I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................II
PERATURAN DIREKTUR RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU........III
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................1
C. Ruang Lingkup.....................................................................................................................2
D. Batasan Operasional.............................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................5
STANDAR KETENAGAAN.........................................................................................................5
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia......................................................................................5
B. Distribusi Ketenagaan..........................................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................7
STANDAR FASILITAS................................................................................................................7
A. Denah Ruang........................................................................................................................7
B. Standar Fasilitas...................................................................................................................7
BAB IV............................................................................................................................................9
TATA LAKSANA PELAYANAN................................................................................................9
A. ASUHAN GIZI....................................................................................................................9
B. PENYELENGGARAAN MAKANAN.............................................................................13
BAB V...........................................................................................................................................20
LOGISTIK....................................................................................................................................20
BAB VI..........................................................................................................................................25
KESELAMATAN PASIEN.........................................................................................................25
1) Syarat........................................................................................................................................27
2) Perilaku, kebiasaan, dan sikap bekerja.................................................................................28
a) Dalam penyimpanan bahan makanan mentah....................................................................29
b) Penyimpanan bahan makanan terolah................................................................................29
BAB VII........................................................................................................................................31
KESELAMATAN KERJA..........................................................................................................31
b. Alat pelindung kerja................................................................................................................34
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU.......................................................................................35
BAB IX..........................................................................................................................................41
PENUTUP.....................................................................................................................................41
II
PERATURAN DIREKTUR RSU MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU
Nomor : 81/PRN/IV.6.AU/XI/2021
TENTANG
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu.
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tentang Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
PASAL 1
Pelayanan gizi adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi klien / pasien. Pelayanan gizi
merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dalam rangka
meningkatkan kesehatan klien / pasien. Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit
memerlukan dukungan dan perhatian penuh dari pimpinan rumah sakit dalam bentuk
peraturan dan kebijakan. Disamping itu, perlu adanya sumber daya manusia yang
mempunyai kompeten dan profesional serta sarana dan prasarana yang dengan
meningkatkan kesadaran klien atau pasien akan hak-haknya, pelayanan gizi di rumah
sakit memerlukan suatu pedoman kerja agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu
sehingga mempercepat proses penyembuhan dan menjamin kepuasan.
BAB II
1. Skrining gizi dilakukan kepada semua pasien baru 1x24 jam sejak pasien masuk di
ruang perawatan oleh Perawat Ruangan.
2. Pasien kategori dewasa umum dan anak-anak yang mendapat layanan asuhan gizi
terstandar adalah pasien berisiko malnutrisi atau pasien dengan skor total ≥ 2 dan
pasien dengan kondisi khusus.
3. Pasien dengan kondisi khusus adalah pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis,
anak, geriatrik, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas
menurun dan pasien sakit kritis.
4. Pasien kategori kebidanan & kandungan yang mendapat layanan asuhan gizi
terstandar adalah pasien kebidanan & kandungan berisiko KEK (Kurang Energi
Kronis) atau pasien dengan hasil pengukuran LiLA (Lingkar Lengan Atas) < 23.5 cm.
5. Nutrisionis/Dietesien mendokumentasikan hasil asuhan gizi terstandar ke dalam
lembar CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).
a) Pelayanan gizi rawat inap terdiri atas kegiatan asesmen gizi, diagnosis gizi,
intervensi gizi serta monitoring dan evaluasi gizi yang dilaksanakan oleh
Nutrisionis/Dietesien.
b) Kegiatan intervensi gizi meliputi perencanaan diet, penyediaan makanan, edukasi
gizi, konseling gizi dan koordinasi pelayanan asuhan gizi.
c) Pelayanan gizi rawat inap diawali dengan kegiatan skrining gizi oleh Perawat
Ruangan dan penetapan order diet awal oleh Dokter.
d) Pasien yang dari hasil skrining gizi berada pada resiko nutrisi mendapat terapi gizi.
e) Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor dan dicatat dalam rekam medis.
PASAL 4 Pemberian Makanan Pasien
a) Pasien mendapatkan makanan dan nutrisi sesuai dengan kebutuhan gizinya dan
tersedia secara reguler.
b) Semua pasien rawat inap di semua kelas perawatan mendapat 3 kali makan utama.
c) Pasien kelas Eksekutif, superior, VIP, mendapat 2 kali snack pada pukul 09.30 WIB
dan 14.00 WIB, pasien kelas I, II dan III mendapat 1 kali snack pada pukul 09.30
WIB.
d) Rata-rata nilai gizi makanan pasien adalah Energi antara 1377 - 1948 kalori, Protein
52 -73 gram, Lemak 38 - 54 gram dan Karbohidrat 206 - 292 gram.
e) Pola menu pasien setiap waktu makan di semua kelas perawatan, adalah makanan
pokok, sayur, lauk hewani, lauk nabati, ditambah buah pada makan siang.
f) Pada pasien kelas Eksekutif, Superior, VIP ada tambahan lauk 1 porsi pada menu
makan siang dan sore.
g) Jenis menu untuk pasien di semua kelas perawatan adalah menu standar.
h) Dikarenakan status tempat tidur di semua ruang rawat inap penuh, maka pasien di
IGD dan Poliklinik yang sudah berstatus rawat inap mendapat pelayan makanan
sesuai jam makan pasien di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu.
i) Berdasarkan asesmen kebutuhan pasien dan rencana pelayanan, Dokter pasien atau
Perawat Ruangan yang berkualifikasi memadai memesan makanan atau nutrien lain
yang sesuai bagi pasien.
j) Nutrisionis/Dietesien menterjemahkan diet ke dalam bentuk makanan sesuai dengan
status gizi dan kebutuhan pasien..
k) Perubahan bentuk dan jenis diet dikoordinasikan dengan Dokter dan Perawat sesuai
dengan kondisi pasien terkini.
l) Bila keluarga pasien atau pihak lain membawa makanan dari luar, mereka diberikan
edukasi tentang pembatasan dietnya pada saat konseling/edukasi gizi oleh
Nutrisionis/Dietesien. Dan dianjurkan makanan yang dibawa dari luar tidak diberikan
kepada pasien, dan ditempatkan terpisah dari makanan pasien.
m) Batas pemberian makanan pasien baru datang yaitu 1 jam setelah jam makan selesai
yaitu makan pagi sampai pukul 08.30 WIB, makan siang sampai pukul 13.30 WIB
dan makan sore sampai pukul 19.00 WIB. Kecuali ada alasan tertentu, yang
mengharuskan pasien segera diberi makan.
(1) Nasi Untuk Penunggu adalah layanan makanan yang diberikan kepada keluarga
pasien yang mendapat diet cair (Susu) dan kepada pasien anak dibawah usia 6 bulan
(hanya ASI/ Susu saja), dengan catatan petugas yang mengantar makanan memberi
tahu kepada penunggu bahwa makanan (Nasi Untuk Penunggu) bukan untuk pasien,
pada saat mengantar.
1) Bahan makanan dan makanan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi
dan pembusukan.
2) Suhu tempat penyimpanan harus betul-betul sesuai dengan jenis dan keperluan bahan
makanan agar tidak menjadi rusak.
3) Pengecekan suhu gudang basah dan gudang kering dilakukan dua kali sehari, yaitu
pada pukul 10.00 WIB.
4) Penyimpanan bahan makanan menerapkan prinsip FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
dan yang mendekati masa kadaluarsa digunakan lebih dahulu.
5) Penempatan bahan makanan harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
a) Bahan makanan dan makanan disiapkan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi
dan pembusukan.
b) Kegiatan persiapan bahan makanan meliputi kegiatan menyiangi, mencuci,
memotong, meracik sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu
dan jumlah pasien atau pegawai yang makan.
c) Bahan makanan dicuci dengan menggunakan air mengalir sebelum diolah.
d) Menggunakan peralatan yang sesuai fungsinya, dengan cara yang baik dan gunakan
sesuai petunjuk pemakaian.
e) Petugas Penjamah Bahan Makanan, harus membiasakan diri untuk selalu mencuci
tangan dan menjaga personal hygiene sebelurn dan sesudah melakukan persiapan
dan pengolahan bahan makanan.
f) Petugas Penjamah Bahan Makanan harus menggunakan APD (baju kerja, sepatu
safety, celemek, penutup kepala, dan masker).
g) Sebelum dan sesudah proses persiapan bahan makanan, peralatan yang digunakan
harus dicuci bersih dan disimpan kembali pada tempatnya.
PASAL 12 Pengolahan Makanan
1) Pencucian alat makan pasien dilakukan secara sentralisasi di dapur utama ruang gizi
oleh Petugas Pramusaji Makanan.
2) Pencucian alat makan dengan air mengalir.
3) Ada perbedaan cara pencucian alat makan pasien dengan penyakit infeksius dan non
infeksius. Untuk penyakit non infeksius peralatan makan di cuci menggunakan air
mengalir saja. Sedangkan untuk peralatan makan pasien infeksius sebelum dicuci
dengan air mengalir direndam dahulu di air panas dengan suhu 80 - 100 derajat
celcius selama 30 menit.
4) Petugas Pramusaji Makanan selalu membersihkan baki/nampan dan kereta makan
setiap shift dinas
5) Troli makan pasien dibagi menjadi 2 (dua), yaitu troli bersih dan troli kotor.
6) Troli makan pasien di bersihkan setiap kali selesai digunakan (per shift), dan dicuci
seminggu sekali.
PASAL 16 Kebijakan Fasilitas Pelayanan Gizi Pada Pasien Baru Masuk Rawat Inap
PASAL 18 Penutup
Ditetapkan di : Bumiayu
Pada Tanggal : 21 November 2021
Direktur,
RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dari buku pedoman pelayanan ini adalah sebagai acuan bagi kepala
Instalasi Gizi dan Staf Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu untuk menjalankan fungsinyaagar dapat meningkatkan
1
kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan IPTEK,
perubahan perundang – undangan dan harapan konsumen rumah sakit.
C. Ruang Lingkup
1. Penyelenggaraan makanan
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap.
3. Asuhan Gizi.
4. Penelitian dan Pengembangan Gizi.
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit, adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun
rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun
mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif,
rehabilitatif dan promotif.
2. Pelayanan gizi, adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di
institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi klien / pasien. Pelayanan
gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dalam
rangka meningkatkan kesehatan klien / pasien.
3. Tim asuhan gizi, adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter / dokter spesialis, dietisien, dan perawat dari
setiap unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care)
untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
4. Panitia asuhan gizi, adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terdiri dari
dokter / dokters pesialis, dietisien, dan perawat yang ditunjuk oleh pimpinan
rumah sakit, bertugas membantu Tim Asuhan Gizi dalam hal inventorisasi
masalah, penyusunan prosedur baku asuhan gizi, pemantapan tatalaksana gizi,
serta penyelesaian masalah asuhan gizi.
2
5. Masyarakat rumah sakit, adalah sekelompok orang yang berada dalam
lingkungan rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari
pegawai atau karyawan, pasien rawat inap, dan pengunjung poliklinik.
6. Terapi gizi medis, adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik
akut maupun kronis atau kondisi luka – luka, serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi klien / pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan,
agar klien / pasien dan keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah
disusun.
7. Terapi gizi, adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien / pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik
sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
8. Terapi diet, adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
9. Perskripsi diet atau Rencana diet, adalah kebutuhan zat gizi klien / pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat oleh nutrisionis
/ dietisien.
10. Konseling gizi, adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua)
arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku
sehingga membantu klien / pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi,
dilaksanakan oleh nutrisionis / dietisien.
11. Nutrisionis, adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional dibidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik dimasyarakat
maupun di rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan
dasar akademi gizi.
12. Dietisien, adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
ketrampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun
pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat
sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit
pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
13. Food model, adalah bahan makanan atau contoh bahan makanan yang terbuat
dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu
sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien
rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
14. Klien, adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit
yang sudah berstatus rawat jalan.
15. Nutrition related disease adalah penyakit – penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
3
16. Mutu pelayanan gizi, adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan klien / pasien.
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam menyelenggarakan pelayanan
gizi di rumah sakit diperlukan peraturan perundang – undangan pendukung (legal
aspect). Beberapa ketentuan perundang – undangan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
JUMLAH
NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI
KEBUTUHAN
Kepala Instalasi Gizi S1 Gizi Atau D3 Gizi Ijazah S1 Atau D3 Gizi 1
Koordinator Unit D3 Gizi Ijazah D3 Gizi 3
Koki SMK Tata Boga Ijazah SMK Tata Boga 5
Asisten Koki SMK Tata Boga Ijazah SMK Tata Boga 2
Penyaji SMA / Setara SMA Ijazah SMA / Setara
10
SMA
Petugas Administrasi SMP Ijazah SMP 1
Jumlah 20
B. Distribusi Ketenagaan
KUALIFIKASI
NAMA WAKTU JUMLAH
NO FORMAL DAN
JABATAN KERJA SDM
INFORMAL
1 Kepala Instalasi D3 Gizi Pkl 08.00 -
1
Gizi 16.30
2 Koordinator Unit D3 Gizi Shift pagi : 1
3 Koordinator Unit S1 06.00 – 13.00
Shift Midle : 1
10.00-17.00
3 Koki SMA Shift pagi :
05.00 – 12.00
3
Shift siang :
12.00 – 19.00
4 Asisten Koki SMA Shift pagi : 2
5
05.00 – 12.00
Shift siang :
12.00 – 19.00
5 Penyaji SMA Shift pagi :
05.00 – 12.00
6
Shift siang :
12.00 – 19.00
6 Petugas SMP Pkl 09.00 –
0
Administrasi 16.00
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
(Terlampir)
B. Standar Fasilitas
JENIS KELENGKAPAN JUMLAH YANG
NO. STANDAR
DIMILIKI
1 Ruang penerimaan
Timbangan 100-300 kg Ada Ada
Rak bahan makanan beroda Ada Ada
Kereta angkut Ada Ada
Pembuka botol Ada Ada
Penusuk beras Ada Tidak ada
Pisau Ada Ada
2 Ruang penyimpanan bahan makanan
kering dan segar
Timbangan 20-100 kg Ada Ada
Rak bahan makanan Ada Ada
Lemari es Ada Ada
Freezer Ada Ada
Tempat bahan makanan dari Ada Ada
plastik/stainless steel
3 Ruang persiapan bahan makanan
Meja kerja Ada Ada
Meja daging Ada Tidak ada
Mesin sayuran Ada Tidak ada
Mesin pemarut kelapa Ada Tidak ada
Mesin pemotong dan penggiling Ada Tidak ada
Daging
Mixer Ada Tidak ada
Blender Ada Ada
Timbangan meja Ada Ada
Talenan Ada Ada
Bangku kerja Ada Tidak ada
Penggiling dari batu Ada Ada
Bak cuci Ada Ada
4 Ruang masak
Ketel uap 10-250 lt Ada Tidak Ada
Tungku masak Ada Ada
Oven Ada Tidak Ada
Penggorengan Ada Ada
Mixer Ada Tidak ada
7
Blender Ada Ada
Lemari es Ada Ada
Meja pemanas Ada Tidak ada
Pemanggang sate Ada Ada
Toaster Ada Tidak ada
Meja kerja Ada Ada
Bak cuci Ada Ada
Kereta dorong Ada Ada
Rak alat Ada Ada
Bangku Ada Tidak Ada
Meja pembagi Ada Ada
5 Ruang pencuci dan penyimpanan alat
Bak cuci Ada Ada
Rak alat Ada Ada
Tempat sampah Ada Ada
Lemari Ada Tidak Ada
6 Dapur susu
Meja kerja Ada Ada
Meja pembagi Ada Ada
Sterilisator Ada Ada
Tempat sampah Ada Ada
Pencuci botol Ada Tidak ada
Mixer dan blender Ada Ada
Lemari es Ada Ada
Tungku Ada Ada
Meja pemanas Ada Tidak ada
7 Ruang pegawai Ada
Kamar mandi Ada Ada
Locker Ada Ada
Meja kursi Ada Tidak ada
Tempat sampah Ada Ada
WC Ada Ada
Tempat tidur Ada Tidak ada
8 Kantor
Meja kursi Ada Ada
Filling cabinet Ada Ada
Lemari buku Ada Ada
Lemari es Ada Tidak ada
Alat peraga Ada Ada
Alat tulis menulis Ada Ada
Komputer Ada Ada
Printer Ada Ada
Lemari kaca Ada Ada
9 Ruang Konseling Gizi
Meja konseling Ada Tidak Ada
Kursi konseling Ada Tidak Ada
Bangku ruang tunggu Ada Tidak Ada
Telepon Ada Tidak Ada
Komputer + printer Ada Tidak Ada
Lemari peraga Ada Tidak Ada
LCD Ada Tidak Ada
Food model Ada Tidak Ada
8
BAB IV
1. Makanan atau nutrisi yang sesuai untuk pasien, tersedia secara reguler.
2. Terdapat pemesanan dan pencatatan makanan sebelum memberi makan pasien.
3. Pesanan didasarkan pada status gizi dan kebutuhan pasien.
4. Terdapat bermacam variasi makanan bagi pasien konsisten dengan kondisi dan
pelayanannya.
5. Terdapat pemberian edukasi tentang batasan diet pasien kepada keluarga pasien
bila mereka menyediakan makanan untuk pasien.
6. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan.
7. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
8. Distribusi makanan secara tepat waktu dan memenuhi permintaan khusus.
9. Pasien dengan risiko nutrisi mendapatkan terapi nutrisi.
10. Respon pasien terhadap terapi gizi di monitor dan dicatat dalam rekam medisnya.
A. ASUHAN GIZI
1. Pengertian
Asuhan gizi merupakan sarana dalam pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik.
Pelayanan kesehatan paripurna seorang pasien, baik rawat inap maupun rawat
jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan yang pada pelaksanaannya
dikenal sebagai pelayanan. Ketiga jenis asuhan tersebut adalah asuhan medik,
asuhan keperawatan, dan asuhan gizi.
2. Tujuan
Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat
maupun konseling gizi pada rawat jalan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk melaksanakan
urutan kegiatan, yang dikelompokkan menjadi lima kegiatan, yaitu:
a. Membuat diagnosis masalah gizi
b. Menentukan kebutuhan terapi gizi. Dalam pelaksanaan asuhan gizi,
penentuan terapi gizi pasien perlu mempertimbangkan tiga macam
9
kebutuhan, yaitu penggantian (replacement), pemeliharaan (maintenance),
dan penambahan akibat kehilangan (loss) yang berkelanjutan dan
untuk pemulihan jaringan dengan berpedoman kepada: tepat zat gizi
(bahan makanan), tepat formula, tepat bentuk, tepat cara pemberian, serta
tepat dosis dan waktu.
c. Memilih dan mempersiapkan bahan / makanan / formula khusus (oral
enteral, dan parenteral) sesua kebutuhan.
d. Melaksanakan pemberian makanan
e. Evaluasi/pengkajian gizi dan pemantauan
3. Peran Dieticien
a. Mengkaji status gizi klien/pasien berdasarkan rujukan
b. Melakukan anamnesis riwayat diet klien/pasien
c. Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan yang
disesuaikan dengan kebiasaan makan serta keperluan terapi
d. Memberika saran kepada dokter berdasarkan hasil pemantauan / evaluasi
terapi gizi
e. Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada
klien / pasien dan keluarganya
f. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi
pada klien/pasien dan keluarganya
g. Melakukan kunjungan keliling (visite) kepada klien/pasien
h. Mengevaluasi status gizi klien/pasien secara berkala, asupan makanan
dan bila perlu melakukan perubahan diet pasien
i. Mengkomunikasikan hasil terapi gizi
j. Menentukan rencana diet awal/sementara bila belum ada penentuan
diet dari dokter
k. Melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan
4. Prosedur Kerja Asuhan Gizi di Ruang Rawat Inap
Berikut ini tabel tentang prosedur kerja asuhan gizi di ruang rawat inap.
UNSUR PENANGG
NO KEGIATAN MEKANISME TERKAI UNG
T JAWAB
1 Penentuan
Status Gizi
a. Klinis Dilakukan untuk setiap Dokter Dokter
pasien baru dan dimonitor
setiap hari
b. Deteksi Dilakukan pada saat pasien Dokter Dokter dan
masuk kepala
ruangan
10
c. Antropomet Pengukuran dilakukan Perawat/ Kepala
ri seminggu sekali Dietisien ruangan
d. Laboratoriu Glukosa darah, Hb, urine Dokter / Dokter/ Analis
m lengkap, feses Analis
e. Anamnesis Wawancara Dietecien Dieticien
Riwayat Gizi
2 Intervensi
g. Klinis Mengatasi semua gejala Dokter / Dokter
penyakit (Hipoglikemia, Perawat
hipotermia, dehidrasi,
infeksi, dll)
h. Diet a. mengaplikasikan diet Dieticien Dieticien
b. Pemantauan
c. Konsumsi makanan
d. Status gizi
e. Penyuluhan gizi
f. Pemberian diet
g. Persiapan pulang
h. Pencatatan gizi
3 Pelaporan Berdasarkan rekam medis : Dieticien Dieticien
Ruang rawat inap
5. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
Dalam pelayanan gizi Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Aminah
Bumiayu, Asuhan Gizi dilakukan kepada pasien rawat inap.
Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap :
Pengertian dari asuhan gizi pasien rawat inap adalah serangkaian proses
kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet
hingga evaluasi rencana diet pasien diruang rawat inap. Tujuannya adalah
memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai
dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses penyembuhan.
Rangkaian kegiatannya :
1) Pengkajian status gizi
a) Antropometri
Setiap pasien diukur data antropometri, berupa tinggi badan atau
panjang badan dan berat badan. Bila tidak memungkinkan pasien diukur
tinggi badan atau panjang badan dan bera badan dapat dilakukan
pengukuran lingkar lengan atas (LiLa) dan tinggi lutut.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan
hubungan sebab akibat antara status gizi dengan kesehatan, serta
menentukan terapi obat dan diet.
Pemeriksaan fisik meliputi: tanda – tanda klinis kurang gizi
(sangat kurus, pucat, atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau sangat
11
gemuk/obesitas); sistem kardiovaskuler; sistem pernapasan, sistem
gastrointestinal; sistem metabolik/endokrin dan sistem
neurologik/psikiatrik.
c) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta
menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga
untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
2) Riwayat gizi
Setiap pasien rawat inap di analisis kebiasaan makan sebelum
dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi
makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dan selanjutnya
dianalisis zat gizinya dengan menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar.
Analisis asupan gizi memberikan informasi perbandingan antara asupan
dengan kebutuhan gizi dalam sehari. Setiap pasien rawat inap akan di
anamnesis untuk mengetahui asupan makanan sebelum dirawat yang
meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta
pantangan makan. Semua data antropometri, klinis dan biokimia yang
didapat dicatat dalam formulir pencatatan gizi. Kajian riwayat gizi
hasilnya akan dibandingkan dengan perhitungan kebutuhan gizi dan saran
diet sesuai kondisi pada saat melakukan konseling
3) Penentuan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasa
status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga
memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian,
kebutuhan tambahan karena kehilangan serta tambahan untuk pemulihan
jaringan atau organ yang sedang sakit.
4) Penentuan macam dan jenis diet
Setelah dokter menentukan diet pasien, ahli gizi akan mempelajan dan
menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai, selanjutnya akan menterjemahkan
ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan yang akan
diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk, konsistensi (biasa,
lunak, maupun cair) sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan zat
gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang
digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan penyesuaian, maka
ahli gizi akan mengkonsultasikan kepada dokter.
5) Konseling dan Penyuluhan gizi
Sebelum melakukan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat
12
rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran strategi,
materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan konseling gizi
adalah membuat perubahan perilaku makan pasien. Hal ini diwujudkan
melalui penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan
untuk proses penyembuhan, kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet
yang ditentukan, dan pemecahan masalah yang timbul dalam
melaksanakan diet tersebut.
6) Pemantauan, Evaluasi dan Tindak lanjut
Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah
memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai
proses penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut
mencangkup antara lain perubahan diet, bentuk makanan, asupan makanan,
toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah, keadaan
klinis defekasi, hasil laboratorium, dan lain-lain. Tindak lanjut yang
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi
pelayanan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan
mengubah perskripsi diet sesuai kondisi pasien. Apabila perlu, dilakukan
kunjungan ulang atau kunjungan rumah. Untuk pasien yang dirawat
walaupun tidak memerlukan diet khusus tetapi tetap perlu mendapatkan
perhatian agar tidak terjadi ”Hospital Malnutrition” terutama pada pasien-
pasien yang mempunyai masalah dalam asupan makanannya seperti
adanya mual, muntah dan penurunan nafsu makan.
B. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada
konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui
pemberian diet yang tepat. Termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan
evaluasi.
2. Tujuan
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen
yang membutuhkan.
3. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti
13
Aminah Bumiayu adalah pasien, karyawan, dokter, dan komite.
4. Bentuk penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu adalah dengan sistem swakelola, sehingga melaksanakan
semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
5. Mekanisme kerja penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Muhammadiyah
Siti Aminah Bumiayu meliputi:
a. Perencanaan anggaran belanja makanan
Pengertiannya adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang
diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi konsumen/pasien
yang dilayani. Tujuannya adalah untuk menyediakan taksiran
anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen/pasien
yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi. Langkah perencanaan
anggaran belanja makanan:
1) Mengumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen pada
tahun sebelumnya
2) Menetapkan macam dan jumlah konsumen/pasien
3) Mengumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan
melakukan survey pasar, kemudian menentukan harga rata-rata
bahan makanan
4) Membuat standar porsi ke dalam berat kotor
5) Menghitung indeks harga makanan perorangan perhari sesuai
dengan konsumen yang mendapat makanan
6) Menghitung anggaran belanja makanan setahun untuk masing-
masing konsumen/pasien
7) Melaporkan hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepad manajemen
8) Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administratif
b. Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan
diolah untuk memenuhi selera konsumen pasien, dan kebutuhan zat gizi
yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuannya untuk menyediakan siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan
yang ada di rumah sakit, yaitu siklus 11 hari.
Langkah perencanaan menu:
1) Membentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari ahli
gizi dan kepala dapur
2) Mengumpulkan tanggapan/keluhan konsumen mengenai menu
14
dengan cara menyebarkan kuesioner
3) Membuat rincian macam dan jumlah konsumen yang akan dilayani
4) Mengumpulkan data peralatan dan perlengkapan dapur yang
tersedia
5) Menyesuaikan penyusunan menu dengan macam dan jumlah
tenaga
6) Memperhatikan kebiasaan makan daerah setempat, musim, iklim,
dan pasar
7) Menetapkan siklus menu yang akan dipakai
8) Menetapkan standar porsi
9) Menyusun menu dengan cara:
a) Mengumpulkan berbagai jenis hidangan, dikelompokkan
berdasarkan jenis makanan (kelompok lauk hewani, kelompok
nabati, kelompok sayuran, kelompok buah) sehingga memungkinkan
variasi yang lebih banyak
b) Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis
besar frekuensi penggunaan bahan makanan harian dengan
siklus menu yang berlaku
c) Memasukkan hidangan hewani yang serasi warna, komposisi
konsistensi bentuk dan variasinya; kemudian lauk nabati,
sayur, buah, dan snack
d) Menyiapkan formulir penilaian yang meliputi pola menu
kombinasi warna, tekstur, konsistensi, rasa, aroma, ukuran,
bentuk potongan, temperatur makanan, pengulangan menu
penyajian dan sanitasi
e) Menilai menu dengan beberapa penilaian objektif
f) Melakukan pre-test untuk mengetahui tanggapan konsumen/pasien
g) Membuat perbaikan menu dan selanjutnya menu siap
diterapkan
c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan
penyusunan kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk
pengadaan baha makanan.
Tujuannya adalah supaya tercapainya usulan anggaran dan
kebutuhan bahan makanan untuk pasien dalam satu tahun anggaran.
Langkah perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah:
1) Menentukan jumlah pasien
2) Menentukan standar porsi tiap bahan makanan dan membuat dalam
berat kotor
15
3) Menghitung berapa kali pemakaian bahan makanan serta siklus
menu
4) Menghitung dengan cara:
3) Penyaluran bahan makanan
Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan
berdasarkan permintaan harian.
Tujuannya adalah untuk menyediakan bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat sesuai dengan pesanan.
4) Persiapan bahan makanan
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan
makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong,
mengupas, mengocok, merendam, dan sebagainya.
Tujuannya adalah mempersiapkan bahan-bahan makanan, serta bumbu-bumbu
sebelum dilakukan kegiatan pemasakan.
5) Pengolahan bahan makanan
Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan
makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk
dikonsumsi.
Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan,
meningkatkan nilai cerna, meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,
keempukan, dan penampilan makanan, dan menghilangkan dari organisme maupun zat
yang berbahaya bagi tubuh.
Proses pemasakan yang dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti Aminah
Bumiayu adalah:
a) Pemasakan dengan medium udara, yaitu membakar/mengepan dan memanggang
b) Pemasakan dengan medium air, yaitu merebus, mengetim, mengukus, dan
menggunakan tekanan uap (presto)
c) Pemasakan dengan medium minyak, yaitu menggoreng, menumis
d) Pemasakan langsung melalui dinding panci, yaitu mendadar dan menyangrai
b) Pendistribusian makanan
18
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai
dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa
maupun makanan khusus/diet).
Tujuannya adalah agar konsumen mendapatkan makanan sesuai diet dan ketentuan
yang berlaku.
Jenis penyaluran makanan yang digunakan di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu adalah penyaluran makanan dan minuman didistribusikan secara
terpusat di dapur pusat.
Jadwal pemberian makanan untuk pasien adalah :
6. Makan Pagi : Pukul 06.30 - 07.30 WIB
7. Makan Siang : Pukul 11.00 - 12.00 WIB
8. Makan Sore : Pukul 16.30 - 17.30 WIB
C. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
1. Pengertian
Pengertian penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi RSU
Muhammadiyah Siti Aminah merupakan kegiatan pendukung Pelayanan Gizi
Rumah Sakit (PGRS) yang dilaksanakan secara terencana dan terus menerus seperti
halnya kegiatan gizi yang lain, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit.
Instalasi Gizi RSU Muhammadiyah Siti Aminah menyusun program-program
penelitian dan pengembangan yang bermanfaat dalam meningkatan mutu
pelayanan gizi, disusun berdasarkan kaidah penelitian, yaitu : adanya
usulan/proposal penelitian, laporan hasil penelitian, serta dokumentasi hasil
penelitian.
2. Tujuan
a. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS
b. Evaluasi kegiatan PGRS
c. Mengembangkan teori, tatalaksana, atau standar baru
3. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan yaitu secara mandiri dan bekerja
sama dengan unit/instalasi lain.
4. Ruang lingkup pengembangan
Ruang lingkup pengembangan di Instalasi Gizi RSU Muhammadiyah Siti
Aminah dilakukan untuk mengembangkan mutu pelayanan gizi. Beberapa aspek
penting yang perlu dikembangkan terus menerus adalah aspek sumber daya
manusia, standar terapi diet, standar sarana dan prasarana penggunaan berbagai
teknik pengolahan makanan
19
BAB V
LOGISTIK
ATK
1 Buku tulis isi 38 5
2 Buku tulis isi 200 7
3 Bolpoin 5
4 Gunting kecil 2
5 Isi streples kecil 10
6 Isi streples besar 4
7 Isolasi 5
8 Kwitansi 40
9 Kalkulator 1
10 Map plastic 3
11 Nota kecil 10
12 Penghapus pencil 1
13 Pencil 2
14 Spidol marker hitamBeras 2
15 Steples sedeng 2
16 Streples besar 1
RUMAH TANGGA
1 Agar-agar 6 box
22
SOFT DRINK UNTUK TAMU &
RAPAT
1 Aqua gelas 240 ml 10 dus
2 The botol 2 krat
3 Air mineral botol 50 dus
LAUK
1 Ayam negeri 225 kg
2 Bakso 4 bks
3 Daging sapi 2 kg
4 Bandeng presto 173 ekor
5 Rolade bandeng 16 bks
6 Rolade tuna 4 bks
7 Sosis sapi 4 bks
8 Sosis ayam 300 bj
9 Tahu 110 kg
10 Tempe 180 btr
11 Telor asin 200 kg
12 Telor ayam negri 560 btr
13 Telor puyuh
PERALATAN 5 lsn
1 Aneka cetakan kue 2 bj
2 Bukaan kaleng/botol 4 bj
3 Bukaan kaleng/botol 1 bj
4 Blender 12 lsn
5 Cangkir lepek tamu 1 bj
6 Freezer 3 bj
7 Kulkas 3 bj
8 Kompor 2 tungku 5 bj
10 Lap piring 4 lsn
Lepek lauk putih pasien VIP &
11 Utama 2 lsn
12 Lepek lauk bening VIP & Utama 2 lsn
13 Lepek bening kecil VIP & Utama 2 bj
14 Lemper / cobek batu sedang 1 bj
15 Lemari plastik susun 4 5 bj
16 Lemari peralatan makan 6 lsn
17 Mangkok pasien VIP & Utama 60 bj
18 Mangkok sayur prasmanan 1 bj
19 Mixer 1 bj
20 Meja kerja 1 bj
23
21 Meja penerimaan barang 1 bj
22 Meja penyajian / prepare 2 bj
23 Meja Persiapan / racik 1 bj
24 Meja makan karyawan 10 lsn
25 Piring bubur halus pasien 3 lsn
26 Piring Vip & Utama 6 bj
27 Pisau dapur 2 bj
28 Pisau buah 60 bj
29 Piring prasmanan 2 bj
30 Poci the prasmanan 24 bj
31 Penampan coklat 1 bj
32 Piler / pengupas kentang 1 bj
33 Penggaris 1 bj
34 Rak cabinet 4bj
35 Regulator 3 bj
36 Talenan plastic 4 bj
37 Tempat lauk prasmanan 1 bj
38 Tempat isolasi 1 bj
39 Tampah 2 bj
40 Saringan santan stainless 2 bh
41 Termos air panas 1 bj
42 Termos the prasmanan 2 bj
43 Tempat sampah 1 bj
44 Tusukan beras 1 bj
45 Wajan teflon sedeng 4 bj
46 Wajan kecil 3 bj
47 Wajan sedang 1 bj
48 Wajan besar 2 bj
49 Gas LPG 24 tabung
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien yang terkait dengan instalasi gizi adalah sanitasi makanan.
1. Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan
24
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahan yang mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi selama proses pengolahan, penyiapan
pengangkutan, penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap
dikonsumsi kepada konsumen (Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Ditjen
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular)
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan
minuman. Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor – faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman. Faktor –
faktor tersebut berasal dariproses penangan makanan, minuman, lingkungan, dan
orangnya; sehingga makanan dan minuman yang disajikan rumah sakit tidak
menjadi mata rantai penularan penyakit.
2. Tujuan
Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu ditujukan untuk :
a. Tersedianya makanan dan minuman yang berkualitas baik dan aman bagi
kesehatan konsumen
b. Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan
melalui makanan.
c. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
3. Pelaksanaan sanitasi makanan dalam penyelenggaraan makanan
a. Ruang pengolahan (Dapur)
1) Ruang dalam dapur harus bersih, tersedia tempat sampah sementara yang
diberi kantong plastik. Di masing – masing ruangan dapur terdapat tempat
pengumpulan sampah yang tertutup.
2) Limbah di dapur ada 2 (dua), yaitu limbah non infeksius/limbah rumah
tangga dan limbah cair. Limbah rumah tangga dibuang di tempat sampah
yang diberi plastik hitam, setelah ¾ penuh atau setiap pergantian shift
plastik sampah diikat dan dikeluarkan melalui jalur kotor kemudian
menghubungi cleaning service dan di bawa ke tempat pembuangan
sampah sementara. Untuk limbah cair dibuang melalui wastafel khusus
(fitrap) dan dibuang ke IPAL.
3) Untuk kebersihan lantai ruang dapur dilakukan dengan cara disapu dan di
pel setiap hari, setiap shift.
b. Bagunan
7) Pintu keluar masuk di dapur ada 2 (dua), pintu masuk digunakan sebagai
jalur kotor, sedangkan pintu keluar digunakan sebagai jalur bersih yaitu
hanya digunakan keluar makanan pasiendan karyawan (termasuk dokter).
25
8) Ada dua buah insect killer di dapur yang berfungsi untuk mencegah lalat
atau serangga lain masuk ke dapur, selain penggunaan insect killer,
pencegahan masuknya seranggake dapur dengan menggunakan tirai
plastik di setiap pintu.
9) Fasilitas Cuci Tangan
a) Terletak di bagian depan ruang pengolahan makanan
b) Tersedianya air yang mengalir
c) Tersedia sabun dan tisu untuk mengeringkan
d) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat, anti karat.
c. Sarana dan Peralatan Untuk Pelaksannan Sanitasi Makanan
1) Air Bersih
Tersedianya air yang bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan
memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
01/Birhukmas/I/1975. Standar mutu air tersebut meliputi :
a) Standar bersih, yaitu warna, bau, rasa dan suhu
b) Standar biologi, yaitu kuman – kuman patogen, dan bakteri E. Coli
c) Standar kimiawi, yaitu derajat keasaman (pH) jumlah zat padat dan
bahan – bahan kimia lainnya
d)Standar radioaktif meliputi benda – benda radioaktif yang mungkin
terkandung dalam air
2) Alat pengangkut/roda/kereta makanan dan minuman harus tertututup
sempurna, terbuat dari bahan kedap air, permukannya halus dan mudah
dibersihkan.
3) Rak – rak penyimpanan bahan makanan atau makanan jhaus mudah
dipindah – pindahkan dngan menggunakan roda – roda penggerak untuk
kepentingan proses pembersihan
4) peralatan yang kontak dengan makanan harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a) Permukaan utuh (tidak cacat), dan mudah dibersihkan
b) Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat asam/ basa, atau garam –
garam yang lazim dijumpai
c) Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunan,
misalnya timah hitam (Pb), Arsenium (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn),
Cadmium (Cd), dan antimoni (Stibium)
d) Wadah makanan, alat penyajian, dan distribusi Makanan harus terutup
27
e) Pengolahan makanan hendaknya dilakukan menurut proses yang
ditetapkan \, sesuai dengan perlatan masak, waktu, suhu ataupun tingkat
pemasakan
f) Jangan menjamah makanan yang sudah masak dengan tangan, tapi
gunakanlah alat seperti sendok, garpu, atau alat lainnya
g) Tidak merokok di lingkungan rumah sakit, khususnya dapur
h) Selalu menjaga setiap ruangan yang ada didapur tetap bersih sepanjang
waktu
i) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
f. Prosedur kerja
Kontaminasi makanan/kontaminasi ulang dapat di sebabkan oleh penjamah
makanan selama bekerja. Hal ini disebabkan karena pegawai tidak bekerja
sesuai dengan prosedur kerja yang ada
g. Upaya pengendalian
Upaya pengendalian faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuman pada
makanan dan minuman, dapat dilakukan dengan pemantauan titik – titik rawan
pada jalur penanganan makanan dan minuman yang diperkirakan
memudahkan tumbauhnya bakteri dan fungi/jamur. Titik – titik rawan dalam
proses penanganan makanan dan minuman adalah:
1) Proses pembersihan makanan
Pada proses ini hendaknya tidak ada makanan dan minuman yang
membusuk setelah proses pembersihan bahan makanan
2) Proses persiapan bahan makanan, pada proses ini hendaknya :
a) Tersedianya air bersih yang cukup
b) kran – kran air dan saluran ruangan persiapan dalam keadaan bersih
c) tersedia tempat penampungan sampah sementara yang kuat dan mudah
dibersihkan, dilapisi kantong plastik
3) Proses penyimpanan
Proses ini tidak akan mengalami kerawanan apabila :
f) Dalam penyimpanan bahan makanan mentah
Bahan mentah disimpan dalam ruangan/tempat yang terpisah dari
ruangan makanan terolah yang suhunya diatur sesuai standar masing –
masing bahan mentah
g) Penyimpanan bahan makanan terolah
Bahan mentah disimpan dalam ruangan/tempat yang terpisah
Penyimpanan makanan terolah yang tidak cepat membusuk disimpan
pada suhu 10°C dan dalam keadaan tertutup
28
Penyimpanan makanan terolah yang cepat membusuk harus disimpan
pada suhu 4°C selama 6 jam, jika > 6 jam harus disimpan pada suhu -
5°C sampai -1°C
4) Proses pemasakan dan penghangatan makanan
Untuk kepentingan pengolahan biasanya bahan makanan diproses dengan
bantuan panasdengan teknik/cara emasakannya, sehingga tidak
memungkinakan kuman tumbuh dan berkembang biak.
5) Proses pembersihan ruang dan pencucian alat masak
a) Pembersihan ruang dapur dilakukan segera setelah proses pekerjaan
selesai sesuai dengan proses prosedurnya. Proses pembersihan meliputi
ruang, lantai, dan langit – langit
b) Pencucian alat masak dilakukan setelah memasak
6) Proses pengangkutan makanan ke ruangan
Alat pengangkutan makanan dan minuman yang dipakai dilengkapi dengan
tutup untuk menghindari debu diluar gedung dapur. Alat dibersihkan secara
periodik.
7) Proses penyajian makanan di ruang rawat
h) Alat – alat makanan yang dipakai untuk menyajikan makanan harus
dalam keadaan bersih
i) Tidak ada tanda – anda vektor ( lalat, lipan, tikus) ataupun bekas
jejaknya di ruang dapur
j) Penyajian makanan kepada pasien harus dalam keadaan tertutup
29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. Pengertian
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang
harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi
akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
2. Tujuan
Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, syarat-syarat
keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan
tujuan:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi perlindungan pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja,
baik fisik/psikis, keracunan, infeksi, dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara, dan proses kerja
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya
l. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman,
atau barang
m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan,
dan penyimpanan barang
o. Mencegah terkena aliran listrik
p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
3. Prinsip keselamatan kerja pegawai dalam proses penyelenggaraan makanan
a. Pengembalian teknis mencangkup
1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatandan
31
memenuhi syarat yang telah ditentukan
2) Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur
dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat
3) Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis
4) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
5) Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai.
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
dari pegawai
d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditentukan. Dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3 jam
kerja, karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja >3 jam
h. Perawatan alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam
kondisi yang layak pakai
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
g. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama
yang cukup
h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja
4. Prosedur keselamatan kerja
a. Ruang penerimaan dan penyimpanan Bahan Makanan
1) Menggunakan alat pembuka bungkus bahan makanan menurut cara
yang tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada
tempat ke arah bagian alat yang tajam (berbahaya)
2) Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkit yang tersedia untuk barang tersebut
3) Pergunakan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan
bahan
4) Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan
5) Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan
6) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan
pekerja
7) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang banyak, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas makanan
8) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang
penerimaan dan penyimpanan
32
b. Di ruang persiapan dan pengolahan makanan
Keamanan dan keselamatan kerja di ruang ini akan tercapai bila:
1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik, misalnya saat
menggunakan pisau, golok, parutan kelapa dengan baik dan jangan bercakap-
cakap selama menggunakan alat tersebut.
2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan atau mengolah bahan
makanan
3) Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya
4) Membersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin
sebelumnya
5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan
6) Berhat-hati bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan
mesin, lampu gas/listrik, dan lain-lain
7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
8) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat
sudah dimatikan mesinnya
9) Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi
porsi yang ditetapkan
10) Tidak memuat kereta makanan melebihi kapasitasnya
11) Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
12) Bila ada alat pemanas atau baki perhatikan cara penggunaan dan
pengisiannya.
13) Bila membawa air panas, tutup dengan rapat dan jangan mengisi
terlalu penuh
14) Perhatikan bila membawa makanan pada baki, jangan sampai
tertumpah atau makanan tersebut tercampur
15) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi
kaleng
c. Di ruang pembagian makanan di instalasi gizi
1) Tidak mengisi panci/piring terlalu penuh
2) Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas kereta makan
3) Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
4) Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya
5) Bila membawa air panas, tutup dengan rapat atau tidak mengisi
tempat tersebut sampai penuh
33
b. Alat pelindung kerja
1) Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas,
tidak licin, dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak
pegawai sewaktu kerja
2) Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur
(tidak menggunakan hak tinggi)
3) Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
4) Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih
dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering, dan sebagainya
5) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang
mudah terjangkau
6) Tersedia alat/obat P3K
34
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU
B. Bentuk-bentuk pengawasan dan pengendalian
1. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan dan
pengolahan data kegiatan pelayanan gizi, pengolahan data kegiatan pelayanan gizi
rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,
untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi
rumah sakit maupun untuk pengambilam keputusan.Pencatatan ini dilakukan pa
35
da setiap langkah kegiatan yang dilakukan. Pelaporan dilakukan berkala sesuai
dengan kebutuhan RS. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di instalasi gizi:
a. Pencatatan dan pelaporan pengadaan makanan
1) Formulir pemesanan bahan makanan harian
2) Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi
gizi pada hari itu.
3) Pencatatan sisa bahan makanan (harian/bulanan), meliputi bahan makanan
basah dan bahan makanan kering
4) Pencatatan data permintaan/pemesanan bahan makanan
berdasarkan bon-bon pemesanan dari masing-masing unit kerja
b. Pencatatan dan pelaporan tentang penyelenggaraan makanan
1) Buku laporan timbang terima antara pergantian rotasi (berisi pesan- pesan
penting)
2) Buku laporan pasien baru/yang berdiet khusus
3) Buku laporan pasien baru makanan biasa
4) Buku laporan pergantian/pertukaran diet pasien
c. Pencatatan dan pelaporan tentang kelengkapan peralatan Instalasi
Gizi :
1) Membuat kartu inventaris peralatan masak
2) Membuat kartu inventaris peralatan makan
3) Membuat kartu inventaris peralatan kantor
4) Buku besar tentang peralatan keseluruhan (untuk simpan pinjam)
5) Formulir untuk pelaporan alat-alat masak
6) Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari
7) Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya
36
e. Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap
1) Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk
catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan
2) Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
3) Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
4) Formulir perubahan diet
5) Formulir permintaan makan pagi, siang, dan sore
6) Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
f. Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat jalan
1) Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosis, jenis diet,
antropometri)
2) Membuat/mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya
3) Formulir anamnesis
4) Formulir frekuensi makanan
5) Formulir status pasien
6) Membuat laporan penyuluhan (pada Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat RS, laporan penyuluhan pada pasien rawat jalan dan inap).
Semua laporan dikumpulkan, lalu dibuat
rangkuman kemudian disampaikan kepada Kepala Instalasi Gizi
untuk dimanfaatkan sesuai dengan apa yang dibutuhkan rumah sakit.
2. Pengawasan standar porsi
a. Untuk bahan makanan (padat) pemawasan porsi dilakukan dengan
penimbangan.
b. Untuk bahan makanan yang cair/setengah cair seperti susu dan bumbu
dipakai gelas ukuran/ liter matt, sendok ukuran atau alat-alat ukur lainnya
yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang.
c. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis
hidangan, dapat dipakai alat pemotong atau dipotong menurut petunjuk.
d. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan
kontainer/panci yang standar dan bentuk sama
e. Untuk mendapatkan porsi yang tetap (tidak berubah-ubah) harus
digunakan standar porsi dan standar resep.
3. Pengawasan harga
Langkah-langkah yang perlu dilakukan:
a. Tetapkan kebijakan keuangan yang ingin dicapai
b. Buat format isian pelaksanaan pencatatan pelaporan yang baku untuk
pengawasan.
1) Pencatatan pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan
37
makanan untuk setiap putaran menu, bulanan, triwulan dan tahunan.
2) Kalkulasi harga pemasukan bahan makanan, harga pe- makaian
bahan makanan makanan untuk setiap menu bulanan, triwulan dan
tahunan.
3) Perhitungan stok bahan makanan akhir
4) Kumpulkan data klien harian, satu putaran menu, bulanan,
triwulan dan tahunan.
5) Biaya overhead (dalam hal ini penyusutan) dicatat harian, setiap
putaran menu, bulanan, triwulan dan tahunan.
c. Kalkulasi pemasukan bahan makanan berikut nilai rupiahnya
setiap saat dan pada periode tertentu yang telah ditentukan
d. Hitung biaya per porsi atau biaya per orang per hari
4. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pimpinan atau pengelola
mencoba mengatur biaya guna mencegah pemborosan mengatur biaya yang
dikeluarkan. Biaya yang dimaksud disini yaitu biaya makan.
Biaya bahan makanan dapat meningkat atau menurun dari harga yang
diperkirakan. Oleh karena itu biaya makanan dapat dikendalikan melalui
berbagai cara seperti menukar, mengubah atau mengganti dengan bahan
makanan lain. Pengendalian biaya ini merupakan proses yang berkelanjutan
dan melibatkan aktivitas-aktivitas seperti perti perencanaan menu, pembelian,
penerimaan, pengolahan dan juga tenaga/ personel.
a. Tujuan pengendalian biaya makanan
1) Menganalisa biaya yang direncanakan dibandingkan dengan harga
yang digunakan untuk penyelenggaraan makanan
2) Menilai harga penawaran bahan makanan
3) Mencegah sisa bahan makanan yang tidak efisien
4) Menyediakan data untuk laporan penyelenggaraan institusi
5) Membandingkan dua atau lebih kegiatan pelaksanaan
penyelenggaraan makanan
b. Cara pengendalian biaya makanan
1) Kembangkan kebijakan keuangan bagi institusi. Hal ini tergantung
pada tujuan dan bentuk kegiatan, target keuntungan dan persentase dari
makanan, tenaga dan biaya overhead lainnya yang dapat dicapai.
dicapai
2) Kembangkan pengendalian secara rutin. Pengendalian kegiatan
mencakup prosedur kerja karyawan dan pemeriksaan menyeluruh mulai
dari perencanaan menu, pembelian,
penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, produksi, distribusi serta
38
penyajian/penjualan
39
penyimpangan yang merupakan umpan balik (feed back)
yang harus diperbaiki.
4) Menetapkan tindakan perbaikan/koreksi untuk mengatasi
penyimpangan dengan melaksanakan cara-cara yang telah
disepakati berdasarkan data kegiatan terdahulu
5. Pengendalian biaya tenaga/ harga tenaga
a. Tujuan
Untuk memaksimalkan efisiensi tenaga kerja secara berdaya gu-na
sesuai dengan standar kualitas dan pelayanan yang dilakukan,
sehingga dapat tercapai tujuan yang optimal
b. Faktor yang mempengaruhi biaya
1) Tipe menu dan besarnya persiapan yang diperlukan
2) Jenis pelayanan
3) Jumlah hidangan yang disajikan setiap hari
4) Jumlah dan jenis makanan yang dijual
5) Peralatan yang digunakan.
6) Jumlah tenaga kerja
c. Penghematan penggunaan tenaga
1) Menu yang disajikan harus sederhana dan spesifik
2) Gunakan bahan makanan setengah jadi
3) Buat standar performance dan produktivitas
4) Perencanaan dan taksiran tenaga yang dibutuhkan
5) Perencanaan staff harus tepat
6) Jadwal harus ketat dan tepat
7) Gunakan tenaga paruh waktu atau secara kontrak
8) Awasi kelebihan waktu
9) Gunakan peralatan yang tepat dan cukup
10) Sederhanakan setiap prosedur
11) Latih tenaga kerja untuk meningkatkan performance
12) Tanamkan disiplin pada pegawai
13) Gunakan catatan yang tepat
14) Awasi pertukaran pegawai
15) Lakukan reorganisasi bila perlu
16) Perbaiki layout fasilitas
40
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di : Bumiayu
Pada Tanggal : 21 November 2021
Direktur,
RSU Muhammadiyah Siti Aminah
Bumiayu
41