Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN PELAYANAN INSTALASI HEMODIALISA

RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH


BUMIAYU
Jl. Pangeran Diponegoro Jatisawit, Bumiayu
Brebes, Jawa Tengah 52273
Telp. (0289) 432209
e-mail : rsm.sitiaminah@gmail.com

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas rahmat nya pedoman
pelayanan hemodialisa ini dapat diselesaikan.

pedoman pelayanan hemodialisa ini digunakan dalam menjalankan kegiatan

pelayanan yang ada di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu.

Diharapkan dengan adanya pedoman pelayanan hemodialisa ini dapat meningkatkan


kinerja di unit cuci darah di RSU Muhammadiyah Siti Aminah. Pedoman ini akan di evaluasi
kembali dan akan di lakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi
rumah sakit.

Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan
semua pihak dalam menyelesaikan pedoman pelayanan hemodialisa. Kami sangat menyadari
terdapat banyak kekurangan dalam program kerja ini dan akan terus diperbaiki sesuai dengan
tuntutan perkembangan rumah sakit ini.

2
DAFTAR ISI

Halaman judul .............................................................................................................. 1


Daftar Isi ..................................................................................................................... 3
Kebijakan Pedoman Pelayanan Instalasi Hemodialisa ................................................ 5

A. BAB I Pendahuluan ............................................................................................. 8

1. Latar Belakang ..................................................................................... 9

2. Tujuan Hemodialisis ............................................................................ 9

3. Ruang Lingkup..................................................................................... 9

4. Batasan Operasional............................................................................. 9

5. Landasan Hukum ................................................................................. 9

B. BAB II Standar Ketenagaan ............................................................................... 11

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ...................................................... 11

2. Distribusi Ketenagaan .......................................................................... 11

3. Pengaturan Jaga ................................................................................... 11

C. BAB III Standar Fasilitas ..................................................................................... 12

1. Denah Ruangan ……………………………………………………. . 12

2. Standar Fasilitas .................................................................................. 12

D. BAB IV Tata Laksana.......................................................................................... 19

1. Pengertian Hemodialisis ...................................................................... 19

2. Etiologi Hemodialisis........................................................................... 19

3. Metode Hemodialisis ........................................................................... 19

3
4. Indikasi Hemodialisis........................................................................... 20

5. Prinsip-Prinsip Kerja Hemodialisis...................................................... 20

6. Kompilkasi Hemodialisis ..................................................................... 21

7. Persiapan Sebelum Hemodialisis ......................................................... 21

8. Punksi Akses Vaskuler ........................................................................ 24

9. Memulai Hemodialisis … .................................................................... 24

10. Penatalaksanaan Hemodialisis ............................................................. 24

11. Masalah Keperawatan Pada Hemodialisis ........................................... 26

E. BAB V Logistik ................................................................................................... 28

1. ATK ..................................................................................................... 28

2. Sarana dan Prasarana untuk Pasien ...................................................... 28

3. Persediaan Obat dan Alat Habis Pakai................................................. 28

F. BAB VI Keselamatan Pasien ............................................................................... 28

G. BAB VII Keselamatan Kerja ………………………………………………… . 28

H. BAB VIII Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pelayanan Hemodialisa .......... 31

1. Pengertian ............................................................................................ 31

a. Pengawasan ………………………………………………… 31
b. Pengendalian ……………………………………………….. 32

2. Bentuk – bentuk Pengawasan dan Pengendalian ................................. 32

I. BAB IX Monitoring dan Evaluasi ...................................................................... 35

1. Monitor ................................................................................................ 35

2. Evaluasi ……………………………………………………………. .. 35

J. BAB X Penutup .................................................................................................. 36

1. Kesimpulan .......................................................................................... 36

2. Saran .................................................................................................... 36

4
PERATURAN DIREKTUR

RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU

Nomor : 78/PRN/IV.6.AU/XI/2021

Tentang

PANDUAN PELAYANAN INSTALASI HEMODIALISA

DIREKTUR RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU

Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya terselenggaranya pelaksanaan pelayanan Instalasi Hemodialisa


dan Peningkatan Mutu Pelayanan di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu perlu
adanya pedoman pengorganisasian instalsai Hemodialisa di RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu.

b. Bahwa agar pelayanan Instalasi Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti Aminah


Bumiayu dapat terlaksana dengan baik perlu adanya surat keputusan Direktur RSU
Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu sebagai landasan bagi pencanangan dan
penyelenggaraan pengorganisasian instalasi Hemodialisa di RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu


ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu

Mengingat :

1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

5
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
pelayanan Kesehatan Swasta dibidang Medik

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang persetujuan


Tindakan Medis

6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 916/Menkes/Per/III/1997 tentang izin paraktik


bagi tenaga Medis

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1165.A/ MENKES/SK/X/2004 tentang Komisi


Akreditasi Rumah Sakit

9. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Medik Departemen Kesehatan RI No.


Fx.03.05/III/1125/20017 tentang Pedoman Pelayanan Hemodialisis
disarana pelayanan kesehatan

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Direktur RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu tentang


pedoman pelayanan Instalasi Hemodialisa di RSU
Muhammadiyah Siti Aminah
Kesatu : Memberlakukan kebijakan sebagai mana terlampir dalam surat

Keputusan ini di Instalasi Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti

Aminah
Kedua : Kebijakan pedoman pelayanan Instalasi Hemodialisa sebagai mana
dimaksud pada dictum diatas sebagai acuan dalam melaksanakan
pengorganisasian di Instalasi Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti
Aminah

Ketiga : Kebijakan pedoman pelayanan Instalasi Hemodialisa tercantum dalam


lampiran Surat keputusan ini

Keempat : Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan pedoman pelayanan

6
Instalasi Hemodialisa dilakukan oleh Direktur RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiyu.

Kelima : Surat Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan

Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan atau ketidaksesuaian dalam


surat keputusan ini, maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di :
Bumiayu
Pada tanggal : 21 November 2021

Direktur RSU Muhammadiyah Siti


Aminah Bumiayu,

dr. H. M. Chanifudin, MH, Kes


NBM : 788.134

7
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik merupakan salah satu gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal
kronik adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif dan ireversibel. Gagal ginjal
kronik biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal, tetapi
pada situasi tertentu dapat muncul secara mendadak. Dialisis atau transplantasi ginjal
diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien gagal ginjal kronis. Dialisis dilakukan
pada pasien yang mengalami gangguan ginjal untuk membantu mendapatkan kembali
fungsi ginjal yang seharusnya.
Hemodialisis merupakan prosedur penyelamatan jiwa yang mahal dan
akhirakhir ini dilakukan lebih dari 100.000 orang Amerika. Hemodialisis
memungkinkan sebagian penderita hidup mendekati keadaan yang normal meskipun
menderita gagal ginjal yang tanpa terapi hemodialisis akan menyebabkan kematian.
Hemodialisis digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan
terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium terminal
yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Hemodialisis
dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran
penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang memindahkan produkproduk limbah
yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis. Pada mesin dialisis, cairan
dialirkan dipompa melalui salah satu sisi membran filter (ginjal buatan)

B. Tujuan Hemodialisis

Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan


pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali (Smeltzer dan Bare, 2002). Terapi pengganti,
kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat

2. Membuang kelebihan air.

3. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.

4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

8
5. Memperbaiki status kesehatan penderita.Sasaran dan Ruang Lingkup

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan Hemodialisa di RSU Muhamadiyah Siti


Aminah Bumiayu terdiri dari :
a. Pelayanan Hemodialisa Rawat Jalan

b. Pelayanan hemodialisa Rawat Inap

D. Batasan Operasional

1. Untuk pelayanan Hemodialisa di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu


dilaksanakan Hari Senin – Sabtu, Pukul : 07.00 – 19.00 WIB.
2. Untuk pelayanan Hemodialisa Cito dilaksanakan pada hari dan jam kerja.

E. Landasan Hukum

Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan hemodialisa


di RSU Muhammadiyah Siti Aminah diperlukan peraturan perundangundangan
pendukung (Legal Aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5972);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Nomor 42 Tahun 1999);
4. Peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan
Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Propinsi dan Pemda Kab
/ Kota (Lembaran Negara republik Indonesia tahun 2007 Nomor 28, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia );
5. Peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Lembaran Negara republik Indonesia tahun 2007 Nomor 89,

9
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4741);

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

986/Menkes/Per/XI/1992 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/Per/V/2011


tentang Program Jaminan Kesehatan Masyarakat;

8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

9. Permenkes No 812/MENKES/PER/VII/2010 tentang penyelenggaraan pelayanan


dialisis pada fasilitas pelayanan kesehatan;
10. Keputusan Direktur RSU Muhammadyiah Siti Aminah Bumiayu Nomor: …….
tentang Pelayanan instalasi Hemodialisa;

10
BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Tenaga Medis

a. Supevisor Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi.

b. Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang mempunyai pengalaman kerja 5


tahun dan bersertifikat Pelayanan Hemodialisa.
c. Dokter Umum Pelaksana Hemodialisa yang mempunyai pengalaman 5
tahun dan bersertifikat Pelayanan Hemodialisa.
2. Perawat

a. S1 Keperawatan / Ners dengan pengalaman kerja 5 tahun dan bersertifikat

Hemodialisis

b. D3 Keperawatan dengan pengalaman kerja 5 tahun dan besertifikat


Hemodialisis.

B. Distribusi Ketenagaan

1. Dokter

Dokter spesialis yang melaksanakan pelayanan hemodialisis sebagaimana terlampir


dalam jadwal.
2. Perawat

Semua perawat yang bekerja di unit hemodialisis yang terdiri dari :


a. Lulusan S1/ Ners : 5 orang
b. D III Keperawatan : 8 orang

C. Pengaturan Jaga

Pengaturan jadwal dalam pelayanan hemodialisis disesuaikan dengan jadwal dinas


yang terdiri dari :
c. Piket Pagi (pukul 07.00 – 14.00 Wib)

11
d. Piket Sore (pukul 12.00 – 19.00 Wib)

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

C D E

B A

Keterangan:
A : Ruang Hemodialisa
B : Toilet
C : Ruang Air RO
`D : Ruang penyimpanan cairan dan dializer Reuse
E : Ruang Reuse dializer
F : Ruang Logistik
: Bed Operasional Pasien
: Bed Cadangan fungsional
: Nurse Station
: Wastafel

12
B. Standar Fasilitas

Alat Medis di Ruang Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu


2018

No Nama Alat Standar Jumlah Kondisi Ket

Baik Rusak

1. Tabung oksigen 9 9 1 - Cukup

2. Ambubag Dewasa 1 1 1 - Cukup

3. Fistula needle set 100 100 100 - Cukup


AVF 166x1.25

4. Fistula needle set 1200 1200 1200 - Cukup


AVF 166x1

5. Venous Blood 650 650 650 - Cukup


Tubing set for
Hemodialisis

6. Tensimeter 3 3 3 - Cukup

7. Timbangan BB 3 1 1 - Kurang

8. Pinset anatomis 3 6 6 - Cukup

9. Pinset cirugis 3 8 8 - Cukup

10. Bengkok 4 4 4 - Cukup

11. Gunting Hecting 0ff 4 4 4 - Cukup

12. Bak instrument 5 5 5 - Cukup

13. Korentang 1 1 1 - Cukup

14. Gunting Plester 2 3 3 - Cukup

13
15. Spatel Lidah - - - - -

16. Kom Kecil 5 8 8 - Cukup

17. Tempat Kasa Steril 2 2 2 - Cukup

18. Tempat tidur pasien 5 5 5 - Cukup

19. Stetoskop 3 3 3 - Cukup

20. Kursi Roda 1 1 1 - Cukup

21. Tempat korentang 2 2 2 Cukup

22. Tromol besar 3 3 3 Cukup

23. Klem 2 1 1 Cukup

24. Suction 1 1 1 Cukup

25. Troli kecil 4 4 4 Cukup

26. Brangkar 1 1 1 Cukup

27. WWZ 2 2 2 Cukup

28. Gelas ukur 9 9 9 Cukup

29. Standar infuse 14 14 14 Cukup

30. Urinal 2 2 2 Cukup

31. Pispot 1 1 1 Cukup

32. Nallfuder 0 0 0 Cukup

33. Arteri klem 1 1 1 Cukup

34. Timbang badan 2 1 1 Cukup

14
Inventaris Alat Rumah Tangga di Ruang Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu 2018

No Nama Alat Standar Jumlah Kondisi Ket

Baik Rusak

1. Almari obat 2 1 1 - Cukup

2. Kompor dan Gas 1 1 1 - Cukup


Elpiji

3. Dispenser 1 1 1 - Cukup

4. Kulkas 1 1 1 - Cukup

5. Tempat sampah 2 1 1 - Cukup


medis

6. Tempat sampah 1 1 1 - Cukup


nonmedis

7. Tempat Sampah 1 1 1 Cukup


tertutup

8. Tempat Sampah 4 4 4 - Cukup


Kranjang

8. Ember 11 11 Cukup

9. Telepon 1 2 2 - Cukup

10. Gudang 1 1 1 - Cukup

11. Loker obat 1 5 5 - Cukup

12. TV 1 2 2 - Cukup

15
13. Komputer 1 1 1 - Cukup

14. Meja 1 6 - Cukup

15. Ruang perawat 1 1 1 - Cukup

16. Kipas Angin 1 1 1 - Cukup

17. Papan tulis 2 2 2 Cukup

18. Jam dinding 1 3 3 - Cukup

19. AC 6 6 6 - Cukup

20. Cermin 2 2 2 - Cukup

Kebutuhan Alat Tulis Kantor


Di Ruang Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu
NO Nama alat dan Sarana Jumlah Kebutuhan Keterangan
alat

1. Ballpoint 30 26 Cukup

2. Blangko resep askes rawat 15 184 Cukup


jalan

3. Blangko resep umum 1 1 Cukup

4. Buku batik sedang 5 5 Cukup

5. Buku batik ekspedisi 2 2 Cukup

6. Buku batik folio 1 6 Cukup

7. Buku inventaris ruangan 1 1 Cukup

8. Kartu register 1 1 Cukup

16
9. Kartu control HD 60 792 Cukup

10 Map kertas folio 5 66 Cukup

11. Buku penerimaan obat 1 1 Cukup

12. Buku permintaan barang 2 6 Cukup

13. Form Askep HD 400 5280 Cukup

14. Form Absensi unjungan HD 55 726 Cukup


Askes

15. Form pemeriksaan lab Rajal 55 726 Cukup

16. Form permintaan lab 10 132 Cukup


RANAP

17. Form permintaan darah 10 132 Cukup

18. Form permintaan Rontgen 1 1 Cukup

19. Form Habis Pakai HD 400 5280 Cukup

20. Form Kwitansi Rajal Umum 20 264 Cukup


HD

21. Form 4c 15 198 Cukup

22. Form pengembalian obat 1 1 Cukup

23. Isi staples 2 26 Cukup

24. Kertas karbon 5 15 Cukup

25. Klip 4 4 Cukup

26. Lem kertas 1 1 Cukup

27. Lembar konsultasi 5 5 Cukup

17
28. Penggaris 2 2 Cukup

29. Penghapus pensil 2 2 Cukup

30. Penghapus white board 2 2 Cukup

31. Pensil 2 2 Cukup

32. Map snelhecter 70 80 Cukup

33. Map snelhecter transparan 55 65 Cukup

34. Pensil merah biru 1 1 Cukup

35. Spidol biasa 1 1 Cukup

36. Spidol white board 2 13 Cukup

37. Staples 4 4 Cukup

38. White board 2 2 Cukup

Alat tenun di Ruang Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti Aminah

No Nama Alat Standar Jumlah Kondisi Ket

Baik Rusak

1. Sprei 52 32 32 - Cukup

2 Sarung bantal 52 32 32 - Cukup

3 Selimut 52 32 32 - Cukup

4 Perlak 52 13 13 - Cukup

6 Stik laken 52 32 32 - Cukup

7 Korden 12 12 12 - Cukup

18
8 Lemari linen 1 1 1 - Cukup

BAB IV TATA LAKSANA

A. Pengertian Hemodialisis

Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut
(Smeltzer dan Bare, 2002). Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin
yang dilengkapi dengan membran penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang
memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin
dialisis.

B. Etiologi Hemodialisis

Dialisis dilakukan pada ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh
yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga dilakukan
dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsif terhadap
terapi), koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia. Dialisis
akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat, kelebihan
muatan cairan atau edema pulmoner yang mengancam, asidosis yang meningkat,
perikarditis dan konfusi yang berat.
Sedangkan dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis
(Smeltzer dan Bare, 2002) (penyakit ginjal stadium terminal) dalam keadaan berikut:
Terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh
(mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfusi mental).
1. Kadar kalium serum meningkat.

2. Muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta
pembatasan cairan.
3. Penurunan status kesehatan yang umum.

4. Terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub) melalui


auskultasi.

19
C. Metode Hemodialisa

Metode terapi dialisa mencakup hemodialisis, hemofiltrasi, dan peritoneal dialisis.


Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan
untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian.

Hemofiltrasi digunakan untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan. Sedangkan,


peritoneal dialisis mengeluarkan cairan lebih lambat daripada bentuk-bentuk dialisis yang
lain (Smeltzer dan Bare, 2002).
D. Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis diindikasikan pada gagal ginjal akut dan kronis, intoksikasi obat dan
zat kimia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat dan sindrom hepatoreanal (Faisal,
2007). Di samping itu, terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub)
melalui auskultasi merupakan indikasi yang mendesak untuk dilakukan dialisis untuk
pasien gagal ginjal kronis (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut konsensus Pernefri (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi
Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala
uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani
dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila
terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang,
dan nefropatik diabetik.
Menurut Pernefri (2003) waktu atau lamanya Hemodialisa disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Tiap Hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan QB 200–300
mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) Hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5 jam
dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara Hemodialisa,
Sedangkan hemodialisa rutin menurut Pernefri (2003) dijelaskan bahwa
hemodialisa rutin ini dilakukan pada keadaan yang sudah direncanakan atau ditentukan
waktunya. Umumnya dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sedangkan pasien hemodialisa rutin adalah
pasien-pasien yang sudah terencana dalam menjalani program hemodialisa sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan

20
E. Prinsip-prinsip Kerja Hemodialisis

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis menurut Smeltzer dan Bare
(2002), yaitu: difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.

1. Difusi adalah pengeluaran toksin dan zat limbah dalam darah dengan bergerak dari
darah yang berkonsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih
rendah.

2. Osmosis adalah bergeraknya air dari daerah bertekanan lebih tinggi (tubuh pasien)
ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat), sehingga air yang berlebihan
dikeluarkan dari dalam tubuh.
3. Ultrafiltrasi adalah penambahan tekanan negatif

F. Komplikasi Hemodialisis

Komplikasi terapi dialisis mencakup hal-hal berikut (Smeltzer dan Bare, 2002):

1. Hipervolemia, ditandai dengan peningkatan tekanan darah, nadi, frekuensi


pernapasan, tekanan vena sentral, dispnea, rales basah, batuk, edema, dan peningkatan
berat badan yang berlebihan sejak dialisis terakhir.
2. Ultrafiltrasi yang berlebihan, ditandai dengan gejala-gejala: hipotensi, mual, muntah,
berkeringat, pusing, dan pingsan.
3. Hipovolemia, ditandai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi
dan pernapasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan
penurunan haluaran urine.
4. Hipotensi, pada awal dialisis dapat terjadi pada pasien dengan volume darah sedikit,
seperti anak-anak dan orang dewasa yang kecil. Sedangkan hipotensi lanjut pada
dialisis biasanya karena ultrafiltrasi berlebihan atau terlalu cepat.
5. Hipertensi, penyebab yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom
disequilibrium, respons renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansietas.
6. Sindrom disequilibrium dialisis, dimanifestasikan oleh sekelompok gejala-gejala yang
diduga disfungsi serebral. Rentang beratnya gejala-gejala dari mual ringan, muntah,
sakit kepala, dan hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan kejang.

21
7. Infeksi, yang diperkirakan karena penurunan respons imunologik pada pesien uremik
yang mengalami penurunan resisten terhadap infeksi.

G. Persiapan sebelum hemodialisis Persiapan


Pasien :
1. Surat dari dokter nefrologi / penyakit dalam untuk tindakan hemodialisis ( intruksi
dokter )
2. Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan hemodialisis

3. Riwayat penyakit yang pernah diderita ( penyakit lain dan alergi )

4. Keadaan umum pasien

5. Keadaan psikososial

6. Keadaaan fisik ( ukur tanda-tanda vital, berat badan, warna kulit, mata, ekstremitas
ederna +/-)
7. Data laboratorium : hb, ureum, kreatin, HbSAg

8. Pastikan bahwa pasien telah benar-benar siap dilakukan hemodialisis.

Persiapan Mesin :

1. Listrik

2. Air yang sudah diubah dengan cara :

a. Filtrasi

b. Softening

c. Deionisasi

d. Reverse osmosis

Sistem sirkulasi dialisat :

1. Sistem proporsioning

2. Asetat / bikarbonat

Sirkulasi darah :

1. dialyzer / hollow fiber

2. Priming
22
Persiapan alat :

1. Dialyzer

2. AV blood line

3. AV fistula

4. NaCl 0,9 %

5. Infus set

6. Spuit

7. Heparin

8. Lidocain

9. Kassa steril

10. Duk

11. Sarung tangan

12. Mangkok kecil

13. Desinfektan (alkohol/betadine)

14. Klem

15. Matcan

16. Timbangan

17. Tensimeter

18. Termometer

19. Plester

20. Perlak kecil Langkah-langkah :


1. Setting dan Priming.

a. Mesin dihidupkan

b. Lakukan setting dengan cara

1) Keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang infus set dan
NaCl-nya (perhatikan sterilitasnya).
2) Dengan teknik aseptik hubungkan ujung AV blood line pada dialyzer.

23
3) Pasang alat tersebut pada mesin sesuai dengan tempatnya.

4) Hubungkan Na Cl melalui infus set bebas dari udara dengan mengisinya terlebih
dahulu.
5) Tempatkan ujung V blood line dalam penampung, hindarkan kontaminasi dengan
penampung dan jangan terendam dengan air yang keluar.
c. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan yang merah (inlet) di
bawah, caranya :
1) Alirkan NaCl ke dalam sirkulasi dengan kecepatan 100cc/menit.

2) Udara dikeluarkan dari sirkulasi.

3) Setelah semua sirkulasi terisi dan bebas dari udara, pompa dimatikan, klem
ujung AV blood line.
4) Hubungkan ujung A blood line dan V blood line dengan memakai konektor
dan klem dibuka kembali.
5) Sambungkan cairan dialisat dengan dialyzer dengan posisi outlet di bawah
dan inlet diatas.
6) Lakukan sirkulasi 5-10 menit dengan QB 150 cc/menit 7) Masukkan Heparin
1500 dalam sirkulasi.

H. Punksi Akses Vaskuler

1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt.

2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi.

3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke
dalam bak steril)
4. Cuci tangan, bak steril dibuka kemudian memakai hand-scoon.

5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi.

6. Pasang duk steril, sebelum disinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine
dan alkohol.
7. Ambil fistula dan punksi outlet terlebih dahulu, bila perlu lakukan anaesthesi lokal,
kemudian desinfeksi.
8. Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium.

24
9. Bolus heparin yang sudah diencerkan dengan Na Cl 0,9% (dosis awal).

10. Selanjutnya punksi inlet dengan cara yang sama kemudian difiksasi.

I. Memulai Hemodialisis

1. Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisis, ukur tanda-tanda vital dan berat
badan pre hemodialisis.
2. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line
diklem.
3. Sambungan AV blood line dilepas, kemudian A blood line dihubungkan dengan punksi
outlet. Ujung V blood line ditempatkan ke matcan.
4. Buka semua klem dan putar pompa perlahan-lahan sampai kurang lebih 100 cc/menit
untuk mengalirkan darah, mengawasi apakah ada penyulit.
5. Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai pada bubble trap V blood line, kemudian
pompa dimatikan dan V blood line diklem.
6. Ujung V blood line dibuka (pastikan sambungan bebas dari udara).

7. Putar pompa dengan QB 100cc/menit kemudian naikkan perlahan-lahan antara 150 –


200 cc/menit.
8. Fiksasi AV blood line agar tidak mengganggu pergerakan.

9. Hidupkan heparin pump sesuai dengan lamanya hemodialisis.

10. Buka klem slang monitor AV pressure.

11. Hidupkan detektor kebocoran udara.

12. Ukur tekanan darah, nadi dan pernafasan.

13. Cek mesin dan sirkulasi dialisat.

14. Cek posisi dialyzer (merah diatas, biru dibawah).

15. Observasi kesadaran dan keluhan pasien.

16. Programkan hemodialisis.

17. Isi formulir hemodialisis.

18. Rapikan peralatan.

25
J. Penatalaksanaan Hemodialisa.

Memprogram dan Memonitor Mesin Hemodialisis.

1. Lamanya hemodialisis.

2. QB (kecepatan aliran darah) = 150 – 250 cc/menit

3. QD (kecepatan aliran dialisat) = 400-600 cc/menit

4. Temperatur dialisat 37-400C

5. TMP dan UFR

6. Heparinisasi

a. Dosis awal = 50 –100 /kgBB

1) diberikan pada waktu punksi

2) untuk priming = 1500

3) diberikan pada waktu sirkulasi AV blood line

b. Dosis maintenance = 500-2000 /jam Diberikan pada waktu hemodialisis


berlangsung. kontinyu : diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa dari
awal hemodialisis sampai dengan 1 jam sebelum hemodialisis ber
c. intermitten : diberikan 1 jam setelah hemodialisis berlangsung dan pemberian
selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1 jam terakhir tidak diberikan.
d. minimal heparin : heparin dosis awal kurang lebih 2000 selanjutnya diberikan
kalau perlu.
7. Pemeriksaan Laboraturium, ECG, dll)

8. Pemberian obat-obatan, transfusi dll.

9. Monitoring tekanan.

a. fistula pressure.

b. arterial pressure

c. venous pressure

d. dialisat pressure

e. Detektor (udara, blood leak detector) Observasi pasien.

26
1) Tanda-tanda vital (TNSR, kesadaran) 2) Fisik
3) Mesin dibersihkan dan didesinfektan.

4) Setelah proses pembersihan selesai, mesin dimatikan, lepas steker mesin dari
stop kontak dan tutup kran air.
5) Bersihkan ruangan hemodialisis

Hal-hal yang perlu diperhatikan : Vital sign, Hb, Kelancaran sirkulasi


ekstracorporeal.

K. Masalah Keperawatan Pada Hemodialisa

1. Ketidakseimbangan Cairan

a. Hipervolemia

b. Hipovolemia

c. Ultra filtrasi

d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)

e. Hipotensi

f. Hipertensi

g. Sindrome disequilibrium dialysis

2. Ketidakseimbangan Elektrolit

Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi


selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan
magnesium.
3. Infeksi

Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan


karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama
kematian pada pasein uremik.
4. Perdarahan dan Heparinisasi

Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari seperti
ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah

27
obat pilihan karena pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan
dengan cepat, dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan protamin.
5. Masalah peralatan

a. Konsentrasi dialisat

b. Aliran dialisat

c. Temperatur

d. Aliran darah

e. Kebocoran darah

f. Emboli udara

28
BAB V LOGISTIK

A. ATK

Kebutuhan ATK dipenuhi oleh Bagian Rumah Tangga dan perlengkapan RSU

Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu melalui buku permintaan

B. Sarana dan Prasarana untuk Pasien

Sarana dan Prasarana untuk pasien terkoordinasi dengan bagian Teknik, Laundry, dan
IPS RS. Bagian Teknik dan IPS RS bekerjasama dalam hal pemeliharaan alat dan
pemeliharaan gedung. Sedangkan bagian Laundry bekerjasama dalam hal kebersihan
sprei, sarung bantal, dsb yang diganti setiap maksimal seminggu sekali atau sesuai
kebutuhan.
C. Persediaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai

Sistem Pengelolaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat. Tujuan dari pengadaan yaitu
untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan
kualitas harga yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu
secara efektif dan efisien. Perencanaan pengadaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai
harus sesuai dengan formularium yang telah ditetapkan oleh Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS). Bahan Obat dan Alat Habis Pakai yang akan dibeli atau diadakan harus
direncanakan secara rasional agar jenis dan jumlahnya sesuai sehingga merupakan
produk atau bahan yang terbaik, meningkatkan penggunaan yang rasional dengan harga
yang terjangkau atau ekonomis.

29
BAB VI KESELAMATAN PASIEN

Setiap pasien yang datang ke RSU Muhammadiyah Siti Aminah dengan indikasi
Hemodialisa mendapat pelayanan sesuai kebutuhannya dengan memperhatikan keselamatan
pasien, terutama agar terhindar dari cidera yang mungkin dapat terjadi.
Adapun tatalaksana keselamatan pasien yaitu sebagai berikut:

1. Identifikasi pasien

2. Komunikasi efektif

3. Kewaspadaan terhadap obat

4. Keselamatan terhadap tindakan

5. Mencegah tranmisi infeksi kuman rumah sakit

6. Mencegah pasien jatuh.

30
BAB VII KESELAMATAN KERJA

Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja karyawan yang terjadi dilingkungan RS, dengan
memberikan perlindungan pada karyawan yang sedang bekerja dengan menggunakan alat
perlindungan diri ( APD ).
Potensi bahaya di RS, selain penyakit–penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi liktrik, dan sumber-sumber cidera lainnya),
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial, dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut diatas jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakan, oleh karena itu K3RS perlu dikelola dengan
baik yang disertai dengan menjalankan K3RS sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

31
BAB VIII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN
HEMODIALISA

A. Pengertian

1. Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar


pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang
ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki.
Pengawasan memberikan dampak positif berupa :

a. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,


pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
b. Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
c. Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk mencapai
tujuan dan melaksanakan tugas organisasi.

2. Pengendalian

Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang


terjadi sesuai dengan tujuan arah pengawasan dan pengendalian.
Bertujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna.
Dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman
pelaksanaan dan peraturan yang berlaku.
Empat langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan dan pengendalian mutu
pelayanan yaitu :
a. Penyusunan standar biaya, standar performance mutu, standar kualitas
pelayanan.
b. Penilaian kesesuaian yaitu membandingkan dari produk yang dihasilkan
atau pelayanan yang ditawarkan terhadap standar tersebut.
c. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan.
d. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu ; membangun upaya-upayaupaya
yang berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.
32
B. Bentuk-Bentuk Pengawasan dan Pengendalian

Beberapa bentuk pengawasan dan pengendalian di Ruang Hemodialisa RSU


Muhammadiyah Siti Aminah adalah sebagai berikut :
1. Pembagian tugas organizing

a. Pembagian Tugas

b. Pendelegasian Tugas

c. Koordinasi Tugas

d. Pengaturan/Manajemen Waktu

e. Pengaturan dan pengendalian situasi tempat praktek

f. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien

g. Pengembangan MPKP dengan MPM

1) Pelaksanaan Tugas

a) Pelaksanaan tugas Kepala Ruang Keperawatan

b) Pelaksanaan tugas Primary Nurse

c) Pelaksanaan tugas Assosiated Nurse

2) Hubungan Profesional

a) Hubungan Profesional antara Staf Keperawatan dengan Pasien

b) Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan

c) Hubungan Profesional/Kemitraan Antara Staf


Keperawatan

Dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain

d) Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan Dengan Peserta

Didik Dengan MPM

e) Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (operan)

f) Pelaksanaan Meeting Morning

g) Pelaksanaan Pre Conference

33
h) Pelaksanaan Post Conference

i) Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

a. Pelaksanaan informasi pasien baru

2. Pelaksanaan tugas meeting pre-post konfrens

a) Pengarahan

b) Supervise staff

c) Koordinasi

d) Orientasi staff

e) Orientasi mahasiswa praktek

f) Orientasi pasien/keluarga

g) Memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.

h) Memberi motivasi pada anggota

i) Membuat keputusan

j) Manajemen konflik

k) Menelaah kemampuan individu

l) Membimbing tenaga keperawatan

m) Mengadakan pertemuan berkala/sewaku-waktu dengan staff keperawatan


dan petugas lain yang bertugas diruang rawatnya
n) Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan

o) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan

p) Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter

q) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat


menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberia
asuhan keperawatan
r) Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan
s) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat

t) Menyiapkan berkas catatan medik pasien

34
u) Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang
rawatnya sebagai lahan praktek
v) Memberi penyuluhan kesehatan

w) Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas

3. Pelaksanaan tugas coordinator ruangan

a) Pengawasan langsung melalui inspeksi

b) Pengawasan langsung melalui laporan langsung secara lisan

c) Pengawasan langsung melalui laporan tertulis

d) Pengawasan kelemahan yang ada

e) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat yang


ada
f) Pengawasan tidak langsung dengan membaca dan memeriksa rencana
keperawatan
g) Pengawasan dengan mendengar laporan dari PN mengenai pelaksanaan
tugas

h) Evaluasi upaya pelaksanaan

i) Membandingkan dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama


dengan PN
j) Pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruang :

1) Sosialisasi kebijakan

2) Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan

3) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan

4) Mengecek obat – obatan yang tersedia

5) Melakukan supervisi

6) Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan

7) Menilai siswa/mahasiswa keperawatan

8) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan

35
4. Melakukan pengembangan SDM melalui pelatihan, seminar work shop dan temu
ilmiah

36
BAB IX MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitor

1. Keperawatan

Sistem monitoring keperawatan dilaksanakan sesuai dengan metode asuhan


keperawatan pada pasien hemodialisa meliputi:
a. Ketepatan dalam melaksanakan tindakan ( Cara, alat-alat penunjang asuhan
keperawatan )
b. Respon pasien saat dilaksanakan implementasi

2. Medis

Monitoring dilaksanakan berdasarkan teknik pemberian dan jenis obat yang


diberiakan sesuai dengan indikasi meliputi: a. Ketepatan pemberian obat
( Tepat pasien, Jenis Obat, Dosis, Cara, dan Cara Pemberian )

b. Reaksi pasien setelah pemberian terapi

3. Kolaboratif

Monitoring dilaksanakn setelah melaksankan tindakan kolaboratif meliputi: a.


Tindakan kolaboratif dengan unit rawat inap dan rawat jalan
b. Unit penunjang

4. Pelayanan

Monitoring dilaksanakan oleh kepala bidang pelayanan yang diawasi langsung oleh
wakil direktur bidang pelayanan.

B. Evaluasi

Pelayanan pada pasien hemodialisa merupakan salah satu pelayanan pasien yang dinilai
berdasarkan pelayanan secara komprehensif yang dapat tercapai atau tak tercapainya
pelayanan tersebut.

37
BAB X PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan kepada pasien yang gagal ginjal kronis dengan hemodialisa oleh
petugas kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan
rohaniah sebelum pasien di lakukan tindakan hemodialisa. Perawat memiliki peran untuk
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien hemodialisa
dengan memperhatikan moral, etika serta menumbuhkan sikap empati dan caring kepada
pasien.

B. Saran

Penanganan pasien perlu dukungan semua pihak yang terkait, terutama keluarga
pasien dan perlu tindakan yang tepat dari perawat dan dokter yang merawatnya.

38

Anda mungkin juga menyukai