1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas rahmat nya pedoman
pelayanan hemodialisa ini dapat diselesaikan.
Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan
semua pihak dalam menyelesaikan pedoman pelayanan hemodialisa. Kami sangat menyadari
terdapat banyak kekurangan dalam program kerja ini dan akan terus diperbaiki sesuai dengan
tuntutan perkembangan rumah sakit ini.
2
DAFTAR ISI
3. Ruang Lingkup..................................................................................... 9
4. Batasan Operasional............................................................................. 9
2. Etiologi Hemodialisis........................................................................... 19
3
4. Indikasi Hemodialisis........................................................................... 20
1. ATK ..................................................................................................... 28
1. Pengertian ............................................................................................ 31
a. Pengawasan ………………………………………………… 31
b. Pengendalian ……………………………………………….. 32
1. Monitor ................................................................................................ 35
2. Evaluasi ……………………………………………………………. .. 35
1. Kesimpulan .......................................................................................... 36
2. Saran .................................................................................................... 36
4
PERATURAN DIREKTUR
Nomor : 78/PRN/IV.6.AU/XI/2021
Tentang
Menimbang :
Mengingat :
5
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
pelayanan Kesehatan Swasta dibidang Medik
Memutuskan
Aminah
Kedua : Kebijakan pedoman pelayanan Instalasi Hemodialisa sebagai mana
dimaksud pada dictum diatas sebagai acuan dalam melaksanakan
pengorganisasian di Instalasi Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti
Aminah
6
Instalasi Hemodialisa dilakukan oleh Direktur RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiyu.
Ditetapkan di :
Bumiayu
Pada tanggal : 21 November 2021
7
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal
kronik adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif dan ireversibel. Gagal ginjal
kronik biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal, tetapi
pada situasi tertentu dapat muncul secara mendadak. Dialisis atau transplantasi ginjal
diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien gagal ginjal kronis. Dialisis dilakukan
pada pasien yang mengalami gangguan ginjal untuk membantu mendapatkan kembali
fungsi ginjal yang seharusnya.
Hemodialisis merupakan prosedur penyelamatan jiwa yang mahal dan
akhirakhir ini dilakukan lebih dari 100.000 orang Amerika. Hemodialisis
memungkinkan sebagian penderita hidup mendekati keadaan yang normal meskipun
menderita gagal ginjal yang tanpa terapi hemodialisis akan menyebabkan kematian.
Hemodialisis digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan
terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium terminal
yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Hemodialisis
dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran
penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang memindahkan produkproduk limbah
yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis. Pada mesin dialisis, cairan
dialirkan dipompa melalui salah satu sisi membran filter (ginjal buatan)
B. Tujuan Hemodialisis
8
5. Memperbaiki status kesehatan penderita.Sasaran dan Ruang Lingkup
C. Ruang Lingkup
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
Perangkat Daerah (Lembaran Negara republik Indonesia tahun 2007 Nomor 89,
9
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4741);
10
BAB II STANDAR KETENAGAAN
1. Tenaga Medis
Hemodialisis
B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter
C. Pengaturan Jaga
11
d. Piket Sore (pukul 12.00 – 19.00 Wib)
A. Denah Ruang
C D E
B A
Keterangan:
A : Ruang Hemodialisa
B : Toilet
C : Ruang Air RO
`D : Ruang penyimpanan cairan dan dializer Reuse
E : Ruang Reuse dializer
F : Ruang Logistik
: Bed Operasional Pasien
: Bed Cadangan fungsional
: Nurse Station
: Wastafel
12
B. Standar Fasilitas
Baik Rusak
6. Tensimeter 3 3 3 - Cukup
7. Timbangan BB 3 1 1 - Kurang
13
15. Spatel Lidah - - - - -
14
Inventaris Alat Rumah Tangga di Ruang Hemodialisa RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu 2018
Baik Rusak
3. Dispenser 1 1 1 - Cukup
4. Kulkas 1 1 1 - Cukup
8. Ember 11 11 Cukup
9. Telepon 1 2 2 - Cukup
12. TV 1 2 2 - Cukup
15
13. Komputer 1 1 1 - Cukup
19. AC 6 6 6 - Cukup
1. Ballpoint 30 26 Cukup
16
9. Kartu control HD 60 792 Cukup
17
28. Penggaris 2 2 Cukup
Baik Rusak
1. Sprei 52 32 32 - Cukup
3 Selimut 52 32 32 - Cukup
4 Perlak 52 13 13 - Cukup
7 Korden 12 12 12 - Cukup
18
8 Lemari linen 1 1 1 - Cukup
A. Pengertian Hemodialisis
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut
(Smeltzer dan Bare, 2002). Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin
yang dilengkapi dengan membran penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang
memindahkan produk-produk limbah yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin
dialisis.
B. Etiologi Hemodialisis
Dialisis dilakukan pada ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan limbah tubuh
yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Dialisis juga dilakukan
dalam penanganan pasien dengan edema yang membandel (tidak responsif terhadap
terapi), koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan uremia. Dialisis
akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi atau yang meningkat, kelebihan
muatan cairan atau edema pulmoner yang mengancam, asidosis yang meningkat,
perikarditis dan konfusi yang berat.
Sedangkan dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis
(Smeltzer dan Bare, 2002) (penyakit ginjal stadium terminal) dalam keadaan berikut:
Terjadinya tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai seluruh sistem tubuh
(mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan letargi, konfusi mental).
1. Kadar kalium serum meningkat.
2. Muatan cairan berlebih yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta
pembatasan cairan.
3. Penurunan status kesehatan yang umum.
19
C. Metode Hemodialisa
Hemodialisis diindikasikan pada gagal ginjal akut dan kronis, intoksikasi obat dan
zat kimia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat dan sindrom hepatoreanal (Faisal,
2007). Di samping itu, terdengarnya suara gesekan perikardium (pericardial friction rub)
melalui auskultasi merupakan indikasi yang mendesak untuk dilakukan dialisis untuk
pasien gagal ginjal kronis (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut konsensus Pernefri (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi
Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala
uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani
dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila
terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang,
dan nefropatik diabetik.
Menurut Pernefri (2003) waktu atau lamanya Hemodialisa disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Tiap Hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan QB 200–300
mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) Hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5 jam
dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara Hemodialisa,
Sedangkan hemodialisa rutin menurut Pernefri (2003) dijelaskan bahwa
hemodialisa rutin ini dilakukan pada keadaan yang sudah direncanakan atau ditentukan
waktunya. Umumnya dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sedangkan pasien hemodialisa rutin adalah
pasien-pasien yang sudah terencana dalam menjalani program hemodialisa sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
20
E. Prinsip-prinsip Kerja Hemodialisis
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis menurut Smeltzer dan Bare
(2002), yaitu: difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.
1. Difusi adalah pengeluaran toksin dan zat limbah dalam darah dengan bergerak dari
darah yang berkonsentrasi tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih
rendah.
2. Osmosis adalah bergeraknya air dari daerah bertekanan lebih tinggi (tubuh pasien)
ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat), sehingga air yang berlebihan
dikeluarkan dari dalam tubuh.
3. Ultrafiltrasi adalah penambahan tekanan negatif
F. Komplikasi Hemodialisis
Komplikasi terapi dialisis mencakup hal-hal berikut (Smeltzer dan Bare, 2002):
21
7. Infeksi, yang diperkirakan karena penurunan respons imunologik pada pesien uremik
yang mengalami penurunan resisten terhadap infeksi.
5. Keadaan psikososial
6. Keadaaan fisik ( ukur tanda-tanda vital, berat badan, warna kulit, mata, ekstremitas
ederna +/-)
7. Data laboratorium : hb, ureum, kreatin, HbSAg
Persiapan Mesin :
1. Listrik
a. Filtrasi
b. Softening
c. Deionisasi
d. Reverse osmosis
1. Sistem proporsioning
2. Asetat / bikarbonat
Sirkulasi darah :
2. Priming
22
Persiapan alat :
1. Dialyzer
2. AV blood line
3. AV fistula
4. NaCl 0,9 %
5. Infus set
6. Spuit
7. Heparin
8. Lidocain
9. Kassa steril
10. Duk
14. Klem
15. Matcan
16. Timbangan
17. Tensimeter
18. Termometer
19. Plester
a. Mesin dihidupkan
1) Keluarkan dialyzer dan AV blood line dari bungkusnya, juga slang infus set dan
NaCl-nya (perhatikan sterilitasnya).
2) Dengan teknik aseptik hubungkan ujung AV blood line pada dialyzer.
23
3) Pasang alat tersebut pada mesin sesuai dengan tempatnya.
4) Hubungkan Na Cl melalui infus set bebas dari udara dengan mengisinya terlebih
dahulu.
5) Tempatkan ujung V blood line dalam penampung, hindarkan kontaminasi dengan
penampung dan jangan terendam dengan air yang keluar.
c. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan yang merah (inlet) di
bawah, caranya :
1) Alirkan NaCl ke dalam sirkulasi dengan kecepatan 100cc/menit.
3) Setelah semua sirkulasi terisi dan bebas dari udara, pompa dimatikan, klem
ujung AV blood line.
4) Hubungkan ujung A blood line dan V blood line dengan memakai konektor
dan klem dibuka kembali.
5) Sambungkan cairan dialisat dengan dialyzer dengan posisi outlet di bawah
dan inlet diatas.
6) Lakukan sirkulasi 5-10 menit dengan QB 150 cc/menit 7) Masukkan Heparin
1500 dalam sirkulasi.
3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke
dalam bak steril)
4. Cuci tangan, bak steril dibuka kemudian memakai hand-scoon.
6. Pasang duk steril, sebelum disinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan betadine
dan alkohol.
7. Ambil fistula dan punksi outlet terlebih dahulu, bila perlu lakukan anaesthesi lokal,
kemudian desinfeksi.
8. Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium.
24
9. Bolus heparin yang sudah diencerkan dengan Na Cl 0,9% (dosis awal).
10. Selanjutnya punksi inlet dengan cara yang sama kemudian difiksasi.
I. Memulai Hemodialisis
1. Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisis, ukur tanda-tanda vital dan berat
badan pre hemodialisis.
2. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood line
diklem.
3. Sambungan AV blood line dilepas, kemudian A blood line dihubungkan dengan punksi
outlet. Ujung V blood line ditempatkan ke matcan.
4. Buka semua klem dan putar pompa perlahan-lahan sampai kurang lebih 100 cc/menit
untuk mengalirkan darah, mengawasi apakah ada penyulit.
5. Biarkan darah memasuki sirkulasi sampai pada bubble trap V blood line, kemudian
pompa dimatikan dan V blood line diklem.
6. Ujung V blood line dibuka (pastikan sambungan bebas dari udara).
25
J. Penatalaksanaan Hemodialisa.
1. Lamanya hemodialisis.
6. Heparinisasi
9. Monitoring tekanan.
a. fistula pressure.
b. arterial pressure
c. venous pressure
d. dialisat pressure
26
1) Tanda-tanda vital (TNSR, kesadaran) 2) Fisik
3) Mesin dibersihkan dan didesinfektan.
4) Setelah proses pembersihan selesai, mesin dimatikan, lepas steker mesin dari
stop kontak dan tutup kran air.
5) Bersihkan ruangan hemodialisis
1. Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
b. Hipovolemia
c. Ultra filtrasi
e. Hipotensi
f. Hipertensi
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari seperti
ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah
27
obat pilihan karena pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan
dengan cepat, dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan protamin.
5. Masalah peralatan
a. Konsentrasi dialisat
b. Aliran dialisat
c. Temperatur
d. Aliran darah
e. Kebocoran darah
f. Emboli udara
28
BAB V LOGISTIK
A. ATK
Kebutuhan ATK dipenuhi oleh Bagian Rumah Tangga dan perlengkapan RSU
Sarana dan Prasarana untuk pasien terkoordinasi dengan bagian Teknik, Laundry, dan
IPS RS. Bagian Teknik dan IPS RS bekerjasama dalam hal pemeliharaan alat dan
pemeliharaan gedung. Sedangkan bagian Laundry bekerjasama dalam hal kebersihan
sprei, sarung bantal, dsb yang diganti setiap maksimal seminggu sekali atau sesuai
kebutuhan.
C. Persediaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai
Sistem Pengelolaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat. Tujuan dari pengadaan yaitu
untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan
kualitas harga yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu
secara efektif dan efisien. Perencanaan pengadaan Bahan Obat dan Alat Habis Pakai
harus sesuai dengan formularium yang telah ditetapkan oleh Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS). Bahan Obat dan Alat Habis Pakai yang akan dibeli atau diadakan harus
direncanakan secara rasional agar jenis dan jumlahnya sesuai sehingga merupakan
produk atau bahan yang terbaik, meningkatkan penggunaan yang rasional dengan harga
yang terjangkau atau ekonomis.
29
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
Setiap pasien yang datang ke RSU Muhammadiyah Siti Aminah dengan indikasi
Hemodialisa mendapat pelayanan sesuai kebutuhannya dengan memperhatikan keselamatan
pasien, terutama agar terhindar dari cidera yang mungkin dapat terjadi.
Adapun tatalaksana keselamatan pasien yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
30
BAB VII KESELAMATAN KERJA
Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja karyawan yang terjadi dilingkungan RS, dengan
memberikan perlindungan pada karyawan yang sedang bekerja dengan menggunakan alat
perlindungan diri ( APD ).
Potensi bahaya di RS, selain penyakit–penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi liktrik, dan sumber-sumber cidera lainnya),
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial, dan
ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut diatas jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi
para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakan, oleh karena itu K3RS perlu dikelola dengan
baik yang disertai dengan menjalankan K3RS sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
31
BAB VIII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN
HEMODIALISA
A. Pengertian
1. Pengawasan
2. Pengendalian
a. Pembagian Tugas
b. Pendelegasian Tugas
c. Koordinasi Tugas
d. Pengaturan/Manajemen Waktu
1) Pelaksanaan Tugas
2) Hubungan Profesional
33
h) Pelaksanaan Post Conference
a) Pengarahan
b) Supervise staff
c) Koordinasi
d) Orientasi staff
f) Orientasi pasien/keluarga
i) Membuat keputusan
j) Manajemen konflik
34
u) Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang
rawatnya sebagai lahan praktek
v) Memberi penyuluhan kesehatan
w) Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas
1) Sosialisasi kebijakan
5) Melakukan supervisi
35
4. Melakukan pengembangan SDM melalui pelatihan, seminar work shop dan temu
ilmiah
36
BAB IX MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitor
1. Keperawatan
2. Medis
3. Kolaboratif
4. Pelayanan
Monitoring dilaksanakan oleh kepala bidang pelayanan yang diawasi langsung oleh
wakil direktur bidang pelayanan.
B. Evaluasi
Pelayanan pada pasien hemodialisa merupakan salah satu pelayanan pasien yang dinilai
berdasarkan pelayanan secara komprehensif yang dapat tercapai atau tak tercapainya
pelayanan tersebut.
37
BAB X PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan kepada pasien yang gagal ginjal kronis dengan hemodialisa oleh
petugas kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan
rohaniah sebelum pasien di lakukan tindakan hemodialisa. Perawat memiliki peran untuk
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien hemodialisa
dengan memperhatikan moral, etika serta menumbuhkan sikap empati dan caring kepada
pasien.
B. Saran
Penanganan pasien perlu dukungan semua pihak yang terkait, terutama keluarga
pasien dan perlu tindakan yang tepat dari perawat dan dokter yang merawatnya.
38