DISUSUN OLEH
YANUARIUS TAREM
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Belajar Konstruktivistik
dan Penerapannya dalam Belajar”. Makalah ini membahas tentang proses pembelajaran yang
terjadi di suatu pendidikan baik secara formal maupun informal. Kami juga menyajikan tentang
Makalah ini kami buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peserta diskusi
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. kami mengucapkan terima kasih untuk
semua pihak yang telah membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa
kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah “Belajar dan
Pembelajaran’’, Drs. H. M. Syahri yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi
penyusunan maupun dari segi materi. “Tidak ada gading yang tak retak”, demikian pula dengan
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat
Yanuarius Tarem
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGGANTAR..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................…. 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan
masyarakat masa depan yang dikehendaki, yaitu orang-orang yang memiliki kepekaan,
kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri.
Langkah srategis bagi perwujudan tujuan tersebut adalah adanya layanan ahli
kependidikan yang bersifat berhasil dan berdaya guna tinggi. Pendekatan cara belajar siswa aktif
di dalam pengelolaan proses pembelajaran yang mengakui peranan siswa di dalam proses belajar
adalah landassan yang kokoh bagi terbentuknya manusia masa depan yang diharapkan.
Dalam proses belajar dan mengajar yang harus diperhatikan adalah bagaimana manusia
belajar dan bagaimana manusia mengajar. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka memahami cara
selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau peralatan yang
pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan tersedia
sementara orang lain tinggal menerimanya, pengetahuan bukanlah suatau barang yang dapat
dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang
Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu aliran
psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
Adapun rumusan masalah yang ingin akan dibahas dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1) Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah belajar dan pembelajaran.
5) Untuk mengetahui siapa saja dan pendapat para tokoh mengenai teori belajar behavioristik.
BAB II
PEMBAHASAN
proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi
pengalaman. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk
sehingga siswa menjadi lebih kreatif, aktif, dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif. Oleh karena itu pembelajaran ini dianggap dan diharapkan dapat
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam
teori belajar konstruktivistik sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara
gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan
dengan informasi baru yang diterima. Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan
mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivistik.
Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui
lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan
lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang
lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu
dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut. Selain penekanan dan
tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivistik, Hanbury (1996:
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
4) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu
Selain itu Slavin menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori konstruktivistik adalah
top-down processing (siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan,
digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem yang
dihadapi), dan generative learning (strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivistik lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka. Dalam proses belajarnya pun, siswa diberi kesempatan
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Bukan menjadi kepauhan siswa dalam refleksi atas apa yang
telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
Dari beberapa pandangan diatas dapat kami simpulkan, bahwa teori ini memberikan
keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna membangun dirinya sendiri.
Dalam teori belajar konstruktivistik ini, tokoh yang berperan adalah Pieget dan Vygotsky.
Menurut Pieget ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dangan kegiatan
asimilasi dan akomodasi. Menurutnya siswa mengkonstruksi pengetahuan dan informasi serta
menekan seorang guru memberi sebuah dukungan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan
dengan orang lain. Isi dari pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan
mereka. Dan seorang guru harus banyak menciptakan kesempatan bagi siswa untuk belajar
2. Mengutamakan proses.
konstruksi pengetahuan yang telah ada, pengalaman, dan jaringan struktur kognitif yang
dimilikinya. Keterbatasan pengalaman seseorang pada suatu hal yang akan membatasi
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai
perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodaasi.
Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari
fakta-fakta yang terlepas. Proses tersebut berupa pemberian makna terhadap objek dan
pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan
melalui interaksi.
suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih
objektif jika evaluator tidak diberi informasi tentang tujuan selanjutnya. Jika tujuan belajar
diketahui sebelum proses belajar dimulai, proses belajar dan evaluasinya akan berat sebelah.
informasi baru. Pandangan ini tidak melihat pada apa yang dapat diungkapkan atau apa yang
dapat diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-
soal tes, melainkan pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan dan ditunjukkan.
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya berilaku yang nampak saja, yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya berbahan perilaku
organize sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan manusia baik
atau jelek, rasional atau emosional behaviorismehanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalian oleh $aktor-$aktor lingkungan. dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada
tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon
terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. 1ari hal
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan:tindakan.
Cadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaituyang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah
laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike inidisebut pula dengan teori koneksionisme
(Slavin, 2000). perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berwujud konkrit, yaitu dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana para mengukur tingkah
laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan “Teori connectionism”
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar konstruktivistik adalah teori belajar yang menekan siswa untuk belajar aktif
mencari pengetahuan, informasi, dan hal lain yang diperlukan, dengan cara berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan, guna membangun dirinya sendiri. Guru hanya sebagai fasilisator saja
yang hanya mengarahkan siswa agar tidak melenceng dari tujuan belajar.
Teori behavioristik merupakan teori pelajar yang sangat menekankan perilaku atau
tingkah laku yang dapat diamati. Menurut teori pehavioristik, pelajar merupakan perupahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Tokoh aliran-
behavioristik ini yang sangat terkenal yaitu Thorndike dengan oneksionisme, menurut teori ini
tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang jawaban atau stimulus
respons. Paslov dan watson dengan Conditioning, menurut teori ini pelajar merupakan suatu
upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.
Skinner dengan Operant Conditioning, yaitu tipe perilaku pelajar yang dipengaruhi oleh adanya
penguatan. Dengan demikian, maka tujuan dari teori behavioristik ini sebenarnya adalah untuk
menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk tingkah laku baru yang dipengaruhi oleh
lingkungan.
3.2 Saran
Teori konstruktivistik ini lebih cocok diterapkan dalam pendidikan yang peserta didiknya
remaja dan dewasa, karena dalam usia tersebut sudah adanya kematangan secara fisik maupun
fisikis sehingga lebih mudah dalam menerapkannya, dari pada usia anak-anak. Apalagi dalam
perkuliahan, teori ini sangat penting dan sering kali diterapkan. Oleh karena itu, kami mengajak
pada teman-teman mahasiswa untuk lebih aktif dalam mencari wawasan dan pengetahuan seperti
setiap siswa melakukan sesuatu aktivitas harus menghasilkan perilaku yang sama (keseragaman).
DAFTAR PUSTAKA