Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENERAPAN KONSTRUKSTIVISTIK BEHAVIOSISTIK UNTUK PENDIDIKAN


JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

DISUSUN OLEH

YANUARIUS TAREM

NPM. 2021 8520 1084

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSAMUS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan

Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar Konstruktivistik

dan Penerapannya dalam Belajar”. Makalah ini membahas tentang proses pembelajaran yang

terjadi di suatu pendidikan baik secara formal maupun informal. Kami juga menyajikan tentang

proses-proses belajar dalam teori belajar konstruktivistik.

Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peserta diskusi

pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. kami mengucapkan terima kasih untuk

semua pihak yang telah membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa

kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah “Belajar dan

Pembelajaran’’, Drs. H. M. Syahri yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga

dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi

penyusunan maupun dari segi materi. “Tidak ada gading yang tak retak”, demikian pula dengan

makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat

membangun, yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Merauke,13 Oktober 2012

Yanuarius Tarem
Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................…. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2

1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3

2.1 Pengertian dan Aspek-Aspek Kontruktivistik.................................................... 3

2.2 Tokoh Teori Belajar Konstruktivistik…………................................................. 3

2.3 Proses Belajar Konstruktivistik…………………………………………………….4

2.4 Evaluasi Belajar Konstruktivistik…………………………………………………..4

2.5 Pengertian Teori Behaviosistik………………………………………………………6

2.6 Tokoh – Tokoh Teori Behaviosistik…………………………………………………..6

BAB III PENUTUP................................................................................................ 7

3.1 Kesimpulan ................................................................................. ………….. 7

3.2 Saran............................................................................................ …………. 7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan

masyarakat masa depan yang dikehendaki, yaitu orang-orang yang memiliki kepekaan,

kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan dan mengembangkan

segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri.

Langkah srategis bagi perwujudan tujuan tersebut adalah adanya layanan ahli

kependidikan yang bersifat berhasil dan berdaya guna tinggi. Pendekatan cara belajar siswa aktif

di dalam pengelolaan proses pembelajaran yang mengakui peranan siswa di dalam proses belajar

adalah landassan yang kokoh bagi terbentuknya manusia masa depan yang diharapkan.

Dalam proses belajar dan mengajar yang harus diperhatikan adalah bagaimana manusia

belajar dan bagaimana manusia mengajar. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami cara

manusia mengkonstruksi pengetahuannya tentang objek-objek dan peristiwa yang dijumpai

selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau peralatan yang

dapat membantu memahami pengalamannya. Demikian juga manusia akan mengkonstruksi

pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan tersedia

sementara orang lain tinggal menerimanya, pengetahuan bukanlah suatau barang yang dapat

dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang

lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut.

Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran

psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk

perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara

yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin akan dibahas dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai

berikut:

1) Apakah yang disebut teori belajar kontruktivistik?

2) Apa yang dimaksud dengan teori behavioristik?

2) Siapakah aspek-aspek teori belajar kontruktivistik?

3) Bagaimanakah pendapat para tokoh mengenai teori belajar behavioristic?

4) Mengapa pembelajaran konstruktivistik dianggap mampu dalam peningkatan mutu pendidikan


nasional?

1.3 Tujuan Permasalahan

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1) Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah belajar dan pembelajaran.

2) Sebagai bentuk pengetahuan mengenai teori belajar konstruktivistik.

3) Menjelaskan pengertian dan aspek-aspek pembelajaran konstruktivistik.

4) Untuk mengetahui mengertian teori belajar behavioristik

5) Untuk mengetahui siapa saja dan pendapat para tokoh mengenai teori belajar behavioristik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Aspek-Aspek Kontruktivistik

Pembelajaran konstruktivistik merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada

proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi

pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya

sehingga siswa menjadi lebih kreatif, aktif, dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan

belajar yang kondusif. Oleh karena itu pembelajaran ini dianggap dan diharapkan dapat

meningkatkan mutu pendidikan nasional saat ini.

Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam

teori belajar konstruktivistik sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara

gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan

dengan informasi baru yang diterima. Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan

mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivistik.

Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif

siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui

pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara

aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui

lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan
lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang

lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu

dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut. Selain penekanan dan

tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivistik, Hanbury (1996:

3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.

2) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.

3) Strategi siswa lebih bernilai.

4) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu

pengetahuan dengan temannya.

Selain itu Slavin menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori konstruktivistik adalah

top-down processing (siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan,

kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan), cooperative learning (strategi yang

digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem yang

dihadapi), dan generative learning (strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara

materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata).

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu

kepada teori belajar konstruktivistik lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam

mengorganisasikan pengalaman mereka. Dalam proses belajarnya pun, siswa diberi kesempatan

untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasanya sendiri untuk berfikir tentang

pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Bukan menjadi kepauhan siswa dalam refleksi atas apa yang

telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk

mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Dari beberapa pandangan diatas dapat kami simpulkan, bahwa teori ini memberikan

keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau

teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna membangun dirinya sendiri.

2.2 Tokoh Teori Belajar Konstruktivistik

Dalam teori belajar konstruktivistik ini, tokoh yang berperan adalah Pieget dan Vygotsky.

Menurut Pieget ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dangan kegiatan

asimilasi dan akomodasi. Menurutnya siswa mengkonstruksi pengetahuan dan informasi serta

menekan seorang guru memberi sebuah dukungan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan

membimbing ketimbang sebagai pengatur dan pembentuk pembelajaran siswa.

Menurut Vygotsky seorang siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial

dengan orang lain. Isi dari pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan

mereka. Dan seorang guru harus banyak menciptakan kesempatan bagi siswa untuk belajar

dengan teman sebaya dan guru dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran konstruktivistik, yaitu:

1. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.

2. Mengutamakan proses.

3. Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial.

4. Menanamkan pembalajaran dalam upaya mengkonstruksi mengalaman.


Faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah

konstruksi pengetahuan yang telah ada, pengalaman, dan jaringan struktur kognitif yang

dimilikinya. Keterbatasan pengalaman seseorang pada suatu hal yang akan membatasi

pengetahuannya akan hal tersebut.

2.3 Proses Belajar Konstruktivistik

Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai

perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai

pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodaasi.

Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari

fakta-fakta yang terlepas. Proses tersebut berupa pemberian makna terhadap objek dan

pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan

melalui interaksi.

2.4 Evaluasi Belajar Konstruktivistik

Evaluasi belajar pandangan konstruktivistik menggunakan goal-free evalution, yaitu

suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih

objektif jika evaluator tidak diberi informasi tentang tujuan selanjutnya. Jika tujuan belajar

diketahui sebelum proses belajar dimulai, proses belajar dan evaluasinya akan berat sebelah.

Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahnya pada tugas-tugas autentik.


Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan menstransformasi

informasi baru. Pandangan ini tidak melihat pada apa yang dapat diungkapkan atau apa yang

dapat diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-

soal tes, melainkan pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan dan ditunjukkan.

2.5 Pengertian Teori Behaviosistik

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya berilaku yang nampak saja, yang

dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori

belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya berbahan perilaku

organize sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan manusia baik

atau jelek, rasional atau emosional behaviorismehanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya

dikendalian oleh $aktor-$aktor lingkungan. dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada

tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon

terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. 1ari hal

ini, timbulah konsep 3 manusia mesin3 & homo Mechanius

2.6 Tokoh – Tokoh Teori Behaviosistik

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus

adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal

lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan

peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan:tindakan.

Cadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat

diamati, atau tidak konkrit yaituyang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah

laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike inidisebut pula dengan teori koneksionisme

(Slavin, 2000). perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berwujud konkrit, yaitu dapat

diamati, atau tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat

mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana para mengukur tingkah

laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan “Teori connectionism”
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori belajar konstruktivistik adalah teori belajar yang menekan siswa untuk belajar aktif

mencari pengetahuan, informasi, dan hal lain yang diperlukan, dengan cara berinteraksi dengan

orang lain atau lingkungan, guna membangun dirinya sendiri. Guru hanya sebagai fasilisator saja

yang hanya mengarahkan siswa agar tidak melenceng dari tujuan belajar.

Teori behavioristik merupakan teori pelajar yang sangat menekankan perilaku atau

tingkah laku yang dapat diamati. Menurut teori pehavioristik, pelajar merupakan perupahan

dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Tokoh aliran-

behavioristik ini yang sangat terkenal yaitu Thorndike dengan oneksionisme, menurut teori ini

tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang jawaban atau stimulus

respons. Paslov dan watson dengan Conditioning, menurut teori ini pelajar merupakan suatu

upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.

Skinner dengan Operant Conditioning, yaitu tipe perilaku pelajar yang dipengaruhi oleh adanya

penguatan. Dengan demikian, maka tujuan dari teori behavioristik ini sebenarnya adalah untuk

menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk tingkah laku baru yang dipengaruhi oleh

lingkungan.
3.2 Saran

Teori konstruktivistik ini lebih cocok diterapkan dalam pendidikan yang peserta didiknya

remaja dan dewasa, karena dalam usia tersebut sudah adanya kematangan secara fisik maupun

fisikis sehingga lebih mudah dalam menerapkannya, dari pada usia anak-anak. Apalagi dalam

perkuliahan, teori ini sangat penting dan sering kali diterapkan. Oleh karena itu, kami mengajak

pada teman-teman mahasiswa untuk lebih aktif dalam mencari wawasan dan pengetahuan seperti

makna dalam teori ini.

Sedangkan Teori Behavioristik kurang pas untuk pendidik karna menekankan bahwa

setiap siswa melakukan sesuatu aktivitas harus menghasilkan perilaku yang sama (keseragaman).
DAFTAR PUSTAKA

Usman, Khairul. Implementasi Model Teori Konstruktivisme.


http://khairulusman.wordpres.com/2011/10/29/implementasi-model-konstruktivisme-dalam-
pembelajaran/. Diakses pada tanggal 24-10-2012.

El-marosi, Azhar. Teori Belajar Konstruktivisme dan Implementasinya dalam pendidikan.


http://azharel-marasy.com/2012/05/10/teori-belajar-konstruktivisme-dan-implementasinya-
dalam-pendidikan/. Diakses pada tanggal 23-10-2012.

Anda mungkin juga menyukai