Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

SIKAP DAN PERILAKU BELAJAR MANUSIA BERDASARKAN TEORI BELAJAR


KONSTRUKTIF

Dosen Pengampu:
Dr. Riswandi, M.Pd
Drs. Iqbal Hilal, M.Pd

Nama Anggota Kelompok 3:


1. Riska Aprilia (2313041032)
2. Okta Adelia Wardani (2313041040)
3. Muhammad Wisnu Murti (2313041028)
4. Iis Halisa (2313041064)
5. Nazila Azzahra (2313041030)
6. Najwa Mutia Artalia (2313041018)
7. Novera Nurfitriza (2313041012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini
adalah Sikap dan Perilaku Belajar Manusia Berdasarkan Teori Belajar Konstruktif. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Riswandi, M.Pd dan Bapak
Drs. Iqbal Hilal, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah
memberikan motivasi serta membimbing dalam penyelesaian makalah. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami bersedia menerima kritik serta agar kami dapat memperbaiki dan menjadi pelajaran
untuk kedepannya. Harapan kami, makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Bandar Lampung, 02 April 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Karakteristik Manusia Masa Depan yang Diharapkan...................................... 3
2.2 Konstruksi Pengetahuan.................................................................................... 3
2.3 Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik................................................. 4
2.4 Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)......................... 4
2.5 Hukum Genetik tentang Perkembangan............................................................ 5
2.6 Perbandingan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Konstruktivistik...7
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 9
3.2 Saran.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemahaman terhadap sikap dan perilaku belajar manusia merupakan hal yang penting
dalam konteks pendidikan. Salah satu teori yang memberikan pandangan mendalam
tentang hal ini adalah teori belajar konstruktif. Teori ini menekankan bahwa individu
secara aktif membangun pemahaman dan pengetahuannya melalui interaksi dengan
lingkungan, bukan hanya menerima informasi secara pasif.

Dalam konteks pendidikan, pemahaman terhadap sikap dan perilaku belajar manusia
berdasarkan teori belajar konstruktif dapat memberikan pandangan yang lebih holistik
dan mendalam tentang bagaimana individu mengasimilasi informasi, membangun
pengetahuan baru, serta mengembangkan keterampilan dan sikap yang positif
terhadap proses pembelajaran.

Melalui latar belakang ini, makalah ini akan mengeksplorasi konsep-konsep kunci
dalam teori belajar konstruktif yang berkaitan dengan sikap dan perilaku belajar
manusia, serta relevansinya dalam konteks pendidikan modern. Dengan pemahaman
yang mendalam tentang hal ini, diharapkan pendekatan pembelajaran yang lebih
efektif dan berpusat pada siswa dapat dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Karakteristik Manusia Masa Depan yang
Diharapkan?
1.2.2 Apa itu Konstruksi Pengetahuan?
1.2.3 Bagaimana Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky
(1896-1934)?
1.2.5 Apa itu Hukum Genetik tentang Perkembangan?

1
1.2.6 Apa Perbandingan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran
Konstruktivistik?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui yang dimaksud dengan Karakteristik Manusia Masa Depan yang
Diharapkan
1.3.2 Mengetahui Konstruksi Pengetahuan
1.3.3 Mengetahui Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
1.3.4 Mengetahui yang dimaksud dengan Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev
Vygotsky (1896-1934)
1.3.5 Mengetahui Hukum Genetik tentang Perkembangan
1.3.6 Mengetahui Perbandingan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran
Konstruktivistik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Manusia Masa Depan yang Diharapkan


Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki tersebut adalah
manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap
resiko dalam mengambil keputusan. Kepekaan, berarti ketajaman baik dalam arti
kemampuan berpikirnya, maupun kemudah- tersentuhan hati nurani di dalam melihat
dan merasakan segala sesuatu, mulai dari kepentingan orang lain sampai dengan
kelestarian lingkungan yang merupakan gubahan Sang Pencipta.

Kemandirian, berarti kemampuan menilai proses dan hasil berpikir sendiri di samping
proses dan hasil berpikir orang lain, serta keberanian bertindak sesuai dengan apa
yang dianggapnya benar dan perlu. Tanggungjawab, berarti kesediaan untuk
menerima segala konsekuensi keputusan serta tindakan sendiri. Kolaborasi, berarti di
samping mampu berbuat yang terbaik bagi dirinya sendiri, individu dengan ciri-ciri di
atas juga mampu bekerja sama dengan individu lainnya dalam meningkatkan mutu
kehidupan bersama.

2.2 Konstruksi Pengetahuan


Proses mengkonstruksi pengetahuan. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan
menggunakan indranya. Melalui interaksinya dengan obyek dan lingkungan,
misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan,
seseorang dapat mengetahui sesuatu. ada beberapa kemampuan yang diperlukan
dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu; 1) kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan
mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih
menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya.

3
2.3 Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Proses belajar konstruktivistik, secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari
pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah
dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran struktur kognitifnya. Peranan Siswa (Si-belajar). Menurut pandangan
konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. la harus aktif melakukan kegiatan,
aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari peranan Guru. Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan
membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru
tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu
siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian yang meliputi; 1.
Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak. 2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan
bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.3.
Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa
mempunyai peluang optimal untuk berlatih sarana belajar. Pendekatan
konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah
aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti
bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk
membantu pembentukan tersebut.

2.4 Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)


Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang dipelopori oleh Lev
Vygotsky. Teori belajar ko-konstruktivistik atau yang sering disebut sebagai teori
belajar sosio kultural merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah pada
bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona

4
keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Development (ZPD) atau Zona
Perkembangan Proksimal dan mediasi.

Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berfikir akan menyebabkan


terjadinya perkembangan kognitif dalam diri seseorang. Yuliani (2005: 44) Secara
spesifik menyimpulkan bahwa kegunaan alat berfikir menurut Vygotsky adalah:1.
Membantu memecahkan masalah alat berfikir mampu membuat seseorang untuk
memecahkan masalahnya. Kerangka berfikir yang terbentuklah yang mampu
menentukan keputusan yang diambil oleh seseorang untuk menyelesaikan
permasalahan hidupnya. 2. Memudahkan dalam melakukan tindakan Vygotsky
berpendapat bahwa alat berpikirlah yang mampu membuat seseorang mampu
memilih tindakan atau perbuatan yang seefektif dan seefisien mungkin untuk
mencapai tujuan.3. Memperluas kemampuan Melalui alat berpikir setiap individu
mampu memperluas wawasan berpikir dengan berbagai aktivitas untuk mencari dan
menemukan pengetahuan yang ada di sekitarnya. 4. Melakukan sesuatu sesuai dengan
kapasitas alaminya. Semakin banyak stimulus yang diperoleh maka seseorang akan
semakin intens menggunakan alat berfikirnya dan dia akan mampu melakukan
sesuatu sesuai dengan kapasitasnya. Inti dari teori belajar kokonstruktivistik ini
adalah penggunaan alat berfikir seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
lingkungan sosial budayanya.

2.5 Hukum Genetik tentang Perkembangan


Perkembangan menurut Vygotsky tidak bisa hanya dilihat dari fakta-fakta atau
(intrapsikologis).
keterampilan-keterampilan, namun lebih dari itu, perkembangan seseorang melewati
dua tataran. Tataran sosial (inter psikologis dan inter mental) dan tataran psikologis
Teori konstruktivistik menempatkan inter mental atau lingkungan sosial sebagai
faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan
kognitif seseorang. Fungsi-fungsi mental yang tinggi dari seseorang diyakini muncul
dari kehidupan sosialnya. Sementara itu, intramental dalam hal ini dipandang sebagai

5
derivasi atau turunan yang terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap
proses-proses sosial tersebut, hal ini terjadi karena anak baru akan memahami makna
dari kegiatan sosial apabila telah terjadi proses internalisasi. Oleh sebab itu belajar
dan berkembangsatu kesatuan yang menentukan dalam perkembangan kognitif
seseorang.

1. Zona Perkembangan Proksimal Zona Perkembangan Proksimal/Zona Proximal


Development (ZPD) merupakan konsep utama yang paling mendasar dari teori
belajar konstruktivistik Vygotsky.Vygotsky mendefinisikan Zona Perkembangan
Proksimal sebagai jarak antara level
Perkembangan aktual seperti yang ditentukan untuk memecahkan masalah secara
individu dan level perkembangan potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman
sebaya yang lebih mampu.Dalam Yuliani (2005: 45) Vygotsky mengemukakan ada
empat tahapan PD yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran, yaitu:

1. Tingkat 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu oleh orang lain. Seorang
anak yang masih dibantu memakai baju, sepatu dan kaos kakinya ketika akan
berangkat ke sekolah ketergantungan anak pada orang tua dan pengasuhnya begitu
besar,tetapi ia suka memperhatikan cara kerja yang ditunjukkan orang dewasa

2. Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif sendiri. Anak mulai
berkeinginan untuk mencoba memakai baju, sepatu dan kaos kakinya sendiri tetapi
masih sering keliru memakai sepatu antara kiri dan kanan. Memakai baju pun masih
membutuhkan waktu yang lama karena keliru memasangkan kancing.

3. Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi. Anak mulai


melakukan sesuatu tanpa perintah dari orang dewasa. Setiap pagi sebelum berangkat
dia sudah mulai memahami apa yang harus dia lakukan, misalnya memakai baju
kemudian kaos kaki dan sepatu.

6
4. Level 4 : Tindakan spontan anak akan terus diulang hingga anak siap berpikir
abstrak.

2.6 Perbandingan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Konstruktivistik


Proses pembelajaran akan efektif jika diketahui inti kegiatan belajar yang
sesungguhnya. Pada bagian ini akan dibahas pembelajaran tradisional atau
behavioristik dan ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik. Kegiatan pembelajaran yang
selama ini berlangsung, yang berpijak pada teori behavioristik, banyak didominasi
oleh guru. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, dengan harapan
siswa dapat memahaminya dan memberikan respon sesuai dengan materi yang
diceramahkan. Dalam pembelajaran, guru banyak menggantungkan pada buku
teks.Materi yang disampaikan sesuai dengan urutan isi buku teks. Diharapkan siswa
memiliki pandangan yang sama dengan guru, atau sama dengan buku teks
tersebut.Alternatif-alternatif perbedaan interpretasi di antara siswa terhadap fenomena
sosial yang kompleks tidak dipertimbangkan. Siswa belajar dalam isolasi, yang
mempelajari kemampuan tingkat rendah dengan 59 cara melengkapi buku tugasnya
setiap hari.Ketika menjawab pertanyaan siswa, guru tidak mencari kemungkinan cara
pandang siswa dalam menghadapi masalah, melainkan melihat apakah siswa tidak
memahami sesuatu yang dianggap benar oleh guru.

Pengajaran didasarkan pada gagasan atau konsep-konsep yang sudah dianggap pasti
atau baku, dan siswa harus memahaminya.Pengkonstruksian pengetahuan baru oleh
siswa tidak dihargai sebagai kemampuan penguasaan pengetahuan. Berbeda dengan
bentuk pembelajaran di atas, pembelajaran konstruktivistik membantu siswa
menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi dengan
menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif
baru. Pendekatan konstruktivistik lebih lugas dan sukar untuk dipahami. Pandangan
ini tidak melihat pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau apa yang dapat
diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab

7
soal-soal tes sebagai perilaku imitasi, melainkan pada apa yang dapat dihasilkan
siswa, didemonstrasikan, dan ditunjukkannya. Secara Rinci perbedaan karakteristik
antara pembelajaran tradisional atau behavioristik dan pembelajaran konstruktivistik.
Pembelajaran

Tradisional. Pembelajaran Konstruktivistik 1. Kurikulum disajikan dari bagian-bagian


menuju keseluruhan dengan menekankan pada keterampilan-keterampilan dasar.
2. Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian dan lebih
mendekatkan pada konsep- konsep yang lebih jelas. 2. Pembelajaran sangat taat pada
kurikulum yang telah ditetapkan. 3. Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan
pertanyaan dan ide-ide siswa. 4. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada
buku teks dan 5. Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber sumber
data primer dan 60 buku kerja. manipulasi bahan. 6. Siswa-siswa dipandang sebagai
“kertas kosong” yang dapat digoresi informasi oleh guru, dan guru-guru pada
umumnya menggunakan cara didaktik dalam menyampaikan informasi kepada
siswa.4. Siswa dipandang sebagai pemikir-pemikir yang dapat memunculkan
teori-teori tentang dirinya. 7. Penilaian hasil belajar atau pengetahuan siswa
dipandang sebagai bagian dari pembelajaran dan biasanya dilakukan pada akhir
pelajaran dengan caratesting. 8. Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin
dalam kesatuan pembelajaran dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang
dilakukan siswa, serta melalui tugas-tugas pekerjaan. 9. Siswa-siswa biasanya bekerja
sendiri-sendiri, tanpa ada group process dalam belajar. 10. Siswa-siswa banyak dan
bekerja di dalam group process

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki tersebut adalah
manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap
resiko dalam mengambil keputusan. Proses mengkonstruksi pengetahuan manusia
dapat mengetahui sesuatu dengan
menggunakan indranya. Proses belajar Menurut pandangan konstruktivistik, belajar
merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan
oleh si belajar. Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan
mentransformasi informasi baru. Teori konstruktivistik menempatkan inter mental
atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan
pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami berharap agar para pembaca lebih khususnya kami
sendiri selaku pembuat makalah bisa lebih paham mengenai materi tentang Sikap dan
Perilaku Belajar Manusia Berdasarkan Teori Belajar Konstruktif.

Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat
yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Dan kami juga sangat mengharapkan saran
dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Cut Hanifah, Nurwahidin, M., & Yulianti, D. (2022). Perbandingan Dua Teori

Pembelajaran–Behaviorisme dan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Tatap

Muka dan Pembelajaran Online. Jurnal Pengembangan Profesi Pendidik

Indonesia 2 (2), 1-14.

Masgumelar, N. K., & Piton Setya. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme dan

Implikasi dalam Pendidikan dan Pembelajaran. Ghaitsa: Islamic Education

Journal 2 (1), 49-57.

Nurhidayati, E. (2017). Pedagogi konstruktivisme dalam praksis pendidikan

Indonesia. Indonesian Journal of Educational Counseling 1(1), 1-14.

Sugrah, N. (2019). Implementasi teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran

sains. Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum.

Sumarsih. (2009). Implementasi teori pembelajaran konstruktivistik dalam

pembelajaran mata kuliah dasar-dasar bisnis. Jurnal Pendidikan Akuntansi

Indonesia 8 (1), 2009.

10

Anda mungkin juga menyukai