Anda di halaman 1dari 46

SAMBUTAN DIREKTUR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya Komite K3RS telah
dapat menyelesaikan buku Pedoman Kesehatan Keselamatan Kerja bagi seluruh
karyawan RSUD Kotabaru.

Tujuan pembuatan buku Pedoman Kesehatan Keselamatan Kerja ini, adalah dalam
rangka memenuhi salah satu tugas dan fungsi Komite K3RS

Buku pedoman ini dibuat dalam rangka memberikan pengertian pada semua
karyawan agar bekerja sesuai prinsip prinsip Keselamatan Kerja yang telah
ditentukan oleh Komite K3RS, sehingga terciptanya lingkungan serta prilaku kerja
karyawan yang sehat dan aman baik utuk diri sendiri maupu orang lain yang
akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan RSUD Kotabaru sesuai dengan Visi
rumah sakit yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas dan menyenangkan bagi
semua.

Dengan terbitnya buku Pedoman ini diharapkan semua karyawan RSUD Kotabaru
dalam melakukan pekerjaan baik pelayanan terhadap pasien, maupun tindakan
medis dan keperawatan serta pekerjaan yang terkait dengan perbaikan perbaikan
fasilitas pelayanan pasien dapat dilakukan lebih efektif dan efisien serta terstandar
sesuai dengan buku pedoman

Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada


tim penyusun, yang dengan segala upaya telah berhasil menyusun buku pedoman
ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa buku pedoman ini masih banyak
kekurangan untuk itu kami mohon saran dan kritik yang membangun guna
perbaikan buku pedoman ini dimasa yang akan datang.

Kotabaru, 1 Desember 2016


Direktur RSUD Kotabaru

dr. Nanang Hidayat S.Ked

Page 1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridhoNya Panduan
Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Umum Daerah
Kotabaru dapat dibuat.

Dalam menghadapi MEA dan memasuki era industrialisasi upaya Kesehatan Kerja
mempunyai peran penting dalam membangun sumberdaya manusia. Sesuai
dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, bahwa setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja.

Rumah sakit adalah tempat kerja dengan berbagai potensi bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan terhadap karyawan, pasien, pengunjung, dan
lingkungan. Karena itu dirumah sakit wajib memberikan Pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).

Untuk memberikan Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang terukur
dan terarah diperlukan suatu Pedoman untuk memudahkan dalam pelaksanaannya.

Pedoman K3RS ini disusun untuk mengatur Pelayanan Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit (RS) agar dapat dikelola dengan baik dan
terarah sesuai dengan prinsip-prinsip penerapan K3 RS.

Sebagai Langkah awal, Pedoman ini tentu saja masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, kepada berbagai kalangan baik petugas, pasien dan keluarganya
maupun rekanan rumah sakit, kami harapkan berbagai saran perbaikan untuk
penyempurnaan pedoman ini.

Kotabaru, 1 Desember 2016.

Penyusun

Page 2
Tim Penyusun
Dr. Djoko Santoso
Zainal Hasan S.Kep.,Ners
Ansarullah.,S.Kep
Bambang Wajedi.,S.Kep
Dr. ST. Khadijah H
Dr.Herman
Herry Santoso Amd Anl
Nana Luciana Amd.Kl

Page 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
SAMBUTAN DIREKTUR RS............................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup.......................................................................... 2
D. Landasan Hukum...................................................................... 3

BAB V UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BEBERAPA


RUANG/UNIT KERJA RUMAH SAKIT............................................ 35
A. Unit Radiologi............................................................................ 35
G. Perlindungan Radiasi................................................................ 54

BABX KESELAMATAN RADIOLOGI......................................................... 84


A. Peran RS dan Petugas Radiologi............................................. 85
B. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi........................... 87
C. Prosedur Intervensi dalam Keadaan Darurat........................... 87
D. Rekaman dan Laporan ............................................................ 88
E. Tindakan Pencegahan/Pengawasan........................................ 88
F. Prosedur bila terjadi Kecelakaan.............................................. 89
BAB XII EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU.................................... 113
BAB XIII PENUTUP........................................................................................ 114
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 115

Page 4
Page 5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan. Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya,
padat pakar, padat modal, dan padat teknologi sehingga bahaya potensial di
rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor fisik, faktor
ergonomi, faktor psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan
sekitar rumah sakit.
Tenaga kerja salah satu aset perusahaan terutama di rumah sakit
berhadapan dengan berbagai potensi bahaya kesehatan maupun kecelakaan
ditempat kerjanya oleh karena itu tenaga kerja perlu mendapat perlindungan
yang memadai dalam hal keselamatan dan kesehatannya untuk
mempertahankan produktifitas kerjanya.
Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan
lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan
efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap
kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.

B. Tujuan
Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru selaku institusi pelayanan kesehatan
dalam menjalankan kegiatan berlandaskan visi yang telah ditetapkan yaitu :
Pelayanan yang berkualitas dan menyenangkan bagi semua.
Dalam upaya pencapaian visi tersebut, RS memiliki misi sebagai berikut :
1. Meyelenggarakan pelayana kesehatan paripurna dan responsive
2. Menciptakan kualitas kerja yang baik
3. menjadi pusat pendidikan dan pengembangan pelayanan kesehatan di
Kotabaru.

Sejalan dengan visi dan misi tersebut, maka pengelolaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru
disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengenai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.

Page 6
Dan mengingat bahwa di rumah sakit berisiko untuk terjadinya gangguan
kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja, serta dalam upaya meningkatkan
perlindungan maupun pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas, maka
dibutuhkan tindakan pencegahan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut di atas, maka dibuatlah pedoman dan
petunjuk pelaksanaan bagi setiap unit, sehingga dalam pengelolaannya selalu
berada dalam koridor yang telah ditentukan. Sehingga diharapkan dengan
tindakan pencegahan yang telah diatur dapat dihindari hal-hal yang tidak
diinginkan.

Berikut ini adalah manfaat diterapkannya Pedoman Pelayanan K3RS di RSUD


Kotabaru :
1. Bagi RSUD Kotabaru :
a. Meningkatkan mutu pelayananan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS
2. Bagi karyawan RSUD Kotabaru :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
Bagi pasien dan pengunjung:
a. Mutu layanan yang lebih baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung

C. Ruang Lingkup
Pedoman K3RS Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru mencakup: prinsip,
program dan kebijakan pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar
sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan barang berbahaya,
standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan
dan pelaporan. Ruang Lingkup kegiatan K3RS mencakup seluruh area rumah
sakit dan berlaku terhadap:
1. Bagi pekerja/ karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru,
2. Pengunjung rumah sakit
3. Pasien rawat inap maupun rawat jalan
4. Masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.
Ruang lingkup fungsi dan tanggung jawab pelaksanaan Program Kerja
K3RS adalah :
a. Kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian bencana.
b. Pencegahan dan pengendalian kebakaran.

Page 7
c. Keamanan pasien
d. Keselamatan kerja seluruh pegawai
e. Kesehatan kerja bagi pegawai
f. Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
g. Kesehatan lingkungan kerja
h. Sanitasi rumah sakit
i. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan
j. Pengolahan limbah padat, cair dan gas
k. Pengelolaan pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia di bidang K3
l. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi dan pelaporan untuk evaluasi

6. Radiasi
Pemencaran sinar atau gelombang yang digunakan untuk kegiatan
pemeriksaan (radioagnostik) maupun untuk pengobatan (radioterapi). Di
rumah sakit sinar radiasi banyak digunakan oleh Radiologi dan Fisioterapi.
Efek negatif radiasi pada tubuh
- Menimbulkan gangguan pada sistem tubuh seperti saraf pusat,
hemopoetik dan gastrointestinal.
- Karsinogenik
- Gangguan pada mata dan kulit
- Leukimia

Page 8
BAB V
UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI BEBERAPA RUANG/UNIT KERJA RUMAH SAKIT

Potensi bahaya yang ada di rumah sakit berisiko terhadap gangguan


keselamatan dan kesehatan berupa kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko
gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan untuk masing-masing ruang / unit
kerja berbeda satu sama lainnya tergantung pada bahan, peralatan yang digunakan
dan jenis pekerjaan. Agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka
dibuat upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang ada.
Dikenal tiga macam tipe pengendalian bahaya yang utama, yaitu :
1. Engineering Control, yaitu upaya untuk menghilangkan bahaya-bahaya yang
ada secara teknik atau dengan kata lain menghilangkan sumber bahaya di
tempat kerja yang antara lain dilakukan dengan cara substitusi (mengganti
bahan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya), eliminasi
(menghilangkan bahaya yang ada), isolasi, ventilasi dan lain sebagainya.
2. Administrative Control, yaitu pengendalian dengan membuat peraturan tertulis
yang akan mengatur tenaga kerja dalam menghadapi factor bahaya yang ada
yang antara lain dilakukan dengan cara pengaturan jam kerja, memberikan
pelatihan dan lain sebagainya.
3. Personal Protective Equipment atau alat pelindung diri (APD), yaitu cara
pengendalian dan pencegahan bahaya yang paling sederhana. Alat pelindung
diri yang digunakan harus sesuai dengan jenis dan cara kerja yang dilakukan
serta jenis potensi bahaya yang ada.

Upaya keselamatan dan kesehatan kerja di beberapa ruang / unit kerja rumah sakit
adalah :
A. Radiologi
Risiko bahaya pelayanan radiologi:
Bahaya potensial terutama terjadinya kebocoran bahan radioaktif yang
dikategorikan sebagai Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Pada petugas
dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, gastrointestinal,
leukemogonosis, karsinogenesis dan kerusakan genetik.
Upaya pengendalian :
a. Karyawan yang menjalankan alat rontgen harus menggunakan alat
monitoring (film 1badge) dan secara periodik dilakukan pemeriksaan
kesehatan,

Page 9
b. Membentuk tim pemantau radiasi dan melakukan monitoring secara
berkala.
c. Tenaga radiologi (Radiogrcipher) yang sedang hamil hanya ditempatkan
pada bagian administrasi di ruang Radiologi dan tidak diperbolehkan
bekerja / terpapar langsung sinar radioaktif karena paparan yang diterima
tidak boleh dari 0,5 rem selama kehamilan.
d. Membuat rambu-rambu larangan masuk ruang radiologi bagi yang tidak
berkepentingan.
e. Rotasi Radiographer.
f. Membuat dinding pemisah dengan dilapisi bahan antara peralatan / mesin
rontgen dengan Radiographer agar pasien dan tenaga medis / paramedis
mendapat perlindungan dari paparan bahaya radiasi.
g. Menyediakan pakaian anti radiasi (Apron).
h. Sertifikasi dan penilaian peralatan secara teratur.

B. Ruang CSSD
Risiko bahaya :
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi antara lain : gangguan pendengaran,
peledakan, panas / peningkatan suhu ruangan, pancaran sinar ultraviolet,
tangan / jari terpotong gunting.
Upaya pengendalian :
Untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dilakukan :
a. Pencahayaan yang cukup
b. Cara kerja yang baik sesuai ergonomic
c. Ada tempat penyimpanan yang cukup untuk instrumen
d. Ada termometer dan hygrometer yang tercatat secara teratur
e. Alur lalu lintas, ruangan dan ventilasi diatur sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kontaminasi.

C Unit Perawatan
Bahan dan peralatan yang digunakan :
Bahan-bahan kimia yang digunakan : berbagai jenis obat baik cair maupun
padat untuk pasien, cairan infus, gas anestesi, formalin, Nitrogen dioksida.
Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : alat-alat medis (jarum suntik dan
tensi meter), sarung tangan karet, sarana dan prasarana untuk pasien (kursi
roda, tempat tidur pasien (bed), Trolley / kereta dorong, peralatan yang
menggunakan listrik (medis dan non medis) dan lain sebagainya.

Page 10
Risiko bahaya di ruang / unit perawatan (perawat) :
- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tertusuk jarum suntik;
terpeleset / jatuh akibat keadaan lantai atau penerangan yang buruk,
tersengat aliran listrik, tertimpa / kejatuhan benda, dan terkena zat-zat
kimia,
- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain : Infeksi Nosokomial
(Inoks), terinfeksi penyakit menular (Hepatitis B, Tuberculosis Paru, dan
HIV / AIDS), Low Back Pain (sakit pinggang) dan Trauma Disorders lainnya,
penyakit-penyakit akibat gangguan psikososial, seperti stres, depresi,
gangguan pada sistem tubuh, pelecehan seksual dan gangguan hubungan
sosial / keluarga.
Upaya pengendalian :
a. Melengkapi dan memelihara peralatan listrik secara rutin oleh IPSRS
karena di ruangan perawatan banyak menggunakan alat-alat medis
maupun non medis dengan dukungan / sarana listrik.
b. Memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kelistrikan.
c. Menyediakan peralatan pelindung diri seperti sarung tangan karet (Hand
scound) dan masker serta peralatan perlindungan lainnya.
d. Pelatihan mengenai Infeksi Nosokomial dan penyakit menular.
e. Memberikan penerangan dan House keeping yang baik.
f. Penyediaan informasi / poster tentang pencegahan Inoks
g. Pelatihan cara mengangkat pasien / barang yang benar.
h. Pengaturan jam sesuai standar perusahaan.

D. Kamar Bedah
Risiko bahaya di ruang Bedah :
Potensi kecelakaan kerja di kamar bedah antara lain : tertusuk jarum, jari
tangan terpotong pisau bedah, terpercik specimen / secret pasien infeksius, gas
anestesi bocor / meledak, dan terinfeksi penyakit pasien.
Upaya pengendalian :
a. Terhadap sarana dan prasana
- Persediaan gas medis yang cukup (O2 dan N2O), aman dan selalu
terkontrol
- Alat penghisap lendir berfungsi baik
- Aliran listrik dan stop kontak listrik yang cukup
- Tersedia cadangan gas medis, listrik otomatis,alat hisap lendir yang
tetap berfungsi bila listrik padam.

Page 11
- Pembuangan gas buang anestesi dan pipa atau saliran yang terkontrol
dan aman Program sterilisasi ruangan Standarisasi/kalibrasi seluruh
peralatan.
- Pengontrolan kondisi ruang operasi, antara lain : kebocoran atap, AC
dan pencahayaan.
b. Terhadap tenaga kerja
- Peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan kursus, latihan/simulasi
untuk tenaga medis dan paramedis.
c. Penggunaan alat pelindung diri
- Masker
- Baju dan topi OK
- Sarung tangan

E. Unit Gizi / Dapur


Peralatan yang digunakan :
Peralatan dapur seperti pisau, kompor gas, tabung elpiji, lemari pendingin
(freezer dan chiller), peralatan makan (piring, sendok dan gelas), dan peralatan-
peralatan lainnya yang menggunakan peralatan listrik (oven, blender, mixer,
dan microwave).

Risiko bahaya di unit Gizi / dapur :


- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : terpeleset / jatuh akibat
lantai yang licin / basah, tangan luka / terpotong akibat pisau / benda tajam
lainnya, peledakan dan kebakaran, luka bakar akibat api, minyak atau air
panas, dan tersengat aliran listrik.

Upaya pengendalian : -
a. Peralatan kerja yang menggunakan listrik diperiksa secara berkala.
b. Housekeeping dan sanitasi yang baik
c. Pemeliharaan peralatan secara rutin
d. Memberikan pelindung khusus agar petugas tidak terpapar langsung
dengan peralatan misalnya, pelindung tangan dan badan dari panas / api.

F. Unit Pemeliharaan
Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain : garam untuk boiler dan
penjernihan air; soda as, Kalium permanganat, dan kaporit untuk penjernihan
air, solar untuk bahan bakar boiler; semen dan bahan bangunan lainnya: dan
berbagai bahan lainnya untuk perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit.

Page 12
Sedangkan peralatan kerja yang digunakan : mesin las, gerinda, alat
pertukangan (bor, ketam, gergaji dan lainnya), alat perbaikan listrik dan
sebagainya.

Risiko bahaya pada petugas IPSRS :


- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tersengat aliran listrik; luka
bakar; terjatuh dari ketinggian; tangan luka / terpotong saat menggunakan
gerinda, pisau, gergaji dan benda tajam lainnya; kebakaran dan peledakan;
tertimpa benda dan terjepit dan lain sebagainya.
- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja : mual dan pusing atau keracunan
saat pengeleman vinil, dermatitis kontak akibat penggunaan bahan kimia,
iritasi mata dan pneumokoniosis akibat debu, keracunan CO di ruang Boiler
dan genset, gangguan pendengaran, dan terinfeksi penyakit menular saat
perbaikan peralatan medis.

Upaya pengendalian :
a. Melengkapi semua petugas dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan
potensi bahaya yang ada:
- Kewajiban menggunakan sepatu keselamatan saat bekerja
- Untuk pekerjaan di ketinggian digunakan Safety belt dan Topi
keselamatan.
- Kewajiban penggunaan Ear Muff di ruang Genset dan lainnya
- Masker dan respirator saat pengeijaan / perbaikan terhadap tempat
yang berdebu dan mengandung bahan kimia.
b. Pengenalan Risiko bahaya sebelum melakukan pekerjaan.
c. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

Page 13
BAB X
KESELAMATAN RADIOLOGI

Pemanfaatan radiasi pengion dilakukan pada berbagai bidang yang


bertujuan untuk kesejahteraan manusia, salah satunya adalah di bidang kesehatan.
Pemanfaatan ini, terutama di bidang diagnostic, memberikan kontribusi paparan
yang berasal dari sumber radiasi buatan kepada suatu populasi. Setiap individu
yang bekerja dengan menggunakan radiasi pengion harus selalu memperhatikan
prosedur standar proteksi dan keselamatan radiasi.
Pemanfaatan tenaga nuklir ataupun radiasi pengion wajib dilaksanakan
dengan . memenuhi persyaratan proteksi radiasi yaitu: justifikasi pemanfaatan
tenaga nuklir atau radiasi pengion, limitasi dosis dan optimisasi proteksi serta
keselamatan radiasi. Justifikasi harus didasarkan pada manfaat yang diperoleh
harus lebih besar daripada resiko yang ditimbulkan.
Limitasi dosis wajib diberlakukan untuk paparan masyarakat melalui
penerapan nialai batas dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN dan tidak boleh
dilampaui, kecuali dalam kondisi khusus. Optimisasi proteksi dan keselamatan
radiasi adalah upaya agar besarnya dosis yang diterima serendah mungkin.
Pembatasan dosis tidak boleh melampaui NBD (Nilai Batas Dosis) bila dalam satu
rumah sakit terdapat lebih dari satu fasilitas alat X-ray dan pekerja radiasi bekerja
lebih dari satu alat X-ray.

Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru BSD memiliki perlengkapan untuk program
proteksi radiasi, berupa:
1. TLD badge yang dihitung secara oleh BATAN !
2. Baju apron,
3. Gonad shield
4. Thyroid shield
5. Kaca mata goggle
6. Sarung tangan Pb.
7. Tirai Pb

Berkaitan dengan keselamatan radiasi, perusahaan harus memiliki suatu


Organisasi Proteksi Radiasi (OPR) yang bertanggung jawab pada penyelenggaraan
dan pengawasan i pemanfaatan zat radioaktif di dalam perusahaan.

Page 14
Di dalam OPR terdapat 3 (tiga) komponen yang memiliki tugas, kewajiban
dan tanggung jawab terhadap keselamatan radiasi, yaitu:
1. Pengusaha instalasi
Adalah Kepala/Direktur instalasi atau orang lain yang ditunjuk untuk mewakili
dan bertanggung jawab pada instalasi.
2. Petugas Proteksi Radiasi
Adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi nuklir atau instalasi
lainnya yang memanfaatkan radiasi pengion dan dinyatakan mampu oleh
Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk melaksanakan pekerjaan berhubungan
dengan masalah proteksi radiasi.
3. Pekerja Radiasi
Adalah orang atau personil yang bertugas sebagai operator peralatan sumber
radiasi.

A. Peran RS dan Petugas Radiologi


1. Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengusaha Instalasi.
Pengusaha Instalasi (PIN) mempunyai tanggung jawab tertinggi terhadap
keselamatan personil dan anggota masyarakat lain yang mungkin berada di
dekat instalasi di bawah pengawasannya. Dalam melaksanakan tanggung
jawabnya Pengusaha instalasi harus melaksanakan tindakan tersebut di
bawah ini:
a. Membentuk Organisasi Proteksi (OPR) dan untuk menunjuk Petugas
Proteksi Radiasi dan bila perlu Petugas Proteksi radiasi pengganti.
b. Hanya mengijin seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah
memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalamannya
bekerja dengan sumber radiasi.
c. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi
bahaya yang terkandung dalam tugas mereka dan memberikan latihan
proteksi radiasi.
d. Menyediakan prosedur keselamatan radiasi yang berlaku dalam
lingkungan perusahaan sendiri termasuk prosedur tentang
penanggulangan keadaan darurat.
e. Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan.
f. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi magang dan pekerja
radiasi serta pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi.
g. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja
dengan sumber radiasi.

Page 15
h. Memberitahukan BAPETEN dan instalasi lain terkait (misal: Kepolisian,
Dinas Kebakaran) bila terjadi bahaya atau keadaan darurat.

2. Tanggung Jawab dan Kewajiban Petugas Proteksi Radiasi.


Petugas Proteksi Radiasi disingkat PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh
pengusaha instalasi nuklir atau instalasi lainnya yang memanfaatkan radiasi
pengion yang dinyatakan mampu oleh BAPETEN untuk melaksanakan
pekerjaan yang berhubungan dengan persoalan proteksi radiasi. Petugas
Proteksi Radiasi berkewajiban membantu pengusaha instalasi dalam
melaksanakan tanggung jawabnya di bidang proteksi radiasi. Sebagai
pengemban tanggung jawab tersebut, PPR diberi wewenang untuk
mengambil tindakan- tindakan sebagai berikut:
a. Memberikan instruksi dan alterative secara lisan atau tertulis kepada
pekerja radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik. Instruksi
harus mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan.
b. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah
mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas tertinggi yang berlaku
serta menjamin agar pelaksanaan pengolahan limbah radioaktif sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
c. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga
dapat menimbulkan kecelakaan radiasi.
d. Mencegah zat radioaktif atau sumber radiasi jatuh ke tangan orang
yang tidak berhak.
e. Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan berada di
daerah penyinaran.
f. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi
radiasi.
g. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila
diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi dan tindakan
proteksi radiasi.
h. Memberikan penjelasan serta penyediaan perlengkapan proteksi
radiasi yang memadai kepada pengunjung atau tamu bila diperlukan.

Page 16
3. Tanggung jawab dan Kewajiban Pekerja Radiasi.
Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan
radiasi di daerah kerjanya, dengan demikian ia mempunyai kewajiban
sebagai berikut:
a. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan
keselamatan kerja radiasi.
b. Memanfaatkan sebaik-baiknya semua peralatan keselamatan radiasi
yang tersedia, bertindak hati-hati, serta bekerja dengan aman untuk
melindungi baik diri sendiri maupun pekerja lain.
c. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimana[un kecilnya kepada
PPR.
d. Melaporkan setiap gangguan yang dirasakan, yang diduga akibat
penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh.

B. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Sumber


Radiasi Pengion/Sinar-X.
1. Setiap pekerja radiasi harus selalu memakai film/TLD badge selama berada
dilingkungan kerja
2. radiasi.
3. Nyalakan lampu tanda bahaya radiasi, bila sedang berlangsung
pemeriksaan dengan
4. menggunakan sinar-X.
5. Untuk pasien, gunakan apron pada organ yang tidak terkena penyinaran.
6. Pekerja radiasi mengusahakan agar lapangan penyinaran sekecil mungkin.
7. Usahakan tidak ada orang lain yang tidak berkepentingan berada di sekitar
area penyinaran.
8. Jika menggunakan alat mobile sinar-X, petugas radiasi harus selalu
menggunakan baju apron
9. dan thyroid shield pada saat pemotretan dan usahakan jarak eksposi
sejauh mungkin.
10. Sebisa mungkin tidak melakukan pengulangan foto.

C. Prosedur Intervensi dalam Keadaan Darurat


Jika terjadi pesawat sinar-X terus menyala, sedangkan tombol eksposi telah
dilepas, maka yang harus dilakukan adalah:
1. Secepatnya memutuskan aliran listrik yang ke pesawat (misal: tekan power
off atau cabut kabel dari steker).

Page 17
2. Segera laporkan kejadian tersebut kepada PPR, kemudian oleh PPR
dilanjutkan ke pengusaha instalasi.
3. Identifikasi personal yang berpotensi terkena paparan.
4. Lakukan survey radiasi untuk memastikan apakah pesawat sudah tidak
dialiri listrik.
5. Catat kondisi kecelakaan secara detail, seperti posisi dan arah berkas.
6. Beri tanda pada bagian pesawat sinar-X yang mengalami kegagalan atau
kerusakan.
7. Laporkan kejadian pada vendor/supplier alat tersebut.

D. Rekaman dan Laporan


1. Keadaan Normal.
Setiap petugas/pekerja radiasi memiliki dokumen nilai dosis yang diterima
selama bekerja dengan sumber radiasi. Adapun prosedurnya adalah:
a. Setiap satu bulan, film badge yang telah terpakai dikirim ke instansi
yang berwenang dalam pengukuran nilai dosis, dalam hal ini adalah
Badan tenaga Atom Nasional divisi P3KRBIN.
b. Oleh BATAN, film badge berdasarkan nama pemakainya akan dihitung
densitas yang terekam, sehingga nilai dosis yang diterima oleh pemakai
film badge tersebut selama sebulan.
c. Hasil pengukuran tersebut akan dikirim kembali ke rumah sakit beserta
film badge yang baru.
d. PPR akan mengarsipkan/mendokumentasikan hasil pengukuran
tersebut dan dilaporkan ke K3 rumah sakit.
PPR harus memastikan bahwa alat sinar-X rutin dikalibrasi, biasanya satu
tahun sekali atau kalau saat diperlukan. Hal tersebut untuk memastikan
bahwa alat sinar-X siap dan aman digunakan. Hasil kalibrasi tersebut dibuat
dokumentasinya.
Alat survey meter harus selalu siap digunakan, dengan cara dilakukan
kalibrasi dan maintenan rutin oleh pihak yang berwenang (BATAN).

2. Keadaan Darurat.
Keadaan darurat atau kecelakaan adalah kejadian diluar dugaan yang
memungkinkan terjadinya bahaya radiasi atau kontaminasi bagi pekerja
maupun masyarakat. Tindakan pertama apabila teijadi kecelakaan adalah
mengevakuasi dan mengisolasi tempat kejadian untuk menghindari adanya
penerimaan dosis berlebih dan mempersiapkan rencana
penanggulangannya.

Page 18
Kemudian meninjau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi serta
mencatat semua kejadian kecelakaan untuk dilaporkan ke BAPETEN oleh
petugas proteksi radiasi serta diketahui oleh pengusaha instansi.

E. Tindakan Pencegahan/Pengawasan
Kecelakaan radiasi dapat dicegah dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pengurangan tingkat bahaya radiasi.
Pemanfaatan tenaga nuklir (bahan nuklir, radio isotop, sinar-X) memiliki
potensi bahaya radiasi, oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan analisa
agar dampak yang menyertai pemanfaatan tersebut dapat dikurangi
menjadi seminimal mungkin. Salah satu cara adalah dengan melakukan
kalibrasi dan maintenan alat sinar-X secara rutin.
2. Pengendalian bahaya radiasi.
Pengendalian bahaya radiasi ekstema dapat dilakukan dengan
menerapkan 3 prinsip proteksi radiasi, yaitu jarak, waktu dan penahan
radiasi.
3. Pengamanan pekerja radiasi.
Untuk menjamin agar pekerja dapat bekerja dengan aman, perlu dipenuhi
hal-hal sebagai berikut:
a. Pelatihan Keselamatan Radiasi.
Pengusaha instalasi wajib memberikan pelatihan awal bagi pekerjanya
dan sebaiknya juga diberikan penyegaran setelah waktu tertentu.
b. Sarana.
Sarana kerja harus tersedia sesuai dengan kondisi lingkungan kerja,
misal: film badge, survey meter, shoe cover, sarung tangan, baju lab,
masker.
c. Prosedur pemanfaatan sumber radiasi harus dibuat dalam bahasa yang
mudah dipahami, jelas dan dapat diikuti dengan baik oleh para pekerja.

F. Prosedur Bila Terjadi Suatu Kecelakaan


Bila telah teijadi suatu kecelakaan radiasi, maka:
1. Periksa daerah yang diduga mengalami kebocoran radiasi, dengan alat
survey meter yang telah dikalibrasi.
2. Pastikan penggunaan survey meter telah benar/sesuai.
3. Jika alat survey meter menunjukkan angka 10 mRem/jam, maka harus
lapor ke PPR/atasan.
4. Isolasikan daerah tersebut dan pasang tanda bahaya.

Page 19
5. Instruksikan pekerja lainnya untuk meninggalkan lokasi tersebut dan
melarang orang lain memasuki ruangan tersebut.
6. Jika teijadi kebakaran di daerah yang memiliki radiasi pengion/zat
radioaktif, usahakan sedapat mungkin melindungi daerah tersebut.
7. Kalau memungkinkan diusahakan agar sumber dapat dipindahkan ke
tempat aman. Dengan proses pemindahaan sesuai peraturan yang berlaku.
8. Apabila kedua hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dan sumber
ikut terbakar, maka daerah kebakaran tersebut harus segera diisolasi
terhadap orang-orang yang tidak berkepentingan dan petugas PPR harus
segera melaporkan kepada petugas yang berwenang.
9. Keselamatan personil harus diutamakan.
10. Setiap teijadi kecelakaan dibuat laporan kejadian untuk dilaporkan ke
Petugas Proteksi Radiasi, lalu ke Pengusaha Instalasi, untuk kemudian
dilanjutkan ke: PUSAT KOORDINASI DAN PENGENDALIAN OPERASI
KESIAPSIAGAAN NUKLIR NASIONAL
TELP/FAX : 02163858269/021-63856613
E-MAIL : sos@bapeten.go.id ; darurat@,centrin.net.id
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
JL. GAJAH MADA NO.8 JAKARTA PUSAT 10210

Page 20
Prosedur Kecelakaan Kerja
Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk
penanganan luka serius/parah
Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ
Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar
jam kerja), maksimal pelaporan 1 x 24 jam.
Buat laporan insiden
eralatan Laboratorium
Beberapa pengoperasian laboratorium menimbulkan bahaya fisik bagi
pegawai akibat bahan atau peralatan yang digunakan. Bahaya fisik di
laboratorium meliputi berikut ini:
Tertusuk jarum
Bahaya listrik
Bahaya kebakaran
Luka bakar kimia
Pegawai juga menghadapi bahaya tempat kerja umum akibat kondisi atau
kegiatan di laboratorium. Potensi bahaya fisik meliputi luka terpotong,
tergelincir, tersandung, terjatuh, dan cedera gerakan berulang.

B. Tata Ruang dan Fasilitas Laboratorium


1. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
2. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air juga tahan asam, alkali,
larutan organik dan panas yang sedang
3. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
4. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dan dilengkapi sabun pada area
kerja (terdapat 6 wastafel), serta terdapat handrubs (cuci tangan berbasis
alkohol) di pintu keluar
5. Pintu laboratorium diberi tanda KELUAR/EXIT, alat penutup pintu otomatis
dan diberli label dan simbol BIOHAZARD, DILARANG MASUK KECUALI
STAF.
6. Tempat sampah dipisahkan yaitu infeksius dan non infeksius
7. Tanaman hias dan hewan peliharaan tidak diperbolehkan berada di ruang
kerja laboratorium.
8. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin.
9. Ventilasi laboratorium harus cukup

C. Peralatan Keselamatan dan Darurat


Peralatan keselamatan dan darurat di Laboratorium meliputi:

Page 21
Spill kit/perangkat pengendali tumpahan B3
Alat Pelindung Diri (APD) seperti jas laboratorium, masker, kaca mata,
sarung tangan dan sepatu pelindung yang tertutup
Peralatan keselamatan kebakaran, seperti Alat Pemdam Api Ringan
(APAR), detektor panas dan asap, dan system pemadaman api otomatis
Sistem tanda bahaya
Sistem evakuasi
Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Eye Wash Station
Container untuk membuang sampah jarum suntik dan lanset yang aman
Lemari B3 (untuk bahan yang mudah terbakar) dan Lemari Asam

D. Cara Kerja Aman di Laboratorium


Pegawai laboratorium harus melakukan pekerjaan mereka dalam rendah risiko,
baik risiko yang disebabkan zat berbahaya yang dikenal maupun yang tidak
dikenal.
Semua pegawai harus mematuhi standar profesional berikut:
1. Hindari mengganggu atau mengejutkan pegawai lain.
2. Jangan biarkan lelucon praktis, keributan, atau kegaduhan berlebih terjadi
kapan pun.
3. Gunakan peralatan laboratorium hanya untuk tujuan yang dimaksudkan.
4. Kaji prosedur keselamatan dasar dengan seluruh pengunjung laboratorium
tempat zat berbahaya disimpan atau digunakan atau tempat kegiatan
berbahaya sedang berlangsung.
5. Jika anak di bawah umur diizinkan berada di laboratorium, pastikan mereka
mendapat pengawasan langsung sepanjang waktu dari orang dewasa yang
kompeten. Kembangkan kebijakan terkait anak di bawah umur di dalam
laboratorium, dan kaji serta setujui semua kegiatan anak di bawah umur
sebelum kedatangan mereka. Pastikan pegawai laboratorium lainnya yang
berada di arca mengetahui keberadaan anak di bawah umur.

E. Penanganan Kecelakaan di Laboratorium


Sebelum memulai eksperimen, ketahui tindakan tertentu yang harus diambil jika
terjadi pelepasan zat berbahaya secara tidak disengaja. Ketahui lokasi semua
peralatan keselamatan dan alarm kebakaran serta telepon terdekat, dan
ketahui nomor telepon yang harus dihubungi dan orang yang harus diberi tahu
jika terjadi keadaan darurat. Bersiaplah untuk memberikan tindakan darurat

Page 22
dasar. Selalu beritahukan kegiatan Anda kepada rekan kerja agar mereka dapat
menanggapi dengan semestinya.

Prosedur bila terjadi kecelkaan kerja adalah sebagai berikut:


Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk
penanganan luka serius/parah
Lapor kepada atasan yaitu Koordinator pelayanan Laboratorium atau PJ
Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar
jam kerja), maksimal pelaporan 1 x 24 jam.
Buat laporan insiden

F. Tindakan Khusus dalam Kejadian Tumpahan Bahan Berbahaya


Bila terjadi tumpahan bahan berbahaya, petugas/staf yang menemukannya
segera menghubungi petugas kebersihan agar segera dapat dibersihkan.
Petugas kebersihan yang melakukan pembersihan harus menggunakan alat
pelindung diri. Petugas harus mengetahui jenis dan sifat dari B3 dengan melihat
MSDS, jika tumpahan mengandung materi infeksius, area harus segera
dibersihkan dan didesinfeksi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi tumpahan B3 maupun
cairan tubuh antara lain:
1. Melakukan tindakan pertolongan pertama dengan segera apabila terkena
tumpahan/percikan B3, seperti membersihkan kulit dan membilas mata
dengan air mengalir selama 15 menit atau minum air sebanyak-banyaknya
apabila tertelan. Segera ke IGD untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Segera menghubungi petugas kebersihan untuk melakukan pembersihan.
3. Melaporkan kejadian yang terjadi pada Koordinator atau Penanggungjawab
shift.
4. Catat kejadian pada formulir pelaporan tumpahan B3 dan cairan tubuh.
5. Investigasi kejadian, mengidentifikasi dan menerapkan tindakan perbaikan
untuk mencegah kejadian di masa yang akan datang.

Formulir diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, pengisian adalah sebagai berikut :

Page 23
Nama Departemen Diisi dengan nama departemen, misalnya : keperawatan,
penunjang medis, dsb
Area/lokasi Diisi dengan area yang lebih detail, misalnya : unit perawatan
Acacia, Farmasi, dsb
Tanggal & waktu Data tanggal dan waktu kejadian
NO JENIS BARANG JUMLAH
kejadian
Nama1petugas
Tanda cleaner
tumpahanPetugas cleaner
(warning yangsign)
sign/spill membersihkan tumpahan
1 pcs
Jenis2tumpahan
Sarung tanganBeri tanda
Nitrille (V) pada
(warna hijau)kolom jenis tumpahan 1 pasang
APD yang digunakan
3 Sarung tanganBeri tanda (V) pada kolom jenis APD yang digunakan
disposable 3 pasang
4 Pasir @ % kg 2 kantong
Kronologi kejadian
5 Masker Diisi oleh staf rumah sakit (pelapor) yang menemukan
2 pcs
6 Kantong plastikadanya
kuningtumpahan 5 pcs
Tindakan yang roli
7 Tissue Diisi oleh petugas kebersihan 1 pcs
dilakukan
8 Lap kuning 1 pcs
Cairan kimia Beri tanda (V) pada kolom jenis cairan kimia yang digunakan
9 Botol spray berisi desinfektan 1 pcs

Tandatangan Ditandatangani oleh staf rumah sakit (pelapor) dan


koordinator/PJ unit

Dalam menangani tumpahan B3 maupun cairan tubuh diperlukan beberapa


peralatan dan bahan (sipil kit) antara lain:
Perlengkapan tersebut (spill kit) tersedia di masing-masing janitorial troli petugas
cleaning service, namun khusus untuk di Farmasi dan Laboratorium, spill kit
tersedia tersedia di dekat tempat penyimpanan B3.
Isi dari spill kit tersebut antara lain:

NO JENIS BARANG JUMLAH


G.
1 Tanda tumpahan (waming sign/spill sign) 1 pes
2 Sarung tangan Nitrille (warna hijau) 2 pasang
3 Sarung tangan Neoprene (warna hitam) 1 pasang
4 Pasir @ % kg 2 kantong
5 Masker 5 pes
6 Goggles 1 pes
7 Kantong plastik kuning 5 pes
8 Sepatu bot 1 pasang
9 Kain Lap 1 pes
10 Serbuk kapur @ Vi kg 1 kantong
11 Soda kue @ lA kg 1 kantong
Limbah Berbahaya

Page 24
Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah. Limbah adalah bahan yang
dibuang atau hendak dibuang, atau tidak lagi berguna berdasarkan
peruntukannya. Sebuah bahan dianggap limbah jika dibiarkan atau jika
dianggap seperti limbah, seperti bahan tumpah. Limbah diklasifi kasikan
sebagai bahan berbahaya atau tidak berbahaya dan bisa meliputi barang-

PERINGATAN !
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Penghasil :
Alamat :
Telp :
Fax :
Nomor penghasil :
Tanggal Pengemasan :
Kode Limbah :
Jumlah limbah :
Sifat Limbah :
barang seperti bahan laboratorium sekali pakai, media filter, larutan cair, dan
bahan kimia berbahaya. Limbah yang berpotensi berbahaya memiliki satu atau
beberapa sifat berikut ini: daya sulut, korosivitas, reaktivitas, atau toksisitas.
Semua limbah dari laboratorium dipisahkan oleh petugas laboratorium dan
setelah terkumpul akan diambil oleh petugas kebersihan.

Adapun limbah tersebut adalah : ,


1. Limbah cair B3
Ditampung menggunakan wadah tertutup rapat dan tidak bocor (jerijen) lalu
diberi label identitas limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang
asal - usul limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam kemasan
suatu kemasan limbah B3.

Label identitas limbah berukuran minimal 15 cm x 20 cm atau lebih besar,


dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam,
dan tulisan PERINGATAN! dengan huruf yang lebih besar berwarna
merah.

Page 25
a. Pengisian label identitas limbah
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah
terhapus serta dipasang pada setiap kemasan limbah B3 yang disimpan
di tempat penyimpanan wajib mencantumkan identitas.

b. Pemasangan label identitas limbah


Label identitas limbah dipasang pada kemasan di sebelah atas simbol
dan harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada
kemasan yang akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar
2. Limbah benda tajam Ditampung dengan sharp container
3. Limbah medis
Ditampung dengan tempat sampah medis dimana tempat tersebut diberi
kantong kuning dan dikasih keterangan

PENGHASIL Nama perusahaan yang menghasilkan limbah dalam


kemasan
ALAMAT Alamat jelas perusahaan di atas, termasuk kode wilayah
TELP Nomor telepon penghasil, termasuk kode area
FAX Nomor faesimile penghasil, termauk kode area
NOMOR PENGHASIL Nomor yang diberikan Bapedal kepada penghasil ketika
melaporkan
TGL. PENGEMASAN Data waktu pada pengemasan dilakukan
JENIS LIMBAH Keterangan limbah berkaitan dengan fasa atau kelompok
jenisnya (cair/padat/sludge, anorganik/organik, dll)
JUMLAH LIMBAH Jumlah total kuantitas limbah dalam kemasan (ton/kg/m3)
KODE LIMBAH Kode limbah yang dikemas, didasarkan pada daftar B3
dalam lampiran PP 19 tahun 1994
SIFAT LIMBAH Karakteristik limbah yang dikemas (sesuai simbol yang
dipasang)
NOMOR Nomor urut pengemasan
4. Limbah non medis
Ditampung dengan tempat sampah non medis dimana tempat sampah
tersebut diberi kantong hitam dan dikasih tanda

H. Penanggulangan Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana


1. Penanggulangan Kebakaran

Page 26
Kebakaran di laboratorium rentan terjadi karena sikap mnnu3ia itu sendiri,
disamping pengawasan yang kurang terhadap penggunaan peralatan atau
bahan yang dapat menimbulkan api, misalnya bahan mudah terbakar, alat
pemanas, peralatan listrik, puntung rokok, dan ledakan gas. Untuk
menghindari api, hal-hal yang dapat diterapkan yaitu :
Sediakan selalu alat-alat pemadam api atau fire extinguisher.
Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.
Mengetahui prosedur penanggulangan kebakaran di unit yang
bersangkutan.
Mengetahui letak alat pemadam api.
Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar. '''

a. Klasifikasi Kebakaran
Tujuan dari klasifikasi kebakaran adalah untuk mengenal jenis media
pemadam api sehingga dapat memilih media yang tepat bagi suatu
kebakaran berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi kebakaran di Indonesia
yang ditetapkan dalam Permenaker No. 04/Men/1980 mengacu pada
NFPA sebagai berikut :
1. Kelas A : Bahan padat kecuali logam (Kayu, kertas, plastik dan lain-
lain)
2. Kelas B : Bahan cair dan gas (Bensin, alkohol, dll.)
3. Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan
4. Kelas D : Bahan logam (Magnesium, Almunium, Kalium, dll.)

b. Jenis Media Pemadaman


1. Media Pemadam Cair
Air dapat dipakai sebagai pemadam kebakaran kelas A dan B.

2. Gas CO2
Cocok untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C.
3. Tepung Kimia (APAR Powder)
Cara kerja tepung kimia ualam memadamkan api adalah dengan
memisahkan atau menyelimuti bahan dengan udara dan secara
kimia memutuskan rantai reaksi pembakaran.

c. Sarana Penanggulangan Kebakaran yang tersedia di Laboratorium


1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Terdapat 2 jenis: Powder/Bubuk Kimia Kering dan Gas C02

Page 27
2. Smoke DetectoriDeieksi Asap: bila terdeteksi asap maka terhubung
dengan alarm kebakaran sehingga alarm berbunyi
3. Sprinkler: Bila api memanaskan cairan yang ada di dalam tabung
kaca sprinkler mencapai 68 Celcius maka tabung kaca pecah
secara otomatis air keluar

d. Penggunaan APAR
Sebelum melakukan pemadaman dengan APAR harus ditest terlebih
dahulu dengan membuka kunci pengaman dan mengarahkan nozzle ke
atas.
1. Jenis tepung kimia : lakukan test di tempat pengambilan APAR dan
arahkan selang ke atas, tuas ditekan/dipukul.
2. Jenis C02 : lakukan test di tempat pengambilan APAR arahkan
selang ke atas jangan memegang corong (horn) saat memadamkan
kebakaran.
3. Selesai pemadaman pancaran selang/nozr/e harus selalu
diarahkan ke bawah.
Penggunaan APAR dilakukan secara berurutan yang disingkat dengan
PASS adalah sebagai berikut:
Puli: tarik atau cabut pin pengaman APAR
Aim : arahkan selang ke api
Squeeze : tekan tuas APAR
Sweep : kibas-kibas arah semprotan ke api

e. Prosedur Penanggulangan Kebakaran secara Umum


Bila terjadi kebakaran, secara umum yang harus dilakukan secara
berurutan yang disingkat dengan RACE adalah sebagai berikut:
R - RESCUE: selamatkan orang atau barangke tempat
yang aman dari api
A - ANNOUNCE : pecahkan kaca alarm kebakaran atau hubungi
Security dengan telepon ext. 888
- Sebut nama & asal unit/departemen
- Sebut lokasi adanya api / asap
- Sebut kondisi api
- Laporkan situasi terakhir, termasuk bila ada korban Bila kondisi
tidak ada alarm kebakaran maupun telepon dapat berteriak
Kebakaran.. ..Kebakaran..Kebakaran...

Page 28
C - CONTAIN: tutup seluruh pintu dan jendela agar besarnya api
tidak merambat ke ruangan lain
E - EXTINGUISH: padamkan api dengan APAR bila terlatih dan
untuk api kecil. Bila tidak dapat dipadamkan segera evakuasi.
f. Keselamatan Pemadam
Dalam pemadaman perlu diperhatikan :
1. Arah angin
2. Jenis bahan yang terbakar
3. Volume dan potensi bahan yang terbakar
4. Letak dan situasi lingkungan
5. Lamanya terbakar
6. Alat pemadam yang tersedia

2. Kewaspadaan Bencana
a. Bencana
Pada saat Bencana jangan panik, Jangan memasuki gedung
sampai tim penanganan kedaruratan mengumumkan keadaan
aman
Periksa jika ada orang yang terluka atau terperangkap
Bantu menenangkan jika ada yang panik
Bantu orang yang terluka atau terperangkap
Jika terlihat ada risiko api cari dan gunakan alat pemadam (APAR)
untuk mematikan api
Matikan listrik pada area yang terbakar (lokal)
Bersihkan dengan segera obat -obat yang tertumpah atau cairan
yang mengandung alkohol atau bensin dan cairan - cairan lain yang
mudah terbakar
Buka pintu dengan perlahan
Periksa area sekitar anda apakah mengalami kerusakan ;
Hati hati dengan kabel listrik yang terjatuh atau pipa - pipa gas yang
rusak dan menjauh dari area yang rusak
Laporkan secepatnya kondisi ke 888 menyebutkan :
- Nama dan asal unit/departemen
- Kejadian darurat (adanya api, orang terperangkap, orang
tertimpa, kabel atau pipa pipa yang rusak, retakan atau
runtuhan di bagian gedung dan lain lain)
- Lokasi

Page 29
Jika area anda berada rusak berat atau ada potensi berbahaya
segera siapkan evakuasi lokal meliputi :
- Memindahkan pasien atau barang ke area yang lebih aman
- Mematikan listik
Tetap waspada dan tunggu instruksi berikutnya untuk melakukan
evakuasi total

b. External Disasters (Bencana dari luar RS)


Kejadian ini lebih dikenal dengan Code Yellow yang disertai dengan
penyebutan Tingkatan Siaga yaitu I/II/III. Berlakunya Code Yellow adalah
pada saat dipaging oleh Operator atas dasar instruksi dari Triage Officer
IGD.
Lokasi penanganan adalah di Ruang IGD dengan indikasi Code Yellow
adalah pasien datang banyak sekaligus atau berurutan minimal sebanyak 5
pasien. Kasus yang termasuk dalam code yellow adalah keracunan
makanan massal, kecelakaan massal, bencana alum yang terjadi di luar
(contoh: ku ban banjir dll.
Adapun tingkatan Siaga yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
- Siaga I: Jumlah Pasien 5 - 10 orang
- Siaga II : Jumlah Pasien 11 20 orang
- Siaga III : Jumlah Pasien 21 30 orang
Lebih dari 30 Pasien Hubungi RS lain/Rujuk. RKAHOS.

Tindakan yang harus dilakukan oleh Unit Laboratorium adalah 15 menit


setelah pemberitahuan siaga, petugas laboratorium datang ke IGD untuk
tugas yang diarahkan oleh dokter (mengambil sample untuk pemeriksaan
laboratorium dan melaporkan/menyerahkan ke IGD)

c. Kode Dalam Keadaan Darurat

Kode Keadaan Hubungi telp Tindakan


Darurat Ekstensi
Blue Darurat Medis 111 Dilakukan oleh tim
(Operator) darurat medis

Page 30
Yellow External Unit Gizi berperan
Disasters segera hubungi IGD
/bencana dari atau maksimal 15 menit
luar RS berada di IGD
Red Kebakaran Bertanya kepada
(Suara security terdekat dimana
Burung) area yang terbakar. Bila
dekat lakukan RACE,
bila jauh tetap waspada
Pink Penculikan anak Waspada terhadap
orang yang
mencurigakan seluruh
akses ditutup oleh
Security
Black Ancaman Bom Waspada untuk bersiap

888 siap menuju ke tempat

(Security) berkumpul darurat


Green Kegagalan Bertanya kepada
Utilitas Security, bila perlu
(Air, Listrik, Gas, matikan utilitas yang
dll) berhubungan dengan
kegagalan (misal
kegagalan genset/listrik
matikan peralatan listrik
yang tidak
perlu/sementara
dimatikan: AC,
Dispenser, dll)

d. Evakuasi
Sarana evakuasi bertujuan agar para penghuni/orang yang berada dalam
bangunan mudah menyelamatkan diri atau diselamatkan ke tempat yang
aman pada saat terjadi bencana atau kebakaran. Sarana evakuasi terdiri
dari:
Penerangan darurat
Denah evakuasi

Page 31
Rambu penunjuk arah keluar (EXIT)
Pintu keluar darurat (EMERGENCY EXIT)
Tempat berkumpul (Muster Point)
Terdapat dua lokasi, yaitu di area parkir belakang (Utara) atau di area
depan (Barat)
Bila perintah untuk Evakuasi diumumkan
Apabila keadaan kurang memungkinkan dan berbahaya tunggu regu
utama dari tim penanganan kedaruratan Rumah Sakit Umum Daerah
Kotabaru atau Dinas Kebakaran untuk menolong anda
Pemadaman api besar dilakukan oleh regu utama dari tim penanganan
kedaruratan Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru dan Dinas
Kebakaran
Setelah keluar dari pintu darurat ikuti rambu arah evakuasi untuk
menuju ke tempat berkumpul darurat yaitu di Parkir Utara atau Parkir
Barat Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru (rambu bertuliskan Tempat
Berkumpul Darurat Kebakaran/Gempa - Muster Point).

Page 32
BAB XII
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU

Keterkaitan dalam upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja


rumah sakit selain pengendalian teknis juga perlu memperhatikan pengendalian
administratif, dimana salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah sistem
pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja , berupa :
- Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja
- Pelaporan peristiwa kecelakaan kerja
- Penyelidikan peristiwa kecelakaan kerja
- Penanggulangan peristiwa kecelakaan kerja
Pengisian formulir tersebut harus berdasarkan fakta yang sebenmya agar
tidak terjadi kesalahan dalam upaya penyelidikan dan cara penanggulangannya.
Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja dan kondisi bahaya dilakukan dengan
menggunakan formulir yang telah disediakan di setiap unit terkait. Untuk
mengetahui alur sistem pencatatan dan pelaporan yang terjadi di masing-masing
unit dapat melihat dari skema tersebut.
Dari hasil pencataan dan pelaporan peristiwa kecelakaan kerja yang diterima
oleh Komite K3 dibahas dalam rapat K3 dan dilaporkan ke Direktur.
Untuk pengandalian mutu keselamatan dan kesehatan kerja RS kedepannya
akan mengadakan audit SMK3 sebagai bentuk kepedulian terhadap pelaksanaan
K3 di rumah sakit dan bila terjadi peristiwa kecelakaan yang tergolong berat
dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja setempat

Page 33
BAB XIII
PENUTUP

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit diperlukan


agar tenaga kerja dapat terhindar dari gangguan keselamatan dan kesehatan
dalam bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Untuk itu, Buku K3 diperlukan sebagai pegangan atau pedoman dalam
pelaksanaan K3 di rumah sakit. Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini,
maka penerapan K3 di RS dapat lebih ditingkatkan hasilnya.
Bagi karyawan, diharapkan buku pedoman ini dapat membantu mereka
dalam memahami masalah-masalah K3 di rumah sakit dan dapat melakukan
upaya-upaya antisipasi terhadap potensi bahaya yang" ada di lingkungan rumah
sakit sehingga tercapai budaya sehat dalam bekerja.
Namun, tentu saja Buku K3 ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
diperlukan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya buku pedoman ini.

Page 34
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2010. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Depkes. 2010. Modul Pelatihan Kesehatan Kerja bagi Petugas Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Depkes. 2001.Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Depnaker. 2009. Himpunan Peraturan Perundangan - undangan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Direktorat Pengawasan Norma K3.

Page 35
LAMPIRAN : RAMBU-RAMBU K3

Page 36
Page 37
Page 38
Page 39
Page 40
STANDARD PENEMPATAN BOTOL OXYGEN

Page 41
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH NO 14 TAHUN 2013

RAMBU INFORMASI PEMADAM API (MERAH)

Page 42
RAMBU PETUNJUK KESELAMATAN(BIRU)

Page 43
STIKER RAMBU KESELAMATAN KERJA

Page 44
RAMBU INFORMASI (HIJAU)

Page 45
RAMBU LARANGAN (MERAH)

Page 46

Anda mungkin juga menyukai