Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya Komite K3RS telah
dapat menyelesaikan buku Pedoman Kesehatan Keselamatan Kerja bagi seluruh
karyawan RSUD Kotabaru.
Tujuan pembuatan buku Pedoman Kesehatan Keselamatan Kerja ini, adalah dalam
rangka memenuhi salah satu tugas dan fungsi Komite K3RS
Buku pedoman ini dibuat dalam rangka memberikan pengertian pada semua
karyawan agar bekerja sesuai prinsip prinsip Keselamatan Kerja yang telah
ditentukan oleh Komite K3RS, sehingga terciptanya lingkungan serta prilaku kerja
karyawan yang sehat dan aman baik utuk diri sendiri maupu orang lain yang
akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan RSUD Kotabaru sesuai dengan Visi
rumah sakit yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas dan menyenangkan bagi
semua.
Dengan terbitnya buku Pedoman ini diharapkan semua karyawan RSUD Kotabaru
dalam melakukan pekerjaan baik pelayanan terhadap pasien, maupun tindakan
medis dan keperawatan serta pekerjaan yang terkait dengan perbaikan perbaikan
fasilitas pelayanan pasien dapat dilakukan lebih efektif dan efisien serta terstandar
sesuai dengan buku pedoman
Page 1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan ridhoNya Panduan
Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Umum Daerah
Kotabaru dapat dibuat.
Dalam menghadapi MEA dan memasuki era industrialisasi upaya Kesehatan Kerja
mempunyai peran penting dalam membangun sumberdaya manusia. Sesuai
dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, bahwa setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja.
Rumah sakit adalah tempat kerja dengan berbagai potensi bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan terhadap karyawan, pasien, pengunjung, dan
lingkungan. Karena itu dirumah sakit wajib memberikan Pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
Untuk memberikan Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang terukur
dan terarah diperlukan suatu Pedoman untuk memudahkan dalam pelaksanaannya.
Sebagai Langkah awal, Pedoman ini tentu saja masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, kepada berbagai kalangan baik petugas, pasien dan keluarganya
maupun rekanan rumah sakit, kami harapkan berbagai saran perbaikan untuk
penyempurnaan pedoman ini.
Penyusun
Page 2
Tim Penyusun
Dr. Djoko Santoso
Zainal Hasan S.Kep.,Ners
Ansarullah.,S.Kep
Bambang Wajedi.,S.Kep
Dr. ST. Khadijah H
Dr.Herman
Herry Santoso Amd Anl
Nana Luciana Amd.Kl
Page 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
SAMBUTAN DIREKTUR RS............................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup.......................................................................... 2
D. Landasan Hukum...................................................................... 3
Page 4
Page 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan. Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya,
padat pakar, padat modal, dan padat teknologi sehingga bahaya potensial di
rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor fisik, faktor
ergonomi, faktor psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan
sekitar rumah sakit.
Tenaga kerja salah satu aset perusahaan terutama di rumah sakit
berhadapan dengan berbagai potensi bahaya kesehatan maupun kecelakaan
ditempat kerjanya oleh karena itu tenaga kerja perlu mendapat perlindungan
yang memadai dalam hal keselamatan dan kesehatannya untuk
mempertahankan produktifitas kerjanya.
Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan
lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan
efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap
kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.
B. Tujuan
Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru selaku institusi pelayanan kesehatan
dalam menjalankan kegiatan berlandaskan visi yang telah ditetapkan yaitu :
Pelayanan yang berkualitas dan menyenangkan bagi semua.
Dalam upaya pencapaian visi tersebut, RS memiliki misi sebagai berikut :
1. Meyelenggarakan pelayana kesehatan paripurna dan responsive
2. Menciptakan kualitas kerja yang baik
3. menjadi pusat pendidikan dan pengembangan pelayanan kesehatan di
Kotabaru.
Sejalan dengan visi dan misi tersebut, maka pengelolaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru
disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengenai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.
Page 6
Dan mengingat bahwa di rumah sakit berisiko untuk terjadinya gangguan
kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja, serta dalam upaya meningkatkan
perlindungan maupun pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas, maka
dibutuhkan tindakan pencegahan.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut di atas, maka dibuatlah pedoman dan
petunjuk pelaksanaan bagi setiap unit, sehingga dalam pengelolaannya selalu
berada dalam koridor yang telah ditentukan. Sehingga diharapkan dengan
tindakan pencegahan yang telah diatur dapat dihindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
C. Ruang Lingkup
Pedoman K3RS Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru mencakup: prinsip,
program dan kebijakan pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar
sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan barang berbahaya,
standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan
dan pelaporan. Ruang Lingkup kegiatan K3RS mencakup seluruh area rumah
sakit dan berlaku terhadap:
1. Bagi pekerja/ karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru,
2. Pengunjung rumah sakit
3. Pasien rawat inap maupun rawat jalan
4. Masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.
Ruang lingkup fungsi dan tanggung jawab pelaksanaan Program Kerja
K3RS adalah :
a. Kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian bencana.
b. Pencegahan dan pengendalian kebakaran.
Page 7
c. Keamanan pasien
d. Keselamatan kerja seluruh pegawai
e. Kesehatan kerja bagi pegawai
f. Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
g. Kesehatan lingkungan kerja
h. Sanitasi rumah sakit
i. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan
j. Pengolahan limbah padat, cair dan gas
k. Pengelolaan pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia di bidang K3
l. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi dan pelaporan untuk evaluasi
6. Radiasi
Pemencaran sinar atau gelombang yang digunakan untuk kegiatan
pemeriksaan (radioagnostik) maupun untuk pengobatan (radioterapi). Di
rumah sakit sinar radiasi banyak digunakan oleh Radiologi dan Fisioterapi.
Efek negatif radiasi pada tubuh
- Menimbulkan gangguan pada sistem tubuh seperti saraf pusat,
hemopoetik dan gastrointestinal.
- Karsinogenik
- Gangguan pada mata dan kulit
- Leukimia
Page 8
BAB V
UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI BEBERAPA RUANG/UNIT KERJA RUMAH SAKIT
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja di beberapa ruang / unit kerja rumah sakit
adalah :
A. Radiologi
Risiko bahaya pelayanan radiologi:
Bahaya potensial terutama terjadinya kebocoran bahan radioaktif yang
dikategorikan sebagai Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Pada petugas
dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, gastrointestinal,
leukemogonosis, karsinogenesis dan kerusakan genetik.
Upaya pengendalian :
a. Karyawan yang menjalankan alat rontgen harus menggunakan alat
monitoring (film 1badge) dan secara periodik dilakukan pemeriksaan
kesehatan,
Page 9
b. Membentuk tim pemantau radiasi dan melakukan monitoring secara
berkala.
c. Tenaga radiologi (Radiogrcipher) yang sedang hamil hanya ditempatkan
pada bagian administrasi di ruang Radiologi dan tidak diperbolehkan
bekerja / terpapar langsung sinar radioaktif karena paparan yang diterima
tidak boleh dari 0,5 rem selama kehamilan.
d. Membuat rambu-rambu larangan masuk ruang radiologi bagi yang tidak
berkepentingan.
e. Rotasi Radiographer.
f. Membuat dinding pemisah dengan dilapisi bahan antara peralatan / mesin
rontgen dengan Radiographer agar pasien dan tenaga medis / paramedis
mendapat perlindungan dari paparan bahaya radiasi.
g. Menyediakan pakaian anti radiasi (Apron).
h. Sertifikasi dan penilaian peralatan secara teratur.
B. Ruang CSSD
Risiko bahaya :
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi antara lain : gangguan pendengaran,
peledakan, panas / peningkatan suhu ruangan, pancaran sinar ultraviolet,
tangan / jari terpotong gunting.
Upaya pengendalian :
Untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dilakukan :
a. Pencahayaan yang cukup
b. Cara kerja yang baik sesuai ergonomic
c. Ada tempat penyimpanan yang cukup untuk instrumen
d. Ada termometer dan hygrometer yang tercatat secara teratur
e. Alur lalu lintas, ruangan dan ventilasi diatur sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kontaminasi.
C Unit Perawatan
Bahan dan peralatan yang digunakan :
Bahan-bahan kimia yang digunakan : berbagai jenis obat baik cair maupun
padat untuk pasien, cairan infus, gas anestesi, formalin, Nitrogen dioksida.
Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : alat-alat medis (jarum suntik dan
tensi meter), sarung tangan karet, sarana dan prasarana untuk pasien (kursi
roda, tempat tidur pasien (bed), Trolley / kereta dorong, peralatan yang
menggunakan listrik (medis dan non medis) dan lain sebagainya.
Page 10
Risiko bahaya di ruang / unit perawatan (perawat) :
- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tertusuk jarum suntik;
terpeleset / jatuh akibat keadaan lantai atau penerangan yang buruk,
tersengat aliran listrik, tertimpa / kejatuhan benda, dan terkena zat-zat
kimia,
- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain : Infeksi Nosokomial
(Inoks), terinfeksi penyakit menular (Hepatitis B, Tuberculosis Paru, dan
HIV / AIDS), Low Back Pain (sakit pinggang) dan Trauma Disorders lainnya,
penyakit-penyakit akibat gangguan psikososial, seperti stres, depresi,
gangguan pada sistem tubuh, pelecehan seksual dan gangguan hubungan
sosial / keluarga.
Upaya pengendalian :
a. Melengkapi dan memelihara peralatan listrik secara rutin oleh IPSRS
karena di ruangan perawatan banyak menggunakan alat-alat medis
maupun non medis dengan dukungan / sarana listrik.
b. Memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kelistrikan.
c. Menyediakan peralatan pelindung diri seperti sarung tangan karet (Hand
scound) dan masker serta peralatan perlindungan lainnya.
d. Pelatihan mengenai Infeksi Nosokomial dan penyakit menular.
e. Memberikan penerangan dan House keeping yang baik.
f. Penyediaan informasi / poster tentang pencegahan Inoks
g. Pelatihan cara mengangkat pasien / barang yang benar.
h. Pengaturan jam sesuai standar perusahaan.
D. Kamar Bedah
Risiko bahaya di ruang Bedah :
Potensi kecelakaan kerja di kamar bedah antara lain : tertusuk jarum, jari
tangan terpotong pisau bedah, terpercik specimen / secret pasien infeksius, gas
anestesi bocor / meledak, dan terinfeksi penyakit pasien.
Upaya pengendalian :
a. Terhadap sarana dan prasana
- Persediaan gas medis yang cukup (O2 dan N2O), aman dan selalu
terkontrol
- Alat penghisap lendir berfungsi baik
- Aliran listrik dan stop kontak listrik yang cukup
- Tersedia cadangan gas medis, listrik otomatis,alat hisap lendir yang
tetap berfungsi bila listrik padam.
Page 11
- Pembuangan gas buang anestesi dan pipa atau saliran yang terkontrol
dan aman Program sterilisasi ruangan Standarisasi/kalibrasi seluruh
peralatan.
- Pengontrolan kondisi ruang operasi, antara lain : kebocoran atap, AC
dan pencahayaan.
b. Terhadap tenaga kerja
- Peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan kursus, latihan/simulasi
untuk tenaga medis dan paramedis.
c. Penggunaan alat pelindung diri
- Masker
- Baju dan topi OK
- Sarung tangan
Upaya pengendalian : -
a. Peralatan kerja yang menggunakan listrik diperiksa secara berkala.
b. Housekeeping dan sanitasi yang baik
c. Pemeliharaan peralatan secara rutin
d. Memberikan pelindung khusus agar petugas tidak terpapar langsung
dengan peralatan misalnya, pelindung tangan dan badan dari panas / api.
F. Unit Pemeliharaan
Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain : garam untuk boiler dan
penjernihan air; soda as, Kalium permanganat, dan kaporit untuk penjernihan
air, solar untuk bahan bakar boiler; semen dan bahan bangunan lainnya: dan
berbagai bahan lainnya untuk perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit.
Page 12
Sedangkan peralatan kerja yang digunakan : mesin las, gerinda, alat
pertukangan (bor, ketam, gergaji dan lainnya), alat perbaikan listrik dan
sebagainya.
Upaya pengendalian :
a. Melengkapi semua petugas dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan
potensi bahaya yang ada:
- Kewajiban menggunakan sepatu keselamatan saat bekerja
- Untuk pekerjaan di ketinggian digunakan Safety belt dan Topi
keselamatan.
- Kewajiban penggunaan Ear Muff di ruang Genset dan lainnya
- Masker dan respirator saat pengeijaan / perbaikan terhadap tempat
yang berdebu dan mengandung bahan kimia.
b. Pengenalan Risiko bahaya sebelum melakukan pekerjaan.
c. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Page 13
BAB X
KESELAMATAN RADIOLOGI
Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru BSD memiliki perlengkapan untuk program
proteksi radiasi, berupa:
1. TLD badge yang dihitung secara oleh BATAN !
2. Baju apron,
3. Gonad shield
4. Thyroid shield
5. Kaca mata goggle
6. Sarung tangan Pb.
7. Tirai Pb
Page 14
Di dalam OPR terdapat 3 (tiga) komponen yang memiliki tugas, kewajiban
dan tanggung jawab terhadap keselamatan radiasi, yaitu:
1. Pengusaha instalasi
Adalah Kepala/Direktur instalasi atau orang lain yang ditunjuk untuk mewakili
dan bertanggung jawab pada instalasi.
2. Petugas Proteksi Radiasi
Adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi nuklir atau instalasi
lainnya yang memanfaatkan radiasi pengion dan dinyatakan mampu oleh
Badan Pengawas Tenaga Nuklir untuk melaksanakan pekerjaan berhubungan
dengan masalah proteksi radiasi.
3. Pekerja Radiasi
Adalah orang atau personil yang bertugas sebagai operator peralatan sumber
radiasi.
Page 15
h. Memberitahukan BAPETEN dan instalasi lain terkait (misal: Kepolisian,
Dinas Kebakaran) bila terjadi bahaya atau keadaan darurat.
Page 16
3. Tanggung jawab dan Kewajiban Pekerja Radiasi.
Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan
radiasi di daerah kerjanya, dengan demikian ia mempunyai kewajiban
sebagai berikut:
a. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan
keselamatan kerja radiasi.
b. Memanfaatkan sebaik-baiknya semua peralatan keselamatan radiasi
yang tersedia, bertindak hati-hati, serta bekerja dengan aman untuk
melindungi baik diri sendiri maupun pekerja lain.
c. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimana[un kecilnya kepada
PPR.
d. Melaporkan setiap gangguan yang dirasakan, yang diduga akibat
penyinaran lebih atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh.
Page 17
2. Segera laporkan kejadian tersebut kepada PPR, kemudian oleh PPR
dilanjutkan ke pengusaha instalasi.
3. Identifikasi personal yang berpotensi terkena paparan.
4. Lakukan survey radiasi untuk memastikan apakah pesawat sudah tidak
dialiri listrik.
5. Catat kondisi kecelakaan secara detail, seperti posisi dan arah berkas.
6. Beri tanda pada bagian pesawat sinar-X yang mengalami kegagalan atau
kerusakan.
7. Laporkan kejadian pada vendor/supplier alat tersebut.
2. Keadaan Darurat.
Keadaan darurat atau kecelakaan adalah kejadian diluar dugaan yang
memungkinkan terjadinya bahaya radiasi atau kontaminasi bagi pekerja
maupun masyarakat. Tindakan pertama apabila teijadi kecelakaan adalah
mengevakuasi dan mengisolasi tempat kejadian untuk menghindari adanya
penerimaan dosis berlebih dan mempersiapkan rencana
penanggulangannya.
Page 18
Kemudian meninjau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi serta
mencatat semua kejadian kecelakaan untuk dilaporkan ke BAPETEN oleh
petugas proteksi radiasi serta diketahui oleh pengusaha instansi.
E. Tindakan Pencegahan/Pengawasan
Kecelakaan radiasi dapat dicegah dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pengurangan tingkat bahaya radiasi.
Pemanfaatan tenaga nuklir (bahan nuklir, radio isotop, sinar-X) memiliki
potensi bahaya radiasi, oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan analisa
agar dampak yang menyertai pemanfaatan tersebut dapat dikurangi
menjadi seminimal mungkin. Salah satu cara adalah dengan melakukan
kalibrasi dan maintenan alat sinar-X secara rutin.
2. Pengendalian bahaya radiasi.
Pengendalian bahaya radiasi ekstema dapat dilakukan dengan
menerapkan 3 prinsip proteksi radiasi, yaitu jarak, waktu dan penahan
radiasi.
3. Pengamanan pekerja radiasi.
Untuk menjamin agar pekerja dapat bekerja dengan aman, perlu dipenuhi
hal-hal sebagai berikut:
a. Pelatihan Keselamatan Radiasi.
Pengusaha instalasi wajib memberikan pelatihan awal bagi pekerjanya
dan sebaiknya juga diberikan penyegaran setelah waktu tertentu.
b. Sarana.
Sarana kerja harus tersedia sesuai dengan kondisi lingkungan kerja,
misal: film badge, survey meter, shoe cover, sarung tangan, baju lab,
masker.
c. Prosedur pemanfaatan sumber radiasi harus dibuat dalam bahasa yang
mudah dipahami, jelas dan dapat diikuti dengan baik oleh para pekerja.
Page 19
5. Instruksikan pekerja lainnya untuk meninggalkan lokasi tersebut dan
melarang orang lain memasuki ruangan tersebut.
6. Jika teijadi kebakaran di daerah yang memiliki radiasi pengion/zat
radioaktif, usahakan sedapat mungkin melindungi daerah tersebut.
7. Kalau memungkinkan diusahakan agar sumber dapat dipindahkan ke
tempat aman. Dengan proses pemindahaan sesuai peraturan yang berlaku.
8. Apabila kedua hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dan sumber
ikut terbakar, maka daerah kebakaran tersebut harus segera diisolasi
terhadap orang-orang yang tidak berkepentingan dan petugas PPR harus
segera melaporkan kepada petugas yang berwenang.
9. Keselamatan personil harus diutamakan.
10. Setiap teijadi kecelakaan dibuat laporan kejadian untuk dilaporkan ke
Petugas Proteksi Radiasi, lalu ke Pengusaha Instalasi, untuk kemudian
dilanjutkan ke: PUSAT KOORDINASI DAN PENGENDALIAN OPERASI
KESIAPSIAGAAN NUKLIR NASIONAL
TELP/FAX : 02163858269/021-63856613
E-MAIL : sos@bapeten.go.id ; darurat@,centrin.net.id
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
JL. GAJAH MADA NO.8 JAKARTA PUSAT 10210
Page 20
Prosedur Kecelakaan Kerja
Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk
penanganan luka serius/parah
Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ
Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar
jam kerja), maksimal pelaporan 1 x 24 jam.
Buat laporan insiden
eralatan Laboratorium
Beberapa pengoperasian laboratorium menimbulkan bahaya fisik bagi
pegawai akibat bahan atau peralatan yang digunakan. Bahaya fisik di
laboratorium meliputi berikut ini:
Tertusuk jarum
Bahaya listrik
Bahaya kebakaran
Luka bakar kimia
Pegawai juga menghadapi bahaya tempat kerja umum akibat kondisi atau
kegiatan di laboratorium. Potensi bahaya fisik meliputi luka terpotong,
tergelincir, tersandung, terjatuh, dan cedera gerakan berulang.
Page 21
Spill kit/perangkat pengendali tumpahan B3
Alat Pelindung Diri (APD) seperti jas laboratorium, masker, kaca mata,
sarung tangan dan sepatu pelindung yang tertutup
Peralatan keselamatan kebakaran, seperti Alat Pemdam Api Ringan
(APAR), detektor panas dan asap, dan system pemadaman api otomatis
Sistem tanda bahaya
Sistem evakuasi
Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Eye Wash Station
Container untuk membuang sampah jarum suntik dan lanset yang aman
Lemari B3 (untuk bahan yang mudah terbakar) dan Lemari Asam
Page 22
dasar. Selalu beritahukan kegiatan Anda kepada rekan kerja agar mereka dapat
menanggapi dengan semestinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi tumpahan B3 maupun
cairan tubuh antara lain:
1. Melakukan tindakan pertolongan pertama dengan segera apabila terkena
tumpahan/percikan B3, seperti membersihkan kulit dan membilas mata
dengan air mengalir selama 15 menit atau minum air sebanyak-banyaknya
apabila tertelan. Segera ke IGD untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Segera menghubungi petugas kebersihan untuk melakukan pembersihan.
3. Melaporkan kejadian yang terjadi pada Koordinator atau Penanggungjawab
shift.
4. Catat kejadian pada formulir pelaporan tumpahan B3 dan cairan tubuh.
5. Investigasi kejadian, mengidentifikasi dan menerapkan tindakan perbaikan
untuk mencegah kejadian di masa yang akan datang.
Formulir diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, pengisian adalah sebagai berikut :
Page 23
Nama Departemen Diisi dengan nama departemen, misalnya : keperawatan,
penunjang medis, dsb
Area/lokasi Diisi dengan area yang lebih detail, misalnya : unit perawatan
Acacia, Farmasi, dsb
Tanggal & waktu Data tanggal dan waktu kejadian
NO JENIS BARANG JUMLAH
kejadian
Nama1petugas
Tanda cleaner
tumpahanPetugas cleaner
(warning yangsign)
sign/spill membersihkan tumpahan
1 pcs
Jenis2tumpahan
Sarung tanganBeri tanda
Nitrille (V) pada
(warna hijau)kolom jenis tumpahan 1 pasang
APD yang digunakan
3 Sarung tanganBeri tanda (V) pada kolom jenis APD yang digunakan
disposable 3 pasang
4 Pasir @ % kg 2 kantong
Kronologi kejadian
5 Masker Diisi oleh staf rumah sakit (pelapor) yang menemukan
2 pcs
6 Kantong plastikadanya
kuningtumpahan 5 pcs
Tindakan yang roli
7 Tissue Diisi oleh petugas kebersihan 1 pcs
dilakukan
8 Lap kuning 1 pcs
Cairan kimia Beri tanda (V) pada kolom jenis cairan kimia yang digunakan
9 Botol spray berisi desinfektan 1 pcs
Page 24
Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah. Limbah adalah bahan yang
dibuang atau hendak dibuang, atau tidak lagi berguna berdasarkan
peruntukannya. Sebuah bahan dianggap limbah jika dibiarkan atau jika
dianggap seperti limbah, seperti bahan tumpah. Limbah diklasifi kasikan
sebagai bahan berbahaya atau tidak berbahaya dan bisa meliputi barang-
PERINGATAN !
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Penghasil :
Alamat :
Telp :
Fax :
Nomor penghasil :
Tanggal Pengemasan :
Kode Limbah :
Jumlah limbah :
Sifat Limbah :
barang seperti bahan laboratorium sekali pakai, media filter, larutan cair, dan
bahan kimia berbahaya. Limbah yang berpotensi berbahaya memiliki satu atau
beberapa sifat berikut ini: daya sulut, korosivitas, reaktivitas, atau toksisitas.
Semua limbah dari laboratorium dipisahkan oleh petugas laboratorium dan
setelah terkumpul akan diambil oleh petugas kebersihan.
Page 25
a. Pengisian label identitas limbah
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah
terhapus serta dipasang pada setiap kemasan limbah B3 yang disimpan
di tempat penyimpanan wajib mencantumkan identitas.
Page 26
Kebakaran di laboratorium rentan terjadi karena sikap mnnu3ia itu sendiri,
disamping pengawasan yang kurang terhadap penggunaan peralatan atau
bahan yang dapat menimbulkan api, misalnya bahan mudah terbakar, alat
pemanas, peralatan listrik, puntung rokok, dan ledakan gas. Untuk
menghindari api, hal-hal yang dapat diterapkan yaitu :
Sediakan selalu alat-alat pemadam api atau fire extinguisher.
Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.
Mengetahui prosedur penanggulangan kebakaran di unit yang
bersangkutan.
Mengetahui letak alat pemadam api.
Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar. '''
a. Klasifikasi Kebakaran
Tujuan dari klasifikasi kebakaran adalah untuk mengenal jenis media
pemadam api sehingga dapat memilih media yang tepat bagi suatu
kebakaran berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi kebakaran di Indonesia
yang ditetapkan dalam Permenaker No. 04/Men/1980 mengacu pada
NFPA sebagai berikut :
1. Kelas A : Bahan padat kecuali logam (Kayu, kertas, plastik dan lain-
lain)
2. Kelas B : Bahan cair dan gas (Bensin, alkohol, dll.)
3. Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan
4. Kelas D : Bahan logam (Magnesium, Almunium, Kalium, dll.)
2. Gas CO2
Cocok untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C.
3. Tepung Kimia (APAR Powder)
Cara kerja tepung kimia ualam memadamkan api adalah dengan
memisahkan atau menyelimuti bahan dengan udara dan secara
kimia memutuskan rantai reaksi pembakaran.
Page 27
2. Smoke DetectoriDeieksi Asap: bila terdeteksi asap maka terhubung
dengan alarm kebakaran sehingga alarm berbunyi
3. Sprinkler: Bila api memanaskan cairan yang ada di dalam tabung
kaca sprinkler mencapai 68 Celcius maka tabung kaca pecah
secara otomatis air keluar
d. Penggunaan APAR
Sebelum melakukan pemadaman dengan APAR harus ditest terlebih
dahulu dengan membuka kunci pengaman dan mengarahkan nozzle ke
atas.
1. Jenis tepung kimia : lakukan test di tempat pengambilan APAR dan
arahkan selang ke atas, tuas ditekan/dipukul.
2. Jenis C02 : lakukan test di tempat pengambilan APAR arahkan
selang ke atas jangan memegang corong (horn) saat memadamkan
kebakaran.
3. Selesai pemadaman pancaran selang/nozr/e harus selalu
diarahkan ke bawah.
Penggunaan APAR dilakukan secara berurutan yang disingkat dengan
PASS adalah sebagai berikut:
Puli: tarik atau cabut pin pengaman APAR
Aim : arahkan selang ke api
Squeeze : tekan tuas APAR
Sweep : kibas-kibas arah semprotan ke api
Page 28
C - CONTAIN: tutup seluruh pintu dan jendela agar besarnya api
tidak merambat ke ruangan lain
E - EXTINGUISH: padamkan api dengan APAR bila terlatih dan
untuk api kecil. Bila tidak dapat dipadamkan segera evakuasi.
f. Keselamatan Pemadam
Dalam pemadaman perlu diperhatikan :
1. Arah angin
2. Jenis bahan yang terbakar
3. Volume dan potensi bahan yang terbakar
4. Letak dan situasi lingkungan
5. Lamanya terbakar
6. Alat pemadam yang tersedia
2. Kewaspadaan Bencana
a. Bencana
Pada saat Bencana jangan panik, Jangan memasuki gedung
sampai tim penanganan kedaruratan mengumumkan keadaan
aman
Periksa jika ada orang yang terluka atau terperangkap
Bantu menenangkan jika ada yang panik
Bantu orang yang terluka atau terperangkap
Jika terlihat ada risiko api cari dan gunakan alat pemadam (APAR)
untuk mematikan api
Matikan listrik pada area yang terbakar (lokal)
Bersihkan dengan segera obat -obat yang tertumpah atau cairan
yang mengandung alkohol atau bensin dan cairan - cairan lain yang
mudah terbakar
Buka pintu dengan perlahan
Periksa area sekitar anda apakah mengalami kerusakan ;
Hati hati dengan kabel listrik yang terjatuh atau pipa - pipa gas yang
rusak dan menjauh dari area yang rusak
Laporkan secepatnya kondisi ke 888 menyebutkan :
- Nama dan asal unit/departemen
- Kejadian darurat (adanya api, orang terperangkap, orang
tertimpa, kabel atau pipa pipa yang rusak, retakan atau
runtuhan di bagian gedung dan lain lain)
- Lokasi
Page 29
Jika area anda berada rusak berat atau ada potensi berbahaya
segera siapkan evakuasi lokal meliputi :
- Memindahkan pasien atau barang ke area yang lebih aman
- Mematikan listik
Tetap waspada dan tunggu instruksi berikutnya untuk melakukan
evakuasi total
Page 30
Yellow External Unit Gizi berperan
Disasters segera hubungi IGD
/bencana dari atau maksimal 15 menit
luar RS berada di IGD
Red Kebakaran Bertanya kepada
(Suara security terdekat dimana
Burung) area yang terbakar. Bila
dekat lakukan RACE,
bila jauh tetap waspada
Pink Penculikan anak Waspada terhadap
orang yang
mencurigakan seluruh
akses ditutup oleh
Security
Black Ancaman Bom Waspada untuk bersiap
d. Evakuasi
Sarana evakuasi bertujuan agar para penghuni/orang yang berada dalam
bangunan mudah menyelamatkan diri atau diselamatkan ke tempat yang
aman pada saat terjadi bencana atau kebakaran. Sarana evakuasi terdiri
dari:
Penerangan darurat
Denah evakuasi
Page 31
Rambu penunjuk arah keluar (EXIT)
Pintu keluar darurat (EMERGENCY EXIT)
Tempat berkumpul (Muster Point)
Terdapat dua lokasi, yaitu di area parkir belakang (Utara) atau di area
depan (Barat)
Bila perintah untuk Evakuasi diumumkan
Apabila keadaan kurang memungkinkan dan berbahaya tunggu regu
utama dari tim penanganan kedaruratan Rumah Sakit Umum Daerah
Kotabaru atau Dinas Kebakaran untuk menolong anda
Pemadaman api besar dilakukan oleh regu utama dari tim penanganan
kedaruratan Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru dan Dinas
Kebakaran
Setelah keluar dari pintu darurat ikuti rambu arah evakuasi untuk
menuju ke tempat berkumpul darurat yaitu di Parkir Utara atau Parkir
Barat Rumah Sakit Umum Daerah Kotabaru (rambu bertuliskan Tempat
Berkumpul Darurat Kebakaran/Gempa - Muster Point).
Page 32
BAB XII
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU
Page 33
BAB XIII
PENUTUP
Page 34
DAFTAR PUSTAKA
Page 35
LAMPIRAN : RAMBU-RAMBU K3
Page 36
Page 37
Page 38
Page 39
Page 40
STANDARD PENEMPATAN BOTOL OXYGEN
Page 41
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH NO 14 TAHUN 2013
Page 42
RAMBU PETUNJUK KESELAMATAN(BIRU)
Page 43
STIKER RAMBU KESELAMATAN KERJA
Page 44
RAMBU INFORMASI (HIJAU)
Page 45
RAMBU LARANGAN (MERAH)
Page 46