Dosen Pengampu:
Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
berjudul “Teori Kognitif – Jean Piaget” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih atas bantuan para pihak yang berkontribusi
dengan membantu pencarian data untuk makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan. Selain itu, pembuatan makalah juga memiliki tujuan
agar menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maka kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah
semakin lebih baik. Akhir kata, semoga makalah dapat berguna.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2
BAB I.......................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN...................................................................................................... 3
1.3 Tujuan........................................................................................................... 4
BAB II.........................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................5
2. Teori Kognitif................................................................................................... 6
BAB III..................................................................................................................... 15
PENUTUP................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
3
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas psikologi perkembangan
2. Untuk mengetahui biografi singkat Jean Piaget
3. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi teori kognitif
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tahapan
perkembangan menurut Jean Piaget
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Pada tahun 1916 Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana dalam
bidang biologi di universitas Neuchatel. Dua tahun kemudian, pada umur
21 tahun Piaget menyelesaikan disertasi tentang moluska dan memperoleh
doktor filsafat (Suparno, 2006, p. 12). Setelah mempelajari dan tertarik
dengan ilmu biologi, lalu kemudian ia mengalihkan fokusnya ke
perkembangan intelektual (termasuk tahap perkembangan anaknya
sendiri ) dan mulai pengaruh besar pada konsep kognitif dalam
perkembangan kepribadian.
Piaget, ahli biologi yang memperoleh nama sebagai psikolog anak
karena mempelajari perkembangan inteligensi, menghabiskan ribuan jam
mengamati anak yang sedang bermain dan menanyakan mereka tentang
perilaku dan perasaannya. Ia tidak mengembangkan teori sosialisasi yang
komprehensif, tetapi memusatkan perhatian pada bagaimana anak belajar,
berbicara, berfikir, bernalar dan akhirnya membentuk pertimbangan moral.
Bersama dengan istrinya yang bernama Valentine Catenay yang
menikah pada tahun 1923, ia awal mulanya meneliti anaknya sendiri yang
lahir pada tahun 1925, 1927 dan 1931 dan hasil pengamatan tersebut di
publikasikan dalam the origins of inteligence in children dan the
construction of reality in the child pada bab yang membahas tahap
sensorimotor (Loward S & Miriam W. Schuctack, 2006, p. 259).. Dalam
dekade hidup Piaget hingga akhirnya, ia telah menulis lebih dari 60 buku
dan ratusan artikel. Jean Piaget meninggal di Genewa pada tangggal 16
September 1980. Ia adalah salah satu tokoh psikologi penting di abad ke-
20 (Nasaiban, 2006, p. 324).
2. Teori Kognitif
6
selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan.
Dalam psikologi,kognitif mencakup semua bentuk pengenalan
yang meliputi setiap perilaku mental manusia yang berhubungan dengan
masalah pengertian, pemahaman, perhatian, menyangka,
mempertimbangkan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, membayangkan, memperkirakan, berpikir,keyakinan dan
sebagainya (Sutarto, 2017).
Dalam istilah pendidikan, kognitif disefinisikan sebagai satu teori
diantara teori-teori belajar yang memahami bahwa belajar merupakan
pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh
pemahaman (Ibda, 2015).
Dalam teori kognitif, tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan. Perubahan tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh proses
belajar dan berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Teori
belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar (Suryaningrum, 2023).
Teori kognitf pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan
oleh Jean Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain, yang
membicarakan tentang perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan
belajar. Kemudian dilanjutkan oleh Jerome Bruner, David Asubel, Chr.
Von Ehrenfels Koffka, Kohler, Wertheimer dan sebagainya.
Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar melibatkan
prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif,belajar lewat interaksi
sosial dan lewat pengalaman sendiri. Teori belajar kognitif muncul
dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap
penemuan-penemuan para ahl. sebelumnya mengenai belajar, sebagaimana
7
dikemukakan oleh teori Behavior, yang menekankan pada hubungan
stimulus-respons-reinforcement. Munculnya teori kognitif merupakan
wujud nyata dari kritik terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu naïf,
sederhana, tidak masuk akal dan sulit dipertanggungjawabkan secara
psikologis.
Menurut paham kognitif, tingkah laku seseorang tidak hanya
dikontrol oleh reward (ganjaran) dan reinforcement (penguatan).
Tingkahlaku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan
untuk mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkahlaku itu terjadi.
Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan
memperoleh pemahaman atau insight untuk pemecahan masalah. Paham
kognitifis berpandangan bahwa, tingkahlaku seseorang sangat tergantung
pada pemahaman atau insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di
dalam suatu situasi.
Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan.Proses ini tidak berjalan secara terpisah-pisah, tetapi melalui
proses yang mengalir, bersambung-sambung dan menyeluruh.Ibarat
seseorang yang memainkan alat musik, orang tidak akan bisa alat
memainkan musik tanpa memahami terlebih not-not balok yang
terpampang pada portitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri
sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang secara utuh masuk pikiran dan
perasaannya. Dalam praktik, teori ini terwujud dalam “tahap-tahap
perkembangan“ yang diusulkan oleh Jean Piaget, “belajar bermakna”.
Menurut Jean Piaget Jean Piaget mengemukakan bahwa proses belajar
akan terjadi apabila ada aktivitas individu berinteraksi dengan lingkungan
sosial dan lingkungan fisiknya.18 Pertumbuhan dan perkembangan
individu merupakan suatu proses sosial. Individu tidak berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian
dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada di antara
8
individu dengan lingkungan fisiknya. Interaksi Individu dengan orang lain
memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya
terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, individu
yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang
diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Piaget
mengemukakan bahwa, perkembangan kognitif memiliki peran yang
sangat penting dalam proses belajar.
Perkembangan kognitif pada dasarnya merupakan proses mental.
Proses mental tersebut pada hakekatnya merupakan perkembangan
kemampuan penalaran logis (development of ability to respon logically).
Bagi Piaget, berfikir dalam proses mental tersebut jauh lebih penting dari
sekedar mengerti. Semakin bertambah umur seseorang, maka semakin
kompleks susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuan
kognitifnya.
Proses perkembangan mental bersifat universal dalam tahapan yang
umumnya sama, namun dengan berbagai cara ditemukan adanya
perbedaan penampilan kognitif pada tiap kelompok manusia.Sistem
persekolahan dan keadaan sosialekonomi dapat mempengaruhi terjadinya
perbedaan penampilan dan perkembangan kognitif pada individu,
demikian pula dengan budaya, sisitem nilai dan harapan masyarakat
masing-masing.
3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak
A. Faktor Genetik
Seperti pada bentuk fisik, warisan gen dari orangtua juga dapat
memainkan peran penting dalam menentukan bakat kognitif anak
secara alami. Namun, hal ini bukan berarti kemampuan kognitif anak
telah ditentukan secara permanen ketika ia terlahir di dunia ya.
Untungnya, otak merupakan organ yang bisa terus berkembang
apabila diberikan stimulasi dan pembelajaran yang tepat sesuai
9
dengan kelompok usianya. Jadi, gen yang membentuk kemampuan
kognitif si Kecil hanyalah modal awal saja. Selanjutnya
perkembangan kemampuan kognitif anak akan ditentukan oleh
stimulasi yang didapatkan dari lingkungan di sekitarnya.Termasuk
dari cara orangtua mengasuhnya sehari-hari. Oleh karena itu,
pengalaman dan pendidikan positif pada usia dini, terutama 1000 hari
pertama kehidupan, sangat penting untuk proses adaptasi epigenetik
(perubahan dalam ekspresi gen yang terjadi terhadap perubahan
lingkungan, bukan perubahan pada DNA inti sel itu sendiri) yang baik
(Suryaningrum, 2023).
Dengan begitu gen di dalam tubuh si Kecil akan mengeluarkan
instruksi untuk membangun kapasitas kesehatan, kemampuan
kognitif, dan ketangguhan (resilience) si Kecil secara optimal.
B. Stimulasi yang Tepat
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bakat alami saja tidak
cukup untuk membuat kemampuan kognitif anak berkembang secara
optimal.
Si Kecil membutuhkan stimulasi yang tepat agar di masa depan dapat
bersaing dalam berbagai macam kompetisi kehidupan. Apabila tidak
distimulasi, bakat alami yang luar biasa pun perlahan akan mati.
Lantas, seperti apa sih stimulasi yang tepat? Stimulasi yang tepat
haruslah sesuai dengan kelompok usia dan kemampuan si Kecil.
Ketika orang tua memberikan stimulasi yang tidak tepat si Kecil dapat
merasa kewalahan dan kehilangan motivasi untuk mencoba lagi.
Misalkan untuk anak usia 1-3 tahun, stimulasi kognitif dapat diberikan
melalui berbagai kesempatan bermain di lingkungan yang aman
seperti menyusun balok, menyusun puzzle sederhana, finger painting,
bernyanyi bersama, play-pretend, dan masih banyak lagi. Permainan
tersebut akan bantu si Kecil mengembangkan kemampuan berpikir,
berimajinasi, mengingat, merencanakan, memecahkan masalah,
10
mengenali konsep dasar matematika, dan berkomunikasi dengan
orang-orang di sekitarnya.
C. Mindset yang Ditanamkan Orang Tua
Selain stimulasi yang tepat, mindset alias pola pikir yang ditanamkan
pada anak juga akan menjadi salah satu hal yang mempengaruhi
perkembangan kognitifnya. Salah satu contoh pola pikir yang perlu
dimiliki anak adalah growth mindset, yaitu prinsip yang mempercayai
bahwa kesuksesan tidak hanya bergantung pada bakat atau kecerdasan
alami. Anak dengan growth mindset yakin bahwa ia dapat
mengembangkan kecerdasannya melalui kerja keras, strategi yang
baik, dan dedikasi tanpa kenal menyerah.
Anak yang memiliki pola pikir ini dapat bertahan saat menghadapi
tantangan dan justru melihat tantangan sebagai kesempatan untuk
belajar dan berkembang sehingga ia dapat memaksimalkan potensi
yang dimiliki.
D. Sistem Imun Tubuh
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif
anak sangat dipengaruhi oleh saluran pencernaan dan sistem imunitas.
Daya tahan tubuh yang kuat akan meningkatkan perkembangan sistem
kognitif yang optimal.Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi
Imunologi, dr. Molly Dumakuri Oktarina, SpA(K) memaparkan
bahwa gangguan pada imunitas anak seperti demam, batuk, pilek
(ISPA) dapat berefek panjang hingga dapat mengganggu
perkembangan anak, termasuk motivasinya untuk belajar. Salah satu
cara yang dapat orang tua lakukan untuk mendukung sistem imun
yang kuat pada si Kecil adalah dengan menerapkan pola hidup sehat.
Pastikan si Kecil mendapatkan waktu tidur yang cukup, bergerak
secara aktif minimal 60 menit sehari, mendapatkan sinar matahari, dan
mengonsumsi makanan yang sehat seperti prebiotik FOS:GOS dan
asam lemak esensial omega-3, omega-6, dan DHA.
11
E. Kesehatan Sistem Pencernaan
Tahukah bahwa sistem pencernaan disebut sebagai otak kedua?
Sistem pencernaan ternyata memiliki sel-sel saraf yang “dapat
berkomunikasi” secara langsung dengan otak. Oleh karena itu, apabila
sistem pencernaan anak mengalami gangguan, ia dapat mengirimkan
sinyal “negatif” kepada otak. Dan ketika terjadi secara berkelanjutan,
hal ini dapat menghambat proses perkembangan kognitif anak. Di
sini, tugas orang tua adalah membantu si Kecil untuk memiliki sistem
pencernaan yang sehat. Salah satu caranya adalah dengan memberikan
asupan makanan kaya probiotik dan prebiotik dengan takaran yang
memadai. Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, dr.
Molly Dumakuri Oktarina, SpA(K) memaparkan bahwa prebiotik
FOS:GOS memiliki peran untuk menunjang pertumbuhan probiotik
seperti Bifidobacteria. Orang tua perlu memahami terkait penyediaan
nutrisi yang baik dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kesehatan sistem imunitas anak. Daya tahan tubuh yang kuat akan
meningkatkan perkembangan sistem kognitif yang optimal.
F. Kecukupan Asupan Nutrisi Harian
Bukan hanya dari stimulasi saja, namun Si Kecil perlu mendapatkan
asupan nutrisi yang memadai dan seimbang agar otaknya berkembang
dan bekerja secara optimal. Pemenuhan nutrisi ini bukan hanya
dilakukan ketika si Kecil sudah terlahir di dunia.. Pemenuhan nutrisi
ini perlu diberikan sejak si Kecil masih dalam kandungan. Pasalnya,
pada 1000 hari pertama kehidupan si Kecil (sejak masa konsepsi
kehamilan hingga anak usia 2 tahun) perkembangan otak sedang
terjadi sangat pesat. Jauh lebih cepat daripada fase kehidupan lainnya.
Oleh karena itu, apabila pada periode usia ini si Kecil kekurangan
asupan nutrisi esensial, perkembangan kognitif dan pertumbuhan
fisiknya dapat terganggu. Akibatnya si Kecil mengalami gagal
tumbuh. Agar pertumbuhan otak si Kecil berjalan dengan optimal,
12
sipengandung perlu mengkonsumsi asam folat 3 bulan sejak masa
perencanaan kehamilan.
13
Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7
hingga 11 tahun, dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang
terorganisir dan rasional.
Piaget menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam
perkembangan kognitif anak, karena menandai awal pemikiran logis.
Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan (Zuhri,
Juni 2022). pemikiran atau pemikiran logis, tapi hanya bisa
menerapkan logika pada objek fisik.
Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas,
volume, orientasi).
Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis, mereka
belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
D. Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)
Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget
dimulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.
Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan
untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya,
tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret.
Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir
kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil
dari tindakan tertentu.
14
BAB III
PENUTUP
Piaget juga mulai belajar tentang moluska dan menerbitkan seri karangannya
tentang moluska, karena karangan yang bagus, pada umur 15 tahun ia ditawari
suatu kedudukan sebagai kurator moluska di museum ilmu pengetahuan alam di
Geneva. Semua hal tersebut membuat Piaget mulai tertarik pada bidang
epistimologi, suatu cabang filsafat mempelajari soal pengetahuan, apa itu
pengetahuan dan bagaimana itu pengetahuan diperoleh. Setelah mempelajari dan
tertarik dengan ilmu biologi, lalu kemudian ia mengalihkan fokusnya ke
perkembangan intelektual (termasuk tahap perkembangan anaknya sendiri ) dan
mulai pengaruh besar pada konsep kognitif dalam perkembangan kepribadian.
Piaget, ahli biologi yang memperoleh nama sebagai psikolog anak karena
mempelajari perkembangan inteligensi, menghabiskan ribuan jam mengamati
anak yang sedang bermain dan menanyakan mereka tentang perilaku dan
perasaannya.Bersama dengan istrinya yang bernama Valentine Catenay yang
menikah pada tahun 1923, ia awal mulanya meneliti anaknya sendiri yang lahir
pada tahun 1925, 1927 dan 1931 dan hasil pengamatan tersebut di publikasikan
dalam the origins of inteligence in children dan the construction of reality in the
child pada bab yang membahas tahap sensorimotor.
15
aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori belajar
kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar. Teori kognitf pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy,
dilanjutkan oleh Jean Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain, yang
membicarakan tentang perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan belajar.
Menurut Jean Piaget, Jean Piaget mengemukakan bahwa proses belajar akan
terjadi apabila ada aktivitas individu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya.18 Pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan
suatu proses sosial.
a) Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah mainan itu hilang
begitu saja
b) Tahap praoperasional (Usia 2-7 Tahun) Tahap ini dimulai sekitar 2
tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun.
16
c) Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun) Perkembangan kognitif
anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan
ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan
rasional.
d) Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas) Perkembangan
kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar
usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Fadli, R. (2023, september 08). 4 tahap perkembangan kognitif anak sesuai teori
piaget. Retrieved from halodoc.com: https://www.halodoc.com/artikel/4-
tahap-perkembangan-kognitif-anak-sesuai-teori-piaget
Loward S, F., & Miriam W. Schuctack. (2006). Kepribadian Teori Klasik dan Riset
Modern. Jakarta: Erlangga.
18
19