Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget”


Mata kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Dosen pengampu : Dian Novita Rohmatin, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. Nanda Nisaul Maghfiroh (2420006)


2. Fitria Alfiatus Sa’adah (2420014)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillahirobbil alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita


ucapkan. Atas karunia-nya berupa nikmat iman dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perkembangan Kognitif Menurut Piaget” tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Dian Novita Rohmatin, M.Pd.
pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi yang membacanya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Novita
Rohmatin, M.Pd. selaku dosen mata kuliah “Perkembangan Peserta Didik” yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang
studi yang kami tekuni. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan dalam
rangka penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Selasa, 25 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II. PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Jean Piaget

B. Teori Perkembangan Jean Piaget

C. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Jean Piaget

D. Kritikan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget...............................................


E. Penerapan Teori Jean Piaget Untuk Pendidikan Anak...........................................

BAB III. PENUTUPAN

A. KESIMPULAN.....................................................................................................
B. SARAN.................................................................................................................
C. HASIL DISKUSI..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum
kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis),
sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori
behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang
diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang
kepada dirinya.
Secara sederhana, kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk berfikir
lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Dengan demikian dapat dipahami perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaiman cara individu mempelajari
dan memikirkan lingkungan.

Jean Piaget adalah seorang ilmuawan yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan sudut
pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan aliran
konstructive (constructivism). Teori perkembangan Piaget adalah salah satu teori yang
menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek-objek yang
terjadi disekitar anak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa latar belakang Jean Piaget?
2. Bagaimana teori perkembangan Jean Piaget?
3. Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan kognitif Jean Piaget?
4. Bagaimana kritikan terhadap teori perkembangan kognitif Jean Piaget?
5. Bagaimana penerapan teori Jean Piaget dalam Pendidikan anak?

C. TUJUAN
1. Mengetahui latar belakang Jean Piaget
2. Mengetahui teori perkembangan kognitif Jean Piaget.
3. Mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Jean Piaget.
4. Mengetahui kritikan terhadap teori perkembangan kognitif Jean Piaget
5. Mengetahui penerapan teori Jean Piaget dalam Pendidikan anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Jean Piaget

Jean Piaget (1896-1980) adalah


seorang ilmuawan yang dilahirkan di
Neuchatel, Swiss. Piaget merupakan
anak yang jenius, artikel pertamanya
terbit pada usia 12 tahun. pada usia 18
tahun meraih gelar sarjana dan
mendapatkan gelar doktor pada usia 21.
Piaget adalah seorang ahli dibidang
biologi dan tertarik pada pola cara pikir
anak-anak. Pada tahun 1940, Ia menjadi
ketua Experimental Psikologi, direktur

laboratorium psikologi, dan presiden Masyarakat Swiss Psikologi ini. Pada tahun
1942, ia memberikan serangkaian kuliah di College de France, selama pendudukan
Nazi di Perancis.
Piaget juga menerima sejumlah gelar kehormatan. Ia menerima salah satu dari
Sorbonne pada tahun 1946, University of Brussels dan Universitas Brasil pada tahun
1949. Pada tahun 1949 dan 1950, ia menerbitkan sintesis nya, “Pengantar
Epistemologi Genetika”
Pada tahun 1952, ia menjadi profesor di Sorbonne. Pada tahun 1955, dia
menciptakan International Center for Genetic Epistemologi, di mana ia menjabat
sebagai direktur hingga sisa hidupnya. Pada tahun 1956, dia menciptakan Sekolah
Ilmu di Universitas Jenewa. Demikian juga, ia melanjutkan pelayanan publik melalui
UNESCO sebagai delegasi Swiss.
Menjelang akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan banyak
ratusan artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16 September 1980. Jean Piaget dikenal
sebagai salah satu psikolog yang paling signifikan abad kedua puluh.

B. Teori Perkembangan Jean Piaget

Piaget merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat menjelaskan
fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan sudut pandang yang
disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan aliran konstructive
(constructivism)

Aliran structural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat pandanganya tentang
intelegensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai
oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari
pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif
melalui interaksi dengan dunia di sekitarnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
mempunyai empat aspek, yaitu :

1. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak


memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka
kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi
secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan
yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar
sendiri.

2. Pengalaman

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru,
tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan
kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

3. Interaksi Sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik


dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
4. Ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari
individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan
perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara
terpadu dan tersusun baik.

Semua organisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan untuk beradaptasi


(menyesuaikan diri) dengan lingkunganya. Cara individu beradaptasi berbeda bagi
setiap individu. Adaptasi terjadi dalam atau melalui suatu proses, yaitu asimilasi dan
akomodasi.
1. Asimilasi

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang


sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh anak-anak telah mengenali
ciri-ciri yang terdapat pada burung seperti bersayap dan dapat terbang. Pemahaman
baru ini akan dapat diterima dan akan masuk ke dalam skema baru anak-anak. Pada
saat anak-anak melihat seekor burung merpati yang masih memenuhi ciri-ciri tersebut,
pemahaman ini akan ditambahkan ke skema burung.

2. Akomodasi
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru.
Sebagai contoh anak-anak yang memahami skema burung tadi menjumpai ayam yang
bersayap. Dalam skemanya menyerupai kelompok keluarga burung tetapi tidak
terbang. Dengan pengalaman baru ini anak-anak perlu mengakomodaikan pemahaman
yang ada kedalam skema yang baru bahwa semua burung pada umumnya dapat
terbang tetapi ada pengecualian fakta karena ada burung yang tidak dapat terbang.
Dalam perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Proses ini disebut dengan ekuilibrium, yaitu pengaruh diri secara mekanisme
yang diperlukan untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi
adalah proses bergerak dari keadan disekuilibrium ke ekuilibrium. Ekuilibrasi membuat
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema)..Apabila
terjadi keseimbangan maka seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan baru dengan
asimilasi dan akomodasi. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan
belajar. Konsep ini menjelaskan tentang perlunya pendidik memilih dan menyesuaikan
materi pembelajaran yang berbijak dari ide dasar yang diketahui oleh anak, untuk kemudian
dikembangkan dengan stimulasi lebih luas, misalnya dalam bentuk pertanyaan sehingga
kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks
(Asmawati, 2008:1.23)

C. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Piaget menjabat sebagai profesor psikologi di Universitas Geneva dari 1929
hingga 1980 dan ia paling terkenal karena menyusun kembali teori perkembangan
kognitif ke dalam serangkaian tahap, memperluas karya sebelumnya dari James Mark
Baldwin, Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama
serta berkembang semakin canggih seiring pertambahan usia. 4 periode utama tersebut
meliputi: periode sensori-motor (usia 0-2 tahun), periode pra-oprasional (usia 2-7
tahun), periode oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), periode operasional formal (usia
11 tahun sampai ke atas ).

1. Periode Sensori motor (Usia 0–2 Tahun)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik
(gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Bayi memberikan reaksi
motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks misalnya
refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi
gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24). Ia hanya
dapat mengetahui hal-hal yang di tangkap dengan indranya.
2. Periode Pra-operasional (Usia 2–7 Tahun)
Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangaun
kemampuanya dalam menyusun pikiranya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada
fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase pra-oprasional dapat
dibagi menjadi 3 subfase, yaitu subfase berpikir secara simbolis, subfase berfikir
secara egoisentris dan subfase berpikir secara intuitif.

3. Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun)

Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek
dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup
matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat
ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan
mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.

4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun keatas)

Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak
diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak,
menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan
(dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika
masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal
berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas
dari apa yang diamati saat itu.

D. Kritikan Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Estimasi kompetensi anak. Beberapa kemampuan kognitif muncul lebih awal
ketimbang yang diyakini Piaget. Misalnya pada aspek objek permanence, anak usia 2
tahun dalam beberapa konteks tertentu bersifat non-egosentris. Ketika mereka
menyadari bahwa orang lain tidak melihat suatu objek, mereka meneliti apakah orang
itu buta atau sedang mengarahkan perhatian pada tempat yang lain.
Konservasi angka telah muncul sejak usia 3 tahun, sementara Piaget berpendapat
bahwa kemampuan ini baru muncul pada usia 7 tahun. Kemampuan kognitif lain
dapat muncul lebih lambat ketimbang yang diangap Piaget. Banyak remaja masih
berpikir dalam tahap opersional konkret atau baru saja akan menguasai opersional
formal. Bahkan banyak orang dewasa bukan pemikir operasional formal.
Piaget juga memandang bahwa tahap perkembangan kognitif sebagai struktur
pemikiran yang seragam. Akan tetapi beberapa konsep operasional konkret tidak
muncul secara sinkron atau serempak. Para teoritisi developmental kontemporer
sepakat bahwa perkembangan kognitif anak tidak bertahap seperti yang diyakini oleh
Piaget.
Kritikan juga mengarah pada pandangan Piaget tentang “melatih anak untuk
menalar pada level yang lebih tinggi”. Beberapa anak yang pada tahap perkembangan
kognitif (seperti pra-opersional) dapat dilatih untuk menalar seperti tahap kognitif
yang lebih tinggi (misalnya opersional konkret). Ini menimbulkan problem pada
Piaget. Dia mengatakan bahwa pelatihan seperti itu tidak efektif dan dangkal, kecuali
si anak berada dalam titik transisi kedewasaan antara tahapan tersebut.

E. Penerapan Teori Jean Piaget Untuk Pendidikan Anak


a. Gunakan pendekatan konstruktivis. Murid lebih baik diajari untuk membuat
penemuan, memikirkannya dan mendiskusikannya. Bukan dengan diajari
menyalin apa-apa yang dikatakan atau dilakukan guru.
b. Fasilitasi mereka untuk belajar. Guru yang efektif harus merancang situasi yang
membuat murid belajar dengan bertindak (learning by doing). Situasi seperti ini
akan meningkatkan pemikiran dan penemuan murid. Guru mendengar, mengamati
dan mengajukan pertanyaan kepada murid agar mereka mendapatkan pemahaman,
c. yang lebih baik. Ajukan pertanyaan yang relevan untuk merangsang agar mereka
berpikir, dan mintalah mereka untuk menjelaskan jawaban mereka.
d. Pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak. Murid tidak datang ke
sekolah dengan pemikiran yang kosong, mereka punya banyak gagasan tentang
dunia fisik dan alam. Mereka memiliki konsep tentang ruang, waktu, kuantitas
dan kausalitas. Guru harus menginterpretasikan apa yang dikatakan murid dan,
e. merespons dengan memberikan wacana yang sesuai dengan tingkat pemikiran
murid.
f. Gunakan penilaian terus menerus.
g. Tingkatkan kemampuan intelektual murid. Pembelajaran anak harus berjalan
secara alamiah. Anak tidak boleh didesak dan ditekan untuk lebih berprestasi
banyak di awal perkembangan mereka sebelum mereka siap.
h. Jadikan ruang kelas menjadi ruang eksplorasi dan penemuan. Guru harus
mendorong interaksi antar murid selama pelajaran sebab sudut pandang murid
yang berbeda dapat menambah kemajuan berpikir mereka.

BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang
diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri.
Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep
Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada
prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan kognitif manusia.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekeliruan
dan kesalahan dalam hal penulisan dan penyusunannya masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menantikan saran dan kritikan yang sifatnya
membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya, dan kami juga mengharapkan
mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
C. HASIL DISKUSI
PERTANYAAN
1. Saya Fenti Ismatu Rizki (2420003) mau bertanya, di dalam makalah jelaskan
bahwa dalam menerapkan teori kognitif menurut piaget untuk Pendidikan
anak yakni dengan mengajukan pertanyaan lalu dia yg menjawab dan
menjelaskan jawaban mereka..Nah, sebagai pengajar atau pendidik,
bagaimana cara kita menghadapi siswa atau siswi yang kurang percaya diri,
karena seperti yg kita ketahui bahwa percaya diri merupakan aspek penting
pada diri seseorang.

2. Saya Bunga Nia Efendi 2420007 izin bertanya


Mengapa menurut jean piaget untuk perkembangan teori ini Aspek
kematangan lebih dulu dari pada pengalaman?

3. Saya Nuril Hikmatul Laili 2420010 ingin bertanya, Yang dimaksud


pendekatan konstruktivis?
JAWABAN
1. Pemateri : Cara menghadapi murid yang kurang percaya diri dapat
dilakukan dengan berbagai cara salah satunya memberikan motivasi kepada
murid karena itu sangat penting dalam proses menumbuhkan rasa percaya
diri yang mereka miliki, bisa juga dengan meningkatkan semangat belajar
murid, dan pengejar tidak boleh mendiskriminasikan anak yang lemah
( berpikir lamban).
Tambahan :
Bunga :
Bisa juga di lakukan dengan sering-sering berkomunikasi dengan anak
tersebut
Pemateri :
Iyaa benar itu juga termasuk pendekatan yang baik kepada muridnya agar
muridnya juga lebih percaya diri terhadap guru tersebut.
Fani :
Bisa juga kita tidak membeda bedakan dengan siswa lain karena apabila
kita membeda bedakan anak tersebut semakin membuat dia kurang percaya
diri dan tidak yakin dengan kemampuannya.
Bu Dosen :
Berupaya memberikan respon yg baik ketika siswa melakukan sesuatu hal
yang baik (pujian),tidak harus dengan kata² bisa juga dengan tepuk tangan,
tambahan nilai, wajah/mimik yang menyatakan ada kepuasan dengan guru
atas apa yang dilakukan murid tersebut, dan lain² sebagainya. Karena atas
respon yang baik dari guru maka rasa percaya diri itu akan muncul dengan
sendirinya. Namun ketika siswa tersebut melakukan suatu kesalahan maka
guru tersebut berkah memberikan hukuman tetapi bukan hukuman fisik
melainkan hukuman yang mendidik seperti diberi tambahan tugas, di
hukum melakukan presentasi di depan kelas, dengan harapan hukuman
tersebut membuat murid tersebut jera dan tidak akan melakukan hal
tersebut lagi.
Seorang guru juga harus dapat melihat siapa saja potensi² yang kurang
ketika di kelas dalam bentuk percaya dirinya, dan masalah tersebut bisa d
atasi dengan memberikan kesempatan lebih dalam berbicara atau
menyampaikan pendapatan murid tersebut.

2. Pemateri : Karena menurut jean piaget kematangan yang dimaksud d sini


adalah kematangan sistem syaraf, yang digunakan untuk perkembangan
pola pikir anak, sedangkan kalau kurang hal itu, maka akan membatasi
secara luas prestasi anak secara kognitif.
Tambahan :
Bunga :
Membatasi secara luas prestasi anak itu bagaimana ya?
Pemateri :
Pembatasan yang dimaksud disini adalah pola pikir yang kurang sebab
sitem syaraf yang belum matang atau belom stabil.
Fenti :
Apakah anak yg normal bisa mengalami keterlambatan sistem syaraf?
Pemateri :
Anak yang normal d sini mksdnya bagaimana Enggeh, karna yang
dimaksud d sini adalah kematangan dari sistem syaraf nya
Afifah :
Iya saya setuju, menambahkan sedikit, kematangan dalam hal ini
kematangan dari dalam diri seseorang (maturity).
Kalau dari dalam dirinya belom matang akibat saat menerima suatu
masukan atau tambahan pembelajaran nantinya tidak seimbang atau tidak
cocok.
Bu Dosen :
Kematangan menurut teori perkembangan kognitif jean piaget adalah
kematangan dari sistem syaraf (sensori motorik untuk anak usia 0-2 tahun).
Dalam Prose belajar, kita di utamakan ketika dalam membaca adalah
membaca dengan makna , artinya membaca , memahami dan juga
mamperhatiakn lingkungan sekitar ,karena cara belajar yang kita pelajari
saat ini adalah cara belajar bersosialisasi, cara kita untuk mengetahui, cara
belajar dan bagaimana belajar yang baik dan benar, apakah hal tersebut
cocok dengan keadaan lingkungan apa tidak. Sebab yang kita pelajaran
adalah perkembangan kognitif yang artinya perkembangan pola pikiran,
jadi kenapa kematangan lebih dulu dari pada pengalaman, karena belajar
nya manusia yang dimulai dari usia 1 hari yang pertama dilakukan
semuanya bergantung pada sistem syaraf yang ada dalam tubuh masing²
setiap individu.

3. Pemateri : Pendekatan Konstruktivis adalah pendekatan pembelajaran


yang bersifat generatif yaitu tindakan menciptakan sesuatu dari apa yang
dipelajari. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang
sudah ada bukan malah menyalin ciptakan orang lain.

contoh pembelajaran konstruktivis :


Pemateri : yaitu misal mahasiswa diajak oleh dosennya untuk mengamati
dan mecari tahu bagaimana rumus yang tepat digunakan dalam
penyelesaian tersebut, kemudian hal itu didiskusikan secara bersama.
Pemateri : Guru memberikan suatu rumus kemudian membuktikan nya
apakah rumus tersebut benar atau tidak , seperti contoh pembuktian dalam
matematika ( induksi matematika )
Dina :siswa diajak oleh guru untuk mengamati dan mecari tahu sendiri
tentang sebuah permasalahan melalui alam, laboratorium, perpustakaan,
teman sebaya, koran dan internet.
Tambahan :
Bu Dosen :
Kontruktivisme
Kontruktivis sendiri adalah membangun pengetahuannya sendiri
Contoh pembelajaran tak kontruktivis : guru memberikan rumus
matematika secara langsung , pembelajaran kontruktifis : kita mengajak
untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan cara mengajak anak
bagaimana cara menemukan volume balok, limas, kubus dan lain lain, serta
mengajak untuk mengotak atik darimana angka ini didapatkan.
Jadi kontruktivisme itu siswa tidak langsung diberikan rumus tetapi diajak
bagaimana mencari rumus tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12592598/makalah_perkembangan_kognitif_Jean_Piaget?
auto=download

https://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget

Dosen Pengampu Ibu Dian Rohmatin, M.Pd. 1223(04maret2021)

Hurlock, Elizabeth. B. (1978).Child Development, Sixth Edition. New York :


Mc.Graw Hill, Inc

Herdina indrijati M.Psi. Perkembangan dan pendidikan masa prenatal:mendidik anak


sejak dalam kandungan melalui stimulasi prenatal. 2017

Anda mungkin juga menyukai