Anda di halaman 1dari 70

1

PEDOMAN
PELAYANAN BEDAH DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL
RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK
DRIYOREJO

1
2

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


bahwa buku Pedoman Pelayanan Bedah Instalasi Bedah Sentral RS Petrokimia
Gresik Driyorejo telah selesai dan dapat disusun dengan baik.
Buku pedoman Pelayanan Bedah Instalasi Bedah Sentral merupakan buku
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan bedah kepada pasien di
Instalasi Bedah Sentral. Proses pelaksanaan kerja, prosedur dan tata laksana
pelayanan Bedah dalam lingkungan RS Petrokimia Gresik Driyorejo dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Dalam kesempatan yang baik ini kami mengajak semua pihak yang terkait
untuk bersama-sama dapat memberikan masukan yang membangun demi
kesempurnaan buku ini, kritik dan saran sangat kami harapkan agar kedepannya
dapat menjadi lebih baik lagi. Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan penyusunan buku pedoman ini. Semoga buku pedoman
Pelayanan Bedah Instalasi Bedah Sentral dapat bermanfaat dalam pelaksanaan
kerja di lingkungan RS Petrokimia Gresik Driyorejo khususnya di Instalasi Bedah
Sentral.

Gresik, Juli 2022


Penyusun
3

SAMBUTAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK


DRIYOREJO

 Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Marilah kita panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga kita semua masih diberikan kesempatan untuk
senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang
dilimpahkan. Kami atas nama pribadi dan seluruh keluarga
besar RS Petrokimia Gresik Driyorejo menyampaikan
ucapan selamat dan sukses atas diterbitkannya “Pedoman Pelayanan Bedah RS
Petrokimia Gresik Driyorejo”. Buku ini berisikan tentang hal-hal terkait dengan
pelayanan Bedah sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk dalam layanan
pasien, sehingga keselamatan pasien dan keselamatan petugas terjamin.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu penerbitan pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa menyertai
langkah kita dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi pasien,
keluarga dan masyarakat pada umumnya. Amin.

Gresik, 25 Juli 2022


Rumah Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo
 

dr. Ratna Solihah Amini


Direktur
4

DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Sambutan........................................................................................................ iii
Daftar Isi......................................................................................................... iv
Peraturan Direktur.......................................................................................... 1
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 3
1.2 Tujuan Pedoman....................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Pelayanan........................................................ 3
1.4 Batasan Operasional................................................................. 3
1.5 Landasan Hukum...................................................................... 4
BAB 2 Standar Ketenagaan......................................................................... 6
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................................. 5
2.2 Distribusi Ketenagaan............................................................... 6
2.3 Pengaturan Jaga....................................................................... 6
BAB 3 Kebijakan ......................................................................................... 7
BAB 4 Standar Fasilitas................................................................................. 7
3.1 Denah Ruang Instalasi Bedah Sentral...................................... 7
3.2 Standar Fasilitas....................................................................... 8
BAB 4 Tata Laksana Pelayanan.................................................................. 16
4.1 Manajemen Instalasi Bedah Sentral.......................................... 16
4.2 Persiapan Kamar Operasi......................................................... 27
4.3 Manajemen Alat ....................................................................... 29
4.4 Pembersihan Kamar Operasi.................................................... 30
4.5 Laporan Kamar Operasi, Anestesi dan Sedasi.......................... 31
4.6 Manajemen Cuci Tangan.......................................................... 32
4.7 Pelayanan Bedah Selain Di IBS
BAB 5 Logistik............................................................................................. 33
5.1 Prosedur Penyediaan Bahan Habis Pakai dan Obat................. 33
5.2 Perencanaan Peralatan dan Peremajaan.................................. 33
5.3 Alat yang Memerlukan Kalibrasi................................................ 34
BAB 6 Keselamatan Pasien......................................................................... 35
6.1 Pengertian................................................................................. 35
6.2 Tujuan....................................................................................... 35
6.3 Tata Laksana Keselamatan Pasien........................................... 35
6.4 Sasaran Keselamatan Pasien................................................... 37
BAB 7 Keselamatan Kerja........................................................................... 22
7.1 Jaminan keselamatan dan Kesehatan Kerja............................. 40
7.2 Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
Kerja.......................................................................................... 40
7.3 Kaitan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
5

Akibat kerja .............................................................................. 40


7.4 Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas
Kesehatan................................................................................. 41
7.5 Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan.......... 41
7.6 Proteksi Radiasi ....................................................................... 24

BAB 8 Pengendalian Mutu.......................................................................... 43


8.1 Tidak ada KTD Sejak pasien diterima....................................... 42
8.2 Surgical Care Improvement Project Prophylactic Antibiotic....... 43
8.3 Pengunaan Anestesi dan Sedasi.............................................. 44
8.4 Kejadian Operasi Salah sisi, Kejadian Operasi Salah Orang.... 45
BAB 9 Penutup............................................................................................. 46
1

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK DRIYOREJO


NOMOR : 243 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN BEDAH
RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK DRIYOREJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK DRIYOREJO

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelayanan


kesehatan, maka perlu dibentuk Pedoman Pelayanan
Bedah;
b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dalam Peraturan Direktur
Rumah Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo.
.
Mengingat : 1. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
2. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No1333 tahun1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No1575 tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan Republik
Indonesia;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No290 tahun2008 tentang
Standar Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No519 tahun 2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesi dan Terapi
Intensif di Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No55 tahun2013 tentang
Rekam Medis/Medical Record;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No129 tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
2

Mencabut :Surat Keputusan Rumah Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo


nomor 144.a/04/TU.04.02/SK/RSPGD/2016 Tentang Panduan
Pelayanan Instalasi Bedah Sentral Di Rumah Sakit Petrokimia
Gresik Driyorejo

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETROKIMIA


GRESIK DRIYOREJO TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
BEDAH DI RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK
DRIYOREJO.

Pasal 1
Pedoman pelayanan Bedah di Rumah Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo
merupakan acuan bagi karyawan di lingkungan Rumah Sakit Petrokimia Gresik
Driyorejo dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Pasal 2
Pedoman pelayanan Bedah di Rumah Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Rumah Sakit
Petrokimia Gresik Driyorejo
Pasal 3
Peraturan Direktur Rumah Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo berlaku sejak
tanggal ditetapkan dan apabila terdapat kekeliruan/kekurangan didalamnya akan
diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Gresik
Pada tanggal 08 Oktober 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT PETROKIMIA
GRESIK DRIYOREJO,

RATNA SOLIHAH AMINI


3

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK
DRIYOREJO
NOMOR 243 TAHUN 2018
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
BEDAH DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RUMAH SAKIT PETROKIMIA GRESIK
DRIYOREJO

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar pasien yang akan menjalani pembedahan merasa tidak
tenang menghadapinya, entah takut sebagian badannya akan diiris, khawatir akan
komplikasi saat selesainya pembedahan ataupun seram akan suasana di kamar
operasi. Dengan memahami akan penjelasan dokter bedah sebelumnya dan telah
menerima informasi dari orang lain yang telah pernah menghadapi hal yang sama
kekhawatiran itu bisa dikurangi.
Di lingkungan ruang operasi selain terdiri dari beberapa ruang untuk tindakan
pembedahan juga dilengkapi dengan ruang penerimaan pasien dan ruang
persiapan, yaitu ruangan khusus untuk menempatkan pasien dari luar lingkungan
kamar operasi sebelum di lakukan tindakan bedah. Di rung persiapan ini, selain
pasien di data ulang juga untuk pemeriksaan akhir sebelum dilakukan opertasi
seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasaan, berat badan dan evaluasi
lainnya oleh dokter anastesi. Di ruangan ini pula pasien mulai infus ataupun obat
premedikasi yang berguna untuk menenangkan kondisi penderita menjelang
pembiusan di kamar operasi. Biasanya dokter bedah juga akan menyapa, melihat
dan melakukan lokasi operasi bila diperlukan untuk pasien one day surgery.
Jika tim bedah dan alat-alat sudah siap penderita akan di bawa ke ruang
operasi di mana di dalamnya di lengkapi banyak perawatan. Kamar yang bersih
tenang dan nyaman dengan tingkat sterilitas paling tinggi . ada meja operasi di
4

bagian tengah di atasnya ada beberapa lampu operasi, panel panel untuk gas
anastesi berserta oksigen, peralatan serta mesin anastesi, standar infus, instrumen
atau peralatan bedah lainnya. Melihat suasana dan lingkungan inilah biasanya
pasien merasa tidak tenang, guna mengurangi ketakutan ini di lakukan pemberiann
obat pra anastesi yang optimal.
Setelah selesai pembedahan pasien akan di tempatkan di ruang observasi
atau ruang pemulihan. Di ruangan ini akan di pantau secara ketat perkembangan
kondisi pasien dari setelah menjalani pembiusan sampai pada keadaan stabil akan
di berikan oksigen, diukur kondisi vital tubuh meliputi tekanan darah, denyut nadi
ataupun pernafasan. Selain itu di pantau juga adanya efek terhadap pembedahan
yang di kerjakan sebelumnya, terutama terhadap kemungkinan terjadinya
perdarahan, saturasi oksigen menurun. Observasi dan evaluasi di lakukan kurang
lebih 2 jam sebelum di pindahkan ke ruang perawatan. Untuk pasien post op operasi
dengan kondisi kritis pasien langsung di pindahkan keruang perawatan intensif.
Semua petugas kamar operasi dan petugas dari unit lain yang masuk dalam
lingkungan kamar operasi harus menggunakan pakaian khusus yang telah
disediakan di kamar operasi.
Penggunaan anestesi sedasi dan intervensi bedah adalah proses yang
umum dan kompleks di rumah sakit. Tindakan-tindakan ini membutuhkan asesmen
pasien yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi,
monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan
berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer maupun pemulangan (discharge).
Pelayanan bedah di Instalasi Bedah Sentral RS Petrokimia Gresik Driyorejo
harus terencana dan terdokumentasikan berdasarkan hasil asesmen. Karena
tindakan pembedahan membawa resiko dengan tingkatan tinggi, maka harus
direncanakan secara seksama. Asesmen pasien adalah dasar untuk memilih
prosedur yang tepat. Asesmen memberikan informasi penting terhadap pemilihan
prosedur yang tepat dan waktu yang optimal, terlaksananya prosedur secara aman,
menginterpretasikan temuan dalam monitoring pasien. Pemilihan prosedur
tergantung pada riwayat pasien, status fisik, dan data diagnostic termasuk resiko
dan manfaat prosedur bagi pasien. Pemilihan prosedur membertimbangkan
informasi dan asesmen saat masuk rawat inap, tes diagnostik, dan sumber lain yang
tersedia.
5

Proses asesmen dapat dijalankan dalam kerangka waktu yang lebih singkat
bilamana pasien secara darurat membutuhkan pembedahan. Hal ini yang perlu
diperhatikan adalah edukasi dan diskusi dengan pasien dan keluarganya atau orang
yang berwenang membuat keputusan bagi pasien. Pasien dan keluarga atau para
pembuat keputusan menerima informasi yang adekuat untuk berpartisipasi dalam
keputusan pemberian pelayanana dan memberikan persetujuan (informed consent)
yang berisiko dari prosedur yang direncanakan, manfaat prosedur yang
direncanakan , komplikasi yang potensial terjadi, alternative tindakan pembedahan
dan non bedah yang tersedia untuk merawat.
1.2 Tujuan Pedoman
Sebagai acuan untuk melakukan pelayanan di Instalasi Bedah Sentral RS
Petrokimia Gresik Driyorejo.
1.3 Ruang Lingkup Pelayanan
Instalasi Bedah Sentral RS Petrokima Gresik Driyorejo memberikan
pelayanan bedah baik emergency maupun elektif
1.4 Batasan Operasional
1. Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan
terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau
melalui operasi dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yan sama dengan
kata “Chirurgia” (dibaca: KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani “Cheir” artinya
tangan dan “Ergon” artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan oleh dokter
untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya
dengan obat-obatan sederhana (Potter,2006).
Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk
dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery),
kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap (outpatient surgery) atau
pembedahan sehari (one day surgery).
2. Jenis Pembedahan
a. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan
secara sederhana,tidak memiliki resiko terhadap nyawa pasien dan tidak
6

memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya, seperti membuka


abses superficial, pembersihan luka, superficial neuroktomi, circumsisi,
eksisi dan eksterpasi kecil.
b. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit
untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu ,
melibatkan resiko terhadap nyawa pasien dan memerlukan bantuan
asisten, seperti bedah Caesar, mammektomi, bedah thorak, bedah otak,
bedah ortopedi, bedah urologi,dll.
c. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptic merupakan pembedahan yang berhubungan dengan
penggunaan agen antiseptic untuk mengontrol kontaminasi bacterial,
seperti debridement.
d. Bedah Konservatif
Bedah konsertvatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai
cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang
diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan
amputasi, seperti koreksi dan imobilisasi dan fraktur pada kaki daripada
melakukan amputasi terhadap kaki.
e. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau
sumber dari penyakit tersebut dibuang seperti pembedahan radikal untuk
neoplasma.
f. Pembedahan Rekronstuktif
Pembedahan rekronstuktif merupakan pembedahan yang dilakukan
utnuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan
pada deformitas atau malformasi, seperti pembedahan terhadap langit-
langit mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi dan fraktur
malunion.
g. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau
dengan transfer jaringan dari bagian tubuh lainnya, seperti tendon
7

transfer, meningocel, polydactili, syndactili, dan pemasangan implant


pada mamae.
h. Sifat Operasi
1) Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan tanpa
membahayakan nyawa pasien.
2) Bedah Emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam
keadaan sangat mendadak dan untuk menghindari komplikasi lanjut
dari proses penyakit atau menyelamatkan jiwa pasien.
1.5 Landasan Hukum
Penyelenggaraan pelayanan Instalasi Bedah Sentral RS Petrokmimia Gresik
Driyorejo sesuai dengan :
1. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang nomor 36 tahum 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
4. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 1993.
5. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (patient safety),
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008.
6. Buku Pedoman Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit Direktorat Bina Upaya
kesehatan, Kementrian Kesehatan, 2012.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
8

BAB 2
KEBIJAKAN

Berdasarkan pada kebijakan direktur RSPG Driyorejo yang dimaksud dengan :

1. Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui
operasi dengan tangan.
2. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan oleh dokter untuk
mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan
obat-obatan sederhana
3. Standar pelayanan bedah berlaku di area manapun dalam rumah sakit yang
menggunakan anestesi, sedasi sedang dan dalam, dan juga pada tempat
dilaksanakanya prosedur pembedahan dan tindakan invasive lainnya yang
membutuhkan persetujuan tertulis (informed consent).
4. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) adalah dokter yang bertanggung
jawab pada pasien yang menjalani pembedahan sejak pasien masuk Rumah
Sakit sampai pasien seleselai menjalani pembedahan.
5. Asesmen pra bedah adalah proses assesmen medis pre operasi sebelum
tindakan pembedahan oleh DPJP dengan melakukan edukasi pada pasien
tentang pembedahan, melakukan penandaan jika diperlukan, dan melengkapi
inform consent.
6. PPA (Profesional Pemberi Asuhan) adalah tenaga profesional termasuk
dokter, perawat, bidan, dan apoteker yang bertanggung jawab memberikan
asuhan selama pasien menjalani perawatan dan terapi di Rumah Sakit.
7. Surgical Safety Checklist adalah adalah sebuah daftar periksa untuk
memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien.
Surgical Safety Checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan
pasien yang digunakan oleh tim professional di ruang operasi.
8. Zona steril rendah merupakan zona bebas, zona di luar instalasi bedah
sentral.
9. Zona steril sedang merupakan zona yang terdiri dari ruang transit, ruang
administrasi, ruang loker (ruang ganti pakaian dokter dan perawat) ruang
edukasi.
10. Zona steril tinggi zona resiko tinggi merupakan kompleks ruang operasi, yang
terdiri dari ruang premedikasi, ruang induksi, ruang scrub, ruang pemulihan,
ruang penyimpanan perlengkapan bedah, dan koridor ruang operasi.
11. Zona steril sangat tinggi adalah zona kamar operasi.
12. Setiap asuhan bedah pasien direncanakan dan didokumentasikan di rekam
medis berdasarkan hasil asasmen.
13. Asesmen pasien bedah (berbasis IAR) sebagaimana yang dimaksud ayat 1)
memberikan informasi terhadap :
a. Tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaannya
b. Melaksanakan tindakan dengan aman.
c. Menyimpulkan temuan selama monitoring
14.
10

15. Hasil asesmen yang di gunakan untuk menentukan rencana operasi di catat
oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) di rekam medik pasien
sebelum operasi dimulai.
16. Untuk pasien yang langsung dilayani oleh dokter bedah, asesmen prabedah
menggunakan asesmen awal rawat inap.
17. Pasien, keluarga dan mereka yang memutuskan di berikan edukasi
Yang memuat :
a. Resiko dari rencana tindakan operasi
b. Manfaat dari rencana tindakan operasi
c. Kemungkinan komplikasi dan dampak
d. Pilihan operasi atau non operasi (alternatif) yang tersedia untuk
menangani pasien
e. Penggunaan darah atau produk darah serta resiko dan
alternatifnya
f. Edukasi dilakukan oleh dokter penanggung jawab layanan
(DPJP) dan dicatat pada bagian pemberian informasi dalam form
persetujuan tindakan kedokteran
18. Informasi yang terkait dengan operasi dicatat dalam laporan operasi dan di
gunakan untuk menyusun rencana asuhan lanjutan
19. Laporan operasi sebagaimana yang dimaksud ayat 1) harus diselesaikan
setelah selesai operasi, sebelum pasien dipindah ketempat asuhan biasa.
20. Laporan operasi sebagaimana yang dimaksud ayat 1) dapat di buat di area
asuhan intensif lanjutan (ICU) apabila dokter bedah mendampingi sampai
keruangan tersebut
21. Rencana asuhan pasca operasi dibuat oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), perawat, professional pemberi pelayanan (PPA) lainnya
untuk memenuhi kebutuhan segera pasien pasca operasi
22. Asuhan pasca operasi sebagaimana yang dimaksud ayat 1) di catat di rekam
medis pasien dalam 24 jam oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
atau di verifikasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) bila di tulis
oleh dokter bedah yang di delegasikan
23. Semua prosedur pembedahan yang menggunakan implant bisa dilakukan di
Rumah Sakit Petrokimia Gresik dan harus memperhatikan pertimbangan
khusus tentang tindakan yang dimodifikasi kecuali untuk tindakan – tindakan
11

seperti pemasangan alat pacu jantung dan pompa insulin belum bisa
dikerjakan di Rumah Sakit Petrokimia Gresik
24. Kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan kembali
(recall) alat dengan melakukan antara lain menempelkan barcode alat di
rekam medis.
25. Semua peralatan implan yang digunakan ada bukti yang menunjukkan keluar
dan masuknya implan dan tercatat dalam buku rekam medis pasien
26. Kamar operasi memenuhi persyaratan tentang pengaturan zona berdasar
atas tingkat sterilitas ruangan sesuai dengan perundang-undangan dan
memperhatikan resiko keselamatan dankeamanan
27. Alur masuk barang barang steril harus terpisah dari alur keluar barang dan
pakaian kotor
28. Koridor steril dipisahkan dan tidak boleh bersilangan alurnya dengan koridor
kotor
29. Jenis pelayanan bedah yang dapat dilakukan di Rumah Sakit Petrokimia
Gresik Driyorejo adalah:
a. Bedah Umum
b. Bedah Orthopaedi
c. Bedah Obstetri dan gynekologi
d. Bedah THT
e. Bedah Mata
f. Bedah Urologi
30. Rumah Sakit menetapkan program mutu dan keselamatan pasien dalam
pelayanan bedah dengan melakukan monitoring dan evaluasi yang tercatat
dalam lembar assesmen prabedah, lembar penandaan lokasi operasi, lembar
surgical safety checklist, diskrepansi pre dan post operasi
31. Program mutu pelayanan bedah diintegrasikan dengan program mutu Rumah
Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo
12

BAB 3
STANDAR KETENAGAAN

3.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kualifikasi tenaga medis di Instalasi Bedah Sentral RS Petrokimia Gresik
Driyorejo :
a. Dokter Bedah : Menggunakan jasa pelayanan home surgeon / dokter
bedah full timer.
b. Dokter tamu (dokter bedah umum dan dokter bedah spesialis)
c. Dokter Anestesi : Menggunakan jasa pelayanan home anestesiologist
/ dokter anestesi full timer.
d. Dokter Umum
2. Kualifikasi Tenaga Perawat Instalasi Bedah Sentral RS Petrokimia Gresik
Driyorejo :
a. Perawat kamar operasi dalam hal ini Perawat Asisten, Perawat
Instrumen dan Perawat Sirkuler yang memiliki : Sertifikat
Penanggulangan Penderita Gawats Darurat (PPGD), Basic Life
Support (BLS) dan pelatihan dasar instrument.
b. Perawat Anastesi memiliki sertifikat pelatihan anestesi, Sertifikat
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD), dan Basic Life
Support (BLS).

KUALIFIKASI TENAGA
NAMA JABATAN
FORMAL INFORMAL YANG DIBUTUHKAN
Ka. Instalasi Bedah Dokter Umum 1
Sentral PPGD / BLS
Koordinator Kamar D III Keperawatan 1
Operasi (Pengalaman Min 5 tahun)
Sertifikat pelatihan dasar
instrumen
PPGD/BLS
Perawat Asisten D III Keperawatan 2
(Pengalaman min 2 tahun)
Sertifikat pelatihan dasar
instrumen
13

PPGD/BLS
Perawat Instrumen D III Keperawatan 2
(Pengalaman min 2 tahun)
Sertifikat pelatihan dasar
instrumen
PPGD/BLS
Perawat Anestesi D III keperawatan 2
Sertifikat Pelatihan dasar
anestesi
PPGD/BLS

3.2 Distribusi Ketenagaan


1. Untuk Dokter spesialis yang ada di kamar operasi:
a. Dokter Spesialis Bedah Umum: 2 (1 Dokter Home,1 dokter tamu),
b. Dokter Spesialis Anestesi: 3 (1 Dokter Home,2 Dokter Tamu)
c. Dokter Spesialis Orthopedi: 2 (2 Dokter Tamu)
d. Dokter Spesialis Obgyn: 2 (1 Dokter Home,1 Dokter Tamu)
e. Dokter Spesialis Mata : 2 (2 Dokter Tamu)
f. Dokter Spesialis THT: 1 (Dokter Tamu)
g. Dokter Spesialis Urologi: 1 (Dokter Tamu)
2. Untuk Tenaga Perawat yang ada di Kamar Operasi:
a. Perawat Instrumen: 5 orang
b. Perawat asisten anestesi: 2

3.3 Pengaturan Jaga


Terlampir
14

BAB 4
STANDAR FASILITAS

4.1 Denah Ruang

4.2 Standar Fasilitas


1. Pembagian daerah-daerah di kamar operasi
Secara umum lingkungan di kamar operasi terdiri dari 5 area:
a. Zona 1 ( warna hijau ) / zona steril rendah
Zona ini merupakan zona bebas, zona di luar instalasi bedah sentral
b. Zona 2 ( warna kuning ) / zona steril sedang
Zona ini terdiri dari ruang transit, ruang administrasi, ruang loker ( ruang
ganti pakaian dokter dan perawat ) ruang edukasi
15

c. Zona 3 ( warna merah )/zona steril tinggi/zona resiko tinggi/semi steril


Zona ini merupakan kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang
premedikasi, ruang induksi, ruang scrub, ruang pemulihan, ruang
penyimpanan perlengkapan bedah, dan koridor ruang operasi
d. Zona 4 ( warna biru )/ zona steril sangat tinggi/zona resiko sangat tinggi
Zona ini adalah zona kamar operasi
e. Zona 5 ( warna merah )/ area nuclei
Zona meja operasi
2. Bagian-bagian kamar operasi
Kamar operasi di Rumah Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo mempunyai
beberapa ruangan, baik di dalam kamar operasi maupun di lingkungan kamar
operasi, antara lain:
1) Kursi
2) Televisi
3) AC
a. Ruang Penerimaan Pasien (Transfer pasien)
Ruang penerimaan pasien adalah ruang yang digunakan untuk menerima
pasien baik pasien dari ruang rawat inap maupun pasien operasi One day
surgery (ODS).
b. Ruang Pengambilan Pasien
Ruang pengambilan pasien adalah ruang yang digunakan untuk
memindahkan pasien yang telah selesai operasi baik pasien dari ruang
rawat inap maupun pasien operasi One Day Surgery (ODS) kembali ke
ruang rawat inap atau langsung pulang untuk pasien operasi One Day
Surgery (ODS).
c. Ruang Persiapan / Premedikasi
Ruang penerimaan pasien adalah ruang persiapan pasien sebelum
menjalani tindakan pembedahan. Ruangan ini dilengkapi:
1) Brankard
2) Oksigen sentral
d. Ruang Operasi I
Merupakan kamar operasi bersih,yang dilengkapi dengan :
1) Alat kedokteran untuk anastesi
16

a) Mesin anastesi
b) Monitor ECG
c) Mesin suction
d) Laryngoscope
e) Magil forcep
f) Reservoir bag berbagai ukuran
g) Guedel berbagai ukuran
h) Endotracheal tube berbagai ukuran
i) Xylocain spray
j) Jelly
k) Cath suction
l) Facemask
m) Konektor
n) Troly besi berisi obat, cairan infuse dan alkes
o) Oksigen dan N20 sentral
2) Alat kedokteran untuk operasi
a) Meja operasi
b) Lampu operasi
c) Mesin diathermi
d) Meja mayo
e) Meja instrument
f) Film viewer
g) Waskom dan standartnya
h) Standart infus
i) Tempat linen kotor
j) Tempat sampah
k) AC sentral
l) Lemari berisi instrumen operasi dan baju operasi steril
e. Ruang Operasi II
Ruang operasi II merupakan kamar operasi bersih, yang dilengkapi :
1) Alat kedokteran anastesi
a) Mesin anastesi
b) Monitor ECG
17

c) Mesin suction
d) Laryngoscope
e) Magil forcep
f) Reservoir bag berbagai ukuran
g) Guedel berbagai ukuran
h) Endotracheal tube berbagai ukuran
i) Xylocain spray
j) Jelly
k) Cath suction
l) Facemask
m) Konektor
n) Troly besi berisi obat, cairan infuse dan alkes
o) Oksigen dan N20 sentral
2) Alat kedokteran untuk operasi
a) Meja operasi
b) Lampu operasi
c) Mesin diathermi
d) Meja mayo
e) Meja instrument
f) Film viewer
g) Waskom dan standartnya
h) Standart infus
i) Tempat linen kotor
j) Tempat sampah
k) AC sentral
l) Lemari berisi instrumen operasi dan duk operasi steril

f. Ruang Cuci Tangan


Ruang untuk cuci tangan ahli bedah,asisten dan semua petugas yang akan
mengikuti kegiatan dalam kamar operasi. Berada diantara dua kamar
operasi yang dipasang pintu yang dilengkapi kaca tembus pandang.
Ruangan ini dilengkapi :
18

1) 2 kran
2) Dispenser cairan desinfektan
3) Tempat apron disposable
g. Ruang penyimpanan Alat Steril
Tersedia lemari untuk penyimpanan instrumen yang sudah steril dan siap
pakai yang terdapat di dalam Kamar Operasi I dan Kamar Operasi II.
h. Ruang Penyimpanan Alat Kesehatan
Tersedia lemari untuk penyimpanan alat kesehatan.
i. Ruang Penyimpanan Obat dan Alkes Anestesi
Tersedia rak untuk menyimpan obat dan alat kesehatan anastesi.
j. Ruang Pulih Sadar (Recovery Room)
Ruang pulih sadar adalah ruang untuk mengobservasi pasien pasca
operasi. Ruang Pulih sadar dilengkapi dengan :
1) 2 buah tempat tidur (masing-masing 1 tempat tidur di masing masing
ruang RR)
2) 1 buah oksigen tabung untuk transportasi
3) 2 monitor
4) 2 tensi
5) Stetoscop
6) Thermometer
7) 1 mesin suction
8) Spatel lidah
k. Koridor
Merupakan lorong penghubung antara Kamar Operasi, Ruang Transfer,
ruang pengambilan pasien, ruang premedikasi dan ruang pulih sadar.
l. Ruang Istirahat Dokter dan Ruang Makan (pantry)
Ruang ini dilengkapi :
1) Sofa
2) Meja
3) TV
4) AC
5) Wastafel
6) Piring gelas
19

m. Ruang Ganti dokter


Ruang ini dilengkapi :
1) Lemari gantung
2) Loker
3) Lemari penyimpanan pakaian bersih kamar operasi
4) Rak sepatu (dalam)
5) Cermin
6) Tempat baju kotor
n. Ruang Ganti perawat
Ruang ini dilengkapi :
1) Lemari gantung
2) Loker
3) Wastafel
4) Cermin
5) Kamar mandi / WC
6) Tempat baju kotor
7) Lemari penyimpanan baju operasi bersih
o. Gudang
Untuk menyimpan alat penunjang operasi yang masih berfungsi akan tetapi
tidak sedang diperlukan.

3. Standar Peralatan Instalasi Bedah Sentral


Alat Penunjang yang Tersedia
1.       Mesin Anestesi 2 unit Masing – masing terkalibrasi bulan
ada di kamar Februari 2022
operasi
2.       N2O 2 unit 1 rusak  
20

3.       Oksigen   central  


4.       Monitor EKG 2 unit Masing – masing terkalibrasi bulan
di kamar operasi Februari 2022
5.       Jacksoon rees 2 unit          1 buah
ukuarn dewasa  
         1 buah
ukuran anak -
anak  
6.       Maagil 1 buah Di lemari
anestesi  
7.       Stylet 2 buah    
8.       Stetoskope dewasa 3 buah 1 anak, 2 dewasa  
9.       Prekordial 1 buah Di lemari anestesi  
10.    Trolly anestesi 2 buah Masing – masing
di kamar operasi  
10.    Suction 2 buah          Ada di terkalibrasi bulan
masing-masing Februari 2022
OK
11 Lampu operasi 2 buah   terkalibrasi bulan
Februari 2022
12 Meja Operasi 2 buah    
13 Bor ortho 3 buah    
14 Tourniquet ortho 2 unit    
15 AC Split 9 unit          1 di ruang maintenance rutin
istirahat dokter 1x/bulan
           2 di ruang maintenance rutin
operasi 1 1x/bulan
           2 di ruang maintenance rutin
operasi 2 1x/bulan
           2 di ruang maintenance rutin
RR 1x/bulan
           1 di ruang maintenance rutin
sterilisasi 1x/bulan
  1 di ruang maintenance rutin
transfer pasien 1x/bulan
16 ECU (electrocauter 1 buah Di kamar operasi terkalibrasi bulan
unit) Februari 2022
16 Dispenser 1 buah          Terletak di
pantry  
17 Mesin Sterilisasi Di ruang terkalibrasi bulan
1 buah sterilisasi Februari 2022

4. Non Medis
a. Ventilasi
Memakai AC yang dilengkapi dengan prefilter dan hepafilter dengan suhu
19˚C-14˚C.
21

b. Sistem penerangan
Lampu ruangan memakai lampu pijar putih blok yang menempel din langit-
langit sehingga tidak menampung debu dan mudah dibersihkan.
Pencahayaan di ruangan sesuai peraturan No 1204/Menkes/SK/X/2004
yaitu 100 – 200 Lux. Lampu operasi merupakan lampu khusus / halogen
yang terdiri dari beberapa lampu yang fokusnya dapat diatur,tidak panas,
tidak meyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan.
c. Sistem gas
Sistem gas dibuat sentral memakai sistem pipa. Sistem pipa melalui
bawah lantai atau diatas langit-langit, dibedakan sistem pipa oksigen,
Medical air, Vacuum.
d. Sistem listrik
Ada sistem penerangan darurat dan sistem lirstrik cadangan (genset) yang
akan menyala 7-10 detik, bila terjadi mati listrik dan dilengkapi dengan
UPS.
e. Sistem komunikasi
Ada sistem komunikasi dengan ruangan lain di dalam rumah sakit dan
keluar rumah sakit.
f. Instrumentasi
Semua peralatan menggunakan mobile atau troly, mempunyai roda atau
diletakkan diatas troly beroda. Semua alat terbuat dari stainless steel dan
mudah dibersihkan
22

BAB 5
TATA LAKSANA PELAYANAN

5.1 Manajemen Instalasi Bedah Sentral


1. Administrasi dan Pengelolaan
a. Rumah Sakit menetapkan Instalasi Bedah Sentral sebagai koordinator
pelayanan pembedahan, sesuai dengan Struktur Organisasi Instalasi
Bedah Sentral.
b. Pengorganisasian selengkapnya diatur dalam pedoman Pengorganisasian
Instalasi Bedah Sentral.
c. Tindakan pembedahan di Instalasi Bedah Sentral dilaksanakan dengan
kerja sama antara dokter bedah dan dokter anastesi. Dokter bedah dan
dokter anestesi bekerja sesuai hak dan kewajibannya sesuai dengan
kebijakan tentang hak dan kewajiban dokter bedah dan dokter anestesi.
d. Pelayanan di Instalasi Bedah Sentral dikepalai oleh seorang dokter umum.
e. Jadwal dinas untuk staf Instalasi Bedah Sentral diatur oleh kordinator
Kamar Operasi yang dibuat 1 bulan sekali, pengaturan tugas setiap hari
sesuai dengan jumlah operasi dan kemampuan staf.
f. Pelayanan Anestesi di Instalasi Bedah Sentral dikepalai oleh seorang
dokter Anestesi sebagai kordinator.
g. Pelayanan Anestesi di Instalasi Bedah Sentral dilakukan oleh dokter
anestesi dan perawat anestesi yang fulltime sesuai uraian tugas.
2. Penjadwalan Operasi
a. Mengatur Jadwal Operasi secara efektif
Pengaturan ini dibuat dalam bentuk penyusunan jadwal setiap harinya, baik
operasi elektif maupun emergensi. Kamar operasi atau ruang tindakan
harus dalam keadaan siap pakai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun jadwal:
23

1) Tetapkan aturan yang jelas tentang penjadwalan operasi elektif dan


emergensi.
2) Bila ada operasi emergensi dan urgent, maka operasi elektif diundur.
3) Atur penggunaan kamar operasi sesuai dengan kasusnya dan seefektif
mungkin supaya acara operasi tidak menumpuk di jam-jam tertentu.
4) Utamakan penerimaan jadwal operasi untuk pasien yang sudah MRS.
5) Penerimaan acara elektif dari jam 07.00-21.00
6) Bila ada penundaan / pembatalan acara operasi, bila memungkinkan
acara operasi berikutnya dimajukan.
7) Bila ada penambahan acara operasi saat berjalan tindakan, jam
operasi disesuaikan dengan acara operasi yang sudah ada dan kamar
operasi disesuaikan dengan kasusnya.
b. Durasi operasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Emergensi
Prosedur yang mengancam nyawa
2) Non Urgent
Prosedur yang bisa dikerjakan setelah 24 jam. Dalam hal ini banyak
terjadi kasus urgent dalam waktu yang bersamaan, pasien
diprioritaskan berdasarkan kegawat daruratannya dan
dipertimbangkan berdasarkan masing-masing keilmuan. Ada empat
prinsip dalam menyusun prioritas pasien untuk kamar operasi,yaitu
 Keselamatan pasien
 Akses dokter bedah dan pasien ke tempat tindakan
 Memaksimalkan efisiensi kamar bedah
 Meminimalkan waktu tunggu pasien
c. Beberapa cara untuk memaksimalkan jadwal kamar operasi antara lain:
1) Kerjasama yang baik dalam tim bedah
2) On time dalam memulai tugas
d. Penjadwalan Operasi:
Sifat operasi Penentuan Tindakan Operasi CITO Berdasarkan sifat operasi
dan waktu
1) Berdasarkan sifat:
Kasus emergensi yang diacarakan saat itu juga
24

2) Berdasarkan waktu:
Penjadwalan kurang dari 6 jam. Tindakan operasi diluar jam kerja.
Catatan:
a. Untuk pengaturan acara operasi pagi (07.00) maksimal jadwal operasi
yang hampir bersamaan adalah 3 operasi.
b. Apabila terpaksa / emergensi terdapat 3 operasi yang bersamaan dengan
syarat tenaga instrument, sirkuler, asisten dan anestesi mencukupi.
c. Untuk operasi CITO / emergensi diluar jam kerja harus bergantian (jika
terpaksa 2 operasi emergensi bersamaan dapat memanggil staf diluar jam
dinas).
3. Staf Kamar Operasi
a. Untuk semua staf kamar operasi harus memiliki disiplin tinggi terhadap
peraturan yang ada di kamar operasi
b. 30 menit sebelum pembedahan dimulai staf Instalasi Bedah Sentral harus
sudah hadir.
c. Saat operasi berlangsung untuk petugas lain tidak banyak mondar mandir
di dalam kamar operasi (keluar masuk kamar operasi) membuka pintu.
d. Menjaga kesehatan dan kebersihan diri
e. Perlengkapan petugas :
1) Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan
a) Baju kamar operasi
b) Penutup kepala
c) Masker
d) Alas kaki atau sepatu didalam kamar operasi
e) Jas operasi steril
f) Sarung tangan steril
2) Perlengkapan petugas lain
a) Baju kamar operasi
b) Penutup kepala
c) Masker
d) Alas kaki
3) Pakaian kamar operasi dilepas bila akan meninggalkan area kamar
operasi atau keluar kamar operasi
25

4. Alur Masuk dan Keluar Kamar Operasi


a. Alur masuk untuk petugas
1) Petugas Instalasi Bedah Sentral menaruh sepatu di rak yang telah
disediakan lalu masuk lewat pintu samping kamar operasi lalu masuk
ke kamar ganti wanita (untuk petugas wanita), pintu ganti pria (untuk
petugas dan dokter pria). Tiap ruang ganti disediakan loker terkunci
dan pakaian kamar operasi. Petugas memakai sandal kamar operasi
didepan kamar ganti.
2) Petugas mengganti baju dengan pakaian kamar operasi ( tidak
diperkenankan merangkap baju luar dengan baju kamar operasi)
dilengkapi dengan topi dan masker yang telah disediakan di kamar
ganti masing-masing.
3) Mencuci tangan dengan hand scrub di ruang administrasi sebelum
memasuki ruang semi reristrik.
4) Masuk kamar operasi (lengkap menggunakan pakaian kamar operasi,
alas kaki atau sandal operasi atau sepatu, topi dan masker).
b. Alur keluar untuk petugas
1) Untuk alur keluar, pintu sama seperti pada waktu masuk
2) Sandal diletakkan di rak didepan ruang ganti pria
3) Petugas yang membawa bayi baru lahir (Secio Caesaria) keluar lewat
pintu belakang tempat petugas ruangan mengambil pasien yang telah
selesai operasi.

5. Penerimaan di Kamar Operasi


a. Semua pasien yang akan menjalani operasi diterima diruang penerimaan
pasien baik pasien dari ruangan, rawat jalan dan rujukan dari rumah sakit
lain.
b. Memastikan keluarga pasien sudah mendaftar di TPPRI (Untuk pasien one
day surgery dan pasien rujukan dari rumah sakit lain).
c. Melakukan serah terima pasien dan cek kelengkapan administrasi pasien :
identitas pasien. Lembar persetujuan tindakan operasi dan anastesi, hasil-
hasil pemeriksaan (laboratorium, radiologi,dll), kelengkapan persiapan
26

operasi (persiapan darah, implan),perkiraan biaya dan tindakan yang


dilakukan.
d. Memastikan alat bantu yang dipakai oleh pasien sudah dilepas (gigi palsu,
kontak lens,dll)
e. Mendokumentasikan identitas pasien pada buku registrasi pembedahan.
f. Melaporkan pada dokter bedah dan dokter anestesi bahwa pasien sudah
datang (untuk pasien one day surgery)
g. Menyiapkan pasien untuk masuk ke kamar operasi.
h. Menyerahkan semua barang berharga pasien kepada keluarga, catat pada
buku dan ditandatangani oleh keluarga dan petugas yang menyerahkan
(untuk pasien one day surgery dan pasien bukan dari Rumah Sakit lain).
i. Memakaikan gelang identitas pasien sesuai dengan jenis kelamin (untuk
pasien ona day surgery dan pasen rujukan dari Rumah Sakit lain).
j. Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda vital pasien.
k. Dokter anestesi memeriksa pasien, dan dokter bedah memeriksa dan
menandai lokasi yang akan dioperasi untuk pasien one day surgery
l. Melaksanakan program dokter anestesi (premedikasi, pasang infus untuk
pasien one day surgery).
m. Menyiapkan pasien di dalam kamar operasi
6. Alur masuk dan keluar pasien
a. Alur masuk
1) Pasien masuk melalui pintu depan di ruang penerimaan pasien
2) Pasien diterima oloeh perawat kamar operasi di ruang penerimaan
pasien
3) Identifikasi pasien
4) Pengecekan kelengkapan persiapan operasi
5) Pasien dibawa ke ruang persiapan / premedikasi
b. Alur keluar pasien
1) Pasien dari kamar operasi keluar melalui pintu pasien kamar operasi
2) Masuk ke ruang pulih sadar didampingi oleh perawat
3) Setelah pasien dimonitoring dan memenuhi kriteria, perawat menelpon
ruangan untuk pengambilan pasien
4) Pasien dipulangkan melalui pintu keluar kamar operasi
27

7. Manajemen Pre Operasi


a. Pemeriksaan pra bedah dan perencanaan pra bedah yang terdokumentasi.
Dokter operator harus melakukan evaluasi pra bedah untuk menentukan
kemungkinan pemeriksaan tambahan dan konsultasi dengan bidang lain untuk
membuat suatu asesmen pra bedah. Semua informasi yang diberikan pada
pasien, mengenai kondisi pasien, diagnosis penyakit (indikasi
operasi/tindakan), Alasan mengapa harus dilakukan operasi/tindakan, hal yang
akan terjadi bila tidak dilakukan operasi atau tindakan, apa yang dilakukan saat
operasi atau tindakan, rencana tindakan, alternatif tindakan, tingkat
keberhasilan, komplikasi operasi atau tindakan yang mungkin terjadi, alternatif
terapi atau tindakan lain (bila ada), prognosis/kemungkinan-kemungkinan
gambaran ke depan yang terjadi dan rencana pengelolaan pasca bedah,
perkiraan biaya (hanya biaya operasi, tidak termasuk akomodasi dan obat)
harus didokumentasi lengkap dan disertakan dalam rekam medis pasien dan
ditandatangani oleh pasien atau keluarga,dokter bedah yang
bersangkutan/DPJP, saksi pihak pasien atau keluarga, dan saksi pihak Rumah
Sakit Petrokimia Gresik Driyorejo. Informasi yang diberikan dicatat dalam
lembar khusus informed consent yang disertakan dalam rekam medis pasien.
Setiap asuhan bedah pasien direncanakan dan didokumentasikan di rekam
medis berdasarkan hasil asasmen
Asesmen pasien bedah (berbasis IAR) memberikan informasi terhadap :
Tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaannya, Melaksanakan tindakan
dengan aman, Menyimpulkan temuan selama monitoring.
Hasil asesmen yang di gunakan untuk menentukan rencana operasi di catat
oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) di rekam medik pasien sebelum
operasi dimulai.
Untuk pasien yang langsung dilayani oleh dokter bedah, asesmen prabedah
menggunakan asesmen awal rawat inap.

b. Persetujuan Tindakan Kedokteran


1) Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan di Instalasi
Bedah Sentral RS Petrokimia Gresik Driyorejo terlebih dahulu harus
dimintakan Persetujuan Tindakan Kedokteran sesuai dengan kebijakan
28

tentang persetujuan dan penolakan tindakan kedokteran di RS


Petrokimia Gresik Driyorejo.
2) Persetujuan Tindakan Kedokteran harus disertai penjelasan
pembedahan (edukasi) baik dilakukan dokter bedah maupun dokter
Anestesi yang dapat memberikan rasa aman pada pasien.
3) Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran sesuai dengan
Standar Prosedur operasional Persetujuan Tindakan Kedokteran.
4) Semua pasien yang dikirim dan unit rawat inap ke kamar operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan Persetujuan Tindakan Kedokteran
sudah diisi lengkap.
5) Untuk pasien one day surgery, Persetujuan Tindakan kedokteran akan
diminta kan di kamar operasi sebelum dilakukan tindakan operasi
6) Untuk pasien dan klinik RS Petrokimia Gresik Driyorejo Persetujuan
Tindakan Kedokteran sudah dimintakan di klinik masing-masing.
b. Penandaan Lokasi Operasi ( site marking)
1) Penandaan operasi dilaksanakan di unit perawatan tempat pasien
rawat inap oleh dokter operator dengan tanda panah mengarah pada
bagian yang akan dilakukan operasi
2) Untuk Pasien one day surgery, penandaan lokasi operasi dilakukan di
ruang persiapan pasien oleh dokter operator
3) Harus dilakukan pada kasus organ 2 sisi (lateral), struktur multipel (jari
tangan, jari kaki, lesi) atau multipel level (tulang belakang).
4) Waktu pelaksanaan penandaan dilakukan
a) Minimal sebelum pasien dilakukan premedikasi sehingga dalam
keadaan sadar, pasien diikutsertakan dalam penandaan tersebut.
b) Pada keadaan pasien tidak sadar atau paslen tidak koperatif,
proses penandaan tempat operasi melibatkan keluarga atau orang
terdekat pasien.
c) Penandaan boleh tidak dilakukan pada keadaan darurat.
5) Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan
a) Kasus organ tunggal (misalnya operasi caesar, jantung).
b) TUR, circumsisi
c) Kasus yang melibatkan gigi, mulut.
29

d) Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan


menyebabkan tato permanen.
e) Dimana secara klinis atau anatomi tidak memungkinkan untuk
diberi tanda: Permukaan mukosa, perineum, amandel,
hemorroidectomy.
f) Untuk gigi, nama prosedur tindakan gigi akan ditandai pada
rontgen gigi.
g) Bila pasien menolak dan sudah dijelaskan pasien dan keluarga
diminta membuat surat penolakan
6) Time Out dan Sign Out
Demi peningkatan keamanan pasien, sebelum dilakukan insisi, dokter
operator bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur “time out” dan “sign
out” yang tata caranya dijabarkan dalam SPO.

8. Manajemen Intra Operasi


Hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari masalah dalam ruang operasi
a. Meminimalkan distraksion dan interupsi
b. Mencegah trauma benda tajam
c. Keselamatan alat (scalpel yant terlindungi,jarum berujung tumpul dll)
d. Keselamatan teknik:
1) Menggunakan zona netral dimana untuk benda-benda tajam
ditempatkan tanpa kontak tangan
2) Menggunakan teknik tanpa sentuh
3) Menggunakan sarung tangan rangkap dua
4) Mengganti sarung tangan bedah secara rutin
5) Menggunakan teknik jahit yang mencegah trauma
6) Sebisa mungkin menghindari lapangan bedah ketika dokter bedah
memotong dan menjahit
7) Memakai alas kaki yang terlindungi
e. Mencegah tertinggalnhya benda-benda di dalam luka operasi dengan
metode penghitungan alat dan kassa.
f. Menangani spesimen secara benar (labeling, transportasi specimen,
komunikasi, pembuangan specimen)
30

g. Pada tindakan bedah dengan Anestesi lokal tanda vital pasien dimonitor
secara kontinu dengan interval sesuai dengan keadaan pasien menurut
penilaian dokter penanggung jawab pasien dan dicatat dalam rekam medis
pasien. Pencatatan selama Anestesi lokal atau sedasi ringan dilakukan
oleh Perawat Sirkuler. Formulir Pemantauan keadaan pasien selama
Anestesi lokal atau sedasi ringan ditandatangani oleh DPJP. Pemilihan
jenis obat Anestesi lokal dan sedasi ringan ditentukan oleh DPJP atau
dokter bedah.
h. Pada tindakan bedah dengan Anestesi baik umum atau regional kebijakan
pencatatan keadaan tanda vital diserahkan kepada tenaga Anestesi yang
bertugas.

9. Manajemen Pasca Operasi


a. Laporan Operasi
Informasi yang terkait dengan operasi dicatat dalam laporan operasi dan di
gunakan untuk menyusun rencana asuhan lanjutan
Laporan operasi memuat paling sedikit
1) Tanggal dan jam waktu operasi dimulai dan selesai.
2) Diagnosa pre dan pasca bedah.
3) Dokter operator dan asisten.
4) Nama prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan
5) Ada dan tidak ada komplikasi.
6) Spesimen bedah untuk pemeriksaan.
7) Jumlah darah yang hilang dan jumlah darah yang masuk lewat
transfusi
8) Nomor pendaftaran alat yang di pasang (implant)
9) Instruksi Pasca Bedah
10) Tanggal, waktu, dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
Jumlah darah yang hilang dan tranfusi darah di catat di laporan Anestesi yang
dapat di tunjukan dengan sticker yang di tempelkan pada rekam medik
Laporan operasi harus diselesaikan setelah selesai operasi, sebelum pasien
dipindah ke tempat asuhan biasa.
Laporan operasi dapat di buat di area asuhan intensif lanjutan (ICU) apabila
dokter bedah mendampingi sampai ke ruangan tersebut
31

Rencana asuhan pasca operasi dibuat oleh dokter penanggung jawab


pelayanan (DPJP), perawat, professional pemberi pelayanan (PPA) lainnya untuk
memenuhi kebutuhan segera pasien pasca operasi
Asuhan pasca operasi di catat di rekam medis pasien dalam 24 jam oleh
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) atau di verifikasi oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) bila di tulis oleh dokter bedah yang di
delegasikan
Rencana asuhan pasca operasi dapat di rubah berdasarkan atas hasil
perbaikan klinis atau informasi baru dari asesmen ulang rutin atau dari hasil
perubahan kondisi pasien yang mendadak dan di catat dalam rekam medis pasien

b. Transfer pasien dari meja operasi ke ruang pulih sadar


1) Kriteria: Untuk pasien dengan anestesi regional:
a) B1: airway bebas, nafas spontan
Tanpa tanda-tanda distress napas
Respiratory rate ≥12 kali/menit, SPO2 lebih dari 97%
b) B2: perfusi hangat,kering, merah
Tekanan darah : sistolik 100-140 mmHg, diastole 60-90 mmHg
c) B3: sadar baik atau respon to verbal (contoh: bisa membuka
mata/menjawab)
Didampingi oleh perawat anestesi, bila dipandang perlu maka dokter
anestesi mendampingi saat transfer ke ruang pulih sadar.
2) Kriteria: Untuk pasien dengan intubasi
Ventilasi menggunakan ambubag, control ventilasi, diantar oleh dokter
anestesi dan perawat anestesi ke intensive unit
3) Prosedur
a) Setelah operasi selesai dan anestesi telah dihentikan, serta kondisi
pasien telah memenuhi kriteria untuk dtransfer keluar dan kamar
operasi, maka semua peralatan monitor yang melekat di tubuh pasen
dilepas.
b) Pastikan bahwa status anesthesia telah diisi lengkap
c) Bersihkan area operasi dengan lap.
d) Masukkan tempat tidur atau brankar pasien ke dalam kamar operasi.
32

e) Miringkan meja operasi kearah brankar.


f) Sebelum memindahkan pasien pastikan bahwa roda brankar telah
terkunci
g) Pastikan keamanan pasien (posisi berbaring, tangan, lokasi operasi,
drain, infus dan alat lainnya)
h) Angkat atau geser secara perlahan pasien dari meja operasi ke tempat
tidur atau brankar pasien.
i) Pasang pengaman tenpat tidur. Perhatikan pasien yang saat pindah
dalam keadaan gelisah (resiko jatuh)
j) Selama proses transfer pasien, didampingi perawat anestesi dan
perawat sirkuler, bila dipandang perlu oleh dokter anestesi.
k) Selama proses transfer pasien tetap dilakukan penilaian terhadap
fungsi pernafasan, fungsi kardiovaskuler, serta fungsi kesadaran
pasien.
Catatan: Untuk pasien dengan pembiusan general anesthesia saat
perpindahan pastikan pasien tidak dalam kondisi gelisah, terapkan
prosedur resiko jatuh.
c. Pengawasan pasien selama di ruang pulih sadar
Pengawasan di ruang pulih sadar dilakukan oleh perawat anestesi
yang tidak bertugas secara berkala.
Hal yang harus diperhatikan dalam perawatan pasien d ruang pulih sadar
1) Posisikan kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada
pasien dengan pembiusan umum, sedang pada pasien dangan anestesi
regoinal posisi kepala pasien semi fowler.
2) Pasang pengaman pada tempat tidur.
3) Monitor tanda vital Tekanan darah, Nadi, respirasi setiap 15 menit.
4) Penghisapan lendir daerah mulut dan takea
5) Beri O2 sesuai program (pasien dengan general anestesi menggunakan
sungkup rebriting 5- 10 liter, pasien dengan spinal anestesi
menggunakan nasal 3-5 liter)
6) Observasi adanya muntah, suction dalam keadaan siap pakai.
7) Catat intake dan output caran.
33

8) Laksanakan program dokter sesuai dengan instruksi dokter yang


tercatat dari rekam medis pasien.
d. Petunjuk tentang Keadaan yang memungkinkann terjadi situasi kritis
1) Tekanan sistolik kurang dari 90-100 mmHg atau lebih dari 150-160
mmHg. Diastolik kurang dari 50 mmHg atau lebih dari 90 mmHg.
2) Nadi kurang dari 60 kali per menit atau lebih dari 100 kali per menit
3) Suhu lebih dari 38,3°C atau kurang dari 35°C
4) Meningkatnya kegelisahan pasien

e. Petunjuk keamanan bagi pasien di kamar operasi (resiko jatuh)


1) Pada saat transfer pasien selalu didampingi petugas kamar operasi.
2) Khusus pasien anak- anak dan bayi harus didampingi keluarga sebelum
pasien masuk ke kamar operasi.
3) Pada saat perpindahan pasien dari brankart ke meja operasi,pastikan
brankar dalam keadaan terkunci.
4) Pastikan pasien berbaring di meja operasi dalam posisi di tengah.
5) Pasang tali pengaman dengan benar.
6) Pada saat ekstubasi pasien didampingi oleh perawat anestesi perawat
asisten, dan perawat sirkuler.
7) Bantu pasien pindan dengan aba-aba oleh dokter /perawat yang berada
di posisi kepala pasien
8) Pastikan pasien sudah berada di tengah tempat tidur
9) Pasang pengaman tempat tidur selama pasien berada d tempat tidur
dalam posisi berbaring
f. Resiko jatuh di kamar operasi pada pasien:
1) Bayi
2) Anak-anak
3) Pasien gelisah
4) Pasien dengan general anestesi saat ekstubasi
5) Saat perpindahan dari meja operasi ke brankart
g. Proses transfer pasien dari ruang pulih sadar ke ruang perawatan
Kriteria pasien pulih:
1) Status fisik pasein telah kembali pulih
34

2) Pasien yang telah memenuhi kritera di atas diperbolehkan untuk pindah


ke ruangan.
3) Perawat ruang pun sadar menelepon perawat ruangan yang
bersangkutan untuk menjemput pasien tersebut dengan memberitahu
pererlengkapan yang harus dibawa
4) Sistem memindahkan pasien dari tempat tidur Recovery Room dengan
tempat
5) Saat memindahkan pasien tempat tidur dalam keadaan terkunci
6) Sebelum memindahkan pasien ke ruangan, perawat anestesi harus
konfimasi dahulu ke dokter anestesi
7) Khusus untuk pasien yang memerlukan observasi ketat harus masuk ke
ruang unit pelayanan intensif terebh dahulu sesuai dengan program
dokter anestesi
h. Proses transfer dari ruang pulih sadar ke ruang pulih sadar ke Unit
Perawatan Instensif
1) Pasien menggunakan ventilator
a) Petugas Instalasi Bedah Sentral menghubungi perawat unit
pelayanan intensif ( ICU) untuk menjemput pasien
b) Petugas unit pelayanan intensif membawa tempat tidur ke kamar
operasi dengan peralatan penunjang yang dibutuhkan
c) Perawat anestesi menyerahkan berkas rekam medis, serta
menjelaskan instruksi post operasi kepada perawat unit pelayanan
intensif
d) Memindahkan pasien ke tempat tidur unit pelayanan intensif dengan
beberapa petugas secara bersama dikomando oleh dokter anestesi
Catatan: Dokter dan perawat anestesi mengantar pasein sampai di
ruang unit pelayanan instensif
2) Pasien tanpa menggunakan ventilator
a) Perawat anastesi menghubungi perawat unit pelayanan intensif untuk
menjemput pasien
b) Petugas unit pelayanan intensif membawa tempat tidur ke ruang
transfer pasien dengan membawa peralatan yang dibutuhkan
35

c) Perawat anestesi menyerahkan berkas rekam medirs, serta


menjelaskan instruksi post operasi kepada perawat unit pelayanan
intensif
d) Memindahkan pasien ke tempat tidur Unit pelayanan intensif dengan
beberapa petugas secara bersamaan.
10. Proses pemulangan pasien ODS (One day surgery)
Program bedah rawat jalan yang sukses tergantung pada pemulangan pasien
yang tepat waktu setelah anestesi. Beberapa kriteria yang telah dibuat untuk
menentukan kesiapan pasien untuk dipuangkan seperti Guidelines For Safe
Discharge After Ambulatory Surgery dan PADSS (Post Anesthesia Dishange
Scaning Sistem). PADSS merupakan suatu sistem skoring yang secara objektif
menilai kondsi pasien untuk dipulangkan. Modifikasi PADSS dbuat karena
dalam kriteria PADSS terdapat ketentuan mampu minum pasca bedah, dimana
ketentuan minum pasca bedah tidak lgi di masukan ke dalam protokol kritera
pemulangan pasien dan hanya diperlukan pada pasien tertentu.
a. Modifikasi Post Anesthesia Dishange Scaning Sistem (PADSS)
berdasarkan 5 kriteria, yaitu:
1) Tanda vital
2) Ambulasi
3) Mual/muntah
4) Nyeri
5) Perdarahan akibat pembedahan
b. Bila skor mencapai ≥9 pasien cukup aman untuk dipulangkan ke rumah
Modified post anesthesia discharge scoring sistem (PADSS)
1) Tanda vital
2= sekitar 20% dari nilai prabedah
1= 20-40% dari nuilai prabedah
0= 40% dari nilai prabedah
2) Pergerakan
2= mampu berdiri/tidak pusing
1= dengan bantuan
0= tidak ada pergerakan/pusing
3) Mual/muntah
2= minimal
36

1= sedang
0= berat
4) Nyeri
2= minimal
1= sedang
0= berat
5) Perdarahan
2= minimal
1= sedang
0= berat
Total nilai 10
Bila nilai ≥9 pasien dinyatakan dapat dipulangkan.
c. Beberapa Hal yang perlu diperhatikan dalam pemulangan pasien :
1) Monitoring pasien selama di ruang pulih sadar, sama dengan pasien
rawat inap.
2) Komunikasi sedini mungkin dan sesering mungkin dengan pasien.
3) Monitoring keluhan dan kondisi pasien.
4) Mobilisasi bertahap.
5) Bila tidak pusing, bisa latihan setengah duduk di tempat tidur.
6) Bila tidak ada keluhan lathan duduk, di tepi tempat tidur, bisa latihan
minum air putih sedikit-sedikit
7) Bila tdak ada keluhan, bisa diteruskan jalan di sekitar tempat tidur.
8) Tanda vital stabil dan tidak ada keluhan, Infus bisa dilepas.
9) Bisa makan makanan ringan (roti atau air manis).
10) Edukasi pasien dan keluarganya tentang obat yang dibawa pulang
(antibiotik dan anti nyeri), keadaan luka operasi bila tejadi perdarahan
segera hubungi dokter yang merawat atau periksakan ke IGD RS
Petrokimia Gresik Driyorejo
11) Rekonsiliasi pengobatan, lakukan double-check untuk obat-obatan
terakhir yang diberikan untuk di rumah. Berikan kepada pasien daftar
obat-obat yang akan ia konsumsi di rumah, daftar tersebut harus
mencakup deskripsi obat, ind kasi, dosis, Jadwal pemberan, dan efek
samping yang mungkin ditimbukan. Hal ini bersama dengan pengertian
37

pasien harus selalu direkonfrmasi oleh tenaga kesehatan Pasien


dianjurkan untuk salalu membawa dafar obatnya, termasuk ketika
kontrol berobat.
12) Pastikan administrasi pasien sudah lunas dengan bukti pembayaran
atau untuk pasien asuransi, ada komunikasi dengan petugas
administrasi.
13) Untuk pasien dengan general anestesi sebelum dipulangkan. harus
konfrmasi dahulu dengan dokter anestesi.

5.2 Persiapan Kamar Operasi


1. Persiapan alat-alat
a. Semua kebutuhan perlengkapan bedah dikemas atau dibungkus dengan
pembungkus steril yang memenuhi syarat.
b. Kemasan atau pembungkus steril harus diperiksa terhadap:
1) Keutuhan bungkusan atau kemasan tersebut (tidak robek, tidak
terbuka, tidak kotor)
2) Kelembaban dari kemasan atau bungkusan
3) Tanggal steril harus tercantum di bagian luar pem,bungkus, bila lewat
dari 12 hari (untuk instrumenyang terbungkus kain) / 3 bulan ( untuk
instrumenyang di wipack ) harus disteril ulang.
c. Ventilasi
d. Persiapan permukaan kamar operasi ( dinding, lantai,plafon)
2. Tata Laksana Pembedahan pada Penderita dengan Hepatitis
a. Penderita direncanakan dilakukan operasi terakhir (bila memungkinkan)
supaya kamar operasi bisa langsung dibersihkan setelah selesai
pembedahan.
b. Harus menggunakan mesin anestesi yang bagian-bagiannya dapat
disterilkan dengan autoclave atau memakai yang disposable, dan
memakai Virus filter antara endotracheal tube dengan closet circuitnya.
c. Harus disiapkan:
1) Desinfektan untuk perendaman instrumen bekas pakai
2) Celemek plastik yang kedap cairan
3) Pelindung mata dan muka
38

d. Kantong plastik yang tebal dan kedap air dengan tanda khusus untuk
tempat kotor yang terkontaminasi.
e. Personil kamar operasi harus memakai celemek plastik kedap air
dibawah jas operasi memakn pelindung mata Daeamata) dan pelindung
mua, memakai sarung tangan rangkap dua.
f. Pesan dalam kamar operasi sesedikit mungkin dan alat-alat yang
diperlukan saja, harus ada dua orang perawat keliling: 1 orang di dalam
dan 1 orang lagi di luar untuk menghindari kontaminasi ke luar ruangan.
g. Perawat keliling juga harus menggunakan saung tangan dan celemek.
h. Bila memungkinkan memakai linen aspegable Linen putih.
i. Instrumen yang telah dipakai direndam dengan lantan bayclin 4,5 liter air
500 cc bayclin), lalu dilakukan pembersihan dan penyeterilan.
j. Perawat yang membersihkan alat penunjang lainnya (suction, diatermi
dll) harus memakai perlengkapan
1) Sarung tangan yang kuat dan utuh
2) Celemek plastic kedap air
k. Alat anestesi (closed circuit) setelah dipakai dibersihkan dengan larutan
desinfektan kemudian disterilkan.
l. Kamar operasi harus segera dibersihkan sesuai prosedur yang berlaku
di kamar operasi.
39

5.3 Manajemen alat


Berikut ini penjabaran mengenai skema Pengelolaan instrumendan linen di
Instalasi Bedah Sentral RS petrokima Gresik Driyorejo.

Tindakan Operasi

Instrumen Linen Post Tindakan


Post Tindakan

Dekontaminasi Dibawa ke Laundry RS Grhu

Spooling
Pencucian, pengeringan, dan
pengepakan
Dekontaminasi

Pencucian dan Pengeringan

Linen diantarkan ke RSPGD dan


Proses Sterilisasi
pengepakan di RSPGD

Distribusi

Kamar Operasi Kembali ke Unit

4.1 Pembersihan kamar operasi


1. Pembersihan harian
40

5.4 Pembersihan kamar operasi


1. Pembersihan Harian
a. Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks Kamar operasi
dibersihkan dengan cairan larutan triclosan sodium.
b. Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air
bersih kelistrikan, pencahayaan, ventilasi, AC dan sebagainya.
c. Pelaksana adalah Cleaning service dan tim Instalasi Bedah Sentral, dan
penanggung jawab adalah Koordinator kamar operasi
d. Setiap kali selesai operasi, kamar operasi langsung dibersihkan
meliputi:semua alat yang ada didalam kamar cperasi lantai dan dinding.
e. Kamar operasi dalam keadaan siap pakai
2. Pembersihan mingguan
a. Seluruh permukaan dinding kamar operasi dibersihkan dengan larutan
triclosan sodium
b. Lantai dibersihkan dengan larutan triclosan sodium
c. Seluruh permukaan semua alat yang ada di dalam kamar operasi
dibersihkan dengan larutan triclosan sodium
3. Pembersihan sesaat (sebelum dan sesudah operasi)
Sebelum seluruh kegiatan operasi dimulai dan setelah selesai operasi seluruh
kamar operasi dan semua peralatan yang ada didalamnya dibersihkan dengan
larutan chlorine (presept/germisep)
4. Pembersihan sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan bila kamar operasi digunakan untuk tindakan
pembedahan pada kasus infeksi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh, meliputi dinding, meja
operasi, meja instrumen dan semua peralatan yang ada di kamar
operasi
b. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi tidak boleh
dikeluarkan sebelum dilakukan pembersihan dengan larutan chlorine
(presept/germisep)
c. Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya bisa dipergunakan
kembali setelah pembersihan secara menyeluruh
41

Peralatan yang digunakan untuk membersihkan kamar operasi dan area kamar
operasi dikhususkan (tidak digunakan untuk kebersihan luar area kamar
operasi). Cairan yang digunakan untuk membersihkan lantai kamar operasi
adalah chlorine (presept/germisep)yang sudah dilarutkan (Caranya = 5 liter air
ditambah 10 gram Triclosan sodium) yang melakukannya adalah petugas
cleaning service.

5. Pengelolaan alat dan linen


a. Alat atau instrumensteril tersimpan dinruang penyimpanan alat
b. Alat pengangkut : troli tertutup
Prosedurnya:
1) Linen yang dibungkus, bak instrument, tromol, instrumenset yang
dibungkus,instrumen yang di pak dan dibawa ke kamar operasi
menggunakan troli tertutup.
2) Sebelum operasi dimulai, semua alat yang akan dipakai sudah
disiapkan di dalam kamar operasi
3) Setelah operasi, semua instrumenyang sudah dipakai dimasukkan ke
dalam ember yang telah diberi germisep kemudian dicuci di
spoelhoek
4) Instrumenkemudian dibungkus kembali dan disterilkan setelah steril
dibawa kembali ke kamar operasi
5) Linen yang sudah dipakai dimasukkan ke dalam kantong khusus
yang diletakkan di tempat baju dan linen kotor di tiap-tiap kamar
operasi yang nantinya akan diambil oleh pekarya.
6. Penanganan limbah Instalasi Bedah Sentral
Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi bergantung jenis
limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani sama dengan limbah cair
a. Limbah padat dan limbah cair dimasukkan ke dalam kantong plastic
tebal berwarna kuning (limbah medis) diikat rapat lalu diletakkan di
lemari linen dan baju kotor yang terletak di masing-masing kamar
operasi yang nantinya akan dibawa oleh pekarya ke bagian sanitasi
rumah sakit.
42

b. Limbah padat anggota tubuh dimasukkan ke kantung plastic diberi


formalin cair, dibungkus rapat dan rapi lalu diserahkan ke pasien
/keluarga pasien jika ingin membawa pulang, namun jika tidak mau
dibawa pulang akan dibuang disatukan sama seperti limbah padat dan
cair.

5.5 Laporan Operasi, Anastesi dan Sedasi


1. Laporan anestesi ditulis oleh dokter bedah setelah melakukan tindakan operasi
pada lembar laporan pembedahan dan disertakan dalam rekam medis pasien
2. Laporan anestesi dan sedasi ditulis oleh dokter anestesi setelah melakukan
tindakan anestesi pada lembar anestesi dan sedasi dengan disertakan dalam
rekam medis pasien.

5.6 Manajemen Cuci Tangan


Pencucian tangan merupakan salah satu cara paling efektif untuk pengontrolan
infeksi sewaktu kegiatan perawatan pasien yang paling rutin dan singkat
seperti: Lima momen kebersihan tangan, bersihkan tangan anda setiap kali:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Setelah kontak dengan pasien
c. Sebelum melakukan tindakan aseptik
d. Setelah terpapar dengan darah atau cairan tubuh pasien
e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

5.7 Pelayanan Bedah Selain di Instalasi Bedah Sentral


1. Pelayanan Bedah di Rawat Inap
Pada beberapa kasus bedah yang bisa dilakukan di ruangan atau tanpa
membutuhkan pendampingan ahli anesthesi, maka semuanya menjadi
tanggung jawab dokter DPJP.
Untuk standar persiapan alat yang diperlukan di ruangan adalah:
a. Inform consent
b. Instrumen strandar minimal (gunting, pincet, nald voeder, krom,
handle mess).
c. Kasa steril dan non steril
43

d. Bebat atau perban


e. Plester
f. Handscoen steril dan non steril
g. Betadin, alkhohol
h. Spuit 3cc, 5cc, dan 10cc
i. Needle 26
j. Doek lubang steril
Apabila dokter DPJP membutuhakan instrumen yang lainnya yang hanya
ada di IBS, maka sebelum jadwal tindakan bedah di ruangan, perawat di
unit yang bersangkutan dapat menghubungi IBS untuk disiapkan
instrumen yang dimaksud.
2. Pelayanan Bedah di IGD dan Rawat Jalan
Pada beberapa kasus bedah yang bisa dilakukan di IGD dan poli bedah
atau poli gigi yang tanpa membutuhkan pendampingan ahli anesthesi,
maka semuanya menjadi tanggung jawab dokter DPJP di IGD maupun
DPJP Dokter gigi di poli gigi.
Untuk standar persiapan alat yang diperlukan di ruangan adalah:
a. Inform consent
b. Form laporan operasi
c. Instrumen strandar minimal (gunting, pincet, nald voeder, krom,
handle mess).
d. Kasa steril dan non steril
e. Bebat atau perban
f. Plester
g. Handscoen steril dan non steril
h. Betadin, alkhohol
i. Spuit 3cc, 5cc, dan 10cc
j. Needle 26
k. Doek lubang steril
Apabila dokter DPJP membutuhakan instrumen yang lainnya yang hanya
ada di IBS, maka sebelum jadwal tindakan bedah di ruangan, perawat di
unit yang bersangkutan dapat menghubungi IBS untuk disiapkan
instrumen yang dimaksud.
44

BAB 6
LOGISTIK

6.1 Prosedur Penyediaan Bahan Habis Pakai dan Obat


1. Prosedur penyiapan bahan habis pakai dan obat
Prosedur penyediaan bahan habis pakai bahan medis adalah prsedur
penyediaan obat habis pakai yang tidak tersedian di kamar operasi dan farmasi.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Perawat Instalasi Bedah Sentral menulis permintaan bahan habis pakai atau
obat sesuai kebutuhan di buku atau form permintaan.
b. Koordinator Instalasi Bedah Sentral atau petugan administrasi kamar operasi
menulis permintaan di komputer dan di approval oleh koordinator Instalasi
Bedah Sentral.
c. Untuk permintaan bahan habis pakai yang belum ada pada menu komputer,
permintaan ditulis di lembar permintaan yang ditandatangani oleh
koordinator, Ka Instalasi Bedah Sentral dan manajer pelayanan medis.
d. Permintaan bahan habis pakai atau obat yang nilainya diatas 500.000 harus
ditulis dilembar permintaan.
e. Setelah barang yang diminta datang, perawat kamar operasi mencocokan
dengan lembar permintaan dan mencatat di kartu stok.
2. Prosedur permintaan obat narkotik di Instalasi Bedah Sentral
a. Perawat anestesi menulis permintaan obat narkotik di buku permintaan obat.
b. Kordinator kamar operasi menulis permintaan obat narkotik yang dimaksud
di lembar permintaan farmasi yang ditandatangani koordinator kamar
operasi, Kepala Instalasi Bedah Sentral dan manajer pelayanan medis,
kemudian diserahkan ke unit farmasi.
3. Prosedur penyediaan bahan habis pakai umum
Prosedur penyediaan bahan habis pakai umum adalah permintaan bahan
habis pakai yang bukan medis ke unit logistik.
Prosedurnya adalah: Petugas kamar operasi menulis permintaan di komputer,
kemudian koordinator kamar operasi melakukan approval ke unit logistik.
45

6.2 Perencanaan Peralatan atau Peremajaan


1. Pengertian
Perencanaan peralatan atau peremajaan adalah suatu kegiatan untuk
merencanakan pengadaan peralatan baru, sesuai kebutuhan saat itu atau
sebagai pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti karena
keausannya.
2. Tujuan dari perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah agar
peralatan di instalasi kamar operasi dapat digunakan setiap saat tanpa ada
gangguan dan dapat mengikuti perkembangan teknologi kesehatan dan
kedokteran sehingga dapat menunjang kelancaran proses pelayanan di
Instalasi Bedah Sentral.
3. Perencanaan atau peremajaan alat dianggarkan pada budgeting setiap tahun.
4. Prosedur:
a. Dari hasil pengecekan rutin, diketahui ada peralatan yang tidak dapat
digunakan lagi atau tidak dapat diperbaiki lagi. Kemudian direncanakan
dalam anggaran rutin atau pengajuan penggantian baru.
b. Pengajuan permintaan peralatan baru oleh Koordinator Instalasi Bedah
Sentral di lanjutkan ke Kepala Instalasi Bedah Sentral dan diketahui oleh
Manajer Pelayanan Medis.
c. Untuk permintaan alat dengan nilai diatas 500.000 harus mendapat
persetujuan dari direktur medis.
d. Setelah anggaran yang diajukan disetujui, permintaan diteruskan ke unit
logistik.
e. Setelah diproses oleh unit logistik, kemudian lembar disposisi dikembalikan
ke Instalasi Bedah Sentral.
f. Kalau alat yang diminta sudah sesuai, lembar disposisi ditandatangani oleh
Manajer Pelayanan Medis dan dikembalikan ke Unit Logistik.
46

6.3 Alat yang memerlukan kalibrasi

1.       Mesin Anestesi 2 unit Masing – masing terkalibrasi bulan


ada di kamar Februari 2018
operasi
2.       Monitor EKG 2 unit Masing – masing terkalibrasi bulan
di kamar operasi Februari 2018
3.    Suction 2 buah          Ada di terkalibrasi bulan
masing-masing Februari 2018
OK
4. Lampu operasi 2 buah   terkalibrasi bulan
Februari 2018
5. Mesin Sterilisasi Di ruang terkalibrasi bulan
1 buah sterilisasi Februari 2018
6. ECU (Electrocauter) Di ruang OK terkalibrasi bulan
1 buah Februari 2018
Jadwal kalibrasi dilakukan bulan Februari setiap tahunnya oleh BPFK Surabaya
47

BAB 7
KESELAMATAN PASIEN

7.1 Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana dimana Rumah Sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk assessment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajardari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain – lain) yang tidak seharusnya terjadi.

7.2 Tujuan
1. Tercipta budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Menungkatkan akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan.

7.3 Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien Rumah Sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbukan dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan budaya terbuka dan adil.
3. Mengintegrasikan aktivitas aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan
sistem dan pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan assessment
hal potensial bermasalah.
48

4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan agar karyawan dengan mudah


dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta Rumah Sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian bisa timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien, standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode – metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah – langkah penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit.
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien Rumah Sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien Rumah Sakit jangka pendek antara 1 –
2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien Rumah Sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien Rumah Sakit bagi jajaran
manjemen dan karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden.
6. Menetapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien Rumah Sakit seperti
tersebut di atas.
49

7. Menerapkan standar keselamatan pasien Rumah Sakit dan melakukan self


assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien
Rumah Sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien Rumah Sakit.
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
Rumah Sakit dan Kejadian Tidak Diharapkan

7.4 Sasaran Keselamatan Pasien


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Setiap pasien yang menerima pelayanan dan pengobatan wajib dilakukan
identifikasi. Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan dua identitas
pasien yaitu nama dan tanggal lahir atau umur sehingga pasien
meendapatka pelayanan dan pengobatan secara tepat.
b. Identitas pasien dilaksanakan secara kolaboratif, konsisten pada semua
situasi dan lokasi Rumah Sakit.
Proses identifikasi dilakukan minimal setiap:
a. Sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
b. Sebelum mengambil darah dan spesimenlain untuk pemeriksaan klinis.
c. Sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/ prosedur, termasuk
pemeriksaan radiologis.
d. Pemberian identifikasi pasien dilakukan sesuai dengan SPO yang berlaku.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
a. Setiap petugas yang terlibat dengan pemberian pelayanan dan pengobatan
pada pasien harus menjalankan dan melakukan transfer informasi sebagai
bentuk komunikasi antar para pemberi layanan guna memenuhi kebutuhan
informasi internal maupun eksternal.
b. Komunikasi antarpemberi layanan di Rumah Sakit dilaksanakan secara
efektif tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima untuk mengurangi dan menghindari kesalahan dan meningkatkan
keselamatan pasien.
c. Setiap petugas yang terlibat dengan pemberian pelayanan dan pengobatan
pada pasien wajib untuk melakukan verifikasi setiap informasi, baik sebelum
maupun sesudah melakukan transfer informasi untuk menjaga dan
50

menjamin koordinasi antartenaga dan unit pelayanan dalam memberikan


pelayanan terhadap pasien.
d. Transfer informasi wajib dilakukan di semua unit pelayanan secara
kolaboratif untuk penulisan perintah secara lengkap dan atau pelaporan hasil
pemeriksaan bagi si penerima informasi, kemudian si penerima membaca
kembali dan pemberi informasi mengkonfirmasi kebenarannya.
e. Transfer informasi sebagai bentuk komunikasi antar pemberi layanan dapat
berupa komunikasi lisan, tertulis maupun secara elektronik.
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High – Alert
Medications)
a. Rumah Sakit memiliki daftar obat yang diwaspadai yaitu obat yang
kemungkinan menyebabkan kesalahan dan atau obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, termasuk obat – obatan yang
tampak mirip / ucapan mirip (nama obat, rupa obat, dan ucapan mirip atau
NORUM)
b. Untuk elektrolit konsentrat hanya disediakan dan disimpan oleh unit farmasi.
c. Pembuat daftar obat yang perlu diwaspadai adalah apoteker dari unit farmasi
yang berkompeten dan juga bertanggung jawab untuk proses identifikasi,
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat – obat yang perlu
diwaspadai.
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi.
a. Untuk keselamatan pasien, yaitu ketepatan lokasi operasi maka dilakukan
penandaan lokasi operasi yang dilaksanakan secara konsisten di semua unit
pelayanan di Rumah Sakit. Dilakukan Dokter bedah atau Dokter operator
yang akan mengerjakan operasi dengan keterlibatan pasien atau keluarga
pasien.
b. Dokter operator yang akan mengerjakan adalah dokter ahli yang
mendapatkan kewenangan melakukan tindakan bedah di Rumah Sakit.
c. Tempat lokasi operasi ditandai pada semua kasus untuk sisi, struktur
multiple, multiple level.
d. Yang dimaksud dengan operasi adalah proses investigasi dan atau
mengobati penyakit dan kelainan pada tubuh manusia dengan cara
51

menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan kesempatan


diagnostic/ terapeutik yang berlaku di setiap unit pelayanan Rumah Sakit.
e. Untuk ketepatan prosedur dan pasien yang dioperasi, maka harus dilakukan
verifikasi praoperasi tentang lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
dengan memastikan pula dokumen pendukung seperti foto, hasil
pemeriksaan laboraorium, peralatan, dan atau implant khusus yang
dibutuhkan.
f. Proses verifikasi time out, dilakukan tepat sebelum tindakan dimulai dan
melibatkan semua tim operasi.
g. Proses verifikasi dilakukan sesuai SPO yang berlaku.
5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
a. Untuk pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi, maka hand hygiene
harus dilakukan semua personil yang di lingkungan Rumah Sakit.
b. Acuan hand hygiene adalah dari panduan hand hygiene WHO yang berlaku.
c. Pengelolaan dan pengawasan hand hygiene agar dapat berlangsung
menyeluruh, dilakukan oleh tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit dengan menjalankan programnya.
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Untuk mengurangi resiko pasien dari cedera karena jatuh, maka harus
dilakukan assessment pasien pada wal pasien dirawat dan dilakukan
pengulangan bila ada perubahan kondisi atau pengobatan mengikuti
pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Untuk pasien beresiko jatuh, harus dilakukan langkah – langkah untuk
mengurangi resiko jatuh yang berlaku di seluruh unit pelayanan Rumah Sakit
dan harus dilakukan perbaikan berdasarkan evaluasi kejadian sebelumnya.
52

=
BAB 8
KESELAMATAN KERJA

Undang – undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
tersebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar Rumah Sakit.
Dalam Undang – Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa, “Setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,
yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi yang sehat dan selamat,bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan
martabat manusia.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerjadalam hal ini Instalasi Bedah Sentral dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit.
8.1 Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktivitas Rumah Sakit. Undang – Undang nomor 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di lingkungan kerja selalu berada
dalam kondisi yang sehat dan selamat.
2. Agar faktor – faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan.

8.2 Faktor – faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu:
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
53

3. Peranan dan kualitas manajemen

8.3 Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila:
1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
2. Alat – alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
3. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat – alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain – lain.
8.4 Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protocol jika
terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

8.5 Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan


1. Di Instalasi Bedah Sentral, untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam
tatanan pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri), cuci tangan yang sesuai untuk kewaspadaan standard an
kewaspadaan isolasi (berdasar penularan secara kontak, droplet, atau udara)
sesuai dengan penyebaran penyakit merujuk pada penularan lewat darah.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
3. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab dan ditentukan apakah perlu dipindahtugaskan
54

dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di Unit
Perawatan Intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi
BAB 9
PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,


maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
Pengendalian mutu di Instalasi Bedah Sentral harus dilakukan demi kepentingan
dan kepuasan dari pasien sehingga nantinya dapat kepercayaan dari masyarakat
terhadap pelayanan di Instalasi Bedah Sentral pada khususnya dan pelayanan di
Rumah Sakit pada Umumnya. Indikator mutu pelayanan Instalasi Bedah Sentral RS
Petrokimia Gresik Driyorejo mengacu pada Pedoman Indikator Mutu Rumah Sakit,
yaitu:

NO INDIKATOR 1 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Waktu tunggu operasi elektif
Jarak waktu maksimal untuk pasien dilakukan
tindakan bedah, terhitung dari saat pasien
2 Definisi Operasional
dinyatakan membutuhkan bedah sampai
pelaksanaan tindakan bedah.
Tergambarnya kecepatan penanganan antrian
3 Tujuan
pelayanan bedah.
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah pasien operasi elektif dengan pembiusan
GA atau SAB yang jarak waktu antara saat pasien
6 Numerator
dinyatakan membutuhkan tindakan bedah dengan
pelaksanaan tindakan bedah ≤ 2 hari.
Jumlah seluruh pasien operasi elektif dengan
7 Denumerator
pembiusan GA atau SAB.
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan
12 √ Harian  Insidental Lainnya ……….
Data
55

13 Frekuensi Analisis Data Bulanan  √ 3 Bulan Lainnya ……….


√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
Rekap data IBS & form pengantar mrs dari rawat
15 Sumber Data jalan, form CPPT rm 09, form asesmen awal
medis, ceklist bulanan ibs
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 2 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Kejadian kematian di meja operasi
Kematian yang terjadi diatas meja operasi pada
2 Definisi Operasional saat durante operasi yang diakibatkan oleh tindakan
anestesi atau tindakan bedah.
Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif
3 Tujuan bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan
sasaran keselamatan pasien
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah pasien operasi dengan pembiusan GA atau
6 Numerator
SAB yang meninggal di meja operasi.
Jumlah seluruh pasien operasi dengan pembiusan
7 Denumerator
GA atau SAB.
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar ≤ 1%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan √ Harian  Insidental √Lainnya ( Saat ada
12
Data sentinel event)
√ Bulanan  3 Bulan √Lainnya ( Saat ada
13 Frekuensi Analisis Data
sentinel event)
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Rekap data IBS
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
56

17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 3 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Tidak adanya kejadian operasi salah sisi
Tidak adanya kejadian pembedahan di kamar
operasi yang dilakukan pada sisi yang tidak sesuai
2 Definisi Operasional dengan yang direncanakan sebelumnya, hal
tersebut tidak disadari oleh operator maupun oleh
asisten bedahnya
Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif
bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan
sasaran keselamatan pasien Tergambarkannya
3 Tujuan
kecermatan tindakan operasi oleh seluruh tim
pembedahan Mencegah kejadian tidak diinginkan
selama pasien menjalani operasi
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah pasien operasi dengan pembiusan GA atau
SAB yang membutuhkan site marking yang telah
6 Numerator
dilakukan pembedahan di area sesuai dengan area
operasi yang direncanakan
Jumlah pasien operasi dengan pembiusan GA atau
7 Denumerator
SAB yang membutuhakn site marking
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan √ Harian  Insidental √Lainnya ( Saat ada
12
Data sentinel event)
√ Bulanan  3 Bulan √Lainnya ( Saat ada
13 Frekuensi Analisis Data
sentinel event)
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Form Surgical Safety Checklist (RM.16b)
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP
57

NO INDIKATOR 4 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Tidak adanya kejadian operasi salah orang
Tidak adanya kejadian pembedahan di kamar
operasi yang dilakukan pada pasien yang tidak
2 Definisi Operasional sesuai dengan pasien yang semestinya, hal
tersebut tidak disadari oleh operator maupun oleh
asisten bedahnya
Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif
3 Tujuan bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan
sasaran keselamatan pasien
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif
6 Numerator bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan
sasaran keselamatan pasien
Jumlah pasien operasi dengan pembiusan GA atau
7 Denumerator
SAB
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan √ Harian  Insidental √Lainnya ( Saat ada
12
Data sentinel event)
√ Bulanan  3 Bulan √Lainnya ( Saat ada
13 Frekuensi Analisis Data
sentinel event)
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Form Surgical Safety Checklist (RM.16b)
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 5 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


Tidak adanya kejadian operasi salah tindakan
1 Judul Indikator
operasi
2 Definisi Operasional Tidak adanya kejadian pembedahan di kamar
58

operasi dimana terjadi kesalahan dan sesuai


dengan yang direncanakan sebelumnya.
Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif
3 Tujuan bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan
sasaran keselamatan pasien
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah pasien operasi dengan pembiusan GA atau
6 Numerator SAB yang sesuai antara diagnosa, tindakan yang
direncanakan, dan tindakan yang dilakukan
Jumlah seluruh pasien operasi dengan pembiusan
GA atau SAB yang sesuai antara diagnosa,
7 Denumerator
tindakan yang direncanakan, dan tindakan yang
dilakukan
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan √ Harian  Insidental √Lainnya ( Saat ada
12
Data sentinel event)
√ Bulanan  3 Bulan √Lainnya ( Saat ada
13 Frekuensi Analisis Data
sentinel event)
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Form Surgical Safety Checklist (RM.16b)
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 6 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/
1 Judul Indikator
lain pada tubuh pasien setelah operasi
2 Definisi Operasional Tidak adanya kejadian pembedahan di kamar
operasi dimana terjadi kesalahan berupa
tertinggalnya alat, istrumen, kasa, atau benda lain di
dalam tubuh pasien yang terdeteksi dari hasil foto
X-Ray post operasi atau dari ketidaksesuaian
antara perhitungan jumlah alat, istrumen, kasa, atau
59

benda lain saat time out dengan sign out.


Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif
3 Tujuan bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan
sasaran keselamatan pasien
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah pasien operasi dengan pembiusan GA atau
SAB yang sesuai perhitungan jumlah alat, istrumen,
6 Numerator
kasa, atau benda lain saat time out dengan sign
out.
Jumlah seluruh pasien operasi dengan pembiusan
GA atau SAB yang sesuai antara perhitungan
7 Denumerator
jumlah alat, istrumen, kasa, atau benda lain saat
time out dengan sign out.
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan √ Harian  Insidental √Lainnya ( Saat ada
12
Data sentinel event)
√ Bulanan  3 Bulan √Lainnya ( Saat ada
13 Frekuensi Analisis Data
sentinel event)
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Form Surgical Safety Checklist (RM.16b)
Penanggung Jawab
16 IBS  Yuni Hendra Lesmana
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 7 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


Komplikasi anestesi karena overdosis reaksi
1 Judul Indikator
anestesi dan salah penempatan endotracheal tube
Kejadian tidak diinginkan yang terjadi akibat
2 Definisi Operasional overdosis obat anestesi, reaksi anestesi, dan salah
penempatan endotracheal tube
Tergambarkannya kecermatan tindakan anestesi
3 Tujuan dan monitoring pasien selama proses
pembedahan berlangsung
60

√ Safe  Effective Patient-centered


4 Dimensi Mutu
√ Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah pasien yang menjalani pembiusan GA atau
SAB yang mengalami kompilkasi anestesi karena
6 Numerator
overdosis, reaksi anestesi, dan salah penempatan
endotracheal tube
Jumlah seluruh pasien operasi yang menjalani
7 Denumerator
pembiusan GA atau SAB
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar ≤ 6%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan  Harian √ Insidental √Lainnya ( Saat ada
12
Data sentinel event)
√ Bulanan  3 Bulan √Lainnya ( Saat ada
13 Frekuensi Analisis Data
sentinel event)
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Data rekap IBS
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP
INDIKATOR MUTU PRIORITAS UNIT

NO INDIKATOR 1 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Kepatuhan pelaksanaan asesmen pra bedah
Proses assesmen medis pre operasi sebelum
tindakan pembedahan oleh DPJP dengan
2 Definisi Operasional melakukan edukasi pada pasien tentang
pembedahan, melakukan penandaan jika
diperlukan, dan melengkapi inform consent
Mencegah kesalahan tindakan pada pasien yang
3 Tujuan
akan di operasi
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
5 Alasan Pemilihan PMK no 11 tahun 2017 tentang Keselamatan
pasien Rumah Sakit
Indikator
6 Numerator Jumlah form RM CPPT pasien operasi yang terisi
61

oleh dokter bedah


Jumlah seluruh form RM CPPT pasien operasi
7 Denumerator
dengan GA atau SAB
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan
12 √ Harian  Insidental Lainnya ……….
Data
13 Frekuensi Analisis Data √ Bulanan  3 Bulan Lainnya ……….
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Rekam medis Form CPPT (RM. 09)
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 2 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Kepatuhan pelaksanaan asesmen pra anestesi
Pengukuran tingkat kepatuhan DPJP dalam
2 Definisi Operasional melakukan asesmen pra anestesi sebelum
melakukan operasi
Mencegah kesalahan tindakan pada pasien yang
3 Tujuan
akan di operasi
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran / PMK no 11 tahun 2017 tentang Keselamatan
5 Alasan Pemilihan pasien Rumah Sakit
Indikator
Jumlah form RM CPPT pasien operasi yang terisi
6 Numerator
oleh dokter anestesi
Jumlah seluruh form RM CPPT pasien operasi
7 Denumerator
dengan GA atau SAB
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan
12 √ Harian  Insidental Lainnya ……….
Data
13 Frekuensi Analisis Data √ Bulanan  3 Bulan Lainnya ……….
62

√ Run Chart  Control Chart


14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Rekam medis Form CPPT (RM. 09)
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 3 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Kepatuhan penandaan lokasi operasi sebelum
pasien dilakukan operasi (site marking)
2 Definisi Operasional Penilaian kepatuhan DPJP dalam melakukan site
marking kepada pasien sebelum operasi.
3 Tujuan Mencegah kesalahan lokasi operasi
√ Safe  Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
 Timely  Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah penandaan yang dilakukan oleh DPJP pada
6 Numerator pasien pre operasi yang membutuhkan penandaan
pre operasi
Jumlah seluruh pasien pre operasi yang
7 Denumerator
mebutuhkan penadaan sebelum operasi
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara √ Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan
12 √ Harian  Insidental Lainnya ……….
Data
13 Frekuensi Analisis Data √ Bulanan  3 Bulan Lainnya ……….
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Rekam medis Form 16c3 & 16c4
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi (dr. Arief Suhadi)
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 4 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Kelengkapan pengisian SSCL
63

2 Definisi Operasional Melengkapi berkas SSCL secara lengkap


Agar tergambarkan ketepatan dalam pelayanan
3 Tujuan
bedah
 Safe √ Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
√ Timely √ Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah pasien operasi yang lengkap pengisian
6 Numerator
SSCL di rekam medisnya
7 Denumerator Jumlah seluruh pasien operasi selama 1 bulan
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
9 Standar 100%
Metodologi Wawancara  Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan
12 √ Harian  Insidental Lainnya ……….
Data
13 Frekuensi Analisis Data √ Bulanan  3 Bulan Lainnya ……….
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Rekam Medis
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

NO INDIKATOR 5 : INSTALASI BEDAH SENTRAL


1 Judul Indikator Diskrepansi Diagnosis pasien preop dengan post op
Adanya perbedaan diagnosis dari pre operasi
2 Definisi Operasional dengan pasca operasi pada pasien yang dilakukan
pembedahan
Agar tergambarkan ketepatan dalam pelayanan
3 Tujuan
bedah
 Safe √ Effective Patient-centered
4 Dimensi Mutu
√ Timely √ Efficient Equitable
Dasar Pemikiran /
Kepmenkes No 129 Tahun 2008 Tentang Standar
5 Alasan Pemilihan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Indikator
Jumlah pasien operasi yang terjadi diskrepansi
6 Numerator
diagnosis pre dengan post op nya
7 Denumerator Jumlah seluruh pasien operasi selama 1 bulan
8 Formula Pengukuran (Numerator/denumerator) x 100%
64

9 Standar 0%
Metodologi Wawancara  Observasi  Survei
10
Pengumpulan Data Kuisioner √ Dokumentasi
11 Cakupan Data Total sampling
Frekuensi Pengumpulan
12 √ Harian  Insidental Lainnya ……….
Data
13 Frekuensi Analisis Data √ Bulanan  3 Bulan Lainnya ……….
√ Run Chart  Control Chart
14 Metodologi Analisis Data
 Histogram  Pareto Chart
15 Sumber Data Rekam Medis
Penanggung Jawab
16 Kepala Instalasi
Pengumpul Data
17 Publikasi Data Publikasi akan dilakukan saat rapat bulanan PMKP

BAB 10
PENUTUP

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan


kedokteran, berdampak pula pada bidang pelayanan medis dan keperawatan.
Pelayanan pasien yang diberikan di Instalasi Bedah Sentral tentunya perlu senantiasa
disesuaikan dengan perkembangan tersebut. Dalam menyongsong era globalisasidan
menghadapi persaingan bebas di berbagai bidang, maka pelayanan kamar operasi
juga harus disiapkan secara profesional.
Instalasi Bedah Sentral merupakan bagian integral dari pelayanan Rumah Sakit
dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien.
Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral bertujuan untuk memberikan
acuan yang jelas dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan Instalasi Bedah
65

Sentral di Rumah Sakit, dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Anda mungkin juga menyukai