Dosen pengampuh
dr. Dyna Safitri Rangkuti, MKM
Nama kelompok
Ardi Saputra (2202041001)
Heru Kurniawan (2202041008)
Halim Arsad Harahap (2202041024)
1|Halaman
DAFTAR ISI
1|Halaman
Lampiran : Surat Keputusan Direktur
Nomor : 104/RSDMY/SK/B-IGD/IV/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ruang IGD adalah suatu bagian dari rumah sakit Umum “Darmayu” Ponorogo dibawah
Kepala Bidang Keperawatan. Yang memberikan pelayanan pasien emergency (gawat
darurat) secara umum baik dewasa maupun anak – anak. Staf yang kompeten dan
perlengkapan yang sesuai standar diperlukan untuk perawatan pasien-pasien yang
menderita penyakit secara umum, selain itu sarana dan prasarana juga memiliki peranan
penting dalam menunjang pelayanan dan keterampilan staf.
Ruang IGD memberikan pelayanan yang cepat, professional dan berkualitas dengan
mengedepankan keselamatan pasien. Untuk itu diperlukan dukungan SDM, sarana,
prasarana serta peralatan yang memadai demi meningkatkan pelayanan di Ruang IGD.
Dalam penyusunan pedoman layanan unit tidak terlepas dari tujuan Pelayanan
Keperawatan yang telah ditetapkan, sehingga pedoman pelayanan Ruang IGD menjadi
acuan dalam membantu peningkatan pelayanan yang bermutu dan berkualitas serta
mengedepankan keselamatan pasien.
B. TUJUAN PEDOMAN :
1. Tujuan Umum
Pedoman pelayanan Ruang IGD secara umum sebagai dasar pegarahan serta
pengendalian bagi setiap perawat dan penunjang medis dalam pelayanan
keperawatan di lingkungan rumah Sakit Umum “Darmayu” Ponorogo dan di luar
lingkungan rumah sakit yang terkait dengan pelayanan rawat jalan dan pelayanan
rawat inap,sehingga terwujud suatu tatalaksana pengelolaan pelayanan yang baik
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Khusus
Lebih khusus tujuan pedoman pelayanan Ruang IGD adalah:
a. Terselenggaranya pemberian pelayanan secara komprehensip.
b. Terselenggaranya Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dengan
metode PJ (penanggung jawa shift ) dan PP (Perawat pelaksana) .
2|Halaman
c. Terjalinnya kerjasama yang baik antar karyawan yang saling menghargai dan
menjunjung tingga etika.
d. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten memberikan pelayana
pada pasien diruang IGD (gawat darurat).
e. Tercapainya 6 langkah Sasaran Keselamatan Pasien
f. Terselengaranya perencanaan pengadaan dan pemeliharaan peralatan sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) peralatan.
D. BATASAN OPERASIONAL
Ruang IGD adalah ruang yang diperuntukkan untuk pasien-pasien secara umum baik
pasien rawat jalan , rawat inap ,dan pasien gawat darurat , dan melayani pasien umum
ataupun asuransi / BPJS.
LANDASAN HUKUM
1. Undang undang No 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
2. Undang – undang No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit
3. Undang undang no 36 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran.
5. Standar Peralatan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan Depkes,2001.
6. Undang – undang No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
7. Buku pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit – Dekes RI 2007
3|Halaman
8. Peraturan menteri kesehatan RI No.1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang registrasi
tenaga kesehatan.
4|Halaman
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan di Ruang Delima:
Jadwal dinas Jumlah Keterangan
Kepala Ruang 1
5|Halaman
Berdasarkan Standar Penghitungan tenaga Ruang IGD
1 11 16 5
Keterangan :
Kebutuhan tenaga perawat di ruang IGD belum terpenuhi
C. PENGATURAN JAGA
Jadwal Dinas Waktu
Dinas Pagi Pkl. 07.00 – 14.00 WIB
6|Halaman
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
19
18
20
20
25
TRIAG
99
E 1
10
10
11
2
22
11
7 3
8 4
13 5
14
6
15 1 17
6
24
21 22 23
7|Halaman
A. STANDAR FASILITAS
No Fasilitas standart jumlah
A. Fisik / bangunan / sarana
1. Ruang Perawat 1 1
a.Meja 3 3
b.Kursi 4 4
c.Lemari buku 1 1
d.Komputer 1 1
e.Pesawat telf 1 1
f.Lampu RO 1 1
g.Tempat sampah 2 2
h.Kipas Angin - -
i.lemari /rak buku 1 1
2. Ruang Kepala Ruang 1 -
a.Meja 1 -
b.Kursi 2 -
c.Kursi tamu 3 -
d.Meja tamu 1 -
e.Komputer 1 -
f.Lemari buku 2 -
g.Tempat sampah 1 -
h.Pesawat telpon 1 -
i.Kipas Angin 1 -
3. Ruang Ganti Karyawan
a.Locker 8 -
b.Tempat sampah 1 -
c.Gantungan baju 1 -
d.Kaca 1 -
4. JUMLAH TEMPAT TIDUR
Tempat tidur 8 8
Meja Pasien - -
Bangku Kayu Panjang - -
Selimut 9 8
5. Alat-alat kesehatan
Suction 2 2
Tensimeter air raksa 8 1
Termometer air raksa 8 2
Oksigen sentral 8 5
Illuminator 1 1
Trolly Tindakan 2 1
Tromol Kassa 2 1
Korentang - -
Tiang infuse 8
Brancard 2 1
Kursi roda 2 2
Stetoskop Dewasa 8 4
Stetoskop Anak 1 -
Resusitasi Set 2 1
8|Halaman
Bengkok Besar 8 -
Bengkok Sedang 8 1
Bengkok Kecil 8 -
Bak Instrumen Sedang 8 1
Pincet Anatomis 8 2
Pincet Chirrugis 8 2
Gunting Verban 8 1
Gunting Necrotomi 8 2
Gunting H af
Gunting Kecil 8 1
Pean Lurus 2
Pean Bengkok 2
Tong Spatel 2 -
Baterai 2 1
Tourniquet 2 2
Advantage set 1 -
Syringe Pump 1 -
Puls Oxymetri 1 -
9|Halaman
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. PENDAFTARAN
Semua pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan, atau yang akan
mendapatkan pelayanan kesehatan, harus diregistrasikan di dalam data pasien dan mendapatkan
nomor rekam medis. Ini meliputi pasien rawat inap (termasuk bayi baru lahir), pasien rawat
jalan, dan pasien yang hanya memeriksakan spesimen (contoh: sample darah) diregisterkan
sebagai pasien. Keberhasilan mengidentifikasi pasien menurunkan angka duplikasi registrasi.
Jika pasien tidak mempunyai satu identitas unik dan spesifik maka hal ini dapat mengganggu
pelayanan pasien.
Jika pasien tersebut adalah pasien lama, maka petugas pendaftaran mendaftar pasien
sebagai berikut:
1. Petugas menerima dan meneliti kartu pasien;
2. Petugas pendaftaran mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang akan dituju dengan
mewawancarai pasien tersebut;
10 | H a l a m a n
3. Jika berkas sudah terkumpul, maka petugas mendistribusikan semua berkas rekam medis
pasien ke poliklinik yang dituju;
Jika prosedur diatas tidak diindahkan oleh petugas pendaftaran dan terkait, maka,
petugas yang bersangkutan mendapatkan sangsi oleh pihak manajemen maupun direktur.
Merujuk ke prosedur registrasi pasien rawat jalan dan rawat inap untuk informasi
proses yang lebih rinci.
Jenis-jenis pendaftaran :
1. Pendaftaran yang direncanakan (elektif): Pendaftaran yang sudah direncanakan
merupakan pendaftaran rawat inap dari pasien yang sudah direncanakan sebagai
tindak lanjut untuk mendapatkan pelayanan rawat inap. Semua data akan
dikumpulkan sebelum tanggal yang sudah ditentukan. Pasien diinstruksikan untuk
melapor ke bagian pendaftaran.
2. Pendaftaran bagi pasien rawat jalan : Pasien mungkin didaftarkan secara langsung
dari poliklinik RSU “Darmayu” Ponorogo. Dokumen yang diperlukan akan
11 | H a l a m a n
dikirimkan ke bagian pendaftaran dan pasien akan mendapatkan kamar perawatan
yang sesuai dan tersedia di unit rawat inap.
3. Pendaftaran dari IGD: Pasien dari IGD memerlukan pendaftaran rawat inap, harus
mempunyai formulir dari pendaftaran dan dikirimkan bagian pendaftaran dan
pasien akan diberikan kamar rawat yang tersedia di ruang rawat inap.
4. Pendaftaran pasien observasi: Pasien dapat di observasi di emergensi dan VK
maksimal 6 jam sejak pasien masuk rumah sakit, selanjutnya dokter harus
memutuskan apakah pasien masuk dalam perawatan RS, rujuk ke rumah sakit lain
atau pasien di pulangkan dan di informasikan kepada pasien atau keluarga. Selama
observasi pasien dimonitor secara berkala. Ketika pasien diobservasi dan
diputuskan oleh dokter memerlukan perawatan rawat inap, harus melengkapi
formulir dan dikirimkan ke bagian pendaftaran dan pasien akan diberikan kamar
rawat yang tersedia di ruang rawat inap.
5. Pasien transfer dari rumah sakit lain: Ketika permintaan transfer diterima oleh
bagian pendaftaran, selanjutnya dialihkan kepada dokter umum di IGD. Kemudian
IGD akan mengkoordinasikan transfer pasien dengan bagian admission dan
mengumpulkan data yang diperlukan..
Merujuk kepada prosedur di bawah ini:
1. Pendaftaran pasien- Poliklinik
2. Pendaftaran pasien- IGD
3. Pendaftaran pasien – Rawat Inap
4. Penerimaan pelayanan di Emergensi
5. Menerima pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain untuk perawatan
6. Observasi pasien di IGD
7. Observasi pasien di VK
12 | H a l a m a n
b) Jika pasien tidak meminta fasilitas yang lain, maka petugas mendaftar pasien
berdasarkan identifikasi data social pasien;
6. Petugas menanyakan apakah pasien setuju dengan fasilitas yang sesuai dengan
permintaan pasien;
a) Jika setuju, maka pasien mengisi formulir persetujuan;
b) Jika tidak setuju, maka petugas menanyakan apakah pasien memilih tempat
yang lain selama tempat yang diinginkan belum ada;
c) Jika setuju, maka petugas mengisi formulir persetujuan sesuai tempat yang
diinginkan pasien;
d) Jika tidak setuju, maka petugas merujuk pasien ke rumah sakit lain sesuai
permintaan pasien;
e) Petugas mendaftar pasien berdasarkan identifikasi data sosial pasien;
7. Petugas memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap akan ada pasien baru;
a) Petugas memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah disiapkan;
b) Petugas mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap;
8. Petugas medis di unit pelayanan rawat inap memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien;
a) Apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak;
b) Jika perlu pemeriksaan penunjang, maka petugas memberikan formulir ke unit
pemeriksaan yang dituju;
c) Jika tidak, maka pasien tetap mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap;
9. Petugas Rawat Inap menanyakan kepada dokter apakah pasien sudah diperbolehkan
untuk pulang;
a) Jika diperbolehkan untuk pulang, maka petugas menginformasikan kepada
pihak pendaftaran ada pasien yang keluar / discharge;
b) Petugas mempersilahkan pasien untuk menyelesaikan administrasi pembayaran
di bagian kasir;
c) Petugas mempersilahkan pasien untuk pulang;
d) Jika tidak diperbolehkan untuk pulang, maka pasien tetap mendapatkan
pelayanan kesehatan rawat inap;
2. SISTEM KOMUNIKASI
3. PELAYANAN TRIASE
13 | H a l a m a n
Triage Pasien dilakukan di IGD, dengan menggunakan 5 Sistem pelevelan sebagai berikut :
LEVEL RESPON KETERANGAN JENIS KASUS
I Segera Pasien dalam keadaan kritis Cardiac arrest/henti jantung
(Resusitasi) dan mengancam nyawa Anafilaksis
atau anggota badannya Trauma multipel / kompleks
menjadi cacat bila tidak / cedera berat yang
segera mendapat membutuhkan resusitasi,
pertolongan atau tindakan syok,
darurat. Pasien tidak sadar (GCS 3-
(Gawat Darurat) 9), over dosis, kejang,
cedera kepala).
Obstruksi jalan nafas berat
II ≤ 15 menit Pasien berada dalam Nyeri dada akut, aritmia
(Emergensi) keadaan gawat, akan jantung hebat, cedera kepala
menjadi kritis dan (GCS 10 - 13),
mengancam nyawa bila Gangguan pernafasan berat
tidak segera mendapat (PO2 < 85%)
pertolongan atau tidakan Nyeri hebat,
darurat. sengatan/gigitan binatang
(Gawat Tidak Darurat) berbisa
Overdosis (sadar)
Gangguan psikiatri berat
Perdarahan
Fraktur luas
Pasien dengan suhu > 39oC
III ≤ 30 menit Pasien berada dalam Cedera kepala (GCS 14-15)
(Urgensi) keadaan tidak stabil, dapat Nyeri abdomen sedang
berpotensi menimbulkan Fraktur tertutup
masalah serius tetapi tidak Penyakit-penyakit akut
memerlukan tindakan Trauma dengan nyeri
darurat, dan tidak sedang
mengancam nyawa.
(Darurat Tidak Gawat)
IV ≤ 60 menit Pasien datang dengan Cedera kepala ringan (tanpa
(less urgent) keadaan stabil, tidak muntah dan tanda-tanda
mengancam nyawa, dan vital normal), nyeri ringan
tidak memerlukan tindakan Nyeri kepala ringan
segera. Sakit ringan
(Tidak gawat tidak
darurat)
V ≤ 120 Pasien datang dengan Ganti verban
(Rutin) menit keadaan stabil, tidak Permintaan rujukan
mengancam nyawa, tidak Kontrol ulang
memerlukan tindakan Medical cek up
segera, hanya
membutuhkan perawatan
lanjutan.
14 | H a l a m a n
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan pada C, A, B,
derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.
4. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban
Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triage diberlakukan sistem prioritas, prioritas adalah
penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu
pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.: 1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam
hitungan menit. 2) Dapat meninggal dalam hitungan jam. 3) Trauma ringan. 4) Sudah
meninggal.
Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera,
(Merah) mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera
yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan
nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (lukabakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka
(Kuning) waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah
tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak /
abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan
(Hijau) pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superfisial, luka-luka ringan
Prioritas 0 Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif.
(Hitam) Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis
Gambar 1.1
15 | H a l a m a n
Skema triage rumah sakit
16 | H a l a m a n
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD. Perawat triage harus mulai
memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayatsingkat dan melakukan pengkajian,
misalnya melihat sekilas kearah pasienyang berada di brankar sebelum mengarahkan ke ruang
perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit
karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Perawat triage bertanggung
jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat; misalnya bagian trauma
dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa
memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus
dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian
dilakukan setiap 5 - 15 menit / lebih bila perlu. Setiap pengkajian ulang harus didokumentasikan
dalam rekam medis. Informasi baru dapat mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di
area pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area
pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau mengalami sesak
nafas, sinkop, atau diaforesis. (Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia mengalami
gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani terlebih dahulu.
Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder dari pihak
keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data
subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer).
17 | H a l a m a n
b) Tunda - Delayed (kuning)
Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya :
Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan
terkontrol, luka bakar < 25% luas permukaan tubuh, dsb.
c) Minimal (hijau).
Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar, lecet dan luka bakar superfisial.
d) Expextant (hitam)
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan.
Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
5) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning,
hijau, hitam.
6) Penderita / korban kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang
tindakan IGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita / korban dapat
dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
7) Penderita dengan kategori triage kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat
dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triage
merah selesai ditangani.
8) Penderita dengan kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah
memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk
pulang.
9) Penderita kategori triage hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah. (Rowles, 2007
18 | H a l a m a n
4. INFORMED CONSENT
5. TRANSPORTASI PASIEN
Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan pemindahan penumpang barang dari suatu
tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsur pergerakan (movement).
Transportasi sangat memegang peranan penting dalam pengembangan suatu Rumah Sakit.
Suatu interaksi yang baik dan ideal antara komponen – komponen transportasi ( pasien,
medis, barang, sarana dan prasarana ) membentuk suatu sistem transportasi yang
komprehensif, efisien dan efektif sehingga diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi
transportasi dalam suatu Rumah Sakit.
A. Tujuan Pedoman
a. Mendekatkan sarana pelayanan transportas i kesehatan gawat darurat kepada
pasien / korban atau kegiatan yang beresiko timbulnya kecelakaan / gawat
darurat medik.
b. Mengurangi angka kematian dan kecacatan penderita dengan kasus gawat
darurat medik / trauma.
c. Meningkatkan bentuk pelayanan transportasi Ambulance Gawat Darurat yang
professional
A. Ruang Lingkup
1. Merujuk pasien dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain yang dituju.
2. Menjemput pasien yang membutuhkan transportasi ke Rumah Sakit untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
3. Mengantar pasien dari Rumah sakit ke rumah pasien.
4. Pelayanan ambulance meliputi daerah luar kota dan dalam kota.
5. Pelayanan terhadap jenazah yang membutuhkan transportasi rumah sakit
B. Batasan Operasional
Pelayanan transportasi ambulance
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan transportasi pasien
dari rumah sakit ke rumah sakit lain yang di tuju, dari rumah pasien ke rumah sakit,dari
rumah sakit ke rumah pasien dan pelayanan pasien rujukan baik rujukan tetap maupun
rujukan sementara dengan cara aman.
A. Perangkat Kerja
19 | H a l a m a n
1. Ambulance
2. Sarana komunikasi
3. Peralatan medis dan obat-obatan
4. Alat Tulis
Dalam proses merujuk pasien petugas perawat dan dokter yang akan mendampingi
pasien harus sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan.
20 | H a l a m a n
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
2) Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
3) Perawat IGD menghubungi petugas ambulance RS “Darmayu”
21 | H a l a m a n
Berdasarkan rekomendasi dari Guidelines for the inter – and intahospital
transport of critically ill patients. Crit Care Med 2004 ; 32 : 256-262, petugas yang
mendampingi pasein yang tidak stabil dalam transport pasien adalah dokter yang
memiliki kompetensi dalam evakuasi pasien. Sedangkan apabila pasien dalam
kondisi stabil perawat yang mempunyai kompetensi dapat bertindak sebagai
pendamping pasien. Kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat pendamping
paling tidak mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam hal : manajemen
respirasi yang advanced, terapi intravena, manajemen disritmia dan advanced cardiac
life support. Paling tidak minimal 2 staf diperlukan sebagai pendamping pasien.
3. Distribusi Ketenagaan
Pengendara / driver ambulance standby di tempat / pos kendaraan atau ditempat
pendaftaran ,
Pagi : 2 orang
Sore : 1 orang
Malam : 1 orang
Untuk pelayanan ambulance lebih dari satu maka dapat dilakukan on call
petugas ambulance yang jaga ( shift ) berikutnya
22 | H a l a m a n
b. Perawat pendamping dibagi 3 shift jaga yang diatur oleh masing masing ruangan.
c. Dokter pendamping adalah dokter jaga bangsal jika diperlukan
Dalam proses transport pasien harus ada koordinasi dan komunikasi yang jelas
antara pengirim dan penerima pasien. Jangan sampai pasien sudah sampai ditujuan
pihak rumah sakit atau unit penerima belum siap sebagaimana diharapkan. Pihak
pengirim harus memastikan sedemikian rupa agar pihak penerima telah siap
menerima dan memberikan pelayanan segera setelah pasien tiba ditujuan, sesuai
dengan keperluan dan kepentingan pasien
1. Mobil Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RS “Darmayu” saat ini
memiliki 3 ( tiga) unit ambulance dan 1 ( satu ) unit mobil jenazah yang
kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
23 | H a l a m a n
Tahun Pembuatan : 2014
Tahun Perakitan : 2014
Isi Silinder : 1493 CC
Warna : ABU - ABU
Nomer rangka : HYGDN42VEJ404055
Nomer mesin : G15AID333620
Warna TNKB : Hitam
Bahan bakar : BENSIN
No BPKB :-
c. Mobil Jenazah
Nama Polisi : AE 9380 SA
Merk/Type : MITSUBISHI L 300
Jenis Model : AMBULANCE
Tahun Pembuatan : 1998
Tahun Perakitan : 1998
Isi Silinder : 2477CC
Warna : PUTIH
Nomer rangka : L300DP257726
Nomer mesin : 4D56C828673
Warna TNKB : Hitam
Bahan bakar : Solar
No BPKB : 8262636J
d. Mobil Operasional
Nama Polisi : AD8896CU
Merk/Type : TOYOTA / INOVA
Jenis Model : MPNP / STASION WAGON
Tahun Pembuatan : 2008
Tahun Perakitan : 2008
Isi Silinder : 1998CC
Warna : HIJAU METALIK
Nomer rangka : MHFXW429782113298
Nomer mesin : 1TR6537850
Warna TNKB : Hitam
Bahan bakar : BENSIN
No BPKB : 8964662I
24 | H a l a m a n
e. Mobil Operasional
Nama Polisi : AD8786OS
Merk/Type : HONDA/MOBILIO
Jenis Model : MINI BUS
Tahun Pembuatan : 2016
Tahun Perakitan : 2015
Isi Silinder : 1496CC
Warna : PUTIH
Nomer rangka : MHRDD4850GJ600102
Nomer mesin : L15Z12400652
Warna TNKB : Hitam
Bahan bakar : BENSIN
No BPKB : -
25 | H a l a m a n
kebutuhan dan mengurangi risiko yang dapat terjadi dalam proses pengiriman pasien.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan alat adalah : mudah dalam
penggunaan, ukuran, berat, ketahanan, dan kemampuan alat dalam menghadapi
gangguan vibrasi, cuaca
1. Tidak tersedianya berbagai sarana kesehatan lain yang setiap saat dapat dimanfaatkan
untuk memperoleh pelayanan rawat jalan, terutama pada hari-hari libur.
2. Makin banyak penderita yang menghemat, tidak berkunjung dulu ke dokter atau ke
klinik, karena menurut penilaian mereka dokter atau klinik juga nantinya akan
merujuk mereka. Makin banyak dokter yang lebih senang merujuk penderita ke UGD
dari pada melakukan tindakan medis di tempat praktek pribadi.
3. Pengaruh kebijakan asuransi kesehatan, yang hanya menanggung biaya perawatan
rawat jalan apabila diselenggarakan oleh UGD.
Penyelesaian Masalah False Emergency
Untuk mengatasi berbagai masalah pelayanan gawat daurat ada beberapa upaya penyelesaian
yang dapat dilaksanakan. Upaya-upaya yang dimaksud antara lain: (Oktami, 2013).
Surat visum et repertum tersebut oleh RS “Darmayu akan diserahkan kembali kepada Instansi
terkait/Kepolisian
26 | H a l a m a n
1. Visum Sementara:
Dibuat oleh dokter yang menangani pasien pertama kali. Dokter menuliskan data-data
lengkap sesuai hasil pemeriksaan pertama di IGD yang telah tertulis di lembar pengkajian
IGD
2. Visum Sambungan:
Dibuat oleh DPJP yang merawat di ruang rawat inap. Dokter menulis data-data lengkap
perkembangan/ kondisi terakhir pasien di ruang rawat inap dan kalau perlu juga dilengkapi
dengan data- data pada Catatan perkembangan terintegrasi
8.PELAYANAN PASIEN DOA
Pasien DOA (Death on Arrival) adalah pasien yang ketika diterima telah meninggal.
Pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat di berikan berdasarkan kriteria TRIAGE
1. Setelah diperiksa, dan dinyatakan meninggal ( SPO Memastikan Pasien Meninggal ) dokter
menyampaikan kepada pengantar pasien-sebaiknya adalah keluarga terdekat pasien.
2. Pasien yang sudah meninggal di bersihkan dan posisikan sesuai agama/kepercayaannya
3. Keluarga diarahkan untuk menyelesaikan adminitrasi di kasir.
4. Siapkan Surat Keterangan meninggal rangkap 2
5. Penyerahan Surat keterangan meninggal diserahkan sebelum pasien dibawa pulang oleh
keluarga
6. Beritahu kepada keluarga menyelesaikan administrasi kebagian kasir
7. Perawat IGD menghubungi driver yang bertugas untuk mengantar jenazah kerumah duka
Setelah administrasi diselesaikan pihak keluarga jenazah diantar oleh driver menuju rumah duka
27 | H a l a m a n
2) Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.
B. Pemeriksaan diagnostic
Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis (misalnya karena fasilitas kurang
mendukung,karena rumah sakit tidak mempunyai pemeriksaan diagnostic yang diinginkan
sesuai dengan pemeriksaan yang dibutuhkan pasien
c.spesimen
sistem rujukan specimen dirumah sakit ‘’Darmayu” mencakup tentang pemeriksaan yang tidak
bias dilakukan dibagian laboratorium rs”Darmayu” diantaranya pemeriksaan HBA1c,
pemeriksaan faal thyroid, pemeriksaan tanda – tanda tumor dan ataui pemeriksaan yang tidak
bisa dilakukan dilaboratorium “Darmayu”
BAB V
LOGISTIK
28 | H a l a m a n
Kegiatan logistik Ruang IGD Rumah Sakit “Darmayu” adalah kegiatan kegiatan pengadaan,
permintaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pengendalian obat / alkes , linen , instrumen,
dan barang keperluan rumah tangga. Pengelolaan dan pengendalian logistik Ruang IGD Rumah
Sakit Darmayu merupakan tugas dan tanggung jawab dari Kepala Ruang IGD , dibantu oleh
seksi penanggung jawab seksi logistik ruang IGD .
A. LOGISTIK OBAT
1. Perencanaan
a. Obat rutin pasien
Pengadaan obat direncanakan berdasarkan pemakain selama24 jam
b. Obat emergency
Pengadaan obat emergency untuk live saving menjadi tanggung jawab apoteker dan
kerja sama dengan kepala ruang dan perawat penanggung jawab shift ruang
IGD ,dimana obat emergency disediakan di trolli emergency
2. Permintaan / penyediaan
a. Obat rutin pasien
Permintaan obat pasien untuk pemberian satu hari dalam bentuk (ODD) menggunakan
form permintaan /resep obat , untuk pasien BPJS menggunakan form resep BPJS ,dan
untuk pasien umum menggunakan form resep pasien umum
b. Obat emergency
Permintaan obat emergency sesuai dengan jumlah kesediaan stok obat yang tersedia
dan dimintakan ke bagain farmasi menggunakan form permintaan obat emergency,dan
menjadi tanggung jawab apoteker rumah sakit “Darmayu”
3. Penyimpanan
a. Penyimpanan obat dan alkes pasien disimpan dilemari obat dengan ditata berdasarkan
kandungan obat yang tersedia
b. Penyimpanan obat emergency di trolli emergency.
c. Penyimpanan obat di ruangan dengan suhu antara 15- 25 celcius dan kelembaban 60°
- 70° dicatat di form pemantauan suhu dan kelembaban dan dicatat setiap shiff /hari
4. Pendistribusian / penyaluran
a. Obat Pasien
Pendistribusian obat sesuai dengan instruksi DPJP, kemudian dicatat dalam form
resep obat pasien umum untuk pasien umum dan form resep obat pasien BPJS
untuk pasien BPJS
b. Obat emergency
Pendistribusian obat emergency sesuai dengan instruksi DPJP kemudian dicatat
dibuku pemakaian obat emergency
29 | H a l a m a n
5. Pengendalian
a. Obat Pasien
Pengendalian obat pasien setiap pengambilan dari farmasi dilakukan dobel cek antara
petugas farmasi dengan perawat ruangan IGD,pemberian obat ke pasien dilakukan
dobel cek antara perawat yang menyiapkan dengan perawat yang memberikan.
Apabila ada obat yang sudah diorder dan dihentikan pemberiannya oleh DPJP maka
obat akan di retur ke bagian farmasi.
b. Obat emergency.
Pemakaian obat emergency harus dicatat di buku pemakaian obat emergency dan
obat yang sudah dipakai dimintakan ke farmasi memakai form permintaan obat
emergency. Petugas farmasi melakukan pengecekan setiap satu minggu sekali.
6.Daftar obat emergency
a. Sulfas atropine : 2 ampul
b. Eprineprin : 2 ampul
c. D40% : 2 ampul
d. Spuit 3cc : 1 pc
e. Spuit 5cc : 1 pc
f. Spuit 10cc : 1 pc
g. Ambubag : 1 set
h. Mayo no. 30 : 1buah
i. Mayo no. 50 : 1buah
j. Selang O2 : 1buah
k. Aminophilin : 2 buah
l. Alkohol swab : 5 buah
m. Selang O2 bayi : 1 buah
n. Selang O2 anak : 1 buah
B. LOGISTIK LINEN
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan linen dilakukan oleh unit logistik ruang IGD
2. Permintaan
kepala ruang mengajukan permintaan kepada unit bagian logistik sesuai dengan
kebutuhan
3. Penyimpanan
Stok sprei ruangan disimpan di lemari Ruang IGD.
4. Pendistribusian
a. Pendistribusian dilakukan setiap hari dengan menukar linen kotor dengan linen
bersih ke bagian linen dengan menggunakan form serah terima linen.
30 | H a l a m a n
b. Bila ada kekurangan linen , petugas ruangan meminta langsung ke bagian loundry.
5. Pengendalian
Linen dicatat dalam buku stok yang diisi setiap seminggu sekali oleh petugas
penanggung jawab loundry.
C. LOGISTIK INSTRUMEN
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan instrumen dilakukan setiap satu tahun sekali.
2. Permintaan
Permintaan instrumen dengan cara menulis di blangko permintaan barang tidak rutin ke
bagian logistik
3. Penyimpanan
Instrumen disimpan di lemari instrumen Ruang IGD
4. Pendistribusian
Pendistribusian instrumen dikeluarkan bila ada instrumen yang sudah dalam kondisi
tidak layak pakai.
5. Pengendalian
Instrumen dicatat dalam buku stok/inventaris alat yang diisi setiap seminggu sekali oleh
petugas penanggung jawab instrumen.
31 | H a l a m a n
5. Pengendalian
Barang keperluan rumah tangga & alat tulis kantor dicatat dalam buku rencana anggaran
belanja yang diisi setiap bulan sekali oleh petugas administrasi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
32 | H a l a m a n
A. Ketepatan identifikasi pasien
Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO setiap melakukan Asuhan Keperawatan
B. Peningkatan Service Excellent
1. Melakukan Service Excellent pada saat :
a. Komunikasi antar perawat
b. Komunikasi perawat dengan dokter
c. Komunikasi antar petugas lainnya yang bertugas di Rumah Sakit Darmayu
2. Menggunakan komunikasi SBAR :
a. Saat Operan Dinas per shiff.
b. Saat terjadi perpindahan rawat pasien antar ruang..
c. Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
d. Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau
pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter penanggung jawab
pasien.
C. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
1. Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi pada obat-
obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
2. Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.
D. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
E. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1. Dengan prosedur Cuci Tangan 6 langkah menurut WHO dan mentaati 5 momen Cuci
Tangan.
F. Pengurangan resiko pasien jatuh.
1. Melakukan pencegahan resiko pasien jatuh dengan assessment risiko dan tindak lanjut
kepada pasien yang dirawat dan keluarga.
2. Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi di ruangan
3. Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di Ruang IGD
4. Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi di Ruang IGD
33 | H a l a m a n
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
34 | H a l a m a n
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Adapun norma-norma pemeriksaan kesehatan khusus :
a. Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan menilai pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja
tertentu
b. Tenaga kerja wanita yang berusia diatas 35 perlu dilakukan pemeriksaan pap smear
c. Tenaga kerja yang terdapat dugaan tertentu menderita gangguan-gangguan
kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
3. PENCEGAHAN/IMUNISASI, VAKSINASI
Vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif
untuk mengurangi dan atau mencegah terjadinya penyakit atau penularan serta pemberian
kekebalan tubuh. Vaksinasi atau imunisasi diberikan pada karyawan yang tergolong dalam
kelompok berisiko dan rentan terpapar virus yang dibawa oleh pasien. Kelompok berisiko
dan rentan adalah :dokter dan perawat.Untuk kelompok beresiko dapat dilakukan vaksinasi
minimal 5 tahun sekali
Kegiatan vaksinasi atau imunisasi meliputi :
1. Menetapkan jenis vaksinasi atau imunisasi yang perlu diberikan pada kelompok
beresiko dan rentan terpapar virus :
Hepatitis B : untuk seluruh petugas yang rentan dan beresiko.
2. Evaluasi terhadap vaksinasi atau imunisasi tahap selanjutnya dilakukan setiap 5
tahun sekali.
3. Pelaksanaan vaksinasi dan imunisasi dilaksanakan di Rumah Sakit “Darmayu”
Ponorogo.
4. Pelaksanaan vaksiniasi dan imunisasi karyawan diatur dalam kebijakan tersendiri.
35 | H a l a m a n
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. PASIEN JATUH
Numerator : -
Denominator : -
Kriteria Eksklusi : -
Target Kinerja : 0
36 | H a l a m a n
Rencana Komunikasi ke : Rapat di aula
staf
Numerator : -
Denominator : -
37 | H a l a m a n
Out come
Sumber Data : Laporan kejadian/insiden ruang IGD
Target Kinerja : 0
38 | H a l a m a n
BAB IX
PENUTUP
Dengan diterbitkannya Pedoman Pelayanan Keperawatan Ruang IGD ini, diharapkan dapat
mendukung pelayanan asuhan keperawatan yang berfokus pada pelanggan di Ruang IGD.
Pedoman Pelayanan Keperawatan Ruang IGD ini merupakan pedoman yang bersifat umum.
Untuk pengaturan lebih detail tentang pelaksanaan pelayanan, dijabarkan ke dalam Pedoman
Pengorganisasian, Standar Prosedur Operasional, Program Kerja sesuai dengan ketetapan dan
peraturan yang ada di rumah Sakit ‘’Darmayu’’
Seiring dengan perkembangan ilmu keperawatan serta persaingan pelayanan antar rumah sakit,
baik swasta maupun pemerintah, tentunya Ruang IGD Rumah Sakit Umum “Darmayu’’ akan
senantiasa terus memperbaiki dan mengembangkan pedoman ini sesuai dengan kebutuhan dan
kemajuan teknologi terkini.
Semoga Pedoman Pelayanan Keperawatan Ruang IGD ini memberikan kontribusi dan hasil
nyata terhadap pelayanan keperawatan yang profesional dan berdaya saing tinggi khususnya di
Ruang IGD, dan Rumah Sakit “Darmayu” pada umumnya..
Direktur,
Dr.Djemiran
39 | H a l a m a n