KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
2. Penatalaksanaan :
Persiapan Administrasi
1) Surat perintah hemodialisis dari dokter penanggungjawab
2) Persetujuan tindakan hemodialisis.
a. Persiapan Pasien
1) Identitas pasien
2) Riwayat penyakit
3) Keadaan umum pasien
4) Keadaan fisik, meliputi :
Tanda - tanda vital
Berat badan
Warna kulit
Konjungtiva mata (oedema/ tidak)
Ekstremitas (oedema/ tidak)
RSUD TINDAKAN HEMODIALISIS
H. HANAFIE
MUARA BUNGO No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/ 2
5) Data laboratorium : Hb, Ureum, Kreatinin, Elektrolit, HBsAg,
HCV, HIV
6) Data interdialisis (pasien HD rutin/ baru)
b. Persiapan Mesin
c. Persiapan Alat - alat Hemodilaisis
d. Persiapan Sirkulasi Darah (Extra Korporeal)
2. Penatalaksanaan :
a. Sambungkan mesin ke aliran listrik
b. Buka kran air yang sudah dihubungkan ke mesin HD
c. Pastikan selang pembuangan air dari mesin HD sudah tepat
masuk ke saluran pembuangan
d. Hidupkan mesin dengan menekan tombol ON di belakang mesin
e. Pilih menu Hemodialisa
f. Mesin akan melakukan beberapa tes secara otomatis, antara lain
sound tes, alarm tes
g. Setelah ada perintah connect acid, masukan selang tanda warna
merah ke gallon pat A dan pasang Bibag (Bicarbonat) pada
tempatnya
h. Lakukan seting (Bloodline) dan priming sambil menunggu tes
mesin selesai/ lolos
i. Tes lolos jika di layar terdapat perintah connect coupling on
dialyzer, kemudian lakukan soaking
j. Lakukan sirkulasi, tunggu beberapa saat maka mesin akan
melakukan tes kembali
k. Setelah di layar muncul tulisan Rinsing With UFP, maka mesin
siap disambung ke pasien
2. Penatalaksanaan :
a. Alat-alat dialisis disimpan di tempat/ lemari yang bersih, tidak
langsung terpapar sinar matahari dan terjangkau oleh petugas
(untuk pengambilannya)
b. Alat-alat disimpan berdasarkan FIFO (First In First Out), alat
yang pertama masuk adalah yang pertama digunakan
c. Alat-alat disiapkan sebelum shift selanjutnya
2. Penatalaksanaan :
a. Perawat mencuci tangan
b. Dekatkan alat - alat (Blood Line baru yang telah disiapkan)
c. Pasang Arteri Blood Line ke mesin dialisis dengan cara :
1) Tutup semua klem ABL (warna merah)
2) Letakkan buble trap pada posisi buble trap merah (ABL)
dengan posisi klem buble trap berada di atas
3) Pasang selang ABL pada segmen pump dengan cara membuka
cover segmen pump dan memutarnya searah jarum jam, setelah
posisi selang pas, tutup kembali cover pump
4) Pasang Arteri Pressure, posisi klem masih tertutup
5) Klem besar ABL digeser sampai ke ujung dekat konektor,
gantungkan selang pada tiang infus mesin dialisis dengan cara
mengaitkan konektor pada tiang infus.
2. Penatalaksanaan :
a. Petugas mencuci tangan
b. Tempatkan dializer pada holder/ tempatnya dengan posisi warna
biru di atas
c. Sambungkan ABL dengan ujung dializer berwarna merah
d. Sambungkan VBL dengan ujung dializer berwarna biru
e. Hubungkan Nacl 0,9% melalui infus set ke ABL, yakinkan
bahwa infus set bebas udara dengan mengisinya lebih dulu
f. Buka semua klem, kecuali ujung ABL
g. Letakkan ujung VBL ke dalam ember dengan cara
mengaitkannnya menggunakan klem VBL. Pastikan konektor di
ujung VBL masih terpasang, ujung konektor jangan sampai
terendam cairan dalam ember
h. Lakukan pengisian, pembilasan dengan cara menjalankan pompa
darah dengan kecepatan + 200 - 300 ml/menit, isi buble trap
merah/ inlet ¾ bagian
i. Bebaskan udara dengan memberikan tekanan pada VBL, dializer
ditepuk-tepuk
RSUD PERSIAPAN SIRKULASI DARAH/ EKSTRA KORPOREAL
H. HANAFIE (PRIMING DIALIZER BARU)
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/ 2
j. Lanjutkan priming sampai Nacl habis 1 kolf (500ml), matikan
pompa darah, ganti Nacldengan kolf baru.
k. Isi buble trap biru/ outlet ¾ bagian
l. Lakukan sirkulasi dengan menyambungkan ABL dan VBL
menggunakan salah satu konektor yang tersedia pada ujung ABL/
VBL
m. Biarkan pompa darah berjalan sampai menunggu perintah soaking
n. Setelah ada perintah “connect coupling”, lakukan proses soaking
dengan cara pasang hansen konektor dialisat biru ke dializer biru,
merah ke dializer merah. Balik dializer dengan posisi warna
merah di atas dan biru di bawah. Tekan confirm, maka mesin
dengan sendirinya akan melakukan proses soaking
o. Setelah ada keterangan blood line sudah terisi Nacl (proses
filling), akan muncul pemberitahuan “Nacl will be filled”, tekan
confirm, buka klem Arteri Pressure dan venous Pressure
p. Mesin akan melakukan beberapa test pada blood system (Arteri
Pressure dan Venous Pressure)
q. Setelah test berhasil, akan muncul tulisan “Rinsing With UFV”,
mesin siap disambung ke tubuh pasien
r. Rapikan alat-alat
s. Petugas mencuci tangan
2. Penatalaksanaan :
a. Petugas mencuci tangan
b. Lakukan tahap soaking terlebih dahulu dengan cara :
1) Buang renalin yang ada pada dializer, baik dari kompartemen
darah maupun kompartemen dialisat
2) Tempatkan dializer pada tempatnya, posisi warna merah di
atas dan biru di bawah
3) Setelah konduktifity tercapai, akan muncul perintah “connect
coupling”, lakukan proses soaking dengan cara pasang hansen
konektor dialisat biru ke dializer biru, merah ke dializer
merah. Balik dializer dengan posisi warna merah di atas dan
biru di bawah. Tekan confirm, maka mesin dengan sendirinya
akan melakukan proses soaking, biarkan proses ini
berlangsung 5 - 10 menit
c. Selanjutnya lakukan priming, dengan cara :
1) Hubungkan Nacl melalui infus set ke pot infus ABL,
yakinkan bahwa infus set bebas udara dengan cara
mengisinya lebih dahulu
RSUD PERSIAPAN SIRKULASI DARAH/ EKSTRA KORPOREAL
H. HANAFIE (PRIMING DIALIZER RE-USE)
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/ 2
2) Letakkan ujung VBL ke dalam ember dengan cara
mengaitkannnya menggunakan klem VBL. Pastikan konektor
di ujung VBL masih terpasang, ujung konektor jangan sampai
terendam cairan dalam ember
3) Balik dializer dengan posisi merah di bawah, biru di atas
4) Buka semua klem kecuali klem pada ujung ABL
5) Jalankan pompa darah dengan kecepatan 200 - 300 ml/menit
6) Isi buble trap ¾ bagian
7) Bebaskan udara dengan memberikannya tekanan pada VBL,
dializer ditepuk-tepuk
8) Lanjutkan priming sampai 3kolf (1500ml), matikan pompa
darah, ganti dengan kolf baru. Klem ujung VBL kemudian
hubungkan kedua ujung ABL dan VBL dengan menggunakan
konektor
9) Semua klem dibuka, lakukan sirkulasi dengan kecepatan
pompa darah + 300 ml/menit, beri heparin sirkulasi 2500iu -
5000iu
10) Setelah ada keterangan blood line sudah terisi Nacl (proses
filling), akan muncul pemberitahuan “Nacl will be filled”,
tekan confirm, buka klem Arteri Pressure dan venous
Pressure
11) Rapikan alat - alat
12) Petugas mencuci tangan
2. Penatalaksanaan :
a. Menyambung fistula dengan selang darah arterial/ ABL/ inlet :
1) Perawat mencuci tangan dan memakai APD lengkap
2) Masukkan data pasien dan program yang ditentukan sesuai
kondisi dan kebutuhan pasien.
3) Konfirmasikan program dialisis kepada pasien.
4) Jika sesuai dengan data yang diprogramkan, tekan confirm,
secara otomatis pompa darah/ blood pump akan mati.
5) Klem selang infus, ABL, VBL, Arteri Pressure dan Vena
Pressure (Lima klem).
6) Masing – masing selang kedua ujung selang darah arteri dan
fistula diswab dengan kassa betadine.
7) Ujung konektor selang darah venous (VBL) masukan ke
dalam gelas ukur atau drainage bag (jika ada).
8) Hidupkan pompa darah dan tekan tombol star pompa darah
mulai 100 ml/ menit.
9) Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fiksasi selang darah
dengan micropore/ plaster, jika aliran cimino tidak lancar,
rubahlah posisi jarum fistula atau posisi tangan.
10) Perhatikan darah di buble trap tidak boleh penuh atau kosong,
sebaiknya terisi ¾ bagian.
11) Cairan Nacl yang tersisa, ditampung dalam gelas ukur/
drainage bag disebut cairan sisa priming
RSUD TEHNIK PENYAMBUNGAN
H. HANAFIE BLOOD LINE DENGAN AV – FISTULA
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/ 2
12) Setelah darah terisi semua di selang darah dan dializer,
muncul alarm connected patient, pompa darah otomatis mati.
b. Menyambung selang darah venous/ VBL/ outlet dengan fistula :
1) Setelah penyambungan inlet dilakukan, pdalam keadaan pompa
darah mati/ berhenti, sambungkan ujung selang darah venous/
VBL ke ujung AV fistula venous (outlet).
2) Masing - masing sambungkan dikencangkan
3) Buka klem selang arteri/ inlet dan venous/ outlet, infus set tetap
terklem
4) Pastikan tidak ada udara pada selang venous, lalu hidupkan
pompa darah mulai dari 100 ml/ menit, tingkatkan sesuai
dengan keadaan pasien.
5) Tekan tombol bypass (gambar dializer), pada layar monitor
terdapat tulisan “Hemodialysis Bicarb Running”, buak klem
arteri pressure, vena pressure dan klem syringe heparin
6) Saat proses dialisis berlangsung, posisi dializer bagian warna
merah di atas.
7) Rapikan alat – alat, simpan HD set di meja pasien/ di belakng
mesin HD
8) Perawat mencuci tangan
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
2. Penatalaksanaan :
a. Cuci tangan
b. Beri tahu pasien prosedur yang akan dilakukan
c. Siapkan spuit ukuran 3/5 ml atau bisa memakai tabung sampel darah
yang telah diberi anti koagulan, beri label identitas pasien
d. Desinfeksi daerah penusukan dengan kasa steril yang telah diberi
NaCL 0,9% dan Alkohol swab
e. Lakukan penusukan pada pembuluh darah yang dipakai untuk outlet
dengan menggunakan fistula yang belum diisi NaCL/heparin
f. Setelah darah masuk ke dalam kanul fistula, ambil darah
menggunakan spuit/tabung yang sudah disediakan dari ujung kanul
g. Ambil darah sebanyak + 3 – 5 ml
h. Beritahu pasien prosedur sudah selesai dilakukan
i. Cuci tangan
TUJUAN Agar mesin dapat digunakan tanpa mengalami penyulit yang dapat
menghambat proses hemodialisis berlangsung.
2. Penatalaksanaan :
a. Pilih menu layar tampilan desinfektan.
b. Masukkan selang desinfektan ke dalam citrit acid yang telah
dilarutkan dengan air RO dengan perbandingan 25 gr citrit acid :
50 ml air RO.
c. Pilih jenis desinfektan penuh.
d. Mesin dinyatakan selesai desinfektan jika di layar muncul
Desinfektan End.
e. Matikan mesin pada tombol power atau mesin dapat digunakan
kembali untuk pasien berikutnya dengan mengatur switch off
mesin
f. Dilakukan segera setelah mesin dialisis selesai digunakan.
TUJUAN Agar mesin dapat digunakan tanpa mengalami penyulit yang dapat
menghambat proses hemodialisis berlangsung.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
2. Penatalaksanaan :
a. Dilakukan sehari 1 kali atau lebih bila mesin kotor, adanya bercak
darah yang menempel di mesin dialisis
b. Perawat mencuci tangan
c. Semprotkan larutan desinfectan ke arah lap flannel sampai cukup basah
d. Lakukan pembersihan mesin mulai dari atas ke bawah
e. Bersihkan secara merata dan teratur, setelah mesin digunakan ke pasien
f. Jangan lakukan penyemprotan desinfectan langsung ke arah layar
mesin atau ke display
2. Penatalaksanaan :
a. Pasien dilakukan anamnesa untuk menetukan assesment pasien
pada saat pertama kali pasien melakukan dialisis/ travelling
dialisis/ perpindahan dialisis dari RS lain.
b. Dilakukan pada 5 - 10 menit sebelum melakukan tindakan dialisis
c. Melakukan anamnesa (keluhan utama, pemeriksaan penunjang,
psikososial dan status gizi pasien)
d. Melakukan pemeriksaan fisik, meliputi : tanda - tanda vital (TD,
nadi, pernafasan, suhu tubuh), keadaan umum, tingkat kesadaran,
berat badan, lingkar abdomen (ascites/ tidak), konjungtiva
(anemis/ tidak), akses vaskular yang digunakan dan resiko jatuh.
e. Menganalisa hasil pemeriksaan
f. Menegakkan diagnosa keperawatan
g. Membuat rencana tindakan
h. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan pada Rekam Medis
“Assesment Awal Pasien Hemodialisa” No. RM : 15/
Hemodialisa
2. Penatalaksanaan :
a. Lakukan reset data dengan cara menekan tombol keyboard pada
layar
b. Pilih menu Na (panah 2)
c. Tekan tombol UFG (untuk menentukan target penarikan cairan),
atur jumlah penarikan sesuai kebutuhan pasien (dilihat dari
kenaikan BB pasien/ adanya odema atau tidak dan keadaaan
umum pasien)
d. Tekan tombol Time (untuk menentukan waktu/ lamanya dialisis),
atur waktu dialisis sesuai kebutuhan (4 - 5) jam pertindakan
e. UFR (Ultra Filtrasi Rate) akan otomatis menghitung sendiri
sesuai dengan UFG dan Time dialisis yang telah diatur.
f. Pemakaian consentrat disesuaikan dengan kebutuhan pasien
g. Profil ultra filtrasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien
h. Profil sodium sebaiknya harus sepengetahuan dokter yang
bertanggung jawab, karena selama proses dialisis berlangsung
dapat terjadi perubahan konsentrat sodium di dalam dialisat.
Pemakaian sodium dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai
kebutuhan pasien dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap plasma sodium untuk mendeteksi apakah
kebutuhan sodium di dalam darah sudah terpenuhi.
RSUD MELAKUKAN PROGRAM DIALISIS
H. HANAFIE
MUARA BUNGO No. Dokumen No. Revisi Halaman
A 2/ 2
i. Periksa kembali Qd (Quick Dialisat)/ kecepatan dialisat, standar
500 ml/ menit. Untuk mendapatkan hasil dialisis yang lebih baik,
tingkatkan Qd 800 ml/ menit dan Qb (Quick Blood)/ kecepatan
pompa darah lebih dari 250 ml/ menit (250 - 300 ml/ menit).
2. Penatalaksanaan :
a. Mengisi identitas pasien
b. Melihat dan memeriksa intruksi medik yang telah dituliskan oleh
dokter penanggung jawab
c. Mengobservasi pasien pre hemodialisa dengan mencantumkan
paraf dan nama petugas
d. Memonitor jalannya proses hemodialisa setiap jam dan
mencatatnya di kolom intra HD dengan mencantumkan paraf dan
nama petugas, meliputi ; tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
tubuh.
e. Observasi akses vaskular, apakah ada rembesan darah,
pembekuan atau hematoma
f. Jika selama prose HD terdapat keluhan, lapor dokter
penanggungjawab, tulis advice dan kronologi di kolom
keterangan lain dan di catatan terintegrasi
g. Monitoring mesin, seperti :
1) Sambungan/ aliran dari AV fistula dan blood line dan
sebaliknya
2) Sambungan/ aliran dari blood line ke dializer dan
sebaliknya
3) Sambungan arteri pressure dengan mesin
4) Sambungan venous pressure dengan mesin
5) Jenis konsentrat yang digunakan
6) Perhatikan posisi klem pada blood line, selama proses
dialisis semua klem dibuka kecuali klem infus
7) Bubble trap terisi ¾ bagian, jangan sampai kosong
8) Bebaskan udara pada sirkulasi darah dan dializer
9) Observasi kecepatan pompa darah/ Quick Blood (QB)
10) Observasi tekanan darah arteri oada arteri pressure, apakah
darah lancar masuk ke dializer
RSUD MONITORING PASIEN HEMODIALISA
H. HANAFIE
MUARA BUNGO No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/ 2
11) Observasi tekanan darah venous pressure, apakah ada
hambatan pada tempat masuknya darah menuju tubuh
12) Observasi tekanan dializer/ Trans membran Pressure (TMP)
13) Observasi ultrafiltrasi goal (total jumlah penarikan cairan
selama dialisis)
h. Setelah selesai proses dialisis, dokter penanggungjawab
melakukan evaluasi dan menuliskan di kolom evaluasi medik dan
pada lembaran catatan integrasi
i. Dokter penanggungjawab (DPJP) dan perawat menandatangani
lembar monitoring pasien
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa
di Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
2. Penatalaksanaan :
a. Bagi Pasien Baru
1) Membawa surat perintah dari dokter penanggung jawab atau
yang mewakili, khusus bagi pasien travelling membawa surat
travelling dari dokter penanggung jawab atau yang mewakili
2) Pasien didaftarkan di loket pendaftaran Rawat Jalan (bagi
pasien BPJS membawa rujukan Hemodialisis dan kartu BPJS)
3) Rekam medis dan pasien dibawa ke ruang Hemodialisa untuk
didaftarkan dan dicatat dalam buku register
4) Pasien peserta BPJS Kesehatan yang akan mendapatkan
pelayanan dialisis dilakukan finger print di Ruang HD,
selanjutnya dicetak Surat Elegibilitas Peserta Hemodialisa
(SEP HD)
5) Jadwal hemodialisis ditentukan dengan melihat kondisi pasien
oleh dokter penanggung jawab (DPJP), dan disesuaikan dengan
jadwal yang telah ditetapkan ;
Senin dan Kamis
Selasa dan jumat
Rabu dan sabtu
6) Keluarga dan pasien menandatangani surat persetujuan
Hemodialisis yang telah diisi dan dijelaskan oleh DPJP/ Dokter
Pelaksana HD, kemudian disusul oleh perawat HD sebagai
saksi. Persetujuan tindakan hemodialisis ini diperbaharui setiap
satu tahun sekali.
7) Pasien/ keluarga pasien menandatangani formulir pemberian
informasi dan persetujuan umum (General Consent) untuk
menerima pelayanan kesehatan (Rawat Jalan ; Form RM. 4.1)
RSUD
H. HANAFIE ADMINISTRASI HEMODIALISIS
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
b. Bagi Pasien Dialisis lanjutan
1) Pasien datang ke ruang Hemodialisa pukul 07.00 WIB bagi
pasien jadwal pagi dan pukul 12.00 WIB bagi pasien jadwal
siang
2) Bagi pasien umum (pasien yang tidak mempunyai jaminan
kesehatan), keluarga membayar di kasir Rawat Jalan dengan
membawa surat tanda bukti tindakan Hemodialisis
3) Pasien peserta BPJS Kesehatan yang akan mendapatkan
pelayanan dialisis dilakukan finger print di Ruang HD,
selanjutnya dicetak Surat Elegibilitas Peserta Hemodialisa (SEP
HD)
c. Untuk Pasien Rawat Inap
1) Ada intruksi dokter penanggung jawab hemodialisis atau yang
mewakili
2) Perawat ruangan mendaftarkan ke Hemodialisa dengan
membawa rekam medic
3) Keluarga dimotivasi mengenai administrasi Hemodialisis
4) Keluarga menandatangani surat persetujuan Hemodialisis
5) Jadwal Hemodialisis ditentukan oleh dokter dan tim HD dengan
melihat keadaan pasien
6) Pasien dibawa ke ruang Hemodialisa oleh perawat ruangan
dengan membawa rekam medik sesuai dengan prosedur transfer
pasien
7) Setelah hemodialisis selesai, pasien kembali ke ruangan
dijemput oleh perawat ruangan sesuai dengan prosedur transfer
pasien dari ruang tindakan ke ruang rawat inap
TUJUAN Untuk menggantikan sebagian fungsi ginjal yang tidak bisa berfungsi
dengan segera
2. Penatalaksanaan :
a. Dokter penanggung jawab memberikan advice/ perintah/ order
untuk kegawat daruratan hemodialisis
b. Perawat ruangan menghubungi perawat penanggungjawab
hemodialisis
c. Perawat penanggungjawab hemodialisis menghubungi perawat
jaga di ruang hemodialisa
d. Kegawat daruratan hemodialisis secepatnya dilakukan oleh
perawat jaga
e. Perawat yang melakukan pelayanan dialisis kegawatdaruratan
tersebut melaporkan perkembangan pasien kepada DPJP/ dokter
pelaksana dialisis
2. Penatalaksanaan :
a. Lakukan monitoring keadaan umum dan tanda – tanda vital klien
tiap jam
b. Lakukan monitoring daerang punksi akses vaskular apakah ada
perdarahan, pembengkakan atau tidak
c. Kolaborasi dengan dokter bila klien mengalami :
1) Hipotensi :
Posisi pasien trendelenburg (kepala lebih rendah dari kaki)
Kecepatan aliran darah dan UFR diturunkan
Berikan Nacl 0,9% atau sesuai dengan TD pasien
Berikan oksigen sesuai 1-2 liter
Kalau perlu dialisis diistirahatkan
2) Mual, muntah
Kecilkan/ turunkan kecepatan aliran darah (QB)
Turunkan UFR
Bantu kebutuhan pasien
Observasi tanda-tanda vital
Jika keadaan sudah membaik, program dialisis secara
bertahap
Kolaborasi dengan dokter jika tidak ada perbaikan
3) Kram otot dan kesemutan
Turunkan kecepatan aliran darah (QB)
Massage area yang kram, beri obat gosok
Kompres dengan air hangat (buli-buli panas)
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Ca Glukonas
4) Sakit kepala
Turunkan kecepatan aliran darah (QB)
Observasi tanda-tanda vital
Jika TD tinggi, kolaborasi dengan dokter
RSUD MONITORING PASIEN HEMODIALISA
H. HANAFIE
MUARA BUNGO No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/ 2
Jika keluhan sudah berkurang, jalankan kembali program
dilaisis
Kaji penyebab sakit kepala, cairan dialisat, minum kopi atau
ada masalah yang sedang dihadapi
5) Hipoglikemia
Turunkan kecepatan aliran darah (QB)
Pantau tanda-tanda vital
Pantau gula darah sewaktu
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian D40%
Jika keluhan sudah berkurang, jalankan dialisis seperti
semula
6) Nyeri dada
Turunkan kecepatan aliran darah (QB)
Pasang EKG monitor
Kurangi Ultra Filtrasi
Atur posisi pasien telentang (kecuali jika posisi duduk lebih
nyaman
Berikan oksigen
Kolaborasi dengan dokter
Cek ulang Hb, elektrolit
7) Demam disertai menggigil
Observasi tanda-tanda vital
Berikan selimut/ warming blanket jika ada
Mencari penyebab demam
Berikan kompres hangat/ buli-buli panas
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipireutik dan
anti histamin
8) Emboli udara
Posisi tidur telentang
Pasien berbaring ke sisi kiri badan
Turunkan kecepatan aliran darah (QB)
Jika perlu dialisis dihentikan/ diistirahatkan
Berikan oksigen
Mempertahankan jalan nafas
9) Perdarahan AV-shunt/ akses vaskular setelah dialisis
Tekan daerah tusukan dengan tepat
Mencari penyebab perdarahan
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi dengan dokter jika perdarahan lama berhenti
TUJUAN 1. Agar pasien dapat menjalani dialisis dengan aman dan nyaman
2. Agar adekuasi HD tercapai dengan efektif
2. Penatalaksanaan :
a. Perawat mencuci tangan
b. Mengkaji kecepatan aliran darah/ Qb : 200 - 300 ml/ menit
c. Mengkaji sistem alarm : temperatur, konduktivitas, air detector,
blood leak detector
d. Mengkaji monitoring pressure/ tekanan :
1) Arterial Pressure (AP) : tekanan antara segmen pump dengan
dializer. AP ini berfungsi untuk memonitoring adanya
hambatan/ bekuan darah dari akses inlet menuju dializer
2) Venous Pressure (VP) : tekanan antara dializer dengan akses
outlet. VP ini berfungsi untuk memonitoring aliran darah dari
dializer menuju tubuh pasien
e. Mempertahankan Qb 200 - 300 ml/ menit atau sesuai dengan
kondisi pasien
f. Mempertahankan sistem alarm berfungsi dengan baik, meliputi :
1) Bila temperatur, konduktivitas alarm, maka secara otomatis
pompa dialisat bypass, sehingga dialisis tidak berfungsi dengan
baik
2) Bila air detector dan blood leak detector alarm, maka pompa
darah otomatis berhenti.
g. Catat hasil monitoring pada lembar RM No. 15.3/ Hemodialisa
h. Perawat mencuci tangan
2. Penatalaksanaan :
a. Anti koagulan / heparin sirkulasi (setelah priming)
1) Blood line dan dialyzer diisi Nacl 0,9% (priming), setelah
selesai kemudian disirkulasi
2) Lakukan desinfeksi pada tutup botol heparin dengan kasa
alkohol, untuk heparin yang masih baru cukup dibuka tutupnya
saja
3) Buka bungkus spuit 1cc kemudian tusukan jarum pada karet
penutup heparin dan ambil heparin 2500 iu
4) Lakukan desinfeksi pada latex arteri / vena blood line dengan
kasa alcohol
5) Tusukkan jarum spuit 1cc tepat di tengah - tengah karet latex
6) Dorong pangkal spuit untuk memasukkan heparin sampai habis
7) Putar blood pump 100 – 300 ml / menit untuk sirkulasi heparin
selama 3 – 5 menit
2. Penatalaksanaan :
a. Pemantauan langsung ke ruangan water treatment
b. Pemantauan yang dilakukan secara berkala :
1) Regenerasi resin / garam setiap satu minggu sekali
2) Pembersihan tangki produk setiap dua sampai tiga bulan
sekali
3) Penggantian filter dilakukan dua sampai tiga bulan sekali
4) Sanitasi pipa water treatment setiap dua sampai tiga bulan
sekali
c. Pemantauan cek laboratorium water treatment setiap enam bulan
sekali
2. Penatalaksanaan :
a. Bila dializer beku sebagian
1) Perawat mencuci tangan
2) Beri edukasi pasien bahwa dializer mengalami beku sebagian
3) Dekatkan alat – alat di samping pasien / mesin
4) Berikan extra heparin 2000 iu (disuntikkan pada port AVBL)
5) Jalankan pompa darah (blood pump)
6) Dializer dibilas dengan Nacl 0,9%
7) Hemodialisis deprogram kembali
8) Berikan heparin 1000 iu / jam
9) Beritahu pasien bahwa masalah sudah teratasi
10) Ukur tanda – tanda vital
11) Rapikan alat –alat
12) Dokumentasikan masalah dan tindakan yang dilakukan
13) Perawat mencuci tangan
2. Penatalaksanaan :
a. Perawat mencuci tangan
b. Memberi tahu pasien bahwa dializer yang dipakai bocor, akan
segera diganti
c. Dekatkan alat – alat di samping pasien
d. Aliran darah distop
e. Pompa aliran darah (blood pump) dimatikan
f. Klem kanula arteri (ABL)
g. Klem infuse dibuka, jalankan pompa darah
h. Pada buble trap VBL bening, lalu matikan pompa darah
i. Klem kanula VBL
j. Siapkan dialyzer baru (priming)
k. Klem AVBL dekat dialyzer, lepaskan 2 sisi dari dialyzer,
kemudian dipasangkan ke dializer baru, sambungkan selang dan
dialyzer lama dibuang
l. Darah dialirkan kembali ke dalam sirkulasi ekstra corporeal
dengan cara membuka semua klem kecuali klem infus, posisi
dializer dalam keadaan terbalik sambil mengontrol udara dari
sirkulasi ekstra korporeal
m. Bila AVBL sudah bebas udara, posisi dializer dikembalikan ke
posisi semula (merah di atas)
n. Berikan ekstra heparin 2000 iu
o. Beritahu pasien bahwa penggantian dializer sudah selesai
RSUD
H. HANAFIE MENGGANTI DIALIZER BOCOR
MUARA BUNGO (BLOOD LEAK)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02.02.05 0 2/2
p. Mengukur tanda – tanda vital
q. Rapikan alat – alat
r. Dokumentasikan masalah yang terjadi dan tindakan yang telah
dilakukan
s. Perawat mencuci tangan
3. Penatalaksanaan :
a. Cuci tangan
b. Kenakan APD (masker, sarung tangan non steril dan apron
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
RSUD
H. HANAFIE MELAKUKAN PUNKSI DAN KANULASI
MUARA BUNGO (AKSES VASKULAR)
3. Penatalaksanaan :
a. Cuci tangan
b. Kenakan APD (masker, sarung tangan non steril dan apron
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
d. Buka bak instrument
e. Buka spuit 10 cc, kemudian isi dengan Nacl dan heparin dosis
awal 2000 iu
f. Letakkan di atas alas bak instrumen
g. Letakkan nierbeken di tempat tidur pasien
h. Lakukan desinfektan area yang akan dilakukan punksi dengan
betadin dan alkohol menggunakan kasa steril dan pinset / klem
arteri
RSUD
H. HANAFIE MELAKUKAN PUNKSI CIMINO
MUARA BUNGO (AV SHUNT)
UNIT TERKAIT
Unit Hemodialisa
RSUD
H. HANAFIE MELAKUKAN PUNKSI FEMORAL
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02.02.05 0 1/2
Ditetapkan Oleh
STANDAR DIREKTUR
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 01 Januari 2019
(SPO)
dr. MARDIAH, Sp. P
NIP : 19660510 199703 2002
PENGERTIAN Suatu tindakan memasukkan jarum AV fistula ke dalam pembuluh
darah femoralis sebagai akses untuk sarana hubungan sirkulasi yang
akan digunakan selama proses hemodialisis
3. Penatalaksanaan :
a. Cuci tangan
b. Kenakan APD (masker, sarung tangan non steril dan apron
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
RSUD
H. HANAFIE MELAKUKAN PUNKSI FEMORAL
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02.02.05 0 2/2
d. Buka bak instrument
e. Buka spuit 10 cc, kemudian isi dengan Nacl dan heparin dosis
awal 2000 iu
f. Letakkan di atas alas bak instrumen
g. Letakkan nierbeken di tempat tidur pasien
h. Lakukan desinfektan area yang akan dilakukan punksi dengan
betadin dan alkohol menggunakan kasa steril dan pinset / klem
arteri
i. Pasang duk steril, sebagian duk yang terbelah di bawah tangan
pasien dan bagian lainnya di atas paha kali pasien yang akan
ditusuk
j. Lakukan perabaan arteri untuk mencari vena femoralis dengan
cara menaruh 3 jari di atas pembuluh darah arteri, jari tengah
tepat di atas arteri femoralis
k. Memberikan anastesi lokal pada tempat yang akan dilakukan
punksi dengan spuit 1 cc yang diisi lidocain atau dengan
menyemprotkan ethylcloride
l. Tusukkan jarum AV fistula dengan jari tengah 1 cm ke arah
medial / arah umbilikalis, setelah darah keluar aspirasi dan
dorong dengan spuit 10 cc yang berisi nacl dan heparin dosis
awal
m. Pastikan darah yang diaspirasi benar – benar lancar
n. Klem AV fistula, lepaskan spuit dan tutup AV fistula, tempat
tusukan difiksasi dengan plester dan pada sayap fistula diberi
kasa steril dan diplester
o. Rapikan alat – alat
p. Cuci tangan
2. Penatalaksanaan :
a. Cuci tangan
b. Kenakan APD (masker, apron, sarung tangan)
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan terhadap klien
d. Atur posisi klien tidur
e. Dekatkan trolley
f. Bersihkan kateter double lumen
g. Letakkan perlak di bawah tangan / badan klien yang terpasang
double lumen
h. Desinfeksi sekitar double lumen dengan cara menggunakan kasa
betadin dari pangkal exit site sampai ujung kateter
i. Letakkan duk steril doi bawah kateter double lumen
j. Tutup exit site dengan kasa betadin baru
k. Lakukan tes kelancaran kateter dengan cara gunakan spuit 10cc,
aspirasi heparin dan bekuan darah yang ada dalam kateter
RSUD
H. HANAFIE TINDAKAN DIALISIS DENGAN DOUBLE LUMEN
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02.02.05 0 2/2
l. Buang bekuan darah dan heparin ke dalam sampah medis
m. Bilas kateter dengan Nacl 10 cc
n. Aspirasi kelancaran kateter dan masukkan kembali darah ke
dalam kateter (pengetesan dilakukan pada kateter satu per satu),
kateter yang paling lancer digunakan untuk inlet
o. Kateter doble lumen siap digunakan
p. Rendam penutup kateter double lumen dalam kom betadin
q. Rapikan alat – alat
r. Cuci tangan
2. Penatalaksanaan :
a. Cuci tangan
b. Kenakan APD (masker, sarung tangan)
c. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan terhadap pasien.
d. Cek silang label darah dengan formulir permintaan, nama pasien,
golongan darah, nomor label dan tanggal pengambilan darah
e. Pasang transfusi set pada pot infus dengan cairan NaCl 0,9%, isi
selang transfusi set sampai bebas dari udara.
f. Ganti NaCl 0,9% dengan darah yang akan diberikan, buka klem
pot infus dan selang transfusi darah, atur tetesan darah dengan
kecepatan tetesan 1 ml/ menit pada 15 menit pertama dan bila
tidak ada reaksi transfusi, tetesan dilanjutkan 4 ml/mnt
g. Kontrol TTV pasien sebelum, selama dan sesudah diberikan
transfusi
h. Catat TTV dan keluhan selama diberikan transfusi pada blanko
transfusi/catatan perawat
i. Jika pemberian transfusi selesai, ganti kantong darah dengan
NaCL 0,9%, bilas sampai selang transfusi darah bersih, klem pot
infus, buka selang transfusi masukkan ke dalam nierbeken.
RSUD
H. HANAFIE PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH SAAT HEMODIALISIS
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02.02.05 0 2/2
PROSEDUR 1. Pasien diharuskan hadir pada pukul 7.00 WIB (shift pagi) dan pukul
11.30 WIB (shift siang)
2. Sebelum proses HD dimulai, pasien diharapkan melengkapi
persyaratan administrasi
3. Pada saat petugas melakukan tindakan, tidak diperkenankan
penunggu berada di ruangan HD
4. Setiap pasien wajib diantar dan dijemput oleh keluarganya
5. Penunggu boleh berada di ruangan HD atas izin dari petugas
hemodialisis
6. Anak yang berusia di bawah 12 tahun dilarang masuk ke ruangan
HD
7. Apabila pasien berhalangan hadir, pasien/ keluarga pasien wajib
memberi tahu kepada petugas minimal satu hari sebelum jadwal HD
8. Keluarga pasien wajib membersihkan sampah/bekas makanan dan
membuangnya ke dalam tempat sampah yang telah disediakan
9. Pasien berhak didampingi oleh keluarga (1 orang) dalam kondisi
bersih
2. Penatalaksanaan :
a. Perawat mencuci tangan
b. 5 menit sebelum HD diakhiri, turunkan Qb menjadi + 100
ml/menit
c. Ukur tanda – tanda vital
d. Beritahu pasien bahwa prosedur akan dilakukan
e. Setelah UFG tercapai, tekan gambar orang lari pada monitor,
confirm, klem kanula inlet sebelum mencabutnya selanjutnya
lepas kanula inlet, sambungkan selang inlet dan infuse NaCL
0,9% dengan konektor
f. Setelah ada perintah Reinfusion, tekan confirm, jalankan pompa
darah 150 – 200 ml/menit sehingga darah dari sirkulasi ektra
corporeal masuk ke dalam tubuh pasien
g. Dapat dilakukan bersamaan mengeringkan bicarbonat, caranya
tekan gambar bi - bag pada monitor, confirm. Akan terjadi proses
Bicarb Dryning
h. Bila darah sudah masuk ke outlet dan kanul outlet sudah tampak
bersih, matikan pompa darah dan klem ujung kanula outlet,
lepaskan kanula outlet dan sambungkan ke pot infus (agar lebih
rapi)
RSUD
H. HANAFIE TERMINASI HEMODIALISIS
MUARA BUNGO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
02.02.05 0 2/2
TUJUAN 1. Memenuhi kebutuhan pasien akan terapi atau obat – obatan yang
dibutuhkan
2. Melaksanakan advice dokter
3. Melakukan tindakan keperawatan secara kolaboratif
2. Cara kerja :
- Cuci tangan
- Beri tahu pasien prosedur yang akan dilakukan
- Ambil obat yang akan diberikan dengan spuit, buang udara dalam
spuit
- Desinfektan pot injeksi pada bloodline (berwarna biru), masukkan
obat dengan menusukkan jarum spuit ke dalam pot injeksi
- Setelah obat masuk semua, tarik spuit, buka nal spuit, masukkan
ke dalam safety box/tempat jarum yang tersedia, badan spuit
dimasukkan ke dalam nierbeken/tong sampah medis
- Beritahu pasien prosedur sudah selesai dilakukan
- Cuci tangan
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
4. Cara kerja :
- Cuci tangan
- Beri tahu pasien prosedur yang akan dilakukan
- Siapkan spuit ukuran 3/5 ml atau bisa memakai tabung sampel
darah yang telah diberi anti koagulan, beri label identitas pasien
- Desinfeksi daerah penusukan dengan kasa steril yang telah diberi
NaCL 0,9% dan Alkohol swab
- Lakukan penusukan pada pembuluh darah yang dipakai untuk
outlet dengan menggunakan fistula yang belum diisi NaCL/heparin
- Setelah darah masuk ke dalam kanul fistula, ambil darah
menggunakan spuit/tabung yang sudah disediakan dari ujung kanul
- Ambil darah sebanyak +3 – 5 ml
- Beritahu pasien prosedur sudah selesai dilakukan
- Cuci tangan
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
PROSEDUR 1. Seluruh staf medik dan perawat dilatih untuk dapat melaksanakan
pencegahan umum ( universal precaution)di unit dialisis.
4. TersediaAPD
8. Semua pasien baru atau pasien yang kembali ke unit dialisis setelah
menjalani dialisis di lokasi yang mempunyai risiko tnggi atau tidak
diketahui derajat risikonya harus diperiksa kembali HBsAg dan Anti –
HCV.
RSUD
H. HANAFIE PENATALAKSANAAN PENGENDALIAN INFEKSI
MUARA BUNGO PADA HEMODIALISIS
4. Sebaiknyaruanganmenggunakantekanannegatif
TUJUAN Agar mesin dapat digunakan kembali dalam keadaan steril tanpa
mengalami penyulit yang dapat menghambat proses hemodialisis
berlangsung.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
PROSEDUR 1. Terapi anemia defisiensi besi (bila feritin serum <100 µg/L, saturasi
transferin <20%) :
- Terapi besi fase koreksi :
Dilakukan sebelum mulai terapi besi, cara :
Iron Sucrose atau iron dextran : 100 mg diencerkan dengan 100 ml
NaCL 0,9%, drip IV selama 15 – 30 menit. Cara lain dapat
disuntikkan Intra Vena atau melalui venous blood line tanpa
diencerkan, diberikan secara pelan – pelan paling cepat dalam
waktu 15 menit
Dosis terapi besi fase koreksi : 100 mg 2x per minggu, saat HD
dengan keperluan dosis total 1000mg (10 kali pemberian) sampai
status besi cukup (feritin serum >100 µg/L, saturasi transferin
>20%
- Terapi besi fase pemeliharaan :
Status besi diperiksa setiap 1 – 3 bulan, dengan target terapi :
ST (Saturasi Transferin) : 20-50%
FS (Feritin Serum) : 200-500 ng/ml
Dosis terapi besi disesuaikan dengan kadar ST dan FS
ST >50% tunda terapi besi, terapi ESA tetap dilanjutkan
ST 20-50% :
Feritin Iron sucrose atau Iron Dextran Terapi
(ng/ml) Dosis Interval Lama ESA
Evaluasi
<200 100 mg Tiap 2 minggu 3 bulan lanjutkan
200-300 100 mg Tiap 4 minggu 3 bulan lanjutkan
301-500 100 mg Tiap 6 minggu 3 bulan lanjutkan
>500 Tunda
RSUD
H. HANAFIE PENATALAKSANAAN ANEMIA PADA PASIEN
MUARA BUNGO HEMODIALISIS
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD H. Hanafie Muara Bungo No. 030/SK – TIM
HD/RSUD/VIII/2016 Tentang Penetapan Tim Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo.
2. Penatalaksanaan :
a. Pemeriksaan Laboratorium Rutin :
1) Darah Rutin/ Lengkap : Hemoglobin, Leukosit dan Trombosit
diperiksa setiap satu bulan sekali.
2) Kimia Darah lengkap : Glukosa Sewaktu, SGOT, SGPT,
Albumin, Ureum, Kreatinin, Elektrolit dilakukan setiap enam
bulan sekali.
Atau ketika ada perubahan klinis pasien dengan indikasi khusus
bisa dilakukan sewaktu - waktu, misalnya pada pasien
pendarahan, pasien anemia atau pada pasien yang mendapatkan
tansfusi darah untuk memperbaiki anemia dan pasien indikasi
hemodialisis kegawatan.
b. Pemeriksaan Hematologi Rutin :
Serum iron, Saturasi transferin, Feritin, TIBC, pemeriksaan
dilakukan setiap tiga bulan sekali atau bisa dilakukan sewaktu -
waktu dengan pemberian obat - obatan tertentu.
c. Pemeriksaan Kimia Darah :
1) Ureum, Kreatinin dilakukan setiap kali post hemodialisis pada
pasien persiapan operasi, pasien dialisis dengan
kegawatdaruratan, pasien dengan hemodialisis serial.
2) Ureum, Kreatinin dilakukan setiap satu bulan sekali atau
minimal setiap enam bulan digunakan untuk menilai kecukupan
dialisis pasien ( adekuasi HD )
d. Pemeriksaan Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV
1) Dilakukan pada pasien pertama kali hemodialisis, pasien
travelling dari unit hemodialisa lain
2) Pada pasien hemodialisis rutin, dilakukan setiap enam bulan
sekali
RSUD
H. HANAFIE PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
MUARA BUNGO PASIEN HEMODIALISIS