Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF (JEAN PIAGET)


Dosen Pengampu : Dr. Yulian Nurani, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 4 :

Aliyah Ayu Marwa (1107620285)


Dina Septiana (1107620263)
Muhamad Nuralif (1107620056)
Muhammad Ar Raffi (1107620257)
Rizka Novalin (1107620264)
Silmi Hazimatusyahidah (1107620288)
Thalita Shelley (1107620282)
Tria Tansa Audina (1107620297)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021

1 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Perkembangan
Kognitif (Jean Piaget)” dapat selesai tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Dr. Yuliani Nuraini, M.Pd pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Perkembangan
Kognitif oleh Jean Piaget. Tentunya hal tersebut sangat bermanfaat bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca makalah ini agar makalah ini nantinya akan menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Maka dari itu, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yuliani Nuraini, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan ilmu pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Jakarta, 19 April 2021

Kelompok 4

2 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 5
A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 6
A. Sejarah dan Profil Jean Piaget ................................................................................................. 6
1. Profil Jean Piaget ........................................................................................................................ 6
2. Sejarah Jean Piaget.................................................................................................................... 6
B. Pemikiran dan Konsep Teori Jean Piaget.......................................................................... 7
1. Asal Mula Perkembangan Teori Kognitif ...................................................................... 7
2. Konsep Perkembangan Teori Kognitif ........................................................................... 8
3. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget ................................................................... 9
4. Tahap – Tahap Perkembangan Anak............................................................................. 10
5. Tahap Perkembangan Intelektual .................................................................................. 12
6. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam
Pengajaran ........................................................................................................................................... 12
C. Implikasi Teori Perkembangan dan Belajar ................................................................. 12
a) Implikasi Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini ....................................................... 13
b) Implikasi Dalam Pembelajaran Anak pada jenjang Sekolah Dasar .............. 13
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan...................................................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................................................... 15
1. Guru................................................................................................................................................. 15
2. Peneliti .......................................................................................................................................... 15
3. Mahasiswa ................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 16

3 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


4 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori adalah model atau kerangka pikiran yang menjelaskan telah terbuktinya
suatu kebenaran. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan
menguasai suatu kejadian tertentu. Sering sekali, teori dipandang sebagai suatu model
atas kenyataan. Teori juga merupakan seperangkat azas-azas yang tertentu tentang
kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata.
Perkembangan kognitif merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir lebih
kompleks dalam melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Menurut Jean Piaget,
pada tahap anak-anak usia sekolah dasar aktivitas mental anak terfokus pada objek-
objek yang nyata atau berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Kemampuan kognitif
anak sekolah dasar dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya persepsi, atensi dan
memori.
Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang terhadap suatu objek dan
keadaan objektif dengan bantuan indra. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil
dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi, atau data yang
senantiasa mengitarinya. Dalam proses ini, otak manusia yang diberi informasi tidak
merespon secara otomatis. Sebaliknya informasi harus melewati serangkaian proses
kognitif yang melibatkan dimensi kepribadiannya. Sehingga jika berkaitan dengan
pendidikan, pendidik harus memahami gejala persepsi, agar peserta didik mampu
memahami informasi dengan mudah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah teori Piaget?
2. Seperti apa profil tokoh Jean Piaget?
3. Apa Penjelasan Piaget Mengenai Kognitif Anak?
4. Apa Implikasi Teori Piaget?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah Teori Piaget.
2. Untuk memahami penjelasan Piaget mengenai kognitif anak.
3. Untuk mengetahui implikasi Teori Piaget.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
- Menambah wawasan tentang konsep dan teori perkembangan kognitif oleh
Jean Piaget.
- Menambah referensi bagi pemakalah pada mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik.
2. Bagi Guru
- Memberi kemudahan kepada guru dalam kegiatan pembelajaran tertata
dengan teori pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

5 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Profil Jean Piaget


1. Profil Jean Piaget
Jean Piaget adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan
Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori
perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah
juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan".
Jean Piaget ini lahir pada tanggal 9 Agustus 1896 di Nauchatel Swiss
dan Beliau wafat pada tanggal 16 September 1980 di Jenewa Swiss. Beliau ini
sering dikenal sebgai Konstruktivisme, History Of Pcychology, Genetic
Epistemology, dan lain sebagainya. Adapun Beliau pernah sekolah di
University of Nauchatel pada tahun 1918 dan Di Universitas Zurich. Beliau
memili beberapa orang anak yaitu Jacqueline Piaget, Lucienne Piaget, dan
Laurent Piaget.
2. Sejarah Jean Piaget
Piaget dilahirkan di Neuchâtel di wilayah Swiss yang berbahasa Prancis.
Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad
Pertengahan di Universitas Neuchâtel. Piaget adalah seorang anak yang terlalu
cepat menjadi matang, yang mengembangkan minatnya dalam biologi dan
dunia pengetahuan alam, khususnya tentang moluska (kerang-kerangan), dan
bahkan menerbitkan sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Malah,
kariernya yang panjang dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia
11 tahun, dengan diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang
burung gereja albino. Sepanjang kariernya, Piaget menulis lebih dari 60 buah
buku dan ratusan artikel.
Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah dari Universitas
Neuchâtel, dan juga belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama masa ini, ia
menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya
pada saat itu, tetapi yang belakangan ditolaknya karena dianggapnya sebagai
karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran
pemikiran psikologi yang berkembang pada saat itu, juga dapat dicatat mulai
muncul pada periode ini.
Belakangan ia pindah dari Swiss ke Grange-aux-Belles, Prancis, dan di
sana ia mengajar di sekolah untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred
Binet, pengembang tes intelegensia Binet. Ketika ia menolong menandai
beberapa contoh dari tes-tes intelegensia inilah Piaget memperhatikan bahwa
anak-anak kecil terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk
pertanyaan-pertanyaan tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada
jawaban-jawaban yang keliru itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak
yang kecil itu terus-menerus membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang
tidak dilakukan oleh anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini
menyebabkan Piaget mengajukan teori bahwa pemikiran atau proses kognitif
anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya berbeda dengan orang-orang dewasa.
(Belakangan, ia mengajukan teori global tentang tahap-tahap perkembangan
yang menyatakan bahwa setiap orang memperlihatkan pola-pola kognisi umum
yang khas dalam setiap tahap perkembangannya.) Pada 1921, Piaget kembali ke
Swiss sebagai direktur Institut Rousseau di Jenewa.

6 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


Pada 1923, ia menikah dengan Valentine Châtenay, salah seorang
mahasiswinya. Pasangan ini memperoleh tiga orang anak, yang dipelajari oleh
Piaget sejak masa bayinya. Pada 1929, Jean Piaget menerima jabatan sebagai
Direktur Biro Pendidikan Internasional, yan tetap dipegangnya hingga 1968.
Setiap tahun, ia menyusun "Pidato Direktur"nya untuk Dewan BPI itu dan untuk
Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum, dan di dalamnya ia secara
eksplisit mengungkapkan keyakinan pendidikannya.

B. Pemikiran dan Konsep Teori Jean Piaget


1. Asal Mula Perkembangan Teori Kognitif
Watson sebagai seorang tokoh behavioris menyatakan bahwa psikologi
harus menyingkirkan segala referensi yang berkaitan dengan kesadaran.
Kesadaran tidak dapat diamati secara langsung, karena itu ada yang menyatakan
bahwa psikologi Watson adalah psikologi tanpa psyche. Perlu dikemukakan
bahwa aliran behaviorisme memang cukup kuat dan cukup lama mengusai
pandangan para ahli di Amerika Serikat. Posisi kepemimpinan pada kebanyakan
universitas dan organisasi profesi, the power, the authority, the money dikuasai
oleh para ahli yang berpandangan behavioristik (Baars dalam Schultz dan
Schultz, 1992).
Lalu, timbul gerakan untuk kembali ke pandangan yang membicarakan
kesadaran dan introspeksi sebagai metode penelitian. Dalam tahun 1979 “The
American Psychologist” mempublikasikan artikel yang berjudul “Behaviorism
and the Mind: A Call for a Return to Introspection” (Liberman dalam Schultz
dan Schultz, 1992). Beberapa bulan kemudian muncul suatu artikel tentang
“Consciousness” dalam majalah yang sama. Sementara itu ahli ada yang
kembali ke pandangan mengenai kesadaran sebagai hal yang dibicarakan dalam
psikologi dan introspeksi sebagai metode penelitiannya, maka semula manusia
dipandang hanya sebagai mesin yang ditentukan oleh stimulus luar kembali ke
posisi memanusiakan manusia, manusia tidak hanya sebagai mesin. Keadaan
tersebut mendorong berkembangnya psikologi kognitif, yang memandang
psikologi sebagai suatu ilmu tentang perilaku dan proses mental (The Science
of Behavior and Mental Processes).
Menurut Hearnshaw (dalam Schultz dan Schultz, 1992) psikologi
kognitif merupakan baik psikologi yang terbaru maupun yang terlama dalam
sejarah mengenai hal yang dibicarakan. Demikian Wundt dapat dipandang
sebagai forerunner dari psikologi kognitif, karena Wundt menekankan pada
Creative activity dari mind. Strukturalisme dan fungsionalisme juga bicara soal
kesadaran dan introspeksi. Langkah kembali ke kesadaran sebagai permulaan
dari psikologi kognitif, dapat dilacak kembali sekitar tahun 1950. Guthrie ia
seorang behavioris, tetapi pada akhir dalam kehidupannya ia mengemukakan
pendapat bahwa respons itu meaningsful. Psikologi itu membicarakan tentang
proses mental atau proses kesadaran.
Tolman, ia seorang behavioris atau purposive behaviorism (Schultz dan
Schultz, 1992). Namun, Tolman juga ada yang menyebutkan sebagai seorang
kognitif (Hergenhahn, 1976). Ia menggunakan istilah-istilah atau pengertian-
pengertian yang berkaitan dengan kognitif, ia tidak setuju digunakannya
molecular behavior, tetapi ia menggunakan molar behavior. Molar behavior
adalah berkaitan dengan pandangan Gestalt yang bercorak kognitif. Tolman
juga mengajukan pengertian mengenai cognitive map dalam belajar, telah
memberikan pengertian yang berkaitan dengan psikologi kognitif. Karena itu

7 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


Hergenhahn (1976) memasukkan Tolman dalam kelompok yang berpandangan
kognitif. Dari kedua tokoh tersebut sekalipun mereka adalah behavioris, namun
rupanya tidak mengikuti jejak Watson dengan sempurna, karena mempunyai
pemikiran lain yang mengarah kepada pembentukan psikologi kognitif.
2. Konsep Perkembangan Teori Kognitif
Terdapat tiga konsep yang digunakan oleh Piaget dalam
mendeskripsikan proseskognitif anak terbentuk yaitu asimilasi (assimilation),
akomodasi (accommodation), dan ekuilibrium (equilibrium). Mendeskripsikan
aspek-aspek yang terlibat dalam proses terbentuknya kognitif pada anak yaitu :
a) Skema (schemes)
Skema (schemes) merupakan tindakan atau representasi mental yang
mengatur pengetahuan. Skema-skema berkembang didalam otak anak
didasarkan pada pengalaman yang diperoleh anak. Skema yang berkembang
pada anak meliputi skema yang berkaitan dengan aktivitas fisik (physical
activity) atau skema perilaku (behavior scheme) dan skema yang berkaitan
dengan aktivitas kognitif (cognitive activity) atau skema mental (mental
scheme).
b) Asimiliasi (assimilation)
Asimiliasi (assimilation) yaitu menempatkan informasi kedalam skema
atau kategori yang sudah ada. konsep asimilasi ini memberikan penjelasan
yang mudah dipahami untuk mendeskripsikan bagaimana anak
mengkonstruk pengetahuannya. Melalui asimilasi ini skema anak yang
memiliki kategori yang sama akan terus berkembang kearah yang lebih
kompleks. Misalnya jika seorang anak telah memiliki skema untuk anjing,
kemudian dia melihat ada jenis anjing yang berbeda maka bisa ia masukan
informasi tersebut pada skema untuk anjing. Skema-skema ini akan terus
berkembang dan semakin kompleks apabila anak terus secara aktif
mengeksplorasi lingkungannya. Informasi yang diperoleh anak dari hasil
eksplorasi akan memperkaya struktur kognitif pada skema anak
c) Akomodasi (accommodation)
Akomodasi (accommodation), Apabila dalam proses asimiliasi tidak
ditemukan skema yang cocok untuk menempatkan informasi baru yang
diperoleh anak maka akan muncul skema baru dalam otak anak untuk
mengakomodasi informasi tersebut. Misalnya pada waktu anak berinterkasi
dengan lingkungan ada satu objek yang dilihatnya dan objek tersebut belum
diketahui sebelumnya atau hal baru, maka dia akan membetuk skema baru
dalam otaknya untuk mengakomodasi informasi baru tersebut.
d) Ekuilibrium (equilibrium)
Ekuilibrium (equilibrium) merupakan mekanisme yang diusulkan
Piaget untuk menjelaskan bagamana anak-anak bergeser dari satu tahap
berpikir ketahap berpikir berikutnya. Pergeseran ini terjadi saat anak-anak
mengalami konflik kognitif, atau disekuilibrium dalam mencoba memahami
lingkungannya.
Proses kognitif sangatlah kompleks tidak sesederhana yang dijelaskan
diatas, namun demikian penjelasan diatas dapat memberikan informasi yang
bermanfaat tentang bagaimana sebenarnya proses kognitif tersebut bekerja pada
diri seseorang. Piaget menjelaskan perkembangan pemikiran logis anak-anak
hingga orang dewasa. Terdapat enam asumsi dasar mengenai perkembangan
kognitif anak-anak yang Piaget kemukakan (Ormrod, 2008), diantaranya :

8 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


a) Anak adalah pembelajar yang aktif dan berkemauan kuat. Bahwa anak
secara alami tertarik untuk belajar dan berusaha mencari sendiri bahan
belajarnya dari lingkungan.
b) Anak membangun pengetahuan melalui pengalaman. Menurut Piaget, anak-
anak mampu membangun keyakinan dan pemahaman berdasar pengalaman,
sehingga teori Piaget disebut teori konstruktivisme.
c) Anak belajar melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi
adalah respon terhadap obyek atau peristiwa dengan menggunakan cara
yang sudah dimiliki sebelumnya. Sedangkan akomodasi adalah kemampuan
anak untuk memodifikasi skema yang telah ada atau membentuk rancangan
baru.
d) Interaksi anak dengan lingkungan fisik - sosial penting bagi perkembangan
kognitif. Kegiatan yang menstimulasi aktivitas fisik seperti bermain tanah,
pengamatan terhadap daun, atau percobaan menggunakan air, menurut
Piaget adalah elemen penting bagi pertumbuhan kognitif. Selain interaksi
anak dengan lingkungan fisik, interaksi dengan lingkungan sosial juga
memberi kontribusi bagi perkembangan kognitif. Melalui diskusi, anak
dapat memodifikasi keyakinan mereka mengenai sesuatu hal.
e) Proses ekuilibrasi mendorong kemajuan pemikiran yang semakin kompleks.
Ekulibrasi adalah proses pergerakan dari kondisi ekuilibrium (seimbang,
yaitu anak-anak mengubah, mengorganisasi ulang masalah yang dihadapi,
mengintegrasi skema secara lebih baik) ke kondisi disekuilibrium
(ketidaknyamanan mental karena hal yang tidak sesuai pemahaman awal
anak) hingga pada akhirnya kembali ke kondisi ekuilibrium (memahami dan
merespon peristiwa yang sebelumnya dianggap membingungkan).
f) Perubahan kematangan di otak membuat kualitas berpikir anak-anak
menjadi berbeda pada usia yang berbeda. Menurut Piaget, otak berubah
secara signifikan dan berdampak pada proses berpikir yang semakin
kompleks. Perubahan neurologis yang utama terjadi di usia 2-7 tahun, lalu
dilanjutkan di tahap anak-anak hingga remaja/masa pubertas. Perubahan
pada periode tersebut memungkinkan munculnya kemampuan baru dan
pemikiran yang semakin canggih. Empat faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif seseorang yaitu pengalaman, kematangan berpikir,
transmisi sosial dan keseimbangan internal /ekuilibrasi. Kematangan anak
sangat dipengaruhi oleh usia yang merupakan faktor internal, sedangkan
ketiga hal lainnya adalah faktor eksternal. Piaget membagi tahapan
perkembangan berdasarkan rentang usia rata- rata. Dari keempat hal
tersebut menunjukkan peran internal dan eksternal dari diri seseorang dalam
membentuk struktur mental. Anak yang pada awalnya masih berpikir
subyektif terhadap yang diamati, berubah menjadi lebih obyektif. Aktivitas
mental tersebut disebut Piaget sebagai scheme atau pola berpikir.
3. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia
meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai
1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Ia menyatakan
bahwa cara berfikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan
orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif.
Teori Piaget sering disebut genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena
teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa

9 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis
(keturunan).
Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana
manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan
informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan
kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial.
Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang
terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk
menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan
interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
4. Tahap – Tahap Perkembangan Anak
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama
yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
a) Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun) Menurut Piaget, bayi lahir dengan
sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan
tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat
periode. Tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial / persepsi penting dalam enam sub-tahapan :
1) Sub-tahapan skema refleks (Muncul saat lahir sampai usia enam
minggu dan berhubungan terutama dengan refleks).
2) Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer (Dari usia enam minggu
sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan).
3) Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder (Muncul antara usia 4-
9 bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan).
4) Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder (Muncul saat
usia 9-12 bulan,saat berkembangnya kemampuan untuk melihat
objek sebagai sesuatu yang permanen).
5) Sub tahapan fase reaksi sirkulartersier (Muncul dalam usia 12-
18 bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan).
6) Sub-tahapan awal representasi simbolik (Berhubungan terutama
dengan tahapan awal kreativitas).
b) Periode praoperasional (usia 2-7 tahun) Menurut Piaget, tahapan pra-
operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua
sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-
benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini,
mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami
tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama
lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di
sekitarnya. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu
ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya
berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda.
c) Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun) Tahapan ini adalah
tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai

10 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit
adalah :
1) Pengurutan – kemampuan untuk mengurutan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda
berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
2) Klasifikasi – kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke
dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan
logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup
dan berperasaan)
3) Decentering – anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek
dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai
contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
4) Reversibility – anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-
benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk
itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5) Konservasi – memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
bendabenda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh,
bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak,
mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang
ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain.
6) Penghilangan sifat Egosentrisme – kemampuan untuk melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang
tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka
di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada
di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
d) Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa) Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini,
seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.
Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih,
namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis,
tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan

11 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.
5. Tahap Perkembangan Intelektual
Semua manusia melalui setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang
berbeda, jadi mungkin saja seorang anak yang berumur 6 tahun berada pada
tingkat. Namun urutan perkembangan intelektual sama untuk semua anak,
struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari
tingkat-tingkat berikutnya. Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat dria dan
gerak , artinya dalam peringkat ini, anak hanya mampu melakukan pengenalan
lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya. Pada tingkat ini,
anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal
diluar dirinya. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan
menggunakan tanda –tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini
bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis.
6. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget dalam
Pengajaran
a) Memberikan peluang kepada peserta didik agar bisa belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.
b) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa, oleh
karena itu dalam mengajar, guru hendaknya menggunakan Bahasa yang
sesuai dengan kemampuan cara berpikir anak (peserta didik).
c) Bahan yang dipelajari hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d) Peserta didik akan lebih baik (mudah belajar) apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik, artinya guru harus membantu agar peserta
didik dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
e) Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak
sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru
harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
jawaban tersebut.
f) Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali
dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran.
Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi
penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya
sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
g) Tidak menekankan pada praktek – praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.

C. Implikasi Teori Perkembangan dan Belajar


Pengaplikasiannya di dalam belajar dan perkembangan kognitif bergantung
pada akomodasi. Kepada individu diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia
dapat belajar, karena ia tak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak
dapat menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini individu akan
mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan
mempermudah pertumbuhan kognitif. Secara terinci dibawah ini adalah penerapan teori
Piaget terhadap pendidikan di kelas :

12 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


1. Karena cara berpikir anak itu berbeda-beda dan kurang logis di banding dengan
orang dewasa, maka guru harus dapat mengerti cara berpikir anak, bukan
sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.
2. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Arrtinya disini adalah
agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak
meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus
yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan
masalah sendiri.
3. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya
ketika anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah yang
lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali agar
tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi sebaliknya
menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah, dan diberi
pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah yang tepat
untuk untuk menanggulanginya.
4. Guru dapat menemukan menemukan dan menetapkan tujun pembelajaran
materi pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu. Jadi, secara singkat
dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek,
yaitu structure, content dan function. Anak yang sedang mengalami
perkembangan, struktur dan konten intelektualnya berubah / berkembang.
Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian
perkembangan ; masing-masing . mempunyai struktur psikologi khusus yang
menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah
sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.
a) Implikasi Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini
Pandangan Vygotsky terhadap pendidikan adalah pendidikan
memegang peranan penting dalam membantu anak mempelajari alat-
alat budaya. Teori-teori pendidikan Vygotsky mempunyai dua implikasi
utama teori pembelajarannya, yaitu :
1) Menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa
dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efekif dalam
masing-masing.
2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam
menekankan scaffolding. Interaktif social yaitu interaksi
antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru
dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan
masalah.
3) Teman sebaya juga berpengaruh pada perkembangan
kognitif anak. Satu anak bisa lebih efektif
membimbing anak lainnya melewati ZPD karena
mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa
dengan mudah.
b) Implikasi Dalam Pembelajaran Anak pada jenjang Sekolah Dasar
Pada konteks pendidikan anak berada pada level kelas 5 dan 6.
Pada usia sebelas tahun atau kelas 5 SD. Di fase ini pula sudah dapat
diterapkan model pembelajaran yang terpusat pada siswa atau student
center, model pembelajaran inkuiri adalah salah satunya yang dapat
diterapkan. Pada level kemampuan berfikir anak di usia ini metode
belajar yang dapat digunakan bukan hanya metode kooperatif atau

13 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


inkuiri saja, namun sudah mampu diterapkan pembelajaran
konstruktivisme. Karena anak sudah memiliki kemampuan untuk
membentuk pertimbangan terhadap suatu kondisi juga menentukan
pilihan dengan dasar ilmiah.

14 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Kognitif Menurut Jean Pieget, Ia menyatakan bahwa cara
berfikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena
kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Piaget mengemukakan
penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di
sekitar mereka. Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata
sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya.
Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini.
Dengan kata lain, hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah
yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan
batasan pengalaman anak. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di
akomodasi oleh struktur kognitif anak. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang
dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang
sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu secara
mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
B. Saran
1. Guru
Seorang guru sebaiknya lebih kreatif dan aktif dalam melakukan
kegiatan supaya lebih bermakna dan menarik keinginan anak untuk ikut aktif
dalam mengikuti kegiatan. Guru dapat menggunakan media permainan ular
tangga sebagai salah satu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan kognitif
anak.
2. Peneliti
Bagi teman-teman peneliti lain penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan peneliti akan kegiatan dalam pembelajaran salah satu
berhitung dan diharapkan dapat memberikan manfaat dan sebagai kajian dalam
penulisan karya ilmiah untuk diri sendiri maupun orang lain.
3. Mahasiswa
Sebagai seorang mahasiswa harus ikut adil atau aktif dalam membantu
dalam memahami dan meningkatkan perkembangan kognitif anak.

15 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Evita dkk. Tanpa Tahun. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:


Universitas Negeri Jakarta.
Faizah, Ulifa Rahma, dan Yuliezar Perwira Dara. 2017. Psikologi Pendidikan
(Aplikasi Teori di Indonesia). Malang: Universitas Brawijaya Press.
Hasanuddin. 2017. Biospskilogi Pembelajara (Teori dan Aplikasi). Aceh:
Universitas Syiah Kuala Uni Press.
Kalat, Jame. W. 2011. Introduction to Psychology. Belmont: Linda Schreiber.
Khadijah. 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana
Publishing.
Soetjiningsih, Chriatiana Hari. 2011. Perkembangan Anak. Depok: Prenada
media Grup.
Sutisna, Icam, dan Sri Wahyuningsi Laiya. 2020. Metode Pengembangan
Kognitif Anak Usia Dini. Gorontalo: UNG Press Gorontalo.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI

16 | Teori Perkembangan Kognitif – Jean Piaget

Anda mungkin juga menyukai