Anda di halaman 1dari 103

PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF

RUMAH SAKIT JABAL RAHMAH MEDIKA


TAHUN 2019
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT JABAL RAHMAH MEDIKA
MUARA BUNGO
NOMOR: /DIR/RSJRM/VI/2019
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF
RUMAH SAKIT JABAL RAHMAH MEDIKA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu Rumah Sakit Jabal


Rahmah Medika, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
pendidikan Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Jabal Rahmah
Medika;
b. bahwa agar pelayanan tersebut diatas dapat terlaksana dengan
baik, perlu adanya pedoman Rumah Sakit Jabal Rahmah Medika
tentang Pedoman Komunikasi Efektif di Rumah Sakit Jabal
Rahmah Medika;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud
dalam 1 dan 2, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Jabal Rahmah Medika;
Mengingat :
1. Undang-Undang
M: Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
:
Praktik eKedokteran;
2. Undang-Undang
n Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
g
3. Undang-Undang
i Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah nSakit;
4. Permenkes
g 1045 / Menkes / Per / XI / 2006 tentang Panduan Organisasi
Rumah aSakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
t
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004
tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1426/Menkes/SK/XII/2006
diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 004 tahun
2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit;

iv
MEMUTUSKAN

Menetapkan

Pertama : Keputusan Direktur Rumah Sakit Jabal Rahmah Tentang


Pemberlakuan Pedoman Komunikasi Efektif di Rumah
Sakit Jabal Rahmah Medika.

Kedua : Pedoman Komunikasi Efektif di Rumah Sakit Jabal


Rahmah Medika sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana semestinya.

Ditetapkan di : Muara Bungo

Pada Tanggal : 10 Juni 2019

Direktur

dr. Reksi Andrianol


NIK: 02.01.19.00

v
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan pembuatan panduan ini dengan judul “Pedoman Komunikasi
Efektif Di Rumah Sakit Jabal Rahmah Medika”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi pengelola Rumah Sakit Jabal Rahmah
Medika dalam melaksanakan upaya peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien. Meskipun
panduan ini sudah dibuat semaksimal mungkin, namun dalam pelaksanaanya kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.

Demikian, semoga panduan ini dapat bermanfaat. Amiin ...

Muara bungo, 10 Juni 2019

Tim penulis

vi
DAFTAR ISI

SURAT KEPUTUSAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

BABI. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Definisi ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan....................................................................................... 6

BAB II. RUANG LINGKUP


2.1 Dasar-dasar Komunikasi............................................................ 8
2.2 Komunikasi efektif antara pemberi pelayanan kesehatan
kepada pasien dan keluarga ...................................................... 9
Komunikasi efektif antara pemberi pelayanan kesehatan
di dalam rumahsakit ..................................................................... 27
Komunikasi efektif antara pemberi layanan kesehatan
dengan masyarakat ....................................................................... 34
Kualifikasi sumber daya manusia ................................................ 35
Distribusi ketenagaan ................................................................... 35
Pengaturan jadwal pelayanan....................................................... 35
Langkah awal assesmen pasien dankeluarga ............................... 36
Pentingnya informasi bagi pasien dankeluarga ........................... 39
Elemen-elemen dalam model proses komunikasi ........................ 43
Tujuan dan manfaat komunikasi efektif ...................................... 45
Aspek etik komunikasi................................................................. 46
Aspek hukum komunikasi ........................................................... 48
Hak dankewajiban dokter ............................................................ 50
Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif ............... 51

BAB III. STANDAR FASILITAS


Denah Ruang .............................................................................. 62
Standar Fasilitas.......................................................................... 62

BAB IV. TATA LAKSANA vi


i
Kebijakan Komunikasi Efektif di RS Jabal Rahmah Medika
Muara Bungo .............................................................................. 63
Sikap profesional ........................................................................ 67
Sesi pengumpulan informasi ...................................................... 69
Sesi penyampaian informasi ....................................................... 71
SAJI,Langkah-langkahKomunikasi............................................ 74
Tahap awal .................................................................................. 75
Tahap implementasi .................................................................... 76
TahapLanjut ................................................................................ 79
Verifikasi .................................................................................... 80
KomunikasiEfektif ................................................................... 81
A. Komunikasi antara pelayanan kesehatan dengangiatri
RS Jabal Rahmah MedikaMuara Bungo ............................ 81
B. Komunikasi dengan masyarakat...........................................82
C. Informasi yang harus disampaikan secara akurat dan
tepat waktu ke seluruh rumahsakit
1. CodeRed… ............................................................ 84
2. CodeBlue ............................................................... 85
3. CodeBlack… ......................................................... 85
4. CodePurple ............................................................ 85
5. CodePink… ........................................................... 86

BABV. LOGISTIK......................................................................................... 87

BAB VI.KESELAMATANPASIEN ............................................................ 88

BAB VII.KESELAMATANKERJA ............................................................. 89

BAB VIII.KESELAMATANPASIEN .......................................................... 90

BAB IX.DOKUMENTASI ............................................................................ 91

BAB X.PENUTUP .......................................................................................... 92

DAFTAR LAMPIRAN

vi
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan ditentukan oleh dua factor utama, yakni faktor perilaku
dan factor non-perilaku (lingkungan dan pelayanan). Oleh sebab itu, upaya
untuk memecahkan masalah kesehatan juga ditujukan atau diarahkan kepada
kedua factor tersebut. Untuk memecahkan masalah kesehatan yang bersifat
non-perilaku dapat melalui pendekatan (intervensi) perbaikan lingkungan fisik
dan peningkatan lingkungan sosio budaya, serta peningkatan pelayanan
kesehatan. Sedangkan pendekatan (intervensi) terhadap faktor perilaku adalah
melalui promosi atau pendidikan kesehatan.
Pemberian informasi dan edukasi adalah sebuah proses penyampaian
pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi .
Rumah sakit mendidik pasien dan keluarganya sehingga mereka mendapat
pengetahuan tentang penyakit dan ketrampilan untuk berpartisipasi dalam
proses dan pengambilan keputusan asuhan / perawatan pasien.
Dalam hal kondisi tertentu yang kompleks dimana pasien ataupun keluarga
membutuhkan informasi atau pengetahuan yang memadai tentang asuhan
yang akan dijalani dari beberapa disiplin ilmu atau profesi yang kompeten
maka pemberian edukasi dapat dilaksanakan secara kolaboratif.
Pemberian pelayanan asuhan kepada pasien diperlukan saling kerja sama
antara pasien, keluarga, dan tim medis. Untuk menimbulkan kerjasama yang
baik maka diperlukan komunikasi efektif dan tim medis kepada pasien dan
atau keluarga dimana tujuannya agar pasien dan atau keluarga dapat mengerti
apa yang harus dilakukannya dalam bekerja sama guna mencapai keadaan
yang lebih baik untuk pasien atau dengan kata lain saling kooperatif. Maka
dari itu komunikasi efektif sangat diperlukan dalam memberikan asuhan
kepada pasien.

1
Pendidikan berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan spesifik yang
dibutuhkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan, berpartisipasi
dalam asuhan dan asuhan/ perawatan berkelanjutan di rumah.
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.
Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam
pendidikan maupun dalam praktik kedokteran/kedokteran gigi.
Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya
seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang
cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan
tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi
lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya
dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.
Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena
memang tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling
percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan
kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan
terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan
yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam
mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi
pasien.
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak
superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan
sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif
mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang
rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan
mengundang masalah.

2
Contoh Hasil Komunikasi Efektif:
1. Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat.
Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun
mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau
menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium,
foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan
kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dansebagainya).
2. Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang
dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasandokter.
3. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami
keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi
dan situasinya, dengan segalakonsekuensinya.
4. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya
pengobatan/perawatankesehatannya.

Contoh Hasil Komunikasi Tidak Efektif:


1. Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan,
hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat
seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk
kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen, dansebagainya.
2. Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal
ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia
mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia
karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat
resepsaja.
3. Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek,
bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedangsakit.
4. Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atautidak.
5. Pasien memutuskan untuk pergi ke dokterlain.
6. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer
atau menyembuhkan sendiri (selftherapy).

3
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan
oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa
mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter,
tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun
hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif
dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini
amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa
tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan
petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah
untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter teRSebut dapat
membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak
memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih
sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya
ingin sembuh). Atas dasar kebutuhan pasien, dokter melakukan manajemen
pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien. Komunikasi efektif dokter-
pasien adalah kondisi yang diharapkan dalam pemberian pelayanan medis
namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan
untuk melakukannya. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman
(guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan
atau keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam
pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap
dalam hubungandokter-pasien.

Defenisi
1. Pasien : Setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
2. Dokter dan dokter gigi : Dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

4
adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang–undangan.
3. Komunikasi dokter pasien : Hubungan yang berlangsung antara dokter/
dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan/peraw
atan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan
puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan
pasien.
4. Komunikasi efektif dokter - pasien : Pengembangan hubungan dokter-pasien
secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama
penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam
rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi
yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman
pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga
dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi
permasalahannya.
5. Anamnesis : Proses penggalian riwayat penyakit pasien oleh dokter.
Anamnesis merupakan bagian dari komunikasi dokter-pasien
6. Cara/Teknik Komunikasi : Pengetahuan dan keterampilan mengenai
komunikasi yang mengikuti langkah-langkah komunikasi yaitu memberi
perhatian, membuka dialog, mencari solusi atau alternatif pemecahan
masalah, dan menyimpulkanhasilnya.
7. Media Pendukung Komunikasi : Media pendukung komunikasi dapat
berbentuk media cetak, elektronik, dan peraga yang bisa berupa model atau
contoh nyata untuk kesamaan peRSepsi yang menghasilkan pemahaman
yang sama dalamkomunikasi.

5
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan,
standar, norma, pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui,
dipahami, diyakini, dan diimplementasikan oleh komunikan.
Pemberian informasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam interaksi pasien
dengan tenaga kesehatan atau yang bukan tenaga kesehatan / non kesehatan
berupa penjelasan tentang rencana / asuhan medis, keperawatan, non medis,
yang akan dilakukan selama pasien dirumah sakit.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat
fakta atau kondisi nyata, dengan cara member dorongan terhadap pengarahan
diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru ( Craven dan Hirnle,
1996 dalam suliha,2002).
Edukasi pada pasien dan keluarga adalah usaha atau kegiatan untuk
membantu individu dan keluarga dalam meningkatkan kemampuan untuk
mencapai kesehatan secara optimal dan beRSedia berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan dalam proses pelayanan.

1.2 Tujuan Pedoman


1. TujuanUmum.
Secara umum tujuan penyusunan buku ini adalah memberikan
pengetahuan dan pedoman bagi dokter/dokter gigi mengenai cara
berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya. Selain itu juga
diharapkan dapat membantu dokter/dokter gigi dalam melakukan
komunikasi secara efektif dengan pasien/keluarganya, sebagai panduan
dalam komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
untuk mendukung dan mendorong keterlibatan pasien dan kelurganya
dalam proses pelayanan, sehingga dapat tercapainya pelayanan medis
secara optimal.

6
Bukan hanya komunikasi pasien dan keluarga tetapi di dalam panduan
ini terdapat pedoman komunikasi efektif kepada masyarakat serta sesama
staf klinis.

2. TujuanKhusus.
Dengan kemampuan mengerti harapan, kepentingan, kecemasan, dan
kebutuhan pasien, maka patient-centered communication style tidak
memerlukan waktu lebih lama daripada komunikasi berdasarkan
kepentingan dokter untuk menegakkan diagnosis (doctor-centered
communication style).
a. Agar pasien dan keluarga memahami tentang pengunaan seluruh obat-
obatan secara efektif danaman.
b. Agar pasien dan keluarga memahami tentang keamanan dan efektifitas
penggunaan peralatan medis.
c. Agar pasien dan keluarga memahami tentang diet dan nutrisi benar
d. Agar pasien dan keluarga memahami tentang manajemen nyeri
e. Agar pasien dan keluarga memahami tentang teknik rehabilitasi.
f. Agar masyarakat memahami tentang pelayanan di RS JABAL RAHMAH MEDIKA
g. Agar masyarakat memahami tentang akses untuk mendapat informasi
pelayanan di RS JABAL RAHMAH MEDIKA
h. Agar informasi tentang kondisi pasien dapat tersampaikan secaraefektif

7
BAB II
RUANG LINGKUP

Dasar-Dasar Komunikasi
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu
alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang
apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima
pikiran-pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi seseorang, sampai
pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan
penerimapesan.
Secara umum, definisi komunikasi adalah “Sebuah proses penyampaian
pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu
cara tertentu sehingga orang lain teRSebut mengerti betul apa yang dimaksud
oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988)
Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di
tempat praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang
dibangun dokter beRSama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah
pasien. Untuk sampai pada tahap teRSebut, diperlukan berbagai pemahaman
seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, non-verbal),
menjadi pendengar yang baik (active listener), adanya penghambat proses
komunikasi (noise), pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi yang
tepat (channel), dan mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi.
Selanjutnya definisi teRSebut menjadi dasar model proses komunikasi
yang berfokus pada pengirim pikiran-pikiran atau informasi (sender/source),
saluran yang dipakai (channel) untuk menyampaikan pikiran-pikiran atau
informasi, dan penerima pikiran-pikiran atau informasi (receiver). Model
teRSebut juga akan mengilustrasikan adanya penghambat pikiran-pikiran atau
informasi sampai ke penerima (noise), dan umpan balik (feedback) yang
memfasilitasi kelancaran komunikasi itu sendiri. Sender, channel, receiver,
noise, dan feedback akan dibahas pada subbabberikut.

8
Komunikasi Efektif Dengan Pasien danKeluarga
1. Komunikasi efektifDokter-Pasien
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang
ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan
bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita
waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat
membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak
hal-hal negatif dapat dihindari.Dokter dapat mengetahui dengan baik
kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya
kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan
pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter
sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena
yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya.
Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan
masalahkesehatannya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak
memerlukan waktu lama.Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih
sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak
hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya
komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang
diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan
masalah kesehatan beRSama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah
untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk
dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih
efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan
komunikasi yang digunakan:
1. Disease centered communication style atau doctor centered
communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingandokter

9
dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan
penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
2. Illness centered communication style atau patient centered
communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan
pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan
pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,
harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan,
kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style
sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered
communication style.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya
akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak,
khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati.
Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki
ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan
dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang
Emphatic Communication in Physician-Patient Encounter (2002),
menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam
konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut:
1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhanpasien
(a physician cognitive capacity to understand patient’s needs),
2. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaanpasien
(an affective sensitivity to patient’s feelings)
3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/ menyampaikan
empatinya kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to
patient).
Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat
empati yang dikodekan dalam suatu sistem (The EmpathyCommunication

1
0
Coding System (ECCS) Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati
tersebut:
Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien
• Mengacuhkan pendapatpasien
• Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti
“Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik
operasi sajasekarang.”
Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
• “A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis,membalikkan
badan, menyiapkan alat, dan lain-lain
Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
• Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulitbekerja”
• Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Level 3: Dokter menghargai pendapatpasien
• “Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini?Apa Anda mau
menceritakan lebih jauh apa yang membuat Andastres?”
Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
• “Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besarusaha
Anda untuk menyempatkan berolah raga”
Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and
experience) denganpasien.
• “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.
Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah
kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat,khawatir”
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter
terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.
Pada ada dasarnya komunikasi efektif adalah bagaimana
menyatukan pandang pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi
dokter-pasien (doctor-patient relationship), keduanya dalam level sejajar
dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan masalah pasien.

1
1
Dalam hal ini pemberi informasi adalah tanggung jawab dokter
pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan / tindakan untuk memastikan
bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak. Dokter
memang dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan
penerimaan persetujuan, namun tanggung jawab tetap berada pada dokter
pemberi delegasi untuk memastikan bahwa persetujuan diperoleh secara
benar dan layak. Jika seseorang dokter akan memberikan informasi dan
menerima persetujuan pasien atas nama dokter lain, maka dokter tersebut
harus yakin bahwa dirinya mampu menjawab secara penuh pertanyaan
apapun yang diajukan pasien berkenaan dengan tindakan yang akan
dilakukan terhadapnya untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut
dibuat secara benar dan layak.
Persetujuan diberikan oleh individu yang kompeten. Yang dianggap
tidak kompeten antara lain: anak-anak, lansia, orang dengan gangguan
jiwa, orang dalam kondisi syok dan lain-lain. Ditinjau dari segi usia,
maka seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun atau
lebih atau telah pernah menikah. Sedangkan anak-anak yang berusia 16-18
tahun dapat membuat persetujuan tindakan kedokteran tertentu yang tidak
berrisiko tinggi apabila mereka dapat menunjukkan kompetensinya dalam
membuat keputusan. Pemberian edukasi dalam proses asuhan kepada
pasien, edukasi difokuskan pada pengetahuan dan keterampilan spesifik
yang dibutuhkan pasien dalam rangka memberdayakan pasien dalam
proses asuhan dengan memahami hasil assessmen, diagnosis dan rencana
asuhan yang diberikan dan pasien tersebut dijelaskan tentang hasil asuhan
dan pengobatan termasuk hasil asuhan dan pengobatan yang tidak
diharapkan. Pemberian edukasi dilakukan oleh DPJP dan PPJA serta dapat
melanjutkan edukasi asuhan dirumah yang pemberian edukasinya oleh
DPJP, PPJA, MPP. Bila dilakukan tindakan medik, RS Jabal Rahmah
Medika memberikan persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
yang pemberian edukasi tentang resiko dan komplikasi tindakan medik
yang dilakukan.

1
2
2. Komunikasi efektif Perawat-Pasien
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, komunikasi merupakan
salah satu faktor penting dimana terjadi proses pertukaran informasi secara
verbal dalam pertemuan tatap muka perawat dan pasien. Kemampuan
dalam melakukan komunikasi interpersonal yang efektif akan menentukan
kualitas asuhan yang diberikan.
Dalam setiap tahapan pelaksanaan proses keperawatan perawat
selalu menggunakan komunikasi verbal, oleh karena itu perawat harus
memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal.
Tahapan komunikasi dalam keperawatan meliputi tahap pengkajian, tahap
perumusan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi.

3. Komunikasi efektif tentang informasi Hak Pasien danKeluarga


Pada saat pendaftaran, baik di rawat jalan maupun rawat inap, pasien
akan mendapatkan informasi tentang hak pasien dengan diberikan leaflet
yang berisi hak pasien dan petugas administrasi memberi penjelasan
kepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti mengenai 18 butir
hak pasien berdasarkan Undang – Undang no 44 tentang Rumah Sakit
selama pasien dirawat di RS Jabal Rahmah Medika pasien diberi
pemahaman bahwa pasien sesungguhnya adalah penentu keputusan
tindakan medis bagi dirinya sendiri yang pelaksanaan tentang pemberian
informasi dan edukasi didokumentasikan dalam form informasi dan
edukasi pada rekam medis pasien.
Petugas administrasi memberikan informasi untuk pasien dan
keluarga tentang daftar asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh rumah
sakit yang berisi informasi akses terhadap pelayanan dalam bentuk web
site/brosur/leaflet/banner/slide show TV internal di area yang mudah
diperoleh dan dilihat pasien dan keluarga.
RS Jabal Rahmah Medika memberikan pemahaman tentang hak,
kewajiban dan Tanggung Jawab pasien dan keluarga untuk berpartisipasi
dalam proses asuhan.

1
3
Adapun hal tersebut tercantum dalam Peraturan menteri kesehatan
republik Indonesia nomor 4 tahun 2019 tentang kewajiban rumah sakit dan
kewajiban pasien pasal 17 sebagai berikut:
a. Kewajiban rumah sakit untuk menghormati dan melindungi hak pasien
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf m dilaksanakan
dengan memberlakukan peraturan dan standar rumah sakit, melakukan
pelayanan yang berorientasi pada hak dan kepentingan pasien, serta
melakukan monitoring dan evaluasipenerapannya.
b. Hak pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibanpasien
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik danmateri
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7) Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumahsakit
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai surat izin praktik (SIP) baik didalam
maupun diluar rumahsakit
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
rermasuk datamedisnya
10) Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biayapengobatan

1
4
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yangdideritanya
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasienlainya
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadapdirinya
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya
17) Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar
baik secara perdata ataupun pidanadan
18) Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturanperundang-undangan.
c. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data medisnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf I termasuk
mendapatkan akses terhadap isi rekammedis
d. Memberikan peRSetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf k , termasuk hak untuk
memberikan peRSetujuan atau menolak menjadi bagian dalam suatu
penelitiankesehatan
e. Dalam rangka memenuhi hak pasien untuk menyampaikan keluhan atau
pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f dan huruf r,
setiap rumah sakit wajib menyediakan unit pelayananpengaduan
f. Unit pelayanan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
melakukan pengumpulan informasi, klarifikasi dan penyelesaian
keluhan pasien atas ketidak puasan terhadap pelayanan yang diberikan

1
5
oleh tenaga kesehatan rumah sakit dan/atau prosedur pelayanan di
rumah sakit
g. Keluhan atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) teRSebut
harus ditindaklanjuti secara cepat,adil danobjektif.

Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran


Paragraf 7 mengatur kewajiban dan hak pasien sebagai berikut:
Kewajiban Pasien:
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau doktergigi;
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yangditerima.
HakPasien:
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakanmedis
b. Pendapat dokter atau dokter gigi lain (secondopinion)
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhanmedis;
d. Menolak tindakan medis;dan
e. Mendapatkan isi rekammedis

RS Jabal Rahmah Medika mengatur pelaksanaan proses untuk


menjawab pertanyaan informasi kompetensi dan wewenang PPA yang
memberikan pelayanan pada pasien. RS Jabal Rahmah Medika
menyediakan informasi alternatif asuhan dan pelayanan di tempat lain
apabila rumah sakit tidak dapat menyediakan asuhan pelayanan yang
dibutuhkan pasien.

4. Komunikasi pemberian obat yangaman


RS Jabal Rahmah Medika memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan meliputi :
c. Penggunaan obat-obatn secara efektif danaman
d. Potensi efek sampingobat

1
6
e. Potensi iinteraksi obat antar obat konsumsi oral, obat bebas serta
suplemen ataumakanan
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat,
untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup
pasien (quality of life) terjamin.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi :
a. Pengkajian dan pelayananResep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
keteRSediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi
termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error)
dengan melaksanakan aktivitas sesuai standar prosedur operasional
dan melakukan dokumentasiaktivitas.
b. Penelusuran riwayat penggunaanObat
Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain
yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat
diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan
penggunaan Obat pasien.
c. RekonsiliasiObat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit Lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke
layanan kesehatan primer dan sebaliknya.

1
7
d. Pelayanan Informasi Obat(PIO)
Pelayanan informasi obat (PIO) adalah kegiatan menyediakan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat dan
tidak bisa dilakukan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
kepada dokter, perawat, profesi kesehatan yang lain, pasien, keluarga
pasien atau pihak lain di luar rumah sakit. PIO bertujuan untuk :
1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan dilingkungan di Rumah Sakit dan pihak lain diluar
RumahSakit.
2) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat/ Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Habis Pakai, terutama bagiTFT
3) Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
1) Menjawabpertanyaan.
2) Menerbitkan buletin, leaflet, poster,newsletter.
3) Menyediakan informasi bagi TFT sehubungan dengan penyusunan
Formularium RumahSakit.
4) BeRSama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan
dan rawat inap.
5) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatanlainnya.
6) Melakukan penelitian guna menjamin tata kelola kegiatan farmasi
klinik yang baik,dalam proses pelayanan informasi obat maka
Instalasi Farmasi RS JABAL RAHMAH MEDIKA memiliki
software Pelayanan Informasi Obat yang update otomatis secara
online dan SPO pelayanan InformasiObat.
Petunjuk teknis mengenai Pelayanan Informasi Obat akan diatur
lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.

1
8
e. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktifitas pemberian nasihat atau saran
terkait dengan terapi obat dari Apoteker kepada pasien atau keluarga
pasien.Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap disemua
fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisatif Apoteker, rujukan
dokter, keinginan pasien atau keluarganya.Pemberian konseling yang
efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap
Apoteker.Tujuan konseling adalah untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
dan meningkatkan cost-effectivenes yang pada akhirnya meningkatkan
keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety). Secara khusus
konseling obat ditujukan untuk :
1) Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker danpasien.
2) Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadappasien.
3) Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa denganobat.
4) Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
obat denganpenyakitnya.
5) Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalanipengobatan.
6) Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat.
7) Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
halterapi
8) Mengerti permasalahan dalam pengambilankeputusan
9) Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan
mutu pengobatanpasien.

Kegiatan dalam konseling obat meliputi :


1) Membuka komunikasi antara Apoteker denganpasien.
2) Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan
obat melaui Three PrimeQuestions.

1
9
3) Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaanobat.
4) Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaanobat.
5) Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman
pasien.
6) Dokumentasi.
f. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau beRSama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan
mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat
yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan
menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah
Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program
Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care).
Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempeRSpkan
diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan
memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain. Petunjuk
teknis mengenai visite akan diatur lebih lanjut oleh DirekturJenderal.
g. Pemantauan Terapi Obat(PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif
dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas
terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD).

2
0
h. Monitoring Efek Samping Obat(MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon tubuh terhadap obat yang tidak dikehendaki,
yangterjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Efek samping obat adalah
reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
i. Evaluasi Penggunaan Obat(EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi
penggunaan Obat yang teRStruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif.
j. Dispensing sediaansteril
Dispensing sediaan steril dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk
dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari
terjadinya kesalahan pemberian obat.
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah(PKOD)
Instalasi Farmasi RS Jabal Rahmah Medika telah melaksanakan
farmasi klinis, namun karena keterbatasan alat, Instalasi Farmasi RS
JABAL RAHMAH MEDIKA tidak melayani pemantauan kadar obat
dalam darah.
5. Komunikasi efektif manjemen nyeri
Semua pasien dilakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri,
termasuk lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas, intensitas,
atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi pada saat assesment awal dan
assesmen ulang, dilakukan implementasi, dievaluasi dan semua hasil
pengkajian, implementasi dan evaluasi didokumentasikan dalam rekam
medis pasien. Setelah dilakukan penkajian secara komprehensif pasien
akan diberikan asuhan dan edukasi sesuai dengan kebutuhan.

2
1
Adapun edukasi yang yang diberikan sebagai berikut :
a. Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, serta
tatalaksananya.
b. Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya untukpasien
c. Beritahukan bahwa pasien dapat mengubungi tim medis jika memiliki
pertanyaan / ingin berkonsultasi mengenaikondisinya.
d. Pasien dan keluarga ikut dilibatkan dalam menyusun manajemen nyeri
(termasuk penjadwalan medikasi, pemilihan analgesik, dan jadwal
control)
6. Komunikasi efektif nutrisi dan intraksi makan dan obat
RS Jabal Rahmah Medika memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan, meliputi diit dan nutrisi
yangmemadai.
Asuhan gizi merupakan sarana dalam pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik.
Pelayanan kesehatan paripurna seorang pasien, baik rawat inap maupun
rawat jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan yang pada
pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan.Ketiga jenis asuhan teRSebut
adalah asuhan medik, asuhan keperawatan, dan asuhan gizi.
Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi
pasien secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang
dirawat maupun konseling gizi pada rawat jalan.Dalam pelayanan gizi RS
Jabal Rahmah Medika, Asuhan Gizi dilakukan kepada pasien rawat jalan
dan pasien rawatinap.
a. Konseling Gizi Pasien RawatJalan
Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan adalah serangkaian proses
kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai deari
perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana
diet kepada klien/pasien rewat jalan. Tujuannya adalah memberikan
pelayanan gizi kepada klien/pasien rawat jalan agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.

2
2
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu
dibuat rencana konseling, yang mencakup penetapan tujuan, sasaran,
strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut.Tujuan konseling
gizi adalah membuat perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
makan, serta pola makan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien. Hal
ini akan terlihat dari seberapa jauh kepatuhan untuk melaksanakan
diet yang telah ditentukan dan pemecahan masalah yang timbul dalam
melaksanakan rencana diet tersebut.
Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan diperoleh
melalui kunjungan ulang pasien ke Poli Gizi.Evaluasi teRSebut
mencangkup rencana diet yang diberikan dan kepatuhan menjalankan
rencana diet, klinis dan laboratorium, dan status gizi.Tindak lanjut
yang dibutuhkan tergantung hasil evaluasi pelayanan gizi yang
diperoleh dirumah, bila perlu dilakukan perubahan rencana diet atau
kunjungan rumah.
b. Konseling Gizi Pasien RawatInap
Asuhan gizi pasien rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan
pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet
hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap. Tujuannya
adalah memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar
memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan.
Sebelum melakukan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat
rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi,
materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut.Tujuan konseling gizi
adalah membuat perubahan perilaku makan pasien. Hal ini
diwujudkan melalui penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien,
yang diperlukan untuk proses penyembuhan, kepatuhan pasien untuk
melaksanakan diet yang ditentukan, dan pemecahan masalah yang
timbul dalam melaksanakan dietteRSebut.

2
3
Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah
memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk
menilai proses penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan
teRSebut mencangkup antara lain perubahan diet, bentuk makanan,
asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual,
muntah, keadaan klinis defekasi, hasil laboratorium, dan lain-lain.
Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai
dengan hasil evaluasi pelayanan gizi antara lain perubahan diet, yang
dilakukan dengan mengubah peRSkripsi diet sesuai kondisi pasien.
Apabila perlu, dilakukan kunjungan ulang atau kunjungan rumah.
Untuk pasien yang dirawat walaupun tidak memerlukan diet khusus
tetapi tetap perlu mendapatkan perhatian agar tidak terjadi ”Hospital
Malnutrition” terutama pada pasien-pasien yang mempunyai masalah
dalam asupan makanannya seperti adanya mual, muntah dan
penurunan nafsu makan.
RS Jabal Rahmah Medika menyediakan demografi komunitas dan
populasi, komunikasi dan edukasi pasien dan keluarga menggunakan
format yang praktis dan mudah dipahami berupa materi dan media
edukasi/ komunikasi dalam bentuk tulisan/ gambar/ video/
demonstrasi/ praktikum. Rumah sakit menyediakan penterjemah
sesuai kebutuhan, bila di rumah sakit tidak ada petugas penterjemah
maka diperlukan adanya kerja sama pihak terkait untuk membantu
komunikasi kepada pasien dengan hambatanberbahasa.
7. Keamanan dan Efektifitas Penggunaan PeralatanMedis
RS Jabal Rahmah Medika menyiapkan edukasi kepada pasien dan
keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan meliputi keamanan dan
efektifitas penggunaan peralatan medis yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kesalahan penggunaan peralatan medis dan menjaga keamanan
dan keselamatan dalam penggunaan peralatan medis yang
didokumentasikan dalam form edukasi RM 26B.

2
4
8. Cuci Tangan yang Aman
Hand hygiene/ cuci tangan adalah suatu upaya atau tindakan
membeRSihkan tangan, baik dengan menggunakan sabun antiseptik di
bawah air mengalir atau dengan menggunakan handrub berbasis alkohol
dengan langkah-langkah yang sistematik sesuai urutan, sehingga dapat
mengurangi jumlah bakteri yang berada pada tangan.
Hand hygiene juga harus dilakukan oleh semua orang yang ada di
lingkungan rumah sakit,termasuk pengunjung,satpam dan peagawai lain
yang ada di rumah sakit,dan mencuci tangannya dengan menggunakan
cairan sabun dan cairan handrub sehingga keselamatan pasien terjaga.
Upaya pengendalian infeksi di Rumah Sakit Ibu Anak Jabal Rahmah
MedikaMuara Bungo beRSifat multidisiplin, hal-hal yang perlu
diperhatikan:
a. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi
untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan
lain-lain.
b. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme
pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumberinfeksi.
c. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebihbijaksana
d. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh
terhadap resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara
atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup
memadai.
e. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan,
misalnya pakaian pelindung, masker, topi, kaca mata, apron/celemek,
pelindungkaki.

2
5
Tehnik mencuci tangan yang baik dan benar dilakukan dengan cara
menggunakan 6 langkah kebeRSihan tangan(untuk lebih mudah
mengingatnya dengan singkatan TEPUNGSELACIPUPUT)
a. Petugas menggosok kedua Telapak tangan dan sela-sela jari sebanyak4x.
b. Petugas menggosok PUNGgung tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.sebanyak4x
c. Petugas menggosok SELA-sela jari-jari tangan kanan dankiri.
d. Sela-sela jari-jari sisi dalam dari keduatangan petugas saling mengunCI
sebanyak4x.
e. Petugas menggosok ibu jari berPUtar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya sebanyak4x.
f. Petugas menggosok ujung jari– jari dengan cara diPUTar-putar di
telapak tangan kiri dan sebaliknya sebanyak4x

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebeRSihan tangan:


a. Kuku harus seujung jaritangan.
b. Cat kuku tidakdiperkenankan
c. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati dan dibalut dengan
balutan yang kedapair.
d. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankandipakai
RS Jabal Rahmah Medika memiliki kebijkan untuk memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan
meliputi cara cuci tangan yang aman.
9. TeknikRehabilitasi
American NuRSe Association (ANA) menjelaskan bahwa perawat
perlu memberikan pendidikan kesehatan agar pasien dapat menerima
tentang perawatan kesehatan dengan cara yag menyenangkan dan
dilakukan di tempat yang tidak asing baginya. Pendidikan pasien yang
komprehensif memiliki 3 tujuan penting yaitu : pemeliharaan dan
peningkatan serta pencegahan penyakit, perbaikan kesehatan dan koping
terhadap gangguan fungsi. Pemeliharaan dan peningkatan serta
pencegahan penyakit

2
6
mencakup manajemen stres, kebeRSihan, imunisasi, nutrisi, latihan, dan
pemeriksaan kesehatan (misalnya tekanan darah, penglihatan dan tingkat
kolesterol). Perbaikan kesehatan mencakup informasi tentang penyakit dan
kondisi pasien, lingkungan rumah sakit, perawatan jangka panjang, dan
keterbatasan yang dihasilkan dari penyakit atau pembedahan. Koping
terhadap gangguan fungsi meliputi perawatan rumah (medikasi, diit,
aktivitas dan alat bantu), rehabilitasi ntuk fungsi yang teRSisa (terapi fisik,
terapi okupasi dan terapi wicara), dan pencegahan komplikasi. (Potter &
Perry, 2005)
Proses edukasi berlangsung dengan baik, bila menggunakan metode
yang tepat. Pasien dan keluarga didorong untuk bertanya atau berdiskusi
agar dapat berpartisipasi dalam proses asuhan. RS Jabal Rahmah Medika
memberikan materi edukasi kolaboratif oleh pemberi asuhan (PPA), dalam
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga dilakukan pelaksanaan
verifikasi untuk memastikan pasien dan keluarga dapat memahami materi
edukasi yang diberikan, yang informasi verbalnya diperkuat dengan materi
tertulis.
RS Jabal Rahmah Medika mengidentifikasi sumber-sumber yang ada
dikomunitas untuk mendukung promosi kesehatan berkelajutan dan
edukasi untuk menunjang asuhan pasien yang diarahkan pada daftar faskes
yang ada di domisili pasien, dan apabila pasien dirujuk pasien dan
keluarga mendapatkan edukasi dan pelatihan yang diperlukan untuk
menunjang asuhan pasien berkelanjutan agar mencapai hasil asuhan yang
optimal setelah meninggalkan rumah sakit. Edukasi yang berkelanjutan
teRSebut diberikan kepada pasien yang rencana pemulangannya kompleks
dalam bentuk materi edukasi dan pelatihan.

Komunikasi Efektif Dengan antar Stafklinis


Komukikasi efektif yang dilakukan di rumah sakit,yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh respon penerima, akan
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.

2
7
Banyak jenis komunikasi yang dapat dilakukan dalam rumah sakit antar staf
klinis yaitu secara elektronik, lisan atau tertulis.Dalam jenis komunikasi
teRSebut, komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah
perintah yang diberikan secara lisan dan diberikan melalui telepon, bila
diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang mudah terjadi
adalah pada pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti bagian hasil
laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk melaporkan hasil
pemeriksaansegera/cito.
Dalam rangka mendukung terjadinya komunikasi yang efektif antar staf
klinis di rumah sakit maka secara kobolaratif rumah sakit perlu
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur terkait perintah lisan dan
melalui telepon.Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima pemerintah atau hasil
pemeriksaan teRSebut juga tertuang dalam kebijakan.
Proses komunikasi antar staf klinis dapat dilakukan dalam beberapa
bentuk dimana hal teRSebut sudah menjadi ketentuan yang harus dilakukan
secara tepat waktu, berikut beberapa bentuk komunikasi yang dilakukan :
a. RapatKoordinasi
b. Konsultasikan KondisiPasien
c. Komunikasi dalam Pengelolaan Hasil PemeriksaanPenunjang
d. Operan ShifJaga

Tata Cara Berkomunikasi Antara Pemberi Asuhan Staf Klinis


1. RapatKoordinasi
Rapat adalah pertemuan atau kumpulan dalam suatu organisasi,
perusahaan, instalansi pemerintah baikdalam situasi formal maupun
nonformal untuk membicarakan, merundingkan dan memutuskan
suatu masalah berdasarkan hasil kesepakatanbeRSama.
Salah satu upaya Rumah Sakit dalam meningkatkan komunikasi
efektif antar staf klinis maka rumah sakit mengadakan rapat
koordinasi, yaitu :

2
8
a. RapatMingguan
b. RapatBulanan
c. RapatTriwulan
d. RapatTahunan
e. RapatInsedental
Rapat koordinasi dapat dipimpin oleh direktur, namun tidak harus
dipimpin oleh Direktur. Peserta yang hadir adalah Kepala Bagian,
serta tamu undangan yang diharapkan hadir pada saat rapat koordinasi
teRSebutberlangsung.
Rapat koordinasi antar bagian digunakan untuk mendiskusikan
yang melibatkan antar bagian. Diharapkan dengan adanya rapat
koordinasi yang berkelanjutan akan memperbaiki kelemahan sistem
sehingga tujuan dari sasaran keselamatan pasien dapat tercapai.
2. Status KondisiPasien
a. Pencatatan perkembangan pasien secara teringtegrasi dari para
profesional pemberi asuhan dituangkan dalam formulir CPPT
(Catatan Perkembangan Pasien Teringtegrasi). CPPT ini berfungsi
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatanpasien.
b. Dalam melakukan pelayanan, seringkali keadaan dimana dokter
umum/ perawat/ bidan mendapatkan perintah penatalaksanaan
pasien secara lisan baik bertemu langsung atau via telepon. Hal ini
dapat menimbulkan kecelakaan kepada pasien karena sangat
memungkinkan terjadi kesalahan dari pihak pemberi perintah
maupun dari penerima perintah. Oleh karena itu diciptakan sistem
yang dapat meminimalisir terjadinya kesalahan teRSebut. Sistem
yang dikembangkan adalah berbentukSBAR.
c. Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan atau
melaluitelepon
d. Petugas laboratorium saat membacakan hasil laboratoruim secara
lisan atau melaluitelepon

2
9
e. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah
sakit kepada pelanggan
f. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien dan
menjalin kerjasama dengan sumber-sumber yang ada di komunitas
yang mendukung promosi kesehatanberkelanjutan.
g. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon danlisan
Dalam komunikasi teRSebut, terdapat prinsip agar melakukan
komunikasi secara efektif dan efesien, yaitu :
1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip
terima, catat, verifikasi danklarifikasi:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikanpesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesanteRSebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh
penerimapesan.
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi
penerimapesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan
pesan dengan hasilverifikasi
2. Baca ulang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di
ICU dan IGD
3. Penggunaan code alfabetis internasional digunakan saat
melakukan klarifikasi hal-hal penting, misal nama obat, nama
pasien, dosis obat, hasil laboratorium dengan mengeja huruf-
huruf teRSebut saat membaca ulang (read back) danverifikasi
4. Tujuan utama panduan komunikasi, informasi dan edukasi
efektif ini adalah untuk memperkecil terjadinya kesalahan
penerima pesan yang diberikan secaralisan.
3. Komunikasi dalam Pengelolaan Hasil PemeriksaanPenunjang
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien petugas peninjang medis
seperti farmasi, laboratorium, radiologi juga melakukan komunikasi

3
0
dengan petugas pelayana medis baik itu Dokter, Perawat, Bidan
maupun Petugas lainnya.
Umumnya hasil pemeriksaan laboratorium atau radiologi dalam
bentuk laporn tertulis yang kemudian akan di tempel dalam lembar
yang sudah disediakan di rekam medis pasien. Namun hasil
pemeriksaan penungjang yang abnormal harus segera disampaikan
kepad petugas terkait melalui lisan atau telepon, tidak harus
menunggu hasil pemeriksaan tertulisnya jadi terlebih dahulu. Karena
itulah maka petugas penunjang harus melakukan komunikasiefektif
jika melakukan perintah atau menerima perintah secara lisan melalui
telepon untuk menyampaikan hasil pemeriksaan penunjang kepada
disiplin klinis lain di rumahsakit.
Petugas penerima hasil pemeriksaan penunjang secara lisan atau
telepon harus mencatat (Tul) dilembar catatan perkembangan pasien
dalam rekam medis atau dicatat dikertas atau media lain apabila tidak
memungkinkan mencatat dalam rekam medispasien, membaca ulang
(Ba), melakukan konfirmasi (Kon) kepada pemberi informasi dan
membumbuhkan stempel nama, paraf atau tanda tangan pada
catatannya. Khusus untuk obat-obatan yang masuk dalam daftar
NORUM/LASA (nama obat rupa mirip), pada saat petugas
membacakan ulang perintah pengobatan, petugas harus mengeja
kembali nama obat yag ditulisnya ketika menerima perintah secara
lisan atau telepon. Jika hasil pemeriksaan penunjang sudah jadi, maka
petugas menempel di lembar yang sudah disediakan di rekam medis
pasien.
4. Ringkasan pasien rawat inap dan pasien rawat jalan
a. Ringkasan pulang pasien rawatinap
Setiap pasien rawat inap yang akan pulang akan diberikan
ringkasan pasien rawat inap lengkap dengan waktu kunjungan
ulangpasien.

3
1
b. Ringkasan pulang pasien rawatjalan
Setiap pasien rawat jalan yang dengan diagnosis kompleks akan
dibuat profil ringkasan medis rawat jalan (Profil RMRJ).
5. Informasi klinis saat perpindahanpasien
a. Memindahkan pasien dalam lingkungan rumah sakit (Transfer
Pasien)
Saat pasien hendak akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang
lain petugas medis wajib menginformasikan tentang kondisi pasien
dan ringkasan pasien tentang asuhan yang telah diberikan serta
mendokumentasikan dalam bentuk lembar transfer
pasien.Beberapa kemungkinan serah terima pasien di RS JABAL
RAHMAH MEDIKAMuara Bungo, yaitu dari Ruang Operasi ke
ruang perawatan, dari ruang perawatan ke ruang Operasi, dari
ruang beRSalin ke ruang perawatan, dari IGD ke ruang perawatan,
dari ruang LT.3 ke ruang perawatan LT.2, dari peristi ke ruang
rawat gabung, dari ruang rawat gabung ke ruangperisti.
b. Memindahkan pasien di luar lingkungan rumah sakit (Rujuk
Pasien)
Hampir sama dengan trasfer pasien, ketika pasien hendak
mendapatkan atau memerlukan pelayanan yang intensif yang tidak
tersedia di lingkungan rumah sakit maka pasien akan dirujuk ke
rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan yang lebih insentif
tersebut, maka tenaga medis wajib menginformasikan semua
asuhan yang telah diberikan serta membawa lembar rujukan yang
berisi asuhan pelayanan yang sudah diberikan.
6. Hand Over (Operan ShifJaga)
Selain kegiatan komunikasi yang dilakukan diatas, proses komunikasi
antar staf klinis yang dilakukan dapat dalam bentuk dapat hand over.
Hand over merupakan tekhnik atau cara menyampaikan dan
menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan keadaanpasien.

3
2
Hand over antar jaga ini menginformasikan kepada pasien terkait
keadaan pasien, meliputi :
a. Status kesehatanpasien
b. Ringkasan asuhan yang sudah diberikan kepada pasien
c. Respon pasien terhadap asuhan yang sudahdiberikan
d. Perencanaan asuhan keperawatanberikutnya.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Hand over dilakukan oleh ketua tim perawat pelaksana.
RS Jabal Rahmah Medika menyediakan informasi kondisi pasien
antar staf klinis berdasarkan pada proses yang sedang berjalan atau
pada saat penting tertentu dalam proses asuhan yang ditulis dalam
rekam medis pasien termasuk CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi) yang diisi oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang
dapat dibantu oleh staf klinis yang memberi asuhan, memahami
kontribusinya masing-masing dalam pemberian eduksi pasien.
Informasi yang diterima pasien dan keluarga adalah komprehensif,
konsisten dan efektif. Agar PPA mampu memberikan edukasi secara
efektif, dilakukan pelatihan sehingga terampil dalam melaksanakan
komunikasi efektif dan melakukan assessment kemampuan, kemauan
belajar dan kebutuhan edukasi serta hasil assessment digunakan untuk
membuat perencanaan kebutuhan edukasi yaang pencatatan
assessmentnya ditulis dalam form edukasi RM 26A sedangkan
pelaksanaan assessment didokumentasikan di form edukasi RM 26B,
C dan D. Pengetahuan tentang materi yang diberikan, dan kemampuan
berkomunikasi secara efektif adalah pertimbangan penting dalam
edukasi yang efektif.

3
3
Komunikasi Efektif DenganMasyarakat
RS Jabal Rahmah Medika melaksanakan komunikasi efektif antara rumah
sakit degan masyarakat yang meliputi :
1. PopulasiMasyarakat
Untuk membuat strategi komunikasi dengan komunitas dan populasi
yang dilayani rumah sakit pada pasien rawat inap maupun rawat jalan
meliputi masyarakat umum tanpa mempunyai asuransi, masyarakat
dengan peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
kesehatan yaitu peserta ex. Jamkesmas, Askes, Jamsostek, dan
TNI/POLRI), pasien kecelakaan dengan menggunakan asuransi Jasa
Raharja, dan pasien peserta asuransi kesehatan lain seperti Garda Medika
Asuransi, Asuransi Sinarmas dll serta perusahaan-perusahaan swasta
yang bekerjasama (PKS) dalam pelayanan kesehatan bagikaryawan.
2. Isi Informasi Pelayanan RumahSakit
Informasi yang disampaikan adalah jenis pelayanan yang terdapat di
rumah sakit, waktu pelaksanaan pelayanan, akses pelayanan dari
masyarakat ke rumah sakit dan proses mendapatkan pelayanan di rumah
sakit termasuk kualitas pelayanan yang diberikan antara lain : layanan
unggulan dan data mutu rumah sakit.
3. Materi Informasi Pelayanan RumahSakit
Komunikasi dapat dilakukan melalui brosur, leaflet/banner,
buletin, Web site, call center/SMS center, spanduk, slide show di TV
internal dan komunikasi langsung ke masyarakat dan perusahaan-
perusahaan.
Dalam data demografi populasi yang dilayani RS Jabal Rahmah
Medika sekurang-kurangnya dapat menggambarkan usia, etnis, agama,
tingkat pendidikan serta bahasa yang dipergunakan termasuk hambatan
dalam berkomunikasi.

3
4
Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Kualifikasi sumber daya manusia yang melaksanakan kegiatan pelayanan
edukasi pasien dan keluarga secara kolaboratif terdiri dari:
1. Tenaga profesi kesehatan yang mempunyai keahliankhusus
a. Dokter (Dokter umum, dokter gigi dan dokterahli)
b. Perawat
c. Farmasi/Apoteker
d. Ahli Gizi
e. Fisioterapi
f. Tenaga kesehatan lain yangdibutuhkan
2. Memiliki sertifikat komunikasi efektif dan edukasikesehatan.
3. Berpengalaman dalam memberikan asuhan ke pasien minimal 2tahun.

Distribusi ketenagaan
Pendistribusian tenaga pelayanan edukasi kolaborasi dilakukan dengan
memperhatikan kompleksitas masalah pasien yang akan diselesaikan. Untuk 1
(satu) tim edukator kolaborasi melibatkan minimal:
1. 1 DPJP
2. 1-2 dokterahli/konsulen
3. 1 apoteker/farmasiklinik
4. 1perawat
5. 1 ahligizi
6. Tenaga kesehatan lain dilibatkan apabiladibutuhkan
Masing-masing tenaga kesehatan yang ditunjuk menjadi Tim Edukasi
Kolaborasi telah mendapat Surat Perintah Karumkit sebagai tenaga
edukator kesehatan pasien dan keluarga.

Pengaturan JadwalPelayanan
1. Pengaturan jadwal pelayanan edukasi kolaborasi dikoordinir oleh perawat
pemberi asuhan pasien atas permintaan DPJP. Bila kondisi pasien
mengindikasikan dilaksanakannya pelayanan edukasi kolaborasi maka

3
5
perawat mengkoordinasikan kegiatan tersebut pada anggota tim yang
sudah ditunjuk sesuai permasalahan yang akan diatasi. Kolaborasi
dilakukan sesuai kebutuhan pasien untuk edukasi yangkompleks.
2. Jadwal pelayanan ditentukan setelah ada kesepakatan kontrak waktu
dengan pasien dankeluarga.
3. Pelaksanaan edukasi kolaborasi dilaksanakan dengan 2 cara:
a. BeRSama-sama dalam waktu yang bersamaan menghadirkan semua
anggota tim yang dibutuhkan, pasien dankeluarga.
b. Secara terpisah dimana masing-masing anggota tim melaksanakan
tugasnya dalam waktu yang tidak bersamaan namun memberikan
materi edukasi sesuai yang dibutuhkan dan mengacu pada kewenangan
profesi/keahliannya saja.
4. Pengaturan jadwal pelayanan tercatat dalam buku catatan edukasi
kolaborasi dan rekam medikpasien.

Langkah Awal Assesmen Pasien dan Keluarga


Assesmen merupakan proses pengumpulan menganalisis dan
menginterpretasikan data atau informasi tentang peserta didik dan
lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
berbagai kondisi individu dan lingkungannya sebagai dasar untuk memahami
individu dan untuk pengembangan program pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan.
Assesmen kebutuhan edukasi pada pasien dan keluarga adalah proses
menentukan kebutuhan pasien dan keluarga akan pembelajaran tentang
kondisi dan atau penyakit yang berhubungan dengan pasien serta bagaimana
pembelajaran dapat dilaksanakan denganbaik.
Pengkajian pasien merupakan langkah guna mengidentifikasi sejauh
mana kebutuhan pasien dan keluarga akan pembelajaran tentang kondisi dan
atau penyakit yang berhubungan dengan pasien serta bagaimana
pembelajaran dapat dilaksanakan denganbaik.

3
6
Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, lebih dulu dilakukan
pengkajian/analisis terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis
penyebab masalah kesehatan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat
factor - faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan.Lawrence Green
(1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor:
1. Faktor pendukung (predisposing factors),mencakup:
Pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan, sistem nilai,
pendidikan, sosial ekonomi, dsb.
2. Faktor pemungkin(enambling factors),mencakup:
Fasilitas kesehatan, misal : spal, air bersih, pembuangan sampah, mck,
makanan bergizi, dsb. Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan
seperti RS, poliklinik, puskesmas, posyandu, polindes, bides, dokter,
perawat dsb.
3. Faktor penguat (reinforcing factors),mencakup:
Sikap dan perilaku: toma, toga, petugas kes. Kebijakan/peraturan/UU,
LSM.
Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Angket/quesioner
4. Dokumentasi
Jenis informasi yang diperlukan dalam pengkajian antara lain:
1. Pentingnya masalah bagi individu, kelompok dan masyarakat yang
dibantu
2. Masalah lain yang kitalihat
3. Masalah yang dilihat oleh petugas lain
4. Jumlah orang yang mempunyai masalah ini
5. Kebiasaan yang dapat menimbulkan masalah
6. Alasan yang ada bagi munculnya masalahtersebut
7. Penyebab lain dari masalah tersebut.

3
7
Tujuan pengkajian
1. Untuk mengetahui besar, parah dan bahayanya masalah yang
dirasakan.
2. Menentukan langkah tepat untuk mengatasi masalah.
Memahamimasalah
1. Mengapa muncul masalah
2. Siapa yang akan memecahkan masalah dan siapa yang perlu
dilibatkan
3. Jenis bantuan yang akan diberikan
Prioritas masalah
Disusun berdasarkan hirarki kebutuhan maslow:

Aktualisasi diri

Harga diri
Kasih sayang

Aman / nyaman

Biologis / fisiologi

Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu


assesment/penilaian terhadap pasien dan keluarga meliputi:
1. Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dankeluarganya
2. Kemampuan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasamereka
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbatasan fisik dankognitif
5. Kemauan pasien untuk menerimainformasi
6. Pasien yangh berusia lanjut

3
8
Sehingga pemberi edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga
bersedia dan maupun untuk belajar hasil penilaian didokumentasikan
dalam rekammedis.

Pentingnya Informasi Bagi Pasien dan Keluarga


Unsur-unsur yang perlu diinformasikan meliputi diagnosis (diagnosis
kerja dan diagnosis banding ) dan dasar diagnosis, kondisi pasien, tindakan
yang diusulkan, tata cara dan tujuan tindakan. Manfaat dan resiko tindakan,
nama orang yang mengerjakan tindakan, kemungkinan alternative dari
tindakan, prognosis dari tindakan, kemungkinan hasil yang tidak terduga
dan kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan. Pasien berhak
mendapatkan informasi mengenai perkiraan biaya pengobatannya. Prosedur
yang akan dilakukan perlu diuraikan lagi, meliputi alat yang akan
digunakan, bagian tubuh mana yang akan terkena, kemungkinan perasaan
nyeri yang timbul, kemungkinan perlunya dilakukan perluasan operasi, dan
yang penting tujuan tindakan itu, untuk diagnostik atau terapi.
Risiko tindakan dapat dirinci dari sifatnya, apakah mengakibatkan
kelumpuhan atau kebutaan; kemungkinan timbulnya, sering atau jarang;
taraf keseriusan, apakah kelumpuhan total atau parsial; waktu timbulnya,
apakah segera setelah tindakan dilakukan atau lebih lama lagi. Akan tetapi
untuk menentukan secara mutlak informasi yang seharusnya diberikan
oleh dokter kepada pasiennya itu sangat sulit, sebab hal itu tergantung
pada keadaanpasien.
Selain itu, informasi dari dokter pun merupakan hasil diagnosis
dokter berdasarkan anamnesis atau riwayat penyakit pasien yang disusun
oleh dokter dari keterangan yang diberikan pasien secara sukarela
(keluhan pasien).Keterangan yang diperoleh dengan melakukan
wawancara dengan penderita atau orang yang mengetahui benar-benar
tentang kesehatan pasien, dan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis pada
tubuh pasien, dokter menentukan diagnosis. Dengan kata lain, sumber
informasi dokter berkaitan dengan rumusan hasil diagnosisnya didasarkan

3
9
pada informasi dari pasien mengenai keluhan-keluhan yang dideritanya,
dan didasarkan pada hasil pemeriksaan klinis tubuh pasien.
Asuhan dan proses pengobatan merupakan siklus
berkesinambungan dari asesmen dan asesmen ulang, perencanaan serta
pemberian asuhan dan evaluasi. Pasien dan keluarga diberitahukan tentang
hasil proses asesmen, perencanaan asuhan dan pengobatan, serta
diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Langkah asuhan beRSifat
siklus sehingga pasien perlu diberi informasi tentang hasil asuhan,
perkembangan dan pengobatan, termasuk informasi hasil asuhan yang
tidak diharapkan.Pemberian informasi teRSebut dilakukan oleh
professional pemberi asuhan (PPA) terkait untuk kejadian tidak
diharapkan (KTD) oleh dokter penanggung jawab pasien(DPJP).
Fungsi informasi bagi dokter, menurut Verberne, adalah:
“Informasi itu tidak hanya sungguh-sungguh penting untuk memperoleh
izin/peRSetujuan yang disahkan oleh hukum, tetapi juga sesuatu yang
bagaimanapun menjadi hak setiap pasien, antara lain karena adanya itikad
baik yang mendasari setiap situasi perjanjian/kontrak”.
Ini berarti bahwa fungsi informasi itu adalah untuk melindungi dan
menjamin pelaksanaan hak pasien yaitu untuk menentukan apa yang harus
dilakukan terhadap tubuhnya yang dianggap lebih penting daripada
pemulihan kesehatannya itu sendiri. Di samping itu, informasi dari dokter
teRSebut harus diberikan berdasarkan itikad baik dari dokter yang
beRSangkutan. Dalam memberikan diajukan oleh pasien tentang
penyakitnya tetapi juga harus memberikan informasi lain, baik
berdasarkan adanya pertanyaan maupun tanpa adanya pertanyaan dari
pasiennya. Sebab berdasarkan itikad baik yang dimaksudkan di atas,
berarti informasi itu merupakan hak pasien dan kewajiban dari dokter
untuk memberikannya. Namun karena informasi dari dokter merupakan
hasil diagnosis dokter yang juga didasarkan atas informasi dari pasien,
maka pasien juga mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi
yang dilandaskan pada itikad baiknya. Informasi itu menyangkutkeluhan-

4
0
keluhan yang dideritanya, termasuk juga informasi mengenai tindakan-
tindakan yang telah dilakukan dalam mengatasi keluhan itu.Secara timbal
balik hal itu juga berarti bahwa dokter berhak atas informasi atas
pasiennya teRSebut.Dengan demikian, untuk terjadinya suatu transaksi
terapeutik (penyembuhan) diperlukan kerjasama yang baik antara dokter
dan pasien agar penyembuhan berhasil sebaikmungkin.
Menyadari bahwa tidak semua pasien dapat memahami informasi dari
dokter, di samping kemungkinan pasien sendiri tidak mampu
mengemukakan keluhannya karena keadaannya tidak memungkinkan,
perlu diperhatikan adanya 4 kelompok pasien yang tidak perlu mendapat
informasi secara langsung, yaitu:
1. Pasien yang diberi pengobatan dengan placebo yaitu merupakan
senyawa sugesti(suggestif-therapeuticum).
2. Pasien yang akan dirugikan jika mendengar informasi teRSebut,
misalnya karena kondisinya tidak memungkinkan untuk
mendengarkan informasi yang dikhawatirkan dapat membahayakan
kesehatannya.
3. Pasien yang sakit jiwa dengan tingkat gangguan yang sudah tidak
memungkinkan untuk berkomunikasi (cara berpikirnya tidak realistis,
tidak bisa mendengar karena terperangkap oleh pemikirannya sendiri;
menarik diri dari lingkungan dan mungkin hidup dalam dunia
angannya sendiri, sulit kontak atau berkomunikasi dengan orang lain;
tidak peduli pada dirinya sendiri maupun orang lain/lingkungan, tidak
peduli pada tampilannya, tidak merawat diri; mengalami kesulitan
berpikir dan memusatkan perhatian, alur pikirnya tidak jelas, tidak
logis; afeksi sukar atau tidakteRSentuh).
4. Pasien yang belum dewasa. Seseorang dikatakan cakap-hukum apabila
ia pria atau wanita telah berumur 21 tahun, atau bagi pria apabila
belum berumur 21 tahun tetapi telah menikah. Pasal 1330 KUH
Perdata, menyatakan bahwa seseorang yang tidak cakap untuk
membuat peRSetujuan adalah orang yang belum dewasa.
MenurutKUH

4
1
Perdata Pasal 1330, belum dewasa adalah belum berumur 21 tahun dan
belum menikah. Oleh karena perjanjian medis mempunyai sifat khusus
maka tidak semua ketentuan hukum perdata di atas dapat diterapkan.
Dokter tidak mungkin menolak mengobati pasien yang belum berusia
21 tahun yang datang sendirian ke tempat praktiknya. Permenkes
teRSebut menyatakan umur 21 tahun sebagai usia dewasa. Di dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Bab 1 Pasal 1 ayat1 yang dimaksud anak-anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun.
Pada dasarnya keberhasilan pengobatan biasanya bergantung pada
kepatuhan pasien terhadap instruksi yang diberikan oleh dokter.
Menurut hasil penelitian Davis dan Francis, jika dokter memberikan
informasi sangat minim kepada pasien, maka pasien cenderung untuk
tidak mematuhi instruksi dokter. Contoh: keputusan para ibu untuk
mematuhi instruksi dokter untuk anaknya bergantung pada kepuasan
para ibu teRSebut terhadap informasi yang diperoleh dari dokter
tentang penyakit anaknya. Ketidakpuasan orang tua akan timbul jika
penyebab dan keadaan penyakit anaknya tidak diketahuinya. Selain itu,
adanya kewajiban dokter untuk memberikan informasi kepada pasien
sebenarnya tidak terlepas dari kewajiban dokter untuk memperoleh
atau mendapatkan informasi yang benar dari pasien. Oleh karena itu
komunikasi penting artinya dalam hubungan pelayananmedis.
Dalam upaya menegakkan diagnosis atau melaksanakan terapi,
dokter biasanya melakukan suatu tindakan medik.Tindakan medik
teRSebut ada kalanya atau sering dirasa menyakitkan atau
menimbulkan rasa tidak menyenangkan. Secara material, suatu
tindakan medik itu sifatnya tidak bertentangan dengan hukum apabila
memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yang
konkret.

4
2
b. Dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu
kedokteran. Kedua syarat ini dapat juga disebut sebagai bertindak
secara legeartis.
c. Harus sudah mendapat persetujuan dulu daripasien.
Pasien akan diberitahu jika terjadi penundaan dan atau kelambatan
pelayanan, penundaan dan atau kelambatan akan diberitahu oleh petugas
keperawatan yang bertugas saat itu. Informasi yang diberikan tersebut
akan dicatat diformulir edukasi terintegrasi (RM 26D) dan disimpan
didalam RM. Misalnya pasien IGD diberitahu bahwa ada kelambatan dan
penundaan pelayanan dan pengobatan dikarenakan menunggu hasil labor/
konsulan dokter spesialis. Kemudian petugas IGD mendokumentasikan
dilembar edukasi dan meminta pasien tandatangan.

Elemen-Elemen Dalam Model ProsesKomunikasi


Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).
Model proses komunikasi digambarkan Schermerhorn, Hunt & Osborn
(1994) sebagai berikut:
Receives
Source Sends Messag Receive
Intended Encodes Decodes Perceived
meaning meaning
Channel

Feedback

Noise
• Physicaldistraction
• Semanticproblems
• Culturaldifferences

4
3
Sumber : Schermerhorn, Hunt & Osborn (1994)
Sumber (source) atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah orang
yang menyampaikan pemikiran atau informasi yang dimilikinya. Pengirim
pesan bertanggungjawab dalam menerjemahkan ide atau pemikiran
(encoding) menjadi sesuatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, tulisan,
dan atau non verbal, atau kombinasi dari ketiganya. Pesan ini
dikomunikasikan melalui saluran (channel) yang sesuai dengankebutuhan.
Pesan diterima oleh penerima pesan (receiver). Penerima akan
menerjemahkan pesan teRSebut (decoding) berdasarkan batasan pengertian
yang dimilikinya. Dengan demikian dapat saja terjadi kesenjangan antara
yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima
pesan yang disebabkan kemungkinan hadirnya penghambat (noise).
Penghambat dalam pengertian ini bisa diakibatkan oleh perbedaan sudut
pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa,
danlainnya.
Pada saat menyampaikan pesan, pengirim perlu memastikan apakah pesan
telah diterima dengan baik. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi
agar pesan diterima dengan baik dan memberikan umpan balik (feedback)
kepada pengirim. Umpan balik penting sebagai proses klarifikasi untuk
memastikan tidak terjadi salah interpretasi.
Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan
sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian.
Pasien sebagai pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau
menjawab pertanyaan dokter sesuai pengetahuannya. Sementara dokter
sebagai pengirim pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan
penyakit, rencana pengobatan dan terapi, efek samping obat yang mungkin
terjadi, serta dampak dari dilakukan atau tidak dilakukannya terapi tertentu.
Dalam penyampaian ini, dokter bertanggung jawab untuk memastikan pasien
memahami apa yangdisampaikan.
Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan
setiap pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien,

4
4
dokter sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan klarifikasi.
Mengingat kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter
dan pasien, dokter perlu mengambil peran aktif. Ketika pasien dalam posisi
sebagai penerima pesan, dokter perlu secara proaktif memastikan apakah
pasien benar-benar memahami pesan yang telahdisampaikannya.
Misalnya dalam menginterpretasikan kata “panas”. Dokter yang mempunyai
pasien berumur dua tahun memesankan kepada ibu pasien, “Kalau dia panas,
berikan obatnya.” Pengertian panas oleh ibu pasien mungkin saja berbeda
dengan yang dimaksudkan oleh dokter. Dokter perlu mencari cara untuk
memastikan si ibu mempunyai pemahaman yang sama, misalnya dengan
menggunakan ukuran yang tepat, yaitu termometer. Dokter mengajarkan cara
menggunakan termometer untuk mengetahui keadaan anaknya. Si ibu diminta
memberikan obat yang telah diresepkan dokter kepada anaknya apabila suhu
tubuh anak mencapai angka tertentu yang dimaksud dokter mengalami
“panas”.
Dalam dunia medik, warna yang berbeda, ukuran yang berbeda, rasa yang
berbeda bisa jadi merupakan hal yang amat vital, karena bisa membedakan
intensitas radang, intensitas nyeri, yang pada akhirnya bermuara pada
perbedaan diagnosis maupun jenis obat yang harus diminum. Peran dokter
sebagai fasilitator pembicaraan amat penting agar tidak terjadi salah
interpretasi.

Tujuan dan Manfaat Komunikasi efektif


Tujuan: Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan
profesi dokter adalah:
1. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan
pasien).
2. Membantu pengembangan rencana perawatan pasien beRSama pasien,
untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk
kemampuanfinansial.

4
5
3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatanpasien.
4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit/masalah yang dihadapinya.
5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah
atau hal-hal yang telah disetujui pasien.

Manfaat: Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-


pasien di antaranya:
1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari
dokter atau institusi pelayananmedis.
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar
hubungan dokter-pasien yangbaik.
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakanmedis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal
dalam menghadapipenyakitnya.

Whitcomb, M.E.( 2000)


“Dalam kurikulum tradisional pendidikan dokter, keterampilan komunikasi
ditujukan untuk menggali riwayat penyakit. Kita harus mengajarkan kepada
mahasiswa untuk mengerti bahwa hal itu merupakan bagian yang termudah.”
“Kita harus mengajarkan kepada mereka tentang berkomunikasi dengan
pasien, terutama dalam hal mendengarkan secara aktif. Benar-benar
mendengarkan! Tidak hanya yang sudah diucapkan pasien, melainkan hal-hal
yang tidak terucapkan olehpasien.”

Aspek EtikKomunikasi
Pada kode etik kedokteran dan kedokteran gigi secara teRSirat tidak
tercantum etika berkomunikasi. Secara teRSurat dikatakan setiap dokter dan
dokter gigi dituntut melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi
yang tertinggi atau menjalankannya secara optimal. Pada Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 35 disebutkan

4
6
kompetensi dalam praktik kedokteran antara lain dalam hal kemampuan
mewawancarai pasien.
Peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab etik dari seorang dokter
adalah Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik adalah pedoman perilaku
dokter. Kode Etik harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Kode etik harus rasional, tetapi tidak kering dariemosi;
2. Kode etik harus konsisten, tetapi tidakkaku;
3. Kode etik harus bersifat universal.

Kode Etik Kedokteran Indonesia dikeluarkan dengan Surat Keputusan


Menteri Kesehatan Nomor 434/Menkes/SK/X/1983. Kode Etik Kedokteran
Indonesia disusun dengan mempertimbangkan International Code of Medical
Ethics dengan landasan idiil Pancasila dan landasan strukturil Undang Undang
Dasar 1945. Kode Etik Kedokteran Indonesia ini mengatur hubungan antar
manusia yang mencakup kewajiban umum seorang dokter, hubungan dokter
dengan pasiennya, kewajiban dokter terhadap sejawatnya dan kewajiban
dokter terhadap diri sendiri. Pelanggaran terhadap butir-butir Kode Etik
Kedokteran Indonesia ada yang merupakan pelanggaran etik semata-mata dan
ada pula yang merupakan pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum.
Selama ini wawancaraterhadap pasien ditekankan pada pengumpulan
informasi dari sisi penyakit (disease) untuk menegakkan diagnosis dan
tindakan lebih lanjut. Informasi sakit dari pasien (illness) kurang diperhatikan.
Secara empirik, komunikasi yang baik dan efektif antara dokter dan pasien
sangat membantu kepuasan pasien terhadap pelayanan medik dan
meningkatkan penyembuhan serta kepatuhan pasien terhadapterapi.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam buku yang diterbitkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia pada tahun 2006 yang berjudul Penyelenggaraan
Praktik Kedokteran yang Baik di Indonesia dan buku berjudul Kemitraan
dalam Hubungan Dokter-Pasien, diuraikan pentingnya kemampuan
berkomunikasi dengan pasien. Ketidakmampuan dokter untuk melakukan
komunikasi yang baik dengan pasien,sedikitnya melanggar etika profesi

4
7
kedokteran dan kedokteran gigi serta lebih lanjut dapat melanggar disiplin
kedokteran, apabila ketidakmampuan berkomunikasinya berdampak pada
ketidakmampuan dokter dalam membuat persetujuan tindakan kedokteran dan
rekam medis.

Aspek HukumKomunikasi
Hubungan antara dokter-pasien diatur dengan peraturan-peraturan tertentu
agar terjadi keharmonisan dalam pelaksanaannya. Seperti diketahui hubungan
tanpa peraturan akan menyebabkan ketidak harmonisan dan kesimpangsiuran.
Namun demikian hubungan antara dokter dan pasien tetap berdasar pada
kepercayaan terhadap kemampuan dokter untuk berupaya semaksimal
mungkin membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang diderita pasien.
Tanpa adanya kepercayaan maka upaya penyembuhan dari dokter akan kurang
efektif. Untuk itu dokter dituntut melaksanakan hubungan yang setara dengan
dasar kepercayaan sebagai kewajiban profesinya
Hubungan antara dokter dengan pasien yang seimbang atau setara dalam
ilmu hukum disebut hubungan kontraktual. Hubungan kontraktual atau
kontrak terapeutik terjadi karena para pihak, yaitu dokter dan pasien masing-
masing diyakini mempunyai kebebasan dan mempunyai kedudukan yang
setara. Kedua belah pihak lalu mengadakan suatu perikatan atau perjanjian di
mana masing-masing pihak harus melaksanakan peranan atau fungsinya satu
terhadap yang lain. Peranan tersebut berupa hak dankewajiban.
Hubungan karena kontrak atau kontrak terapeutik dimulai dengan tanya
jawab (anamnesis) antara dokter dengan pasien, kemudian diikuti dengan
pemeriksaan fisik. Kadang-kadang dokter membutuhkan pemeriksaan
diagnostik untuk menunjang dan membantu menegakkan diagnosisnya yang
antara lain berupa pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan laboratorium,
sebelum akhirnya dokter menegakkan suatu diagnosis. Sebagaimana telah
dikemukakan, tindakan medik mengharuskan adanya peRSetujuan dari pasien
(informed consent) yang dapat berupa tertulis atau lisan. PeRSetujuan
tindakan kedokteran atau informed consent harus didasarkan atas informasi
dari

4
8
dokter berkaitan dengan penyakit. Hal ini diatur dalam Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, Paragraf 2, Pasal 45.
Komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan sesuatu yang sangat
penting dan wajib. Kewajiban ini dikaitkan dengan upaya maksimal yang
dilakukan dokter dalam pengobatan pasiennya. Keberhasilan dari upaya
tersebut dianggap tergantung dari keberhasilan seorang dokter untuk
mendapatkan informasi yang lengkap tentang riwayat penyakit pasien dan
penyampaian informasi mengenai penatalaksanaan pengobatan yang diberikan
dokter. Melihat pentingnya komunikasi timbal balik yang berisi informasi ini,
maka secara jelas dan tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran.
Paragraf 2, Pasal 45 ayat (2), (3), Paragraf 6, Pasal 50 huruf (c), Paragraf 7,
Pasal 52 huruf (a), (b), dan Pasal 53 huruf (a).
Paragraf 6 dan 7 dalam Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran secara jelas menyebutkan mengenai hak dan kewajiban
dokter dan hak dan kewajiban pasien yang di antaranya memberikan
penjelasan dan mendapatkan informasi. Hak pasien sebenarnya merupakan
hak yang asasi yang bersumber dari hak dasar individual dalam bidang
kesehatan (The Right of Self Determination). Meskipun sebenarnya sama
fundamentalnya, hak atas pelayanan kesehatan sering dianggap lebih
mendasar.
Dalam hubungan dokter-pasien, secara relatif pasien berada dalam posisi
yang lebih lemah. Kekurangmampuan pasien untuk membela kepentingannya
yang dalam hal ini disebabkan ketidaktahuan pasien pada masalah
pengobatan, dalam situasi pelayanan kesehatan menyebabkan timbulnya
kebutuhan untuk mempermasalahkan hak-hak pasien dalam menghadapi
tindakan atau perlakuan dari para profesionalkesehatan.
Berdasarkan hak dasar manusia yang melandasi transaksi terapeutik
menentukan apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya atau tubuhnya, tetapi
ia juga terlebih dahulu berhak untuk mengetahui hal-hal mengenai dirinya.
Pasien perlu diberi tahu tentang penyakitnya dan tindakan-tindakan apayang

4
9
dapat dilakukan dokter terhadap tubuhnya untuk menolong dirinya serta
segala risiko yang mungkin timbulkemudian.

Hak dan KewajibanDokter


Sebagaimana lazimnya suatu perikatan, perjanjian medik pun
memberikan hak dan kewajiban bagi dokter. Dalam Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, hak dan kewajiban
dokter atau dokter gigi terdapat dalam paragraf 6,yaitu;
Kewajiban Dokter/Dokter Gigi
1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medispasien;
2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan ataupengobatan;
3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
juga setelah pasien meninggaldunia;
4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas mampumelakukannya;
5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokterangigi.

Hak Dokter/Dokter Gigi


1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar
prosedur operasional,
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya;dan
4. Menerima imbalan jasa.

5
0
Cara Penyampain Informasi dan Edukasi yang Efektif
Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita
sering menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana
kita berkomunikasi dengan yang lain dan apakah efektif atau
tidak. Komunikasi yang baik melibatkan pemahaman bagaimana orang-
orang berhubungan dengan yang lain, mendengarkan apa yang dikatakan
dan mengambil pelajaran dari hal tersebut.
Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagi ide dan
pengetahuan. Hal ini berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran,
ide, perasaan atau opini disampaikan/dibagikan melalui kata-kata,
tindakan maupun isyarat untuk mencapai pemahaman beRSama.
Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif. Hal
ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau
memikirkansesuatu.
Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian
pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud
oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin,
1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
1. Teori komunikasi
Proseskomunikasi:
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan/komunikator,
pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu(Hardjana,
2003).

5
1
Gambar berikut memberikan ilustrasi proses komunikasi.

Umpan Balik

Komunikator Pesan Saluran Komunikan

Gangguan

2. Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektif


a. Sumber/pemberi pesan /komunikator (dpkter, perawat, admission,
adm, kasir, dll) adalah orang yang memberikanpesan.
1) Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang
menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima/komunikan.
Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah
mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan
meminta kejelasan apakah pesan teRSebut sudah di terima
dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)
2) Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai
materi, pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang
yang disampaikan, cara berbicaranyanya jelas dan menjadi
pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan
(komunikan).

5
2
b. Isi Pesan, adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada
komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan
tujuan komunikasi, media penyampaian,penerimanya.
c. Media/saluran pesan (Elektronic,Lisan,dan Tulisan) adalah sarana
komunikasi dari komunikator kepada komunikan.
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi
pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima. pesan dapat berupa berita lisan, tertulis,
atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat
tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung
atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa
perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8). Media yang
dapat digunakan: melalui telepon, menggunakan lembar lipat,
buklet, vcd,(peraga)
d. Penerima pesan/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat,
dokter, Admission,Adm.) atau audience adalah pihak/orang yang
menerimapesan.
Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam
komunikasi, peran pengirim dan penerima bergantian sepanjang
pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi
untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik
kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses
komunkasi berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia,
hal.8).
e. Umpan Balik adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap
respon pesan yang diterimanya
3. Pemberi pesan/komunikator yangbaik:
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan
dalam hal-hal berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):

5
3
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan
menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan
terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase,intonasi.
b. Mendengar (listening), termasuk memotongkalimat
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat
di balik yang teRSurat (bahasa non verbal di balik ungkapan
kata/kalimatnya, geraktubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa
tubuh) agar tidak menggangu komunikasi, misalnya karena
komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka,
dan sikapkomunikator.
4. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi
(Pelayanan promosi). Komunikasi yang beRSifat infomasi asuhan
didalam rumah sakit adalah:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkanpelayanan
d. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan
ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
e. Hasil dari pelayanan yang diharapkan.
Akses informasi dapat di peroleh dengan melalui Customer Service,
Admission,dan Website.
Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
1. Edukasi tentangobat.
2. Edukasi tentangpenyakit.
3. Edukasi tentang kondisi kesehatnnya dan diagnosispasti
4. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
5. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk
meningkatkankualitas hidupnya pasca dari rumah sakit serta kebutuhan
kesehatn berkelanjutan atau mencapai sasarankesehatannya.

5
4
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information
dan nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (Penyuluhan Kesehatan
Rumah Sakit).
5. Hambatan Komunikasi
Berikut adalah hal-hal yang menghambat komunikasi yakni :
a. Hambatan fisik
Hambatan fisik menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fisik
atau badan seseorang, misalnya tuna rungu atau orang yang tidak
bias mendengar.
b. Hambatan kepribadian
Hambatan kepribadian biasanya memiliki karakter pemalu,
memberikan pendidikan edukasi dengan seperlunya.
c. Hambatan usia
Hambatan usia sangat berpengaruh dalam komunikasi untuk
penerapannya, maka edukasi diberikan kepada keluarga/
pendamping pasien.
d. Hambatan budaya
Hambatan budaya dalam komunikasi biasanya mengenai kebiasaan
budaya atau tradisi yang ada pada tempat tinggal masing-masing.
e. Hambatanbahasa
Hambatan bahasa yang sering ditemukan biasanya perbedaan
bahasa, pemberian edukasi dilakukan kepada penerjemah pasien
atau pendamping pasien yang mengerti dengan bahasa yang
diberikanedukator.
6. Syarat komunikasiefektif
Syarat dalam komunikasi efektif adalah:
a. Tepatwaktu
b. Akurat
c. Lengkap
d. Jelas

5
5
e. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan(kesalahpahaman).
7. Proses komunikasi efektif
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, petugas dan tenaga
medis dalam menerima laporan atau pesan, harus melakukan proses
verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan tulis, baca
ulang dan konfirmasi (TULBAKON), yaitu:
a. Penerima pesan menulis isi pesan teRSebut(Tulis)
Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka
penerima pesan harus menulis pesan yang diberikan secara jelas.
Tulis lengkap perintah dokter, nama lengkap dan tanda tangan
pemberi perintah, nama lengkap dan tanda tangan penerima
perintah, tanggal dan jam pada formulir catatan lengkap perintah
lisan/melalui telepon/ pelaporan hasil pemeriksaan kritis.
b. Isi pesan dibacakan ulang secara lengkap oleh penerima pesan
(Baca ulang)
Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan
kembali pesan tersebut, baca ulang obat-obat yang diberikan
secara perlahan-lahan terutama untuk obat-obatan yang termasuk
dalam golongan LASA/NORUM dapat dilakukan pengejaan.
Dalam menyebutkan kata yang sulit maka pemberi pesan harus
mengeja hurufnya dengan menggunakan kode alfabeth
internasional, yaitu :
A:Alpha N: November
B:Bravo O: Oscar
C:Charlie P: Papa
D:Delta Q: Quebec
E:Echo R: Romeo
F:Fanta S: Sieera
G:Golf T: Tanggo
H:Hotel U: Uniform

5
6
I: India V: Victor
J:Juliet W: Wishkey
K:Kiko X: Xray
L: Lima Y: Yankee
M: Mike Z:Zulu

c. Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada


pemberi pesan(konfirmasi)
Konfirmasi apa yang sudah dituliskan dan bacakan ulang
sampai pemberi perintah mendengar pembacaan dan memberikan
pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan missal “ya sudah
benar”.

Proses komunikasi efektif dapat digambarkan sebagai berikut:

Yah.. benar. Jadi isi pesannya ini


Dikonfirmasikan
yah pak…

Komunikator Isi pesan Ditulis Dibacakan Komunikan

d. Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya


nama obat, nama orang , dll. Untuk menverifikasi dan
mengklarifikasi, maka komunikan sebaiknya mengeja huruf demi
huruf menggunakan menggunakan alfabeth standart internasional
yaitu:

5
7
8. Hukum dalam komunikasiefektif
LimaHukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws
of Efffective Communication) terangkum dalam satu kata yang
mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang
berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu
pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta
kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif
dari orang lain. Hukum komunikasi efektif yang pertama adalah:
1. Respect,pengertiannya:
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang
efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi
sasaran pesan yang kita sampaikan.Jika kita membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan
menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang
menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja
kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai
sebuah tim.
2. Hukum komunikasi efektif yang kedua adalah Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita
pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu
prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan
kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan
menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan
membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun teamwork. Jadi sebelum kita membangun komunikasi
atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami
dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan
kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau
penolakan daripenerima.

5
8
3. Hukum komunikasi efektif yang ketiga adalah Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar
terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan
baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan
harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian
hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini
mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai
media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan
membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima
denganbaik.
4. Hukum komunikasi efektif yang keempat, adalahClarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik,
maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari
pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai penafsiran yang berlainan.Karena kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran
akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat
pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi
kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi
atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya
(trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa
keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya
akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau timkita.
5. Hukum komunikasi efektif yang kelima adalahHumble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif
adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait
dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang
lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.
Sikap rendah hati pernah yang pada intinya antara lain: sikap yang

5
9
penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer FiRSt
Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik,
tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani
mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh
pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih
besar.Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima
hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat
menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya
dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang
penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat
membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan
dan salingmenguatkan.
a. Panduan komunikasi efektif ini diterapkankepada:
1) Antar pemberi pelayanan saat memberikan perintah lisan
atau melaluitelepon
2) Petugas laboratorium saat membacakan hasil laboratoruim
secara lisan atau melaluitelepon
3) Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan
rumah sakit kepadapelanggan
4) Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien dan
menjalin kerjasama dengan sumber-sumber yang ada di
komunitas yang mendukung promosi kesehatan
berkelanjutan.
5) Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon danlisan
b. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan,
petugas laboratorium, petugas informasi, pelaksana PKRS, dan
semua karyawan serta teRSedia sistem pencatatan pendidikan
pasien yangseragam.
Prinsip :
1. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui
prinsip terima, catat, verifikasi danklarifikasi:

6
0
a. Pemberi pesan secara lisan memberikanpesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh
penerimapesan.
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi
penerimapesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan
pesan dengan hasilverifikasi
2. Baca ulang dan verifikasi dikecualikan untuk kondisi darurat di
HCU dan IGD
3. Penggunaan code alfabetis internasional digunakan saat
melakukan klarifikasi hal-hal penting, misal nama obat, nama
pasien, dosis obat, hasil laboratorium dengan mengeja huruf-
huruf tersebut saat membaca ulang (read back) danverifikasi
4. Tujuan utama panduan komunikasi, informasi dan edukasi efektif
ini adalah untuk memperkecil terjadinya kesalahan penerima
pesan yang diberikan secaralisan.
RS Jabal Rahmah Medika mengatur metode memberi
intruksi pada permintaan untuk pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik imajing harus diserai indikasi klinis apabila meminta
hasilnya berupa interprestasi, dan intruksi teRSebut
didokumentasikan dilokasi tertentu didalam berkas rekam medis
pasien.

6
1
BAB III
STANDAR FASILITAS

DenahRuang
Gambaran tempat pelaksanaan edukasi kolaboratif yang akan dilaksanakan di
lantai II depan ruang peawatan dengan denah sebagai berikut:
Desain I (di ruang edukasi)

Pasien Keluarga

Meja Edukasi
- Perlengkapan media edukasi
- Rekam MedikPasien

DPJP Dokter Dokter Farmasi


Ahli 1 Ahli 2

StandarFasilitas
a. Ruangedukasi
1. Meja : 1unit
2. Kursi : 4 unit(minimal)
b. Alat/mediaedukasi
1. Laptop
2. Phantom
3. Leaflet
4. Brosur
c. Kelengkapan administrasi
1. Materi/MakalahEdukasi
2. Buku notulen/catatan edukasikolaborasi

6
2
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Kebijakan Komunikasi Efektif di RS Jabal Rahmah MedikaMuara Bungo


1. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan komunikasi dengan
masyarakat untuk memfasilitasi, informasi tentang pelayanan yang
disediakan oleh rumah sakit.Untuk memenuhi kebijakan ini RS Jabal
Rahmah Medika menyusun:
a. Pedoman komunikasi efektif di RS Jabal Rahmah Medika tahun 2019
yang meliputi komunikasi dengan masyarakat,dengan pasien dan
keluarga, serta antar stafklinis
b. Menyiapkan bukti pertemuan penyampaian dan materi informasi
pelayanan
c. Menyiapkan bukti pelaksanaan informasi di admin, edukasi dan
materi informasi
d. Menyiapkan bukti pelaksanaan komunikasi efektif antar staf klinis
2. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan strategi komunikasi
dengan masyarakat,pasien, dan keluarga. Strategi tersebut untuk mengkaji
analisa data dan hasilnya dibuat pada pengenalan populasi yang dilayani.
Untuk memenuhi kebijakan ini RS Jabal Rahmah Medika menyusun:
a. Menyiapkan bukti data demografi untuk membuat strategi komunikasi
dengan populasi
b. Menyiapkan bukti data demografi populasi terkini yang
menggambarkan usia,etnis,agama, tingkat pendidikan serta bahasa
yang digunakan termasuk hambatan komunikasi
c. Menyiapkan bukti materi informasi tentang jenis, waktu, serta akses
dan proses untuk mendapatkan pelayanan
d. Menyiapkan bukti materi informasi tentang kualitas pelayanan antara
lain layanan unggulan dan data mutu
3. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan informasi kepada pasien
dan keluarga tentang jenis asuhan dan pelayanan, serta akses untuk
mendapatkan pelayanan. Untuk memenuhi kebijakan ini RS Jabal Rahmah
Medika menyusun:

6
3
a. Menyiapkan bukti tentang website dan brosur yang berisi daftar
asuhan dan pelayanan
b. Menyiapkan bukti yang berisi informasi akses pelayanan
c. Menyiapkan bukti daftar faskes rujukan yang disertai dengan
kerjasama bila membutuhkan pelayanan yang tidak tersedia
4. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan komunikasi dan edukasi
pasien/ keluarga dalam bentuk format dengan bahasa yang mudah
dipahami untuk membuat keputusan dalam proses asuhan. Untuk
memenuhi kebijakan ini RS Jabal Rahmah Medika menyusun:
a. Menyiapkan media edukasi/komunikasi dalam bentuk tulisan/gambar/
video/ demontrasi/ praktikum yang praktis dan mudah dipahami sesua
dengan datademoografi
b. Menyiapkan bukti materi edukasi dalam bahasaindonesia
c. SK penterjemah bagi pasien atau pengunjung yang tidak mengerti
bahasaindonesia
5. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan komunikasi efektif untuk
penyampaian informasi yang akurat dan tepat waktu dalam keadaan
urgent. Untuk memenuhi kebijakan ini RS Jabal Rahmah Medika
menyusun:
a. Pedoman komunikasi efektif di RS Jabal Rahmah Medika tahun 2019
tentang informasi harus disampaikan secara akurat dan tepat waktu ke
seluruh RS
b. Menyiapkan bukti surat edaran direktur dan bukti tentang laporan
pelaksanaan simulasi code red, codeblue
6. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan informasi dan hasil
asuhan pasien dikomunikasikan antaRStaf klinis yang bertujuan untuk
mendapatkan pertukaran informasi diantara dan antar staf klinis dalam
proses asuhan. Untuk memenuhi kebijakan ini RS Jabal Rahmah Medika
menyusun :
a. Pedoman komunikasi efektif di RS Jabal Rahmah Medika tahun 2019
tentang tatacara berkomunikasi antara pemberi asuhan stafklinis
b. Menyiapkan bukti catatan kondisi pasien
c. Menyiapkan bukti ringkasan pulang pasien rawatinap

6
4
d. Menyiapkan bukti profil ringkasan medis rawatjalan
e. Menyiapkan bukti pelaksanaan transfer dan rujukan
f. Menyiapkam bukti pelaksanaan serah terima pasiendalam shift atau
antaRShift
7. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan profesional pemberi
asuhan yang bertujuan untuk memberikan edukasi secara efektif. Untuk
menyusun kebijakan ini RS Jabal Rahmah Medika menyusun bukti
pelaksanaan pelatihan komunikasiefektif
8. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan tentang edukasi pasien
dan keluarga secara efektif dengan melakukan asesmen
kemampuan,kemauan belajar dan kebutuhan edukasi. Edukasi teRSebut
yang bertujuan untuk pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan
dalam pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kebijakan ini RS Jabal
Rahmah Medika menyusun:
a. Menyiapkan bukti pelaksanaan asesmen kemampuan dan kemauan
belajar pasien:
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dankeluarga
2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan
3) Hambatan emosional danmotivasi
4) Keterbatasan fisik dankognitif
5) Kesediaan pasien untuk menerima informasi
b. Menyiapkan bukti pelaksanaan asesmen kebutuhanedukasi
c. Menyiapkan bukti perencanaan edukasi sesuai hasilasesmen
9. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan proses asuhan kepada
pasien dan keluarga, untuk memperoleh informed consentpengobatan dan
berpasrtisipasi dalam pemberian pelayanan. Untuk memenuhi kebijakan
ini RS Jabal Rahmah Medika menyusun:
a. Menyiapkan bukti pelaksanaan penjelasan tentang hasil
asesmen,diagnosa dan rencanaasuhan
b. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi oleh DPJP dan PPA tentang
hasil asuhan dan pengobatan yang tidakdiharapkan

6
5
c. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi oleh DPJP, PPJA, MPP
tentang asuhan lanjutandirumah
d. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi resiko dan komplikasi tindakan
medik yang akan dilakukan
e. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi hak, kewajiban dan tanggung
pasien dalam prosesasuhan
10. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan Edukasi pada pasien dan
keluarga terkait dalam pelayanan pasien untuk penggunaan obat, peralatan
medis yang aman, potensi interaksi antara obat dengan makanan, pedoman
nutrisi, manajemen nyeri dan teknik rehabilitasi. Untukmemenuhi
kebijakan ini RS Jabal Rahmah Medika menyusun:
a. Menyiapkan bukti pelaksanaan pemberian edukasi tentang penggunaan
obat-obatan secara efektif dan aman, potensi efek samping obat,
potensi intraksi antar obat, konvensional, obat bebas serta sumplemen
ataumakanan.
b. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi keamanan dan aktivitas
penggunaan peralatanmedis
c. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi diet dan nutrisi yangmemadai
d. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi asesmen nyeri dan manajemen
nyeri
e. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi tekhnik rehabilitasi
f. Menyiapkan bukti pelaksanaan edukasi cara cuci tangan
11. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan edukasi
untukmempertimbangkan nilai, pilihan, memperkenankan interkasi
antar pasien keluarga dan staf klinis. Untuk memenuhi kebijakan ini
RS Jabal Rahmah Medika menyusun:
a. Menyiapkan bukti materi edukasikolaboratif
b. Menyiapkan bukti pelaksanaanverifikasi
c. Menyiapkan bukti materi edukasitertulis
12. RS Jabal Rahmah Medika menetapkan kebijakan promosi kesehatan
berkelanjutan untuk menunjang keberhasilan asuhan yang
berkesinambungan. Untuk memenuhi kebijakan ini RS Jabal Rahmah
Medika menyusun:

6
6
a. Menyiapkan bukti daftar faskes
b. Menyiapkan bukti pelaksanaan rujukan untuk pemberian edukasi
lanjutan
c. Menyiapkan bukti materi edukasi dan pelatihan pada psien
pemulangankomplek
13. RS Jabal Rahmah Medika telah menetapkan pedoman komunikasi efektif
di RS Jabal Rahmah Medika ditahun 2019 yang mengatur tentang rumah
sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis dan memberitahu pasien jika
terjadi penundaan atau kelambatan dan penundaan pelaksanaan tindakan
atau pengobatan dan atau pemeriksaan penunjang diagnostic RS Jabal
Rahmah Medika memberitahu pasien jika ada penundaan atau kelambatan
pelayanan antara lain akibat kondisi pasien atau jika pasien harus masuk
dalam daftar tunggu. Pasien diberi informasi alasan dan sebab mengapa
terjadi penundaan atau kelambatan atau harus menunggu serta diberitahu
tentang alternative yang tersedia. Ketentuan ini berlaku bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan untuk beberapa pelayanan seperti onkologi atau
transplan tidak berlaku ketentuan tentang penundaan atau kelambatan
pelayanan atau tes untuk memenuhi kebijakan ini RS Jabal Rahmah
Medika menyusun:
a. Pedoman komunikasi efektif di RS Jabal Rahmah Medika tahun2019
b. Menyiapkan bukti tentang penjelasan alasan penundaan dan
kelambatan pelayanan dan diberi informasi tentang alternative yang
tersedia sesuai kebutuhan klinis pasien dan dicatat di rekammedis.

Sikap Profesional Dokter


Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan
dengan tugasnya (dealing with task), yang berarti mampu menyelesaikan
tugas-tugasnya sesuai peran dan fungsinya; mampu mengatur diri sendiri
seperti ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi
yang lain (dealing with one-self); dan mampu menghadapi berbagai macam
tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain
(dealing with others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap

6
7
profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya
pada dokter, yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi
secara efektif (Silverman, 1998). Sikap profesional ini hendaknya dijalin
terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung,
dan di akhirkonsultasi.
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
1. Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.
2. Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
3. Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak
lelah).
4. Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum,
spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan
tumbuh kembang, danlain-lain).
5. Menilai suasana hati lawanbicara
6. Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh)
pasien
7. Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna
menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
8. Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi
yang tidak perlu.
9. Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap
menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.
10. Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau
pengambilankeputusan.
11. Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belahpihak.
12. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua
belahpihak.
13. Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendakpulang.

6
8
Sesi PengumpulanInformasi
Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi
pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi
penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat
terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti
atau motivasi dan konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak
melakukan sesuai anjuran dokter.
Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian
informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan digambarkan dalam
sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif.

1 3

2 3

1. k 1 : Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang


dikemukakan oleh dokter (Patient takes the lead through open ended
question by the doctor)
2. k 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan
tertutup/terstruktur yang telah disusunnya sendiri (Doctors takes the lead
through closed question by thedoctor).
3. k 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan
negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda byboth).

Sesi penggalian informasi terdiri dari:


1. Mengenali alasan kedatangan pasien, dimana belum tentu keluhan utama
secara medis (Silverman, 1998). Inilah yang disebut dalam k pertama
model Van Dalen (2005). Pasien menceritakan keluhan atau apa yang
dirasakan sesuai sudut pandangnya (illness perspective). Pasien berada
pada posisi sebagai orang yang paling tahu tentang dirinya karena
mengalaminya sendiri. Sesi ini akan berhasil apabila dokter mampu
menjadi pendengar yang aktif (active listerner). Pendengar yangaktif

6
9
adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat mengungkapkan
kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini
akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang
merupakan data-data penting untuk menegakkandiagnosis.
2. Penggalian riwayat penyakit (Van Thiel, 2000) Penggalian riwayat
penyakit (anamnesis) dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan
terbuka dahulu, yang kemudian diikuti pertanyaan tertutup yang
membutuhkan jawaban ”ya” atau ”tidak”. Inilah yang dimaksud dalam k
kedua dalam model Van Dalen (2005). Dokter sebagai seorang yang ahli,
akan menggali riwayat kesehatan pasien sesuai kepentingan medis
(diseasepeRSpective).

Selama proses ini, fasilitasi terus dilakukan agar pasien mengungkapkan


keluhannya dengan terbuka, serta proses negosiasi saat dokter hendak
melakukan komunikasi satu arah maupun rencana tindakan medis.
Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan:
 Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebihjauh?
 Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu,
meminum obat tertentu, atau bagaimana menurutAnda?

Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi:


 Eksplorasi terhadap riwayat penyakitdahulu
 Eksplorasi terhadap riwayat penyakitkeluarga
 Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan
pedoman Macleod’s clinical examination seperti disebutkan dalam Kurtz
(1998)

Macleod’s clinical examination:


 Di mana dirasakan?(site)
 Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut dirasakan?(radiation)
 Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut? Hilangtimbul?

7
0
Nyeri terus menerus? (character)
 Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan mengajar?
(severity)
 Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam? Berhari-hari?
(duration)
 Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulang-ulang? Tidak
tentu?(frequency)
 Apa yang membuatnya reda? Apa yang membuatnya kumat? Saat
istirahat? Ketika kerja? Sewaktu minum obat tertentu? (aggravating and
relieving factors)
 Adakah keluhan lain yang menyertainya? (associated phenomenon)

Sesi PenyampaianInformasi
Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat
sampai kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa informasi yang akurat di
sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak kedalam kecurigaan yang tidak
beralasan.
Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam
berkomunikasi dengan pasien, yaitu:
1. Materi Informasi apa yangdisampaikan
a. Penjelasan agar pasien dan keluarganya mengetahui kapan akan
dijelaskan tentang kondisi medis dan diagnosis pasti, sertaprognosis
b. Penjelasan agar pasien dan keluarganya mengetahui kapan akan
dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatannya, termasuk
manfaat, risiko, serta kemungkinan efeksamping/komplikasi.
c. Penjelasan agar pasien dan keluarganya mengetahui bagaimana
proses untuk mendapatkan persetujuan.
d. Penjelasan agar pasien dan keluarganya mengetahui haknya untuk
berpartisipasi dalam keputusanpelayanannya.
e. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saatpemeriksaan)

7
1
f. Penjelasan tentang hasil yang diharapkan dari proses asuhan dan
pengobatan termasuk kemungkinan hasil yang tidakterduga
2. Siapa yang diberiinformasi
a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinyamemungkinkan.
b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk olehpasien.
c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan
bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasientidak
memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secaralangsung.
3. Berapa banyak atau sejauhmana
a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa
perlu untuk disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental
pasien.
b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan
sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan
selanjutnya.
4. Kapan menyampaikaninformasi
a. Segera, jika kondisi dan situasinyamemungkinkan.
5. Di manamenyampaikannya
b. Di ruang praktikdokter.
c. Di bangsal, ruangan tempat pasiendirawat.
d. Di ruangdiskusi.
e. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga
dan dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak
melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang
dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet.
b. Persiapan meliputi:
1) materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,
prognosis sudah disepakati oleh tim);

7
2
2) ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu
orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio,telepon;
3) waktu yangcukup;
4) mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir
sebaiknya lebih dari satu orang).
c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan
dibicarakan.
d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang
diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi
yang akandiberikan.
Selama sesi penyampaian informasi pada pasien dan keluarga, dokter
atau Profesional Pemberi Asuhan (PPA) RS Jabal Rahmah Medika yang lain,
memberitahu tentang hasil dari pelayanan pengobatan, termasuk tentang hasil
yang tidak diantisipasi dari pelayanan pengobatan. Pasien dan keluarga juga
diberitahu tentang hak mereka untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan, serta konsekuensi dan tanggungjawabnya yang berkaitan dengan
keputusan tersebut. Alternatif pelayanan dan pengobatan juga diberitahukan
pada pasien dankeluarga.
Semua informasi yang di berikan pada pasien dan keluarga di catat dalam
formulir pemberian edukasi yang di tanda tangani oleh pasien atau keluarga
yang menerima informasi, petugas yang memberikan informasi dan di simpan
dalam rekam medis pasien.
Untuk pasien yang sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter, maka
perawat RS Jabal Rahmah Medika memberikan discard planning berupa foto
copy resume medis kepada pasien, jadi meskipun pasien sudah pulang pasien
tetap mendapatkan informasi mengenai kesehatan dan pemeliharaan
kesehatannya dirumah.

7
3
SAJI, Langkah-langkahKomunikasi
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health
Nutrition, Depkes RI,1999)
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
1. Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa anda bersedia meluangkan
waktu untuk berbicaradengannya.
2. Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara
sendiri. Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan
perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat
memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat
menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali
informasi.
3. Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya,
yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak
terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan peRSepsi yang keliru. Berikan
penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dandetil.
4. Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan beRSama pasien mungkin
memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya
kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang
penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan
klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi
terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta
mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yangpenting.

Setelah pasien dan keluarga mendapat penjelasan/informasi yang


diperlukan, persetujuan akan diminta oleh petugas setiap akan melakukan

7
4
tindakan/pelayanan pengobatan pada pasien. persetujuan bisa secara lisan atau
tertulis, persetujuan diberikan oleh pasien atau wali jika pasien tidak
kompeten.

TahapAwal
1. Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan
tentang informasi yang akan di sampaikan, memiliki rasa empati dan
ketrampilan berkomunikasi secara efektif.
2. Perawat/DPJP mengidentifikasi pasien yang memiliki masalah kompleks.
Serta yang memberikan pendidikan harus memiliki pengetahuan yang
cukup tentang subyek yangdiberikan
3. Perawat/DPJP yang memberikan pendidikan harus memiliki pengetahuan
yang cukup tentang subyek yang diberikan. Pasien dilakukan assesmen
awal untuk mengetahui permasalahannya lebih mendalam.
4. Hasil asessmen menentukan perlu tidaknya pasien mendapat penanganan
secara interdisipliner dan antarprofesi.
5. Bila ternyata ada indikasi perlunya penanganan khusus yang melibatkan
inter disiplin ilmu atau profesi maka tim asuhan yang menangani pasien
akan duduk beRSama membahas kondisi pasien dan rencana asuhan
selanjutnya.
6. Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap muka dan
berjalan secara interaktif, dimana kegiatan ini bisa dilakukan pada saat
pasien dirawat, akan pulang atau ketika datang kembali untukberobat.
7. Pada saat admisi, pasien dan keluarganya diberikan informasi yang
meliputi informasi tentang pelayanan yang ditawarkan, informasi tentang
hasil pelayanan yang diharapkan, informasi tentang perkiraan biaya
kepada pasien dan keluarganya. Penjelasan ini harus cukup bagi pasien
dan keluarganya untuk membuat keputusan yanag benar.
8. Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien/keluarga
merasa nyaman dan bebas, antara lain:
a. Dilakukan dalam ruang yang dapat menjaminprivacy.

7
5
b. Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk
kenyamanan mereka.
c. Penempatan meja, kursi atau barang – barang lain hendaknya tidak
menghambatkomunikasi.
d. Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering adainterupsi.
9. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka
pemberian informasi dan edukasi dapat disampaikan kepada
keluarga.pendampingpasien.
10. Koordinator asuhan pasien memegang kendali dalam mengkordinasikan
dan mengkomunikasikan kegiatan pelayanan edukasi pasien dan
keluarga, dalam hal ini bisa perawat atau DPJP.
11. Bila kondisi pasien mengindikasikan, pasien dirujuk ke sumber-sumber
yang tersedia.

TahapImplementasi
Bila dalam perencanaan asuhan diperlukan penangan masalah secara
beRSama/kolaborasi dan untuk itu memerlukan penjelasan/edukasi khusus
kepada pasien dan keluarga maka segera dilakukan proses berikutnya, yaitu:
1. Melakukan identifikasi masalah/assesmen kebutuhan edukasikolaborasi.
2. Membuat perencanaan proses pembelajaran/edukasikolaborasi.
3. Koordinator asuhan mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan
kesiapan inter disiplin ilmu atau antar profesi terkait pelaksanaan edukasi
kolaborasi.
4. Menentukan dan menyediakan waktu yang adekuat bersama pasien dan
keluarga untuk pelaksanaan edukasi kolaboratif.
5. Informasi yang dapat diberikan kepada pasien/keluarga adalah yang
berkaitan dengan perawatan pasien:
a. Assesment pendidikan pasien dankeluarga
b. Pasien dan keluarga belajar tentang proses memberikan informed
consent.

7
6
c. Pasien dan keluarga diberitahu tentang hasil asuhan pasien meliputi
hasil pemeriksaan dokter setelah melakukan pemeriksaan terhadap
pasien misalnya rencana pengobatan terapy yang akan diberikan.
Contoh : pemberian antibiotik, perawat dan tim medis meminta
informed consent kepada keluarga pasien.
d. Pasien dan keluarga diberitahu tentang hasil asuhan dan pengobatan
dari hasil asuhan dan pengobatan yang tidak diharapkan, misalnya
terjadi dari efek samping obat yang akandialami dan bagaimana cara
mencegah atau meminimalkannya, meminta pasien/keluarga untuk
melaporkan jika ada keluhan yang dirasakan pasien selamaperawatan.
e. Pasien dan keluarga diberitahu penggunaan obat-obatan yang aman,
potensi interaksi antara obat dengan makanan, pedoman nutrisi,
manajemen nyeri dan teknik-teknikrehabilitasi.
f. Pendidikan kesehatan manajemennyeri
g. Pendidikan kesehatandiet
h. Pendidikan kesehatan penggunaan peralatan medis
i. Pendidikan kesehatan prosespenyakit
j. Pendidikan kesehatan pre operasi (informed consent).
6. koordinator asuhan menyiapkan sarana dan prasarana edukasi kolaborasi
yang dibutuhkan dengan berkoordinasi dengan kepala ruang/poliklinik
setempat.
7. Pelaksanaan edukasi kolaborasi kepada pasien dan keluarga sesuai
kontrak waktu yang telah ditentukan. Namun sebelum dilaksanakan perlu
dipenuhi terlebih dahulu syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pasien atau keluarga dalam kondisibaik/sadar
b. Pasien atau keluarga menyatakan kesediaan menerima informasi dan
hak mereka untuk berpartisipasi pada proses pelayanan.
c. Hambatan budaya dan bahasa yang terjadi telah dapatdiatasi
d. Alokasi waktu edukasi sesuai dengan kemampuan fisik pasien atau
keluarga.

7
7
8. Anggota tim edukasi menyampaikan materi dengan memperhatikan hal-
hal sebagaiberikut:
a. Disampaikan dengan suara dan bahasa yang jelas dan mudah
dimengerti.
b. Menyertakan bagan atau gambar biladiperlukan.
c. Masing-masing anggota tim edukasi menyampaikan materi yang
beRSifat melengkapi sesuai bidang keahlian atau ilmunya masing-
masing.
d. Menghindari duplikasi penyampaian materi sehingga dapat
membingungkan pasien ataukeluarga.
e. Senantiasa memperhatikan kondisi dan kesiapan pasien atau keluarga
untukbelajar.
f. Memperhatikan pola penyampaian materi yang mudah untuk
dimengerti oleh pasien ataukeluarga.
g. Menghindari pernyataan yang bersifat menyalahkan atau
menyudutkan.
h. Membantu/memotivasi keterlibatan pasien atau keluarga secara aktif
dalam prosesedukasi.
i. Mendukung pasien atau keluarga untuk berfikir secara positip dan
mengungkapkan kemampuan untuk terlibat dalam asuhan
keperawatan.
9. Tim edukator menilai kemampuan pasien dan keluarga dalam
menerima materi edukasi dengan melakukan evaluasi secara lisan atau
tertulis.
10. Tingkat pemahaman atau pengertian pasien atau keluarga dalam
menerima materi edukasi harus dibuktikan dengan hasil verifikasi yang
ditulis atau dinyatakan oleh pasien ataukeluarganya.
11. Hasil akhir yang diharapkan dalam proses edukasi kolaborasi adalah:
a. Di capainya pemahaman tentang masalah yang dihadapi dan
alternative penyelesaiannya.

7
8
b. Pasien atau keluarga mampu membuat keputusan yang rasional terkait
alternative penyelesaian masalah yang ditawarkan dan kesediaannya
menerima asuhan yangdiberikan.
c. Pasien atau keluarga tidak mengalami kelelahan selama proses
edukasi.
d. Adanya dokumentasi yang jelas pada lembar rekam medic pasien dan
catatan/notulen edukasi kolaborasi pasien dankeluarga.

TahapLanjut
Setelah melalui tahap assesmen pasien, jika ditemukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudahdisampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu
dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan
penjelasan dan meminta bantuan kepada keluarga pasien (suami/istri,
anak, orang tua,dll).
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien yang bertanggung jawab
terhadap pasien tersebut dan tidak memiliki masalah emosional.
4. Informasi verbal perlu diperkuat dengan materi tertulis yang terkait
dengan kebutuhan pasien dan konsisten dengan pilihan pembelajaran
pasien dankeluarga.
5. Tim edukasi kolaborasi melaksanakan pertemuan/evaluasi untuk
mendiskusikan proses edukasi yang telah dilaksanakan, temuan-temuan
menonjol dan rencana tindak lanjut asuhan yang akan diberikan.
6. Seluruh proses edukasi kolaborasi ditulis dalam notulen edukasi
kolaborasi dan dijadikan sebagai bahan laporan dan pedoman
pelaksanaan rencana tindaklanjut.

7
9
7. Hambatan usia
a. Untuk pasien anak-anak, penjelasan tentang pelayanan yang diberikan
harus dijelaskan kepada orang tuanya atau orang dewasa yang
bertanggung jawab atas pasien tersebut.
b. Untuk pasien lansia, penjelasan tentang pelayanan yang diberikan
harus dijelaskan kepada keluarga pasien tersebut (suami/istri, anak,
cucu,dll)
8. Hambatanbahasa
Memberikan penjelasa kepada keluarga pasien yang bisa menggunakan
dan mengerti bahasa indonesia, dan meminta orang tersebut untuk
menjelaskan kepada pasien menggunakan bahasa daerah yang dimengerti
pasien atau meminta bantuan kepada pihak lain yang mengerti bahasa
asing untuk memberikan penjelasan (jika pasien hanya bisa
menggunakan bahasaasing.

Verifikasi
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah:
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah:
a. Dari topik yang disampaikan apakah bisa diterima?
b. Dari topik yang disampaikan apakah sudah paham atau belum?
c. Dari topik yang disampaikan apakah ada pertanyaan?
d. Dari topik yang disampaikan apakah bisa dipahami atau tidak?
e. Silahkan bertanya?
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah
dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yangsama:
a. Dari topik yang disampaikan apakah bisa diterima?

8
0
b. Dari topik yang disampaikan apakah sudah paham atau belum?
c. Dari topik yang disampaikan apakah ada pertanyaan?
d. Dari topik yang disampaikan apakah bisa dipahami atau tidak?
e. Silahkan bertanya?
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang
materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa
via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasientenang.
a. Dari topik yang disampaikan apakah bisa diterima?
b. Dari topik yang disampaikan apakah sudah paham atau belum?
c. Dari topik yang disampaikan apakah ada pertanyaan?
d. Dari topik yang disampaikan apakah bisa dipahami atau tidak?
e. Silahkan bertanya?

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan


komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh
pasien. Mereka yang memberikan pendidikan perlu mendorong pasien dan
keluarganya untuk bertanya dan memberi pendapat sebagai peserta aktif.
Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan
mempercepat proses penyembuhan pasien.

KomunikasiEfektif
A. Komunikasi antara Pelayanan Kesehatan dengan Geriatri RS Jabal
Rahmah MedikaMuara Bungo
Sebagai upaya meningkatkan kualitas pasien lanjut usia, RS Jabal
Rahmah Medika memberikan pelayanan lansia dan geriatri tingkat
sederhana dengan melaksanakan poliklinik rawat jalan khususnya lansia
satu kali dalam seminggu dan pelayanan homecare. Pelayanannya
mencakup mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta
tentang diet mereka. Home care merupakan pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan

8
1
pasien individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan dan
disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi
pelayanandirumah. Homecare untuk lansiamungkin masih belum banyak
dikenal oleh masyarakat. Home Care merupakan wujud pendekatan
pelayanan rumah sakit yang dilaksanakan di rumah. Selain melayani
pasien yang masih memerlukan perawatan setelah dirawat di rumah sakit,
Home Care dapat juga melayani pasien dari luar (umum) yang
memerlukan pelayanan perawatan di rumah.Pelayanan atau asuhan
kesehatan homecare yang fokusnya pada promosi dan prevensi.

B. Komunikasi dengan Masyrakat


1. Data demografiterkini
Dari hasil rekapan data terkini pasien RS Jabal Rahmah Medika
Tahun 2019 didapatkan hasil sebagian besar pasien ialah pasien usia
25-44 tahun, sebagian besar pasien dengan agama mayoritas yaitu
beragama Islam. Sedangkan pendidikan pasien berdasarkan data yang
didapat ialah sebagian besar pasien berpendidikan SMA sederajat.
Namun, data pendidikan ini tidak diikutsertakan pasien bayi dan anak
yang belum cukup umur untuk sekolah.
RS Jabal Rahmah Medika tidak mengkaji beberapa indikator pada
pasien rawat jalan, seperti hambatan bahasa, keterbatasan fisik dan
kognitif, hambatan emosi, hambatan motivasi, cara belajar yang
disukai, kesediaan menerima edukasi, penerima edukasi dan nilai-
nilai.
Pada tahun 2019 tidak ada pasien yang memiliki hambatan bahasa,
jika ada pasien dengan keterbatasan tersebut pihak rumah sakit telah
memiliki penerjemah bahasa asing dan bahasa daerah untuk
berkomunikasi dengan pasien tersebut.
Pada pasien rawat inap tidak ada pasien dengan hambatan emosi,
hambatan motivasi, dan keterbatasan fisik dan kognitif yang
menghambat pemberian edukasi. Selain itu ada beberapa indikator

8
2
lainnya, yakni cara belajar yang disukai sebagian besar dengan
demonstrasi. Pada tahun 2019 semua pasien bersedia menerima
edukasi, baik pasien sendiri sebagai penerima edukasi maupun edukasi
disampaikan kepada keluarga. Nilai-nilai yang ditemukan pada tahun
2019 ialah Feng Shui.
Informasi tentang unit pelayanan
a. Informasi yang didapat dari media
1) Baliho tentang pelayanan Rumah Sakit
2) Masyarakat dapat langsung menelpon ke rumah sakit (Telp.
0821-8032-0001) / (Via Whatsaap : 0821-8032-0002)
3) Media Sosial : Facebook (jabal rahmah medika), Instagram
(@jabalrahmahmedikabungo)
4) Banner
5) Brosur:
a) Brosur Pelayanan Rumah Sakit
b) Brosur Edukasi
b. Informasi yang didapat secara langsung dari staf RS
Masyarakat dapat lansung berkunjung ke rumah sakit untuk mendapatkan
informasi tentang pelayanan rumah sakit di bagian informasi.
2. Kelompok pendukung dimasyarakat
Komunikasi efektif tidak hanya dilakukan di dalam rumah sakit saja, tetapi
komunikasi efektif dapat dilakukan diluar rumah sakit. Proses komunikasi
diluar rumah sakit ini bermanfaat untuk merencanakan dan merancang proses
manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi baik internal
maupun eksternal.
Proses komunikasi ini tidak diharuskan dengan surat formal melainkan
dapat dilakukan dengan bentuk rapat koordinasi yang isi rapat teRSebut
membahas tentang pelayanan yang harus diberikan kepada pasien dan
informasi yang dihasilkan setiap rumah sakit.

8
3
Beberapa kelompok pendukung masyarakat di luar RS JABAL RAHMAH
MEDIKA Muara Bungo yaitu:
a. POPTI Cabang Muara Bungo
1) RSUD H. Hanafie Muara Bungo
2) Ketua :
3) Jl. Teuku Umar No. 88 Ps. Muara
Bungo, Kabupaten Bungo, Jambi 37211
Telp. (0747-21314)

b. SIKOK
1) Ketua : Nua’ini Silalahi, S. Ag
2) Jl. Dara Jingga No. 49A
Muara Bungo) Telp. (0741)24528

C. Informasi Yang Harus Disampaikan Secara Akurat dan Tepat Waktu


Ke Seluruh Rumah Sakit
Syarat dalam komunikasi efektif meliputi tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan mudah dipahami oleh penerima. Untuk keakurasian dan ketepatan
waktu sangat ditekankan. Misalnya dalam penyampaian masalah operan
jaga, laporan hasil kritis, termasuk code red, code blue, code black, code
purple, code pink.
1. CodeRed
Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
kebakaran dilingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus
mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran.
Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang masing-
masing memiliki tugas yang spesifik yang harus dikerjakan sesuai
panduan tanggap darurat bencana rumah sakit. Misalnya; petugas teknik
segera mematikan listrik diarea kebakara, perawat segera memobilisasi
pasien ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya. Untuk penyampaian
informasi bahwa adanya ancaman kebakaran yaitu bila memungkinkan
melalui pengeras suara/via telepon. Namun, bila tidak memungkinkan
maka ada satu petugas yang berlari ke ruangan lain untuk memberikan

8
4
informasi bahwa adanya ancaman kebakaran. Informasinya di
sampaikan secara estafet dari satu ruangan ke ruangan lain.
2. CodeBlue
Code blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,
keluarga pasien, pengunjung, dan karyawan yang mengalami henti
jantung dan membutuhkan resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya
untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim code blue yang
bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin
menuju ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan
paru pada pasien. Tim medis reaksi cepat (tim code blue) ini merupakan
gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk
penanganan henti jantung. Karena setiap shif memiliki anggota
memiliki anggota tim yang berbeda-beda, dan bertugas pada lokasi
yang berbeda-beda pula (pada lantai yang berbeda atau bangsal/ruang
rawatan yang berbeda; diperlukan pengumuman yang memanggil
mereka dengan cepat). Pengumuman atau penyampaian informasi
tersebut di RS JABAL RAHMAH MEDIKA melalui speaker atau via
telepon.
3. CodeBlack
Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
orang yang membahayakan (ancaman orang yang bersenjata atau tidak
bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai diri
sendiri), ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di
rumah sakit atau ancaman yang lain. Penyampaian code black melalui
speaker. Bila tidak memungkinkan, akan dilakukan melalui via telepon.
4. CodePurple
Kode ungu adalah kode yang mengumumkan pengaktifan
evakuasi pasien, pengunjung dan pegawai rumah sakit pada titik-titik
yang telah ditentukan. Ada pula yang menggunakan kode ini sebagai
pengumuman adanya bencana alam (gempa, banjir, dll) atau situasi
kritis seperti penyanderaan atau keributan, pada intinya menginisiasi
tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.

8
5
5. CodePink
Kode pink berarti telah terjadi atau mengumumkan adanya
penculikan pada bayi/anak atau kehilangan bayi/anak secara universal.
Kode pink ini akan membuat semua security yang bertugas jaga lebih
waspada dan memperlihatkan semua gerak gerik orang yang ada
disekitarnya. Pintu masuk keluar akan segera ditutup dan monitor CCTV
akan diperiksa, semakin cepat pemberitahuan pink, semakin besar
kemungkinan pelaku akan tertangkap, dan menghubungi Bandar udara,
terminal, stasiun, dan pelabuhan terdekat untuk kewaspadaan terhadap
bayi/anak korban penculikan/kehilangan.

RS Jabal Rahmah Medika telah menyiapkan proses penyampaian


informasi yang akurat da tepaat waktu di seluruh rumah sakit termasuk
yang urgent antara lain : code blue dan code red yang meliputi :
1. Surat edarandirektur
2. Pelaporan pelaksanaan simulasi code blue dan codered

8
6
BAB V
LOGISTIK

Semua materil umum untuk keperluan proses edukasi kolaborasi


didukung oleh RS JABAL RAHMAH MEDIKA melalui pengajuan tertulis.
Materil yang dibutuhkan antara lain:
1. Meja : 1 unit
2. Kursi : 4 unit(minimal)
3. Phantom : 1 unit
4. Laptop : 1 unit
5. Leaflet : 5 lembar
6. Booklet : 1set
7. Makalah edukasi : 1 set
8. Rekam medis : 1set
9. Buku notulen : 1set

8
7
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien selama proses edukasi kolaborasi tetap harus menjadi


perhatian utama antara lain:
1. Menghindari terjadinya kelelahan
2. Menghindari resiko jatuh

8
8
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA

Aspek keselamatan kerja yang menjadi perhatian adalah pada saat


melaksanakan penataan ruang/tempat edukasi baik dengan model I (di ruang
edukasi) atau model II (di tempat tidur pasien). Aspek yang harus diperhatikan
adalah aspek ergonomi.

8
9
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu kegiatan yang harus diperhatikan adalah:


1. Kecepatan pengkajian dan membuat rencana.
2. Kecepatan mengkoordinir, mengkomunikasikan masalah dan kontrak waktu
3. Kecepatan Penyiapan materi dan bahanedukasi.
4. Kecepatan Penyiapantempat.
5. Waktu pelaksanaan edukasi kolaborasi.
6. Pengisian dokumen rekam medik.
7. Kecepatan membuat laporan

9
0
BAB IX
DOKUMENTASI

1. SPO kompetensi petugas pemberi edukasi


2. SPO pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga
3. SPO pendokumentasian, penyuluh atau edukasi pasien dan keluarga
kedalam rekam medik
4. SPO PPK tentang penggunaan obat-obatan yangaman
5. SPO PPK tentang penggunaan obat-obatan yang efektif
6. SPO edukasi tentang teknik rehabilitasi
7. SPO pelaksanaan assessment prndidikan pasien dan keluarga
8. SPO pendidikan pasien dan keluarga
9. SPO pemberian edukasi pasien dan keluarga rawat inap secaraindividu
10. SPO cara menyampaikan informasi danedukasi
11. SPO mekanisme pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga di rumah
sakit
12. SPO pemberian edukasi pada pasien dengan hambatan (pendengarn,
penglihatan, kognitif, fisik, budaya,emosi)
13. SPO waktuedukasi
14. SPO penjelasan oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
15. SPO komunikasi efektif anatar dokter kepasien
16. Sertifikat pelatihan komunikasiefektif
17. Brosur
18. Form Edukasi danIntegrasi
19. Surat pernyataan penolakanpengobatan
20. Surat pernyataan pulangAPS
21. Daftar nama organisasikomunitas

9
1
BAB X
PENUTUP

Mengembangkan komunikasi efektif dalam hubungan dokter-pasien. Pasien


adalah pemilik tubuh yang sedang mengalami gangguan kesehatan. Kunjungan ke
dokter dilakukan sebagai upaya memperoleh jawaban atas kondisi kesehatannya
dan harapan untuk dapat sembuh. Keputusan pergi berobat ke dokter memerlukan
proses dalam diri pasien. Ia perlu merumuskan dulu alasan yang jelas bagi dirinya,
mengapa ia merasa perlu pergi ke dokter. Selanjutnya, pertemuan dengan dokter
di ruang praktik akan mempengaruhi keputusannya, apakah ia akan meneruskan
niatnya berobat ke dokter atau memilih cara lain. Aspek yang cukup dominan
mempengaruhi keputusan pasien dalam berobat ke dokter adalah komunikasi.
Sikap dokter dalam berkomunikasi dengan pasien dapat menimbulkan kesimpulan
yang akan mempengaruhi keputusanpasien.
Dalam melakukan komunikasi, dokter perlu memahami bahwa yang
dimaksud dengan komunikasi tidaklah hanya sekadar komunikasi verbal, melalui
percakapan namun juga mencakup pengertian komunikasi secara menyeluruh.
Dokter perlu memiliki kemampuan untuk menggali dan bertukar informasi secara
verbal dan nonverbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga,
masyarakat, kolega dan profesi lain. Kalau tidak berhati-hati dalam melakukan
komunikasi, dokter bisa berhadapan dengan sanksi atau ancaman hukum karena
dianggap melakukan pelanggaran.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
memuat pasal-pasal yang berkaitan dengan komunikasi dokter-pasien,
sebagaimana diuraikan pada Bab IV. Jadi, keadaan memang sudah berubah.
Komunikasi dokter-pasien tidak seperti dulu lagi yang diwarnai oleh superioritas
dokter dan inferioritas pasien.
Dalam paradigma baru yang senapas dengan ketentuan undang-undang,
hubungan dokter-pasien adalah kemitraan. Pasien harus dihargai sebagai pribadi
yang berhak atas tubuhnya. Ia adalah subjek dan bukan semata-mata objek yang
boleh diperlakukan tanpa sepengetahuannya dan tanpa kehendaknya.Dalam
komunikasi dokter-pasien diperlukan kemampuan berempati, yaitu upaya

92
menolong pasien dengan pengertian terhadap apa yang pasien butuhkan.
Menghormati dan menghargai pasien adalah sikap yang diharapkan dari dokter
dalam berkomunikasi dengan pasien, siapa pun dia, berapa pun umurnya, tanpa
memerhatikan status sosial-ekonominya. bersikap adil dalam memberikan
pelayanan medis adalah dasar pengembangan komunikasi efektif dan
menghindarkan diri dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien.
Keterampilan berkomunikasi berlandaskan empat unsur yang merupakan inti
komunikasi:
1. Sumber (yang menyampaikan informasi). Siapa dia? Seberapa luas/dalam
pengetahuannya tentang informasi yangdisampaikannya?
2. Isi pesan (apa yang disampaikan). Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu
disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media penyampaian,penerimanya.
3. Media yang digunakan. Apakah hanya berbicara? Apakah percakapan
dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon, menggunakan lembar lipat,
buklet, vcd,peraga).
4. Penerima (yang diberi informasi). Bagaimana karakternya? Apa
kepentingannya? (langsung, tidaklangsung).

Keempat unsur ini masih perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter sebagai
sumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya (apa yang
dimengerti pasien?).
Sejalan dengan keterampilan yang termuat dalam empat unsur ditambah umpan
balik teRSebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut:
1. Cara berbicara, termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi,
parafrase, intonasi.
2. Mendengar, termasuk memotongkalimat.
3. Cara mengamati (observasi) agar dapat memahami yang tersirat di balik
yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak
tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh) agar
tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena pasien keliru mengartikan
gerak tubuh, raut muka dan sikapdokter.

93
Komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan masalah dalam hubungan
dokter-pasien, di antaranya adalah tuduhan melakukan malapraktik. Paparan buku
ini mengemukakan bahwa komunikasi dokter-pasien bukanlah hal sederhana.
Komunikasi yang berlangsung dalam pertemuan tatap muka bukanlah sekadar
percakapan dalam bentuk tanya jawab yang diperlukan untuk mengisi data pasien,
sebagaimana yang lazim dilakukan dalam pengambilan anamnesis.
Efektif atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan sikap
pasien dalam menerima diagnosis yang ditetapkan dokter, menjalani pengobatan,
melakukan perawatan diri dan memerhatikan atau mematuhi anjuran/nasihat
dokter. Komunikasi teRSebut juga mempengaruhi kelangsungan terapi, apakah
akan berlanjut atau terjadi pemutusan hubungan secara sepihak. Reaksi pasien
ketika masih berada dalam ruang praktik, sikap pasien pada kunjungan ulang, cara
pasien melaksanakan pengobatan adalah umpan balik bagi dokter, untuk
mengetahui hasilkomunikasinya.
Pendidikan Profesi Berkelanjutan. Penjelasan dalam buku ini terbatas pada
pengertian umum tentang komunikasi efektif dokter-pasien. Tentunya masih
diperlukan cara lain agar dokter benar-benar dapat melakukan komunikasi efektif
dalam menjalankan profesinya. Keterampilan berkomunikasi hanya bisa diperoleh
dari praktik. Makin banyak pengalaman dokter melakukan komunikasi efektif
ketika berhadapan dengan pasien, keterampilannya akan semakin terasah.
Tentunya akan sangat membantu kalau dokter juga menambah pengetahuan dan
wawasannya melalui cara lain, misalnya dengan membaca buku atau artikel
tentang komunikasi dokter-pasien, baik yang dimuat di media cetak maupun
elektronik. Mengikuti pelatihan khusus yang membahas komunikasi dokter-
pasien, selain sebagai penyegaran tapi juga bisa menambah kemampuan, adalah
cara lain yang dianjurkan agar mampu melakukan komunikasi efektif dengan
pasien.
Indonesia adalah negeri seribu pulau yang kaya tradisi dan menghasilkan
peRSepsi beragam dan sangat berpengaruh pada komunikasi, terlebih dari
berbagai macam bahasa daerah yang ada, di samping bahasa nasional. Aspek
sosial, budaya, agama sangat kental mewarnai perilaku masyarakat. Dokter perlu
memberikan perhatian terhadap unsur tersebut karena dapat berpengaruh pada

94
komunikasi dokter-pasien. Sikap yang selalu membuka diri untuk hal-hal baru
dalam setiap pertemuan dengan pasien sangat dianjurkan. Tidak terfiksasi pada
pola pikir tertentu dalam hal komunikasi dengan pasien akan sangat membantu
dokter untuk dapat memahami pasien sebagai dirinya, pribadi yang khas dan
unik. (Fiksasi adalah pikiran menetap yang terpola sebagai kerangka pikir dan
selalu digunakan dalam menerima masukan sehingga informasi yang diterima
tidak lagi utuh melainkan sudah dibatasi dalam kerangka pikir tersebut).
Memahami perspektif pasien adalah sikap yang dianjurkan dalam
komunikasi dokter-pasien. Sikap tersebut akan mengantar pada pengembangan
perilaku dokter yang menunjukkan adanya penghargaan terhadap kepercayaan
pasien yang berkaitan dengan penyakitnya (tidak menyemooh atau melecehkan),
melakukan penggalian (eksplorasi) terhadap keadaan pasien, memahami
kekhawatiran dan harapannya, berusaha memahami ungkapan emosi pasien,
mampu merespon secara verbal dan non-verbal dalam cara yang mudah dipahami
pasien. Perhatian terhadap biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk
menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter-pasien
yang profesional, sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan pasien.
Perhatian dalam pengembangan komunikasi efektif dengan pasien tidaklah
terbatas hanya pada diri seorang dokter semata melainkan juga melibatkan semua
jenjang yang dilalui pasien. Dokter perlu memasukkan semua pihak yang ikut
berperan dalam upaya penyembuhan atau perawatannya agar komunikasinya bisa
efektif. Tidak semua informasi yang diperlukan pasien bisa dituntaskan oleh
dokter diruang praktiknya. Penyediaan media pendukung komunikasi, yaitu media
cetak seperti lembar balik (flipchart), lembar lipat (leaflet), poster, selebaran
(flyer), buklet dan media elektronik (vcd) akan sangat membantu efektivitas
komunikasi dokter-pasien.
Komunikasi efektif mampu menghindarkan kesalahpahaman yang bisa
menimbulkan dugaan malpraktik.

95
LAMPIRAN

DAFTAR LEFLET:
1. Rumah Sakit Jabal Rahmah MedikaMuara Bungo
2. Redakan batuk pilek denganfisioterapi
3. Tanda bahayakehamilan
4. Keluargaberencana
5. Perawatan bayi baru lahir
6. Inisiasi menyusudini
7. Gizi pada ibu hamil
8. Persiapan persalinan
9. Imunisasi dasar padaanak
10. Nebulizer
11. Asieksklusif
12. Ekg
13. Hipertensi
14. Manajemennyeri
15. Teknik mencuci tangan yang benar
16. Metodekanguru
17. Penggunaan obat secaraaman
18. Blue light
19. Inkubator
20. Tuberkulosis
21. Bahaya DBD
22. Abortusimminent
23. Waspadaanemia
24. Diare
25. Konstipasi
26. Adhd
27. Lebih dekat mengenal penyakit typoid
28. Diit rendah garam
29. Kanker payudara

96
30. Diit diabetes melitus
31. Diit rendah purin
32. Iq
33. Kejang demam
34. Autis
35. Hepatitis
36. Sudah siap maksud
37. Manfaat penggunaan gigi tiruan
38. Deteksi dini stres pada anak
39. Sindromnefrotik
40. Kanker payudara
41. Diit anak bera tbadan
42. Perawatan dan pencegahan bronco pneumonia

DAFTAR STANDING BANER :


1. Alur komplain pasien pada saat di luar jam kerja
2. Hak dan kewajiban pasien
3. Alur pelayanan rumah sakit

97

Anda mungkin juga menyukai