gambaran asupan zat gizi melalui food recall selama
24 jam. Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang merujuk pada
DKBM.
6) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat – obatan
atau suplemen yang dikonsumsi; social budaya; riwayat penyakit
pasien dan data umum pasien.
7) Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi merupakan langkah mencari pola dan hubungan
antara data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya.
Kemudian memilih masalah gizi yang spesifik dan menentukan
masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi
sesuai dengan standar rumah sakit. Pernyataan diagnosis gizi
menggunakan PES. Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga
domain yaitu NI (domain intake), NC (domain klinis), dan NB
(domain prilaku/lingkungan).
8) Intervensi Gizi
a) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang
ditegakkan.Menetapkan tujuan dan prioritas intervensi
berdasarkan masalah gizinya, penyebab, gejala dan tanda,
kemudian tentukan pula jadwal frekuensi asuhan. Perencanaan
intervensi meliputi, penetapan tujuan intervensi dan preskripsi
diet. Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi
jenis, bentuk diet dan kebutuhan gizi.
b) Implementasi Intervensi
Bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien melaksanakan
dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan
24
tenaga kesehatan lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas mengenai kebutuhan energi dan zat
gizi, jenis diet, modifikasi diet, jadwal pemberian diet, dan jalur
makanan atau pemberian makan. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan data kembali, agar dapat menunjukkan respon
pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
9) Monitoring Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang dilakukan untuk
mengetahui respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat
keberhasilannya.
Tiga langkah monitoring dan evaluasi gizi :
a) Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati kondisi klien/
pasien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi apakah
sesuai dengan yang diharapkan.
b) Mengukur hasil kegiatan, yaitu mengukur perkembangan atau
pertumbuhan yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi
gizi. Parameter yang harus diukur adalah berdasarkan tanda
dan gejala dari diagnosisis gizi.
c) Evaluasi hasil, Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi merupakan
bentuk pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan
komunikasi.
25
menetapkan preskripsi diet, dan mengirim atau merujuk pasien ke
dietisien untuk mendapatkan penyuluhan dan konsultasi gizi.
b) Perawat
Melakukan pemantauan asupan makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan
kepada dietisien bila terjadi perubahan pada kondisi pasien.
c) Dietisien
Melaksanakan skrining gizi :
Melakukan assessment/pengkajian gizi pada pasien yang
beresiko malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengukuran
antropometri, pencatatan hasil laboratorium, fisik klinik,
interpretasi data riwayat gizi dan riwayat personal.
Mengidentifikasi masalah/ diagnosa gizi berdasarkan hasil
assessment dan menetapkan prioritas diagnosa gizi.
Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan
preskripsi diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet
definitive serta merencanakan edukasi/ konseling.
Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan kondisi
pasien dan diet definitive.
Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain
dalam pelaksanaan intervensi gizi.
Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada
pasien dan keluarganya.
Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi pada rekam medik
pasien.
Melakukan assessment gizi ulang (reassessment) apabila
tujuan belum tercapai.
Melaksanakan visite dengan atau tanpa dokter.
Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan
dokter, perawat, farmasi, anggota tim asuhan gizi lain, pasien/
klien dan keluarganya, dalam rangka evaluasi keberhasilan
pelayanan gizi.
26
d) Farmasi
Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi
obat dan makanan.
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
interaksi obat dan makanan.
e) Tenaga Kesehatan Lainnya
Tenaga kesehatan lainnya misalnya adalah tenaga terapi okupasi,
tenaga wicara yang berkaitan dalam perencanaan dan
pelaksanaan intervensi pada pasien dengan gangguan menelan
yang berat dan lain sebagainya.
Gambar 4.2
PROSES PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN
DI RSU KARSA HUSADA BATU
PASIEN
RAWAT JALAN
POLIKLINIK
RUJUKAN
DOKTER
PAGT
INTERVENSI MONEV
PENGKAJIAN DIAGNOSIS KONSELING
GIZI GIZI / EDUKASI KONSELING/
GIZI EDUKASI GIZI
27
C. PELAYAAN GIZI RAWAT JALAN
1. Pengertian
a. Asuhan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan
gizi yang berkesinambungan dimulai dari assesmen/pengkajian,
menetapkan diagnosis gizi, melakukan intervensi gizi dan monitoring
evaluasi kepada pasien di rawat jalan. Implementasi dari Intervensi
Gizi pasien rawat jalan adalah kegiatan konseling gizi/dietetik atau
edukasi/penyuluhan gizi
2. Tujuan
a. Memberikan informasi mengenai pesan-pesan gizi dan diet kepada
pasien sesuai dengan penyakit yang dideritanya untuk membantu
proses penyembuhan penyakit.
b. Menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku
sehat pada pasien melalui nasihat gizi mengenai Tujuan Diet, jumlah
asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan,
makanan yang boleh dan dilarang serta cara makan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan.
3. Sasaran
a. pasien dan keluarga
b. kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
c. individu pasien yang datang atau dirujuk
d. kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik
oleh rumah sakit
28
4. Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual
seperti; pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan pada
pasien Dewasa dan anak adalah sebagai berikut :
a. Perkenalkan identitas diri kepada pasien dengan menyebutkan nama
dan profesi.
b. Lakukan pencatatan data pasien dalam buku regestrasi.
c. Lakukan assesmen gizi mulai dari pengukuran antropometri pada
pasien, anamnesa riwayat makan, membaca pemeriksaan laboratoriun
dan fisik klinis (bila ada), dari riwayat personal kemudian analisa
semua data assesmen gizi.
d. Tetapkan diagnosis gizi.
e. Lakukan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling gizi dengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet sesuai penyakit dan
kebutuhan gizi pasien.
f. Jelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari
menggunakan alat peraga food model dan leaflet.
g. Jelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakan yang disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta
kemampuan pasien.
h. Tanyakan kepada pasien tentang hal hal yang belum jelas mengenai
dietnya dan apabila ada yang ditanyakan maka petugas gizi akan
menerangkan sampai pasien mengerti.
i. Lakukan evaluasi kepada pasien untuk mengetahui apakah pasien
sudah memahami dietnya.
j. Tutup konsultasi dengan ucapan terima kasih telah berkunjung ke poli
konsultasi rawat jalan dan ingatkan pasien untuk berkunjung ulang.
k. Lakukan pencatatan hasil konseling gizi dan dimasukkan ke dalam
rekam medik pasien atau diarsipkan di ruang konseling.
D. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. Pengertian
Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan
29
makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi
dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi.
2. Tujuan
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi,
biaya, aman dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status
gizi yang optimal.
3. Sasaran Dan Ruang Lingkup
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah
konsumen baik pasien ataupun karyawan. Ruang lingkup
penyelenggaran makanan rumah sakit meliputi produksi dan distribusi
makanan.
4 Kegiatan Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan di RSU Karsa Husada Batu dilakukan
secara swalelola oleh pihak RS dalam hal ini Instalasi Gizi.
Adapun kegiatan penyelenggaraan makanan meliputi :
a. Perencanaan Anggaran Belanja
1) Anggaran belanja untuk menyelenggarakan kegiatan
penyelenggaraan makanan direncanakan setahun sebelumnya dan
dibuat atas dasar pengalaman pada tahun sebelumnya, dengan
mempertimbangkan prediksi kenaikan harga dan jumlah
konsumen.
2) Anggaran belanja meliputi bahan makanan, peralatan/sarana dan
prasaranan pemeliharaan dan perbaikan alat bangunan dan
kebutuhan lain yang direncanakan
3) Untuk kebutuhan bahan makanan diperlukan data – data sebagai
berikut :
Macam dan jumlah bahan makanan yang ada.
Macam dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan untuk
berbagai golongan konsumen.
Jumlah taksiran bahan makanan yang akan dibeli.
Jumlah konsumen yang makan menurut macamnya.
Kalkulasi total biaya.
Pengusulan anggaran belanja satu tahun.
30
Gambar 4.3
PROSES PENYELENGGARAAN MAKANAN
DI RSU KARSA HUSADA BATU
b. Perencanaan Menu
Standar makanan mengacu pada buku panduan diet dan buku
standar pelayanan makanan pasien Instalasi gizi RSUKarsa Husada
Batu.
Menu makanan pasien menggunakan siklus menu 10 hari dan
ditambah dengan menu khusus yaitu menu ke 11 yang memenuhi
cita rasa. Siklus menu dibuat dalam setahun 2 kali.
Langkah – langkah perencanaan menu pasien
Mengumpulkan berbagai jenis hidangan, kelompokan berdasarkan
jenis makanan .
Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis besar
frekuensi penggunaan bahan makananan harian dengan siklus
menu yang berlaku.
Memasukkan lauk hewani yang serasi dengan warna, komposisi,
kosistensi, bentuk dan variasi yang kemudian dikombinasikan
dengan lauk nabati dan sayur.
31
Menyiapkan formulir penilaian organoleptik, ukuran bentuk
potongan, suhu, pengulangan penyajian dan sanitasi.
Mengajukan siklus menu yang sudah dibuat kepada kepala
instalasi gizi RSU Karsa Husada Batu.
Melakukan pra test untuk mengetahui tanggapan pasien dengan
cara melihat waste atau sisa makanan yang ada :
Jika waste>50% menu diganti
Jika waste <50% menu tetap
Membuat perbaikan menu dengan selanjutnya menu siap untuk
diusulkan kepada pengambil keputusan.
32
e. Penerimaan, Penyaluran Dan Penyimpanan Bahan Makanan
1) Bahan makanan basah
a) Bahan makanan basah diterima setiap hari sesuai kebutuhan
bahan makanan harian.
b) Bahan makanan basah diterima diruang penerimaan dan
disesuaikan dengan spesifikasi bahan makanan yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan jumlah surat pemesanan, jika
bahan makanan tidak sesuai dengan spesifikasi bahan makanan,
bahan makanan tersebut dapat dikembalikan.
c) Setelah bahan makanan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan
makanan yang telah ditetapkan, BM diterima langsung dibawa ke
ruang persiapan untuk dilakukan persiapan, pemotongan dan
pembersihan (pemotongan sesuai standar porsi).
d) Penyimpanan bahan makanan basah dilakukan apabila ada sisa
bahan makanan disimpan di freezer (golongan daging dan ikan)
dan chiller (golongan sayur, buah, dan bumbu).
e) Penyimpanan di freezer dengan suhu -5oC s/d 0 oC dan
penyimpanan pada chiller dengan suhu 3 oC s/d 10 oC. jika suhu
melebihi dan kurang dari batas yang telah ditetapkan segera
laporkan ke petugas.
33
f. Persiapan Bahan Makanan
Persiapan bahan makanan adalah semua perlakuan pada saat
bahan makanan diterima, diambil, atau dikeluarkan dari penyimpanan
untuk kemudian kemudian disiangi, dibersihkan bagian – bagian yang
tidak dimakan, dicuci, dan sebagainnya. Persiapan bahan makanan
harus mempertimbangkan factor – factor lingkungan yang dapat
merubah, merusak, dan mempengaruhi kualitas produk. Langkah –
langkah persiapan bahan makanan :
1) Persiapan Daging, Ikan Dan Ayam
a) Mengambil daging, ikan atau ayam yang datang lebih awal dan
sesuai dengan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan
b) Membersihkan daging sesuai dengan proses yang ditentukan
sampai bersih.
c) Memotong sesuai standar porsi masing – masing kelas dan diet.
d) Mencuci kembali jika diperlukan.
e) Menyerahkan bahan makanan yang siap diolah ke petugas
pengolahan makanan.
2) Persiapan Sayur
a) Mengambil bahan makanan sesuai kebutuhan.
b) Mengidentifikasi bahan makanan yang akan digunakan.
c) Menyiangi bahan (bersihkan dari kotoran, kulit, dan akar).
d) Mencuci bahan hingga bersih sehingga tidak ada ulat yang masih
menempel pada sayur.
e) Memotong sayur sesuai dengan standar porsi atau standar menu.
f) Menyerahkan bahan makanan yang akan digunakan ke petugas
pengolahan makanan.
3) Persiapan Buah
a) Mengambil bahan makanan sesuai dengan kebutuhan
b) Mengidentifikasi bahan makanan yang akan digunakan
c) Mencuci bahan hingga bersih sebelum dipotong dan dikupas (kecuali
pisang).
d) Kupas dan potong buah (papaya, semangka, melon)
e) Menyerahkan ke bagian pendistribusian makanan
34
g. Pengolahan Bahan Makanan
Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dikonsumsi, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi, yang bertujuan
untuk :
1) Mempertahankan nilai gizi makanan.
2) Meningkatkan nilai cerna bahan makanan.
3) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, kenampakan,
dan penampilan makanan.
4) Membunuh atau mematikan koman – kuman yang berbahaya atau
menghilangkan racun makanan, sehingga makanan terjamin untuk
dikonsumsi pasien dan karyawan.
5) Menyediakan makanan yang berkualitas dan kuantitas sesuai
dengan ketentuan.
Cara-cara yang harus diperhatikan dalam proses pengolahan bahan
makanan :
1) Pengolahan menggunakan medium air seperti, merebus yaitu
memasak menggunakan banyak air dan untuk menyetup yaitu
memasak menggunakan sedikit air.
2) Pengolahan menggunakan lemak seperti menggoreng yaitu
memasukkan bahan makanan hingga tenggelam pada minyak
sehingga bahan makanan tidak kecoklatan dan tidak menyerap
minyak terlalu banyak. Penggunaan minyak untuk menggoreng
juga disesuaikan dengan bahan makanan yang akan digoreng
3) Pengolahan dengan kombinasi seperti menumis, yaitu memasak
dengan sedikit minyak atau margarine. Agar bahan makanan
layu, diberikan air.
4) Pengolahan dengan pemanasan seperti memasak menggunakan
oven.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan pada waktu pengolahan
bahan makanan.
1) Pemasakan daging diperlukan waktu 1 – 2 jam, kecuali pada
pemasakan dengan pemanggangan dan pembakaran
35
2) Pemasakan unggas diperlukan waktu 1 – 2 jam pada pemasakan
dengan suhu 150 – 163oC
3) Pemasakan ikan, proses pemasakan relative singkat antara 10 – 25
menit dan untuk menghilangkan bau amis yang kuat pada ikan
setelah dibersihkan bisa direndam menggunakan sedikit garam.
4) Pemasakan telur memerlukan waktu 2 – 13 menit, tergantung
tebalnya lapisan kulit telur. Pemasakan telur disesuaikan dengan
tingkat kematangan telur yang diinginkan.
5) Pemasakan bahan makanan kacang – kacangan dengan langkah –
langkah :
a) Rendam sebelum dimasak (blanching) agar mempercepat saat
proses pengolahan masakan.
b) Pemasakan berkisar antara ½ - 1 jam.
c) Hasil olahan kacang – kacangan seperti tahu dan tempe
memerlukan waktu 5 – 10 menit.
6) Pemasakan sayur – sayuran harus diperhatikan jumlah cairan yang
digunakan dan suhu pemanasan serta waktu pemasakan. Misalnya
pada sayuran hijau dimasak dengan air mendidih dengan jumlah
cairan cukup, dan alat masak tertutup. Sayuran yang berwarna
kuning/ merah, pemasakan dengan menggunakan sedikit cairan
dengan waktu dan suhu yang tepat.
36
4) Makanan diantarkan dan disajikan ke pasien oleh petugas
distribusi dari Jasa Boga.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan baik
penyuluh maupun peserta atau pasien serta meningkatkan mutu dan
efisiensi kegiatan PKRS di Instalasi Gizi.
b. Tujuan Khusus
1) Membantu klien/pasien untuk mengenali masalah kesehatan terkait
dengan gizi dan memahami terjadinya masalah gizi.
2) Membantu klien/pasien dalam merubah perilaku yang berkaitan
dengan gizi sehingga meningkatkan status gizi dan esehatan pasien.
3) Menjadikan cara-cara hidup sehat sebagai kebiasaan sehari-hari
klien/pasien.
4) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga
tentang gizi.
5) Meningkatkan kesadaran gizi dan kesehatan masyarakat melalui
peningkatan pengetahuan gizi dan makanan yang menyehatkan.
37
6) Menyebarkan informasi-informasi tentang gizi dan kesehatan kepada
masyarakat.
7) Membantu individu, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan
berperilaku positif sehubungan dengan gizi dan kesehatan.
8) Mengubah perilaku konsumsi makanan (food consumtion behavior)
yang sesuai dengan tingkat kebutuhan gizi, sehingga pada akhirnya
tercapai status gizi yang baik.
3. Sasaran Penyuluhan
a. Sasaran primer (mitra langsung)
- Pasien
- Keluarga Pasien
- Masyarakat sekitar rumah sakit
b. Sasaran Sekunder
- Penjamah makanan (petugas katering)
- Kelompok profesi
c. Sasaran Tersier (mitra penentu)
- Direktur
- Kepala Instalasi Gizi
4. Mekanisme Penyuluhan
a. Persiapan Penyuluhan
1) Menentukan materi sesuai dengan kebutuhan
2) Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
3) Merencanakan media yang akan digunakan
4) Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
5) Persiapan ruangan dan alat bantuan/media yang dibutuhkan
b. Pelaksanaan Penyuluhan
1) Peserta mengisi daftar hadir (absensi)
2) Petugas Penyuluh menyampaikan materi penyuluhan
3) Tanya jawab
38
c. Evaluasi
1) Evaluasi Proses
Disini yang dinilai adalah jalannya kegiatan penyuluhan, yaitu
apakah kegiatan sesuai dengan rencana atau tidak, antara lain
ketepatan waktu pelaksanaan, pembicara, jumlah sasaran, materi
yang diberikan, alat peraga yang digunakan dan lain-lain,
mengamati jalannya kegiatan lancar atau tidak dan peran serta
sasaran.
2) Evaluasi Hasil
Frekuensi dan cakupan penyuluhan apakah sudah memenuhi
target yang direncanakan, apakah kegiatan penyuluhan dapat
diterima oleh sasaran.
Pengertian dan perubahan sikap pasien dapat dinilai langsung
pada saat kunjungan ulang dengan mengadakan tanya jawab.
39
Makanan Bayi Sehat
Makanan Anak Sehat
13 Pesan Dasar Gizi Seimbang
MODISCO
Diet Alergi
Diet Hemodialisa
Diit Rendah Serat
Daftar Penukar Bahan Makanan
Kesulitan makan pada anak
CHF
Stroke
Kanker
Diare
GGK
b. Prasarana
1) Penyuluhan Individu
Kegiatan penyuluhan individu dilaksanakan di:
Poli Konsultasi Gizi
Ruang Rawat Inap (R.Teratai, R.Mawar, R.Dahlia, R.Kemuning,
R.Seruni, R.Matahari, R.Unit Stroke, ICU)
Instalasi Gizi
2) Penyuluhan Kelompok
Kegiatan penyuluhan kelompok dilaksanakan di :
Ruang tunggu poli Rawat Jalan
Poli Konsultasi Gizi
Ruang Rawat Inap
Instalasi Gizi
Gazebo Ruang Rawat Inap
3) Demonstrasi (Peragaan)
Kegiatan demonstrasi (peragaan) dilaksanakan di:
Instalasi Gizi (Ruang Persiapan, Ruang Produksi, Ruang
Distribusi)
40
c. Metode
Metode penyuluhan dilaksanakan dengan cara:
1) Ceramah dan tanya jawab
2) Penyuluhan individu/konseling
3) Demonstrasi/peragaan
4) Pembagian leaflet
d. Materi
1) Berkaitan dengan Diit Pasien.
2) Berkaitan dengan proses pengolahan makanan
3) Berkaitan dengan higiene & sanitasi penjamah makanan.
41
BAB VI
LOGISTIK GIZI
A. LOGISTIK
Managemen Logistik penyelenggaraan makanan merupakan bagian
dari system pelayanan gizi yang merencanakan ketersediaan bahan
makanansesuai dengan spesifikasi, pengadaan logistik serta
melaksanakan penyimpananterkaitdengan penggunaan dan penyaluran
bahan makanan.
1.Peralatan dan Perlengkapan Rumah Tangga
42
temperature dan
kelembaban, mudah
dibaca
Bahan aluminium +
16 Pan dadar/ceplok buah 5
keramik, θ 24 cm
Bahan stainless, uk
17 Penjepit makanan buah 10
standard
Thermometer Bahan stainless ,
18 buah 4
makanan matang layar digital
Bahan besi, kap. Prod
19 Cup Sealer Machine unit 2 500 cup/hr, uk
205x265x460 mm
Bahan plastic, 700 W,
20 Food processor unit 2 dimensi 390x240x215
mm
Stock pot stove High pressure, 1
21 unit 3
(kompor 1 tungku) tungku
Bahan stainless, kap
22 Oven unit 1
66 lt,
Bahan stainless, kap
23 Dandang buah 2
10 kg
Bahan stainless,
Kompor Gas Elpiji
24 unit 5 mudah dibersihkan,
(2 tungku)
2 tungku
Bahan aluminium die
Cetakan telur
25 buah 1 cast, θ total 28 cm, θ
ceplok
lubang 8,5 cm
Wajan Besar ( θ 45 Bahan stainless, θ 45
26 buah 2
cm ) cm
Wajan Sedang ( θ 40 Bahan stainless, θ 40
27 buah 2
cm ) cm
Bahan stainless, θ 20
28 Panci kecil buah 5 cm, tinggi 15 cm,
tutup kaca
Bahan stainless, θ 24
29 Panci sedang buah 10 cm, tinggi 30 cm,
tutup kaca
Bahan stainless, uk
30 Steamable pan unit 25 30x50x10 cm,
dilengkapi dg tutup
Bahan besi, tinggi
31 Rak bahan kering unit 1 170 cm, mudah
dibersihkan
Dapat digunakan utk
32 Pengecek telur unit 1 ayam dan bebek, kap
88 pcs
Dimensi
33 Mesin wrap unit 2
540x600x130 mm
Bahan rangka
34 Trolley piring kotor buah 4
stainless, dimensi
43
820x440x930 mm
Bahan : Steel (Besi),
Timbangan kap 20 Dimensi : 27,5 x 26 x
35 buah 2
kg 25 cm, Ketelitian : 20
gr
Bahan : Steel (Besi),
Timbangan kap 150 Dimensi : 34 x 21.5 x
36 buah 1
kg 94 cm, Ketelitian : 20
gr
Bahan : Stainless
Steel, Dimensi : 423 x
336 x 185 mm,
37 Timbangan digital buah 1
Kapasitas : 20 gr – 15
kg Ketelitian : 1 gr – 2
gr
Kapasitas : 60 ℓ,
Detail : Mudah
38 Rice dispenser unit 1
dibersihkan, anti-
bocor
Menampilkan
Thermometer temperature dan
39 unit 1
infrared kelembaban, mudah
dibaca
40 Glass blender unit 3 Bahan kaca
Bahan : Microfiber,
mudah dibersihkan,
mudah dikeringkan,
41 Serbet buah 30
permukaan
halus/tidak
menggores
Bahan: Melamin,
42 Kotak bento buah 50 Mudah dibersihkan,
dengan tutup.
Alat makan pasien kelas
Utama
Bahan: Sango, bulat,
43 Piring makan buah 75
θ 17 cm
Bahan: Sango,
lonjong, Untuk Lauk
44 Lasagna platter buah 75 Hewani /Nabati atau
tumis sayuran tidak
berkuah.
Bahan: Sango,
terdapat handle stack
dan saucer, Untuk
45 Soup cup buah 75
sayuran berkuah
atau lauk yang
berkuah.
Bahan: Sango, oval,
46 Oval platter buah 75
Untuk menu extra /
44
extra putih telur
Bahan: Stainless
47 Sendok makan buah 75 Steel, Panjang
Keseluruhan: 23 cm
Bahan: Stainless
48 Garpu makan buah 75 Steel, Panjang
Keseluruhan: 23 cm
Bahan: Plastik
49 Nampan buah 40 Melamin Tebal,
Ukuran: 43x33 cm
Bahan: Microfiber,
plastik anti-air, Anti-
50 Place mat buah 40
noda dan mudah
dibersihkan
Gelas kaca (gelas Bahan : Kaca, Tinggi:
51 buah 75
kaki) 168 mm, θ 6 cm
Alat makan pasien kelas I
Bahan: Sango, bulat,
52 Piring makan buah 120
θ 17 cm
Bahan: Sango, oval,
53 Oval platter buah 120 Untuk menu extra /
extra putih telur
Bahan: Sango,
Bentuk: Bulat, Tinggi:
54 Mangkok sup buah 120
5cm, θ 11 cm, utk
sayur
Bahan: Stainless
55 Sendok makan buah 150 Steel, Panjang
Keseluruhan: 23 cm
Bahan: Sango, Bulat,
56 Plater ceper kecil buah 120 θ12 cm, utk
snack/buah
Bahan Melamin,
57 Nampan melamin buah 120
Tebal, Uk: 43x33 cm
Bahan: Microfiber,
plastik anti-air, Anti-
58 Place mat buah 120
noda dan mudah
dibersihkan
Bahan : Kaca, Tinggi:
59 Gelas kaca buah 120
168 mm, θ 6 cm
Alat makan pasien kelas II
Bahan: melamin,
60 Piring makan buah 180
bulat, θ 18 cm
Bahan: Melamin,
61 Mini square bowl buah 40 bulat, θ 11 cm,
kedalaman 3,2 cm
Bahan: Melamin, uk
62 Sushi plate buah 90 15,5 x 10 cm, Utk
lauk, sayur tidak
45
berkuah
Bahan: Melamin,
63 Oval platter buah 40 oval, utk sayur tidak
berkuah
Bahan: Melamin,
64 Piring ceper bulat buah 40 Bulat, θ12 cm, utk
snack/buah
Bahan: Stainless
65 Sendok makan Doll buah 400 Steel, Panjang
Keseluruhan: 23 cm
Bahan: Melamin,
66 Nampan melamin buah 130
Tebal, Uk: 43x33 cm
Bahan : Kaca, Tinggi:
67 Gelas kaca buah 200
168 mm, θ 6 cm
Alat makan pasien kelas
III
Bahan stainless,
68 Plato makan anak buah 60
dilengkapim tutup,
Bahan: Melamin,
69 Piring ceper buah 400 Bulat, θ12 cm, utk
snack/buah
Gelas kaca Bahan : Kaca, Tinggi:
70 buah 400
(belimbing) 168 mm, θ 6 cm
2.Pakaian Khusus
Tabel. 5.3Pakaian Khusus
No Nama Barang Volume Satuan Spesifikasi
1 Apron kain + tutup 48 Pasang Bahan kain menyerap
kepala keringat
2 Celemek 7 Buah Bahan Oscar, anti air
3 Sepatu boot 10 Pasang Bahan plastic, anti air
46
ptg/ kg ( 2 paha bawah, 4
paha atas, 2 sayap, 4 potong
bagian dada ), dikemas
kantong plastik tertutup
Bersih, segar, tanpa es,
2 Ayam giling 40 Kg
tanpa kulit, digiling halus
III Golongan Ikan dan Udang
Ikan tengiri, patin, tuna,
1 Ikan tuna fillet 35 Kg segar, bersih, tanpa kulit,
digiling halus
Segar, bersih, tak bertulang,
filet, berat minimal 100
2 Ikan kakap filet 15 Kg
gr/potong
IV Golongan Telur
Baru, kulit mulus, bersih,
1 Telur ayam 150 Kg jumlah 16 butir/kg, dikemas
dalam tray telur
Masak, kulit mulus, bersih,
2 Telur asin 40 Butir asin, telur itik, berat 60-70
gr/btr
V Golongan Hasil Olahan Kacang-kacangan
Murni, segar, bersih, tidak
Tempe kedele
1 90 Kg asam, padat, tanpa
murni
campuran, tebal 4 cm
Sukun "73", segar, murni,
2 Tahu 320 Kotak bersih, padat, tp air, berat
300-350 gr/ktk,
VI. Golongan Sayur
Segar, muda, bersih, tidak
1 Bayam 20 Kg
berulat, tanpa akar
25 Segar, muda, bersih, tanpa
2 Buncis Kg
tangkai, tidak berulat
Segar, muda, bersih tanpa
4 Daun seledri 3 Kg
akar
5 Daun pre 4 Kg Segar, muda, bersih
Segar, muda, bersih tanpa
6 Daun salam 4 Kg
akar
7 Daun brambang 5 Kg Segar, muda, bersih
8 Daun sereh 4 Kg Segar, muda, bersih
Segar, muda, bersih, utuh, 4
10 Daun pisang 50 Ikat
lembar/ ikat
Segar, muda, berbiji penuh,
11 Jagung manis pipil 15 Kg terkupas tdk berulat, besar
merata, 4 bj/kg
Segar, muda, bersih,tidak
12 Kacang kapri 3 Kg
berulat
47
Segar, hijau, muda, bersih,
13 Kacang panjang 50 Kg
tidak berulat
Segar, tua, permukaan licin,
15 Kentang 35 Kg bersih, maksimal isi 10
bj/kg
Segar, muda, padat, tidak
17 Krai 10 Kg pahit, besar merata, 5-6
bj/kg
Segar, muda, bersih, tidak
18 Kembang kol 40 Kg berulat, tanpa daun, tanpa
bonggol
Segar, muda, bersih, putih,
19 Kobis 6 Kg padat, tidak berulat, tidak
berlubang
Segar, muda, bersih, sedang,
20 Manisah 100 Kg
besar merata, 3 bj/kg
Segar, muda, bersih, tidak
22 Sawi daging 15 Kg
berulat
Segar, muda, bersih, hijau,
23 Sawi hijau 10 Kg
tidak berulat
Segar, muda, bersih, putih,
24 Sawi putih 10 Kg
tidak berulat
Segar, muda, tidak berulat,
24 Terong 10 Kg bentuk lurus, besar merata,
4-5 bj/kg
Segar, bersih, dibuat dari
25 Taoge pendek 3 Kg
kacang hijau
Segar, bersih, dibuat dari
26 Taoge panjang 15 Kg
kacang hijau
Segar, bersih, dibuat dari
27 Taoge kedele 3 Kg
kacang kedelai
Segar, bersih, masak, besar
28 Tomat 40 Kg
merata, 8-10 bj/kg
Segar, muda, tanpa daun,
29 Wortel 90 Kg bersih tanpa akar, panjang
15-20 cm
VII Golongan Buah-buahan
Jenis apel manalagi, segar,
1 Apel manalagi 15 Kg
besar merata, isi 8 buah/kg
Rasa manis, segar, tua,
2 Pear 15 Kg berair, besar merata, isi 6
buah/kg
Rasa manis, segar, tua,
3 Jeruk siam 12 Kg berair, besar merata, isi 8
buah/kg
Segar, masak, tua, berat
4 Pepaya 100 Kg
minimum 2 kg/buah
Segar, masak, tua, tanpa
5 Pisang ambon 1400 Buah
bonggol, berat 120-140
48
gr/buah
Segar, masak, tua, tanpa
Ba
7 Pisang kepok 500 Buah bonggol, berat 100-120
h gr/buah
a Segar, daging buah warna
9 Semangka 120 Kg merah, tanpa biji, berat 4-5
n kg/buah
Segar, tua, berat 2-3
10 Melon 25 Kg
kg/buah
4
. Makanan Kering
Tabel. 5.5 Tabel Bahan Makanan Kering
VOLU SATU
NO NAMA BARANG SPESIFIKASI
ME AN
I Gol. Beras Dan Garam
Kering, bersih, butir utuh,
1 Beras 200 Kg tdk hancur, murni, tdk apek,
putih
Halus,kemasan 250
2 Garam 20 Kg gr/pak,kering,bersih,beryodi
um
Halus,kemasan 500 gr/pak,
Garam Rendah
3 5 Ktk kering,bersih,beryodium,
Natrium
rendah natrium
II Gol. Gula, Minyak, Tepung Dan Hasil Olahannya, Dll
Kemasan asli, 220 cc/gelas,
1 Air Mineral ( Gelas) 120 Dos
48 gelas/dos
Bening, kemasan asli, 80 ml /
2 Cuka 1 Btl
botol
Kering, bersih, murni, warna
3 Gula Merah 15 Kg kuning, gula kelapa, berat
200 - 250 gr/buah
Kering, bersih, putih, kualitas
4 Gula Pasir 50 Kg
baik, kristal utuh, murni
Kemasan asli, tidak tengik,
5 Margarin 10 Cup
500 gr/cup
Kering, bersih, hijau, tidak
Kacang hijau 20 Kg
ada kutu
6 Kecap Asin 1 Btl Kemasan asli, 135 ml/botol
Hitam, kental, isi 600
7 Kecap Manis 12 Btl
ml/pak, kemasan asli
Jenis makasar, terkupas,
8 Kemiri 5 Kg kering, tidak berulat, butir
utuh
9 Ketumbar 1 Kg Kering, bersih, tidak berjamur
Kering, utuh, bentuk rupa-
10 Macaroni 3 Pak rupa, 200 gr/pak, kemasan
asli
49
Kering, bersih, tidak
11 Merica Biji 1 Kg
berjamur, padat, utuh, putih
Kemasan 2 ltr/pak, murni,
12 Minyak Goreng 40 Pak tidak tengik
B. PEMBIAYAAN
1. Latar Belakang
Biaya merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting
dan menentukan dalam pelayanan gizi di rumah sakit. Biaya harus
diperhitungkan setepat mungkin, sehingga secara ekonomi dapat
dipertanggungjawabkan dan dikendalikan seefisien dan seefektif mungkin.
Kemampuan mengidentifikasi sumber-sumber biaya, menganalisis biaya
pada Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) menjadi ketrampilan yang harus
dimiliki dan dikembangkan oleh pengelola. Sesuai dengan ruang lingkup
kegiatan pokok PGRS, menghasilkan dua jenis produk, yaitu makanan
atau menu sebagai produk barang pada penyelenggaan makanan, asuhan
gizi sebagai produk jasa.
51
Biaya adalah sumber daya yang dikorbankan atau yang
mendahului ada untuk mencapai tujuan yang dapat diukur dengan satuan
uang, sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya pelayanan gizi rumah sakit
adalah biaya yang telah atau akan dikeluarkan dalam rangka
melaksanankan kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit (biaya untuk
kegiatan asuhan gizi, biaya untuk kegiatan penyelenggaraan makanan
serta biaya untuk kegiatan penelitian dan pengembangan gizi).
52
dan prosentasenya relative kecil dibandingkan dengan biaya untuk jasa
tenaga.
4. Unit Cost
a. FOOD COST (BIAYA BAHAN/MATERIAL MAKANAN)
Food cost merupakan semua biaya yang terkait dengan pengeluaran
bahan makanan, baik bahan utama maupun penolong. Contoh: bahan
makanan pokok, lauk hewani dan nabati, sayur, buah, sembako lain,
bumbu dll. Umumnya food cost ini menjadi biaya rata-rata bahan
makanan sehari pada periode tertentu berdasarkan standar makanan
yang telah rencanakan dan menurut jenis konsumen dan kelas
konsumen.
Food cost ini berfungsi untuk:
1) Mengetahui harga bahan makanan/waktu makan/porsi/hari
2) Sebagai bahan evaluasi
3) Sebagai alat control dan pengendalian biaya
Dalam penyusunan food cost, ada beberapa factor yang perlu
dipertimbangkan, yaitu: peraturan pemberian makanan, standar gizi,
standar refuse bahan makanan, standar resep, standar porsi, harga
satuan bahan makanan yang berlaku. Sedangkan tahap penyusunan
food cost dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Menyusun menu menurut macam dan kelas konsumen
2) Menyusun pedoman menu (rincian pemakaian bahan makanan
basah, bahan makanan kering dan bumbu)
3) Menyusun standar makanan
4) Mengalikan standar makanan dengan harga satuan bahan
makanan
Idealnya prosentase food cost adalah berada pada Antara: 30 –
60%.
53
pemanfaatan seluruh tenaga dalam proses pelayanan makanan yang
terdiri dari gaji, tunjangan, honor, lembur, asuransi, biaya makan,
biaya pengobatan, dll, dengan prosentase ideal Antara 15 – 35%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi labor cost adalah:
1) Standar Upah Minimum Regional
2) Jumlah Jam Kerja/hari
3) Volume Makanan yang Diproduksi
54
e. Menunjumlahkan harga semua komponen, merupakan harga
makanan pasien per orang per hari.
f. Mengajukan harga ke tim tarif rumah sakit.
55
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. KEAMANAN MAKANAN
1. Pengertian
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan, sehingga menjadi hal yang mutlak harus dipenuhi dalam
proses pengolahan makanan di rumah sakit.
2. Tujuan
a. Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak aman dan
tidak memenuhi syarat
b. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang
diproduksi sudah aman dan layak dikonsumsi
c. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan
yang disajikan
3. Penerapan
Upaya yang dilakukan dalam menjamin keamanan makanan , merupakan
prosedur yang bersifat antisipasi dan preventif, dan dilakukan mulai dari
pemilihan bahan makanan sampai penyajian makanan ke konsumen.
a. Pemilihan Bahan Makanan
Tindakan preventif yang dilakukan, dimulai dari penetapan kualitas
bahan makanan, yang dituangkan dalam daftar spesifikasi bahan
makanan.Selanjutnya daftar spesifikasi bahan makanan tersebut
digunakan sebagai pedoman dalam penerimaan bahan makanan.
b. Penyimpanan Bahan Makanan
Persyaratan penyimpanan Bahan Makanan :
Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri,
serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan yang
berbahaya.
56
Menggunakan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO).
Tempat penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan
makanan.
1) Bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam
lemari pendingin .
2) Bahan makanan kering disimpan di tempat yang kering dan
tidak lembab.
57
d. Penyimpanan Makanan Masak
Tabel 6.2 Suhu Penyimpanan Makanan Masak Berdasarkan Jenis
Suhu penyimpanan
No. Jenis Disajikan Akan Belum segera
makanan dalam segera disajikan
waktu lama disajikan
1. Makanan
25 ºC–30 ºC
kering
2. Makanan
basah >40 ºC -10 ºC
(berkuah)
3. Makanan
cepat basi -5 ºC s.d -1
≥45 ºC ºC
(santan, telur,
susu)
4. Makanan
disajikan 5ºC – 10ºC <10 ºC
dingin
e. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan Bahan Makanan dan makanan yang sudah diolah
masing masing menggunakan troly khusus yang disiapkan untuk bahan
makanan dan makanan yang sudah di olah. Troly untuk mengangkut
makanan yang diolah, dilengkapi dengan wadah makanan yang
tertutup, terbuat dari bahan yang utuh,kuat, tidak berkarat dengan
ukuran menyesuaikan dengan porsi makanan, sehingga dapat
mencegah terjadinya kondensasi ( Uap makanan yang mencair)
f. Penyajian Makanan
Setiap jenis makananditempatkanterpisah dan ditutup untuk mencegah
terjadinya kontaminasi silang. Jenis alat saji yang digunakan sesuai
dengan kelas perawatan pasien dengan menggunakan prinsip bersih,
yaitu setiapperalatan atau wadah yang digunakan harus
higienis,utuh,tidak cacat atau rusak.
58
B. HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN
1. Pengertian
Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu.
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik
beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau
merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama
proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan,sampai pada saat makanan
dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen.
2. Tujuan
a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi
kesehatan konsumen
b. Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan
kesehatan melalui makanan
c. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan
makanan
PARAMETER SYARAT
Kondisi Tidak menderita penyakit menular : batuk, pilek,
kesehatan influenza, diare, penyakit menular lainnya
Menutup luka (luka terbuka, bisul, luka lainnya)
Menjaga Mandi teratur dengan sabun dan air bersih
kebersihan diri Menggosok gigi dengan pasta dan sikat gigi
secara teratur, paling sedikit dua kali dalam
sehari, yaitu setelah makan dan sebelum tidur
Membiasakan membersihkan lubang hidung,
lubang telinga dan sela – sela jari secara teratur
Mencuci rambut/kramas secara rutin dua kali
dalam seminggu
Kebersihan tangan : kuku dipotong pendek,
kuku tidak dcat atau kutek, bebas luka
Kebiasaan Menggunakan metode : 6 langkah cuci tangan
mencuci tangan Mencuci tangan :
59
Sebelum menjamah atau memegang
makanan
Sebelum memegang peralatan makan
Setelah keluar dari WC atau kamar kecil
Setelah meracik bahan mentah seperti
daging, ikan, sayuran, dll
Setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti
bersalaman, menyetir kendaraan,
memperbaiki peralatan, memegang uang,
dll
Perilaku Tidak menggaruk–garuk rambut, lubang hidung
penjamah atau sela sela jari kuku
makanan Tidak merokok
dalam Menutup mulut saat bersin atau batuk
melakukan Tidak meludah sembarangan diruangan
kegiatan pengolahan makanan
pelayanan Tidak menyisir rambut sembarangan terutama
penanganan diruangan persiapan dan pengolahan makanan
makanan Tidak memegang, mengambil, memindahkan
dan mencicipi makanan langsung dengan
tangan (tanpa alat)
Tidak memakan permen dan sejenisnya pada
saat mengolah makanan
Penampilan Selalu bersih dan rapi, memakai APD dengan
penjamah lengkap.
makanan Celemek yang digunakan diganti setiap hari,
sesuai dengan panduan penggunaan APD.
Memakai alas kaki yang tidak licin
Tidak memakai perhiasan
Memakai sarung tangan, jika dibutuhkan
60
d. Membersihkan semua peralatan setelah dipakai dengan
menggunakan detergent/sabun dan air panas
e. Meletakkan peralatan yang tidak dipakai dengan menghadap ke
bawah, bilas kembali peralatan dengan air bersih sebelum mulai
memasak.
61
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
B. TUJUAN
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina,
cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik, keracunan, infeksi dan penularan
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
10. Memelihara kebersihan, kebersihan dan ketertiban
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerja
12.Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
13.Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang
14.Mencegah terkena aliran listrik
15.Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
62
C. PRINSIP KESELAMATAN KERJA DALAM PENYELENGGARAAN
MAKANAN
1. Pengendalian teknis mencakup :
a. Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan.
b. Ruang dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur
dibuat dari bahan – bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.
c. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan
yang praktis.
d. Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
e. Tersedianya ruang istirahat untuk karyawan.
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
dari karyawan.
4. Volume kerja yang dibebankan disesuaikan dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
5. Maintanance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas
Instalasi Pemeliharaan Sarana sesuai jadwal.
6. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi karyawan.
7. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan
pertama yang cukup.
8. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
64
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur.
c. Mengunakan cempal atau serbet pada tempatnya.
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai misal air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup sabun, alat pengering lainya.
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik yang mudah
dijangkau.
f. Tersedia alat / obat P3K yang sederhana.
65
BAB IX
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
mengusahakan agar pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan
rencana dan kebijakan yang ditetapkan dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki.
Pengawasan memberikan dampak positif berupa :
a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan , penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
b. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
c. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk
mencapai tujuan dan melaksanakan tugas organisasi.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan
perbaikan yang terjadi sesuai dengan tujuan. Pengawasan dan
pengendalian bertujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara
berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana,
pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
66
Pengawasan dan pengendalian merupakan unsur penting yang harus
dilakukan dalam proses manajemen.
Fungsi manajemen :
a. Mengarahkan kegiatan yang telah ditetapkan dalam mencapai
tujuan.
b. Identifikasi penyimpangan
c. Dapat dicapai hasil yang efisien dan efektif
Pada dasarnya terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam
pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan, yaitu :
a. Penyusunan standar, baik standar biaya, standar performance mutu,
standar kualitas produk, dsb.
b. Penilaian kesesuaian yaitu membandingkan produk yang dihasilkan
atau pelayanan yang ditawarkan terhadap standar
c. Melakukan koreksi bila diperlukan yaitu dengan mengoreksi
penyebab dan factor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
d. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu membangun upaya-upaya
yang berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.
B. TUJUAN
1. Mengawasi setiap tahapan proses
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
67
1. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
a. Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien
JUDUL Ketepatan Waktu pemberian Makanan Kepada
Pasien
DIMENSI MUTU Efektifitas ,akses, kenyamanan
TUJUAN Tergambarnya efektifitas pelayanan Instalasi Gizi
DEFINISI Ketepatan waktu pemberian makanan kepada
OPERASIONAL pasien adalah ketepatan penyediaan makanan
pada pasien sesuai dengan jadwal yang telah di
tentukan.
Periode :
Ruang :
∑ yg Tepat Salah
Tanggal Keterangan
disurvey Diet Diet
69
c. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien
JUDUL SISA MAKANAN YANG TIDAK TERMAKAN OLEH
PASIEN
DIMENSI MUTU Efektifitas dan Efisiensi Anggaran
TUJUAN Tergambarnya Efektifitas dan Efisiensi anggaran
pelayanan makan instalasi gizi
NUMERATOR Jumlah kumulatif porsi sisa makanan pasien
yang mendapatkan diit nasi / nasi tim yang
disurvei selama 1 bulan.
DENOMINATOR Jumlah pasien yang mendapatkan diit nasi / nasi
tim yang disurvei.
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
DEFINISI Kegiatan pengumpulan data secara lengkap dan
OPERASIONAL sistematis dilakukan secara pengamatan dan
dikaji dengan tujuan mengetahui sisa makanan
pasien yang mendapatkan diit nasi / nasi tim
PENANGGUNG Kepala Instalasi Gizi
JAWAB
STANDAR < 20 %
TIPE INDIKATOR Outcome
JENIS INDIKATOR Prosentase
JANGKA WAKTU Setiap bulan
LAPORAN
FREKUENSI Bulanan
PENILAIAN DATA
METODE Retrospektif
PENGUMPULAN
DATA
TARGET SAMPEL Jumlah sampel per bulan 100 % populasi
DAN UKURAN
SAMPEL
AREA Ruang Rawat Inap
MONITORING
PENGUMPULAN Setelah data dikumpulkan selama 1 bulan
DATA DAN petugas gizi melakukan analisa terhadap sisa
ANALISANYA makanan pasien yang mendapatkan diit nasi /
nasi tim. Untuk bulan berikutnya analisa akan
dilakukan pula terhadap kecenderungan
peningkatan/penurunan angka capaian.
DATA Data berupa tabel beserta evaluasi peningkatan
DISEBARLUASKAN /penurunan angka capaian.
PADA STAF
70
2. Indikator Mutu Instalasi Gizi
a. Angka kelengkapan pengkajian gizi dalam 1 X 24 jam
JUDUL ANGKA KELENGKAPAN PENGKAJIAN GIZI
DALAM 1 X 24 JAM
DIMENSI MUTU Ketepatan waktu, kesinambungan
TUJUAN Semua pasien baru harus mendapatkan
pengkajian gizi dalam waktu ≤ 1 x 24 jam
sebagai pertangunggjawaban petugas gizi
dalam memberikan pelayanan gizi.
NUMERATOR Jumlah pasien baru yang sudah dilakukan
pengkajian gizi dengan lengkap dalam waktu
≤ 1x24 jam
DENOMINATOR Jumlah semua pasien baru yang dirawat inap
SUMBER DATA Dokumen Rekam Medik pasien
Semua pasien baru yang dirawat inap
Kriteria inklusi -
Kriteria eksklusi
DEFINISI Kegiatan pengumpulan data secara lengkap
OPERASIONAL dan sistematis untuk dikaji dengan tujuan
mengetahui permasalahan gizi dari pasien
rawat inap yang terdiri data riwayat gizi , data
biokimia, data antropometri, data fisik klinis,
dan data riwayat personal dalam waktu ≤ 1 x
24 jam
PENANGGUNG Kepala Instalasi Rekam Medik
JAWAB
STANDAR 100 %
TIPE INDIKATOR Outcome
72
AREA Instalasi Gizi
MONITORING
PENGUMPULAN Setelah data dikumpulkan selama 1 bulan
DATA DAN koordinator pengolahan melakukan analisa
ANALISANYA terhadap kepatuhan petugas gizi dalam memakai
APD. Untuk bulan berikutnya analisa akan
dilakukan pula terhadap kecenderungan
peningkatan/penurunan angka capaian.
DATA Data berupa tabel beserta evaluasi peningkatan
DISEBARLUASKAN /penurunan angka capaian.
PADA STAF
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
DEFINISI Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas
OPERASIONAL oleh pelanggan terhadap pelayanan gizi
PENANGGUNG Kepala Instalasi Gizi
JAWAB
STANDAR < 80 %
TIPE INDIKATOR Outcome
73
AREA MONITORING Ruang Rawat Inap
PENGUMPULAN Setelah data dikumpulkan selama 1 bulan
DATA DAN petugas gizi melakukan analisa terhadap
ANALISANYA kepuasan pelanggan. Untuk bulan berikutnya
analisa akan dilakukan pula terhadap
kecenderungan peningkatan/penurunan angka
capaian.
DATA Data berupa tabel beserta evaluasi peningkatan
DISEBARLUASKAN /penurunan angka capaian.
PADA STAF
74
BAB X
PENUTUP
75