Disusun oleh :
Nama NIM
1. Kristian Nakalelu (213020206054)
2. Vony Febryanti (213010206004)
3. Marcia Putrinanda (213020206022)
4. Fawwazul Fikra Damanik (213020206024)
5. Mei Vinny Feronika (213010206012)
6. Windea Aprilianti (213020206042)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada kami sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Atas rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Belajar dan Pembelajaran tepat waktu.
Makalah Belajar dan Pembelajaran disusun guna memenuhi tugas dari Ibu
Dr. Desti Haryani, M.Pd. pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Belajar dan Pembelajaran
bagi pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Desti Haryani,
M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami
terkait Belajar dan Pembelajaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul....................................................................................................... 1
Kata Pengantar....................................................................................... 2
Daftar isi................................................................................................. 3
Bab I. Pendahuluan
Daftar Pustaka......................................................................................... 27
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
cara berpikir yang berbeda. Inilah yang mempengaruhi pandangan Piaget
mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak. Kedua, metode klinik
digunakannya untuk mengorek pemikiran anak secara lebih mendalam.
Metode inilah yang dikembangkan Piaget dalam studinya tentang
perkembangan kognitif anak.
6
pesepsi dengan inteligensi seseorang. Atas anjuran Einstein, pada tahun 1940
Piaget meneliti tentang pengertian anak tentang waktu, kecepatan, dan gerak.
Sebagai hasil penelitian tersebut, ia mempublikasikan dua buku, The Child’s
Conception of Time dan The Child’s of Movement and Speed.
7
konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti
kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan
operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori
ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang
bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam
konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan
dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan
sendirinya terhadap lingkungan.
8
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia
empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan
koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
9
logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal
tersebut berhubungan satu sama lain.
10
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan
sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
11
Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan
putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor
biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan
besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan
sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai
tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional
konkret.
12
2. Balok.
3. Tabung.
4. Prisma.
5. Limas.
6. Kerucut.
7. Bola.
Penjelasan;
Anak usia Taman Kanak-Kanak masuk kategori pra-operasional pada
perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu melihat gambar dan
tidak berbentuk penalaran atas pengalamannya sendiri.
13
Melanjutkan pembelajaran di kelas-kelas berikutnya sampai pada
operasi-operasi sederhana yang terdapat pada bangun itu.
Penjelasan;
Sesuai kurikulum pembelajaran tematik bangun ruang ini baru diperkenalkan
di kelas II SD, itu artinya pembelajaran-pembelajaran sebelumnya tentu
masih mengacu pada pra-operasional. Pada pembelajaran selanjutnya di SD
ini sudah memasuki tahap Operasi Konkret sesuai teori perkembangan
kognitif Piaget.
Penjelasan;
Materi bangun ruang di SMP diajarkan di kelas VII semester 2, itu artinya
erat dengan keterstrukturan materi sebelumnya yang menjadi pendukung
dalam pembelajaran materi ini. Anak di usia ini sudah masuk pada tingkat
operasi formal, sesuai tingkat perkembangan kognitif Piaget.
14
Pembelajaran di Perguruan Tinggi.
Di perguruan tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam satu mata
kuliah geometri
Pendalamannya lebih dikaji lagi dalam teori Van Hiele.
Penjelasan;
Materi ini siswa/mahasiswa sudah mengandalkan tahap deduktif, induktif,
hipotesis dan logis. Tetapi tahap perkembangannya tetap berada pada operasi
formal sesuai tingkat kognitif Piaget.
Peta konsep adalah suatu bagan skematis atau ilustrasi grafis untuk
mewakili hubungan yang bermakna antara satu konsep dengan konsep
lainnya sehingga menjelaskan suatu pengertian konseptual seseorang dalam
suatu rangkaian pernyataan.
Peta konsep adalah suatu cara atau strategi untuk menyajikan informasi
dalam bentuk konsep-konsep yang saling terhubung dalam suatu rangkaian.
Peta konsep dikembangkan oleh Novak dan tim pada 1972 pada program
penelitian yang dilaksanakan di Cornell. Peta konsep dibuat untuk mencari
dan memahami perubahan pemahaman dalam ilmu pengetahuan anak-anak.
Peta konsep digunakan untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki
siswa, sehingga dengan bantuan peta konsep dapat menumbuhkan proses
belajar yang lebih bermakna. Peta konsep menggunakan pengingat visual
sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan untuk belajar,
mengorganisasikan dan merencanakan. Peta konsep dapat membangkitkan
ide-ide orisinal dan memicu ingatan dengan mudah jauh lebih mudah
daripada pencatatan secara tradisional (Sugiyanto, 2013).
15
Dalam hal ini, peta konsep merupakan metode mempelajari konsep
yang memudahkan siswa untuk mengembangkan ide karena difokuskan pada
suatu ide utama, kemudian menggunakan koneksi-koneksi pada otak untuk
memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci. Peta konsep diperlukan karena
banyak anak mengalami kesulitan ketika berusaha mengingat kembali apa
yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat atau yang dahulu pernah
diingat.
1. Peta konsep atau pemetaan konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu
bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika, sejarah ekonomi,
geografi, dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep, siswa
"melihat" bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu
lebih bermakna.
2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu
bidang studi, atau suatu bagan dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat
memperlihatkan hubungan hubungan proposisional antara konsep-konsep.
Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara
mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-
konsep, dan dengan demikian hanya memperlihatkan gambar satu dimensi
saja. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang
penting, melainkan juga hubungan antara konsep-konsep itu, seperti
hubungan antara kota-kota dalam peta jalan yang diperlihatkan oleh jalan-
jalan besar, jalan kereta api, dan jalan-jalan lainnya.
16
berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-
konsep yang lain. Misalnya, konsep makhluk hidup lebih inklusif
daripada konsep tumbuhan atau hewan. Jadi dapat kita lihat pada peta
konsep, bahwa konsep yang paling inklusif terdapat pada puncak, lalu
menurun hingga sampai pada konsep-konsep yang lebih khusus atau
contoh-contoh.
4. Ciri keempat peta konsep ialah tentang hierarki. Bila dua atau lebih
konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif
terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep itu.
17
Guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa
waktu pelajaran baru akan dimulai, sedangkan para siswa diharapkan
dapat menunjukan dimana mereka berada atau konsep-konsep apa yang
telah mereka miliki dalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan
menggunakan peta konsep, guru dapat melaksanakan apa yang telah
dikemukakan, sehingga para siswa diharapkan akan terjadi belajar
bermakna.
c. Menghindari miskonsepsi
Dari peta konsep yang dibuat oleh para siswa, ada kalanya ditemukan
miskonsepsi yang terjadi dari dikaitkannya dua konsep atau lebih yang
membentuk proposisinya yang “salah”. Karena miskonsepsi itu terbukti
dapat bertahan dan mengganggu belajar seterusnya, miskonsepsi itu
sedapat mungkin ditiadakan melalui proses perubahan konseptual.
d. Alat evaluasi
Dalam menilai peta konsep yang dibuat oleh para siswa secara ringkas
dikemukakan empat kriteria penilaian, yaitu: 1) kesahihan proposisi; 2)
adanya hierarki; 3) adanya ikatan silang; 4) adanya contoh-contoh
seperti yang telah dikemukakan novak (1985).
18
Contoh peta konsep dalam pembelajaran Matematika
1. Peta Konsep Segi Empat dan Segitiga
19
3. Peta Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
1. Hill
Tindakan mencipta suatu makna dari apa yang sudah dipelajari
seseorang.
2. Shymansky
Aktivitas yang aktif, ketika peserta didik melatih sendiri
pengetahuannya, mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan
merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide baru dengan kerangka
berpikir sendiri.
20
4. Tobin dan Timmons
Pembelajaran berlandaskan pandangan konstruktivisme yang harus
memperhatikan empat hal, yakni pengetahuan awal seseorang, belajar
lewat pengalaman, interaksi sosial, dan tingkat kepahaman.
5. Samsul Hadi
Sebuah upaya membangun tata susunan hidup berbudaya modern.
Langkah teori belajar ini diuraikan ke dalam empat tahap, yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap pertama
Pada tahap ini, guru harus bisa memancing peserta didik tentang suatu
pokok bahasan atau konsep.
2. Tahap kedua
Pada tahap ini, Bapak/Ibu meminta peserta didik untuk mencari solusi
atau menyelidiki konsep yang telah dipaparkan di tahap pertama.
3. Tahap ketiga
Tahap ketiga berisi kegiatan lanjutan dari hasil penyelidikan dan
eksplorasi di tahap kedua. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
memberikan pemaparan tentang konsep yang dirumuskan berdasarkan
pengetahuan yang telah diperolehnya
4. Tahap keempat
Untuk mengoptimalkan ketiga tahap sebelumnya, Bapak/Ibu bisa
mengondisikan suasana belajar di kelas menjadi lebih hangat, santun,
21
dan penuh wibawa. Dengan demikian, Bapak/Ibu bisa mendorong
peserta didik untuk bisa menerapkan pemahaman konseptual yang telah
diperolehnya di kehidupan sehari-hari.
22
g. Setelah itu, minta siswa untuk menyederhanakan penjumlahan tersebut,
sehingga di dapat (2 x 28) + (2 x 15) = 86.
h. Guru memberikan penjelasan tentang arti panjang dan lebar. Sehingga
penyederhanaan penjumlahan tadi bisa diganti menjadi 2P + 2L = K.
i. Penjelasan tersebut dapat dipahami dengan gambar berikut.
Gambar 1
Lapangan Basket Sebagai Representasi Persegipanjang
23
dari pengetahuan yang sudah ada di dalam pikiran siswa (sudah ada kerangka
kognitifnya) ataupun mudah ditangkap siswa (mudah dibangun kerangka
kognitifnya). Namun paling penting dan mendasar, tugas utama seorang guru
adalah menjadi fasilitator sehingga proses pembelajaran di kelasnya dapat
dengan mudah membantu para siswa untuk membentuk (mengonstruksi)
pengetahuan yang baru tersebut ke dalam kerangka kognitifnya. Pembelajaran
di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dimulai dengan mengajukan suatu
masalah di mana ide matematikanya diharapkan dapat muncul dari masalah
tersebut, diikuti dengan siswa mendiskusikan cara memecahkan masalah yang
ada, diikuti dengan menemukan sendiri (guided reinvention) pengetahuan
matematikanya.
Dari dialog guru dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme guru mengajak siswa untuk
mengemukakan pendapat, mencari solusi atau jawaban atas pertanyaan yang
24
diajukan oleh guru sehingga siswa diharapkan dapat mengaplikasikan
pemahaman dan mengkonstruksi sendiri tentang konsep bilangan pangkat n
yaitu 10 pangkat 3 atau 10 3 = 1000 dimana nilai n = 3.
Jadi 10n = …
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peta konsep adalah suatu bagan skematis atau ilustrasi grafis untuk
mewakili hubungan yang bermakna antara satu konsep dengan konsep
lainnya. Peta konsep dibuat untuk mencari dan memahami perubahan
pemahaman dalam ilmu pengetahuan anak-anak. Peta konsep digunakan
untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, sehingga dengan
bantuan peta konsep dapat menumbuhkan proses belajar yang lebih
bermakna.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://www.duniapelajar.com/2010/03/20/teori-perkembangan-kognitif-piaget-
dan-implikasi-dalam-pembelajaran-matematika/. Diakses 12 Maret 2022.
https://www.scribd.com/doc/250091807/IMPLIKASI-TEORI-PIAGET-DALAM-
PEMBELAJARAN-MATEMATIKA-docx. Diakses 12 Maret 2022.
https://mahfudin42.wordpress.com/2012/10/13/teori-belajar-matematika-
konstruktivisme/. Diakses 12 Maret 2022.
http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/jumlahku/article/view/348/254. Diakses 12
Maret 2022.
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-konstruktivisme/.
Diakses pada 12 Maret 2022.
https://mediaindonesia.com/humaniora/440926/yuk-mengenal-apa-itu-peta-
konsep . Diakses pada 12 Maret 2022.
http://lookmanmath.blogspot.com/2017/01/peta-konsep-segiempat-dan-
segitiga.html . Diakses pada 12 Maret 2022.
27