Anda di halaman 1dari 24

KONSEP DASAR TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran PAUD


Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sri Sumarni, M.Pd
Lia Dwi Ayu Pagarwati, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Ayu Nadina Zilfa Safitri (06141181924013)


2. Maharani (06141181924006)
3. Mifta Hurrahmah (06141281924066)
4. Mufida Ulfa (06141281924078)
5. Mutiara Salsabillah (06141281924023)
6. Nurul Hidayah (06141281924069)
7. Rizkyka Nur Annisa (06141381924046)
8. Rusnita Irawan Safitri (06141181924007)
9. Sri Ramadani. Ar (06141181924003)
10. Vina Amalia (06141281924032)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT. Karena atas karunia
dan rahmat kesehatan yang telah diberikannya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “KONSEP DASAR TEORI BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN”. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, para sahabat dan pengikut-
pengikutnya sampai akhir zaman.

Adapun maksud kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi syarat
penilaian dalam mata kuliah Inovasi Pembelajaran PAUD. Penulisan makalah ini kami
banyak sekali mendapat saran, dukungan dan bimbingan dari semua pihak.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik isi maupun cara penulisannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Indralaya, 15 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Teori Kognitivisme ....................................................................... 3
B. Teori Behaviorisme....................................................................... 8
C. Teori Humanistik .......................................................................... 11
D. Teori Belajar Pemerosesan Informasi............................................ 16
E. Teori Konstruktivisme .................................................................. 18
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 20
A. Kesimpulan .................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Teori merupakan suatu model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan sesuatu yang telah terbukti kebenarannya. Manusia
membentuk teori agar mudah untuk meramalkan, menjelaskan, dan
menguasai suatu kejadian yang tertentu. Teori sering dipandang sebagai
suatu model atas kenyataan. Teori merupakan seperangkat azas-azas
tertentu tentang kejadian yang tertentu dalam dunia nyata.
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu
secara sadar untuk mencapai suatu perubahan dari yang tidak tahu menjadi
tahu, dari yang tidak memiliki sikap menjadi benar, dari yang tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memperoleh pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun,
bagaimana melibatkan suatu individu secara aktif untuk membuat ataupun
merevisi hasil belajar yang telah diterimanya menjadi suatu pengalamaan
yang bermanfaat bagi individu. Pembelajaran merupakan suatu sistem
yang membantu individu belajar dan dapat berinteraksi dengan sumber
belajar dan lingkungannya.
Teori belajar merupakan suatu landasan atas terjadinya suatu
proses belajar yang dapat membentuk kondisi untuk belajar. Teori belajar
ini dapat didefenisikan sebagai suatu integrasi prinsip yang dapat
merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu,
dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi para guru
dalam menerapkan model-model pembelajaran yang akan dilakukan.

B. Rumusan masalah
1) Apa yang dimaksud teori belajar kognitivisme?
2) Apa yang dimaksud teori belajar behaviorisme?
3) Apa yang dimaksud teori belajar humanisme?
4) Apa yang dimaksud teori belajar konstruktivisme?

1
5) Apa yang dimaksud teori belajar pemrosesan informasi?

C. Tujuan.
1) Untuk mengetahui teori belajar kognitivisme.
2) Untuk mengetahui teori belajar behaviorisme.
3) Untuk mengetahui teori belajar humanism.
4) Untuk mengetahui teori belajar konstruktivisme.
5) Untuk mengetahui teori belajar pemrosesan informasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori kognitivisme
1. Pengertian Teori Kognitivisme

Menurut Given (2002) dalam Ni'amah & Hafidzulloh, S.M (2021)


mengemukakan bahwa Teori Kognitivisme merupakan teori yang menekankan
pada usaha yang melibatkan mental diri manusia disebabkan adanya proses
interaksi dengan lingkungannya sehingga mendapatkan suatu pengetahuan,
pemahaman, nilai sikap atau tingkah laku, dan keterampilan.

Menurut Gredler (2011:321) dalam Karya ( 2017) teori kognitivisme


berfokus pada terbentuknya pemikiran manusia pada suatu peringkat tertinggi,
serta mendeskripsikan peristiwa dan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai
peringkat tersebut. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan.

Menurut Muhaimin, dkk. (2012: 199) dalam Nurhadi, (2020: 82-83)


Teori kognitivisme mempercayai bahwa belajar merupakan pengorganisasian
unsur-unsur kognitif dan persepsi untuk mendapatkan pemahaman dan pengetian.
Perilaku individu ditetapkan oleh persepsi dan pemahamannya. Sebaliknya
keadaan yang berkaitan dengan tujuan dan perubahan perilaku ditentukan oleh
proses berpikir internal yng terjadi dalam proses belajar. Teori ini memfokuskan
pada ide atau gagasan bahwa bagian dari keadaan yang terjadi dalam proses
belajar saling berkaitan secara menyeluruh. Sehingga keseluruhan keadaan itu
terbagi menjadi bagian-bagian kecil dan mempelajarinya secara terpisah, sama
halnya dengan kehilangan sesuatu.

Dapat disimpulkan bahwa teori Kognitivisme merupakan teori yang


menekankan pada usaha yang melibatkan mental diri manusia disebabkan oleh
proses interaksi dengan lingkungannya sehingga memperoleh suatu pengetahuan,
pemahaman maupun persepsi yang dilakukan secara berkesinambungan.

3
2. Tokoh-Tokoh Kognitivisme
a. Jean Piaget

Menurut Rasyidin & Nasution dalam Sutarto (2017), Jean Piaget


mengemukakan bahwa proses belajar akan terjadi apabila ada aktivitas individu
berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan dan
perkembangan individu merupakan suatu proses sosial. Individu tidak berinteraksi
dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian
dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada di antara individu
dengan lingkungan fisiknya. Interaksi Individu dengan orang lain memainkan
peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui
pertukaran ide-ide dengan orang lain, individu yang tadinya memiliki pandangan
subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi
obyektif. Piaget mengemukakan bahwa, perkembangan kognitif memiliki peran
yang sangat penting dalam proses belajar. Perkembangan kognitif pada dasarnya
merupakan proses mental. Proses mental tersebut pada hakekatnya merupakan
perkembangan kemampuan penalaran logis

Menurut Piaget, pengetahuan dibentuk oleh individu melalui interaksi


secara terus menerus dengan lingkungan. Ada empat tahap perkembangan kognitif
menurut Piaget, yaitu :

1) Tahap Sensorimotor (0-2) Tahun

Individu memahami sesuatu atau tentang dunia dengan mengkoordinasikan


pengalaman-pengalaman sensoris, (seperti melihat, dan mendengar) dan dengan
tindakan-tindakan motorik fisik. Dengan kata lain, pada usia ini individu dalam
memahami sesuatu yang berada di luar dirinya melalui gerakan, suara atau
tindakan yang dapat diamati atau dirasakan oleh alat inderanya. Selanjutnya
sedikit demi sedikit individu mengembangkan kemampuannya untuk
membedakan dirinya dengan benda-benda lain.

4
2) Tahap Pra-operasional Usia (2-7) Tahun

Individu mulai melukiskan dunia melalui tingkah laku dan kata-kata. Tetapi
belum mampu untuk melakukan operasi, yaitu melakukan tindakan mental yang di
internalisasikan atau melakukan tindakan mental terhadap apa yang dilakukan
sebelumnya secara fisik. Pada usia ini individu mulai memiliki kecakapan motorik
untuk melakukan sesuatu dari apa yang dilihat dan didengar, tetapi belum mampu
memahami secara mental (makna atau hakekat) terhadap apa yang dilakukannya
tersebut.

3) Tahap Operasional Konkret Usia (7-11) Tahun

Individu mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang


bersifat konkret. Individu sudah dapat membedakan benda yang sama dalam
kondisi yang berbeda.

4) Tahap operasional formal Usia 11 Tahun Ke Atas

Sementara Salvin menjelaskan bahwa pada operasional formal terjadi pada


usia 11 sampai dewasa awal. Pada masa ini individu mulai memasuki dunia
“kemungkinan” dari dunia yang sebenarnya atau individu mengalami
perkembangan penalaran abstrak. Individu dapat berpikir secara abstrak, lebih
logis dan idealis.

b. J. S Brunner

Menurut Pidarta dalam Sutarto (2017) Teori kognisi J. S Brunner


menekankan pada cara individu mengorganisasikan apa yang telah dialami dan
dipelajari, sehingga individu mampu menemukan dan mengembangkan sendiri
konsep, teori-teori dan prinsip-prinsip melalui contoh-contoh yang dijumpai
dalam kehidupannya. Untuk meningkatkan proses belajar, menurut Bruner
diperlukan lingkungan yang dinamakan “discovery learnig envoirment” atau
lingkungan yang mendukung individu untuk melakukan eksplorasi dan
penemuan-penemuan baru. Bruner menyatakan, belajar merupakan suatu proses
aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar
informasi yang diberikan kepada dirinya.

5
Menurut Bruner, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:

1) Fase Pra-operasional Usia (5-6) Tahun (Masa Pra Sekolah)

Pada taraf ini individu belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas
antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Pada taraf ini
kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat
terbatas.

2) Fase Operasional Kongkrit

Pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam menghadapi
suatu masalah individu hanya dapat memecahkan masalah yang langsung
dihadapinya secara nyata. Individu belum mampu memecahkan masalah yang
tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami
sebelumnya.

3) Fase Operasional Formal

pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan
hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya
sebelumnya. Tahap ini disebut juga dengan tahap simbolik, seseorang telah
mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

c. Ausubel

Ausubel seorang psikologis kognitif, ia mengemukakan bahwa yang perlu


diperhatikan seorang guru ialah strategi mengajarnya. Contoh pelajaran berhitung
bisa menjadi tidak berhasil jika siswa hanya disuruh menghafal formula-formula
tanpa mengetahui arti formula-formula itu. Sebaliknya bisa lebih bermakna jika
murid diajari fungsi dan arti dari formula-formula tersebut. Menurut Ausubel,
belajar dapat di kasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama,
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa,
melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua, menyangkut cara bagaimana

6
siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang ada. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar bermakna, yaitu struktur
kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan. Semakin bagus dan stabil
struktur kognitif serta semakin jelas pengetahuan atau informasi baru masuk ke
dalam struktur kognitif, maka akan semakin mudah terjadinya proses belajar
bermakna, begitu juga sebaliknya.

d. Robert M. Gagne

Menurut Hariyanto dalam Ni'amah & Hafidzulloh (2021) Teori kognitif


Robert M. Gagne adalah perpaduan antara konsep behaviorisme dan kognitivisme
dalam proses pembelajaran. Belajar bagi Gagne adalah proses mendapatkan
pengetahuan dari hasil olah informasi di dalam otak manusia. Artinya, dalam
kegiatan belajar terjadi proses penerimaan informasi oleh otak untuk diolah
sehingga menghasilkan output suatu pengetahuan. Untuk mengolah informasi di
dalam otak manusia, terdapat proses di antaranya, pertama dimulai dari reseptor
atau alat indera yang menerima stimulus dari luar lingkungan dan mengubahnya
menjadi rangsangan saraf, sehingga memberikan gambar informasi yang
diterimanya; kedua, sensory register (penampungan kesan sensori) yang berada di
syaraf pusat, berfungsi untuk menampung kesan-kesan sensori dan menyeleksinya
sehingga terbentuk persepsi selektif; ketiga, short-term memory (memori jangka
pendek) menampung hasil pengolahan perseptual dan menyimpannya.

3. Implikasi Teori Belajar Kognitivisme Dalam Pembelajaran

Menurut Idris (2009) dalam Novelti (2021) Implikasi teori belajar kognitif
dalam pembelajaran, di antaranya guru harus memahami bahwa siswa bukan
sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Kepekaan orang tua,
guru, serta masyarakat sekitar sangat membantu dalam mendeteksi hambatan
belajar anak, sehingga anak dapat memperoleh penanganan dari tenaga
profesional sedini dan seoptimal mungkin. Sebagai seorang pendidik kita harus
menyadari bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan penyampaian informasi
kepada peserta didik. Informasi tersebut diolah oleh alat-alat kognisi yang dimiliki
oleh peserta didik. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran harus memberi

7
ruang yang bebas dan luas kepada siswanya untuk mengembangkan kualitas
intelektualnya.

Pada dasarnya proses pembelajaran adalah suatu sistem, artinya keberhasilan


proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh salah satu faktor saja, tetapi
lebih ditentukan secara simultan dan komprehensif dari berbagai faktor yang ada.
Pendekatan perilaku kognitif merupakan salah satu bentuk konseling yang
bertujuan membantu konseli agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh
pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan
cara memodifikasi pola pikir dan perilaku. Keterlibatan siswa secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran amat penting karena hanya dengan mengaktifkan siswa
maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan serta pengalaman dapat terjadi
dengan baik. Selain itu, seorang guru juga harus mampu memahami dan
memperhatikan perbedaan individual anak. Karena hal ini merupakan faktor
penentu keberhasilan dalam pembelajaran.

B. Teori Behaviorisme
1. Pengertian Teori Behaviorisme

Teori Behaviorisme adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.


Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah
laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik
.(Amalia & Fadholi, 2019)

Teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil


dari pengalaman (Maziatul, 2018).

Menurut teori behaviorisme, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat


dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan
respon.(Anam S & Dwiyogo, 2019)

8
2. Tokoh-tokoh Behaviorisme
a. Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990)

Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi


melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu,
karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi
antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang
diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensikonsekuensi inilah
yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu,
dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan
antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut.

b. Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan


respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera atau
suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat. Sedangkan respon adalah
reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan (akibat adanya rangsangan).

c. Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)

Guthrie menegaskan bahwa kombinasi stimulus yang muncul bersamaan


dengan satu gerakan tertentu, sehingga belajar adalah konsekuensi dari asosiasi
antara stimulus dan respon tertentu. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi
karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan
tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi
hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon
yang baru

9
3. Prinsip-Prinsip Belajar Behaviorisme

Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk waktu yang


lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan untuk mencegah perilaku
yang tidak diinginkan. (Asfar, 2019)

a. Stimulus dan Respons

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat
peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya.
Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan
oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.

b. Penguatan

Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut


penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan
akan memperlemah perilaku disebut dengan hukuman (punishment).

Menurut (Anam S & Dwiyogo, 2019) kelebihan dan kekurangan teori


behaviorisme, kelebihannya sebagai berikut :

1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi


dan kondisi belajar.
2) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid
dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru
ditanyakan pada guru yang bersangkutan.
3) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan mendapatkan
pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.
4) Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi
dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
ketrampilan tertentu mampu menghasilakan suatu prilaku yang
konsisten terhadap bidang tertentu.

10
Kekurangan teori behaviorisme:

1) Sebuah konsekwensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam


bentuk yang sudah siap.
2) Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
3) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa di dengar dan di pandang sebagai cara belajar
yang efektif.
4) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap sebagai metode yang paling efektif
untuk menertibkan siswa.
5) Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan oleh guru.

C. Teori Humanistik
1. Pengertian Teori Belajar Humanistik

Secara garis besar pengertian teori belajar humanistik adalah sebagai


kegiatan jasmani dan rohani dalam rangka memaksimalkan proses perkembangan.
Sedangkan secara sempit belajar diartikan sebagai upaya penguasaan khazanah
ilmu pengetahuan sebagai rangkaian pembentukan kepribadian secara utuh.
Pertumbuhan fisik tidak memberikan perkembangan perilaku. Perubahan atau
perkembangan hanya disebabkan oleh proses belajar seperti perubahan kebiasaan,
berbagai kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Dalam pandangan humanis, manusia memiliki kendali atas apa yang


dilakukannya berupa sikap, perilaku dan kepribadian, sedangkan dalam proses
pembelajaran, pembelajaran bertujuan untuk memanusiakan manusia,
keberhasilan belajar ditandai ketika siswa mengenali diri dan lingkungannya
dengan baik. Siswa dihadapkan pada target untuk mencapai tingkat aktualisasi diri
yang semaksimal mungkin. Teori humanistik berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang siswa dan bukan dari sudut pandang pengamat.

11
Dalam menerapkan teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran,
pendidik hendaknya membimbing siswa untuk berpikir secara induktif,
mengutamakan praktik dan menekankan pentingnya partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Hal ini dapat diterapkan dengan cara diskusi agar siswa mampu
mengungkapkan pemikirannya di depan khalayak. Pendidik mengajak peserta
didik untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami dan berpikir
kritis. Proses belajar menurut pandangan humanistik adalah perkembangan
kepribadian, spiritualitas, perkembangan perilaku dan mampu memahami
fenomena yang ada di masyarakat. Tanda keberhasilan penerapan aplikasi ini
adalah siswa merasa nyaman dan bersemangat dalam proses pembelajaran dan
terjadi perubahan positif dalam berpikir, berperilaku dan pengendalian diri.

2. Tokoh Teori Belajar Humanistik

a. Abraham Maslow

Tokoh yang terkenal dengan teori humanistik ini lahir pada tahun 1908 di
Brookin, New York, berasal dari keluarga imigran Rusia Yahudi. Ia memiliki
kecerdasan otak yang luar biasa dengan IQ 195 sehingga ia memiliki tingkat rasa
ingin tahu yang sangat tinggi. Sejak kecil Maslow telah bekerja sebagai pengantar
surat kabar dan juga bekerja untuk perusahaan keluarganya selama liburan musim
panas.

Saat dewasa, Maslow mulai mengagumi karya-karya para filosof (Yunalis,


2019:89). Maslow mengkritik psikologi behaviorisme Gestalt dan Freud, yang
berasumsi bahwa melalui praktik seseorang dapat dibentuk menjadi apa saja.
Teori ini memandang individu hanya sebagai korban pasif dari pengaruh
lingkungan. Artinya, individu tidak lagi dianggap sebagai robot mainan yang
dapat diprogram menjadi apa saja.

Teori Humanistik Maslow dalam pendidikan berfokus pada konsep diri


anak. Jika siswa memiliki konsep diri yang baik, maka siswa akan berperilaku
baik, begitu pula sebaliknya. Sifat biologis yang paling penting terletak pada
tingkat motivasi. Lingkungan hidup yang traumatis dapat menyebabkan individu

12
mengalami kemunduran ke tingkat motivasi yang rendah. Teori Maslow
menekankan motivasi individu untuk mengembangkan potensi penuh mereka.

b. Carl Rogers

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang ide-idenya


mempengaruhi praktik psikologi di semua bidang, baik pendidikan maupun klinis.
Menurut Rogers, pengetahuan dan penghayatan diri terbentuk melalui berbagai
pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya. Teori Rogers didasarkan
pada kecenderungan aktualisasi sebagai motivasi yang bertujuan untuk
memaksimalkan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki oleh seorang
individu (Akhmadi, 2018: 6).

Menurut Rogers dalam Sumantri, (2019:12) ada 2 jenis belajar, antara lain
kognitif (signifikansi) dan Experiential Learning Theory (pengalaman). Misalnya,
guru memberikan pengertian tentang pentingnya shalat lima waktu. Jadi guru
harus menghubungkan pengetahuan akademik dengan pengetahuan yang
bermakna. Sedangkan pembelajaran eksperimental memberikan siswa secara
individual, berpikir atau mengambil inisiatif, dan memberikan penilaian diri.

Rogers dalam Rachmahana, (2018:102) menyampaikan pendapatnya


mengenai prinsip-psinsip-prinsip proses belajar yang humanistic, diantaranya
yaitu:

1) Hasrat untuk belajar, dorongan tingginya rasa ingin tahu


merupakan keinginan seorang individu unruk belajar. Dalam kelas
yang humanistik guru memberikan kesempatan peserta didik untuk
memuaskan rasa ingin taunya saat kegiatan-kegiatan belajar
berlangsung.
2) Belajar yang berarti atau bermakna, peserta didik akan belajar
dengan semangat apabila yang dipelajari itu mempunyai makna
untuk dirinya. Artinya relevan untuk kebutuhan dirinya.
3) Belajar tanpa ancaman atau hukman: proses belajar akan berjalan
dengan lancar apabila terlepas dari ancaman atau hukuman. Peserta

13
didik bebas bereksplorasi dan bereksperimen sehingga hasil belajar
akan tersimpan dengan baik dimemorinya.
4) Belajar atas dasar inisiatif sendiri, belajar akan bermakna apabila
semua itu dilakukan atas dasar inisiatifnya sendiri hal itu
menunjukkan seberapa tingginya motivasi internal yang dimiliki
peserta didik. Belajar dengan seperti ini membuat peserta didik
paham “belajar bagaimana caranya belajar”. Peserta didik menjadi
lebih bebas, tidak tergantung pada guru dan lebih percaya diri.
5) Belajar dan perubahan, belajar yang paling bermakna adalah ketika
peserta didik belajar tentang belajar. Ilmu pengetahuan dan
teknologi terus berubah, maju dan berkembang.

c. Arthur Combs

Menurut Arthur Combs (Ellyana Lisan Eka Putri, 2018:53), perilaku


seseorang yang tidak baik terhadap kita terjadi karena kita tidak melakukan apa
yang seharusnya kita lakukan sebagai akibat dari hal lain yang lebih memuaskan
dan menarik perhatian mereka. Arthur (Mohammad Muchlis Solichin, 2018:6)
mengemukakan konsep dasar dunia pendidikan adalah Meaning (makna atau
makna). Pembelajaran akan bermakna bagi siswa jika memiliki makna bagi
dirinya sendiri. Oleh karena itu, guru harus mampu memahami perilaku siswa
dengan memahami dunianya. Jika guru ingin mengubah perilaku siswanya, tugas
guru adalah berusaha mengubah pandangan dan keyakinan siswa.

3. Implikasi Teori Belajar Humanistik

Menurut Zagoto, dkk (2019) Penerapan teori humanistik lebih mengacu


pada semangat atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode
yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi
fasilitator bagi siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran tentang
makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
bagi siswa dan membantu siswa dalam memperoleh tujuan belajar (Siswa
berperan sebagai aktor utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. potensi diri sendiri Sifat negatif Psikologi humanistik

14
memperhatikan guru sebagai fasilitator Berikut berbagai cara memfasilitasi
pembelajaran dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:

a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana


awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas

b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-


tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.

c. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta


didik untuk melaksanakan tujuan- tujuan yang bermakna bagi
dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.

d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk


belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta
didik untuk membantu mencapai tujuan mereka.

e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang


fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok


kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-
sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.

g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-


sngsur dapat berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti peserta didik yang
lain.

h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,


perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga

15
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang
boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik.

i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang


menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.

j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus


mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri.

Menurut Zagoto dkk, 2018, Pembelajaran berbasis teori humanistik layak


diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bersemangat,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak
terikat dengan pendapat orang lain dan mengelola kepribadiannya sendiri secara
bertanggung jawab tanpa mengorbankan hak orang lain atau melanggar aturan,
norma, disiplin, atau etika yang berlaku.

D. Teori Belajar Pemrosesan Informasi


1. Pengertian Teori Pemrosesan Informasi
Teori pemrosesan (information processing theory) mencangkup aspek lingkungan,
yaitu sebagai hal yan memiliki peran yang sangat peting dalam tahap
pembelajaran. Teori ini di defenisikan oleh Byrnes yaitu belajar sebagai untuk
mendapatkan serta penyimpanan informasi dengan memori jangka pendek dan
memori jangka panjang dalam hal ini belajar terjadi secara internal dalam diri
peserta didik (Muhammad Yaumi, 2012).

Teori belajar penggolahan informasi juga mencangkup pada toeri kognitif


yang menjelaskan tentang belajar merupakan tahap yang ada dalam diri yang tidak
bisa dilihat secara langsung serta merupakan berubahnya sebuah kemampuan
dalam hal merespon keadaan. Akan tetapi kemampuan daya tamping ingatan kerja
manusia terbatas. Agar terkurangnya beban pada memori kerja, serta leih
memokuskan fokus pada kemampuan belajar, dan urutan pembelajaran.

16
Kemampuan dalam menerima rangsangan dari lingkungan pada
pengorganisasi data serta pemecahan masalah, mencari menemukan konsep
memakai simbol verbal serta nonverbal disebut sebagai pemrosesan informasi.
Teori terkaitan pada kemampuan berpikir yang baik serta kemampuan intelektual
secara umum (Aminah Rehalat, 2014).

Berikut dasar penting teori pemrosesan informasi yaitu:


a. Pengetahuan awal
b. Tujuan dari sebuah rancagan yang mengacu pada kognitif
c. Terjadinya respon balik (feedback).
Perkembangan merupakan hasil kumulatif belajar, pada pembelajaran,
informasi didapatkan lalu dikelola sehingga mendapatkan hasil belajar. Dalam
keadaan dari diri seseorang melalui prses kongnitif. Bagaiamana cara seseorang
dalam merespon interaksi pada keadaan dari luar (stimulus pada lingkungan)
selama proses informasi, serta interaksi memperoleh keberhasilan dalam belajar.
Belajar juga diartikan sebagai hasil dari olahan informasi berupa human capital
yang mencangkup informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif,
sikap, maupun keterampilan motorik.

Berkut terjadinya 8 tahap pada proses pembelajaran dari pendapat Robert


M. Gagne pada pemrosesan informasi yaitu memotivasi kemampuan,
mendapatkan, pertahanan, ingatan kembali, generalisasi, tingkah laku dan respon
balik (Rusman, 2016).

Pemrosesan informasi kognitif memberi fokusan terhadap bermacam bagian


pembelajaran serta bagaimana tahap tersebut dapat memberikan fasilitas
merintangi belajar serta memori. Dalam teori ini mengutamakan untuk
penggunaan strategi yang fokusnya pada perhatian siswa, (pemerolehan kembali
informasi), dan menfasilitasi implementasi pembelajaran yang berguna
(Muhammad Yaumi, 2013).

Terdapat 9 tahap yang mesti diperhatikan guru di kelas berkaitan dengan


pembelajaran pemrosesan informasi:

a. Melakukan sesuatu hal yang bisa megambil perhatian siswa.

17
b. Menyalurkan pengetahuan tentang tujuan yang hendak dibahas
dalam pembelajaran.
c. Memberi stimulus kepada siswa dalam memulai kegiatan
belajar
d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai pada pembahasan yang
sudah dirancang
e. membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran
f. Penguatan pada sikap pembelajaran
g. Memberikan respon balik atas sikap yang di perlihatkan
kepada siswa.
h. Melakukan evaluasi proses serta hasil
i. Memberikan kesempatan terhadpa siswa agar menanyakan
serta menjawab berdasarkan hal yang sudah dilalui.

Dari paparan terebut dapat disimpulkan Model pemrosesan informasi


terdapat beberapa strategi pembelajaran yaitu mengajar induktif, latihan inquiry,
inquiry keilmuan, membentuk konsep, model pengembangan serta organizer
model. Dalam pemrosesan informasi terjadi hubungan antara keadaan individu,
proses kognitif dan kondisi rangsangan dari lingkungan dari gabungan antar
keduanya akan menghasilkan hasil belajar.

E. Teori konstruktivisme
1. Pengertian Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia
Pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme
alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri.
Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan,
konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern ( Cahyo 2013).Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah
teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain, sehingga teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri

18
kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri (Rangkuti, 2014).

Konstruktivisme adalah suatu pendekatan yang berkeyakinan bahwa orang


secara aktif membangun atau membuat pengetahuan sendiri dan realitas
ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri (Paradesa 2015).

2. Tokoh teori konstruktivisme


a. Jean Piaget

Konstruktivisme Piaget yang didasarkan pada pandangannya tentang


perkembangan psikologis anak-anak menegaskan bahwa penemuan adalah dasar
teorinya. Piaget (1973) berpendapat bahwa memahami berarti menemukan atau
merekonstruksi dengan cara penemuan kembali. Piaget membahas bahwa anak-
anak melewati tahap-tahap di mana mereka menerima gagasan yang nantinya bisa
mereka ubah atau tidak merima. Oleh karena itu, pemahaman dibangun selangkah
demi selangkah melalui partisipasi dan keterlibatan aktif dan siswa tidak dapat
dianggap pasif dalam setiap langkah atau tahap perkembangan.

b.Bruner (1973)

Bruner (1973) bahwa belajar adalah proses sosial, di mana siswa


membangun konsep dan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan mereka saat
ini. Dalam pandangan konstruktivisme ini, siswa memilih informasi, menyusun
hipotesis, dan membuat keputusan, dengan tujuan mengintegrasikan pengalaman
baru ke dalam pengetahuan dan pengalaman yang ada. Bruner menekankan peran
struktur kognitif untuk memberikan makna dan pengorganisasian pengalaman dan
menyarankan siswa untuk melampaui batas-batas informasi yang diberikan.
Baginya, kemandirian pelajar adalah inti dari pendidikan yang efektif dan ia
berpendapat bahwa kemandirian ini dapat ditingkatkan ketika para siswa mencoba
menemukan prinsip-prinsip baru mereka sendiri.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori belajar ialah suatu landasan yang menjadi proses kegiatan belajar
untuk terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar sendiri dapat diartikan
suatu prinsip yang mampu untuk menuntun dalam merancag suatu kondisi yang
mempu membuat tercapainya tujuan pendidikan. Teori belajar merupakan suatu
teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelasmaupun di luar kelas

Ada beberapa macam teori belajar yang telah muncul yaitu:

1. Konstruktivisme
2. Humanistik
3. Behaviorisme
4. Kognitivisme
5. Pemrosesan informasi

20
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. C., & Munawir, M. (2021). Konsep Teori Belajar Humanistik Dalam
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam. … Pendidikan Dan
Perkembangan Anak, III(2), 183–196. https://www.e-
journal.ikhac.ac.id/index.php/aulada/article/view/1880%0Ahttps://www.e-
journal.ikhac.ac.id/index.php/aulada/article/download/1880/818

Amalia, R., & Fadholi, A. N. (2019). Teori Behavioristik. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1–11.

Anam S, M., & Dwiyogo, W. D. (2019). Teori Belajar Behavioristik Dan


Implikasinya Dalam Pembelajaran. Universitas Negeri Malang, 2.

Asfar, A. M. irfan T. A. & andi muhammad iqbal. (2019). TEORI


BEHAVIORISME ( Theory of Behaviorism ). Researchgate, February, 0–
32. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34507.44324

Sugrah, N. U. (2020). Implementasi teori belajar konstruktivisme dalam


pembelajaran sains. Humanika, 19(2), 121–138.
https://doi.org/10.21831/hum.v19i2.29274
Suparlan, S. (2019). Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Islamika, 1(2),
79–88. https://doi.org/10.36088/islamika.v1i2.208
Sutarto. 2017.Teori Kognitif Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Islamic
Counseling. Vol 1. No 2

21

Anda mungkin juga menyukai