Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF

Dosen Pengampu: Raudha Meutia, M. Ed


Oleh:
Desi Maya Sari : (23107031)
Siska Wulandari : (23107020)
Wirda Mukramah : (23107023)
Gusmainidar : (23107024)
Rospika Sari : (23107033)
Amelia Putri : (23107017)

PRODI S1 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
berkatrahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Perkembangan Kognitif yang berjudul “Aspek Perkembangan Kognitif”.
Makalah ini kami susun sebagai bagian dari tugas akademik untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi kami.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.


Namun berkat bantuan, bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai
pihak makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami berharap makalah ini dapat menjadi inspirasi yang dapat


menambah wawasan serta dapat membantu proses pembuatan makalah
bagi generasi selanjutnya, sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 04 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I..................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................1

1.3 Tujuan...................................................................................................2

BAB II.................................................................................................................3

PEMBAHASAN.................................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Perkembangan Kognitif.....................................................3

2.2 Teori Jean Piaget..................................................................................3

A. Latar belakang Jean Piaget.................................................................3

B. Teori kognitif menurut Jean Pieget....................................................4

C. Tahap-tahap perkembangan Kognitif Pigiet......................................8

2.3 Teori Kognitif menurut Vygotsky......................................................12

2.4. Teori Kognitif Menurut Bruner..........................................................16

2.5. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam


Pembelajaran AUD............................................................................................19

BAB III..............................................................................................................22

PENUTUP.........................................................................................................22

3.1. Kesimpulan.........................................................................................22

3.2. Saran...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.
Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention),
penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan
untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu
kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada
aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Secara sederhana, kemampuan kognitif adalah kemampuan anak
untuk berfikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah. Dengan demikian dapat dipahami perkembangan
kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologi
yang berkaitan dengan bagaiman cara individu mempelajari dan
memikirkan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Konsep dasar teori kognitif?
2. Teori Jean Piaget?
3. Teori Vygotsky?
4. Teori Bruner?
5. Impementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam
Pembelajaran AUD
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori kognitif
2. Untuk mengetahui teori-teori Jean Piaget
3. Untuk mengetahui teori-teori Vygotsky
4. Untuk mengetahui teori-teori Bruner
5. Untuk memahami implementasi Teori Perkembangan Kognitif
Piaget Dalam Pembelajaran AUD

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Perkembangan Kognitif


Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin “Cogitare”
artinya berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti
segala sesuatu yang berhubungan atau melibatkan kognisi, atau
berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris Dalam pekembangan
selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi
pendidikan.
Dalam psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan
yang meliputi setiap perilaku mental manusia yang berhubungan
dengan masalah pengertian, pemahaman, perhatian, menyangka,
mempertimbangkan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, membayangkan, memperkirakan, berpikir, keyakinan, dan
sebagainya. (Sutarno: 2017)

2.2 Teori Jean Piaget


A. Latar belakang Jean Piaget
Jean Piaget (1896-1980) adalah seorang ilmuawan yang
dilahirkan di Neuchatel, Swiss. Piaget merupakan anak yang jenius,
artikel pertamanya terbit pada usia 12 tahun. pada usia 18 tahun
meraih gelar sarjanadan mendapatkan gelar doktor pada usia 21.
Piaget adalah seorang ahli dibidang biologi dan tertarik pada pola
cara pikir anak-anak. Pada tahun 1940, Ia menjadi ketua
Experimental Psikologi, direktur laboratorium psikologi, dan
presiden Masyarakat Swiss Psikologi ini. Pada tahun 1942, ia
memberikan serangkaian kuliah di College de France, selama
pendudukan Nazi di Perancis.

3
Piaget juga menerima sejumlah gelar kehormatan. Ia
menerima salah satu dari Sorbonne pada tahun 1946, University of
Brussels dan Universitas Brasil pada tahun 1949. Pada tahun 1949
dan 1950, ia menerbitkan sintesis nya, “Pengantar Epistemologi
Genetika”. Pada tahun 1952, ia menjadi profesor di Sorbonne. Pada
tahun 1955, dia menciptakan International Center for Genetic
Epistemologi, di mana ia menjabat sebagai direktur hingga sisa
hidupnya. Pada tahun 1956, dia menciptakan Sekolah Ilmu di
Universitas Jenewa. Demikian juga, ia melanjutkan pelayanan
publik melalui UNESCO sebagai delegasi Swiss.

Menjelang akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60


buku dan banyak ratusan artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16
September 1980. Jean Piaget dikenal sebagai salah satu psikolog
yang paling signifikan abad kedua puluh

B. Teori kognitif menurut Jean Pieget


Piaget memandang pengalaman sebagai faktor yang sangat
dan mendasari proses berfikir anak. Pengalaman berbeda dengan
melihat yang hanya melibatkan mata, sedangkan pengamatan
melibatkan seluruh indra sehingga menyimpan kesan yang lebih
lama dan membekas. Pengetahuan dalam teori konstruktivistik
tidak dapat ditransfer begitu saja dari guru kepada siswa, tetapi
siswa sendiri harus aktif secara mental dalam membangun struktur
pengetahuannya. Oleh karena itu, penting melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran secara nyata, serta dalam usaha
meningkatkan kualitas kognitif siswa, guru dalam melaksanakan
pembelajaran mesti lebih ditujukan pada kegiatan pemecahan
masalah.

Pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema


atau skemata (bentuk jamak dari skema) yang dikenal dengan

4
struktur kognitif. Struktur ini membantu seseorang untuk
melakukan proses adaptasi dan mengkoordinasikan informasi yang
baru diketahui dari lingkungannya dengan skema yang telah
dimiliki sehingga terbentuk skema dan skemata yang baru. Oleh
sebab itu, skema atau struktur kognitif individu akan meningkat
dan berkembang sesuai perkembangan usia individu yang
bersangkutan, bergerak dari yang sederhana menuju aktivitas
mental yang kompleks.

Proses pembentukan skema dilakukan oleh individu


melalui proses asimilasi dan akomodasi. Skemata baru hasil dari
asimilasi maupun akomodasi itulah yang disebut dengan
pengetahuan baru. Proses pembentukan pengetahuan baru tersebut
melalui beberapa prinsip dan tahapan.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat


aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan
syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara
orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-
pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem
mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempu
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya.

1. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena


memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari
pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi
secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung

5
dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak
dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.

2. Pengalaman

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber


pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup
untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi
individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

3. Interaksi Sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan,


pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan
struktur kognitif

4. Ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi dirin, mengatur


interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun
pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani
yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu
dan tersusun baik.

Semua oerganisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan


untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkunganya. Cara
individu beradaptasi berbeda bagi setiap individu. Adaptasi terjadi
dalam atau melalui suatu proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.

1. Asimilasi

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke


dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena
seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau
informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema
yang sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh anak-anak telah

6
mengenali ciri-ciri yang terdapat pada burung seperti bersayap dan
dapat terbang. Pemahaman baru ini akan dapat diterima dan akan
masuk ke dalam skemabaru anak-anak. Pada saat anak-anak
melihat seekor burung merpati yang masih memenuhi ciri-ciri
tersebut, pemahaman ini akan ditambahkan ke skema burung.

2. Akomodasi

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang


melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya
informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.
Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru.
Sebagai contoh anak-anak yang memahami skema burung tadi
menjumpai ayam yang bersayap. Dalam skemanya menyerupai
kelompok keluarga burung tetapi tidak terbang. Dengan
pengalaman baru ini anak-anak perlu mengakomodaikan
pemahaman yang ada kedalam skema yang baru bahwa semua
burung pada umumnya dapat terbang tetapi ada pengecualian fakta
karena ada burung yang tidak dapat terbang.

Dalam perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan


antara asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut dengan
ekuilibrium, yaitu pengaruh diri secara mekanisme yang
diperlukan untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan
akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadan
disekuilibrium ke ekuilibrium. Ekuilibrasi membuat seseorang
dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya
(skema).

Apabila terjadi keseimbangan maka seseorang dipacu


untuk mencari keseimbangan baru dengan asimilasi dan
akomodasi. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat
disamakan dengan belajar. Konsep ini menjelaskan tentang

7
perlunya pendidik memilih dan menyesuaikan materi
pembelajaran yang berbijak dari ide dasar yang diketahui oleh
anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas,
misalnya dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak
meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks
(Asmawati, 2008:1.23)

C. Tahap-tahap perkembangan Kognitif Pigiet


Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4
periode utama serta berkembang semakin canggih seiring
pertambahan usia. 4 periode utama tersebut meliputi: periode
sensorimotor (usia 0-2 tahun), periode praoprasional (usia 2-7
tahun), periode oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), periode
operasional formal (11 tahunsampai dewasa).

1. Periode Sensorimotor (Usia 0–2 Tahun)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman


diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori
(koordinasi alat indra). Bayi memberikan reaksi motorik atas
rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks
misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian
berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih,
misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24)

Pada tahap ini anak mulai belajar dan mengendalikan


lingkungannya melalui kemampuan panca indera dan gerakannya.
Perilaku anak pada tahap ini semata-mata berdasarkan stimulus
yang diterimanya. Dalam jangka waktu dua tahun tersebut, anak
dapat memahami sedikit lingkungannya dengan cara melihat,
meraba, memegang, mengecap, mencium dan menggerakkan
anggota badannya meskipun belum sempurna. Tapi yang

8
terpenting mereka dapat mengandalkan kemampuan sensorik dan
motoriknya.

Beberapa kemampuan kognitif dasar muncul pada tahap ini.


Anak tersebut mengetahui bahwa sebuah perilaku tertentu akan
dapat menimbulkan akibat tertentu padanya. Misalkan dengan
menendang-nendang selimut, seorang anak tahu bahwa selimut itu
akan bergeser darinya.

2. Periode Praoperasional (Usia 2–7 Tahun)

Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk


membangaun kemampuanya dalam menyusun pikiranya. Oleh
sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak
terorganisasi secara baik. Fase praoprasional dapat dibagi menjadi
3 subfase, yaitu subfase berpikir secara simbolis, subfase berfikir
secara egoisentris dan subfase berpikir secara intuitif.

a. Subfase Fungsi Simbolis (Usia 2-4 tahun)

Anak mulai memahami bahwa pemahamnya tentang benda-


benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan
sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan
yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk
melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura
menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainya. pada masa
ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu
objek yang secara fisik tidak hadir. Misalnya anak dapat
menggambar manusia secara sederhana. Biasanya pada subfase ini
anak menggambar manusia lidi, jadi menggambar hanya
menggunakan simbol-simbol saja.

b. Subfase Berpikir Secara Egoisentris (Usia 2-4 tahun)

9
Anak berpikir secara egoisentris ditandai oleh
ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara
berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagi anak pada fase ini,
ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan
istilah egoisentris.

c. Subfase Berpikir Secara Intuitif (usia 4-7 tahun)

Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena.


Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi
konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan
pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika
ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia
mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada
pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan
(conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas,
dll. ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum memahami dan belum
dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan atau
masih belum maksimal terhadap konsentrasi (contration), animism
(Nafisah: 2014)

Ciri-ciri anak pada tahap Pra Operasional:

 Sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun


kemampuan berpikirnya belum secara logis.

 Anak lebih bersikap egosentris.

 Anak lebih cenderung berpikir subjektif dan tidak mampu


melihat objektivitas pandangan orang lain.

 Sukar menerima pandangan orang lain

10
 Tidak mampu membedakan bahwa 2 objek yang sama
memiliki masa, jumlah, atau volume yang tetap meskipun
bentuknya berupbah-ubah.

 Belum mampu berpikir abstrak.

 Anak lebih mudah belajar jika guru menggunakan alat


peraga berupa benda yang konkrit daripada hanya
menggunakan kata-kata.

3. Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun)

Dalam usia 7 hingga 11 tahun anak-anak suadah


mengembangkan pikiran secara logis. Dalam upaya mengerti
tentang alam sekitarnya, mereka tiad terlalu menggantungkan diri
pada informasi yang datang dari panca indra. Anak-anak sudah
mampu berpikir secara konkrit dan bisa menguasai sebuah
pelajaran yang penting.

Anak-anak sering kali mengikuti logika atau penalaran,


tetapi jarang menyadari bahwa logikanya tersebut dapat berbuah
kesalahan. Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah
memahami konsep konservasi (concept of conservacy) yaitu
meskipun benda beruabh bentuknya, namun masa, jumlah, atau
volumenya adalah tetap. Anak juga mampu melakukan observasi,
menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentris
sebelumnya.

Kemampuan berpikir anak pada tahap ini masih berupa


konkrit, mereka belum mampu berpikir abstrak, sehingga mereka
juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat
konkrit. Aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
pengalaman secara langsung sangat efektif dibandingkan
penjelasan guru secara verbal (kata-kata).

11
4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran


dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan
logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi.
Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak,
menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai
berbagai kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old,
Feldman, 2009; 46).

Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir


logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan
proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil
kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu. Penalaran terjadi
dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia
telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-
operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan,
memahami konsep persepsi.

2.3 Teori Kognitif menurut Vygotsky


Teori perkembangan kognitif Vygotsky berkaitan dengan
kemampuan dalam merekonstruksi berbagai hasil pengalaman aktual
hasil perkembangan individu dengan lingkungan di sekitarnya.
Pandangan Vygotsky tentang kognitif berbeda dengan teori-teori
kognitif yang lain, seperti teori kognitif yang dikembangkan oleh Piaget
maupun Bruner.
Sebagian besar para peneliti di bidang kognitif menekankan
penelitiannya pada tujuan perkembanagn kognitif. Dengan demikian,
masalah penelitian mereka berkisar pada masalh-masalah yang berkaitan
dengan “Bagaimanakah mekanisme perkembangan kognitif sejak lahir
sampai usia dewasa?”, “Bagaimana anak mentransformasi setiap tahap

12
perkembangan kognitifnya sehingga dapat mencapai perkembangan
kognitif orang dewasa?”.
Vygotsky berbeda dari ahli kognitif tersebut, karena ia
memandang kognitif dari sudut pandang yang lebih luas. Oleh sebab itu,
penelitian yang dilakukannya tentang perkembangan kognitif bertitik
tolak dari permasalahan yang berkaitan dengan proses perkembangan
intelektual dari lahir sampai meninggal atau proses perkembangan
intelektual sepanjang hayat. Oleh sebab itu, pertanyaan penelitian
Vygotsky adalah “Bagaimanakah manusia mengembangkan proses
psikologis tingkat tinggi sejak lahir sampai meninggal?”.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran teori belajar Vygotsky
adalah salah satu teori belajar sosial yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif. Di dalam model pembelajaran kooperatif
terjadi interaksi sosial yaitu antara peserta didik dengan peserta didik
yang lain dan antara peserta didik dengan guru dalam usaha menemukan
konsep-konsep dan pemecahan masalah.

1. Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky

Dalam membahas teori perkembangan kognitif menurut


Vygotsky, ada beberapa aspek yang perlu ditelaah, yaitu: (a)
kognitif berkembang secara alamiah, (b) interaksi sosial, (c) media
budaya dan internalisasi, dan (d) zone of proximal development
atau ZPD.

a) Kognitif Berkembang Secara Alamiah

Penelitian yang dilakukan oleh Vygotsky tentang perkembangan


kognitif manusia dilakukannya dalam suasana yang memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada subjek penelitiannya untuk
melakukan berbagai kegiatan yang dapat diobservasi. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli
perkembangan kognitif lainnya yang secara ketat mengendalikan

13
prilaku subjek penelitiannya dalam kondisi yang telah dirancang
sebelumnya. Dalam melaksanakan penelitiannya, Vygotsky
menerapkan tiga teknik berikut:

• Teknik pertama, yaitu memberikan berbagai kendala pada


subjek penelitiannya yang dapat dipecahkan dengan pemecahan
masalah biasa, misalnya meminta anak yang menguasai bahasa
asing untuk menyelesaikan tugas kelompok dengan anak yang
tidak menguasai bahasa asing.

• Teknik kedua dilakukan dengan memberikan alat yang dapat


digunakan oleh anak untuk memecahkan masalahnya. Dalam
kondisi yang bervariasi, anak-anak yang berbeda usianya
diharapkan dapat menggunakan alat tersebut dengan berbagai
cara yang berbeda.

• Teknik ketiga dilakukan dengan jalan meminta anak untuk


memecahkan masalah diluar kemampuannya. Dalam fase ini,
Vygotsky menemukan anak mulai mengembagkan
pengetahuan dan keterampilan baru dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.

b) Interaksi Sosial

Tema utama dari teori Vygotsky adalah bahwa interaksi


sosial memegang peranan utama dalam perkembangan kognitif.
Vygotsky mengemukakan bahwa perkembangan fungsi budaya
pada anak terjadi dalam dau fase berikut ini:

• Interaksi sosial yang terjadi pada lingkungan sosial di sekitar


anak. Dalam hal ini, interaksi anak dengan orang-orang yang
berada di sekitarnya, yang disebutnya dengan istilah
interpsychological process.

14
• Interaksi sosial yang terjadi dalam diri anak yang disebutnya
dengan istilah intrapsychological process.

Kedua proses tersebut diatas, melibatkan perhatian, berpikir


logis dan formasi konsep. Oleh sebab itu, semua kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan hasil interaksi antara
pengalaman pengalaman aktual antar individu dengan
lingkungannya.

c) Media Budaya dan Internalisasi

Dalam meneliti hubungan antara perkembangan kognitif dan


interaksi sosial, yang berfungsi sebagai perantara atau mediasi
budaya pada anak, Vygotsky mengemukakan bahwa interaksi
sosial yang berfungsi sebagai perantara budaya berlangsung dalam
komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua atau teman
sebayanya. Melalui proses ini, perkembangan mental tingkat tinggi
berkembang sejalan dengan perkembangan budaya di sekitar anak.

Melalui interaksi sosial tersebut, anak belajar kebiasaan-


kebiasaan dan cara berpikir seperti yang diungkapkannya dalam
bahasa lisan, bahasa tertulis dan simbol-simbol yang mengandung
makna tertentu dalam kebudayaannya. Selanjutnya, anak akan
membangun pengetahuannya yang berkaitan denagn berbagai
pengalaman interaksi sosial yang dialaminya. Proses ini disebut
Vygotsky dengan istilah cultural mediation (media budaya) dan
proses mental yang terjadi didalamya disebut dengan istilah
internalization (internalisasi).

Internalisasi dapat dijelaskan sebagai pemahaman terhadap


knowing how. Misalnya, dengan kemampuannya sendiri anak
menuangkan air ke dalam gelas dengan hati-hatiagar tidak tumpah
adalah hasil dari pemahaman atau proses internalisasi tentang

15
perilaku yang harus dilakuakan pada waktu menuangkan air ke
dalam gelas.

Perilaku ini merupakan hasil interaksi sosial dengan oreng-


orang di sekitarnya dan dalam hal ini terjadi mediasi kultural.
Contoh lain yang dapat dikemukakan tentang pemahaman anak
adalah terhadap arti perkataan yang diungkapkan dengan suara
lembut bererti senang dan ramah, dan perkataan yang
diungkapakan dengan suara kasar berarti marah. Melalui proses
internalisasi atau pemahamannya tentang suara tersebut, anak akan
memberikan yang sesuai seperti tertawa atau tersenyum atau
menangis karena takut dimarahi.

d) Zone of Proximal Development atau ZPD

Aspek terakhir dari teori Vygotsky mengenai perkembangan


kognitif adalah zone of proximal development. Vygoysky
mendefinisikan ZPD sebagai jarak antara kemampuan yang
dikuasai yang tercermin dari kemampuan dalam memecahkan
masalah secara mandiri dan kemampuan yang sedang berkembang
dan membutuhkan pertolongan melalui interaksi sosial, yang dapat
dilihat dari kemampuan anak dalam memecahkan suatu masalah
dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya yang telah
memilikikemampuan tersebut. Vygotsky meyakini bahwa bila
siswa berada dalam area ZPD untuk tugas-yugas belajar tertentu
perlu diberikan bantuan atau scaffolding, tanpa bantuan tersebut
maka siswa akan mendapat berbagai kesulitan dan kurang berhasil
dalm menyelesaikan tugas-tugas belajar tersebut dengan baik.

2.4. Teori Kognitif Menurut Bruner


Perkembangan kognitif menurut Bruner adalah adalah
perkembangan kemampuan berpikir yang berlangsung secara
setahap demi setahap. Perkembangan kemampuan berpikir tersebut

16
memerlukan interaksi anak dengan lingkungannya, yang
disebutnya sebagai interaksi antara kemampuan yang ada di dalam
diri manusia dengan lingkungan di sekitarnya dan berlangsung
dalam waktu yang lama.

Hal ini disebabkan karena proses perkembangan kemampuan


berpikir atau proses perkembangan intelegensi berlangsung sejalan
dengan proses belajar. Dalam kaitannya dalam proses belajar,
pendapat yang paling terkenal yang dikemukakan oleh Bruner
adalah bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif
dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak di
setiap tingkatan perkembangannya.

1. Perkembangan Kognitif menurut Bruner

Melalui penelitiannya tentang evolusi perkembangan


manusia, Bruner menemukan tiga bentuk berpikir manusia yang
membangun kemampuan seseorang dalam memahami dunia di
sekitarnya. Ia mengemukakan bahwa manusia merespons dunia di
sekitarnya melalui gerakan motorik, melalui imajinasi dan persepsi
tentang lingkungannya, dan melalui cara yang mewakili imajinasi
dan persepsinya. Ketiga sisitem berpikir manusia tersebut sebagai:
(a) enactive representation, (b) iconic representation, dan (c)
symbolic representation.

a) Enactive representation

Enactive representaion berkaitan dengan cara yang


digunakan anak dalam dalam membangun kemampuan
kognitifnya atau kemampuan empiriknya melalui pengalaman
nyata. Misalkan, anak akan mengerti nama suatu makanan
apabila makanan tersebut ditunjukkan kepadanya dan
disebutkan namanya. Contoh selanjutnya, anak akan mengerti
posisi benda seperti di atas, di bawah, di samping kiri dan

17
kanan, di muka dan di belakang apabila posisi benda tersebut
ditujukan kepada mereka secara nyata dan disebutkan posisinya
kepada anak.

Sebelum anak mengetahui letak benda tersebut, anak


akan menarik tangan orang tuanya atau kakanya untuk
menunjukan letak benda tersebut.

b) Iconic representation

Iconic represantion berkaitan kemampuan manusia


dalam menyimpan pengalaman empirik dalam ingatannya. Anak
yang telah mencapai kemampuan ini, sudah dapat menyebutkan
nama benda dan peristiwa yang ditampilakan melalui gambar,
atau untuk mengekspresikan pikirannya, anak dapat
menggunakan gambar yang dibuatnya.

c) Symbolic representation

Symbolic representation berkaitan dengan kempuan


manusia dalam memahami konsep dan peristiwa yang disajikan
melalui bahasa. Pernyataaan yang diungkapakan melalui bahasa
mengandung konsep dan karakteristik konsep serta makna yang
berkaitan dengan konsep tersebut. Dalam fase ini, anak telah
mampu berpikir abstrak.

2. Tahapan-Tahapan Proses Belajar

Menrut Bruner, dalam proses belajar peserta didik


menempuh tiga tahap yaitu:

a) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)

Pada tahap ini seorang peserta didik yang sedang belajar


memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang
dipelajari baik secara langsung dari gurunya maupun membaca

18
dari sumber yang ada seperti buku, modul, internet, dan
sebagainya.

b) Tahap transformasi (tahap pengolahan materi)

Selanjutnya pada tahap informasi, informasi yang telah


diperoleh itu dianalisisis, diubah, atau ditransformasikan menjati
bentuk lebih abstrak atau konseptual

c) Tahap evaluasi

Dalam tahap evaluasi, seorang peserta didik menilai


sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah
ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala atau masalah yang dihadapi.

2.5. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam


Pembelajaran AUD
Anak usia dini belajar melalui acive learning, metode yang
digunakan adalah memberikan pertanyaan kepada anak dan
membiarkan berpikir/bertanya pada dirisendiri, sehingga hasil
belajar yang didapat merupakan konstruksi anak tersebut. Karena
anak pada dasarnya memiliki kemampua untuk membangun dan
mengkreasikan pengetahuan sendiri, sehingga sangat penting bagi
anak untuk terlibat langsung dalam proses belajar. Piaget juga
menjelaskan pengalaman belajar anak lebih banyak didapat dengan
cara bermain, melakukan percobaan dengan objek nyata, dan
melalui pengalan konkret. Anak mempunyai kesempatan untuk
mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.

Implikasi perkembangan kognitif dalam proses pembelajaran


yang efektif dapat dilakukan cara sebagai berikut:

1. Aktivitas di dalam proses belajar mengajar hendaknya


ditekankan pada pengembangan struktur kognitif, melalui

19
pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh
pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran
yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung
makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati
perubahan yang terjadi pada lingkungan anak (tumbuh-
tumbuhan, air, binatang). Menggambar, menggunting dan lain-
lain yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar
pengetahuan alam atau matematika dan pengembangan bahasa,
baikbahasa lisan, membaca atau menulis.

2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran


anak. Misalnya memberikan jawaban yang salah untuk
memotivasi anak memikirkan dan menemukan jawaban yang
benar

3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan


berbagai kegiatan yang dapat membangun kemampuan
kognitifnya. Misalnya mengubah objek-objek yang disajikan
secara nyata kedalam bentuk lain misalnya gambar

4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak


untuk berpikir dan mengemukakan pikiranya.

Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode


pembelajaran yang tepat agar pengetahuan yang dibangun oleh
anak dapat terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara
lain:

1. Metode praktik langsung, melalui kegiatan praktik langsung


diharapkan anak akan dapat pengalaman melalui interaksi
langsung dengan objek

2. Metode cerita, anak akan mendapat pengetahua tentang


bagaiman cara menyampaikan pesan pada orang lain agar

20
orang lain mampu memahami pesan-pesan yang ingin
disampaikan

3. Metode tanya jawab, membangun pengetahuan melalui


pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sehingga anak dapat
menjawab dan membuat pertanyaan sesuai informasi yang
ingin diperoleh

4. Metode proyek, memberikan kesempatan kepada nak untuk


melakukan eksplorasi pada lingkungan sekitar sebagai proyek
belajar

5. Metode bermain peran, anak dapat mengembangkan


pengetahuan sosial karena dituntut untuk mempelajari dan
memperagakan peran yang akan dimainkan

6. Metode demonstrasi, menunjukkan atau memperagakan suatu


tahapan kejadian, proses dan peristiwa

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Teori kognitif pada hakikatnya adalah teori yang menjelaskan
hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami
berbagai pengalamannya. Teori ini meyakini bahwa belajar adalah hasil
dari usaha dari individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya
yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang
melibatkan individu secara aktif. Karena melibatkan seluruh
kemampuan mental secara optimal. Hal ini tercermin dari cara berfikir
yang digunakan individu dalam mengahadapi sebuah situasi, dan hal
itulah yang mempengaruhi cara ia belajar.
Dalam teori kognitif proses belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan
dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
bersinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-
pisah, tapi melalui proses yang mengalir, berkesinambungan dan
menyeluruh.

3.2. Saran
Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai
teori Perkembangan Kognitif. Khususnya manfaat dalam pencapaian
aspek perkembangan kognitif. Mudah-mudahan dengan dibuatnya
makalah ini para pembaca dapat mengambil manfaatnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ardy Wiyani, Novan. & Irham, Muhammad. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori
dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Driscoll, P. Marcy. 2005. Psychology of Learning for Instruction. Boston:


Pearson Education, Inc.

Harianto. & Sugiyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jamaris, Martini. 2012. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta:


Ghalia Indonesia.

Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka

Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY press.

Asmawati, luluk.2008. Pengelolahan Kegiatan Pengembngan Anak Usia Dini.


Jakarta: Universitas Terbuka

Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru.


Penerbit: Psikologi Press

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human
Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta. Penerbit
Salemba Humanika.

Sudarma. Paud Berkarakter.2014. Yogyakarta: PT Genius Publisher

Sujiono, Yuliani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Din. Jakarta: PT


Indeks

Suparno, Paul.2001. Teori Perkembangan Kognitif.Yogyakarta: Penerbit


Kanisius

23

Anda mungkin juga menyukai