PANDUAN
PELAYANAN BEDAH
DI RUMKITBAN KARTIKA HUSADA KUDUS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan
kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Bedah di
Rumah Sakit Kartika Husada Kudus.Buku Pedoman Pelayanan Bedah Ini merupakan
pedoman dalam memberikan pelayanan Bedah di Rumkitban Kartika Husada Kudus.
Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas pelayanan.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I DEFINISI......................................................................................................................................................1
1. Latar Belakang..................................................................................................................................1
2. Tujuan....................................................................................................................................................2
3. Sasaran................................................................................................................................................2
4. Dasar......................................................................................................................................................2
5. Pengertian...........................................................................................................................................2
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................................................................23
13. Dokumentasi Dalam Rekam Medis Pasien.....................................................................23
iv
tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Kudus
pada tanggal 16 Juni 2022
Tembusan:
1. Komite medis
2. Unit kamar operasi
1
BAB I
DEFINISI
1. Latar Belakang
2. Tujuan
a. Sebagai Panduan meningkatkan mutu pelayanan Bedah di Instalsi kamar
bedah Rumah Sakit Kartika Husada Kudus
b. Mengurangi angka kematian, kecacatan, dan infeksi seminimal mungkin;
c. Meningkatkan mutu pelayanan dengan evaluasi pelayanan yang diberikan.
3. Sasaran
Panduan Pelayanan Bedah ini diterapkan kepada semua perawat, perawat
bedah, dan dokter ahli bedah yang akan menangani pasien dalam suatu prosedur
pembedahan yang sesuai.
4. Dasar
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Pengertian
Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
infasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
( R.Sjamsuhidajat & Win de jong,2005).
Pembedahan adalah pengobatan penyakit atau cedera dengan memotong
ke dalam tubuh untuk memperbaiki atau menghapus bagian tubuh yang terluka
atau sakit. Pembedahan biasanya dilakukan oleh ahli bedah di ruang operasi
sebuah rumah sakit atau klinik.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
6. Gambaran Umum
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan
terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau
melalui operasi dengan tangan.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-
obatan sederhana.
Jenis Pembedahan :
a. Bedah Minor
Bedah Minor merupakan pembedahan dimana secara sederhana, tidak
memiliki resiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten
untuk melakukannya, seperti :
1) Membuka abses superficial;
2) Pembersih luka;
3) Inokulasi;
4) Superfisial neuroktomi dan tenotomi;
b. Bedah Mayor
Bedah Mayor merupakan pembedahan dimana secara relative lebih sulit
untuk dilakukan daripada pembedahan mayor, membutuhkan waktu,
melibatkan resiko terhadap nyawa pasien dan memerlukan bantuan asisten,
seperti :
1) Bedah Caesar;
2) Mammektomi;
3) Bedah torak;
4) Bedah Otak;
c. Bedah Radikal
Bedah Radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau
sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti :
1) Pembedahan radikal untuk neoplasma;
2) Pembedahan Radikan untuk hernia.
d. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan yang dilakukanuntuk melakukan koreksi terhadap
pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas atau malformasi seperti :
Pembedahan terhadap langit-langit mulut yang terbelah, tendon yang
mengalami kontraksi.
4
Sifat Operasi :
1) Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan
tanpa membahayakan nyawa pasien;
2) Emergensi
Bedah Emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan
sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit
atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.
5
BAB III
TATA LAKSANA
b. Assesmen Anastesi.
1) Sebelum melakukan tindakan, dokter anastesi wajib melakukan assesmen
pra anastesi yang dilakukan sebelum masuk rawat inap atau sebelum
dilaukan tindakan bedah atau sesaat menjelang operasi, dan juga memberi
informasi yang diperlukan untuk:
a) Mengetatui masalah saluran pernafasan;
b) Memilih anastesi dan rencana asuhan anastesi;
c) Memberikan anastesi yang aman berdasar atas asesmen pasien,
resiko yang ditemukan, dan jenis tindakan;
d) Menafsirkan temuan pada waktu monitoring selama anastesi dan
pemulihan;
e) Memberikan informasi obat analgesia yang akan digunakan pasca
operasi.
2) Anastesi
a) Dokter anastesi memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai resiko, manfaat dan alternatif tindakan anastesi;
b) Pasien dan keluarga atau pihak lain yang berwenang yang memberikan
keputusan dan mendokumentasikannya.
d. Penjadwalan Operasi.
1) Mengatur Block Time secara efektif
Pengaturan ini dibuat dalam bentuk penyusunan jadwal setiap harinya
bahwa pada periode waktu tertentu telah disiapkan kamar operasi atau
ruang tindakan. Dalam periode waktu itu seorang dokter bedah dapat
melakukan operasi elektif atau emergensi, operasi singkat maupun
prosedur tindakan yang memakan waktu lama. Bila tim bedah tidak
memenuhi jadwal tersebut, maka mereka akan kehilangan kesempatan
penggunaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun block
time:
a) Tetapkan peraturan yang jelas dan adil;
b) Atur penggunaan kamar operasi dalam sebuah guideline;
c) Block time direview secara berkala setiap bulannya;
d) Menambah sebuah kamar operasi yang diperuntukkan untuk kejadian
urgent;
e) Buat aturan yang jelas mengenai pembatalan sebelum waktu operasi
yang sudah dijadwalkan (hal ini dapat berbeda disesuaikan dengan
jenis operasi).
2) Tujuan
a) Memberi pelayanan operasi kepada pasien secara tepat dan benar;
b) Mencegah terjadinya kesalahan lokasi pembedahan;
c) mengurangi salah lokasi, salah pasien, dan salah tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk selalu mengenali tepat lokasi, tepat
pasien dan tepat tindakan;
8
c. Proses transfer pasien dari ruang pulih sadar menuju ruang perawatan.
Kriteria pasien pulih sadar .
1) Status fisik pasien pindah dari ruang pulih sadar (recovery room)
menggunakan kriteria Aldrette Score pasca general anestesi pasien
dewasa, Steward Score pada pasien anak-anak, dan kriteria Bromage
score pasca anestesi regional atau spinal. Penilaian akhir dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi dan atas persetujuan spesialis anestesi. Kriteria
keluar dari recovery room bila Aldrette Score ≥ 8, Steward Score ≥ 5 dan
Bromage score < 3;
2) Pasien yang telah memenuhi kriteria di atas diperbolehkan untuk pindah ke
ruangan.;
3) Perawat ruang pulih sadar menelepon petugas ruangan yang bersangkutan
untuk menjemput pasien tersebut dengan memberitahu perlengkapan yang
harus dibawa;
4) Sistem memindahkan pasien dari tempat tidur recovery room dengan
tempat tidur ruangan harus menggunakan patslide;
5) Sebelum memindahkan pasien ke ruangan perawat recovery room harus
berkomunikasi ke dokter Anestesi/dokter bedah dulu;
6) Khusus untuk pasien yang memerlukan observasi ketat harus masuk ke
ruang instalasi pelayanan intensif terlebih dahulu sesuai dengan perintah
dokter anestesi.
d. Proses transfer pasien dari ruang pulih sadar menuju instalasi pelayanan
intensif.
1) Petugas unit ruang operasi menghubungi perawat unit perawatan intensif
untuk menjemput pasien;
2) Petugas unit perawatan intensif membawa brankar ke kamar operasi
dengan peralatan – peralatan;
11
10. Keselamatan
Pasien a. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.Hal ini merupakan asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasisolusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.Sedangkan insiden
keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan horm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain - lain) yang tidak seharusnya terjadi.
b. Tujuan
1) Tujuan umum
a) Meningkatkan mutu pelayanan Rumkitban 04.08.05/Blora
b) Mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien yang meliputi
kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan
kejadian sentinel (Sentinel Event) pada pasien yang dilakukan tindakan
operasi di kamar operasi.
2) Tujuan khusus
a) Mencegah tindakan operasi salah orang (kesalahan identitas)
b) Mencegah tindakan salah prosedur (kelalaian)
c) Mencegah tindakan operasi salah sisi (salah lokasi)
d) Mencegah tindakan operasi tanpa persetujuan (informed consent)
e) Terlaksananya penandaan lokasi operasi (site marking) yang
melibatkan pasien dan keluarga.
8) Alat pelindung diri digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan
pekerjaan berisiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan,
cidera akibat kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan
kerja
9) Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja, dalam hal ini Pelayanan Bedah, dan
perlindungan terhadap rumah sakit. Pegawai adalah bagian integral dari
rumah sakit. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja akan
meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
kerja dimaksudkan untuk menjamin :
a) Agar pegawai dan setiap orang yang akan berada di tempat kerja
selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat.
b) Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien
c) Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan
b. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumkitban 04.08.05/Blora;
2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja;
3) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
4) Menyelesaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaan tinggi.
a. Tujuan
1) Peningkatan mutu pelayanan di IBS secara paripurna dan
berkesinambungan.
2) Tersusunnya sistem monitoring pelayanan rumah sakit melalui indikator
mutu pelayanan IBS
b. Rincian Kegiatan
1) Melakukan evaluasi dan melaporkan prestasi kerja staf dengan melibatkan
staf dalam penilaian kerjanya serta memberikan duplikat penilaian
kepadanya.
2) Menyelidiki dan melaporkan utilisasi kamar operasi;
Menyelidiki dan melaporkan keluhan dan kekurangan dalam pelayanan dan
memperbaikinya;
3) Menyelidiki dan melaporkan kecelakaan yang terjadi di kamar operasi dan
memperbaiki agar tidak terulang lagi;
4) Menyiapkan dokumen pencatatan kegiatan pelayanan untuk
mengidentifikasi dan memprediksi kebutuhan di masa mendatang untuk
membantu perencanaan jangka panjang rumah sakit;
5) Memastikan instrumen dan metode evaluasi di telaah secara
teraturdandiperbaiki.
6) Melaksanakan evaluasi pelayanan di kamar operasi melalui macam-macam
audit;
7) Melakukan survailens infeksi nosokomial secara periodik dan
berkesinambungan.
d. Indikator Mutu
1) Angka kepatuhan pelaksanaan site marking
marking
Cakupan data Total sample
Frekuensi pengumpulan data dan 1 Bulan
pelaporan
Frekuensi analisis data 1 Bulan
Nilai ambang / Standar 100%
Metode analisis data 1. Membandingkan jumlah
ketidakpatuhan pelaksanaan site
marking dengan jumlah tindakan
operasi yang membutuhkan site
marking
2. Analisis dilakukan dalam waktu 1bulan
dengan metode PDSA (plan, do,
Study, Action)
3. Menggali factor penyebab munculnya
ketidakpatuhan
4. Membuat Usulan perbaikan bersama
unit/tim/komite terkait
Sumber data Surgical Safety Checklist
Penanggung jawab Kepala Instalasi Bedah Sentral
BAB IV
DOKUMENTASI