Oleh:
Kelompok 2
1. Hafid Alzain (2013021001)
2. Lintang Hapsari (2013021003)
3. Desta Amelia Sari (2013021033)
4. Eka Dwi Puspitasari (2013021059)
Dosen Pengampu:
Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd.
Santy Setiawati, S.Pd., M.Pd.
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat serta rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Analisis Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Matematika” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran Matematika. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Strategi Pembelajaran Matematika, dengan dosen pengampu yaitu Dr. Sri
Hastuti Noer, M.Pd. dan Santy Setiawati, S.Pd., M.Pd. Selain diperuntukan untuk
pemenuhan tugas, makalah ini juga bertujuan untuk melatih dan menambah
wawasan kami dalam menganalisis keterkaitan materi dengan video
pembelajaran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. dan
Santy Setiawati, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Teori Belajar Konstruktivisme................................................................ 3
BAB III HASIL ANALISIS
3.1 Hasil Analisis Video Pembelajaran......................................................... 8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 13
4.2 Saran........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu penting bagi seorang guru untuk memahami serta menguasai
teori belajar konstruktivisme ini sehingga dapat mengimplementasikan pada
pembelajaran.
1
3. Bagaimana keterkaitan kajian konstruktivisme pada video pembelajaran
yang berjudul “Magic Straw: Inovasi Media Pembelajaran Matematika di
SMP/Mts” pada MTs N 2 Semarang, Jawa Tengah?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar konstruktivisme.
2. Untuk mengetahui bentuk implementasi teori belajar konstruktivisme dalam
pembelajaran matematika.
3. Untuk mengetahui proses belajar dan keterkaitan teori belajar
konstruktivisme pada video pembelajaran yang berjudul “Magic Straw:
Inovasi Media Pembelajaran Matematika di SMP/Mts” pada MTs N 2
Semarang, Jawa Tengah.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam teori ini, struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan
berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah.
Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses
rekonstruksi. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah
suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan
proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan
data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehinggah mampu mendorong siswa mengorganisasi
pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna.
3
konstruktivisme. Para ahli konstruktivisme bahwa ketika para siswa
mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan
dikonstruksi secara aktif. Para ahli konstuktivis yang lain mengatakan
bahwa dari perspektifnya konstruktivis, belajar matematika bukanlah
suatu proses “pengepakan” pengetahuan melainkan mengorganisir
aktivitas, dimana kegiatan ini di interpretasikan secara luas termasuk
aktivitas dan berfikir konseptual. Paradigma konstruktivisme ini berada
dalam perspektif interpretivisme (penafsiran) yang terbagi dalam tiga
jenis, yaitu interaksi simbolik, fenomenologis dan hermeneutik.
4
dalam matematika sementara negosiasi berguna bagi guru dalam
mengkomunikasi-kan matematika sebagai suatu konsep.
5
2. Matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,
3. Strategi siswa lebih bernilai, dan
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
6
h. Guru memberikan penjelasan tentang arti panjang dan lebar. Sehingga
penyederhanaan penjumlahan tadi bisa diganti menjadi 2P + 2L = K.
i. Penjelasan tersebut dapat dipahami dengan gambar berikut.
7
BAB III
HASIL ANALISIS
2. Kegiatan inti berupa tahap penyajian informasi (2.16 s.d. 4.00) guru
menampilkan gambar yang berkaitan dengan benda-benda disekitar yang
berbentuk bangun datar segiempat dilanjutkan dengan meminta siswa untuk
menyebutkan jenis bangun datar segiempat yang sesuai dengan gambar.
Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan beserta dengan lama waktu pelaksanaanya. Pada tahap penyajian
informasi tersebut terlihat bahwa guru memperhatikan pengetahuan awal
siswa untuk merangsang proses berpikir secara konstruktif, dimana dalam
prosesnya dikaitkan dengan apa yang ada didunia nyata atau melalui contoh
kontekstual. Hal ini sesuai dengan pendekatan kontruktivisme yaitu tahap
apersepsi atau mengungkapkan konsepsi awal dengan memberikan stimulus
untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
3. Tahap pengorganisasian kelas (4.01 s.d. 5.30) dimulai dengan guru meminta
siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Selanjutnya
perwakilan dari setiap kelompok diminta untuk maju kedepan dan mengambil
beberapa peralatan yang akan dipakai pada proses pembelajaran berdasarkan
jenis bangun datar segiempat yang diperoleh oleh tiap kelompok. Salah satu
8
peralatan yang diambil adalah amplop yang berisi beberapa lembar kerja.
Pada tahap ini telah sesuai dengan pendekatan konstruktivisme yaitu guru
berperan sebagai fasilitator dan menyediakan pembelajaran.
6. Tahap kegiatan kunjungan kelompok dengan cara two stay and two stray
(10.31 s.d. 11.20) bentuk kegiatannya adalah dua orang tetap tinggal di
kelompoknya untuk menjelaskan apa yang diperoleh selama kegiatan
pembelajaran kepada kelompok lainnya dan dua orang yang lain berkunjung
9
untuk belajar dan mengambil pelajaran serta pengalaman belajar dari
kelompok yang lain. Pada menit (11.21 s.d. 13.15) dilakukan kegiatan
presentasi kepada siswa dalam kunjungan kelompok-kelompok. Selanjutnya
pada menit (13.16 s.d 14.34) bentuk kegiatannya adalah berbagi hasil
kunjungan kelompok kepada rekan dalam kelompok asal. Kegiatan yang
dilakukan tersebut sudah sesuai dengan pendekatan konstruktivisme yaitu
melibatkan interaksi sosial berupa diskusi dan penjelasan konsep baik kepada
teman satu kelompok ataupun kepada teman dari kelompok lain serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil
pemahaman yang diperoleh dari eksplorasi yang telah dilakukan sebelum
dilakukannya tahap evaluasi. Dari kegiatan tersebut terlihat juga bahwa siswa
memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dimana hal tersebut merupakan salah
satu karakteristik dari pendekatan konstruktivisme.
10
pengamatan terhadap media pembelajaran magic straw. Sedangkan guru akan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkelanjutan yang menantang
siswa berfikir lebih lanjut dari hasil pengamatannya tersebut. Sehingga
kegiatan tersebut bersesuaian dengan pendekatan konstruktivisma,
pendekatan konstruktivisme itu sendiri merupakan pendekatan yang
mengharuskan siswa berperan aktif membangun pemahamnnya sendiri,
sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator yang menyediakan
pembelajaran.
10. Pada menit 22:07 – 24:38 guru memberikan penguatan kesimpulan dengan
menggunakan magic straw. Dalam penguatan tersebut guru kembali
memberikan peragaan menggunakan magic straw dengan mengubah magic
straw tersebut menjadi persegi dan belah ketupat. Kemudian guru
memberikan kesimpulan berupa definisi-definisi dari bangun datar dari hasil
pengamatan dan peragaan menggunakan magic straw. Kegiatan tersebut
bersesuaian dengan pendekatan konstruktivisme. Karena pada kegiatan
tersebut guru tidak semata-mata menyampaikan dan siswa harus menerima
konsep tersebut. Tetapi guru menegaskan kembali konsep-konsep yang
sebelumnya telah siswa konstruksikan sendiri. Guru tidak
11. Pada menit 24:38 – 25:56 guru memberikan soal yang haarus dikerjakan
siswa secara individu. Pada kegiatan tersebut bersesuaian dengan
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Karena pada pendekatan
konstruktivisme evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran mulai dari
awal sampai akhir. Pemberian soal di akhir pertemuan seperti itu merupakan
salah satu langkah yang diambil guru untuk mengetahui pemahaman siswa,
11
setelah sebelumnya guru telah melakukan pengamatan terhadap pemahaman
siswa dalam pembelajaran. Sehingga kegiatan tersebut bersesuaian dengan
pendekatan konstruktivisme.
12. Pada menit 25:56 – 28:02 guru kembali memberikan beberapa pertanyaan
terkait materi yang dipelajari kepada seluruh siswa. Lalu ditutup dengan
memberi apresiasi kepada siswa yang telah mengikuti pembelajaran dengan
baik. Hal tersebut juga bersesuain dengan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme. Karena dengan menanyakan kepada seluruh kelas materi
yang dipelajari juga merupakan salah satu langkah evaluasi untuk mengetahui
pemahaman siswa terkait materi yang dipelajari. Evaluasi dalam
pembelajaran konstruktivisme itu sendiri dilakukan selama proses
pembelajaran mulai dari awal hingga akhir. Sehingga kegiatan tersebut
bersesuaian dengan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan analisis terhadap video pembelajaran yang berjudul
“Magic Straw: Inovasi Media Pembelajaran Matematika di SMP/Mts” terkait
konsep dasar bangun datar segi empat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dilakukan dengan menerapkan teori belajar konstruktivisme. Hal tersebut terlihat
dari proses pembelajaran di kelas dimana guru sebagai fasilitator dan siswa
berperan aktif dalam pembelajaran serta terjadi tanya jawab interaktif antara
guru dengan siswa. Guru juga menggunakan alat peraga berupa magic straw
sebagai pendekatan supaya siswa berperan aktif membangun pemahamnnya
sendiri, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator yang menyediakan
pembelajaran. Guru juga selalu memberikan apresiasi kepada siswa dan akhir
pembelajarannya dilakukan evaluasi. Sehingga kegiatan tersebut bersesuaian
dengan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.
4.2 Saran
Dengan adanya analisis video yang menerapkan teori belajar konstruktivisme
ini, penulis mengharapkan pembaca khususnya guru untuk dapat menerapkannya
dalam pembelajaran, khususnya dalam menerapkan konsep dasar bangun datar
segi empat. Selain itu, tidak hanya menerapkan teori belajar saja, tetapi guru
juga diharapkan lebih mematangkan materi-materi yang akan diajarkan ke siswa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Yusni. (2017). Makalah Teori Belajar Konstruktivisme. Scribd Inc. Tersedia di:
https://www.scribd.com/document/364450689/Makalah-Teori-Belajar-
Konstruktivistik Diakses pada tanggal 25 Maret 2022
14