Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sterilisasi dan desinfeksi merupakan salah satu kegiatan pengendalian infeksi
nosokomial yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang tinggi dalam menekan
kejadian infeksi di rumah sakit.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk
mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
Dengan demikian maka perlu dilakukan proses sterilisasi dan desinfeksi terhadap
bahan dan alat-alat sesuai prinsip-prinsip yang benar dan sesuai Standar Operating
Prosedur yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah
terjadinya penyebaran penyakit dan penularan penyakit infeksi
Maka dari itu pedoman sterilisasi dan desinfeksi yang baik sangat diperlukan
sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan sterilisasi dan desinfeksi, untuk
mengadakan pengawasan dan konrol mutu terhadap hasil sterilisasi dan desinfeksi, dan
sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan pelayanan
sterilisasi dan desinfeksi di rumah sakit.

B. Tujuan
 Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi bahan dan alat medis guna menekan
kejadian infeksi di rumah sakit.
 Tujuan Khusus:
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah sakit.
2. Untuk mengadakan dan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi.
3. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan pelayanan
pusat sterilisasi.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan sterilisasi meliputi:
1. Perencanaan dan pengadaan

1
2. Dekontaminasi dan pencucian
3. Pengemasan dan pemberian tanda / etiket
4. Proses sterilisasi
5. Penyimpangan
6. Distribusi
Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Bella Bekasi termasuk instalasi pelayanan
di Bidang Penunjang Medis. Pelayanan yang mampu memberikan standart pelayanan
sterilisasi yang tinggi, untuk mendukung peran rumah sakit. Pelayanan sterilisasi yang
mampu memberikan kebutuhan paket peralatan dan barang steril untuk Instalasi Kamar
Operasi dan Keperawatan diantaranya: Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Gawat Darurat, Instalasi Laboratorium, Instalasi Pelayanan Intensif, Instalasi Farmasi, dan
lain-lain.

D. Batasan Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu dibuat
batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi rumah sakit.
Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari sumber Buku
Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2009, maupun dari sumber-sumber lain yang dipandang sesuai
dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam buku ini.
 Instalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf dan
perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses
pencucian atau dekontaminasi, pengemasan, sterilisasi dan penyimpangan serta
distribusi alat atau instrumen medis dari berbagai departemen atau unit pelayanan di
rumah sakit yang salah satunya untuk memberikan kontribusi dalam pendidikan Rumah
Sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi.
 Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan minimal yang harus
dimiliki Instalasi Sterilisasi Sentral yang meliputi pemrosesan alat atau instrumen medis
melalui dari dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, sterilisasi penyimpanan sampai
dengan pendistribusian alat atau instrumen medis yang sudah steril. Adanya
perencanaan kebutuhan bahan habis pakai (kasa, kapas, dan lain-lain) kemudian
diproduksi, disteril dan didistribusikan ke seluruh unit pelayanan yang membutuhkan.
 Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
 Dry heat adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan panas lisrik.

2
 Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
 Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, dimana penemu metodenya adalah J.H. Bowie dan J. Dick.
 Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pecemar mikroorganisme atau
subtansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut termasuk
perendaman, pencucian, desinfeksi sampai sterilisasi.
 Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas) atau
kimia.
 Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan
digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
 Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya
pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan
warna.
 Indiktor mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain-lain pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
 Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
 Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui
cara fisika atau kimia.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehaan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2004.
5. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2009.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berdasarkan analisa beban kerja, maka standar kebutuhan tenaga di Instalasi
Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Bella Bekasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Pola Ketenagaan Personil Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Bella Bekasi.
Kualifikasi Keterangan

3
Tenaga
Nama Jumlah
Formal Nor Formal yang
Jabatan Kebutuhan
Ada
Kepala D3 Pelatihan Cukup
Instalasi Keperawatan Sterilisasi dan
1 1
Sterilisasi Pelatihan
Sentral Manajemen
Pelaksana SPK Pelatihan Cukup
Dekontaminas Keperawatan Sterilisasi 1 1
i dan Produksi
Pelaksana SMU Pelatihan Cukup
Sterilisasi dan Sterilisasi
1 1
Quality
Control
Pelaksana SMU Pelatihan Cukup
Store dan Sterilisasi 2 2
Distribusi
5 5

B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Sterilisasi Sentral membawahi Koordinator Dekontaminasi dan
Produksi, Koordinator Sterilisasi dan Quality Control, serta Koordinator Store dan
Distribusi. Instalasi Sterilisasi Sentral terdiri dari 5 (enam) orang sesuai dengan struktur
organisasi. dalam hal ini kebutuhan tenaga masih kurang 1 (satu) orang di Unit Sterilisasi
dan Quality Control.

C. Pengaturan Jaga
Instalasi Seterilisasi Sentral Rumah Sakit Bella Bekasi memberikan pelayanan
selama dua shif jam 07.00 – 21.00 dalam 6 hari. Pembagian petugas diatur menjadi dua
shift, yaitu pagi, sore . Petugas pagi sebanyak dua orang, petugas sore sebanyak dua orang,
Pada malam hari dan hari libur ada petugas on call jika membutuhkan.

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Loket Penerimaan Barang kotor

R. Dekontaminasi

Filter air R. Sterilisasi

R. Produksi R. Penyimpanan bahan/alat


medis steril

Loket serah terimah barang steril


==================================================================

Gambar 3.1. Denah Ruangan Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Semen Gresik

5
B. Standar Fasilitas
Sarana fisik dan peralatan di sterilisasi sentral sangat mempengaruhi efisiensi kerja
dan pelayanan di sterilisasi sentral rumah sakit. Dalam merencanakan sarana fisik, dan
peralatannya, sebaiknya melibatkan staf sterilisasi sentral. Mengingat sterilisasi sentral
merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok sterilisasi sentral adalah menerima alat
atau bahan medik dari semua unit-unti di rumah sakit untuk kemudian di proses menjadi alat
atau bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain
yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi sterilisasi sentral perlu
diperhatikan.
a. Bangunan Instalasi Sterilisasi Sentral
Pembangunan Instalasi Pusat Sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada
saat ini sera kemungkinan perluasan sarana pelayanan dimasa datang dan didesain
menurut tipe / kapasitas rumah sakit dengan ketentuan untuk rumah sakit.
1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m2.
2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m2.
3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m2.
4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m2.
5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m2.
Untuk Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Semen Gresik memiliki luas
bangunan 7meter x 16 meter = 112m2 dengan 130 TT.

b. Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral


Lokasi Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Semen Gresik terpisah dengan
pemakai alat atau bahan steril terbesar di rumah sakit yaitu Instalasi Kamar Operasi.
Pemilihan atau penetapan lokasi yang tepat berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan risiko terjadinya
kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.

c. Pembagian dan Persyaratan Instalasi Sterilisasi Sentral


Pada prinsipnya desain Ruang Sterilisasi Sentral terdiri dari ruang bersih dan ruang
kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang
dari ruang kotor ke ruang bersih, selain itu pembagian ruangan disesuaikan dengan alur
kerja Ruang Sterilisasi Sentral dibagi 6 ruang yaitu :
1. Ruang Serah Terima

6
Pada ruang ini terjadi proses serah terima alat kotor atau habis pakai dari ruang
perawatan, rawat inap, rawat jaln, unit penunjang dan kamar operasi untuk
diserahkan kembali ke petugas sterilisasi.
2. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses dekontaminasi dan pembersihan Ruang
Dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung
efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda
yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.

a) Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme dari satu
tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan bioburden dan
mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah didekontaminasi, alat-alat
yang siap disterilkan dan bahkan yang sudah disterilkan. karenanya, sistem
ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang
dekontaminasi harus :
- Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
- Diganti 10 kali dalam 1 jam.
- Tekanan udara negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.

b) Suhu dan Kelembaban


Suhu dan kelembaban berpengaruh pada bioburden lingkungan dan juga
kenyamanan pekerja di ruang dekontaminasi Suhu dan kelembaban yang
direkomendasikan adalah :
- Suhu udara antara 180C – 220C.
- Kelembaban udara antara 35 % - 75 %.

c) Kebersihan
Debu, serrangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme, sehingga
kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat pembersih harus
sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya. Harus ada peraturan tertulis
mengenai prosedur pengumpulan sampah dan transportasinya, dan
pembuangan limbah-limbah baik yang dapat maupun yang tidak dapat
menyebabkan infeksi dan juga yang berbahaya. Secara umum, praktek
kebersihan sebaiknya mencakup.

7
- Setidaknya sekali sehari dipel.
- Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendesinfeksi sink/tempat
mencuci, meja kerja dan peralatan.
- Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumapahan darah dengan
desinfektan yang digunakan di Rumah Sakit.
- Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit,
ventilasi AC dan fixture lainnya (lampu, sprinkler, ducting, exhaust van dan
sebagainya).
- Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dan
sebagainya).
- Setidaknya sekali sehari sampah dibuang dan lain-lain yang kotor diganti.
- Pemisahan sampah infectious dan non infectious.

3. Ruang Produksi
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat yang sebelumnya sudah
didekontaminasi dan dibersihkan. Dan juga proses pembuatan bahan dispossible
(kasa, kapas, dan lain-lain) untuk diolah menjadi bahan siap pakai sesuai
kebutuhan, tidak hanya kebutuhan untuk Instalasi Kamar Operasi melainkan
digunakan untuk kebutuhan pelayanan rawat jalan dan rawat inap serta dijual untuk
umum.

4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan disposible (kasa, kapas, dan
lain-lain) dan dilengkapi dengan exhaust.
Proses sterilisasinya menggunakan sterilisasi dry heat (panas kering) dan steam
(uap / autoclave).

5. Ruang Penyimpanan (Store)


Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi. Di ruang ini penerangan
harus memadai, suhu antara 180C 0 220C dan kelembaban udara antara 35 % - 75 %
ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi filtrasi partikel
antara 90 – 50 % (untuk partikular berukuran 0,5 mikron). Dinding dan lantai
ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah diberrsihkan, item
steril disimpan pada jarak 19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-
langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya
penumpukan debu pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan dekat westafel atau

8
saluran pipa lainnya. akses ke ruang penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas
sterilisasi sentral yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril
harus jauh dari lalu lintas dan jendela serta pintu sesedikit mungkin dan terisolasi.

6. Ruang Distribusi
Di ruang ini digunakan untuk pendistribusian alat atau bahan yang sudah steril,
seluruh unit rawat inap, rawat jalan, unit penunjang, dan kamar operasi yang
membutuhkan alat atau bahan steril dapat dipinjam ke instalasi sterilisasi sentral
melalui ruang distribusi ini.

d. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari produsen
mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah pengukur suhu dan tekanan,
timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila komponen-
komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih
khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi pada mesin
sterilisasi dilakukan minimal sekali dalam setahun, dilakukan oleh Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (BPFK) Departeman Kesehatan atau agen pemegang merek alat.

e. APD (Alat Pelindung Diri)


Instalasi Sterilisasi Sentral harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti skort
legan panjang yang tahan terhadap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala, masker
“high filtration”, dan “tight fitting” google, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan
prosedur yang memungkinkan terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang
mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. harus ada alas kaki khusus untuk
memasuki ruang dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk
melindungi sepatu dan makser, dan google harus dilepaskan saat meninggalkan ruang
dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung dan google harus dicuci setiap hari. Alat
pelindung yang dipakai ulang harus di laundry setelah setiap pemakaian.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Instalasi Sterilisasi Sentral melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan
kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari selalu berhubungan dengan :
- Bagian laundry

9
- Instalasi pemeliharaan sarana
- Instalasi farmasi
- Instalasi laboratorium
- Sanitasi
- Perlengkapan / logistik
- Rawat inap, rawat jalan, IGD, IBS, dan lain-lain.

A. TATA LAKSANA PELAYANAN


1. Perencanaan
Perencanaan instrumen medis, bahan habis pakai, (kasa, kapas, dan lain-lain) dan linen
maupun bahan re-use dilakukan oleh Instalasi Sterilisasi Sentral, dalam rencana
anggaran tahunan disesuaikan dengan kebutuhan unit-unit pelayanan.
- Data inventaris instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen.
- Standar instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen tiap unit.
- Data kebutuhan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen steril selama
setahun.
- Pemakaian instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dalam proses
sterilisasi.
- Data kerusakan alat dan kebutuhan penggantian atau penambahan peralatan / bahan
baru.
Perencanaan disusun setiap tahun sekali oleh Kepala Instalasi Sterilisasi Sentral melalui
Rencana Anggaran Belanja Tahunan.

2. Pengadaan
Pengadaan instrumen medis atau bahan habis pakai atau linen dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah disusun oleh Instalasi Sterilisasi Sentral dan diajukan dalam
RKAP Tahunan. Pengadaan dilakukan oleh tim Pengadaan Rumah Sakit berdasarkan
RKAP yang telah disetujui.

3. Dekontaminasi
Dekontaminasi : adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman
untuk proses selanjutnya. Tujuan dari proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi
pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui
proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme pada alat-alat kesehatan tersebut.

10
a. Menangani, Mengumpulkan, dan Transportasi Benda-benda Kotor :
Peralatan dan alat-alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi, harus
ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang dekontaminasi sedemikain rupa
sehingga menghindari kontaminasi terhadap pasien, pekerja dan fasilitas lainnya.
Oleh karena hal ini harus ditetapkan sehingga :
 Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah / buangan ditempat pemakaian
oleh petugas yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari benda-benda
tersebut.
 Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang baik.
 Kain-kain pakai ulang ditempatkan ke tempat khusus dan dikembalikan ke
laundry.
 Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang tahan bocor,
jika tidak mungkin dibuang ke toilet / sink / spoulhook sebelum membawa
peralatan yang kotor.
 Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka dikembalikan ke ruang
dekontaminasi, untuk selanjutnya disteril ulang sebelum didistribusikan
kembali.
 Jika diperlukan, petugas yang menangani, mengumpulkan dan membawa alat-
alat harus memakai alat pelindung untuk mencegah kontak dengan darah atau
cairan tubuh lainnya.
Di Rumah Sakit Semen Gresik, untuk Dekontaminasi awal atau pre cleaning
dilakukan di unit pemakai sebelum dibawa ke Instalasi Sterilisasi Sentral.
Dekontaminasi awal menggunakan larutan Alkazym dengan perbandingan satu saset
Alkazym untuk 5 liter air bersih yang kemudian dilakukan perendaman selama 10 –
15 menit dan pengiriman peralatan kotor yang telah didekontaminasi ke Instalasi
Sterilisasi Sentral harus dalam kontainer tertutup.
b. Pembuangan Limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang ditempat
pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan Rumah Sakit yang
mengacu pada peraturan pemerintah.
c. Mencuci/Cleaning
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum
didensifeksi atau di sterilkan.
d. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di point of use

11
Pembersihan alat-alat pakai ulang terkontaminasi harus dimulai sesegera mungkin
setelah dipakai. Karenanya, untuk memulai pembersihan dan mencegah kotoran
menjadi kering, alat-alat harus :
 Langsung dibungkus dan bawa ke ruang dekontaminasi.
 Di bersihkan dari kotoran yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai prosedur
yang berlaku dan langsung bungkus untuk menghindari percikan, tumpahan atau
penguapan sampai dibawa ke ruang dekontaminasi
e. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di ruang dekontaminasi
Untuk memulai pembersihan ,alat-alat harus :
 Dibongkar (disassambled) jika dirakit lebih dari satu komponen dan dibuka
semua sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih.
 Disortir berdasarkan metode pembesihan.
 Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap ataupun dry heat, karena baik uap
atupun dry heat tidak dapat meresap dan membunuh mokroorganisme. Jika
alat alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih dahulu.
f. Bahan-bahan pencuci (Cleaning agent)
Supaya efektif, bahan pencuci harus membantu menghilangkan residu kotoran
organik tanpa merusak alat. Karenanya, bahan pencuci harus :
- Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih.
- Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai type bahan pencuci yang dapat
dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada type kotoran yang ada,
pada umumnya, protein lebih mudah dibersihkan dengan detergen yang besifat
basa. Garam mineral mudah dibersihkan dengan detergen asam. Pemilihan bahan
pencuci dan metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika
tidak, kerusakan alat yang akan dicuci atau alat pencuci bisa terjadi.
- Tentukan banyaknya detergen yang diperlukan, tergantung pada kandungan kadar
garam mineral pada air. Jika kandungan garam mineral sedikit, gunakan sedikit
detergen dan gunakan lebih banyakdetergen jika kandungan garam mineral pada
air lebih banyak.
- Pertimbangan untuk menggunakan enzym pelarut protein untuk mencuci alat-alat
yang memiliki lumen dan sambungan.
- Digunakan sesuai petunjuk produsendan sesuai dengan bahan alat.
g. Metode merendam dan membilas

12
Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang kelihatan
dan hampir semua partikel yang kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak
kelihatan, dan menyiapkan semua permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk
proses densifeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual atau
mekanikal atau kombinasi keduannya. Karenanya untuk memastikan kebersihan
dan tidak merusak alat serta keamanan petugas, alat-alat harus :
- Dibongkar (disassable), jika dirakit lebih dari satu komponen dan semua
sambungan harus di buka untuk memastikan semua permukaan alat tercuci bersih.
- Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20.C-43.C selama 10 menit dan
atau dalam produk enzym yang dapat melepaskan darah dan zat-zat protein
lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga memabantu
menghilangkan protein.
- Atau dapat juga dimulai dengan membilas di air kran yang mengalir untuk
melepaskan partikel-partikel protein.
h. Mencuci secara manual
Beberapa alat atau instrumen yang lembut atau rumit perlu dicuci secara manual
setelah direndam, pada proses ini alat atau instrumen harus :
- Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat
tengelam/terendam.
- Dicuci menurut aturan produsen jika alat tidak dapat tenggelam/terendam.
- Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat, alat-alat
dengan lumens atau berlubang kecil-kecil harus dibersihkan dengan densifeksi
atau disterilkan setiap hari.
- Dibilas dengan air kran yang mengalir dengan suhu 40.C – 55.C untuk
menghilangkan detergen. Lebih baik lagi jika menggunakan air deionisasi atau
suling. Setelah dicuci dan dibilas, dikeringkan terlebih dahulu sebelum dirubrikasi
(dengan parafin), didensifeksi atau disterilkan.

4. Pengemasan
Yang dimaksud pengemasan adalah proses membungkus, mengemas, dan menampung
alat-alat yang dipakai ulang untuk disterilisasi, penyimpanan dan pemakaian berikutnya.
Bahan kemasan sterilisasi adalah semua material yang tersedia, yang didesain untuk
keamanan hasil sterilisasi. Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan
dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.

13
Ada 3 prinsip dasar pengemasan yang harus diperhatikan :
 Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan dan
isinya.
 Harus dapat menjaga sterilitas isinya, hingga kemasan dibuka.
 Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan isinya
terkontaminasi.

Pengemasan di Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Semen Gresik dilakukan


dengan menggunakan 3 cara :
1. Kemasan kertas plastik (bolsaplast), untuk bahan atau alat yang berukuran tidak
terlalu besar. Kemasan telah dilengkapi dengan indikator kimia pada setiap tepinya.
2. Kemasan linen, digunakan untuk membungkus linen steril, atau tromol instrumen
yang berukuran besar.
3. Kemasan bak instrumen, digunakan untuk instrumen medis yang berukuran variatif
dari kecil sampai besar.

5. Pemberian tanda
Pemberian tanda adalah prosedur yang harus dilakukan sebelum alat atau bahan yang
akan disterilkan masuk ke dalam mesin sterilisasi. Pemberian tanda ini meliputi :
- Pemberian label atau bahan, yang berisi data isi kemasan (jumlah dan jenis alat
atau bahan), tanggal penyeterilan, tanggal kedaluwarsa.
- Pemberian tanda indikator kimia eksternal (autoclave tape) untuk memastikan
apakah kemasan telah dilakukan proses sterilisasi di dalam mesin sterilisasi.
- Pemberian tanda indikator internal (stripe atau starigage) untuk memastikan
apakah mesin telah melakukakan paparan pada permukaan instrumen di dalam
kemasan baik di dalam kemasan crep, linen ataupun kertas plastik.

6. Metode sterilisasi
Sterilisasi di Rumah Sakit Semen Gresik dilakukan dengan cara sebagaimana berikut ini :
Sterilisasi Panas Kering :
Proses sterilisasi terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorsi
oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merabat kebagian dalam permukaan
sampai pada akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa
digunakan untuk alat-alat atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara

14
mudah atau untuk peralatan terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering pembunuhan
mikroorganisme terjadi melalui proses oksidasi sampai terjadi keogulasi protein sel.
Sterilisasi dengan cara ini di pergunakan untuk peralatan logam dan kaca tahan panas.
Metode ini memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih tinggi.

Siklus kerja dari mesin sterilisasi pana skering meliputi :


1. Pemanasan udara panas dihasilkan melalui mekanisme listrik dan disirkulasikan pada
chember.
2. Periode plateau (sterilisasi) suhu proses sterilisasi pada chember.
3. Pada saat seluruh chember memiliki suhu yang sama maka berakhirlah fase
equilibrium dan dimulai fase holding time atau sterilisasi.
4. Pendinginan chamber dilakukan dengan mensirkulasikan udara dingin dan terfiltrasi
ke dalam chember.

Keuntungan dari sterilisasi panas kering antara lain :


1. Dapat mensterilkan beberapa jenis bahan yang tidak dapat ditembus steam seperti
serbuk kering dan bahan minyak.
2. Tidak memiliki sifat korosif pada logam.
3. Melalui mekanisme kondkusi dapat mencapai seluruh permukaan alat yang tidak
dapat di bongkar pasang.

Kelemahan dari sterilisasi panas kering antara lain :


1. Penetrasi terhadap material/bahan berjalan sangat lambat dan tidak merata.
2. Diperlukan pemaparan panas yang lebih lama untuk mencapai kondisi steril.
3. Suhu tinggi dapat merusak bahan dari karet den beberapa bahan lain.

- Sterilisasi Uap Panas Jenuh (Autoclave) :


Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit adalah melalui proses
sterilisasi yang efektif. Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien dan efektif adalah
melalui sterilisasi uap. Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan
keagulasi sel protein secara irreversible. Untuk dapat menghasilkan barang yang steril
maka perlakuan pre sterilisasi (dekontaminasi dan pembersihan yang baik, pengemasan

15
yang baik) dan pasca sterilisasi (penyimpanan) perlu diperhatikan. Jadi proses
kesempurnaan proses sterilisasi uap tergantung pada proses pengurangan jumlah
mikroorganisme sebelum sterilisasi pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya
rekontaminasi sebelum digunakan.

- Memasukan barang pada mesin :


Keberhasilan sterilisasi dengan metode ini ditentukan pula oleh penataan barang yang
benar dalam mesin, sehingga memudahkan proses pengosongan udara dari chember,
selanjutnya steam mudah berpenetrasi ke dalam kemasan, dan mencegah terbentuknya
kondensat berlebihan yang menyebabkan terjadinya kemasan basah. Kemasan linen
sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan
dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian chember mesin dengan barang
sebaiknya tidak melebihi 75% kapasitas chember. Demikian pula barang-barang steril
hanya boleh ditangani setelah mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses
pendinginan, barang steril tidak boleh diletakan pada permukaan logam karena akan
terjadi proses kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi. Load berisi barang
steril harus disimpan dalam rak kawat sampai dingin.

7. Penyimpanan
Alat atau bahan steril disimpan dalam lemari yang tidak sering dijamah, suhu sejuk dan
kering dan tidak lembab (syarat kelembaban berkisar 45 - 75%). Alat digunakan kembali
dengan mengikuti prinsip FIFO (First in first out), dimana alat yang lebih dahulu
disterilkan, dipakai terlebih dahulu. Alat yang dibugkus dalam kemasan pauches
(Medipack) dan dalam penyimpanan yang optimal, dapat dianggap tetap steril selama
kemasan masih rapih, sehingga satu tahun, sesuai hasil kultur yang perna dilakukan
Rumah Sakit Semen Gresik. Namun apabila ragu akan sterilitas kemasan, harus
dilakukan sterilisasi ulang sebelum dipakai, dan alat yang tidak dibungkus harus segera
digunakan segera setelah dikeluarkan.

8. Distribusi
Distribusi bahan atau alat medis steril dari Instalasi Sterilisasi Sentral ke unit pelayanan
dilkukan dengan menggunakan box plastik tertutup. Distribusi bahan atau alat steril
dilakukan melalui loket peminjaman bahan atau alat medis steril, pada jam pengambilan
yang telah ditentukan, yaitu pukul 07.00 – 21.00 wib. Pada unit unit khusus seperti IBS,

16
IGD, ICU jika memerlukan alat medis steril di atas jam 21.00 atau hari libur ada petugas
jaga on call 24 jam. Distribusi alat atau instrumen kotor dari unit pelayanan ke Instalasi
Sterilisasi Sentral dengan menggunakan box plastik tertutup khusus instrumen kotor, dan
diserahkan di loket Instalasi Sterilisasi Sentral khusus penerimaan barang kotor. Setiap
kegiatan serah terima baik bahan atau alat medis steril maupun alat medis kotor, harus
dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi, dan di tanda tangani oleh petugas unit
pelayanan dan petugas Instalasi Sterilisasi Sentral.

B. ALUR PELAYANAN
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam memproses alat/bahan. Alur kerja dibuat sedemikian
rupa sehingga :
1. Pekerjaan dapat efektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor
hendaknya terpisah.
3. Jarak yang ditempuh sependek mungkin dan tidak bolak balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan

ALUR PELAYANAN STERILISASI

Unit Pelayanan Alat kotor Linen Kotor Unit Pelayanan

Dekontaminasi Inst. Sterilisasi Sentral R.Pencucian


awal
Loket Bahan Kotor
Dekontaminasi Dekontaminasi

Pencucian Pencucian

Pengemasan Pengeringan

Penandaan Pengemasan

Sterilisasi Loket Bahan Kotor

Penyimpanan

17
Distribusi
Loket Bahan Steril

Unit Pelayanan
Unit Pelayanan
Unit Pelayanan
Unit Pelayanan
Unit Pelayanan

Gambar :4.1 Alur Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit Semen Gresik


C. TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI MUTU HASIL STERILISASI
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medis yang steril,
namun bukan hanya menghasilkan barang-barang yang steril. Sterilan harus ada jaminan
dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-benar steril. Untuk menjamin
sterilitas alat/bahan diperlukan mekanisme yang ketat.
- Kontrol kualitas sterilisasi
Kontrol proses sterilisasi akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang
disediakan benar-benar steril. Cara yang paling ideal adalah dengan cara melakukan
kultur atau uji sterilitas dari tiap produk yang disterilkan. Nmaun cara ini tidak praktis
dan sangat mahal. Untuk itu Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Semen Gresik
dilakukan monitoring setiap tahapan sterilisasi untuk memberikan jaminan bahwa
parameter-parameter yang ditentukan dalam prosesnya sudah dipenuhi dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kontrol kualitas sebagai berikut :
1. Pemberian nomor lot pada tiap kemasan.
Tiap kemasan yang yang akan disteril harus mencantumkan identitas berupa nomor
mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin
sterilisasi.
Alasan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan
recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan.
2. Data mesin sterilisasi.
Untuk tiap siklus sterilisasi, harus didukumentasikan nomor lot, informasi umum
kemasan (kemasan linen, kemasan instrumen, dan sebagainya), waktu pemaparan dan
suhu (jika belum tercatat oleh mesin sterilisator), nama operator, data hasil pengujian
biologi, data respon terhadap indikator kimia dan data hasil dari uji Bowie-Dick.
3. Waktu kedaluwarsa

18
Setiap kemasan yang disteril harus diberi label yang mengidikasikan waktu
kedaluwarsa untuk memudahkan rotasi stock, walaupun waktu kedaluwarsa tidak
tergantung pada waktu, melaikan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
4. Kalibrasi alat
Sterilisator harus dilakukan kalibrasi secara berkala untuk memastikan bahwa kondisi
alat masih layak pakai menjamin mutu hasil sterilisasi. Kalibrasi sterilisator dilakukan
setiap tahun sekali, untuk setiap jenis sterilisator, baik sterilisator panas kering
maupun sterilisator autoclave.

Jenis-jenis Indikator Sterilisasi


1. Indukator Mekanik.
Yaitu bagian-bagian dari proses sterilisator, seperti indikator suhu, waktu maupun tekanan
yang menunjukan bahwa alat bekerja dengan baik.
2. Indikator Kimia
Yaitu indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada obyek yang disterilkan
dengan adanya perubahan warna.
Ada 2 macam :
- Indikator kimia eksternal : pada bagian luar kemasan, berfungsi untuk memberikan bukti
visual bahawa benda atau alat sudah melawati proses sterilisasi, dan sebagai segel dan
pengaman kemasan. Aakan tetapi tidak membuktikan adanya penetrasi sterilan ke dalam
ke dalam bagian dalam kemasan.
- Indikator internal : di letakan pada setiap kemasan atau bagian kemasan yang paling sulit
di capai sterilan. Perubahan warna menunjukan kemasan telah melawati proses sterilisasi.
3. Indikator Biologi.
Yaitu berupa sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang
bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam proses
sterilisasi tertentu. Prinsip kerjanya adalah mensterilkan spora hidup yang non pathogenik
dan resisten dalam jumlah tertentu. Jika pada akhir proses, spora itu mati, dapat diasumsikan
bahwa benda lain yang kita sterilkan telah steril juga.

Di Rumah Sakit Semen Gresik dilakukan monitoring mutu akhir sterilisasi dengan
menggunakan indikator kimiawi eksternal dan internal, indikator mekanik serta indikator
Biologi. Dan secara periodik setiap tiga bulan sekali dilakukan pemeriksaan kultur

19
mikrobiologi terhadap hasil sterilisasi untuk menilai mutu akhir dan menentukan masa
kedaluwarsa bahan steril dalam penyimpanannya.

BAB V
LOGISTIK

A. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan


Pengertian :
Prosedur penyediaan alat kesehatan habis pakai adalah permintaan alat kesehatan yang
pemakaianya tidak mendapat ganti dari Instalasi Farmasi. Agar ketersediaan alat atau
bahan selalu tersedia maka dijadwal pada hari tertentu untuk meminta persediaan ke
Instalasi Farmasi atau Gudang dengan prosedur sebagai berikut :
1. Petugas Instalasi membuat SPB (surat permintaan barang) ke bagian pengadaan.
2. Kepala Instalasi menanda tangani SPB tersebut.
3. Kemudian di catat di buku register SPB, dan SPB di berikan ke bagian pengadaan
barang, dan tinggal menunggu proses realisasi barang.
4. Petugas Instalasi saling mengecek barang yang sudah terealisasi dengan menanda
tangani pada buku ekspedisi SPB, petugas instalasi tanda tangan pada kolom unit
peminta sedangkan pengadaan tandatangan pada kolom penyerahan.
5. Petugas Instalasi mencatat pada barang pada buku inventaris.

B. Perencanaan Peralatan Atau Peremajaan


Pengertian :
Suatu kegiatan untuk merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai kebutuhan saat itu
sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti karena keausan.
- Tujuan :

20
Tujuan perencanaan pengadaan atau peremajaan peralatan adalah agar peralatan
digunakan siap pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat mengikuti perkembangan
teknologi kedokteran sehingga menunjang kelancaran pelayanan. Jadual kegiatan
dilakukan dalam setiap tahun dan disampaikan dalam Rencana Anggaran Belanja Rumah
Sakit.
- Prosedur :
1. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah tidak dapat
dipakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukan dalam rencana anggaran
rutin.
2. Pembelian peralatan sepengatahuan Kepala Bidang Penunjang Medis dan Kepala
Bidang Keperawatan dengan mengajukan permintaan penggantian peralatan ke
Tim Pengadaan Barang Rumah Sakit, disertai perkiraan biaya.
3. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaan barang dilakukan setiap tahun sesuai
jadwal kepada tim pengadaan rumah sakit disertai perkiraan biaya.
4. Setelah anggaran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim perencanaan
berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit.
5. Bila terealisasi kepala Instalasi menerima alat dan menandatangni buku
penerimaan barangserta berita acara penerimaan dari tim penerima barang dan
mencatat dalam buku iventaris.

C. Iventaris Peralatan Instalasi Sterilisasi Sentral

Tabel. 5.1 Daftar Iventaris Alat/Instrumen Set di Inst.Sterilisasi Sentral periode Januari th 2013

KONDISI ALAT PEMAKAIAN ALAT


N NAMA ALAT JML TIDAK KETERA
O SET BAIK RUSAK HILANG LAYAK LAYAK NGAN
PAKAI PAKAI
1 Set Digestive 3 3
2 Set Mini Lap 1 1
3 Set SC 2 2
4 Set Laparatomy kecil 1 1
5 Set Laparatomy besar 1 1
6 Set Orthopaedi Dasar 1 1
7 Set Orthopaedi Kecil 1 1
8 Set Orthopaedi 1 1
Sedang
9 Set Orthopaedi Besar 1 1
10 Set Orthopaedi 1 1

21
Tambahan besar
11 Set Eksterpasi 1 1
12 Set Mikro 1 1
13 Set Tracheostomy 1 1
14 Set TUR 1 1
15 Set CVP 1 1
16 Set Sirkumsisi 1 1
17 Set Pemotong Ortho 1 1
18 Set Curetage 1 1
19 Set Basic Neuro 1 1
20 Set Tambahan 1 1
Trepanasi
21 Set Laminectomy 1 1
22 Set WSD 1 1
23 Set Thoraxcotomy 1 1
24 Set Mata 1 1
25 Set Small Fragment 1 1
26 Set Basix Plating 1 1
27 Set OHS/OCS 1 1
28 Set Mini 1 1
29 Set AV Shunt 1 1
30 Set Basic Small 1 1
31 Set Double Wire 1 1
Tightiner
32 Set Nailling 1 1
33 Set Heating 23 23
34 Set Rawat luka 18 18
35 Set Sirkumsisi 4 4
36 Set Aff Heating 15 15
37 Set Protoscopy 1 1
38 Set Partus 5 5
39 Set Bugie 2 2
40 Set Curetage 3 3
41 Set Aff IUD 2 2
42 Set Heating Portio 2 2
43 Set Vacum set 5 5
44 Set CVP 3 3
45 Set Biopsi 1 1
46 Set Insisi
47 Set Alat Gigi Dasar 61 61
48 Set Tang Gigi 43 43
49 Set Curetage Gigi 4 4
50 Set Bein Gigi 16 16
51 Set Kaca Gigi 42 42
52 Set Gunting Gigi 6 6
53 Set Arteri Klem Gigi 5 5
54 Set Kikir Gigi 3 3
55 Set Krayer Gigi 3 3

22
56 Set Ordontec Gigi 5 5
57 Set Knable Tang 1 1
58 Set AJ Gigi 5 5

Tabel. 5.2 Daftar Iventaris Alat/Instrumen Satuan di Inst.Sterilisasi Sentral periode Januari tahun
2013

KONDISI ALAT PEMAKAIAN ALAT


N NAMA ALAT JML TIDAK KETERA
O SET BA RUS HILA LAYAK LAYAK NGAN
IK AK NG PAKAI PAKAI
1 Arteri klem lurus 12 cm 4 4
2 Arteri klem lurus 13 cm 4 4
3 Arteri klem lurus 14 cm 15 15
4 Arteri klem lurus 16 cm 2 2
5 Bak instrumen 13cm X 23cm 2 2
6 Bak instrumen 16cm X 27cm 2 2
7 Bak instrumen 16cm X 31m 1 1
8 Bak instrumen 16cm X 8cm 2 2
9 Bak instrumen 17cm X 32cm 2 2
10 Bak instrumen 20cm X 32cm 4 2 2
11 Bak instrumen 24cm X 14cm 7 7
12 Cucing 16cm X 8 cm 2 2
13 Cucing 7cm X 6 cm 5 5
14 Cucing 9cm X 5 cm 3 3
15 Duk klem 13 cm 6 6
16 Duk klem 9 cm 6 6
17 Gunting AJ 12cm 1 1
18 Gunting AJ 14cm 7 7
19 Gunting lancip 14cm 11 11
20 Gunting lurus 10 cm 5 5
21 Gunting lurus 13,5 cm 1 1
22 Gunting lurus cembung 14 cm 2 2
23 Gunting lurus cembung 18 cm 2 2
24 Hand Vak Mess 12,5 cm 2 2
25 Hand Vak Mess 14 cm 11 11
26 Koker 14 cm 16 16
27 Koker 19 cm 2 2
28 Korentang 12cm 1 1
29 Korentang 17cm 1 1
30 Korentang 22cm 1 1
31 Korentang 24cm 4 4
32 Korentang 26cm 8 1 8
33 Krom Klem bengkok 12 cm 1 1
34 Krom Klem bengkok 13 cm 9 9
35 Krom Klem bengkok 18 cm 1 1
36 Nald Powder 13 cm 3 3
37 Nald Powder 14 cm 9 9
38 Nald Powder 16,5 cm 2 2

23
39 Nald Powder 18 cm 6 6
40 Pincet Anatomi 11 cm 1 1
41 Pincet Anatomi 13,5 cm 16 16
42 Pincet Anatomi 20 cm 2 2
43 Pincet Chirugie 13,5 cm 15 15
44 Pincet Chirugie 24 cm 2 2
45 Pincet Chirugie bengkok 12 cm 2 2
46 Sounde lurus 15,5 cm 1 1
47 Tempat krtg 10cmX2,5cm 6 6
48 Tempat krtg 12cm X 5cm 4 4
49 Tempat krtg 14cmX2,5cm 1 1
50 Tempat korentang 18cm X 5cm 7 7
51 Tempat korentang 20cm X 5cm 1 1
52 Tempat korentang 26cm X 5cm 1 1
53 Toung spatel logam 15cm 7 7
54 Tromol (L:12cm, T:16,5cm) 2 2
55 Tromol (L13cm X T16,5cm) 2 1 1
56 Tromol kapas(L:10cm T:13 cm) 2 2
57 Tromol kapas(L:25cm T:26 cm) 1 1

Tabel. 5.3 Daftar Iventaris Linen periode Januari th 2013


KONDISI ALAT PEMAKAIAN ALAT
N NAMA ALAT JML TIDAK KETERANG
O SET BAIK RUSAK HILANG LAYAK LAYAK AN
PAKAI PAKAI
1 Duk Besar 65 65
2 Duk Kecil 212 212
3 Taplak Meja Mayo 41 41
4 Taplak Meja 44 44
5 Baju operasi 122 110 12 Karena usia
6 Fistel 16 16
7 Perlak 25 25
8 Waslap 56 56
9 Duk lubang 25 25

Tabel. 5.4 Daftar Iventaris Alat-Alat di Inst. Sterilisasi Sentral periode Januari th 2013
KONDISI ALAT PEMAKAIAN ALAT
N NAMA ALAT JML TIDAK KETERA
O SET BAIK RUSAK HILANG LAYAK LAYAK NGAN
PAKAI PAKAI
1 Sterilisator Steam 1 1
(Uap)
2 Sterilisator Dry Heat 3 3
(Panas Kering)
3 Sealler 2 2
(Mesin Press)
4 Kompresor 1 1
(Angin)

24
5 Ekshouse Fan 3 3
6 Almari Loker 1 1
(Petugas)
7 Almari kayu 1 1
(Penyimpan BMHP)
8 AC 2PK 1 1
(Merk Panasonic)
9 Trolly seting alat 2 2
(stenllis)
10
Meja kerja 1 1
11 Komputer kerja
(Satu set) 1 1

12 Kursi kerja 4 3 1
13 APAR
(P. Api Ringan) 1 1
Rak Penyimpanan 1 1
barang steril
14 Rak Penyimpanan 1 1
barang on steril
15 Box Transport 1 1
stenliss alat steril
16 Box Transport 1 1
stenliss alat bersih

17 Gunting kasa 2 2

18 Pisau pemotong kasa 1 1


19 Termometer 1 1
Hygrometer

25
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk asessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berisiko dengan pasien. Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjut serta implementasinya solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamtan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian
dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
supaya tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyrakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamata pasien terdapat tujuh langkah menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
Adapun tujuh langkah keselamtan pasien adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan, membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko, mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asessmen hal potensial
bermasalah.

26
4. Mengembangkan sistem pelaporan, memastikan pegawai agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS
(Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, mendorong karyawan
untuk melakuakan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien, menggunakan
informasi yang ada tetang kejadian atau maslah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan.


Standar tersebut sebagai berikut :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangkah pendek 1-2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut
diatas.

27
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self asessment dengan instrumen akreditasi pelayanan keselamatan pasien
rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
dan kejadian tidak diharapkan.

Sasaran Keselamatan Pasien Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Semen


Gresik.
1. Peningkatan Komunikasi yang Efektif.
Peningkatan Komunikasi yang Efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur. Write back, Read back, dan Repeat Back (Reconfirm).
2. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang
sering berhubungan dengan ventilasi mekanik. Pokok eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

28
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah
tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim
pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini
yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penaykit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau (K3) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja, dalam hal ini Instalasi Sterilisasi Sentral dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan dan
keselamatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
rumah sakit.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada
tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi

29
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas, atau
terlalu dingin.
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penangulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.

A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan.


- Petugas yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan mengenai cara
penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang
sesuai dengan protokol jika terpajan.
- Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penayakit tersebut.
- Petugas kesehatan yang kontak dengan penyakit menular melalui udara harus menjaga
fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga
kebersihan tangan.

B. Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan


- Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kwaspadaan standar dan
kwaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai
dengan penyebaran penyakit.
- Semua petugas harus mendapatkan pelatihan tentang gejalapenyakit menular yang
sedang dihadapi.
- Semua petugas kesehatan dengan penaykit flu harus dievaluasi untuk memastikan agen
penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan
pasien, terutama mereka yang bertugas di Instalasi Care Unit, Ruang Anak, Ruang Bayi.
- Semua petugas di Instalasi Sentral Sterilisasi harus menggunakan APD, khususnya
sarung tangan, masker, dan skort bila melakukan pembersihan dan sterilisasi pada
alat/instrumen.

C. Pencegahan kecelakaan pada petugas


- Tanggung jawab melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan sterilisasi
sentral menjadi tanggung jawab petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi di
lingkungan sterilisasi sentral. Pada dasarnya kecelakaan dapat di timbulkannya. Dengan

30
memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka
risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.

D. Penerimaan barang kotor dan daerah dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia
dilingkungan pusat sterilisasi dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang
ekstrim menyababkan kematian. Uapaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun
anti cairan, masker atau goggle mata. Penyediaan alat pelindung diri menjadi tanggung jawab
institusi bersangkutan, tetapi adalah tanggung jawab petugas pusat sterilisasi untuk
melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar. Penanganan yang
salah terhadap alat-lat tajam yang terkontaminasi seperti pisau, jarum dan lain-lain dapat
menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan masuknya
mikroorganisme patogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya penyakit.

Saran tindakan yang aman :


- Jangan sekali-kali memasukan tangan kedalam tempat yang berisi barang yang
terkontaminasi tanpa dapat melihat dengan jelas isi dari tempat tersebut.
- Tuangkan cairan yang dapat menggangu pengenalan secara visual alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrumen satu persatu, pastikan pada bagian yang runcing dari instrumen
mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
- Buang sampah benda tajam (jarum suntik, mess) ke dalam tempat box tahan tusukan dan
tidak dibunag pada tempat sampah biasa.
- Pada saat memproses benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen lain dan
posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya luka pada
petugas lain dengan penanganan normal.
- Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman, dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan
membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
- Berhati-hatilah bila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa kondisi lantai
untuk mencegah terjatuh akibat lantai licin, sebaiknya ada rambu-rambu perigatan.
- Pada saat mencuci instrumen ke dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu mengosok
dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerusol yang dapat terhirup.

31
E. Penyiapan proses sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilasator hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin
sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dapat diperkecil dan upaya untuk mendapatkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun
membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu
dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap). Luka bakar elektrik, akibat
penggunaan instrumen/alat listrik. Luka pada mata akibat percikan zat kimia sehingga
pemakaian alat pelindung mata diperlukan.

Saran tindakan yang aman :


- Gunakan sarung tangan pada saat menangani mesin sterilisasi atau saat berhubungan
dangan obyek lain yang bersuhu tinggi.
- Tindakan hati-hati harus tetap diperhatikan pada saat menggunakan sealler panas dan
pemotongan kantong sterilisasi pouches.
- Pengoperasian mesin sterilisator hanya boleh dilakukan oleh petugas yang terlatih.

F. Pencegahan kecelakaan pada pasien


Petugas Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-alat instrumen
yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, densifeksi, pengemasan, sterilisasi, dan
penanganan barang steril secara tepat dan benar sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional)
yang ditetepkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah terjadinya/luka pada
pasien. Penggunakaan barang yang belum diuji kelayakannya fungsi dan pakainya dapat
mengalami komplikasi meupun penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on steril
(seperti instrumen bedah) apabila digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi
nosokomial.

Saran tindakan yang aman :


- Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan dari pusat
sterilisasi sesuai dengan petunjuk sesuai dengan petunjuk pabrik dan SPO di pusat
sterilisasi.

32
- Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari kotoran,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/alat.
- Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi.
- Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi
mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja dengan baik.
- Pastikan bahwa semua komponen instrumen dalam keadaan lengkap dan berfungsi
secara normal.
- Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi uadara
dalam chember (sistem mesin sterilisasi uap pre vacum).

G. Penanganan zat-zat kimia di pusat sterilisasi


Penanganan zat-zat kimia di Instalasi Sterilisasi Sentral sangat perlu diperhatikan mengingat
banyak zat kimia yang digunakan bersifat toksik. Apabila penanganan tidak dilakukan
dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas sterilisasi itu sendiri maupun pasien.
Berikut ini zat kimia yang ada di Instalasi Sterilisasi Sentral :
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk etil atau isopropil alkohol (60% - 90%) di gunakan sebagai
densifektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan
virusidal.

 Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
dan penatalaksanaan sirkulasi.
 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air
bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

33
2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bahu menyengat. Umumnya digunakan
sebagai densifektan. Formlin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan methanol
dengan kadarbervariasi (biasanya antara 12-15%).

 Bahaya terhadap kesehatan


Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 – 5 g/kg BB
Akut : 2 – 3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat, 10-20 ppm susah nafas, batuk, terasa panas pada
hidung dan tenggorokan, 50 – 100 ppm iritasi akut saluran
pernafasan.
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsiogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita,
percikan pada mata dapat mengakibatkan kerusakan berat sampai
dengan menetap, kornea buram dan buta.
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual,
muntah, perdarahan.
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme.
Kontak kulit : Iritasi kulit
Kontak mata : Iritaasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan kornea
buram dan buta.
 Tindakan pertolongan
1. Bawah korban ke ruangan dengan nsirkulasi udara baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
dan penata laksanaan sirkulasi

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air
bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawah segera korban ke pancuran terdekat
2. Cuci dengan segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit

34
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena secara
perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


1. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk anak-anak
maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksible dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

3. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif Natrium
Hipoklorit (Na OCL) 5-10%. Selain digunakan sebagai pemutih juga digunakan sebagai
densifektan. Pada kosentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan bila tertelan akan berbahaya
dan jika kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam
lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru.

 Bahaya terhadap kesehatan


1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100% dan penatalaksanaan sirkulasi.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


1. Tengadakan kepala dan miringkan kesisi mata yang terkena
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan air
bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit.
3. Bila masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4. Jangan biarkan korban mengosok mata

35
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


1. Bawah segera korban ke pancuran terdekat
2. Cuci dengan segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah dengan kain pada bagian kulit yang terkena secara
perlahan.
4. Lepaskan pakaian, alroji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam tempat plastik tertutup.
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron.
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

 Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


1. Segera beri korban minum air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengeceran. Untuk orang dewasa maksimal 250cc sekali minum, untuk anak-anak
maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksible dapat
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
4. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

36
A. Pengertian
Derajat kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen
akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif
serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma etika, hukum sosial
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan instansi dan masyarakat
konsumen.

B. Tujuan
 Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan
secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
 Tujuan Khusus :
Tercapainya pengendalian mutu pelayanan melalui :
1. Optimalisasi tenaga, sarana dan prasarana.
2. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien.
3. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitihan dan pengembangan
pelayanan kesehatan.

C. Prinsip Dasar Upaya Pengendalian Mutu Pelayanan


Prinsip dasar upaya pengendalian mutu adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan
dengan menentapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur
suatu pelayanan.
Adapun prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan adalah :
1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien
5. Sarana dan Lingkungan fisik
D. Indikator Mutu Instalasi Sterilisasi Sentral di Rumah Sakit Semen Gresik

1. Insiden Komunikasi yang kurang efektif

37
Ruang Lingkup : Komunikasi yang dilakukan secara akurat, lengkap, dimegerti,
tidak duplikasi dan tepat kepada penerima informasi untuk
mengurangi kesalahan dan untuk meningkatkan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat dilakukan menggunakan lisan, verbal,
atau elektronik.
Dimensi Mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif
Definisi : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang
Operasional tidak menggunkan prosedur : Write back, Read back, dan Repeat
Back (reconfirm)
Kriteria inklusi : - Kesalahan prosedur komunikasi lisan atai via telpon : Write
back, Read back, dan Repeat Back (reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur
SBAR
- Prosedur spelling ejaan tidak digunakan untuk obat yang
bersifat LASA / NORUM
Kriteria Eksklusi : Komunikasi non lisan/tertulis
Numerator : Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan/via telepon
Denominator : -
Standar : 0

2. Insiden Ketidakpatuhan cuci tangan


Ruang Lingkup : Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas kesehatan
Dimensi Mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui kegiatan mencuci tangan
Definisi : Ketidakpatuhan cuci tangan meliputi ketidakpatuhan waktu atau 5
Operasional momen cuci tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci tangan
Kriteria inklusi : - Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci tangan

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit ..................... di susun sebagai upaya


panduan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dalam memberikan pelayanan. Di harapakan
melalui pedoman pelayanan ini dapat tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam

38
mewujudkan pelayanan Rumah Sakit ........................... yang berkualitas, dengan pengendalian
infeksi nosokomial secara nyata.
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka tidak
menutup kemungkinan, pedoman yang saat ini berlaku, akan semakin disempurnakan. Oleh
karenanya, terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala, agar
diperoleh perkembangan yang terbaru, demi upaya peningkatan mutu pelayanan di Instalasi
Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Semen Gresik.

Ditetapkan di : Gresik
Pada tanggal : 5 Juni 2013
Instalasi Bedah Sentral
Kepala,

dr .......................................

39

Anda mungkin juga menyukai