i
RS PKU MUHAMMADIYAH PURBALINGGA
Jl.Kolonel Sugiri, Gandasuli, Dusun III, Kec. Bobotsari, Kabupaten Purbalingga 53353
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH PURBALINGGA
Nomor : ..081.../PS.1.2/IV/2015
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN CSSD
DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH PURBALINGGA
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas dan
keamanan pelayanan pasien, maka diperlukan adanya
Pedoman pelayanan CSSD di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah PURBALINGGA.
b. Bahwa sesuai butir a diatas perlu menetapkan Keputusan
Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
PURBALINGGA tentang Pedoman pelayanan CSSD
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A/MenKes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit.
5. Surat Keputusan Badan Pelaksana Harian Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah PURBALINGGA nomer 015/B-
II/BPH-II/XII/2013 tanggal 12 Desember 2013 M,
tentang Susunan Direksi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah PURBALINGGA.
Menetapkan :
PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH PURBALINGGA TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN CSSD
KEDUA : Pedoman pelayanan CSSD dimaksudkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pelaksanaan Pedoman Pelayanan CSSD dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan pasien
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Sleman
Pada Tanggal : 12 April 2020
Direktur,
Direktur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit selain merupakan pusat rujukan medik, juga potensial
mengandung ancaman penularan penyakit di samping pencemaran lingkungan.
Untuk meminimalkan terjadinya penularan penyakit dibutuhkan suatu pusat
sterilisasi (CSSD) yang berfungsi untuk membantu unit-unit lain di RS PKU
Muhammadiyah GAMPING yang membutuhkan barang steril, membantu
menurunkan angka kejadian infeksi/infeksi nosokomial di RS PKU
Muhammadiyah PURBALINGGA serta menyediakan dan menjamin kualitas hasil
sterilisasi yang dihasilkan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat dijadikan sebagai pedoman oleh pihak Manajemen dalam meningkatkan
pelayanan sterilisasi yang bermutu dalam upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di RS PKU Muhammadiyah PURBALINGGA
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di
RS PKU Muhammadiyah PURBALINGGA.
b. Dapat menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial di RS
PKU Muhammadiyah PURBALINGGA
c. Dapat meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan di RS PKU
Muhammadiyah PURBALINGGA
1. Pelayanan instrumen
Unit CSSD menerima instrument dari ruangan dan dilakukan
pengelolaan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. Untuk instrumen
dari ruang bersalin dikirim dalam kondisi sudah bersih dan di packing..
2. Pelayanan linen
Pelayanan linen steril ini dikhususkan untuk ruangan yang
membutuhkan linen steril sebagai bagian dari tindakan medis untuk mencegah
infeksi nosokomial pada pasien. Kebutuhan linen steril ini dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. IBS
Menggunakan set steril dalam jumlah khusus ( standart ) untuk keperluan
operasi.
D. Batasan Operasional
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen oksida pada
sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of Medical
Instrumentation.
3. AHA adalah singkatan dari American Hospital Association.
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan
membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk
spora serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas
sterilisasi.
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida.
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi.
E. Landasan Hukum
1. Kepmenkes no 1204 tahun 2004 tentang kesehatan lingkungan
2. Permenkes No 340 tahun 2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit ( pasal 10
untuk RS tipe B “Pada Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan
intensif, Pelayanan Darah, Gizi,Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam
Medik”)
3. Kepmenkes No 1204 tahun 2004
4. Buku pedoman CSSD , Depkes tahun 2009
STANDAR KETENAGAAN
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X ray untuk TBC
2. Status imunisasi untuk hepatitis B.
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di CSSD seperti infeksi
saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, tertusuk jarum infeksi pada
mata dan luka bakar.
Kualifikasi tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi dibedakan sesuai dengan
kapasitas tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga supervisor dan staf
pelayanan sterilisasi.
1. Supervisor CSSD
Kualifikasi tenaga
B. Ditribusi ketenagaan
Semua staff yang ada di CSSD harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan
linen, kasa, instrument dan DTT . untuk sementara distribusi tidak dilakukan per
ruang kegiatan dikarenakan keterbatasan tenaga yang ada.
C. Pengaturan Jaga
STANDAR FASILITAS
a. Open system
System open atau terbuka artinya lokasi CSSD berada jauh dari IBS.
Untuk distribusi instrument steril atau pengirimin instrument non steril
digunakan tempat atau troli khusus. Troli yang digunakan untuk distribusi steril
harus benar – benar tertutup sehingga pada saat distribusi produk steril,
instrument terhindar dari kontaminasi. Karena jarak yang dibutuhkan jauh,
maka waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempat distribusi juga lama.
b. Close system
Close System atau system tertutup artinya lokasi CSSD berada dekat
dengan konsumen terbesar. Harapannya adalah tingkat kontaminasi kecil
\karena jarak yang ditempuh juga relative pendek dan waktu yang digunakan
singkat.
A. Denah Ruang
Luas ruangan CSSD RS PKU Muhammadiyah PURBALINGGA adalah 54 m²,
dengan standar yang seharusnya adalah 130 m² dengan kapasitas 200 TT. Berikut
ini adalah denah ruang CSSD RS PKU Muhammadiyah PURBALINGGA
Pembagian ruang yang ada di CSSD seperti tertera diatas, terdiri dari ruang
1. Ruang dekontaminasi
Merupakan ruang pertama penerimaan alat kotor dari ruangan rawat
inap dan rawat jalan. Di tempat ini antara petugas CSSD dan petugas ruang
melakukan cek alat untuk mengetahui kelengkapan alat yang diserahkan.
4. Ruang Sterilisasi
Di ruangan ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan dengan
menggunakan peralatan sterilisasi secara otomatis.
A. Pengertian
Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi/infeksi nosokomial
4. Mencuci/cleaning
E. Prinsip-prinsip Pengemasan
d. Mudah digunakan
Bahan harus mudah digunakan untuk membungkus, dan harus
sesuai dengan ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas, dan harus
membungkus alat rapat-rapat.
h. Masa Kadaluarsa
Kemasan steril harus dapat menjaga sterilitas isinya selama masa
kadaluarsanya. Karena pada prinsipnya, masa kadaluarsa tidak
bergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh
kemasan tersebut. Untuk alat-alat yang mengalami kejadian misal : jatuh,
a. Kertas
b. Film Plastik
Film plastik tidak dapat menyerap air baik berupa cairan atau uap,
karenanya film plastik tidak dapat dipakai sebagai kemasan untuk sterilisasi
uap. Kantong biasanya didisain dengan kertas di salah satu sisinya untuk
penetrasi uap. Polyethylene (PE) dapat menyerap EO dan dapat dipakai
sebagai tas plastik dengan disain khusus, tetapi biasanya kantong plastik
untuk EO juga dikombinasikan dengan kertas. Polyvinyl Chloride (PVC)
tidak boleh dipakai karena tidak dapat menyerap EO dengan baik dan
menyimpan gas untuk waktu yang cukup lama. Nylon atau polyamide juga
tidak direkomendasikan untuk uap dan EO. Ketebalan film plastik biasanya
1-3 milimikron untuk porositas terhadap EO. Film plastik sering dipakai
setelah proses sterilisasi untuk menjaga kelembaban dan pelindung
terhadap debu
c. Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkus nampan-
nampan operasi. Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat,
pelindung yang cukup yang baik, mudah digunakan, dan sangat baik untuk
duk. Kelemahannya:
8. Proses Sterilisasi
Metode sterilisasi yang digunakan adalah
LOGISTIK
A. Logistik farmasi
Logistik farmasi di CSSD adalah sebagai berikut :
1. Pouches 20 cm
2. Pouches 25 cm
3. Pouches 10 cm
4. Autoclave tape
5. Alkohol 70%
6. Hanscoon
7. Desinfektan
8. Paraffin liquid
9. Cairan enzimatik
10. Kasa lipat
11. Kasa gulung
12. Indikator kimia internal
13. AT test
B. Logistik umum
1. ALAT TULIS DAN KANTOR
a. Bantalan stempel
b. Bolpoint BPTP
c. Bolpoint BP 7 merah
d. Buku sterilisasi
e. Cap tanggal
3. ALKES
a. Bak instrument
b. Bengkok
c. Gunting jaringan
d. Gunting AD
e. Iodine cup
f. Pinset anatomi
g. Pinset cirurgis
h. Pinset dental
i. Needle holder
j. Saliva ejector
k. Sonde
l. Excavator
m. Gagang mirror
A. Definisi
Keselamatan pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah PURBALINGGA.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
D. Program pengamanan
1. Program pengamanan fasilitas dan peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua
peralatan dalam pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi antara
lain : alat – alat serilisasi, gas medis (O2 ), AC, saluran udara (ventilasi),
peralatan air RO, mesin sealing ,dll. Alat-alat gawat darurat/ emergensi dan
alat-alat resusitasi. Daerah pengamanan listrik paling sedikit diperiksa 2
(dua) bulan sekali dan catatan daerah-daerah yang diperiksa, prosedur yang
diikuti dan hasilnya harus disimpan dengan baik. Alat-alat ini harus
dipelihara oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin pemeliharaan oleh ahli
teknik atau konsultan dan luar rumah sakit.
BAB VII
1. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin
sterilisasi atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
2. Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain
untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
3. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas “
dan pemotong kantung sterilisasi (pouches)
4. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
5. Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan
dengan memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang berhubungan
langsung dengan udara luar (ke luar gedung)
6. Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus
menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan tubuh
atau menghisap udara di atas barang yang di pindahkan tersebut
7. Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya
kereta ditarik dan tidak di dorong
8. Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi sudah di
jalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi
selesai
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat
darurat untuk evaluasi lebih lanjut
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan
sebagai desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal,
tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal
a. Tindakan pertolongan
1) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
b. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata
1) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20
menit
3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
4) Jangan biarkan korban menggosok mata
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke
dokter mata
c. Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1) Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10
menit
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas
secara perlahan
Dibawah ini adalah hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi paparan
ethylene oksida pada petugas :
a. Tindakan pertolongan
1) Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2) Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi
dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
PENGENDALIAN MUTU/MONITORING
1. FISIK
Indikator fisik ini meliputi :
b. Kalibrasi
Untuk mendapatkan sterilisator yang layak atau sesuai dengan
standart department Kesehatan, sterilisator harus dilakukan kalibrasi berkala 1
tahun 1 kali. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sertifikat dari BPFK ( Balai
Pengamanan Fasilitas kesehatan ) yang mengindikasikan bahwa streilisator
tersebut aman digunakan untuk pelayanan kesehatan.
2. KIMIA
Indikator kimia ini dapat diketahui dengan melihat perubahan warna
setelah proses sterilisasi. Indikator kimia ini dibagi 2 yaitu :
Indikator biologi yang yang digunakan pada sterilisasi jenis uap panas
adalah Bacillus stearothermophyllus. Indikator ini dibuat dalam bentuk wadah
tersendiri dimana strip berisi spora dikemas dalam vial bersama dengan ampul
berisi media pertumbuhan spora. Setelah proses sterilisasi, indikator diaktifkan
dengan menghancurkan ampul berisi media pertumbuhan sehinggan spora
mendapatkan lingkungan yang sesuai untuk tumbuh dan diinkubasi selama 3 jam
dalam suhu 57ºC. apabila spora terbunuh maka tidak terjadi perubahan warna
yang mengindikasikan proses sterilisasi berhasil.
4. KULTUR BIOLOGI
Kultur biologi ini merupakan serangkaian proses pengelolaan instrument.
Adapun kegiatan yang dilakukan berupa pengambilan sampling dari produk steril
dan lingkungan yang digunakan sebagai fasilitas penyimpanan produk steril.
Pada pengambilan sampling ini dibutuhkan kerja sama dengan Dinas Kesehatan
terkait dalam hal ini adalah BBTKL ( Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
) untuk melakukan pemeriksaan. Sampling ini dapat dilakukan minimal 1 tahun
1 kali.
a. Nomor lot
b. Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan instrument)
c. Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
d. Nama operator
e. Data hasil pengujian biologis
f. Data respons terhadap indikator kimia
g. Data hasil dari uji Bowie-Dick
Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan
memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai
sehingga akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka
apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah.
3. Waktu Kadaluarsa.
4. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada
tahap pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan
dalam rangka kinerja dari pengelolaan sterilisasi di RS PKU Muhammadiyah
PURBALINGGA .
BAB IX
Diharapkan agar buku ini dapat dijadikan acuan bagi pihak Manajemen dan
setiap pekerja dalam meningkatkan pelayanan sterilisasi yang bermutu dalam upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi di RS PKU Muhammadiyah PURBALINGGA
Direktur