A. Latar Belakang
Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan yang terbaik
untuk pasien. Agar dapat memberikan dukungan dan respon yang baik sesuai
dengan kebutuhan pasien, juga untuk menjalankan prinsip ”satu level perawatan
yang bermutu” keseragaman pemberian pelayanan kepada pasien tanpa
membedakan waktu, faktor ekonomi, sosial, agama, ras, suku, bangsa, maka
dibutuhkan adanya perencanaan dan koordinasi kerja yang baik.
Pedoman Pelayanan 1
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
3. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, contoh pelayann anastesi
sama di semua unit pelayanna dinrumah sakit
4. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setara diseluruh rumah sakit
5. Penerapan serta penggunaaan regulasi dan form dalm bidang klinis antara
lain metode asesmen IAR (informasi, analisis, rencana), form asesmen
awal/asesmen ulang, PPK, alur klinis terintegrasi/clinical pathway, pedoman
menejemen nyeri,dan regulasu untuk berbagai tindakan antara lain
pemberian transfusi darah.
B. Tujuan Pedoman
1. Menyediakan acuan kerja untuk menjamin pemberian pelayanan yang
seragam untuk semua pasien
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit
C. Ruang Lingkup
Pedoman berlaku bagi semua staff rumah sakit: dokter, perawat,
penunjang medik dan staff lainnya yang memberikan pelayanan kepada pasien.
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan medis
2. Kepala bagian keperawatan
3. Kepala ruangan
4. Semua staff rumah sakit
E. Landasan Hukum
Yang menjadi landasan hukum pelaksanaan pelayanan kedokteran dan
keperawatan asuhan yang seragam bagi semua pasien :
1. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Pedoman Pelayanan 2
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/IX/
2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/MENKES/SK/ XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/ 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 666/MENKES/SK/ VI/2007
tentang Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar.
Pedoman Pelayanan 3
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Pengaturan Jaga
1. Pengertian
a. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan
kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. (UU
kesehatan No 23 tahun 1992)
Pedoman Pelayanan 4
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
b. Jadwal jaga adalah suatu jadwal yang mengatur siklus jaga dan
petugas yang harus memberikan atau menunjang pelayanan kegawat
daruratan.
2. Tujuan
a. Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk :
Tercapainya pelayanan pasien di RS Amanda Mitra Keluarga
b. Mengatur siklus jaga petugas, sehingga pelayanan di RS Amanda
Mitra Keluarga dapat terkendali dengan baik.
3. Jadwal Jaga
a. Pengaturan Jadwal Jaga ditentukan oleh Kepala Ruangan dan Ka
Seksi (dokter jaga)
b. Pengaturan jaga
1) Shift Pagi : Jam 07.00 WIB -14.30 WIB
2) Sihift Sore : Jam 14.30 WIB - 21.00 WIB
3) Shift Malam : Jam 20.30 WIB -07.30 WIB
Pedoman Pelayanan 5
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
1. Lantai 1
a. Unit UGD
b. FO
c. Kamar Operasi
d. Ruang teknisi
e. Poli Klinik
f. Kamar bersalin
g. Kamar bayi
h. Laboratorium
i. Poly anak
j. Farmasi rawat jalan
k. Rekam medis
l. Aula
m. Mushola
n. Ruang rawat inap
o. Loundri
Pedoman Pelayanan 6
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
2. Lantai 2
3. Finance
4. Hrd
5. Kantor direktur
6. Kantor auditor
Pedoman Pelayanan 7
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Pedoman Pelayanan 8
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
5. Bedah laparascopy obstetri gynecologi
6. Bedah kulit kelamin
7. Bedah obgyn fertility
- Kebidanan dan Kandungan
- Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT)
- Kulit Kelamin
- Urologi
Pedoman Pelayanan 9
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
2. Pelayanan laboratorium
Pelayanan laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik dibidang Hematologi, Kimia Klinik, Klinik Rutin.
Laboratorium RS Amanda Mitra Keluarga melayani pasien rawat inap
dan rawat jalan dan dikepalai oleh seorang dokter spesialis Patologi
Klinik.
Pelayana laboratorium ada selama 24 jam terdiri dari 3 shift yaitu:
- Shift pagi : pukul 07.00 WIB s/d pukul 14.30 WIB
- Shift sore : pukul 14.00 WIB s/d pukul 21.30 WIB
- Shift malam: pukul 21.00 WIB s/d pukul 07.30 WIB
3. Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi ( obat dan
alat kesehatan ) dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi ada selama
24 jam terdiri dari 3 shift disesuaikan dengan sistem pendistribuasian
perbekalan farmasi di rumah sakit.
4. Pelayanan Gizi
Pelayana gizi adalah suatu upaya memperbaiki , meningkatkan gizi dan
penyediaan makan.
Standar Pelayanan Gizi Minimal rumah sakit (SPM Gizi ) mencakup 3
indikator yaitu :
1. Ketepatan waktu pemberian makan kepada pasien yang sudah
terjadwal.
2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien
3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian Diit.
Pedoman Pelayanan 10
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
d. Pelayanan Asuhan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai.
Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan
dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien.
e. Pelayanan anestesi
Pelayanan anestesi adalah salah satu bagian dari pelayanan dibidang
anestesia meliputi pelayanan anestesia/analgesia di kamar bedah dan diluar
kamar bedah, pelayanan kedokteran perioperatif, penanggulangan nyeri akut
dan kronis, resusitasi jantung paru dan otak,pelayanan kegawat daruratan
dan terapi intensif. Waktu pelayanan anestesia berlangsung selama 24 jam.
f. Pelayanan UGD
Pelayanan UGD adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan
secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin. Waktu pelayanan
UGD ada selama 24 jam.
Pedoman Pelayanan 13
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
A. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system yang dibuat oleh
rumah sakit untuk membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
1. Kajian Risiko (assessment risiko)
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
Pedoman Pelayanan 16
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sebagai berikut :
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names)
2. Pastikan Identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh
langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut. Uraian Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
1. Tingkat Unit Kerja/ Tim :
• Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada
insiden
• Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang dipakai
di RS Amanda Mitra Keluarga untuk memastikan semua laporan
dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan/ solusi yang tepat
Langkah penerapan :
Tingkat Unit Kerja/Tim :
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi
juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.
A. Pendahuluan
Keselamatan dan keamanan sangat penting bagi seluruh staff di dalam
rumah sakit. Dimana keselamatan merupakan suatu keadaan tertentu yang tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi seluruh staf.
Penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan ini dapat dilakukan
dengan meningkatkan peningkatan proteksi diri dalam melakukan kegiatan
kontak langsung terhadap pasien, maupun kontak fisik dengan sesama staff dan
terhadap benda-benda yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi. Dengan
banyaknya hal-hal yang dapat menimbulkan munculnya kontaminasi diharapkan
para staf tidak mengabaikan tata cara proteksi terhadap diri, dengan
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang dapat melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi dan kontaminasi yang dapat terjadi.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun
jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-
pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi
UU No.12 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik
Pedoman Pelayanan 22
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja
dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3
yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra
sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan
baik.
Pedoman Pelayanan 23
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
2) Jenis-jenis alat pelindung diri
1) Sarung tangan : melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularakan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme
yan berada ditangan petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan
penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah
penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap
kontak dengan satu pasien dengan pasien lainnya, untuk
menghidari kontaminasi silang.
2) Masker : harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian
bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker digunakan
untuk menahan cipratan yang sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah
percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau
mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan yang
tahan dari cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.
3) Alat pelindung mata : melindungi petugas dari percikan darah atau
cairan tubuh lainnya dengan cara melindungi mata. Pelindung mata
mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata
dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika
ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan
harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung
wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan
cairan secara tidak sengaja kearah wajah. Bila tidak tersedia
pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata
pelindung atau kacamata biasa serta masker.
4) Topi : digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama
pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut.
Meski pun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada
Pedoman Pelayanan 24
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya
dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
5) Gaun pelindung : digunakan untuk menutupi atau mengganti pakai
biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui
atau dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet/airbone.
Pemakain gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju
dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
tersebut, petugas kesehatan harus menggunakan gaun pelindung
setiap masuk ruangan untuk merawat pasien karena ada
kemungkinan percikan atau semprotan darah cairan tubuh, sekresi
atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan
gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area
pasien. Setelah gaun dilepas pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak
kontak dengan bagian potensial tercemar, lalu cuci tangan segera
untuk berpindahnya organisme.
6) Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat bekerja dapat
diturunkan 20-100 kali dengan memakai gaun pelindung. Perawat
yang menggunakan apron plastik saat merawat pasien bedah
abdomen dapat menurunkan transmisi S. Aureus 30 kali
dibandingkan dengan perawat yang memakai baju seragam dan
ganti tiap hari.
7) Apron : yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang
tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan.
Petuagas kesehatan harus mengunakan apron dibawah gaun
penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,
membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko
tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini sangat penting
bila gaun pelindung tidak tahan air apron akan mencegah cairan
tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
Pedoman Pelayanan 25
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
8) Pelindung kaki : digunakan untuk melindung kaki dari cedera
akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara
tidak segaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sadal, “sandal jepit” atau
sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan.
Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih
banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas
kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu
tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap
benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah, sebuah
penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas
dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah
merembes melalui sepatu dan sering kali digunakan sampai diruang
operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi
pencemaran (Summers at al. 1992).
Pedoman Pelayanan 26
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan.
d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk.
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan.
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama
Pedoman Pelayanan 27
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
3) Berikan cairan antiseptik pada area tertusuk/ luka
4) Bila terjadi di dalam jam kerja segera ke Unit Gawat Darurat
(UGD) untuk penatalaksanaan selanjutnya
5) Tentukan status petugas yang terpapar : Apakah menderita hepatitis
B, apakah pernah mendapatkan imunisasi Hepatitis B, apakah
sedang hamil/menyusui
6) Jika tidak diketahui sumber paparannya. Petugas yang terpapar
diperiksa status HIV, HBV, HCV
7) Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam masa
inkubasi tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi bila
diragukan dapat dilakukan konseling
8) Pemberian Propilaksis Pasca Pajanan :
9) Pasca Pajanan HIV :
- Apabila Status pasien HIV harus diberikan Prolaksis Pasca
Pajanan berupa obat ARV 4 jam setelah paparan , maksimal
48 -72 jam diberikan selama 28 hari
- Tes HIV diulang setelah 6 minggu, 3 bulan, dan 6 bulan.
10) Pasca Pajanan Hepatitis B
- Jika pernah vaksinasi periksa anti HBs :
Anti HBs (+), titer ≤ 10, lakukan Booster
Anti HBs (+), Titer ≥ 10, lakukan observasi
- Jika belum pernah vaksinasi maka
Segera vaksinasi sesuai standar
Cek HBsAg bulan ke 1, bulan ke 3, bulan ke 6
Jika HbsAg (+), rujuk ke Gastrohepatologi Penyakit
Dalam untuk penanganan lebih lanjut
Pedoman Pelayanan 28
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
Tertusuk jarum Terpajan cairan
terkontaminasi
tubuh
Buat laporan ke
Tim K3RS dan
Tim PPI
Pedoman Pelayanan 29
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pendahuluan
Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme pemantauan dan penilaian
terhadap pelayanan yang diberikan secara terencana dan sistematis, sehingga
dapat didefinisikan peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan
mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu
pelayanan yang berkesinambungan.
Pedoman Pelayanan 30
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
4. Bedah Sentral a. Waktu tunggu a. dua hari
operasi elektif sejak
rawat inap b. 0 %
b. Kejadian Kematian
di meja operasi
f. Tidak adanya f. 100 %
kejadian tertinggal-
nya benda asing/lain
pada tubuh
pasien setelah operasi
Pedoman Pelayanan 31
Rumah Sakit Amanda Mitra Keluarga
pemberian diet
Demikianlah Pedoman Pelayanau medis dan keperavratan yang sama bagi semua
pasien ini kami buat, Kami dari Unit Pelayanan Pasien berharap dengan
teselesaikannya pedoman pelayanan ini dapat bermanfaat bagi pihak RS Amanda
Mitra Keluarga dan kami juga berharap dapat memaksimalkal standar pelayan
sehingga Kualitas pelayanan di Rumah Sakit ini dapat meljadi lebih baik dari
sebelumnya.
Direktur