Anda di halaman 1dari 3

PROTOKOL INSEMINASI INTRAUTERIN

Instalasi Teknologi Reproduksi Berbantu-Klinik Fertilitas Aster


RS dr. Hasan Sadikin Bandung

Indikasi
1. Suami:
a. Parameter sperma subnormal (OAT)
b. Hipospadia
c. Ejakulasi retrograde
d. Impotensi atau disfungsi ejakulasi
e. Antibodi antisperma pada cairan semen
f. Unexplained infertility
2. Istri:
a. Vaginismus
b. Problem serviks
c. Hasil UPS buruk
d. Alergi terhadap plasma semen
e. Unexplained infertility

Syarat-syarat inseminasi intrauterin


a. Suami istri sah
b. Usia istri < 45 tahun
c. Tidak ada kontraindikasi hamil
d. Siklus haid ovulasi
e. Kedua tuba paten
f. Jumlah sperma motil 5 juta/ejakulat atau minimal 2 juta/ejakulat
setelah preparasi
g. Morfologi sperma normal lebih dari 10%
h. Tidak ditemukan adanya antibodi antisperma (ASA)

Seleksi Pasien

a. Anamnesa lengkap mengenai riwayat perkawinan, riwayat kehamilan &


siklus haid 6 bulan terakhir .

b. Pemeriksaan ginekologi klinis pada saat pertama kali konsultasi .

c. Pemeriksaan USG genitalia interna transvaginal pada hari ke 3-5 siklus


haid .

d. Pemeriksaan HSG pada hari ke 9-10 siklus


e. Pemeriksaan hormonal (FSH,LH.PRL & E2) pada hari 3-5 hanya
dilakukan atas indikasi (siklus haid tidak teratur,amenorea atau kurang
respons terhadap obat-obatan pemicu ovulasi sebelumnya), terutama untuk
menilai cadangan ovarium (“ovarian reserve”) .

f. Pemeriksaan antibodi terhadap rubella,toksoplasma,hepatitis B/C dan HIV


sebelum program.

g. Pemeriksaan laparoskopi hanya dilakukan atas indikasi khusus


endometriosis,kista ovarium, memastikan patensi tuba, “unexplained
infertility) .

h. Trial sounding (Sondase uterus) untuk mengetahui arah & panjang kanalis
servikalis serta kavum uteri sebelum program (Hari-21).

i. Analisa sperma dilakukan 2 kali dengan selang waktu 3 minggu sebelum


program, jika perlu lakukan preparasi sperma 1 kali, khususnya pada pasien
dengan masalah sperma .

j. Pemeriksaan antibodi antisperma pada analisa spema dengan uji MAR atau
IBT .

Prosedur
1. Persiapan
a. Hari I siklus haid, lengkapi persyaratan administrasi, informed consent,
tentukan dosis FSH.
b. Hari 2 siklus haid: mulai memberikan FSH sesuai dosis
c. Pemantauan folikel dilakukan mulai hari ke-5 menggunakan USG
transvaginal, diulangi tiap dua hari sekali
d. Awasi tanda-tanda hiperstimulasi, maupun respon yang kurang optimal
dari pemberian FSH
e. Pemberian FSH dilakukan sampai hari ke-14 siklus haid, atau folikel telah
mencapai diameter >18 mm
f. Bila diameter folikel telah mencapai >18 mm, berikan hCG 5000-10000
IU.
2. Inseminasi intrauterin
- Tujuan menentukan waktu inseminasi adalah memadukan saat ovulasi
dengan penempatan sperma di dalam kavum uteri. Ovulasi biasanya
terjadi 38-42 jam sesudah awal terjadinya lonjakan LH atau penyuntikan
HCG .
- Sperma yang telah diproses dimasukkan ke dalam kateter inseminasi.
- Pasien dalam posisi litotomi, dipasang spekulum cocor bebek
- Portio dibersihkan dengan irigasi NaCl 0,9% hangat
- Portio diusap dengan menggunakan cairan medium
- Petugas laboratorium membacakan identitas suami, jumlah sperma yang
berhasil didapatkan
- Kateter inseminasi dimasukkan transservikalis ke dalam kavum uteri,
sesuai dengan kedalaman dan arah yang telah diketahui sebelumnya
- Kateter ditarik, pasien dianjurkan untuk berbaring selama 30 menit
3. Dukungan fase luteal
Diberikan suntikan hCG 1500-3000 unit tiap 4 hari pasca inseminasi, dan atau
pemberian progesteron ovula atau vaginal gel tiap hari, dosis 2 x 400 mg.
4. Tes kehamilan dini
Dilakukan pemeriksaan kadar bhCG darah pada hari ke-16 pasca inseminasi

Anda mungkin juga menyukai